Anda di halaman 1dari 63

POLA PERTUMBUHAN, FAKTOR KONDISI DAN RASIO BERAT DAGING

KERANG TAHU (Meretrix meretrix) DI PERAIRAN MUARA SUNGAI


WANGGU KOTA KENDARI SULAWESI TENGGARA

SKRIPSI

OLEH :

MUH. DIGUL JAYA PRATAMA


I1A1 16 083

JURUSAN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
POLA PERTUMBUHAN, FAKTOR KONDISI DAN RASIO BERAT DAGING
KERANG TAHU (Meretrix meretrix) DI PERAIRAN MUARA SUNGAI
WANGGU KOTA KENDARI SULAWESI TENGGARA

Growth patterns, condition factors and weight ratio of Meretrix-meretrix at the


Wanggu River Estuary, Kendari City, Southeast Sulawesi

SKRIPSI

OLEH :

MUH. DIGUL JAYA PRATAMA


I1A1 16 083

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan Pada
Jurusan Manajemen Sumber Daya Perairan

JURUSAN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDAR
2022

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Pola Pertumbuhan, Faktor Kondisi dan Rasio Berat Daging Kerang
Tahu (Meretrix meretrix) di Perairan Muara Sungai Wanggu Kota
Kendari Sulawesi Tenggara
Nama : Muh. Digul Jaya Pratama
Stambuk : I1A1 16 083
Jurusan : Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas : Perikanan dan Ilmu Kelautan

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Bahtiar, S.Pi., M.Si Muhammad Fajar Purnama, S.Pi., M.Si


NIP. 19770114200012100 NIP. 199006082015041001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Ketua Jurusan/ Koordinator PS. MSP
Kelautan

Prof. Ir. H. La Sara, M.Si., Ph.D Dr. Bahtiar, S.Pi., M.Si


NIP. 196004221987031003 NIP. 19770114200012100

Tanggal Disetujui : Desember 2022

iii
HALAMAN PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI DENGAN JUDUL


”POLA PERTUMBUHAN, FAKTOR KONDISI DAN RASIO BERAT DAGING
KERANG TAHU (MERETRIX MERETRIX) DI PERAIRAN MUARA SUNGAI
WANGGU KOTA KENDARI SULAWESI TENGGARA” BENAR-BENAR HASIL
KARYA SAYA SENDIRI DENGAN ARAHAN DARI PEMBIMBING DAN
BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI HASIL PENELITIAN ATAU KARYA
ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
SUMBER INFORMASI YANG BERASAL ATAU DIKUTIP DARI KARYA
YANG DITERBITKAN DARI PENULIS LAIN TELAH DITULISKAN DALAM
TEKS DAN DICANTUMKAN DALAM DAFTAR PUSTAKA PADA BAGIAN
AKHIR SKRIPSI INI. PUSTAKA DAN SKRIPSI INI DI LUAR TANGGUNG
JAWAB PEMBIMBING. APABILA DIKEMUDIAN HARI TERBUKTI DAN
DAPAT DIBUKTIKAN BAHWA SKRIPSI INI HASIL JIPLAKAN, MAKA SAYA
BERSEDIA MENERIMA SANKSI SESUAI PERATURAN YANG BERLAKU.

KENDARI, Desember 2022

MUH. DIGUL JAYA PRATAMA


NIM. I1A1 16 083

iv
ABSTRAK

Kerang tahu (Meretrix meretrix) merupakan salah satu jenis kerang-kerangan


dari kelas bivalvia yang secara alami menempati muara Sungai Wanggu sebagai
habitat dan relung hidupnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
panjang berat, faktor kondisi dan rasio berat daging kerang tahu di muara Sungai
Wanggu Kota Kendari Sulawesi Tenggara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Agustus-Oktober 2021. Pengambilan sampel kerang tahu dilakukan mengunakan
metode hand picking atau secara manual mengunakan tangan dengan alat bantu
gloves. Pengukuran beberapa parameter kualitas air dilakukan bersamaan dengan
pengambilan sampel kerang tahu. Analisis data yang digunakan yaitu hubungan
panjang berat, faktor kondisi dan rasio berat daging. Selanjutnya, data dianalisis
mengunakana software FISAT II versi 1.2.2. Hubungan panjang berat kerang tahu di
setiap stasiun pengambilan sampel baik kerang jantan dan betina menunjukkan rata-
rata memiliki pola pertumbuhan allometrik negative (b< 2,5). Faktor kondisi kerang
tahu jantan dan betina secara temporal tertinggi terdapat pada bulan September (1,15)
dan faktor kondisi kerang tahu jantan dan betina secara spasial tertinggi terdapat pada
stasiun 1 (1,31) dengan tipe substrat pasir halus (63,4%) dan berlumpur (49,06%).
Rata-rata rasio berat daging basah dan kering terhadap berat total kerang tahu jantan
dan betina secara temporal yaitu terdapat pada bulan Oktober (16,23%) dan (20,43%).
Rata-rata rasio berat daging basah dan kering terhadap berat total kerang tahu jantan
dan betina secara spasial yaitu terdapat pada stasiun 1 (15,15%) dan (20,27%).
Kualitas perairan di muara Sungai Wanggu masih berada pada kisaran yang optimal
untuk pertumbuhan kerang tahu.
Kata kunci: meretrix meretrix, pola pertumbuhan, faktor kondisi, rasio berat daging

v
ABSTRACK

Meretrix-meretrix is one type of shellfish from the bivalvia class that naturally
occupy the estuary of the Wanggu river as a habitat and niche of life. This study aims to
determine the length of weight, condition, and meat weight ratio of M. meretrix in the estuary
of the Wanggu River Kendari City Southeast Sulawesi. This research was conducted in
August-October 2021. Take a sampling of M. meretrix was carried out using the hand-
picking method or manually using the hands with gloves aids. Measurement of some water
quality parameters is done in conjunction with the sampling of M. meretrix. Data analysis is
the relationship of weight length, condition, and the weight ratio of meat. Furthermore, the
data was analyzed using FISAT II software version 1.2.2. The relationship between the
length of the weight of the M.meretrix shells in each sampling station, both male and female
shells, shows the average negative allometric growth pattern (b< 2,5). The highest temporal
female conditions are found in September (1,15) and the highest spatial female conditions are
found at station 1 (1,31) with the Fine Sand Substrate type (63,4%) and muddy (49,06%).
The average ratio of wet and dry meat weigth to the total weight of male and female M.
meretrix shells, which is found in October (16,23%) and (20,43). The average ratio of wet
and dry meat weight to the total weight of male and female M. meretrix shells is spatially
found at stations 1 (15,15%) and (20,27%). The quality of the waters in the estuaty of the
Wanggu River is still the optimal range for the growth of M. meretrix.

Keywords: M. meretrix, growth pattern, condition factor, meat weight ratio

vi
RIWAYAT HIDUP

Muhamad Digul Jaya Pratama. Penulis dilahirkan di Lohia,

Kabupaten Muna pada tanggal 29 Juni 1998, dari pasangan

bapak LM. Mursalim dan Ibu Sadaria dan merupakan anak ke-1

dari 4 bersaudara. Penulis memulai pendidikan di SDN 1

Napabalano pada tahun 2004, dan tamat pada tahun 2010.

Kemudian pada tahun tersebut penulis melanjutkan ke bangku SMP, di SMPN 2

Napabalano Kabupaten Muna dan tamat pada tahun 2013. Setelah tamat dari bangku

SMP penulis melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMK 1 Raha Kabupaten Muna

pada tahun 2013 dan lulus pada tahun 2016. Pada tahun 2016, penulis melanjutkan

studi ke Perguruan Tinggi Negeri di Universitas Halu Oleo Kendari melalui jalur

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dan diterima sebagai

mahasiswa jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan di Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan.

vii
KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya

kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Dalam

penyusunan skripsi ini banyak hambatan serta rintangan yang penulis hadapi namun

pada akhirnya dapat melaluinya berkat adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai

pihak baik secara moral maupun spiritual.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi semua.

Dengan selesainya penyusunan skripsi ini penulis mengucapkan terimakasih kepada

semua pihak bersangkutan yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan. Semoga segala kebaikan dan amalnya senantiasa mendapat balasan

yang lebih.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna

dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai

pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak.

Kendari, Desember 2022

Penulis

viii
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa ta’ ala atas segala

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Pola Pertumbuhan, Faktor Kondisi Dan Rasio Berat Daging Kerang Tahu (Meretrix

meretrix) Di Perairan Muara Sungai Wanggu Kota Kendari Sulawesi Tenggara”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat penulis dalam menyelesaikan studi

akademik strata 1 (S1) dan memperoleh gelar sarjana di Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Universitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara. Penulis menyadari

bahwa dalam penulisan skripsi ini kemungkinan masih terdapat kesalahan akibat

kelalaian dan kekhilafan penulis, olehnya itu penulis menyampaikan permohonan

maaf dan saran demi perbaikan kedepannya. Dengan terselesaikannya skripsi ini

penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya untuk orang tua tercinta Ayahanda

LM. Mursalim dan Ibunda Sadaria yang terus memberikan semangat, dorongan doa,

nasihat, motivasi dan pengorbanan materilnya selama penulis menempuh studi,

kepada saudara-saudariku Haikal, Muh. Azan Sadiqin dan Wa Ode Nur Azzuha serta

seluruh keluargaku tercinta yang senantiasa memberikan dukungan, motivasi selama

penulis menjalani perkuliahan serta tidak lupa bersyukur walaupun dalam

keterbatasan yang ada.

Ucapan terimakasih penulis haturkan kepada Bapak Dr. Bahtiar, S.Pi., M.Si

dan Bapak Muhammad Fajar Purnama, S.Pi., M.Si yang telah bersedia mengarahkan

ix
dan membimbing penulis dalam menyusun skripsi dan memberikan banyak ilmu serta

solusi pada setiap permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini.

Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada berbagai pihak yang secara

langsung maupun tidak langsung membantu penulis sejak awal penyusunan hingga

selesainya penulisan tugas akhir ini. Oleh karena itu, perkenankan penulis berucap

tulus terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Muhammad Zamrun F. S.Si., M.Sc, selaku Rektor Universitas Halu Oleo

2. Prof. Ir. H. La Sara, M.S i ., Ph.D selaku Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Universitas Halu Oleo

3. Wakil Dekan I Bidang Akademik, Wakil Dekan II Bidang Umum, Perencanaan

dan Keuangan dan Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan.

4. Dr. Bahtiar, S.Pi., M.Si. dan Salwiyah, S.Pi., M.Si. selaku Ketua dan Sekretaris

Jurusan Manajemen Sumber Daya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Halu Oleo.

5. Dr. Ermayanti Ishak, S.Pi., M.Si., dan Dr. Latif Fekri, S.Pi., M.Si., selaku dosen

penguji yang telah memberikan masukan, saran, serta arahan dalam penyusunan

skripsi ini.

6. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu

Oleo yang telah memberikan ilmu dan bantuannya selama penulis menjalani studi

7. Mama tua saya Wa Ode Momi yang selalu mendukung, support serta doanya dan

Sepupu saya Winda Welani, S.E, Andi, Wa Ode Irma Gobe, Rian, Aldin yang saya

x
sudah anggap seperti saudara kandung yang selalu memberikan bantuan dan

dukungan.

8. Teman yang senantiasa membantu dari penelitian sampai penyusunan: La Ode

Baharudin, S.Pi, Rahmadani, S.Pi, Andika Resa Pratama, S.Pi, Muh. Roris, S.Pi,

Anggelini Cahya Dirani, S.Pi, Siti Adelya, S.Pi, Indah Nur Fatimah, S.Pi dan Nur

Intan, S.Pi

9. Sahabat saya yang selalu memberi semangat dan bantuan dari awal kuliah sampai

sekarang: Fajrin Huda, S.Kom, Evang, Ferianto, Lipin Idaman, Jufri, Zuwarlan,

Arzan Ntabu, Tomi Indrawan, Rian Maulana, La Ode Indika, S.H.

10. Keluarga Besar MSP 016, BDP 016, IKL 016, ABP 016, PIT 016, OSEAN 016

dan THP 016, terimakasih atas masa-masa indah, kebersamaan, dan suka duka

selama kuliah

11. Senior-senior ankatan 2015, 2014, dan 2013 yang telah memberikan arahan dan

motivasi selama perkuliahan hingga menyelesaikan perkuliahan

12. Adik-adik angkatan 2018, Reski Aprianto, Sitti Rosna, Haziyah dan Tisan

Oktavia yang telah turut serta membantu dalam penelitian kerang tahu

13. Keluarga besar MAPIARA FPIK UHO, terima kasih kepada Dewan Pendiri,

Dewan Pembina, Senior-senior Dewan Kehormatan, saudara-saudara angkatan

enam Getir Lembah Aoma dan seluruh anggota yang saya tidak bisa sebut

namanya satu per satu, terimakasih atas ilmu, masukan, arahan, serta semangatnya

14. Keluarga besar Himpunan Pemuda Pelajar dan Mahasiswa Desa Labone

(HIPPMASANE), Komunitas Traveler Muna dan Family Camp serta sahabat

Alumni SMP 2 Napabalano yang senantiasa member dukungan

xi
15. Pihak-pihak lain yang membantu namun tidak bisa penulis sebutkan satu per satu

saya ucapkan banya terima kasih

Akhir kata penulis ucapkan Alhamdulillah, semoga Allah Subhanahu Wa

ta’ala membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis dengan pahala

yang setimpal dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak lain yang memerlukan.

Aamiin Allahumma aamiin.

xii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ......................................................................... i


HALAMAN SAMPUL....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................... iii
PERNYATAAN.................................................................................. iv
ABSTRAK .......................................................................................... v
ABSTRACT ........................................................................................ vi
RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vii
KATA PENGANTAR........................................................................ viii
UCAPAN TERIMAKASIH............................................................... ix
DAFTAR ISI ...................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xvii
BAB 1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 3
C. Tujuan dan Manfaat ................................................................ 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi ............................................................................... 4
B. Morfologi dan Anatomi........................................................... 4
C. Habitat dan Penyebaran........................................................... 5
D. Pola Pertumbuhan ................................................................... 6
E. Faktor Kondisi ........................................................................ 7
F. Parameter Lingkungan. ........................................................... 8
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat .................................................................. 10
B. Alat dan Bahan......................................................................... 10
C. Variabel Penelitian ................................................................... 11
D. Penentuan Stasiun Penelitian ................................................... 11
E. Metode Pengambilan Sampel................................................... 12
F. Analisis Data ............................................................................ 13
BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil............................................................................................ 15
B. Pembahasan ................................................................................ 26

xiii
BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan. ............................................................................. 34
B. Saran......................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Kerang tahu (Meretrix meretrix)................................................... 5


2 Peta lokasi penelitian .................................................................... 12
3 Gambaran umum lokasi ................................................................ 16
4 Hubungan panjang berat secara temporal ..................................... 18
5 Hubungan panjang berat secara spasial. ........................................ 19
6 Faktor kondisi secara temporal ...................................................... 20
7 Faktor kondisi secara spasial ......................................................... 21

xv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Alat dan bahan............................................................................. 10
2. Variabel penelitian ...................................................................... 11
3. Rasio berat daging secara temporal............................................. 22
4. Rasio berat daging secara spasial ................................................ 23
5. Parameter kualitas air .................................................................. 25
6. Presentase tekstur substrat........................................................... 25

xvi
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kerang tahu (Meretrix meretrix) merupakan salah satu jenis kerang-

kerangan dari kelas bivalvia yang secara alami menempati muara Sungai Wanggu

Kota Kendari sebagai habitat dan relung hidupnya. Ciri morfologi khas kerang

tahu antara lain cangkangnya berbentuk segi tiga pipih, halus dan berkilau serta

memiliki bermacam warna dan pola permukan luar cangkang, dengan garis

kosentris yang sejajar sebagai garis pertumbuhan (Gifari, 2011). Alaminya kerang

ini prefer pada substrat pasir halus (SPH) karena substrat tersebut mempunyai

retensi yang tinggi terhadap kehilangan air serta kemudahannya untuk digali

(Siswantoro, 2003). Kerang tahu memiliki peranan penting bagi masyarakat yang

berada di sekitar Sungai Wanggu. Kerang ini umumnya dijadikan sebagai salah

satu komoditi konsumsi karena memiliki kandungan protein tinggi. Selain itu

sumber daya remis juga diperjual-belikan dengan harga yang cukup tinggi di

pasaran lokal (Rp. 20.000-25.000). Chairunis (2008) menyatakan bahwa

pemanfaatan kerang tahu tidak hanya terbatas sebagai sumber nutrisi yang terdiri

atas sembilan asam amino esensial dan enam asam amino non esensial tapi

cangkangnya dapat digunakan sebagai bahan industri kerajinan tangan, sehingga

sangat potensial terancam dieksploitasi dan dikomersilkan karena pengambilan

secara terus menerus tanpa memperhatikan ukurannya, sementara belum ada

upaya budidaya.

Hasil observasi awal di lokasi penelitian, memperlihatkan bahwa

pemanfaatan kerang M. Meretrix oleh masyarakat berkisar 5-10 kg/hari atau 1 trip

1
2

± 150 ekor/hari. Ekploitasi kerang ini tidak hanya dilakukan pada ukuran dewasa

dan matang gonad (rape), namun juga pada ukuran yang kecil. Chairunisa (2008)

mengungkapkan bahwa hasil tangkapan kerang tahu terus menurun dan ukuran

populasi yang cenderung semakin kecil. Keadaan ini disertai dengan minat

konsumsi masyarakat terhadap kerang tersebut cukup tinggi, menyebabkan

semakin besarnya populasi kerang tahu muda/kecil dan secara langsung dapat

menyebabkan populasinya di alam semakin menurun.

Secara umum, pola pertumbuhan kerang M. Meretrix berkategori

isometrik, allometrik positif dan allometrik negatif (Sarong, 2009). Pola

pertumbuhan kerang M. meretrix dipengaruhi oleh karakteristik lingkungan

(suhu, salinitas, dan pH) maka berbeda tempat, berbeda pula pola

pertumbuhannya. Hal ini dikarenakan karateristik pada suatu habitat berbeda-

beda. Penyebab kualitas habitat di Muara Sungai Wanggu mulai menurun yaitu

pembukaan lahan di sekitaran sungai serta masuknya limbah pemukiman atau

aktivitas rumah tangga ke perairan.

Penelitian kerang tahu telah banyak dilakukan antara lain; 1) karakteristik

asam lemak daging kerang tahu M. meretrix, (A Gifari 2011), 2) keragaman

morfometrik kerang tahu (M. meretrix) di perairan Pesisir Banten (Sari S. N

2010), dan 3) bioekologi kerang tahu (M. meretrix) di perairan Marunda

(Setyobudiandi, I 2004). Penelitian tentang pola pertumbuhan dan faktor kondisi

kerang tahu belum dilakukan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian

mengenai pola pertumbuhan dan faktor kondisi kerang M. meretrix di muara

Sungai Wanggu Kota Kendari.


4 3

B. Rumusan Masalah

Masalah utama di perairan muara Sungai Wanggu yaitu input bahan

pencemar seperti limbah pemukiman, aktivitas rumah tangga dan eksploitasi

(tangkap lebih) yang dapat mempengaruhi pola pertumbuhan dan faktor kondisi

kerang tahu. Informasi-informasi ilmiah tentang pola pertumbuhan kerang tahu,

masih sangat sedikit. Oleh karena itustudi-studi ilmiah, masih sangat dibutuhkan

terkhusus dalam penelitian ini ialah “bagaimana pola pertumbuhan dan faktor

kondisi kerang tahu yang berlokasi di muara Sungai Wanggu Kota Kendari

Sulawesi Tenggara”.

C. Tujuan dan Manfaat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan panjang berat, faktor

kondisi dan rasio berat daging kerang tahu di muara Sungai Wanggu Kota Kendari

Sulawesi Tenggara.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi

mengenai hubungan panjang berat dan faktor kondisi pertumbuhan kerang tahu.

Selain itu, informasi tersebut dapat memberikan gambaran bagi penelitian lanjutan

dengan beragam topik, sehingga dapat memperkaya informasi ilmiah tentang

kerang tahu. Informasi yang beragam tersebut dapat mendukung aspek-aspek

pengelolaan sumber daya kerang tahu demi keberlangsungan dan ketersediaan

stoknya secara lestari dimasa-masa yang akan datang.


4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi

Sistematika kerang tahu M. meretrix (Apriyani, 2003) sebagai berikut:

Kingdom: Animalia
Filum: Moluska
Kelas: Bivalvia Ordo
Ordo: Veneroida
Famili: Veneridae
Genus: Meretrix
Spesies: Meretrix meretrix

B. Morfologi dan Anatomi

Kerang tahu termasuk dalam filum Moluska. Kata moluska berasal dari

bahasa Yunani yang berarti lunak. Selain memiliki tubuh yang lunak kerang

memiliki setangkup cangkang yang dinamakan “valva”, sehingga dengan ukuran

yang simetris bilateral dan terdiri dari dua cangkang tersebut kerang dinamakan

dengan bivalvia. Kaki biasanya berbentuk seperti kapak dan insang tipis

berbentuk seperti papan. Umumnya, kerang ini memiliki kelamin yang terpisah

dan ada juga yang hermaprodit (Romimohtarto dan Juwana, 2001). Kerang

mempunyai cangkang yang berfungsi sebagai pelindung dari hewan pemangsa

dan mencegah tubuhnya agar tidak kehilangan air terlalu banyak. Cangkang ini

terdiri atas dua keping yang berukuran relatif sama dan bertumpu pada satu engsel

yang terletak disebelah lateral (Bahtiar,2005).

