SKRIPSI
OLEH
VEBY ANATASYA
N1D418015
dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Seminar Skripsi pada Program Studi Sastra
Prancis Jurusan Bahasa dan Sastra Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo.
Stambuk : N1D418015
Menyetujui:
Pembimbing I, Pembimbing II,
Mengetahui,
Ketua Jurusan Ketua Program Studi
Bahasa dan Sastra, Sastra Prancis,
2
ABSTRAK
Kata kunci: Realitas Sosial, Sosiologi Sastra, Madame Baptiste, La Parure, Le Papa
De Simon.
3
ABSTRAITE
Cette étude vise à décrire la réalité sociale dans les nouvelles Madame Baptiste,
La Parure et Le Papa de Simon de Guy de Maupassant en utilisant une approche
sociologique. Cette recherche est un type de recherche descriptive qualitative. Les
données de cette étude se présentent sous la forme des textes des nouvelles Madame
Baptiste, La Parure et Le Papa de Simon qui apparaissent dans des mots et des phrases
qui décrivent la réalité sociale dans la nouvelle. Les techniques de collecte de données
ont été obtenues en lisant, en enregistrant et en identifiant et en clarifiant les techniques.
L'analyse des données a été réalisée selon une approche de sociologie littéraire en
décrivant la réalité sociale dans les nouvelles de Madame Baptiste, La Parure et Le Papa
de Simon de Guy de Maupassant. Les résultats de cette étude indiquent que la réalité
sociale dans la nouvelle de Madame Baptiste passe par les étapes du harcèlement sexuel
et de l'injustice. Dans la nouvelle de La Parure, cette étude montre des réalités sociales
telles que les étapes du conflit, les comportements déviants et les facteurs économiques.
Dans la nouvelle du Le Papa de Simon, cette recherche montre la réalité sociale qui
comprend les étapes des inégalités sociales.
Mots de clé : Réalité Sociale, Sociologie De La Littérature, Madame Baptiste, La
Parure, Le Papa de Simon
4
KATA PENGANTAR
kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menyelesaikan sebuah penelitian karya ilmiah dengan judul Realitas
Sosial dalam Cerpen Madame Baptiste, La Parure dan Le Papa de Simon karya Guy de
Maupassant. Penelitian ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana sastra (S.S) pada Program Studi Sastra Prancis Fakultas Ilmu Budaya
berbagai macam kendalan dan hambatan. Namun, berkat izin Allah swt, skripsi ini
dapat terselesaikan. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima
kasih kepada Ibu Dr. Rasiah, S.Pd., M.Hum., selaku pembimbing I dan Bapak
Samsul, S.Pd., M.Hum., selaku pembimbimh II yang dengan sabar telah memberikan
bimbingan, pemikiran dan saran yang sangat berguna bagi penulis dalam rangka
mendoakan dan memotifasi, serta saudara dan keluarga penulis yang selalu mendoakan,
5
Demikian pula kepada pihak yang telah memberikan bantuan, kritik dan saran.
Tanpa mengurangi rasa hormat dan penghargaan dengan segala kerendahan hati penulis
1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Zamrun Firihu, S.Si., M.Si., M.Sc., selaku Rektor
2. Bapak Dr. Akhmad Marhadi, S.Sos., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
3. Ibu Dr. Lilik Rita Lindayani, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Jurusan Bahasa dan
4. Ibu Fina Amalia Masri, S.Pd., M.Hum., selaku Sekretaris Jurusan Bahasa dan Sastra
5. Bapak Samsul, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program Studi Sastra Prancis Jurusan
Bahasa dan Sastra Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo, Kendari.
