SKRIPSI
Oleh :
Oleh:
JULIAN WIDYO PRAMESTI
260 201 161 301 17
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan :
iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Penulis
NIM. 26020116130117
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
segala rahmat dan hidayat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
dengan judul “Analisis Komposisi Dan Kelimpahan Echinodermata Pada
Ekosistem Lamun Pulau Panjang, Jepara”.
Adapun maksud penyusunan ini adalah untuk memenuhi syarat guna
menyelesaikan Program Studi Strata Satu (S1) pada Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Diponegoro.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir.
Widianingsih. MSc dan Ir. Hadi Endrawati, DESU selaku dosen pembimbing
utama dan dosen pembimbing anggota dalam penelitian dan penyusunan skripsi
ini, serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan penelitian
ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan penelitian ini masih
sangat jauh dari sempurna. Karena itu, saran dan kritik demi perbaikan penulisan
skripsi ini sangat penulis harapkan. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Penulis
v
RINGKASAN
vi
SUMMARY
vii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER....................................................................................................................i
HALAMAN JUDUL..............................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................v
RINGKASAN........................................................................................................vi
SUMMARY..........................................................................................................vii
DAFTAR ISI.......................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................x
DAFTAR TABEL.................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xii
I. PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3. Tujuan........................................................................................................3
1.4. Manfaat......................................................................................................3
1.5. Waktu dan Tempat....................................................................................3
viii
2.2.1. Lamun..............................................................................................21
2.2.2. Ekosistem Lamun.............................................................................22
2.3. Perairan Pulau Panjang............................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................57
LAMPIRAN..........................................................................................................62
RIWAYAT HIDUP..............................................................................................69
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
x
DAFTAR TABEL
Halaman
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
I. PENDAHULUAN
Jepara dan sekitanya. Terdapat beberapa ekosistem yang ada di perairan Pulau
Panjang, salah satunya adalah padang lamun. Padang lamun merupakan salah
kehidupan berbagai biota laut serta merupakan salah satu ekosistem bahari
yang paling produktif (Assy et al., 2013). Perairan Pulau Panjang memiliki
terumbu karang dan padang lamun serta menyukai substrat yang agak keras
terutama substrat di padang lamun yang merupakan campuran dari pasir dan
lingkungan laut, sehingga dapat tumbuh dengan membentuk padang yang luas
dan dikenal sebagai padang lamun, dan tersebar luas di perairan laut dangkal
cahaya, salinitas, kedalaman, substrat dasar perairan dan pergerakan air laut
(ombak, arus dan pasang surut). Lamun tersebar pada sebagian besar perairan
1
2
pantai dunia, hanya pada beberapa wilayah saja tumbuh-tumbuhan ini tidak
ditemukan.
suatu komunitas yang merupakan habitat bagi berbagai jenis hewan laut. Pada
ekosistem ini hidup beraneka ragam biota laut seperti ikan, Crustasea, Moluska
(Pinna sp., Lambis sp., dan Strombus sp.), Echinodermata (Holothuria sp.,
Synapta sp., Diadema sp., Arcbaster sp., Linckia sp.) dan cacing (Polichaeta)
(Odum, 1993).
dilakukan oleh manusia. Polusi akibat solar kapal, limbah antropogenik, dan
wilayah vegetasi lamun yang dapat dijadikan salah satu tolak ukur kualitas dan
I.3. Tujuan
I.4. Manfaat
Panjang, Jepara.
Kabupaten Jepara.