Kerang pada umumnya mempunyai dua keping cangkang yang

berhubungan pada bagian dorsal, rongga mata luas dan insang biasanya besar
4
5

karena berfungsi sebagai alat pernapasan dan sebagai pengumpul makanan pada

khususnya. Puncak cangkang disebut umbo dan merupakan bagian yang paling

kuat. Garis-garis melingkar pada umbo menunjukan pertumbuhan cangkang

(Suwignyoet al., 2005).

Secara morfologi hewan jantan susah dibedakan dengan hewan betina,

karena bentuknya yang sama. Alat kelamin hewan ini terbungkus oleh mantel dan

cangkang yang sangat kuat dan keras (Saharudin, 2003).

Gambar 1. Morfologi kerang tahu (M. meretrix)

C. Habitat dan Penyebaran

Karakteristik sedimen dapat memengaruhi distribusi, kelimpahan, dan

keberhasilan reproduksi bivalvi. Komposisi dan kestabilan substrat (terutama

lumpur dan pasir) didaerah deposisi merupakan faktor penentu distribusi dan

kelangsungan hidup bivalvia tipe penggali (Quintero, 2007). M. meretrix

merupakan bivalvia yang termasuk dalam family Veneridae yang menyukai

habitat berupa pasir halus. Kedalam pembenaman kerang tahu memiliki siphon

yang pendek, sehingga dapat membantu dalam menyaring makanan (Apriliani,

2012)

M. meretrix merupakan salah satu jenis kerang yang daur hidupnya

terdapat dalam ekosistem air payau, khususnya sungai yang bersubstrat lumpur
6

atau pasir. Hewan ini biasanya menguburkan dirinya dalam lumpur atau pasir dan

pada saat tertentu akan berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain

dengan menggunakan satu kaki yang dapat dijulurkan di sebelah interior dari

cangkang.

Hewan pelecypoda (bivalvia) membenamkan diri dalam pasir atau pasir

berlumpur dan ada juga beberapa jenis yang melekat pada substrat dengan bahan

seperti benang. Peranan substrat tersebut antara lain sebagai tempat hidup, tempat

mencari makan dan tempat berlindung dari serangan musuh (Romimohtarto dan

Juwana, 2001).

Partikel sedimen mempunyai ukuran bervariasi, mulai dari yang kasar

sampai halus. Ukuran partikel sedimen berperan penting bagi kelimpahan dan

distribusi bivalvia. Kerang tahu ini ditemukan dari substrat lumpur dan pasir.

Kelimpahan tertinggi kerang tahu ditemukan pada substrat pasir halus.

Keberadaan dan distribusi M. meretrix dipengaruhi oleh lingkungan dan

tingkat eksploitasi. Kondisi lingkungan yang rusak karena berbagai kegiatan

manusia seperti pembukaan lahan dan kegiatan tambak serta efek kegiatan urban

perkotaan mengakibatkan menurunya daya dukung lingkungan (Setyobudianto et

al., 2009).

D. Pola Pertumbuhan

Pertumbuhan merupakan suatu proses biologis yang dirumuskan sebagai

pertambahan ukuran panjang dan berat tubuh dalam suatu periode tertentu.

Pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dalam (internal) dan faktor

luar (eksternal). Faktor internal diantaranya yaitu keturunan, umur, parasit dan

penyakit, sedangkan faktor eksternal adalah makanan dan suhu. Analisa hubungan
7

panjang berat bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan dengan

menggunakan parameter panjang dan berat. Berat dianggap sebagai suatu fungsi

dari panjang. Nilai hubungan panjang berat pada organisme dapat memberikan

keterangan mengenai pertumbuhan, kemontokan, dan perubahan lingkungan

(Effendie, 1997).

Menurut Merta (1993) bahwa analisa hubungan panjang berat

dimaksudkan untuk mengukur variasi berat harapan untuk panjang tertentu dari

organisme secara individual atau kelompok-kelompok individu sebagai suatu

petunjuk tentang kegemukan, kesehatan, perkembangan gonad dan sebagainya.

Everhart dan Youngs (1981) in Manik (2009) menyatakan bahwa analisa

hubungan panjang berat digunakan untuk mengestimasi faktor kondisi atau sering

disebut dengan index of plumpness, yang merupakan salah satu derivat penting

dari pertumbuhan untuk membandingkan kondisi (fitness, well-being) atau

keadaan kesehatan relatif populasi atau individu tertentu. Hubungan panjang berat

dan faktor kondisi secara sistematis mempunyai nilai praktis karena dapat

digunakan untuk mengkonversi panjang keberat atau berat kepanjang (Vakily,

1989).

E. Faktor Kondisi

Faktor kondisi juga merupakan hubungan antara berat dan panjang. Faktor ini

mencerminkan perubahan-perubahan didalam fisiologi hewan, khususnya selama

masa aktif dan juga secara luas digunakan untuk mengukur rata-rata berat dari

suatu panjang yang diketahui dan untuk menghitung indeks kondisi fisik populasi.

Faktor kondisi juga sangat bermanfaat untuk mengevaluasi kualitas habitat dan

juga berkontribusi dalam menduga kelangsungan populasi (Prihartini, 2006).


8

Kondisi perairan dan kepadatan populasi akan menyebabkan perubahan mendadak

pada kondisi suatu organisme apabila kondisi suatu organis mekurang baik atau

kurus. Hal ini berhubungan dengan populasi organisme yang terlalu padat dan

kondisi perairan yang tidak menguntungkan sebaliknya apabila kondisi perairan

baik dan sumber makanan cukup melimpah maka ada kecenderungan organisme

yang mendiami habitat tersebut gemuk atau montok. Keperluan analisis tersebut

dilakukan uji faktor kondisi (Prihartini, 2006).

Faktor kondisi atau indeks ponderal (K) merupakan keadaan yang menyatakan

kemontokan pada organisme yang perhitungannya berdasarkan kepada panjang

dan berat. Faktor kondisi merupakan salah satu derivat dari pertumbuhan yang

sering disebut pula sebagai Faktor K. Faktor kondisi ini menunjukkan keadaan

baik dari organisme dilihat dari segi keadaan fisik untuk survival dan reproduksi

(Effendie, 1979).

F. Parameter Lingkungan

Parameter lingkungan yang memengaruhi kehidupan kerang diantaranya adalah:

suhu, tekstur substrat, pH, dan bahan organik. Suhu merupakan salah satu faktor

yang sangat penting dalam mengontrol kehidupan dan penyebaran organisme

dalam suatu perairan. Suhu akan memengaruhi aktivitas metabolisme dan

perkembang biakkan dari organisme tersebut (Nybakken, 1988). Menurut Sari

(2010), suhu air juga akan menentukan kehadiran dari spesies-spesies akuatik,

memengaruhi pemijahan dan penetasan serta aktivitas dan rangsangan yang dapat

menghambat pertumbuhan spesies. Selanjutnya Effendi (2003) menyatakan

bahwa organisme akuatik memiliki kisaran suhu tertentu yang dapat memengaruhi

pertumbuhannya. Nontji (1987) bahwa hewan yang hidup di zona pasang surut
9

sering mengalami kekeringan, mempunyai daya tahan yang besar terhadap

perubahan suhu.

Veiga et al., (2014) bahwa tekstruk substrat merupakan salah satu faktor yang

dapat memengaruhi pola penyebaran hewan makrozobentos termasuk bivalvia,

karena selain berperan sebagai tempat tinggal juga berfungsi sebagai penimbun

unsur hara, tempat berkumpulnya bahan organik serta tempat perlindungan

organisme dari ancaman hewan predator. Pendistribusian sedimen biasanya sangat

ditentukan oleh pasang surut, gelombang, dan debit air serta interaksi faktor

biofisik kelautan lainnya.

Menurut Effendi (2003) bahwa pH menggambarkan konsentrasi ion hidrogen.

Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH. Organisme perairan

mempunyai kemampuan yang berbeda dalam mentoleransi pH perairan, sebagian

besar spesies akuatik menyukai pH yang mendekati nilai netral yaitu berkisar 7–

8,5. Selanjutnya Setyobudiandi et al., (2004) menyatakan bahwa diperairan

Marunda ditemukan bahwa kerang lamis dapat ditemukan pada perairan yang

memiliki kisaran pH 6,5–7,5.

III. METODE PENELITIAN


10

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, dimulai pada bulan Agustus -

Oktober 2021. Pengambilan data lapangan dilakukan di Muara Sungai Wanggu

Kota Kendari (Gambar2). Analisis panjang berat, faktor kondisi, berat basah dan

berat kering diamati di Laboratorium Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Universitas Halu Oleo Kendari.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan saat penelitian pola pertumbuhan dan

faktor kondisi kerang tahu (M. meretrix) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan bahan penelitian


No. Alat dan Bahan Satuan Kegunaan
1. Alat
Tansek 1x1 m² pengambilan sampel
Ember unit menyimpan organisme
Timbangan analitik g menimbang organisme
Mistar cm mengukur panjang organisme
Alat tulis menulis hasil pengamatan
Kamera - dokumentasi
Thermometer ºC mengukur suhu
Secchi disk m mengukur kecerahan
Soil tester mengukur ph substrat
Plastik sampel menyimpan substrat
Kertas label penanda plastik sampel
Pipa paralon untuk pengambilan sampel substrat
Layangan arus untuk mengukur kecepatan arus
2. Bahan
Kerang tahu ind objek penelitian
(Meretrix meretrix)

C. Variabel Penelitian 10
11

Variabel dalam penelitian aspek biologi reproduksi kerang tahu (M.

meretrix) disajikan dalam Tabel 2.

Variabel Objek Penelitian

Variabel Utama Analisispanjangberat,


faktorkondisi,beratbasahdanberatkering
Variabel Pendukung suhu, kecerahan, kecepatan arus,
tekstur substrat,pH substrat, dan bahan
organik

D. Penentuan Stasiun Penelitian

Jumlah sampel dan posisi daerah pengamatan ditentukan terlebih dahulu pada

lokasi penelitian. Hal ini dimaksud agar pengambilan kerang tahu yang dilakukan

oleh masyarakat relatif berdekatan dengan kondisi yang relatif sama di semua

bagian perairan. Karaktristik ekologi pada setiap daerah pengambilan data sebagai

berikut:

Stasiun I : secara geografis berada pada titik koordinat, 3º58'43,01S

dan 122º31'57.23''E. Stasiun ini terletak di area ekosistem

mangrove. Kedalaman (pasang : 1,77 m dan surut : 0,55 m),

kecerahan (terang : 0,25 m, samar-samar : 0,4 m, gelap :

0,71 m) dan kecepatan arus : 0,38 m/detik.