6. Bapak Dr. H. Muh. Yazid A.R.G.I, Lc., M.Pd., selaku Kepala Laboratorium
Program Studi Sastra Prancis Jurusan Bahasa dan Sastra Fakultas Ilmu Budaya
7. Ibu Dr. Rasiah, S.Pd., M.Hum., selaku pembimbing pertama dan bapak Samsul,
S.Pd., M.Hum., selaku pembimbing kedua yang telah banyak memberikan kritik dan
8. Bapak Dr. La Ino, S.Pd., M.Hum., selaku ketua, bapak Arman, S.Pd., M.Hum.,
selaku sekertaris bapak Muarifuddin, S.Pd., M.A., ibu Nurmin Suryati, S.S.,
6
M.Hum., selaku dewan penguji yang telah telah banyak memberikan kritik, ide dan
9. Segenap Dosen yang telah dan pernah mengajar di Program Studi Sastra Prancis,
10. Segenap Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu
Oleo Prof. Dr. Ir. Usman Rianse, M.S., Dr. La Ino, S.Pd., M.Hum., Ibu Dr. Lilik
Rita Lindayani, S.Pd., M.Hum., Rahmawati Azi, S.Pd., M.A., Muarifuddin, S.Pd.,
M.A., La Janu, S.Sos., M.A., Raemon, S.Sos., M.A., Ali Mustopa, S.Pd.I., M.Pd.,
La Ode Marhini, S.Pd., M.Pd., Agus Supriatna, S.S., M.Hum., Dr, Maulid Taembo,
S.Pd., M.A.
11. Staf akademik Jurusan Bahasa dan Sastra, dan juga Program Studi Sastra Prancis
Jurusan Bahasa dan Sastra Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo, Kendari.
12. Waode Batia dan La Kari yang selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada
13. Bripka Aliboni dan Briptu Titin Sri Lestari, S.Kep. yang selalu memberikan
dukungan dan motivasi kepada saya agar bisa menyelesaikan penelitian ini.
14. Sodara saya Regis Galang Saputra, Alafgan Saputra, Cahaya Fatiahturahma, Alim
Rahim, Zuhud Ramadan, Sofiana Putri dan Azkia yang telah memberikan
dukungan.
Damayanti, Sofiana Sadia, La Ode Sarif Krisbianto, Nanang Saputra, Lisda Tadisau,
7
Nanda Agustina.R, Wa Nuru Sariwati, Nining Hestini Saharu, Sisnorita, Alif Al
Sisnorita, Dzyqri Magfirah yang telah banyak membantu dan memberi dukungan
16. Keluarga besar La Maruka Family yang senantiasa memberikan motivasi besar dan
17. Keluarga besar La Ndoasa Family yang senantiasa memberikan motivasi serta
dukungan.
18. Terkhusus orang special: Prada Muhamad Yusrin yang senantiasa memberikan
19. Tim ELF ( Etudiants de La Littérature Française), angkatan 2016, 2017, 2018, 2019,
2020, 2021.
20. Sahabat dan kerabat yang luar biasa: Sitti Emelsa, Sitti Ikrawati, Marsela, La Ode
Sarif Krisbianto, Risko, Riski yang senantiasa memberikan bantuan, dorongan dan
motivasi.
21. Teman-teman seperjuangan sekolah SMAN 1 RAHA 2018 terima kasih untuk kerja
8
23. Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih sekali
Semoga Allah SWT membalas segala budi baik dari semua pihak yang telah
Akhir kata penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam tulisan
ini, oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun demi pwerbaikan tulisan
ini. Semoga segala bantuan yang diberikan mendapatkan imbalan dari Allah Swt. Amin.
Penulis
9
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................iii
ABSTRAK....................................................................................................... iii
ABSTRAITE................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR.................................................................................... v
DAFTAR ISI................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................... 6
2.2.1 Cerpen................................................................................... 10
2.3.1. Sosiologi…………………………………………………..
10
2.3.2 Sastra…………………………………………………………….
11
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 28
3.1 Jenis Penelitian.................................................................................... 28
5.1 Kesimpulan......................................................................................... 54
5.2 Saran................................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 56
LAMPIRAN.................................................................................................... 59
12
BAB I
PENDAHULUAN
Berbicara sastra berarti berbicara realitas. Berbicara realitas karena sastra dan
mentah. Ia hanyalah sumber pengambilan ilham dan untuk menjadi karya sastra
asli diperlukan pengolahan dala imajinasi sastrawan. Oleh karena itu, seorang
mengenai kehidupan itu sendiri. Sehingga dapat dikatakan bahwa karya sastra
masyarakat. Karya sastra juga merupakan perwujudan dari hasil karya seni yang
dimediasi bahasa yang ditujukan untuk manusia. Karya sastra pun sebagai bentuk
kreativitas dalam bahasa yang elok, termasuk pengalaman batin pengarang dan
khayalan yang diperoleh dari pemahaman realitas sosial. Berbicara sastra adalah
berbicara realitas. Berbicara realitas karena sastra dan kehidupan tidak dapat
dipahami, dan juga digunakan. Di sisi lain sastra juga menyangkut persoalan-
penderitaan manusia, cinta, kebencian, kejahatan, serta semua hal yang diderita
oleh manusia (Esten, 1990: 8). Wujud pengungkapan ini merupakan persiapan
ungkapan penulis.
