SKRIPSI
OLEH :
SKRIPSI
OLEH :
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan Pada
Jurusan Manajemen Sumber Daya Perairan
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Pola Pertumbuhan, Faktor Kondisi dan Rasio Berat Daging Kerang
Tahu (Meretrix meretrix) di Perairan Muara Sungai Wanggu Kota
Kendari Sulawesi Tenggara
Nama : Muh. Digul Jaya Pratama
Stambuk : I1A1 16 083
Jurusan : Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas : Perikanan dan Ilmu Kelautan
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Ketua Jurusan/ Koordinator PS. MSP
Kelautan
iii
HALAMAN PERNYATAAN
iv
ABSTRAK
v
ABSTRACK
Meretrix-meretrix is one type of shellfish from the bivalvia class that naturally
occupy the estuary of the Wanggu river as a habitat and niche of life. This study aims to
determine the length of weight, condition, and meat weight ratio of M. meretrix in the estuary
of the Wanggu River Kendari City Southeast Sulawesi. This research was conducted in
August-October 2021. Take a sampling of M. meretrix was carried out using the hand-
picking method or manually using the hands with gloves aids. Measurement of some water
quality parameters is done in conjunction with the sampling of M. meretrix. Data analysis is
the relationship of weight length, condition, and the weight ratio of meat. Furthermore, the
data was analyzed using FISAT II software version 1.2.2. The relationship between the
length of the weight of the M.meretrix shells in each sampling station, both male and female
shells, shows the average negative allometric growth pattern (b< 2,5). The highest temporal
female conditions are found in September (1,15) and the highest spatial female conditions are
found at station 1 (1,31) with the Fine Sand Substrate type (63,4%) and muddy (49,06%).
The average ratio of wet and dry meat weigth to the total weight of male and female M.
meretrix shells, which is found in October (16,23%) and (20,43). The average ratio of wet
and dry meat weight to the total weight of male and female M. meretrix shells is spatially
found at stations 1 (15,15%) and (20,27%). The quality of the waters in the estuaty of the
Wanggu River is still the optimal range for the growth of M. meretrix.
vi
RIWAYAT HIDUP
bapak LM. Mursalim dan Ibu Sadaria dan merupakan anak ke-1
Napabalano Kabupaten Muna dan tamat pada tahun 2013. Setelah tamat dari bangku
SMP penulis melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMK 1 Raha Kabupaten Muna
pada tahun 2013 dan lulus pada tahun 2016. Pada tahun 2016, penulis melanjutkan
studi ke Perguruan Tinggi Negeri di Universitas Halu Oleo Kendari melalui jalur
Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dan diterima sebagai
Kelautan.
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Dalam
penyusunan skripsi ini banyak hambatan serta rintangan yang penulis hadapi namun
pada akhirnya dapat melaluinya berkat adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi semua.
semua pihak bersangkutan yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat
yang lebih.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai
pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak.
Penulis
viii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa ta’ ala atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pola Pertumbuhan, Faktor Kondisi Dan Rasio Berat Daging Kerang Tahu (Meretrix
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat penulis dalam menyelesaikan studi
akademik strata 1 (S1) dan memperoleh gelar sarjana di Fakultas Perikanan dan Ilmu
bahwa dalam penulisan skripsi ini kemungkinan masih terdapat kesalahan akibat
maaf dan saran demi perbaikan kedepannya. Dengan terselesaikannya skripsi ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
LM. Mursalim dan Ibunda Sadaria yang terus memberikan semangat, dorongan doa,
kepada saudara-saudariku Haikal, Muh. Azan Sadiqin dan Wa Ode Nur Azzuha serta
Ucapan terimakasih penulis haturkan kepada Bapak Dr. Bahtiar, S.Pi., M.Si
dan Bapak Muhammad Fajar Purnama, S.Pi., M.Si yang telah bersedia mengarahkan
ix
dan membimbing penulis dalam menyusun skripsi dan memberikan banyak ilmu serta
solusi pada setiap permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini.
Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada berbagai pihak yang secara
langsung maupun tidak langsung membantu penulis sejak awal penyusunan hingga
selesainya penulisan tugas akhir ini. Oleh karena itu, perkenankan penulis berucap
1. Prof. Dr. Muhammad Zamrun F. S.Si., M.Sc, selaku Rektor Universitas Halu Oleo
2. Prof. Ir. H. La Sara, M.S i ., Ph.D selaku Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu
dan Keuangan dan Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Perikanan
4. Dr. Bahtiar, S.Pi., M.Si. dan Salwiyah, S.Pi., M.Si. selaku Ketua dan Sekretaris
Jurusan Manajemen Sumber Daya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
5. Dr. Ermayanti Ishak, S.Pi., M.Si., dan Dr. Latif Fekri, S.Pi., M.Si., selaku dosen
penguji yang telah memberikan masukan, saran, serta arahan dalam penyusunan
skripsi ini.
6. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu
Oleo yang telah memberikan ilmu dan bantuannya selama penulis menjalani studi
7. Mama tua saya Wa Ode Momi yang selalu mendukung, support serta doanya dan
Sepupu saya Winda Welani, S.E, Andi, Wa Ode Irma Gobe, Rian, Aldin yang saya
x
sudah anggap seperti saudara kandung yang selalu memberikan bantuan dan
dukungan.