Stasiun II : secara geografis berada pada titik koordinat, -3º58,65455''S

dan 122º32,12082''E. Stasiun ini merupakan daerah aliran

sungai yang berjarak sekitar ±20 meter dari vegetasi

mangrove. Kedalaman (pasang : 2,13 m dan surut : 0,95 m),

kecerahan (terang : 0,24 m, samar-samar : 0,52 m, gelap :

0,78 m) dan kecepatan arus 0,43 m/detik.


12

Stasiun III : secara geografis berada pada titik koordinat, 3º58'31.68''S

dan 122º32'23,05''E. Stasiun ini masuk pada muara sungai,

yang jarak dari vegetasi sekitar ±50 meter dan berhadapan

dengan Teluk Kendari. Kedalaman (pasang : 1,93 m dan

surut : 0,6 m), (terang : 0,33 m, samar-samar : 0,64 m, gelap

: 0,84 m) dan kecepatan arus yaitu 0,36 m/detik.

Gambar 2. Peta daerah penelitian

E. Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan kerang tahu dilakukan secara manual. Pengambilan dilakukan

dengan tangan pada habitat kerang tahu lalu diambil secara perlahan. Jumlah

keseluruhan sampel yang diperoleh dibersikan kemudian dimasukan kedalam

plastik sampel. Sampel tersebut dibawa ke pantai untuk diukur panjang, lebar,

tebal, bobot total, dan bobot daging basah yang dilakukan di lapangan.
13

Kemudian pengukuran bobot daging kerang M. meretrix dilakukan di

Laboratorium menggunakan timbangan analitik. Pengambilan sampel sedimen

dilakukan disetiap substasiun pengamatan. Sedimen yang telah diambil

dimasukan dalam plastik sampel yang telah diberi label, selanjutnya substrat

dikeringkan dengan cara dijemur di bawah cahaya matahari sampai kering,

setelah sampel sedimen kering ditimbang mengunakan timbangan analitik untuk

mengetahui presentase ukurannya.

F. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian pola pertumbuhan, faktor kondisi dan rasio berat

daging kerang tahu di muara Sungai Wanggu sebagai berikut :

Hubungan Panjang dan Berat

Hubungan panjang berat dapat dihitung dengan rumus Ricker (1975) yaitu:

W = a.Lb ............................................................................................................... (1)

Keterangan :

W = berat total (g)


L = panjang total (mm)
a, b = konstanta

Persamaan linier yang digunakan adalah persamaan sebagai berikut :

Log W = Log a + b Log L ................................................................................... (2)

Parameter a dan b, digunakan analisis regesi dengan Log W sebagai ‘y’ dan Log L

sebagai ‘x’ maka didapatkan persamaan regesi :

Y = ax - b.............................................................................................................. (3)

Nilai b dari hubungan panjang bobot pada bivalvia adalah :

Ho : b = 2,5 hubungan panjang dengan bobot adalah isometrik


14

H1 : b ≠ 2,5 hubungan panjang dengan bobot adalah allometrikpositif, jika b> 2,5

(pertambahan bobot lebih cepat dibandingkan pertambahan panjang). Allometrik

negatif, jika b< 2,5 (pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan pertambahan

bobot).

Faktor Kondisi

Faktor kondisi atau kemontokan kerang dikuantifikasi, dihitung menggunakan

rumus King (1995) yaitu:

Kn = Wb/(aLb ) .................................................................................................... (4)

Keterangan :

Kn = faktor kondisi relatif


Wb = berat individu yang teramati (g)
L = panjang cangkang (mm)
a, b = konstanta

3. Rasio Berat Daging

Presentase berat daging kering terhadap berat basah dan berat total diamati

dengan persamaan rumus Niswari (2004) yaitu:

Rasio Bd = (Bd/Bt) x 100% ……………………………………………………. (5)

Keterangan :
Bd= berat daging
Bt = berat total

Rasio berat daging basah dan berat daging kering menggunakan persamaan

(Niswari, 2004) :

Rasio Bdk = (Bdk/Bdb) x 100% ……………………………………………….. (6)

Keterangan :

Bdk = berat daging kering


Bdb = berat daging basah
15

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Gambaran Umum Lokasi

Secara administrasi, muara Sungai Wanggu bertempat di Kelurahan Lalolara

Kecamatan Kambu Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Berdasarkan letak

geografisnya, lokasi muara Sungai Wanggu berbatasan beberapa wilayah berikut.

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Mandongga.

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Poasia.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Baruga dan Poasia.

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kadia Kecamatan Wua-wua dan

Kecamatan Baruga.

Muara Sungai Wanggu dimanfaatkan oleh nelayan sekitar sebagai sumber mata

pencaharian dengan melakukan aktivitas penangkapan atau pengambilan sumber

daya ikan dan non ikan baik di kawasan mangrove maupun di area lepas pantai

(offshore). Adapun kondisi perairan Sungai Wanggu memiliki ciri khas substrat

pasir berlumpur dan terdapat vegetasi mangrove dari golongan bakau (Rhyzopora

sp.) dan pidada (Soneratia sp.). Organisme yang terdapat di Sungai Wanggu terdiri

beberapa jenis yang bisa ditemukan diantaranya: seperti ikan teri (Stolephorus

commersonni), ikan japuh (Dussumiera acuta), ikan tembang (Sardinella

fimbriata), dan ikan lemuru (Sardinella longiceps) (Asriyana et al., 2009).

Beberapa komoditi non ikan seperti jenis-jenis bivalvia yaitu kerang darah

(Anadara granosa) (Isjayanti et al., 2020), kerang totok (Polymesoda erosa)

(Julhija et al., 2021), kerang coklat (Modiolus modulaides) (Nasrawati et al., 2017)
15
16

dan kerang tahu (M. meretrix) (Anggelini, 2022). Berbagai organisme yang berada

di muara Sungai Wanggu, salah satu yang cukup diminati masyarakat yaitu kerang

tahu khususnya yang tinggal di sekitar Teluk Kendari. Minat masyarakat terhadap

kerang tahu yang tinggi, menyebabkan kerang ini dimanfaatkan untuk memenuhi

kebutuhan ekonomi dan sebagai bahan konsumsi.

Gambar 3. Gambaran umum lokasi penelitian

Hubungan Panjang dan Berat

Hasil analisis hubungan panjang berat secara temporal untuk nilai b kerang tahu di

muara Sungai Wanggu menunjukkan bahwa kerang tahu jantan tertinggi terdapat

di bulan Oktober dengan nilai maksimum sebesar 2,738 (R2 = 0,909), sedangkan

jantan terendah terdapat di bulan Agustus dengan nilai b sebesar 1,577 (R2 =

0,484). Analisis kerang tahu betina tertinggi terdapat di bulan Oktober dengan

nilai b maksimum sebesar 2,492 (R2 = 0,888) sedangkan nilai b betina terendah

terdapat di bulan Agustus dengan nilai sebesar 2,320 (R2 = 0,750) (Gambar 4).

Agustus
17

Jantan Betina
2,00 2,00

1,50 1,50

1,00 1,00
y = 2.320x - 4.421
y = 1.577x - 2.556 0,50 R² = 0.750
0,50 R² = 0.484
N = 24
N =46 0,00
0,00 2,45 2,50 2,55 2,60 2,65
2,45 2,50 2,55 2,60 2,65

September

2,50 1,60
2,00 1,55
Berat(G)

1,50 1,50
1,00 y = 1.612x - 2.689 1,45
y = 2.4804x - 4.8923
R² = 0.524 1,40
0,50 R² = 0.8377
N=45 1,35
0,00 N= 25
1,30
2,20 2,40 2,60 2,80
2,50 2,55 2,60 2,65

Oktober

2,00 2,00

1,50 1,50

1,00 1,00
y = 2.738x - 5.541 y = 2.492x - 4.915
0,50 R² = 0.909 0,50 R² = 0.888
N=40 N=30
0,00 0,00
2,45 2,50 2,55 2,60 2,45 2,50 2,55 2,60

Panjang (cm)

Gambar 4. Hubungan panjang berat kerang tahu (M. meretrix) jantan danbetina
secara temporal.
18

Stasiun I
Jantan Betina
2,00 2,00

1,50 1,50

1,00 1,00
y = 2.485x - 4.878 y = 2.258x - 4.286
0,50 R² = 0.635 0,50 R² = 0.687
N=29 N=27
0,00 0,00
2,30 2,40 2,50 2,60 2,70 2,45 2,50 2,55 2,60 2,65

Stasiun II

2,00 1,60
1,55
1,50
Berat(G)

1,50
1,00 1,45
y = 2.466x - 4.852 y = 2.600x - 5.193
0,50 R² = 0.805 1,40
R² = 0.772
N=50 1,35 N=31
0,00 1,30
2,40 2,50 2,60 2,70 2,50 2,55 2,60 2,65

Stasiun III

2,50 1,60
2,00 1,55
1,50
1,50
1,45
1,00 y = 1.268x - 1.796 1,40 y = 2.100x - 3.908
0,50 R² = 0.204 R² = 0.743
1,35
N=52 N=21
0,00 1,30
2,20 2,40 2,60 2,80 2,45 2,50 2,55 2,60 2,65
Panjang (cm)

Gambar 5. Hubungan panjang dan berat kerang tahu jantan (M. meretrix) dan
betina secaraspasial.
19

Hasil analisis hubungan panjang berat secara spasial menunjukan bahwa nilai b

kerang tahu jantan tertinggi terdapat di stasiun I dengan nilai sebesar 2,485 (R2

0,635), sedangkan nilai b untuk jantan terendah terdapat di stasiun III berkisar

1,268 (R2 0,204). Nilai b kerang tahu betina tertinggi terdapat pula di stasiun II

sebesar 2,600 (R2 0,772), sedangkan nilai b betina terendah terdapat di stasiun III

dengan nilai b sebesar 2,100 (R2 0,743) (Gambar 5).

Faktor Kondisi

Hasil analisis faktor kondisi kerang tahu di muara Sungai Wanggu secara

temporal menunjukkan bahwa kerang tahu jantan tertinggi dan terendah terdapat

pada bulan September dengan nilai maksimum 1,15 pada kelompok ukuran 212-

244 mm dan terendah dengan nilai 0,00 pada kelompok ukuran 245-277 mm.

Analisis kerang tahu betina tertinggi ditemukan pada bulan Agustus dengan nilai

maksimum 1,05 pada kelompok ukuran 386-400 mm dan kerang tahu betina

terendah di bulan September dengan nilai 0,00 pada kelompok ukuran 371-384

mm (Gambar 6).