II. TINJAUAN PUSTAKA
berada di antara hewan laut pada umumnya dan distribusinya yang luas,
dijumpai di semua dari zona intertidal sampai laut yan sangat dalam.
ekosistem laut dan bermanfaat sebagai salah satu komponen dalam rantai
ekosistem laut dan bermanfaat sebagai salah satu komponen dalam rantai
perairan laut (ekosistem laut). Hal ini senada apa yang dituliskan Dahuri (2003)
merombak sisa-sisa bahan organik yang tidak terpakai oleh spesies lain namun
4
5
menguburkan diri di daerah pantai atau di bawah rumput laut, ada juga yang
membenamkan diri dalam tanah liat di muara sungai atau di bawah karang-
2013). Secara umum Echinodermata lebih banyak dijumpai pada perairan yang
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Kelas : Asteroidea
Ordo : Paxillosida
Famili : Ophidlasteridae
Genus : Linckia
Spesies : Linckia laevigata
dengan mulutnya di sisi bawah tubuh. Bagian dorsal disebut aboral atau
atau cakramnya. Tergantung pada jenisnya, jumlah lengan ada yang empat
dan ada yang sampai 40 buah. Mulut yang berada di sisi bawah terletak
ditengah-tengah cakran dan anus di atas. Di dekat anus terdapat pintu saring
oral), terdapat celah dalam dan memanjang mulai dari mulut ke ujung
masing-masing lengan dalam dua atau empat baris yang dinamakan alur
ambulakral. Pada ujung lengan terdapat bintik mata. Di sisi ini terdapat kaki-
yang panjang disebut duri, ada yang hanya membuat kulitnya kasap (kesat /
tidak halus), embelan ini bagian dari lempeng tulang dari kapur yang
kapurdikelilingi duri pada bagian dasar disebut pediselaria yaitu duri yang
Kelas Asteroidea ini mempunyai species yang paling tinggi pada filum
echinodermata, yaitu hampir 1900 species yang masuk dalam 36 famili dan
370 genera di dunia (Mah dan Blake, 2012). Bintang laut dapat hidup pada
semua kedalaman dari intertidal sampai abisal dan bisa ditemukan diseluruh
mengular.
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Kelas : Ophiuroidea
Ordo : Ophiurae
Famili : Ophiothridae
Genus : Ophiothrix
Spesies : Ophiothrix sp
Kelas Ophiuroidea terdiri atas basket star dan serpent star atau brittle
di perairan yang tenang dan pada kedalaman laut yang dalam. Ophiuroidea
memiliki lengan yang panjang yang berpusat pada cakram, dan tidak
cm serta lengan yang sangat panjang. Lengan dari basket star adalah yang
terpanjang 12 cm. Basket star memiliki lima lengan yang berbentuk seperti
dahan atau ranting. Ophiuroidea adalah merupakan hewan yang sangat aktif
bulat panjang. Tiap-tiap lengan terdiri dari ruas-ruas yang sama. Dibagian
lateral terdapat duri, sedangkan dibagain ventral dan dorsal tidak terdapat
duri. Kaki tabung tanpa pengisap dan berfungsi sebagai alat gerak akan tetapi
bertindak sebagai alat sensoris dan memantu sistem respirasi. Jenis hewan ini
tidak mempunyai pedicellaria dan anus, mulut terletak di pusat tubuh dan
dikelilingi oleh lima kelompok lempeng kapur yang berfungsi segabai rahang
(Rusyana, 2011).