Baharudin, S.Pi, Rahmadani, S.Pi, Andika Resa Pratama, S.Pi, Muh. Roris, S.Pi,
Anggelini Cahya Dirani, S.Pi, Siti Adelya, S.Pi, Indah Nur Fatimah, S.Pi dan Nur
Intan, S.Pi
9. Sahabat saya yang selalu memberi semangat dan bantuan dari awal kuliah sampai
sekarang: Fajrin Huda, S.Kom, Evang, Ferianto, Lipin Idaman, Jufri, Zuwarlan,
10. Keluarga Besar MSP 016, BDP 016, IKL 016, ABP 016, PIT 016, OSEAN 016
dan THP 016, terimakasih atas masa-masa indah, kebersamaan, dan suka duka
selama kuliah
11. Senior-senior ankatan 2015, 2014, dan 2013 yang telah memberikan arahan dan
12. Adik-adik angkatan 2018, Reski Aprianto, Sitti Rosna, Haziyah dan Tisan
Oktavia yang telah turut serta membantu dalam penelitian kerang tahu
13. Keluarga besar MAPIARA FPIK UHO, terima kasih kepada Dewan Pendiri,
enam Getir Lembah Aoma dan seluruh anggota yang saya tidak bisa sebut
namanya satu per satu, terimakasih atas ilmu, masukan, arahan, serta semangatnya
14. Keluarga besar Himpunan Pemuda Pelajar dan Mahasiswa Desa Labone
xi
15. Pihak-pihak lain yang membantu namun tidak bisa penulis sebutkan satu per satu
ta’ala membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis dengan pahala
yang setimpal dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak lain yang memerlukan.
xii
DAFTAR ISI
Halaman
xiii
BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan. ............................................................................. 34
B. Saran......................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Alat dan bahan............................................................................. 10
2. Variabel penelitian ...................................................................... 11
3. Rasio berat daging secara temporal............................................. 22
4. Rasio berat daging secara spasial ................................................ 23
5. Parameter kualitas air .................................................................. 25
6. Presentase tekstur substrat........................................................... 25
xvi
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kerangan dari kelas bivalvia yang secara alami menempati muara Sungai Wanggu
Kota Kendari sebagai habitat dan relung hidupnya. Ciri morfologi khas kerang
tahu antara lain cangkangnya berbentuk segi tiga pipih, halus dan berkilau serta
memiliki bermacam warna dan pola permukan luar cangkang, dengan garis
kosentris yang sejajar sebagai garis pertumbuhan (Gifari, 2011). Alaminya kerang
ini prefer pada substrat pasir halus (SPH) karena substrat tersebut mempunyai
retensi yang tinggi terhadap kehilangan air serta kemudahannya untuk digali
(Siswantoro, 2003). Kerang tahu memiliki peranan penting bagi masyarakat yang
berada di sekitar Sungai Wanggu. Kerang ini umumnya dijadikan sebagai salah
satu komoditi konsumsi karena memiliki kandungan protein tinggi. Selain itu
sumber daya remis juga diperjual-belikan dengan harga yang cukup tinggi di
pemanfaatan kerang tahu tidak hanya terbatas sebagai sumber nutrisi yang terdiri
atas sembilan asam amino esensial dan enam asam amino non esensial tapi
upaya budidaya.
pemanfaatan kerang M. Meretrix oleh masyarakat berkisar 5-10 kg/hari atau 1 trip
1
2
± 150 ekor/hari. Ekploitasi kerang ini tidak hanya dilakukan pada ukuran dewasa
dan matang gonad (rape), namun juga pada ukuran yang kecil. Chairunisa (2008)
mengungkapkan bahwa hasil tangkapan kerang tahu terus menurun dan ukuran
populasi yang cenderung semakin kecil. Keadaan ini disertai dengan minat
semakin besarnya populasi kerang tahu muda/kecil dan secara langsung dapat
(suhu, salinitas, dan pH) maka berbeda tempat, berbeda pula pola
beda. Penyebab kualitas habitat di Muara Sungai Wanggu mulai menurun yaitu
kerang tahu belum dilakukan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian
B. Rumusan Masalah
(tangkap lebih) yang dapat mempengaruhi pola pertumbuhan dan faktor kondisi
masih sangat sedikit. Oleh karena itustudi-studi ilmiah, masih sangat dibutuhkan
terkhusus dalam penelitian ini ialah “bagaimana pola pertumbuhan dan faktor
kondisi kerang tahu yang berlokasi di muara Sungai Wanggu Kota Kendari
Sulawesi Tenggara”.
kondisi dan rasio berat daging kerang tahu di muara Sungai Wanggu Kota Kendari
Sulawesi Tenggara.
mengenai hubungan panjang berat dan faktor kondisi pertumbuhan kerang tahu.
Selain itu, informasi tersebut dapat memberikan gambaran bagi penelitian lanjutan
A. Klasifikasi
Kingdom: Animalia
Filum: Moluska
Kelas: Bivalvia Ordo
Ordo: Veneroida
Famili: Veneridae
Genus: Meretrix
Spesies: Meretrix meretrix
Kerang tahu termasuk dalam filum Moluska. Kata moluska berasal dari
bahasa Yunani yang berarti lunak. Selain memiliki tubuh yang lunak kerang
yang simetris bilateral dan terdiri dari dua cangkang tersebut kerang dinamakan
dengan bivalvia. Kaki biasanya berbentuk seperti kapak dan insang tipis
berbentuk seperti papan. Umumnya, kerang ini memiliki kelamin yang terpisah
dan ada juga yang hermaprodit (Romimohtarto dan Juwana, 2001). Kerang
dan mencegah tubuhnya agar tidak kehilangan air terlalu banyak. Cangkang ini
terdiri atas dua keping yang berukuran relatif sama dan bertumpu pada satu engsel
berhubungan pada bagian dorsal, rongga mata luas dan insang biasanya besar
4
5
karena berfungsi sebagai alat pernapasan dan sebagai pengumpul makanan pada
khususnya. Puncak cangkang disebut umbo dan merupakan bagian yang paling
karena bentuknya yang sama. Alat kelamin hewan ini terbungkus oleh mantel dan
lumpur dan pasir) didaerah deposisi merupakan faktor penentu distribusi dan
habitat berupa pasir halus. Kedalam pembenaman kerang tahu memiliki siphon
2012)
terdapat dalam ekosistem air payau, khususnya sungai yang bersubstrat lumpur
6
atau pasir. Hewan ini biasanya menguburkan dirinya dalam lumpur atau pasir dan
pada saat tertentu akan berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain
dengan menggunakan satu kaki yang dapat dijulurkan di sebelah interior dari
cangkang.