Hasil analisis secara spasial didapatkan nilai faktor kondisi (FK) jantan tertinggi

di stasiun I dengan nilai maksimum 1,31 pada kelompok ukuran 239-264 mm dan

faktor kondisi jantan terendah terdapat pada stasiun III nilai 0,00 pada kelompok

ukuran 241-269 mm. Perhitungan kerang tahu betina tertinggi terdapat pada

stasiun I dengan nilai maksimum 1,18 pada kelompok ukuran 311-327 mm dan

faktor kondisi terendah kerang tahu betina terdapat pada stasiun III dengan nilai

0,00 pada kelompok ukuran 366-381 mm (Gambar 7).


20

Agustus

Jantan Betina
1,50 1,50

1,00 1,00

0,50 0,50

0,00 0,00

September

1,40 1,20
1,20 1,00
Kn Rata-rata

1,00 0,80
0,80
0,60
0,60
0,40 0,40
0,20 0,20
0,00 0,00

Oktober

1,50 1,50

1,00 1,00

0,50 0,50
0,00
0,00

Kelompok Ukuran (mm)


Gambar 6. Faktor kondisi kerang tahu jantan dan betina secara temporal
21

Stasiun I

Jantan Betina
1,40 1,40
1,20 1,20
1,00 1,00
0,80 0,80
0,60 0,60
0,40 0,40
0,20 0,20
0,00 0,00

Stasiun II

1,50 1,50
Kn Rata-rata

1,00 1,00

0,50 0,50

0,00 0,00

Stasiun III

1,20 1,20
1,00 1,00
0,80 0,80
0,60 0,60
0,40 0,40
0,20 0,20
0,00 0,00

Kelompok Ukuran (mm)


Gambar 7. Faktor kondisi kerang tahu jantan dan betina secara spasial.
22

Rasio Berat Daging

Rata-rata rasio berat daging basah per berat total kerang tahu di muara Sungai

Wanggu pada kerang jantan tertinggi terdapat pada bulan Agustus dari kelompok

ukuran 311-324 mm sebesar 15,15% dari berat totalnya. Berat terendah ditemukan

pada bulan September pada kelompok ukuran 212-244 mm sebesar 10,88% dari

berat totalnya, sedangkan presentase kerang betina tertinggi ditemukan pada bulan

Agustus pada kelompok ukuran 311-325 mm sebesar 16,23% dari berat totalnya.

Berat terendah ditemukan pada bulan Oktober pada kelompok ukuran 386-400

mm sebesar 12,70% dari berat totalnya. Analisis berat daging kering per berat

totalnya pada kerang jantang tertinggi ditemukan pada bulan Oktober sebesar

19,42% pada kelompok ukuran 382-395 mm, sedangkan presentase terendahnya

ditemukan pada bulan Agustus sebesar 14,18% pada kelompok ukuran 395-408

mm (Tabel 3).

Tabel 3. Persentase rata-rata rasio daging kerang tahu jantan dan betina secara
temporal
Jenis kelompok
Bulan Individu %BDB %BDK
Kelamin ukuran (mm)
Agustus 311-324 8 15,15 16,70
395-408 1 13,90 14,18
Jantan September 212-244 2 10,88 16,86
377-409 1 11,31 17,02
Oktober 312-325 7 12,43 19,26
382-395 2 11,62 19,45
Agustur 311-325 6 16,23 16,25
386-400 2 14,88 15,57
Betina September 329-342 5 13,82 19,56
399-412 2 13,39 18,15
Oktober 311-325 5 13,04 19,78
386-400 2 12,70 20,43
23

Hasil analisis rasio berat daging secara spasial rata-rata rasio berat daging basah

per berat total kerang jantan tertinggi terdapat pada stasiun III pada kelompok

ukuran 212-240 mm sebesar 15,04% dari berat totalnya. Berat terendahnya

ditemukan pada kelompok ukuran 386-414 mm sebesar 11,09% dari berat

totalnya, sedangkan presentase rasio berat basah kerang betina tertinggi

ditemukan pada stasiun II pada kelompok ukuran 328-339 mm sebesar 15,15%

dari berat totalnya. Berat terendah ditemukan pada stasiun III pada kelompok

ukuran 393-409 mm sebesar 11,32% dari berat totalnya. Analisis berat daging

kering per berat total pada kerang jantang tertinggi ditemukan pada stasiun II

sebesar 20,27% pada kelompok ukuran 393-409 mm, sedangkan presentase

terendahnya ditemukan sebesar 15,96% dari pada kelompok ukuran 291-307

mm(Tabel 4).

Tabel 4. Persentase rata-rata rasio daging kerang tahu jantan dan betina secara
spasial
Jenis Kelompok
Stasiun Individu %BDB %BDK
Kelamin ukuran (mm)
I 239-264 1 14,97 16,26
369-394 2 13,50 19,15
Jantan II 291-307 1 13,60 15,96
393-409 1 11,32 20,27
III 212-240 1 15,04 16,39
386-414 1 11,09 19,38
I 311-327 6 14,70 14,78
396-412 2 12,64 20,54
Betina II 328-339 5 15,15 16,73
388-399 2 12,79 18,74
III 291-307 1 13,60 15,96
393-409 1 11,32 20,27
24

5. Parameter Kualitas Air

Pengukuran kualitas perairan yang dilakukan selama tiga bulan penelitian, terdiri

dari parameteter fisika dan kimia. Parameter fisika yang diamati yaitu suhu,

tekstur substrat, dan kecepatan arus, sedangkan parameter kimia perairan yang

diukur yaitu kecerahan, pH, dan bahan organik.

Pengukuran suhu air perairan yang diperoleh selama periode penelitian berkisar

25–30oC. Suhu tertinggi terdapat pada bulan Oktober yaitu sebesar 30°C

ditemukan pada stasiun III, sedangkan suhu terendah terdapat pada bulan Agustus

yaitu sebesar 25°C ditemukan pada stasiun I

Pengukuran kecerahan selama periode penelitian berkisar 20,0-70,0 kecerahan

tertinggi tedapat pada bulan September yaitu sebesar 70,0 ditemukan pada stasiun

II, sedangkan kecerahan terendah terdapat pada bulan Agustus sebesar 20,0

ditemukan pada stasiun I. Nilai pH air diperoleh selama periode penelitian

memiliki nilai yang sama ditiap bulanya yaitu 6. Pengukuran bahan organik

substrat selama periode penelitian berkisar 1,794-4,922%. Bahan organik substrat

tertinggi terdapat pada bulan Oktober sebesar 4,922% ditemukan pada stasiun I,

sedangkan bahan organik substrat terendah terdapat pada bulan September yaitu

sebesar 1,794% ditemukan pada stasiun II. Pengukuran kecepatan arus yang

diperoleh selama periode penelitian 1,40–3,32 m/detik. Keceparan arus tertinggi

terdapat pada bulan Oktober yaitu sebesar 3,32 m/detik ditemukan pada stasiun

III, sedangkan kecepatan arus terendah terdapat pada bulan September yaitu

sebesar 1,40 m/detik ditemukan pada stasiun II (Tabel 5).


25

Tabel 5. Parameter fisika-kimia di perairan muara Sungai Wanggu


Parameter Satuan Stasiun Agustus September Oktober
Lokasi
1 25º 26º 30º
Suhu (ºC) 2 26º 25º 30º
3 26º 25º 30º
1 6 6 6
pHsubstrat 2 6 6 6
3 6 6 6
1 20,0 23,3 24,0
Kecerahan m 2 45,7 70,0 60,3
3 40,0 45,1 46,1
1 2,00 2,30 2,34
Kecepatan arus m/detik 2 1,54 1,40 1,54
3 3,15 3,00 3,32
1 2,568 3,522 4,922
BO mg/L 2 2,551 1,794 2,866
3 3,7 2,568 3,849

Hasil analisis tekstur substrat dilokasi penelitian yaitu stasiun I ditandai


dengan tipe substrat pasir kasar (42,8%), stasiun II didominasi oleh tipe substrat
pasir halus (64,3%) dan stasiun III fraksi lumpur (49,06) (Tabel 6)
Tabel 6. Presentase tekstur substrat di setiap stasiun
Stasiun PSK PK PS PH PSH L
I 10,34 42,8 28,38 17,7 0,62 0,16
II 8,92 11,8 1,52 63,4 13,14 0,32
III 6,38 5,4 6,88 7,62 24,92 49,06
Keterangan: pasir sangat kasar (PSK), pasir kasar (PK), pasir sedang (PS), pasir
halus (PH), pasir sangat halus (PSH), lumpur (L).
26

B. Pembahasan

Hubungan Panjang dan Berat

Berdasarkan hasil pengukuran panjang berat kerang tahu secara temporal yang

diamati selama penelitian pada kerang jantan dan betina memiliki nilai b yang

bervariasi. Nilai b tertinggi pada kerang jantan dan betina terdapat pada bulan

Oktober, masing-masing sebesar 2,734 jantan dan betina 2,49. Kondisi ini

memiliki pola pertumbuhan allometrik positif untuk kerang jantan karena

memiliki nilai b >2,5 dan memiliki pola pertumbuhan allometrik negatif untuk

kerang betina karena memiliki nilai b <2,5, sedangkan terendah pada kerang

jantan dan betina terdapat pada bulan Agustus sebesar 1,587 untuk jantan dan

pada kerang betina sebesar 1,32. Selain itu pada bulan-bulan yang lain pola

pertumbuhan kerang tahu yaitu allometrik negatif karena memiliki nilai b <2,5.

Hal ini didukung oleh pernyataan Bahtiar (2005) bahwa apabila nilai b <2,5 maka

pola pertumbuhannya dikatakan pertumbuhan allometrik negatif dan sebaliknya

bila b >2,5 maka kondisi ini memiliki pola pertumbuhan allometrik positif karena

pertambahan panjang lebih dominan dibanding pertambahan bobotnya. Tinggi

rendahnya fluktuatif Nilai b yang tidak dipengaruhi oleh kualitas perairan karena

berdasarkan hasil analisis pengukuran kualitas air seperti suhu dan pH memiliki

nilai konstan di setiap bulan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Effendie

(1997) bahwa perbedaan pola pertumbuhan yang terjadi dapat disebabkan oleh

dua faktor yaitu faktor internal yang cenderung sulit untuk dikontrol diantaranya

sepertu keturunan (gen) dan kelamin, serta faktor eksternal yaitu parasit, penyakit,

makanan dan suhu.