karya yang sesuai dengan pemikirannya. Oleh karena itu, karya sastra dapat
didefinisikan sebagai sebuah prosa dari sebuah cerita yang bersifat imajinatif,
namun pada umumnya logis serta terdapat validitas yang bersifat dramatis dalam
antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Sedangkan sastra berasal dari
Sastra dan masyarakat sangat erat kaitannya. Karya sastra ditulis oleh
pengarang, diceritakan oleh tukang cerita, disalin oleh penyalin, sedangkan ketiga
subjek tersebut adalah anggota masyarakat. Karya sastra hidup dalam masyarakat,
gilirannya juga difungsikan oleh masyarakat. Media karya sastra, baik lisan
14
sendirinya telah mengandung masalah-masalah kemasyarakatan. Berbeda dengan
ilmu pengetahuan agama, adat-istiadat, dan tradisi yang lain dalam karya sastra
tentang maksud penulis untuk tujuan estetika. Menurut Damono (1977 :1) bahwa
dalam kehidupan. Hasil dari apa yan direnungkan itulah yang dituangkan dalam
bentuk teks. Teks merupakan ungkapan bahasa dan bahasa itu sendiri adalah hasil
ciptaan sosial. Realitas sosial yang dihadirkan melalui teks kepada pembaca
masyarakat dan dihadirkan kembali oleh pengarang dalam bentuk dan cara yang
berbeda.
dunia teater, karena yang lebih dominan adalah gerak, bukan bahasa.
Salah satu bagian karya sastra yang merefleks realitas sosial dalam
15
gambaran dari kehidupan dan perilaku yang nyata dari zaman pada saat cerpen itu
ditulis. Hal ini menunjukkan bahwa cerpen memuat kenyataan kisah, berita, atau
segala peristiwa yang merupakan pantulan realitas sosial. Sesuai dengan namanya,
cerpen mengandung kisah hidup yang singkat dan padat dan pada umumnya berisi
berbagai jenis cerita, nyata atau fiktif. Dinamakan cerpen karena wujudnya lebih
padat dari pada prosa lainnya yang membuatnya lebih singkat serta padat. Hal ini
menjadikannya sebagai salah satu karya sastra yang memikat peneliti dalam
melakukan penelitian.
indonesia maupun Prancis. Salah satu penyair Prancis yang dikenal dengan
kekhasannya dalam menulis cerpen adalah Guy de Maupassant yang populer pada
abad ke-19 dan ditafsir sebagai salah satu dalang lahirnya cerita moderen. Selain
itu Guy de Maupassant seorang penulis yang beraliran realisme dan naturalisme.
Maupassant lahir 5 Agustus 1850 dan wafat pada 6 Juli 1893. Kekhasan cerpen
dibaca. Setelah membaca cerpen yang diciptakan oleh Guy de Maupassant sering
kali terhanyut dalam cerita yang membuat kita tanpa sadar tertawa bahkan sedih.
Cerpen Guy de Maupassant yang terkenal adalah Madame Baptiste yang memiliki
Simon memiliki 19 halaman, dan cerpen ini dibukukan menjadi buku kumpulan
16
Berdasarkan penjelasan singkat di atas, peneliti akan mengungkap realitas
sosial yang ada dibalik cerpen Madame Baptiste, La Parure dan Le Papa de
itu dari perspektif wujud maupun isi karya sastranya yang dibentuk oleh suasana
serta khayalan tetap eksis dalam karyanya, namun sudut pandang sosialnya tidak
dapat dihilangkan. Ini adalah cerminan dari lingkungan sosio-kultural, yaitu teks
perempuan. Perempuan yang telah jatuh martabatnya ini malah ditindas dan
ekonomi rendah, lalu menikah dengan seorang pria yang bekerja di Kementrian
17
Mathilde selalu membayangkan dirinya berada di tempat yang lebih mewah dan
mempunyai ayah. Karena hal itu, ia berencana untuk mengakhiri hidup di sungai,
singkat cerita Philippe mengantarnya kembali. Anak itu memohon pada Philippe
untuk berpura-pura menjadi ayahnya, karena jika tidak, Simon akan kembali ke
dan Simon sudah memiliki ayah, jadi teman-teman Simon akhirnya berhenti
mengolok-oloknya.