berlumpur dan ada juga beberapa jenis yang melekat pada substrat dengan bahan
seperti benang. Peranan substrat tersebut antara lain sebagai tempat hidup, tempat
mencari makan dan tempat berlindung dari serangan musuh (Romimohtarto dan
Juwana, 2001).
sampai halus. Ukuran partikel sedimen berperan penting bagi kelimpahan dan
distribusi bivalvia. Kerang tahu ini ditemukan dari substrat lumpur dan pasir.
manusia seperti pembukaan lahan dan kegiatan tambak serta efek kegiatan urban
al., 2009).
D. Pola Pertumbuhan
pertambahan ukuran panjang dan berat tubuh dalam suatu periode tertentu.
Pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dalam (internal) dan faktor
luar (eksternal). Faktor internal diantaranya yaitu keturunan, umur, parasit dan
penyakit, sedangkan faktor eksternal adalah makanan dan suhu. Analisa hubungan
7
menggunakan parameter panjang dan berat. Berat dianggap sebagai suatu fungsi
dari panjang. Nilai hubungan panjang berat pada organisme dapat memberikan
(Effendie, 1997).
dimaksudkan untuk mengukur variasi berat harapan untuk panjang tertentu dari
hubungan panjang berat digunakan untuk mengestimasi faktor kondisi atau sering
disebut dengan index of plumpness, yang merupakan salah satu derivat penting
keadaan kesehatan relatif populasi atau individu tertentu. Hubungan panjang berat
dan faktor kondisi secara sistematis mempunyai nilai praktis karena dapat
1989).
E. Faktor Kondisi
Faktor kondisi juga merupakan hubungan antara berat dan panjang. Faktor ini
masa aktif dan juga secara luas digunakan untuk mengukur rata-rata berat dari
suatu panjang yang diketahui dan untuk menghitung indeks kondisi fisik populasi.
Faktor kondisi juga sangat bermanfaat untuk mengevaluasi kualitas habitat dan
pada kondisi suatu organisme apabila kondisi suatu organis mekurang baik atau
kurus. Hal ini berhubungan dengan populasi organisme yang terlalu padat dan
baik dan sumber makanan cukup melimpah maka ada kecenderungan organisme
yang mendiami habitat tersebut gemuk atau montok. Keperluan analisis tersebut
Faktor kondisi atau indeks ponderal (K) merupakan keadaan yang menyatakan
dan berat. Faktor kondisi merupakan salah satu derivat dari pertumbuhan yang
sering disebut pula sebagai Faktor K. Faktor kondisi ini menunjukkan keadaan
baik dari organisme dilihat dari segi keadaan fisik untuk survival dan reproduksi
(Effendie, 1979).
F. Parameter Lingkungan
suhu, tekstur substrat, pH, dan bahan organik. Suhu merupakan salah satu faktor
(2010), suhu air juga akan menentukan kehadiran dari spesies-spesies akuatik,
memengaruhi pemijahan dan penetasan serta aktivitas dan rangsangan yang dapat
bahwa organisme akuatik memiliki kisaran suhu tertentu yang dapat memengaruhi
pertumbuhannya. Nontji (1987) bahwa hewan yang hidup di zona pasang surut
9
perubahan suhu.
Veiga et al., (2014) bahwa tekstruk substrat merupakan salah satu faktor yang
karena selain berperan sebagai tempat tinggal juga berfungsi sebagai penimbun
ditentukan oleh pasang surut, gelombang, dan debit air serta interaksi faktor
Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH. Organisme perairan
besar spesies akuatik menyukai pH yang mendekati nilai netral yaitu berkisar 7–
Marunda ditemukan bahwa kerang lamis dapat ditemukan pada perairan yang
Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, dimulai pada bulan Agustus -
Kota Kendari (Gambar2). Analisis panjang berat, faktor kondisi, berat basah dan
Alat dan bahan yang digunakan saat penelitian pola pertumbuhan dan
faktor kondisi kerang tahu (M. meretrix) dapat dilihat pada Tabel 1.
C. Variabel Penelitian 10
11
Jumlah sampel dan posisi daerah pengamatan ditentukan terlebih dahulu pada
lokasi penelitian. Hal ini dimaksud agar pengambilan kerang tahu yang dilakukan
oleh masyarakat relatif berdekatan dengan kondisi yang relatif sama di semua
bagian perairan. Karaktristik ekologi pada setiap daerah pengambilan data sebagai
berikut:
dengan tangan pada habitat kerang tahu lalu diambil secara perlahan. Jumlah
plastik sampel. Sampel tersebut dibawa ke pantai untuk diukur panjang, lebar,
tebal, bobot total, dan bobot daging basah yang dilakukan di lapangan.
13
dimasukan dalam plastik sampel yang telah diberi label, selanjutnya substrat
F. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian pola pertumbuhan, faktor kondisi dan rasio berat
Hubungan panjang berat dapat dihitung dengan rumus Ricker (1975) yaitu:
Keterangan :
Parameter a dan b, digunakan analisis regesi dengan Log W sebagai ‘y’ dan Log L
Y = ax - b.............................................................................................................. (3)
H1 : b ≠ 2,5 hubungan panjang dengan bobot adalah allometrikpositif, jika b> 2,5
negatif, jika b< 2,5 (pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan pertambahan
bobot).