27

Analisis nilai b menunjukkan proporsi bentuk tubuh yang menggambarkan

pertumbuhan panjang dan pertambahan bobot tubuh. Bentuk tubuh normal akan

dicapai apabila terjadi keseimbangan pola pertumbuhan somatik antara

pertambahan panjang dan pertambahan bobot tubuh yang dikenal dengan

pertumbuhan isometrik. Keseimbangan pola pertumbuhan ini dapat dilihat dari

nilai b pada hubungan panjang dan bobot tubuh (Bahtiar, 2007). Hal ini sesuai

dengan pernyataan Zumiati (2014) bahwa kerang A. granosa memiliki nilai b

yakni 1,79 hingga 2,63. Hal ini disebabkan oleh besarnya pembelanjaan energi

pada kerang yang berukuran lebih besar untuk pemijahan (mengeluarkan telur dan

sperma). Secara umum, nilai koefisien b pertumbuhan kerang B. violacea var

celebensis lebih cepat dari pada beberapa bivalvia lainnya seperti kerang

Pernaviridis, Anadara granosa, dan A. Antiquate bahwa pada kerang betina lebih

cepat pertumbuhannya dari kerang jantan. Perbandingan hasil pengukuran nilai

koefisien b dari beberapa jenis bivalvia dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil penelitian hubungan panjang berat kerang diberbagai lokasi:


Organisme Nilai b Lokasi Sumber
1. Kerang hijau 1,05-2,36 Perairan Teluk Musthapia et
(Perna viridis) 1,91-2,75 Jakarta al., 2001
2. Kerang pokea 2,23-2,51 Sungai Pohara Bahtiar(2007)
(B violacea celebensis) 2,10-2,65 Sulawesi Tenggara
3. Kerang darah 1,812 Perairan Sari et al.,
(Anadara 2,786 Bojonegara 2010
granosa)
4. Kerang Bakalang 2,63 Perairan Pesisir Hamsiah et
(Mercia Labbakang, al., 2018
Hiantina lanmarck) 2,44 Kabupaten
2,45 Pangkep
5. Kerang bulu 2,214 Teluk Lada, Komala
(Anadara antiquate) Perairan Selat et al., 2011
Sunda
28

6. Kerang Tahu (Meretrix- Muara Sungai Penelitian ini


meretrix) Wanggu Kota
Secara temporal 2,472 Kendari Sulawesi
Jantan 2,517 Tenggara
Betina
Secara spasial 2,529
Jantan 2,622
Betina

2. Faktor Kondisi

Faktor kondisi merupakan perubahan-perubahan di dalam fisiologi hewan

dan juga secara luas digunakan untuk menghitung indeks kondisi fisik populasi

(Prihartini, 2006). Faktor kondisi (Kn) atau ponderal index juga merupakan salah

satu aspek penting dalam pertumbuhan suatu organisme yang menyatakan

kemontokan dari segi keadaan fisik untuk survival dan reproduksi, mengevaluasi

kualitas habitat dan juga berkontribusi dalam menduga kelangsungan populasi.

Hasil analisisa faktor kondisi kerang tahu secara temporal di Sungai Wanggu Kota

Kendari memiliki nilai yang berbeda-beda. Faktor kondisi kerang jantan yang

memiliki nilai tertinggi dan terendah terdapat pada bulan September yaitu

tertinggi sebesar 1,15 (377-409 mm) dan yang terendah yaitu sebesar 0,00 (212-

244 mm), kemudian pada kerang betina faktor kondisi tertinggi terdapat pada

bulan Agustus yaitu sebesar 1,05 (386-400 mm) dan faktor kondisi terendah pada

bulan September 0,00 (329-342 mm) (Gambar 6). Nilai faktor kondisi yang tinggi

pada ukuran cangkang yang lebih rendah, disebabkan oleh kerang pada ukuran ini

lebih memanfaatkan energinya untuk pertumbuhan sehingga memiliki nilai faktor

kondisi lebih tinggi dibandingkan dengan ukuran kerang yang lebih besar, karena

setelah perkembangan cangkangnya, kerang lebih memanfaatkan energinya untuk

perkembangan gonad dan persiapan reproduksi, sehingga hal tersebut juga


29

berpengaruh terhadap bobot tubuh atau kemontokan pada kerang ini. Hal ini juga

dijelaskan oleh Komala (2011) bahwa kerang yang lebih kecil memiliki faktor

kondisi yang lebih tinggi, karena energi yang diperoleh digunakan untuk

pertumbuhan sehingga memengaruhi kemontokannya (bertambah) kemudian

menurun seiring pertambahan ukuran cangkang dan peningkatan faktor kondisi

dapat terjadi karena perkembangan gonad yang akan mencapai puncak sebelum

memijah. Selanjutnya Fitriani (2008) menyatakan bahwa kelompok ukuran besar

memiliki nilai faktor kondisi yang lebih rendah, diduga karena kelompok ukuran

ini telah banyak melakukan proses pemijahan sehingga akan memengaruhi

kemontokannya (berkurang). Prosesini merupakan hal yang menyimpang dari

morfometrik kerang tahuyang diamati, karena pada kondisi normal faktor kondisi

cenderung meningkat dengan pertambahan ukuran tubuh suatu organisme. Islayet

al., (1995) menyatakan bahwa banyak faktor yang memengaruhi faktor kondisi

bivalvia yaitu kepadatan populasi, ukuran, perkembangan gonad, tinggi

permukaan pantai, keadaan alamiah substrat, salinitas, suhu, pencemar dan

patogen.

Faktor kondisi kerang tahu betina memiliki nilai yang jauh berbeda dengan nilai

faktor kondisi pada kerang tahu jantan. Pada kerang betina memiliki nilai faktor

kondisi relatif seragam pada semua bulan serta semua selang ukuran. Hal ini

disebabkan oleh sampel kerang betina yang diperoleh selama penelitian memiliki

selang ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan kerang jantan (Gambar6).

Seragamnya nilai faktor kondisi ini diduga berkaitan dengan tingkat kematangan

gonad yang menurun serta energi yang menurun setelah pemijahan, sehingga

untuk mengembalikan kondisinya diperlukan waktu tertentu untuk dapat


30

mencapainya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tampubolon et al., (2002) bahwa

nilai faktor kondisi akan meningkat seiring dengan perkembangan tingkat

kematangan gonad dan akan menurun ketika telah terjadi pemijahan. Selanjutnya

Neef dan Cargnelli (2004) menyatakan bahwa selama musim pemijahan aktivitas

makan berhenti, namun menggunakan cadangan lemak dalam tubuhnya untuk

suplai energi. Saat puncak pemijahan, sebagian energi ditransfer untuk

perkembangan gonad dan ovarium akan kosong kembali setelah memijah

(Samatet al., 2008).

Perbedaan faktor kondisi pada masing-masing selang ukuran diduga disebabkan

oleh umur dan strategi reproduksi dari setiap individu. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Beesley (1988) bahwa perbedaan faktor kondisi pada masing-masing

selang ukuran disebabkan oleh umur dan strategi reproduksi dari setiap individu,

karena dapat menentukan apakah suatu individu dapat mengumpulkan energi

untuk pertumbuhannya ataukah untuk persiapan reproduksi. Perbandingan hasil

pengukuran faktor kondisi dari beberapa jenis bivalvia (Tabel 8).

Tabel. 8 Hasil penelitian faktor kondisi pada kerang diberbagai lokasi :


Organisme Nilai Kn Lokasi Sumber
Kerang totok 0,88-1,27 Hutan mangrove Akbar(2014)
(Polymesoda 0,10-1,35 Teluk Kendari
erosa)
Kerang darah 0,83-1,19 Perairan Zumiati (2014)
(Anadara 0,71-2,80 Bungkutoko
granosa) Kota Kendari
Kerang Lumpur 1,031 Pulau Tobea Rochmady 2011
(Anadontia 1,020 Kecamatan
edentula Napabalano
lolinnaeus) Kabupaten
Muna
4.Kerang Hijau 0,51-1,34 Perairan Niswari (2004)
(Perna viridis) Prenduan Kab.
Sumenep
31

5. Kerang tahu Muara Sungai Penelitian ini


(Meretrix- Wanggu Kota
meretrix) Kendari
-Perstasiun 0,00-1,31
-Perbulan 0,00-1,15

Rasio Berat Daging

Dari hasil penelitian rasio berat daging basah perberat total dan rata-rata rasio

berat daging kering per berat total dari kerang jantan dan betina tertinggi terdapat

pada bulan Agustus. Nilai rasio berat daging dipengaruhi oleh tingginya nilai

bahan organic pada penelitian ini. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bahtiar

(2005) bahwa ketersediaan makanan merupakan salah satu faktor yang dapat

memengaruhi pertumbuhan populasi bivalvia. Makanan yang tersedia tersebut

dimanfaatkan oleh organisme untuk bertahan hidup, tumbuh dan berkembang

karena adanya energi yang berasal dari makanan. Bila makanan tersedia dalam

jumlah yang cukup melimpah untuk populasi bivalvia maka memungkinkan

adanya peningkatan produksi bivalvia.

Analisis rasio berat selama penelitian tertinggi terdapat pada kerang betina, hal ini

terjadi karena pada kerang betina selama penelitian diperoleh variasi ukuran yang

ditemukan dari ukuran kecil sampai dengan ukuran yang besar yaitu dengan

selangukuran 311-325 mm, sedangkan kerang jantan terdapat pada bulan Agustus

dan memiliki pada selangukuran 311-324 mm (Tabel 4). Kerang yang memiliki

ukuran kecil diduga lebih memanfaatkan energinya untuk pertumbuhan, sehingga

memiliki nilai persentase rasio berat daging yang lebih tinggi, sedangkan pada

kerang yang memiliki ukuran besar lebih memanfaatkan energinya untuk

pemijahan dan mengganti sel- sel yang telah rusak. Hal ini sesuai dengan nilai
32

faktor kondisi yang diperoleh, pada selang ukuran kecil memiliki nilai faktor

kondisi lebih tinggi dibandingkan dengan selang ukuran yang lebih besar. Kondisi

ini sesuai dengan hasil penelitian Zumiati (2014) bahwa persentase rasio berat

daging basah pada kerang yang berukuran kecil lebih tinggi dibandingkan kerang

yang memiliki ukuran cangkang yang lebih besar, hal ini disebabkan oleh

besarnya pembelanjaan energi pada kerang yang berukuran lebih besar untuk

pemijahan (mengeluarkan telur dan sperma). Hal ini menunjukkan bahwa kerang

jantan memiliki persentase tertinggi dibandingkan kerang betina dari bobot daging

yang dapat dimanfaatkan.

4. Parameter Kualitas Air

Suhu memberikan pengaruh besar terhadap kehidupan kerang terutama

terhadap proses reproduksi dan pertumbuhan. Suhu yang ditemukan selama waktu

penelitian berbeda-beda pada setiap bulannya yaitu berkisar 26–30°C (Tabel5).