air tenang. Di perairan pantai pada kubangan pasut dan di balik batu atau
memendam pada dasar lunak. Bentuk tubuh seperti uang logam (coin),
bundar dan pipih dan lengan-lengan menjulur sekeliling tubuh dan mulut di
ini berjalan cepat dan bahkan berenang dalam air. Karena kelenturan
golongan kelas inilah yang dapat bergerak paling cepat dan memiliki daya
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Kelas : Echinoidea
Ordo : Cidaroidea
Famili : Diadematidae
Genus : Diadema
Spesies : Diadema setosum
Hewan-hewan yang termasuk kelas ini adalah bulu babi, sand dollar,
dan bulu hati (heart urchin). Tubuh hewan ini bulat tanpa lengan, duri-duri
menutupi tubuh, panjang pada bulu babi dan pendek pada dolar pasir, tubuh
terbungkus oleh suatu struktur yang berupa cangkang, terdiri dari lempengan-
ini ia hidup. Biasanya ada 10 deret lempeng lipat dua dengan lima pasang
(Romimohtarto, 2007). Bulu babi tidak memiliki lengan, akan tetapi memiliki
5 baris kaki tabung yang berfungsi dalam pergerakan lambat. Bulu babi juga
memiliki otot untuk memutar durinya yang panjang yang membantu dalam
dan padang lamun yang sangat umum dijumpai di perairan dangkal. Biota ini
dan makanan, dapat ditemui dari daerah intertidal (pasang surut) sampai
yang sangat umum dijumpai adanya bulu babi di perairan laut Indonesia
lamun dan terumbu karang, daerah berpasir atau pasir berlumpur dan juga
Bentuk tubuh hewan ini kurang lebih globular, terdiri dari lima bagian
tubuh yang sama, tanpa tangan dan mempunyai banyak duri yang tajam dan
panjang. Mulut dikelilingi oleh lima buah gigi yang berkumpul di dalam bibir
yang corong. Di daerah ujung aboral (disebut juga daerah periprok), terdapat
hewan yang sudah mati yang jauh ke dasar laut. Organ kelamin hewan ini
(Rusyana, 2011).
segi lima (simetris radial), dengan cangkang keras berkapur dan dipenuhi
dengan duri serta tidak berlengan (Kuncoro, 2004). Tubuh bulu babi
(Echinoidea) terdiri dari tiga bagian, yaitu: oral, aboral, dan bagian antara oral
dan aboral. Mulut terletak di bagian oral menghadap ke dasar laut, sedangkan
tengah sisi aboral terdapat sistem apikal dan pada bagian tengah sisi oral
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Kelas : Holonthuroidea
Ordo : Aspidochirotida
Famili : Holothuridae
Genus : Holothuria
Spesies : Holothuria Sp
dijumpai di daerah terumbu karang. Bentuk tubuh teripang secara umum ialah
seperti ketimun sehingga dalam bahasa Inggris disebut “Sea Cucumbers” atau
bentuknya. Teripang memiliki mulut di ujung yang satu dan anus di ujung
seperti bintang laut di bagian ventral yang digunakan untuk berjalan, kaki
penjepit) dan duri, tetapi teripang memiliki tentakel berbentuk kaki tabung di
alat bercabang yang terdiri dari banyak tabung. Daerah rektum dan kloaka
daerah pertumbuhan alga, padang lamun, koloni karang hidup dan karang
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Subfilum : Crinozoa
Kelas : Crinoidea
Ordo : Comatulidae
Famili : Comasteridae
Subfamili : Comasterinae
16
atau pakis. Bagi orang awam lili laut mungkin dianggap sebagai flora laut,
ragam, hijau, kuning, merah atau kombinasi dari dua atau lebih warna. Lili
laut pada umumnya mempunyai cara dan kebiasaan makan yang sama dengan
teripang, bulu babi, bintang laut dan bintang mengular yaitu termasuk
plankton dan partikel melayang (Safitri, 2010). Hewan ini memiliki bentuk
seperti bunga, memiliki kaliks pusat berbentuk cangkir yang terdiri atas
lempeng-lempeng berzat kapur dan lima lengan fleksibel yang bercabang dua
Kaliks sering dipotong pada tangkai bersendi yang panjang dengan dasar
tonjolan dekat mulut. Tubuh atau kelopak ditutupi oleh kulit (tegmen) yang
seperti bulu burung yang terurai), sehingga sepintas hewan ini terlihat seperti
(Rusyana, 2011).