Faktor Kondisi
Keterangan :
Presentase berat daging kering terhadap berat basah dan berat total diamati
Keterangan :
Bd= berat daging
Bt = berat total
Rasio berat daging basah dan berat daging kering menggunakan persamaan
(Niswari, 2004) :
Keterangan :
Hasil Penelitian
Kecamatan Baruga.
Muara Sungai Wanggu dimanfaatkan oleh nelayan sekitar sebagai sumber mata
daya ikan dan non ikan baik di kawasan mangrove maupun di area lepas pantai
(offshore). Adapun kondisi perairan Sungai Wanggu memiliki ciri khas substrat
pasir berlumpur dan terdapat vegetasi mangrove dari golongan bakau (Rhyzopora
sp.) dan pidada (Soneratia sp.). Organisme yang terdapat di Sungai Wanggu terdiri
beberapa jenis yang bisa ditemukan diantaranya: seperti ikan teri (Stolephorus
Beberapa komoditi non ikan seperti jenis-jenis bivalvia yaitu kerang darah
(Julhija et al., 2021), kerang coklat (Modiolus modulaides) (Nasrawati et al., 2017)
15
16
dan kerang tahu (M. meretrix) (Anggelini, 2022). Berbagai organisme yang berada
di muara Sungai Wanggu, salah satu yang cukup diminati masyarakat yaitu kerang
tahu khususnya yang tinggal di sekitar Teluk Kendari. Minat masyarakat terhadap
kerang tahu yang tinggi, menyebabkan kerang ini dimanfaatkan untuk memenuhi
Hasil analisis hubungan panjang berat secara temporal untuk nilai b kerang tahu di
muara Sungai Wanggu menunjukkan bahwa kerang tahu jantan tertinggi terdapat
di bulan Oktober dengan nilai maksimum sebesar 2,738 (R2 = 0,909), sedangkan
jantan terendah terdapat di bulan Agustus dengan nilai b sebesar 1,577 (R2 =
0,484). Analisis kerang tahu betina tertinggi terdapat di bulan Oktober dengan
nilai b maksimum sebesar 2,492 (R2 = 0,888) sedangkan nilai b betina terendah
terdapat di bulan Agustus dengan nilai sebesar 2,320 (R2 = 0,750) (Gambar 4).
Agustus
17
Jantan Betina
2,00 2,00
1,50 1,50
1,00 1,00
y = 2.320x - 4.421
y = 1.577x - 2.556 0,50 R² = 0.750
0,50 R² = 0.484
N = 24
N =46 0,00
0,00 2,45 2,50 2,55 2,60 2,65
2,45 2,50 2,55 2,60 2,65
September
2,50 1,60
2,00 1,55
Berat(G)
1,50 1,50
1,00 y = 1.612x - 2.689 1,45
y = 2.4804x - 4.8923
R² = 0.524 1,40
0,50 R² = 0.8377
N=45 1,35
0,00 N= 25
1,30
2,20 2,40 2,60 2,80
2,50 2,55 2,60 2,65
Oktober
2,00 2,00
1,50 1,50
1,00 1,00
y = 2.738x - 5.541 y = 2.492x - 4.915
0,50 R² = 0.909 0,50 R² = 0.888
N=40 N=30
0,00 0,00
2,45 2,50 2,55 2,60 2,45 2,50 2,55 2,60
Panjang (cm)
Gambar 4. Hubungan panjang berat kerang tahu (M. meretrix) jantan danbetina
secara temporal.
18
Stasiun I
Jantan Betina
2,00 2,00
1,50 1,50
1,00 1,00
y = 2.485x - 4.878 y = 2.258x - 4.286
0,50 R² = 0.635 0,50 R² = 0.687
N=29 N=27
0,00 0,00
2,30 2,40 2,50 2,60 2,70 2,45 2,50 2,55 2,60 2,65
Stasiun II
2,00 1,60
1,55
1,50
Berat(G)
1,50
1,00 1,45
y = 2.466x - 4.852 y = 2.600x - 5.193
0,50 R² = 0.805 1,40
R² = 0.772
N=50 1,35 N=31
0,00 1,30
2,40 2,50 2,60 2,70 2,50 2,55 2,60 2,65
Stasiun III
2,50 1,60
2,00 1,55
1,50
1,50
1,45
1,00 y = 1.268x - 1.796 1,40 y = 2.100x - 3.908
0,50 R² = 0.204 R² = 0.743
1,35
N=52 N=21
0,00 1,30
2,20 2,40 2,60 2,80 2,45 2,50 2,55 2,60 2,65
Panjang (cm)
Gambar 5. Hubungan panjang dan berat kerang tahu jantan (M. meretrix) dan
betina secaraspasial.
19
Hasil analisis hubungan panjang berat secara spasial menunjukan bahwa nilai b
kerang tahu jantan tertinggi terdapat di stasiun I dengan nilai sebesar 2,485 (R2
0,635), sedangkan nilai b untuk jantan terendah terdapat di stasiun III berkisar
1,268 (R2 0,204). Nilai b kerang tahu betina tertinggi terdapat pula di stasiun II
sebesar 2,600 (R2 0,772), sedangkan nilai b betina terendah terdapat di stasiun III
Faktor Kondisi
Hasil analisis faktor kondisi kerang tahu di muara Sungai Wanggu secara
temporal menunjukkan bahwa kerang tahu jantan tertinggi dan terendah terdapat
pada bulan September dengan nilai maksimum 1,15 pada kelompok ukuran 212-
244 mm dan terendah dengan nilai 0,00 pada kelompok ukuran 245-277 mm.
Analisis kerang tahu betina tertinggi ditemukan pada bulan Agustus dengan nilai
maksimum 1,05 pada kelompok ukuran 386-400 mm dan kerang tahu betina
terendah di bulan September dengan nilai 0,00 pada kelompok ukuran 371-384
mm (Gambar 6).