Suhu dengan kisaran 26–30oC masih dalam batas toleransi bivalvi. Kisaran suhu

yang diperoleh selama penelitian masih berada pada kisaran suhu yang baik untuk

tahap perkembangan gonad kerang tahu di muara Sungai Wanggu. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Paonganan (2002) bahwa salah satu faktor yang menunjang

kehidupan kerang adalah suhu. Suhu yang optimal untuk kehidupan kerang

berkisar 28–34°C. Suhu dapat memengaruhi berbagai aktivitas biologis dari suatu

organisme baik secara langsung maupun tidak langsung. Aktivitas biologis

tersebut antara lain selera makan, kekebalan, laju fotosintesa bagi produsen primer

dilaut, proses metabolisme dan reproduksi. Apabila suhu sangat tinggi, fungsi

enzim pada organisme akuatik akan terganggu bahkan dapat menyebabkan

kematian (Levinton, 1982).


33

Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan yang ditentukan secara

visual dengan mengunakan secchi disk. Hasil pengukuran kecerahan di muara

Sungai Wanggu selama penelitian berkisar 20,0-70,0 cm (Tabel 5). Nilai

pengukuran kecerahan terenda berada pada stasiun I dan nilai tertinggi berada

pada stasiun II. Hal ini disebebkan karena pengaruh masuknya muatan bahan

tersuspensi yang terbawa melalui aliran air sungai serta adanya pengaruh limbah

rumah tangga yang dibuang langsung ke perairan serta adanya kegiatan reklamasi

di sekitar teluk.Limbah yang dibuang ke perairan tersebut terbawah oleh arus

sehingga dapat menyebabkan kekeruhan dan mengakibatkan kecerahan menjadi

rendah.Hal ini sesuai dengan pernyataan Davis dan Cornwell (1991) yang

menyatakan bahwa kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan

anorganik yang tersuspensi dan terlarut.

Menurut Pescod (1973), nilai pH perairan merupakan salah satu parameter

penting dalam menentukan pemantauan kualitas perairan. Organisme perairan

mempunyai kemampuan berbeda dalam mentoleransi pH perairan. Kematian

lebih sering diakibatkan karena pH yang rendah dibandingkan pH yang tinggi.

Hasil pengukuran nilai rata-rata pH di perairan muara Sungai Wanggu selama

penelitian berkisar 6 (Tabel5). Nilai pH tersebut masih berada pada kisaran yang

baik untuk kehidupan bivalvi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hynes (1978)

bahwa nilai pH <5 dan >9 menciptakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi

kebanyakan organisme makrobentos.

Kebutuhan Oksigen Biologi menujukan jumlah oksigen terlarut yang

dibutuhkan oleh mikroorganisme khususnya bakteri untuk mengurai atau

mendekomposisikan bahan organik dalam kondisi aerobik. Hasil konsentrasi BO


34

di muara Sungai Wanggu berkisar 1,794-4,922 mg/L. Konsetrasi tertinggi

terdapat pada stasiun I sebesar 4,922 mg/L dan konsentrasi terendah pada stasiun

II sebesar 1,794 mg/L. Hal ini disebabkan oleh aktivitas pemukiman yang berada

disekitar daerah aliran Sungai Wanggu. Hal ini sesui dengan pernyataan Saksena

et., al (2008) menyatakan bahwa tingginya nilai konsentrasi BO di perairan

menunjukan besarnya tingkat pencemaran air yang berasal dari bahan-bahan

organik.

Kecepatan arus diperairan muara Sungai Wanggu selama penelitian

berkisar 1,40-3,32 m/detik (Tabel5). Kecepatan arus tertinggi terjadi pada stasiun

III dan terendah terjadi pada stasiun II. Kondisi ini memperlihatkan bahwa

kecepatan arus yang diperoleh relatif konstan. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Akhrianti et al., (2014) bahwa kecepatan arus yang tinggi dapat menyebabkan

nilai TSS menjadi tinggi.

Substrat dasar berkaitan erat dengan fraksi butiran sedimen. Stasiun I lebih

didominasi oleh substrat berupa pasir kasar dengan presentase 42,8%, pada

stasiun II didominasi oleh substrat berupa pasir halus dengan presentase 63,4%,

sedangkan pada stasiun III berupa lumpur dengan presentase sebanyak 49,06%.

Secara keseluruhan tekstrur substrat di perairan muara Sungai Wanggu

digolongkan dalam jenis substrat berpasir.Hal ini karena kecepatan arus pada

muara Sungai Wanggu memiliki kecepatan arus yang tinggi. Hal ini sesuai

dengan pendapat Nybakken (1982) bahwa pada muara sungai pada arus yang kuat

akan banyak ditemui substrat berpasir karena hanya partikel yang berukuran besar

lebih cepat mengendap dari pada partikel yang lebih kecil.


35

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hubungan panjang berat kerang tahu di setiap stasiun pengambilan sampel baik

kerang jantan dan betina menunjukkan rata-rata memiliki pola pertumbuhan

allometrik negatif.

Faktor kondisi kerang tahu jantan dan betina secara temporal tertinggi terdapat

pada bulan September dan faktor kondisi kerang tahu jantan dan betina secara

spasial tertinggi terdapat pada stasiun I dengan tipe substrat pasir halus berlumpur.

Rata-rata rasio berat daging basah jantan dan betina secara temporal tertinggi

terdapat pada bulan September dan rasio berat daging kering terhadap berat total

kerang tahu jantan dan betina secara temporal yaitu terdapat pada bulan Oktober.

Kualitas air di muara Sungai Wanggu masih berada pada kisaran yang optimal

bagi pertumbuhan kerang tahu.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian beberapa saran direkomendasikan yaitu perlu

adanya penelitian lanjutan mengenai kerang ini di muara Sungai Wanggu

sehingga data yang ada dapat menggambarkan kondisi kerang tahu selama

setahun supaya memudahkan dalam pengelolaan dan penyusunan strategi

manajemen sumber daya kerang tahu di muara Sungai Wanggu secara lestari dan

berkelanjutan.

35
36

DAFTAR PUSTAKA

A Gifari 2011. Karakteristik Asam Lemak Daging Keong Macam Babylonia


sprirata, Kerang Tahu M. meretrix, dan Kerang Salju Pholas Dactylus Institut
Pertanian Bogor.

Akhrianti, I., Bengen D. G., Setyobudiandi, I. 2014. Distribusi Spasial dan


Preferensi Habitat Bivalvia di Pesisir Perairan Kecamatan Simpang Pesak
Kabupaten Belitung Timur. FPIK-IPB. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan
Tropis. 6 (1): 171-185

Bahtiar. 2005. Kajian Populasi Pokea (Batissa violacea var. celebensis, von
Martens, (1897), di Sungai Pohara Kendari Sulawesi Tenggara. Tesis. IPB. 75
hal.

Bahtiar. 2007. Preferensi Habitat dan Lingkungan Perairan Pokea (Batissa


violaceavar. celebensis, von Martens (1897) di Sungai Pohara Sulawesi Tenggara.
Jurnal Aqua Hayati. (5): 81-87.

Bahtiar.2012. Studi Bioekologi & Dinamika Populasi Pokea (Batissa violacea var.
celebensis von Martens, (1897) Yang Tereksploitasi Sebagai Dasar Pengelolaan
Di Sungai Pohara Sulawesi Tenggara.

Davis, M. L. dan Cornwell, D. A. 1991. Introduction to Environmental


Engineering. Second Edition. Mc-Graw-Hill, Inc, New York.822 p.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta. 258 hal.

Effendie, M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 112 hal.

Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.


163 hal.

Manik, N. 2009. Hubungan Panjang-Berat dan Faktor Kondisi Ikan Layang


(Decapterus russelli) dari Perairan Sekitar Teluk Likupang Sulawesi Utara.
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 35 (1): 65-74

Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta. 368 hal.

Nybakken, J. W. 1982. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia. Jakarta.


480 hal.

Manik, N. 2009. Hubungan Panjang-Berat dan Faktor Kondisi Ikan Layang


(Decapterus russelli) dari Perairan Sekitar Teluk Likupang Sulawesi Utara.
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 35 (1): 65-74

Paonganan, Y. 2002, Korelasi fase perkembangan gonat lola (Trochus nilocticus


Linn) dengan aspes biofisik lingkungan perairan Pulai Baki, Sulawesi Selatan,
Thesis PPs-IPB Bogor: 86 hal.

36
37

Pescod, M.B. 1973. Inventigation of Rational Effluent and Stream Standard for
Tropical Countries. Enviromental Engineering Division.Asian Institute
Tecnology. Bangkok. 145p.

Prihartini, A.2006. Analisis Tampilan Biologis Ikan Layang (Decapterus, sp.) Hasil
Tangkapan Purseseine yang di Daratkan di PPN Pekalongan. Tesis. Program Studi
Manajemen Sumber daya Pantai. Program Pascasarjana. Universitas Diponegoro.
Semarang. 91 hal

Saharudin 2003. Metode-metode Partisipatif dalam pengembangan


masyarakat. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Faperta IPB.

Sari, S. N. 2010. Keragaman Morfometrik Kerang Darah (Anadara granosa) di


Perairan Pesisir Banten.Skripsi. Fakultas Perikanan danIlmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 48 hal.

Setyobudiandi, I., Soekendarsih, E., Vitner, Y., Setiawati, R. 2004. Bio-ecologi


Kerang Lamis (Meretrix meretrix) di Perairan Marunda. Jurnal Ilmu Perairan dan
Perikanan Indonesia. 11 (1): 61-66.

Siswantoro B. 2003. Kajian Tentang Pertumbuhan dan Penyebaran dari


Meretrix meretrix di Pantai Jenu Kabupaten Tuban. Institut Pertanian Bogor,
Bogor. [Skripsi].

Vakily, J. M. 1989. The Biology and Cultureof Mussels of the Genus Perna.
ICLRAM Studies and Review No.17, Manila. 63 hal.

Veiga, P., Rubal, M., Cacabelos, E., Maldonado, C., Sousa,I. P. 2014.Spatial
Variabilityof Macrobentic Zonation on Exposed Sandy Beaches. Jurnal of Sea
Research, 90: 1-9.

Tamsar., Emiyarti., Nurgaya, W. 2013. Studi Laju Pertumbuhan dan Tingkat


Eksploitasi Kerang Kalandue (Polymesoda erosa) pada Daerah Hutan
Mangrove di Teluk Kendari. Program Studi Manajemen Sumber daya Perairan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Halu Oleo.Kendari. 2(6):
14-25.

Tampubolon, R. V., Sukimin, S., Rahadrjo, M. F. 2002. Aspek Biologi


Reproduksi dan Pertumbuhan Ikan Lemuru (Sardinella longiceps) di Perairan
Teluk Sibolga. Jurnal Iktiologi Indonesia. 2(50): 45-52.

Tan, S. K. Dan Henrietta P. M. W. 2010. A Preliminary Checklistof The Molluscs


of Singapore. Raffles Museum of Biodiversity Research. National University of
Singapore. Singapore. 72 hal.