Kelompok hewan ini dinamakan lili laut atau bintang bulu. Sebagian
besar dari mereka hidup di laut yang sedang jeluknya, beberapa jenis berupa
hewan laut jeluk dan beberapa jenis lagi mendiami laut dangkal, antaranya di
mencolok. Tubuhnya terdiri dari cakram sentral dengan lima lengan bermula
dari cakram. Setiap lengan bercabang dua atau lebih. Setiap cabang memiliki
2007). Lili laut merupakan indicator pencemaran air, sebuah indikator suatu
ekosistem terumbu karang. Hal ini telah dibuktikan dalam penilitian bahwa
sedangkan pada perairan yang buruk lili laut tidak dapat hidup.
18
dan tempat mencari makan. Selain itu, kondisi lingkungan pada daerah ini
samping pakan dan cara makan. Densitas hewan laut bergantung pada
Echinodermata
II.1.6.1. Suhu
benthos. Suhu yang paling baik untuk kehidupan organisme dilaut berkisar
spesifik pada suhu lingkungan yaitu sekitar pada suhu 28- 31°C (Iswanti et
al., 2012).
19
(Helmizuryani, 2010).
II.1.6.2. Salinitas
perpindahan massa air laut, dan terjadinya difussi. Ikan dan invertebrata
merupakan habitat laut estuarin dan merupakan habitat wilayah pasang surut
dan pasang naik yang mengatur tekanan osmotik di bawah kondisi salinitas
atau kadar garam dipengaruhi oleh curah hujan, tekanan air di dasar dan
(Michael, 1995).
Salinitas air laut berada antara 0 – 40 o/oo, yang berarti kandungan garam
pH tersebut. Maka dari itu berdasarkan dari nilai pH, permukaan laut
4,8 dan di atas 9,2 dikatakan sudah termasuk daerah yang tercemar serta
yang terlarut dalam air. Air dingin cenderung dapat menyimpan oksigen
permukaan air secara difusi atau aerasi oleh energi angin. Oksigen terlarut
21
perairan laut nilainya kurang dari 5 ppm perairan tersebut sudah mulai
tercemar dalam tingkat yang masih ringan. Namun dalam keadaan lain
apabila kadar oksigen nya 5 ppm tetapi di dukung oleh suhu antara 20 –
30°C keadaan ini masih relatif baik untuk kehidupan berbagai hewan
mendukung biota hewan 28 untuk hidup tetapi dengan syarat tidak ada
II.2. Lamun
II.2.1. Lamun
dapat tumbuh dengan baik pada lingkungan laut dangkal (Wood et al., 1969).
akar, rimpang (rhizoma), daun, bunga dan buah seperti halnya dengan
ekosistem pesisir yang ditumbuhi oleh lamun sebagai vegetasi yang dominan
membentuk padang yang luas dan dikenal sebagai padang lamun, dan tersebar
luas di perairan laut dangkal (Kordi, 2011). Lamun hidup pada berbagai
macam tipe substrat, mulai dari pecahan karang sampai sedimen dasar yang
terdiri dari endapan lumpur halus. Kebutuhan substrat yang utama bagi
substrat dalam stabilitas sedimen mencakup pelindung tanaman dari arus laut
pada Tahun 2010, Pulau Panjang yang letaknya bersebelahan dengan Pantai
Beberapa jenis biota yang hidup di padang lamun adalah ikan baronang,
pesisir yang ditumbuhi oleh lamun sebagai vegetasi yang dominan serta
fungsi dan manfaat yang sangat panting bagi perairan wilayah pesisir
(Tangke, 2010).
kedalaman kurang dari 5 m saat pasang. Namun, beberapa jenis lamun dapat
24
dan karang, atau terletak di dekat pantai berpasir dan hutan pantai.
dan mempunyai fungsi dan manfaat yang sangat panting bagi perairan
sangatlah luas, dari daerah perairan dangkal Selandia baru sampai ke Afrika.