Hasil analisis secara spasial didapatkan nilai faktor kondisi (FK) jantan tertinggi
di stasiun I dengan nilai maksimum 1,31 pada kelompok ukuran 239-264 mm dan
faktor kondisi jantan terendah terdapat pada stasiun III nilai 0,00 pada kelompok
ukuran 241-269 mm. Perhitungan kerang tahu betina tertinggi terdapat pada
stasiun I dengan nilai maksimum 1,18 pada kelompok ukuran 311-327 mm dan
faktor kondisi terendah kerang tahu betina terdapat pada stasiun III dengan nilai
Agustus
Jantan Betina
1,50 1,50
1,00 1,00
0,50 0,50
0,00 0,00
September
1,40 1,20
1,20 1,00
Kn Rata-rata
1,00 0,80
0,80
0,60
0,60
0,40 0,40
0,20 0,20
0,00 0,00
Oktober
1,50 1,50
1,00 1,00
0,50 0,50
0,00
0,00
Stasiun I
Jantan Betina
1,40 1,40
1,20 1,20
1,00 1,00
0,80 0,80
0,60 0,60
0,40 0,40
0,20 0,20
0,00 0,00
Stasiun II
1,50 1,50
Kn Rata-rata
1,00 1,00
0,50 0,50
0,00 0,00
Stasiun III
1,20 1,20
1,00 1,00
0,80 0,80
0,60 0,60
0,40 0,40
0,20 0,20
0,00 0,00
Rata-rata rasio berat daging basah per berat total kerang tahu di muara Sungai
Wanggu pada kerang jantan tertinggi terdapat pada bulan Agustus dari kelompok
ukuran 311-324 mm sebesar 15,15% dari berat totalnya. Berat terendah ditemukan
pada bulan September pada kelompok ukuran 212-244 mm sebesar 10,88% dari
berat totalnya, sedangkan presentase kerang betina tertinggi ditemukan pada bulan
Agustus pada kelompok ukuran 311-325 mm sebesar 16,23% dari berat totalnya.
Berat terendah ditemukan pada bulan Oktober pada kelompok ukuran 386-400
mm sebesar 12,70% dari berat totalnya. Analisis berat daging kering per berat
totalnya pada kerang jantang tertinggi ditemukan pada bulan Oktober sebesar
ditemukan pada bulan Agustus sebesar 14,18% pada kelompok ukuran 395-408
mm (Tabel 3).
Tabel 3. Persentase rata-rata rasio daging kerang tahu jantan dan betina secara
temporal
Jenis kelompok
Bulan Individu %BDB %BDK
Kelamin ukuran (mm)
Agustus 311-324 8 15,15 16,70
395-408 1 13,90 14,18
Jantan September 212-244 2 10,88 16,86
377-409 1 11,31 17,02
Oktober 312-325 7 12,43 19,26
382-395 2 11,62 19,45
Agustur 311-325 6 16,23 16,25
386-400 2 14,88 15,57
Betina September 329-342 5 13,82 19,56
399-412 2 13,39 18,15
Oktober 311-325 5 13,04 19,78
386-400 2 12,70 20,43
23
Hasil analisis rasio berat daging secara spasial rata-rata rasio berat daging basah
per berat total kerang jantan tertinggi terdapat pada stasiun III pada kelompok
dari berat totalnya. Berat terendah ditemukan pada stasiun III pada kelompok
ukuran 393-409 mm sebesar 11,32% dari berat totalnya. Analisis berat daging
kering per berat total pada kerang jantang tertinggi ditemukan pada stasiun II
mm(Tabel 4).
Tabel 4. Persentase rata-rata rasio daging kerang tahu jantan dan betina secara
spasial
Jenis Kelompok
Stasiun Individu %BDB %BDK
Kelamin ukuran (mm)
I 239-264 1 14,97 16,26
369-394 2 13,50 19,15
Jantan II 291-307 1 13,60 15,96
393-409 1 11,32 20,27
III 212-240 1 15,04 16,39
386-414 1 11,09 19,38
I 311-327 6 14,70 14,78
396-412 2 12,64 20,54
Betina II 328-339 5 15,15 16,73
388-399 2 12,79 18,74
III 291-307 1 13,60 15,96
393-409 1 11,32 20,27
24
Pengukuran kualitas perairan yang dilakukan selama tiga bulan penelitian, terdiri
dari parameteter fisika dan kimia. Parameter fisika yang diamati yaitu suhu,
tekstur substrat, dan kecepatan arus, sedangkan parameter kimia perairan yang
Pengukuran suhu air perairan yang diperoleh selama periode penelitian berkisar
25–30oC. Suhu tertinggi terdapat pada bulan Oktober yaitu sebesar 30°C
ditemukan pada stasiun III, sedangkan suhu terendah terdapat pada bulan Agustus
tertinggi tedapat pada bulan September yaitu sebesar 70,0 ditemukan pada stasiun
II, sedangkan kecerahan terendah terdapat pada bulan Agustus sebesar 20,0
memiliki nilai yang sama ditiap bulanya yaitu 6. Pengukuran bahan organik
tertinggi terdapat pada bulan Oktober sebesar 4,922% ditemukan pada stasiun I,
sedangkan bahan organik substrat terendah terdapat pada bulan September yaitu
sebesar 1,794% ditemukan pada stasiun II. Pengukuran kecepatan arus yang
terdapat pada bulan Oktober yaitu sebesar 3,32 m/detik ditemukan pada stasiun
III, sedangkan kecepatan arus terendah terdapat pada bulan September yaitu
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengukuran panjang berat kerang tahu secara temporal yang
diamati selama penelitian pada kerang jantan dan betina memiliki nilai b yang
bervariasi. Nilai b tertinggi pada kerang jantan dan betina terdapat pada bulan
Oktober, masing-masing sebesar 2,734 jantan dan betina 2,49. Kondisi ini
memiliki nilai b >2,5 dan memiliki pola pertumbuhan allometrik negatif untuk
kerang betina karena memiliki nilai b <2,5, sedangkan terendah pada kerang
jantan dan betina terdapat pada bulan Agustus sebesar 1,587 untuk jantan dan
pada kerang betina sebesar 1,32. Selain itu pada bulan-bulan yang lain pola
pertumbuhan kerang tahu yaitu allometrik negatif karena memiliki nilai b <2,5.