Vakily, J. M. 1989. The Biology and Culture of Mussels of the Genus Perna.
ICLRAM Studies and Review No.17, Manila. 63 hal.
38

Veiga, P., Rubal, M., Cacabelos, E., Maldonado, C., Sousa, I. P. 2014. Spatial
Variability of Macrobentic Zonation on Exposed Sandy Beaches. Jurnal of Sea
Research,90: 1-9.

Widasari, F. N., Wulandari, S.Y., Supriyantini, E. 2013. Pengaruh Pemberian


Tetrase Lmischuii dan Skeletonema costatum Terhadap Kandungan EPA dan
DHA pada Tingkat Kematangan Gonad Kerang Totok Polymesoda erosa.
Journal of Marine Research, 2(1): 15-24.

Widyastuti, A. 2011. Perkembangan Gonad Kerang Darah (Anadara antiquata) di


Perairan Pulau Auki, Kepulauan Padaido, Biak, Papua. Oseanologi dan Limnologi
di Indonesia37(1): 1-17.

Wood, M., S. 1987. Subtidalecology.Edward Amold Pty. Limited. Australia. 125


p.
Zumiati. 2014. Studi Morfometrik Kerang Darah (Anadara granosa) di Perairan
Teluk Kendari. Sripsi. Jurusan Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Universitas Halu Oleo. Kendari. 51 hal.
39

LAMPIRAN

1. Hasil analisis pola pertumbuhan

a. Bulan Agustus

NO Panjang L (mm) Berat Total Seks


1 35.1 351 34.72 B
2 34.4 344 32.3 B
3 39.5 395 46.74 B
4 38.2 382 41.64 B
5 32.1 321 27.54 B
6 33.1 331 29.18 B
7 34.2 342 26.84 B
8 31.1 311 27.66 B
9 33.5 335 29.48 B
10 34.1 341 28.08 B
11 35.6 356 29.76 B
12 32.8 328 21.62 B
13 39.1 391 36.44 B
14 37.4 374 33.24 B
15 34.9 349 27.58 B
16 37.2 372 32.6 B
17 32.1 321 24.3 B
18 34.6 346 27.88 B
19 32.5 325 24.24 B
20 31.8 318 23.82 B
21 33.4 334 26.44 B
22 32.5 325 24.38 B
23 38.5 385 37.42 B
24 33.6 336 25.78 B

Berat
L (mm) Total
L (mm) 1
Berat
Total 0.871 1
Pola Pertumbuhan
X 60.925
Y 35.264
X^2 154.679
Y^2 51.967
XY 89.568
X bar 2.539
Y bar 1.469

39
40

A -4.421 0.000038 a=Y bar-(X bar*b)


b=(XY-((1/n)*X*Y))/(X^2-
B 2.320 ((1/n)*((X^2)))
N 24

b. Bulan September

Berat
NO Panjang L (mm) Seks
Total
1 33.3 333 22.2 B
2 40.6 406 36.44 B
3 40.5 405 37.1 B
4 35.4 354 30.22 B
5 36.1 361 28.06 B
6 35.4 354 25.54 B
7 35.1 351 28.18 B
8 34.4 344 25.46 B
9 38.5 385 30.96 B
10 36.4 364 28.96 B
11 34.3 343 25.86 B
12 39.5 395 37.84 B
13 36.4 364 28.9 B
14 34.3 343 23.7 B
15 36.4 364 31.04 B
16 35.4 354 29.32 B
17 33.3 333 22.7 B
18 35.4 354 22.4 B
19 35.3 353 24.58 B
20 34.5 345 28.78 B
21 32.9 329 21.94 B
22 33.3 333 22.48 B
23 34.5 345 24.7 B
24 39.5 395 35.78 B
25 33.3 333 23.94 B

Berat
L (mm) Total
L (mm) 1
Berat
Total 0.926 1
41

c. Bulang Oktober

Berat
NO Panjang L (mm) Seks
Total
1 39.1 391 36.96 B
2 33.5 335 24.9 B
3 33.4 334 23.7 B
4 35.1 351 30.5 B
5 36.4 364 28.98 B
6 32.4 324 21.1 B
7 36.3 363 27.94 B
8 37.9 379 33.88 B
9 34.5 345 24.04 B
10 32.7 327 23.56 B
11 39.3 393 35.8 B
12 31.6 316 21.24 B
13 33.8 338 23.72 B
14 31.6 316 20.2 B
15 36.2 362 28.76 B
16 33.9 339 26.06 B
17 36.4 364 29.94 B
18 34.1 341 26.56 B
19 35.7 357 26.28 B
20 35.4 354 28.32 B
21 33.9 339 22.68 B
22 37.9 379 30.54 B
23 33.7 337 22.9 B
24 36.4 364 28.96 B
25 35.2 352 24.96 B
26 32.9 329 23.38 B
27 35.5 355 26.96 B
28 33.5 335 23.58 B
29 34.9 349 27.86 B
30 36.1 361 27.78 B

Berat
L (mm) Total
L (mm) 1
Berat Total 0.941 1
Pola
Pertumbuhan
X 76.293
Y 42.667
X^2 194.038
Y^2 60.807
42

XY 108.551
X bar 2.543
Y bar 1.422
A -4.915 0.000012 a=Y bar-(X bar*b)
b=(XY-((1/n)*X*Y))/(X^2-
B 2.4921 ((1/n)*((X^2)))
N 30

2. Hasil Analisis Faktor Kondisi

a. Bulan Agustus

Kn rata-
NO
SKB SKA Fi % Kelas rata
1 311 325 6 25 311-325 1.03
2 326 340 5 21 326-340 0.98
3 341 355 6 25 341-355 1.00
4 356 370 1 4 356-370 0.94
5 371 385 4 17 371-385 0.99
6 386 400 2 8 386-400 1.05
24 100

NO SK INDIVIDU MAX MIN AVERAGE BDB% BDK%


1 311-325 6 1.20 0.95 1.03 16.23 16.25
2 326-340 5 1.09 0.83 0.98 15.58 17.46
3 341-355 6 1.14 0.91 1.00 14.32 15.57
4 356-370 1 0.94 0.94 0.94 16.33 16.05
5 371-385 4 1.12 0.93 0.99 14.04 15.63
6 386-400 2 1.16 0.93 1.05 14.88 15.57

Kn rata-
NO
SKB SKA Fi % Kelas rata
1 311 324 8 17 311-324 1.03
2 325 338 10 22 325-338 0.94
3 339 352 14 30 339-352 1.02
4 353 366 6 13 353-366 1.05
5 367 380 5 11 367-380 0.97
6 381 394 2 4 381-394 1.03
7 395 408 1 2 395-408 1.10
46 100
43

NO SK INDIVIDU MAX MIN AVERAGE BDB% BDK%


1 311-324 8 1.15 0.88 1.03 15.15 16.70
2 325-338 10 1.02 0.90 0.94 15.39 16.32
3 339-352 14 1.19 0.91 1.02 15.32 15.90
4 353-366 6 1.25 0.85 1.05 14.66 16.42
5 367-380 5 1.03 0.83 0.97 15.81 15.94
6 381-394 2 1.06 1.00 1.03 16.37 15.53
7 395-408 1 1.10 1.10 1.10 13.90 14.18

b. Bulan September

Kn rata-
NO
SKB SKA Fi % Kelas rata
1 329 342 5 20 329-342 0.98
2 343 356 11 44 343-356 1.01
3 357 370 4 16 357-370 1.02
4 371 384 0 0 371-384 0.00
5 385 398 3 12 385-398 1.01
6 399 412 2 8 399-412 0.97
25 100

NO SK INDIVIDU MAX MIN AVERAGE BDB% BDK%


1 329-342 5 1.03 0.96 0.98 13.82 19.56
2 343-356 11 1.14 0.83 1.01 14.09 19.85
3 357-370 4 1.08 0.99 1.02 14.42 19.41
4 371-384 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
5 385-398 3 1.07 0.93 1.01 13.28 17.38
6 399-412 2 0.99 0.96 0.97 13.39 18.15

Kn rata-
NO
SKB SKA Fi % Kelas rata
1 212 244 2 4 212-244 1.15
2 245 277 0 0 245-277 0.00
3 278 310 2 4 278-310 0.86
4 311 343 23 51 311-343 1.09
5 344 376 17 38 344-376 1.00
6 377 409 1 2 377-409 1.02
45 100
44

NO SK INDIVIDU MAX MIN AVERAGE BDB% BDK%


1 212-244 2 1.73 0.58 1.15 10.88 16.86
2 245-277 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
3 278-310 2 0.88 0.85 0.86 14.08 18.67
4 311-343 23 3.87 0.84 1.09 12.77 18.21
5 344-376 17 1.16 0.86 1.00 13.97 18.18
6 377-409 1 1.02 1.02 1.02 11.31 17.02

c. Bulan Oktober

Kn rata-
NO
SKB SKA Fi % Kelas rata
1 316 329 5 17 311-325 1.01
2 330 343 8 27 326-340 1.00
3 344 357 7 23 341-355 1.00
4 358 371 6 20 356-370 0.99
5 372 385 2 7 371-385 0.99
6 386 399 2 7 386-400 1.03
30 100

NO SK INDIVIDU MAX MIN AVERAGE BDB% BDK%


1 311-325 5 1.05 0.96 1.01 13.04 19.78
2 326-340 8 1.07 0.92 1.00 12.18 20.13
3 341-355 7 1.14 0.93 1.00 12.27 21.23
4 356-370 6 1.02 0.96 0.99 13.23 19.31
5 371-385 2 1.05 0.94 0.99 12.90 20.70
6 386-400 2 1.05 1.01 1.03 12.70 20.43

Kn rata-
NO
SKB SKA Fi % Kelas rata
1 312 325 7 18 312-325 1.01
2 326 339 12 30 326-339 1.00
3 340 353 9 23 340-353 0.98
4 354 367 7 18 354-367 1.03
5 368 381 3 8 368-381 0.98
6 382 395 2 5 382-395 1.02
40 100

NO SK INDIVIDU MAX MIN AVERAGE BDB% BDK%


1 312-325 7 1.10 0.96 1.01 12.43 19.26
2 326-339 12 1.08 0.92 1.00 12.29 20.04
3 340-353 9 1.05 0.92 0.98 12.61 19.94
45

4 354-367 7 1.10 0.94 1.03 11.84 20.08


5 368-381 3 1.02 0.95 0.98 12.56 20.32
6 382-395 2 1.03 1.00 1.02 11.62 19.45
46

3. Dokumentasi penelitian

Dokumentasi Penelitian Lapangan

a. Pengukuran kecerahan b. Pengambilan substrat

c. Pengukuran suhu air d. Pengukuran kecepatan arus


47

Dokumentasi Penelitian Laboratorium

a. Pengukuran panjang berat b. Pengamatan jenis kelamin

c. Proses pembedahan d. Pengovenan

Anda mungkin juga menyukai