Dari 12 genera yang telah dikenal, 7 genera diantaranya berada dan tersebar
berasal dari produk lamun itu sendiri, di samping tambahan dari epifit dan
lamun tidak banyak, di seluruh dunia tercatat sekitar 50 jenis dan di Indonesia
yang sering terdapat di alam dan jika dipandang dari kepentingan ekonomik
lamun juga merupakan salah satu ekosistem perairan pantai yang mempunyai
25
populasi biota termasuk hewan makrobenthos, hal ini disebabkan oleh peran
padang lamun yang berfungsi sebagai daerah untuk mencari makan (feeding
Sebagai salah satu obyek pariwisata yang cukup dikenal oleh masyarakat
banyak, Pulau Panjang adalah pulau yang terdapat di Kabupaten Jepara, Jawa
Tengah. Pulau dengan luas 19 hektar ini berjarak 1,5 mil laut (2,5 Km) dari
wisata bahari / pantai / air. Pulau dengan hamparan pasir putih yang banyak
berbagai jenis flora dan fauna yang dapat menambah keindahan di kawasan
Pulau Panjang. Selain itu pulau ini memiliki terumbu karang sehingga cocok
untuk pecinta alam bawah laut, dan di bagian tengah pulai ini terdapat hutan
tepat di depan Teluk Awur. sebelah barat Pantai Kartini (1.5 mil laut). Secara
26
geografis Pulau Panjang berada pada posisi 06°34"30 LS, dan 110°37"44 BT,
dengan luas daratan pulau sekitar 7 hektare (E-KKP3K. 2015). Sebelum Pulau
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 20112031 pada pasal 30 ayat 2
ekosistem secara alami. Pada Tahun 2013 Pulau Panjang ditetapkan sebagai
dilakukan oleh satu pihak pengelola resmi saja yang ditunjuk pemerintah,
sekitar. Masyarakat lokal atau penduduk asli yang bermukin di sekitar lokasi
Jepara.
Peralatan dan bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya ialah
GPS, Roll Meter, Transek Kuadran, dan sebagainya seperti yang tercantum
27
28
Metode ini melalui beberapa tahap yaitu observasi, pengambilan data, dan
Echinodermata sesuai dengan prosedur literatur yang ada. Data yang diperoleh
dari pengamatan ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer
jumlah vegetasi lamun pada perairan Pulau Panjang yang diperoleh dari
literatur atau penelitian yang sudah ada. Data yang diperoleh kemudian diolah,
III.4.1.Pengambilan Data
atau pengambilan data dilakukan sesuai dengan prosedur pada setiap langkah
kerja.
30
dengan panjang masing-masing 100 m dan jarak antara satu transek dengan
yang lain adalah 50 m sehingga total luasannya 100 x 100 . Frame kuadrat
diletakkan di sisi kanan transek dengan jarak antara kuadrat satu dengan yang
(Gambar 6). Titik awal transek diletakkan pada kali pertama lamun dijumpai
25 cm 25 cm
25 cm 25 cm
25 cm 25 cm
ini adalah modifikasi dari metode LIPI, yaitu metode belt transek dengan
ke arah laut lepas sepanjang 100 meter, lalu dilanjutkan dengan penarikan roll
meter disebelah kiri roll meter dan 1 meter disebelah kanan roll meter
denah (Gambar 8), dimana data yang dihasilkan yaitu data per stasiun.
2. 75
Tutupan kotak kecil
3. 50
Tutupan kotak kecil
4. 25
Tutupan kotak kecil
5. Kosong 0
perairan.
sepanjang 100 m tegak lurus garis pantai atau hingga lamun sudah tidak
III.4.3.Pengolahan Data
sebagai berikut :
34
D=𝑁/𝐴
Keterangan :
N = Jumlah individu.