Hal ini didukung oleh pernyataan Bahtiar (2005) bahwa apabila nilai b <2,5 maka
bila b >2,5 maka kondisi ini memiliki pola pertumbuhan allometrik positif karena
rendahnya fluktuatif Nilai b yang tidak dipengaruhi oleh kualitas perairan karena
berdasarkan hasil analisis pengukuran kualitas air seperti suhu dan pH memiliki
(1997) bahwa perbedaan pola pertumbuhan yang terjadi dapat disebabkan oleh
dua faktor yaitu faktor internal yang cenderung sulit untuk dikontrol diantaranya
sepertu keturunan (gen) dan kelamin, serta faktor eksternal yaitu parasit, penyakit,
pertumbuhan panjang dan pertambahan bobot tubuh. Bentuk tubuh normal akan
nilai b pada hubungan panjang dan bobot tubuh (Bahtiar, 2007). Hal ini sesuai
yakni 1,79 hingga 2,63. Hal ini disebabkan oleh besarnya pembelanjaan energi
pada kerang yang berukuran lebih besar untuk pemijahan (mengeluarkan telur dan
celebensis lebih cepat dari pada beberapa bivalvia lainnya seperti kerang
Pernaviridis, Anadara granosa, dan A. Antiquate bahwa pada kerang betina lebih
2. Faktor Kondisi
dan juga secara luas digunakan untuk menghitung indeks kondisi fisik populasi
(Prihartini, 2006). Faktor kondisi (Kn) atau ponderal index juga merupakan salah
kemontokan dari segi keadaan fisik untuk survival dan reproduksi, mengevaluasi
Hasil analisisa faktor kondisi kerang tahu secara temporal di Sungai Wanggu Kota
Kendari memiliki nilai yang berbeda-beda. Faktor kondisi kerang jantan yang
memiliki nilai tertinggi dan terendah terdapat pada bulan September yaitu
tertinggi sebesar 1,15 (377-409 mm) dan yang terendah yaitu sebesar 0,00 (212-
244 mm), kemudian pada kerang betina faktor kondisi tertinggi terdapat pada
bulan Agustus yaitu sebesar 1,05 (386-400 mm) dan faktor kondisi terendah pada
bulan September 0,00 (329-342 mm) (Gambar 6). Nilai faktor kondisi yang tinggi
pada ukuran cangkang yang lebih rendah, disebabkan oleh kerang pada ukuran ini
kondisi lebih tinggi dibandingkan dengan ukuran kerang yang lebih besar, karena
berpengaruh terhadap bobot tubuh atau kemontokan pada kerang ini. Hal ini juga
dijelaskan oleh Komala (2011) bahwa kerang yang lebih kecil memiliki faktor
kondisi yang lebih tinggi, karena energi yang diperoleh digunakan untuk
dapat terjadi karena perkembangan gonad yang akan mencapai puncak sebelum
memiliki nilai faktor kondisi yang lebih rendah, diduga karena kelompok ukuran
morfometrik kerang tahuyang diamati, karena pada kondisi normal faktor kondisi
al., (1995) menyatakan bahwa banyak faktor yang memengaruhi faktor kondisi
patogen.
Faktor kondisi kerang tahu betina memiliki nilai yang jauh berbeda dengan nilai
faktor kondisi pada kerang tahu jantan. Pada kerang betina memiliki nilai faktor
kondisi relatif seragam pada semua bulan serta semua selang ukuran. Hal ini
disebabkan oleh sampel kerang betina yang diperoleh selama penelitian memiliki
selang ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan kerang jantan (Gambar6).
Seragamnya nilai faktor kondisi ini diduga berkaitan dengan tingkat kematangan
gonad yang menurun serta energi yang menurun setelah pemijahan, sehingga
mencapainya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tampubolon et al., (2002) bahwa
kematangan gonad dan akan menurun ketika telah terjadi pemijahan. Selanjutnya
Neef dan Cargnelli (2004) menyatakan bahwa selama musim pemijahan aktivitas
oleh umur dan strategi reproduksi dari setiap individu. Hal ini sesuai dengan
selang ukuran disebabkan oleh umur dan strategi reproduksi dari setiap individu,
Dari hasil penelitian rasio berat daging basah perberat total dan rata-rata rasio
berat daging kering per berat total dari kerang jantan dan betina tertinggi terdapat
pada bulan Agustus. Nilai rasio berat daging dipengaruhi oleh tingginya nilai
bahan organic pada penelitian ini. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bahtiar
(2005) bahwa ketersediaan makanan merupakan salah satu faktor yang dapat
karena adanya energi yang berasal dari makanan. Bila makanan tersedia dalam
Analisis rasio berat selama penelitian tertinggi terdapat pada kerang betina, hal ini
terjadi karena pada kerang betina selama penelitian diperoleh variasi ukuran yang
ditemukan dari ukuran kecil sampai dengan ukuran yang besar yaitu dengan
selangukuran 311-325 mm, sedangkan kerang jantan terdapat pada bulan Agustus
dan memiliki pada selangukuran 311-324 mm (Tabel 4). Kerang yang memiliki
memiliki nilai persentase rasio berat daging yang lebih tinggi, sedangkan pada
pemijahan dan mengganti sel- sel yang telah rusak. Hal ini sesuai dengan nilai
32
faktor kondisi yang diperoleh, pada selang ukuran kecil memiliki nilai faktor
kondisi lebih tinggi dibandingkan dengan selang ukuran yang lebih besar. Kondisi
ini sesuai dengan hasil penelitian Zumiati (2014) bahwa persentase rasio berat