Hal yang menarik dari cerpen Madame Baptiste, La Parure dan Le Papa de
tidak biasa serta jarang terdapat dalam karya sastra lainnya. Penguatan tokoh,
konflik batin, dan realitas sosial yang ada dibanggung beriringan dengan deretan
dari bab ke bab serta rangkaian tokohnya yang tersaji dengan sempurna.
Alasan peneliti memilih 3 cerpen ini ialah; (1) tidak terdapat penelitian
dengan judul yang sama, (2) ketiga cerpen ini menceritakan tentang perjuangan
perempuan, (3) cerpen Madame Baptiste, La Parure dan Le Papade Simon ini
menampilkan gambaran realitas sosial dengan cita rasa yang berbeda. Oleh karena
itu, cerpen Madame Baptiste, La Parure dan Le Papa de Simon ini dijadikan
18
objek penelitian dengan judul Realitas Sosial Dalam Cerpen Madame Baptiste,
Dari uraian latar belakang di atas, kemudian rumusan masalah yang muncul
dalam penelitian ini yaitu: Bagaimana realitas sosial yang terdapat dalam cerpen
Berlandaskan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini ialah:
menggambarkan realitas atau kenyataan sosial yang terlihat pada cerpen Madame
19
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Papa de Simon karya Guy de Maupassant dan hasil peneitian ini dapat dijadikan
bahan acuan atau referensi bagi peneliti yang akan meneliti dengan judul yang
sama.
2. Manfaat Praktis
yang ada di masyarakat untuk menelaah masalah tersebut dapat digunakan teori
sosiologi sastra.
berikut:
20
1. Realitas sosial merupakan realitas yang berkorelasi antar individu,
realita dari sudut pandang sosial masyarakat. Pendekatan ini tercipta oleh
kenyataan bahwa eksistensi karya sastra tidak terlepas dari realita yang ada
3. Cerpen adalah sebuah karya imajinatif yang bisa dibaca sekaligus. Jadi,
cerita yang diterangkan bersifat terbatas dan berfokus pada satu peristiwa
21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Le Papa de Simon masih sangat terbatas, bahkan peneliti tidak menemukan sama
sebelumnya:
praktek kehidupan, pada tindakan kecil dan besar, pada pikiran awam dan ilmiah
pada sebuah sela-sela terkecil kehidupan manusia. Relevansi pada penelitian ini
dalam Roman Momo Karya Michael Ende (Analisi Sosiologi Sastra)” ini
memaparkan; (1) Kondisi sosial masyarakat Jerman yang tergambar dalam novel
pemicunya, (2) Masalah sosial yang dikritik pengarang, serta (3) Wujud kritik
yang disampaikan dalam novel tersebut adalah secara langsung (oleh tokoh-tokoh)
22
dan juga secara tidak langsung (pengarang), keduanya berkombinasi secara
implisif sehingga menjadi sebuah cerita. Relevansi dalam penelitian ini terletak
dan Politik Eksil di Prancis dalam Novel Pulang Karya Leila S. Schudori dan
situasi sosial serta politik eksis di Negara Prancis dalam novel tersebut yang
pendekatan ilmu sastra serta sosiologi. Dari novel tersebut, ternyata bisa
penggunaan unsur instrinsik serta ekstrinsik dalam sebuah novel. Oleh karena itu,
pada murid diharapkan bisa saling menerapkan unsur toleransi, menghargai serta
bertanggung jawab dalam kondisi sosial sekitar dan politik eksil. Relevansi dalam
terletak pada penggunaan objek penelitian yang berbeda dalam hal ini adalah
novel.