(McKenzie, 2003) :
Di = 𝑁𝑖 /𝐴
Keterangan :
sampel yang ada diambil dengan 2-3 kali ulangan. Prosedur kandungan
Keterangan:
IV.1. Hasil
dengan kondisi daun lamun banyak yang rusak dan sudah tidak sehat lagi.
sampling ke-1 pada Bulan Juli, didapatkan beberapa jenis lamun diantaranya
36
37
atra berjumlah 115, dan kelas Echinoidea dengan spesies Diadema setosum
berjumlah 77. Hasil dari penelitian yang dilakukan pada sampling ke-2,
dan kelas Echinoidea dengan 2 spesies yaitu Diadema Setosum dan Laganum
laganum dengan masing – masing berjumlah 152 dan 2. Hasil dari penelitian
spesies Holothuria atra berjumlah 172, dan kelas Echinoidea dengan spesies
1 2 1 2 1 2
Diadema setosum + + + + + +
2. Echinoidea
Laganum laganum - - + - - -
Jumlah 2 2 3 2 2 2
ke-1 pada Bulan Juli mendapatkan hasil kelimpahan Echinodermata yaitu dari
Echinoidea spesies Diadema setosum 0,128 ind/m² yang tersaji dalam gambar
dari Kelas Holothuroidea spesies Holothuria atra 0,128 ind/m² dan Kelas
laganum 0,003 ind/m² yang tersaji dalam gambar berikut (Gambar 13).
44
yaitu Kelas Holothuroidea spesies Holothuria atra 0,237 ind/m² dan Kelas
Echinoidea spesies Diadema setosum 0,127 ind/m² yang tersaji dalam gambar
terlarut, dan pH di Pulau panjang selama 3 Bulan dapat dilihat pada tabel.
stasiun dan Bulan terhadap sedimen didapatkan nilai bahan organik (Tabel
Tabel 10. Bahan Organik Pada Substrat Dasar Perairan Ekosistem Padang
Lamun di Pulau Panjang.
selama 3 Bulan pengambilan data (Juli, Agustus, dan September) pada Stasiun
Gambar 16. Bahan organik yang didapatkan pada stasiun 1 selama 3 Bulan
pengambilan data.
selama 3 Bulan (Juli, Agustus, dan September) pada stasiun 2 tersaji dalam
Gambar 17. Bahan organik yang didapatkan pada stasiun 2 selama 3 Bulan
pengambilan data.
48
IV.2. Pembahasan
selama 3 Bulan pengambilan data yaitu Bulan Juli, Agustus, dan September
2020, terdiri dari 2 Kelas yaitu Kelas Holothuroidea dan Echinoidea. Pada
115, dan Kelas Echinoidea spesies Diadema setosum berjumlah 77. Pada Bulan
komposisi yang tinggi diduga karena Pulau Panjang memiliki perairan yang
bahwa habitat lamun dijadikan sebagai tempat hidup dan penyedia makanan
bahwa tempat mencari makan dan habitat dapat mendukung pola sebaran suatu
organisme.
berbeda dengan stasiun 2 yang memiliki substrat dominan pasir dan lumpur
49
serta sedikit Lamun yang tumbuh pada stasiun tersebut. Tingginya Holothuria
atra pada stasiun 1 juga diduga dipengaruhi faktor lingkungkan seperti habitat
yang terdiri dari substrat berpasir, pasir dengan lamun, pecahan karang serta
kualitas perairan seperti salinitas, pH, suhu, oksigen terlarut yang masih stabil
menempati substrat berpasir, bersifat deposit feeder yaitu pemakan apa saja
yang terdapat di dasar perairan seperti detritus, partikel pasir, hancuran karang,
diatom, filamen alga biru, alga merah, serpihan bulu babi, copepoda, telur ikan,
Holothuria atra pada stasiun 1 yang memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan
oleh aktivitas manusia (pelayaran, penangkapan, dan wisata) dan juga substrat
pada stasiun 1 memiliki substrat yang didominasi oleh pasir dan pecahan
karang sehingga terdapat banyaknya lamun serta terumbu karang. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Aziz (1994), bulu babi jenis Diadema setosum pada
menyukai substrat yang agak keras terutama substrat di padang lamun yang
karang dan daerah rocky shore atau daerah lamun. Diadema setosum juga
50
karang antara lain ditemukan pada zona pasir, zona lamun sampai daerah tubir,
sama halnya dengan penelitian Zakaria (2013) dimana pada lokasi penelitian
antara lain ditemukan pada zona pasir, zona pertumbuhan alga, zona lamun
dengan bulu babi jenis yang lain. Diadema setosum berukuran kecil banyak
ditemukan pada daerah karang mati dan lamun yang dekat dengan daerah
pasang surut dan dangkal, sedangkan yang dewasanya banyak ditemukan pada
daerah tubir karena pada daerah ini terdapat banyak lubang – lubang terumbu
substrat yang didominasi oleh substrat pasir, pecahan karang dan ditumbuhi
dengan banyaknya lamun, dan terdapat juga terumbu karang pada stasiun 1.