daging basah pada kerang yang berukuran kecil lebih tinggi dibandingkan kerang
yang memiliki ukuran cangkang yang lebih besar, hal ini disebabkan oleh
besarnya pembelanjaan energi pada kerang yang berukuran lebih besar untuk
pemijahan (mengeluarkan telur dan sperma). Hal ini menunjukkan bahwa kerang
jantan memiliki persentase tertinggi dibandingkan kerang betina dari bobot daging
terhadap proses reproduksi dan pertumbuhan. Suhu yang ditemukan selama waktu
Suhu dengan kisaran 26–30oC masih dalam batas toleransi bivalvi. Kisaran suhu
yang diperoleh selama penelitian masih berada pada kisaran suhu yang baik untuk
tahap perkembangan gonad kerang tahu di muara Sungai Wanggu. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Paonganan (2002) bahwa salah satu faktor yang menunjang
kehidupan kerang adalah suhu. Suhu yang optimal untuk kehidupan kerang
berkisar 28–34°C. Suhu dapat memengaruhi berbagai aktivitas biologis dari suatu
tersebut antara lain selera makan, kekebalan, laju fotosintesa bagi produsen primer
dilaut, proses metabolisme dan reproduksi. Apabila suhu sangat tinggi, fungsi
pengukuran kecerahan terenda berada pada stasiun I dan nilai tertinggi berada
pada stasiun II. Hal ini disebebkan karena pengaruh masuknya muatan bahan
tersuspensi yang terbawa melalui aliran air sungai serta adanya pengaruh limbah
rumah tangga yang dibuang langsung ke perairan serta adanya kegiatan reklamasi
rendah.Hal ini sesuai dengan pernyataan Davis dan Cornwell (1991) yang
penelitian berkisar 6 (Tabel5). Nilai pH tersebut masih berada pada kisaran yang
baik untuk kehidupan bivalvi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hynes (1978)
bahwa nilai pH <5 dan >9 menciptakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi
terdapat pada stasiun I sebesar 4,922 mg/L dan konsentrasi terendah pada stasiun
II sebesar 1,794 mg/L. Hal ini disebabkan oleh aktivitas pemukiman yang berada
disekitar daerah aliran Sungai Wanggu. Hal ini sesui dengan pernyataan Saksena
organik.
berkisar 1,40-3,32 m/detik (Tabel5). Kecepatan arus tertinggi terjadi pada stasiun
III dan terendah terjadi pada stasiun II. Kondisi ini memperlihatkan bahwa
kecepatan arus yang diperoleh relatif konstan. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Akhrianti et al., (2014) bahwa kecepatan arus yang tinggi dapat menyebabkan
Substrat dasar berkaitan erat dengan fraksi butiran sedimen. Stasiun I lebih
didominasi oleh substrat berupa pasir kasar dengan presentase 42,8%, pada
stasiun II didominasi oleh substrat berupa pasir halus dengan presentase 63,4%,
sedangkan pada stasiun III berupa lumpur dengan presentase sebanyak 49,06%.
digolongkan dalam jenis substrat berpasir.Hal ini karena kecepatan arus pada
muara Sungai Wanggu memiliki kecepatan arus yang tinggi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Nybakken (1982) bahwa pada muara sungai pada arus yang kuat
akan banyak ditemui substrat berpasir karena hanya partikel yang berukuran besar
A. Kesimpulan
Hubungan panjang berat kerang tahu di setiap stasiun pengambilan sampel baik
allometrik negatif.
Faktor kondisi kerang tahu jantan dan betina secara temporal tertinggi terdapat
pada bulan September dan faktor kondisi kerang tahu jantan dan betina secara
spasial tertinggi terdapat pada stasiun I dengan tipe substrat pasir halus berlumpur.
Rata-rata rasio berat daging basah jantan dan betina secara temporal tertinggi
terdapat pada bulan September dan rasio berat daging kering terhadap berat total
kerang tahu jantan dan betina secara temporal yaitu terdapat pada bulan Oktober.
Kualitas air di muara Sungai Wanggu masih berada pada kisaran yang optimal
B. Saran
sehingga data yang ada dapat menggambarkan kondisi kerang tahu selama
manajemen sumber daya kerang tahu di muara Sungai Wanggu secara lestari dan
berkelanjutan.
35
36
DAFTAR PUSTAKA
Bahtiar. 2005. Kajian Populasi Pokea (Batissa violacea var. celebensis, von
Martens, (1897), di Sungai Pohara Kendari Sulawesi Tenggara. Tesis. IPB. 75
hal.
Bahtiar.2012. Studi Bioekologi & Dinamika Populasi Pokea (Batissa violacea var.
celebensis von Martens, (1897) Yang Tereksploitasi Sebagai Dasar Pengelolaan
Di Sungai Pohara Sulawesi Tenggara.
Effendie, M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 112 hal.
36
37
Pescod, M.B. 1973. Inventigation of Rational Effluent and Stream Standard for
Tropical Countries. Enviromental Engineering Division.Asian Institute
Tecnology. Bangkok. 145p.
Prihartini, A.2006. Analisis Tampilan Biologis Ikan Layang (Decapterus, sp.) Hasil
Tangkapan Purseseine yang di Daratkan di PPN Pekalongan. Tesis. Program Studi
Manajemen Sumber daya Pantai. Program Pascasarjana. Universitas Diponegoro.
Semarang. 91 hal
Vakily, J. M. 1989. The Biology and Cultureof Mussels of the Genus Perna.
ICLRAM Studies and Review No.17, Manila. 63 hal.