Laganum laganum ditemukan pada stasiun 1 pada substrat pasir dan terdapat
pada ujung transek pada saat pengambilan data, hal ini sesuai dengan
pernyataan Afian et al. (2013), bahwa sand dollar adalah organisme yang
menyenangi substrat dasar perairan lumpur dan berpasir. Hewan ini hidup
membenamkan diri dalam substrat (pasir halus atau lumpur berpasir) dan
memperoleh makanannya dengan cara menelan pasir yang ada pada medium
sekitarnya. Sand dollar merupakan salah satu organisme yang bersifat deposit
51
feeder dengan hidup memakan sisa – sisa organisme yang terkandung dalam
substrat yang didominasi oleh pasir yang ditumbuhi lamun dan terdapat
karena kondisi lingkungan seperti air jernih dan aliran air yang cukup tenang
dilihat pada Tabel 6, nilai spesies Holothuria atra sebesar 0,192 ind/m², dan
Pulau Panjang pada Bulan Agustus dapat dilihat pada Tabel 7 Holothuria atra
sebesar 0,128 ind/m², Diadema setosum sebesar 0,153 ind/m², dan Laganum
Bulan September dapat dilihat pada Tabel 8, nilai spesies Holothuria atra
sebesar 0,237 ind/m², dan Diadema setosum sebesar 0,127 ind/m². Berdasarkan
hasil data yang diperoleh, ketiga waktu pengambilan data tersebut memiliki
memantulkan cahaya dan membuat suhu tubuhnya lebih rendah. Elfidasari dan
jenis Holothuria atra merupakan biota yang aktif pada malam hari dan
yaitu jenis Sand Dollar dan Diadema Setosum. Hal ini diduga karena kebiasaan
Sand Dollar yang membenamkan dirinya dalam substrat dasar pasir. Dikatakan
dengan pertahanan diri baik dari arus yang kuat maupun dari pemangsaan.
yang tidak tersebar secara merata. Menurut (Kasim, 2005), kondisi lamun yang
baik menyerupai padang rumput dengan fungsi ekologis yang sangat potensial
tempat pemijahan bagi biota-biota laut, dan sebagai sumber makanan bagi
banyak dan kondisi lamun di pulau tersebut masih tergolong baik. Menurut
Mahakar et al. (2019) bagian yang lebih dangkal biasanya memiliki variasi
habitat yang lebih besar dibandingkan bagian yang lebih dalam sehingga
Pulau Panjang selama 3 Bulan pengambilan data yaitu 30,1 – 32,6°C. Menurut
Iswanti et al. (2012), suhu lingkungan untuk organisme laut berkisar antara 28
nilai 30,5 - 34‰. Nilai tersebut tersebut memiliki kesesuaian untuk kehidupan
pengambilan data didapatkan nilai sebesar 8,07 – 8,2 ppm masih dapat di
oksigen terlarut adalah 5,7-8,5 untuk biota laut. Oksigen terlarut dibutuhkan
oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran
Hasil pengukuran derajad keasaman (pH) air laut pada lokasi penelitian di
Pulau Panjang selama 3 Bulan pengambilan data didapatkan nilai sebesar 7,9 –
8,3. Derajat keasaman menurut (Tangke, 2010) yaitu berkisar antara 6- 8,5.
sesuai. Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu faktor kualitas perairan
berpengaruh pada pola penyebaran hewan bentos seperti jumlah jenis, jumlah
individu dan biomasa (Sulardiono et al., 2016). Tipe substrat juga berpengaruh
Menurut Ruswahyuni dan Suryanti (2014), Jenis sedimen berkaitan erat dengan
kandungan oksigen relatif lebih besar daripada sedimen halus, karena pada
percampuran yang lebih intensif dengan air di atasnya, tetapi pada sedimen
berpasir tidak banyak terdapat nutrient, sedangkan pada substrat yang halus
55
walaupun oksigen terbatas tetapi cukup tersedia nutrient dalam jumlah yang
rendah, hal ini diduga karena Pulau Panjang banyak dilalui aktivitas pelayaran
Echinodermata karena bahan organik merupakan makanan bagi biota laut, hal
ini dinyatakan oleh Nurracmi (2012), erat kaitanya dengan tersedianya bahan
sumber nutrien bagi biota yang pada umunya terdapat pada substrat dasar.
wilayah tersebut.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan
memiliki nilai kelimpahan sebesar 0,127 ind/m². Dengan nilai kerapatan lamun
stasiun 1 sebesar 5016 – 7812 ind/m², dan pada stasiun 2, sebesar 2852 – 3768
ind/m².
V.2. Saran
saran agar dapat bermanfaat bagi pembaca maupun peneliti selanjutnya sebagai
berikut :
Jepara.
56
DAFTAR PUSTAKA
Alfian A. N., Frida P., dan Supriharyano. 2013. Pengaruh Kedalaman dan
Jarak dari Pantai Terhadap Kelimpahan dan Pola Sebaran Sand Dollar di
Pantai Barakuda Pulau Kemujan Taman Nasional Karimunjawa.
Diponegoro Journal of Maquares. Semarang
Alongi, D.M, 1998. Coastal Ecosystem Proces. CRC. Press. New York.
57
58
62
63
1. Bulan Juli
Kerapatan
Jenis
Stasiun Jenis Tegakan ni Di=ni/A
Ea 33 33 132
Th 1126 1126 4504
Cs 486 486 1944
Cr 138 138 552
Ho 2 2 8
1 Kerapatan Total 7140
Cs 132 132 528
Th 193 193 772
Cr 388 388 1552
2 Kerapatan Total 2852
2. Bulan Agustus
Kerapatan
Jenis
Stasiun Jenis Tegakan ni Di=ni/A
Th 1885 1885 7540
Cs 66 66 264
Cr 2 2 8
1 Kerapatan Total 7812
Cs 100 100 400
Th 662 662 2648
Cr 42 42 168
2 Kerapatan Total 3216
Lampiran 3. (Lanjutan)
66
3. Bulan September
Kerapatan
Jenis
Stasiun Jenis Tegakan ni Di=ni/A
Ea 7 7 28
Th 944 944 3776
Cs 230 230 920
Cr 73 73 292
1 Kerapatan Total 5016
Cs 52 52 208
Th 854 854 3416
Ea 8 8 32
Ho 28 28 112
Kerapatan Total 3768
67
Echinodermata
Lampiran 4. (Lanjutan)
Lamun
69
RIWAYAT HIDUP
pada Tahun 2003 dan tamat pada 2004, SD Negeri Kalimulya 2 dimulai pada
Tahun 2004 dan tamat pada Tahun 2010, SMP Negeri 3 Cibinong dimulai pada
Tahun 2010 dan tamat pada Tahun 2013, SMA Negeri 3 Cibinong dimulai pada
Tahun 2013 dan tamat pada Tahun 2016, dan terdaftar sebagai mahasiswa