Veiga, P., Rubal, M., Cacabelos, E., Maldonado, C., Sousa,I. P. 2014.Spatial
Variabilityof Macrobentic Zonation on Exposed Sandy Beaches. Jurnal of Sea
Research, 90: 1-9.
Vakily, J. M. 1989. The Biology and Culture of Mussels of the Genus Perna.
ICLRAM Studies and Review No.17, Manila. 63 hal.
38
Veiga, P., Rubal, M., Cacabelos, E., Maldonado, C., Sousa, I. P. 2014. Spatial
Variability of Macrobentic Zonation on Exposed Sandy Beaches. Jurnal of Sea
Research,90: 1-9.
LAMPIRAN
a. Bulan Agustus
Berat
L (mm) Total
L (mm) 1
Berat
Total 0.871 1
Pola Pertumbuhan
X 60.925
Y 35.264
X^2 154.679
Y^2 51.967
XY 89.568
X bar 2.539
Y bar 1.469
39
40
b. Bulan September
Berat
NO Panjang L (mm) Seks
Total
1 33.3 333 22.2 B
2 40.6 406 36.44 B
3 40.5 405 37.1 B
4 35.4 354 30.22 B
5 36.1 361 28.06 B
6 35.4 354 25.54 B
7 35.1 351 28.18 B
8 34.4 344 25.46 B
9 38.5 385 30.96 B
10 36.4 364 28.96 B
11 34.3 343 25.86 B
12 39.5 395 37.84 B
13 36.4 364 28.9 B
14 34.3 343 23.7 B
15 36.4 364 31.04 B
16 35.4 354 29.32 B
17 33.3 333 22.7 B
18 35.4 354 22.4 B
19 35.3 353 24.58 B
20 34.5 345 28.78 B
21 32.9 329 21.94 B
22 33.3 333 22.48 B
23 34.5 345 24.7 B
24 39.5 395 35.78 B
25 33.3 333 23.94 B
Berat
L (mm) Total
L (mm) 1
Berat
Total 0.926 1
41
c. Bulang Oktober
Berat
NO Panjang L (mm) Seks
Total
1 39.1 391 36.96 B
2 33.5 335 24.9 B
3 33.4 334 23.7 B
4 35.1 351 30.5 B
5 36.4 364 28.98 B
6 32.4 324 21.1 B
7 36.3 363 27.94 B
8 37.9 379 33.88 B
9 34.5 345 24.04 B
10 32.7 327 23.56 B
11 39.3 393 35.8 B
12 31.6 316 21.24 B
13 33.8 338 23.72 B
14 31.6 316 20.2 B
15 36.2 362 28.76 B
16 33.9 339 26.06 B
17 36.4 364 29.94 B
18 34.1 341 26.56 B
19 35.7 357 26.28 B
20 35.4 354 28.32 B
21 33.9 339 22.68 B
22 37.9 379 30.54 B
23 33.7 337 22.9 B
24 36.4 364 28.96 B
25 35.2 352 24.96 B
26 32.9 329 23.38 B
27 35.5 355 26.96 B
28 33.5 335 23.58 B
29 34.9 349 27.86 B
30 36.1 361 27.78 B
Berat
L (mm) Total
L (mm) 1
Berat Total 0.941 1
Pola
Pertumbuhan
X 76.293
Y 42.667
X^2 194.038
Y^2 60.807
42
XY 108.551
X bar 2.543
Y bar 1.422
A -4.915 0.000012 a=Y bar-(X bar*b)
b=(XY-((1/n)*X*Y))/(X^2-
B 2.4921 ((1/n)*((X^2)))
N 30
a. Bulan Agustus
Kn rata-
NO
SKB SKA Fi % Kelas rata
1 311 325 6 25 311-325 1.03
2 326 340 5 21 326-340 0.98
3 341 355 6 25 341-355 1.00
4 356 370 1 4 356-370 0.94
5 371 385 4 17 371-385 0.99
6 386 400 2 8 386-400 1.05
24 100
Kn rata-
NO
SKB SKA Fi % Kelas rata
1 311 324 8 17 311-324 1.03
2 325 338 10 22 325-338 0.94
3 339 352 14 30 339-352 1.02
4 353 366 6 13 353-366 1.05
5 367 380 5 11 367-380 0.97
6 381 394 2 4 381-394 1.03
7 395 408 1 2 395-408 1.10
46 100
43
b. Bulan September
Kn rata-
NO
SKB SKA Fi % Kelas rata
1 329 342 5 20 329-342 0.98
2 343 356 11 44 343-356 1.01
3 357 370 4 16 357-370 1.02
4 371 384 0 0 371-384 0.00
5 385 398 3 12 385-398 1.01
6 399 412 2 8 399-412 0.97
25 100
Kn rata-
NO
SKB SKA Fi % Kelas rata
1 212 244 2 4 212-244 1.15
2 245 277 0 0 245-277 0.00
3 278 310 2 4 278-310 0.86
4 311 343 23 51 311-343 1.09
5 344 376 17 38 344-376 1.00
6 377 409 1 2 377-409 1.02
45 100
44
c. Bulan Oktober
Kn rata-
NO
SKB SKA Fi % Kelas rata
1 316 329 5 17 311-325 1.01
2 330 343 8 27 326-340 1.00
3 344 357 7 23 341-355 1.00
4 358 371 6 20 356-370 0.99
5 372 385 2 7 371-385 0.99
6 386 399 2 7 386-400 1.03
30 100
Kn rata-
NO
SKB SKA Fi % Kelas rata
1 312 325 7 18 312-325 1.01
2 326 339 12 30 326-339 1.00
3 340 353 9 23 340-353 0.98
4 354 367 7 18 354-367 1.03
5 368 381 3 8 368-381 0.98
6 382 395 2 5 382-395 1.02
40 100
3. Dokumentasi penelitian