Keempat, Intan & Rijati (2021) dalam penelitiannya dengan judul “The
sosial masyarakat Prancis pada abad XIX yang ditampilkan pada cerpen Le Papa
23
de Simon karya Guy de Maupassant dan memaparkan kritik sosial yang
pada abad ke XIX, (2) masyarakat Prancis pada abad XIX masih menghormati
institusi perkawinan, nilai keluarga dan relijiusitas, (3) selain melakukan refleksi
kemiskinan, dan ketimpangan sosial. Dari kajian ini, diperoleh gambaran bahwa
yang sering kali disertai dengan alibi kepatuhan pada aturan dan norma. Relevansi
dalam penelitian ini penerapan realitas sosial sebagai kajiannya dan sama-sama
pada realitas sosial masayarakat Minangkabau yang dilihat dari aspek lima
lingkup sosial masyarakat Minangkabau: (1) adat bakaum, (2) adat bakampuang
(3) adat bergaul dalam masyarakat (4) adat sumando manyumando dan (5) adat di
dalam keluarga. Penelitian yang dilakukan oleh Sepli Ratihfa ini menggunakan
24
metode deskriptif kualitatif. Relevansi dalam penelitian ini pemaparan realitas
Sosial dalam Masyarakat Religius yang Terlihat Pada Novel Meniti di atas Kabut
karya Abu Umar Basyier” ini menggambarkan realitas sosial yang ada dalam
novel Meniti di atas Kabut karya Umar Bastiyar. Selain itu juga mendeskripsikan
gambaran realitas sosial dalam masyarakat religius yang terlihat pada novel
Meniti di Atas Kabut karya Umar Bastiyar. Penelitian yang dilakukan oleh
yang terlihat dalam novel Meniti di Atas Kabut terdiri dari enam aspek antara lain:
proses interaksi sosial, nilai dan norma sosial, kebudayaan, stratifikasi sosial,
status dan peran sosial dan perubahan sosial. Relevansi dalam penelitian ini
penggunaan objek penelitian yang berbeda dalam hal ini adalah novel.
“Kontruksi Realitas Sosial dalam Media Iklan Line “Let's Get Rich” ( studi
Analisis Semiotik Pada Iklan “Let's Get Rich” di Televisi/Vidio Ad Sense Internet
Versi Dimas Danang & Imam Darto Dan Bunga Citra Lestari & Arsaf Sinclair).
kontruksi realitas dalam iklan Line makna denotatif dan konotatif menghasilkan
25
mitos, mitos merupakan sebagai unsur konstruksi dan kenyataan yang ada di
relasi dan budaya yang sedang dialami oleh pengguna game Let's Get Rich.
"Kontruksi Realitas Sosial Citra Polisi Pada Reality Show Net 86 Di Net. TV" ini
menggambarkan realitas sosial yang ada Citra Polisi pada Reality Show Net 86 Di
Net. TV. Selain itu juga kontradiksi dalam realita yang ditampilkan, Net 86
sebagai media massa sengaja mengonstruksi polisi dengan citra positif. Hal ini
bertujuan untuk mengubah pola pikir masyarakat lebih sadar hukum. Penelitian
denga menampilkan polisi dalam citra positif ketimbang negatif. Relevansi dalam
terletak pada penggunaan objek penelitian yang berbeda dalam hal ini adalah
cerpen.
"Kontruksi Realitas Kaum Perempuan Dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita" ini
26
menggambarkan realitas dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita. Penelitian yang
realitas bahwa makna yang disampaikan dalam film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita
adalah konsep feminisme merupak konsep dan solusi yang paling tepat dalam
dikontruksikan dalam Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita antara lain: subordinasi dan
kaum perempuan, permpuan sebagai korban dalam pergaulan bebas, dan feminitas
pada kaum perempuan. Relevansi dalam penelitian ini pemaparan realitas sebagai
perilaku Sosial Dalam Novel O Karya Eka Kurniawan: kajian Sosiologi sastra" ini
menggambarkan realitas yan ada dalam novel O karya Eka Kurniawan. Selain itu
menampilkan realitas dan perilaku sosial. (2) Tokoh dan penokohan dalam novel
O yang digunakan pengarag untuk menampilkan realitas dan perilaku sosial. (3)
perilaku sosial. (4) Realitas dan perilaku sosial dalam novel O. (5) Bentuk-bentuk
27
sosiologi sastra. Selain itu juga mendeskripsikan (1) Alur dalam novel O adalah
alur campuran. (2) Tokoh dan penokohan di dalam novel O terdiri dari satu tokoh
utama (Monyet O) da tiga tokoh tambahan (Etang Kosasi, Betalumur, dan Reni
Juwita), dengan sikap gigih, setia, munafik, egios, kasar dan penyanyang. (3)
Latar cerita dalam novel O adalah Jakarta , Rawa Kalong dan Desa. Dengan latar
waktu pada tahun 2000-an. (4) Realitas sosial dalam novel O adalah penyalahan
sebagai kodrat yang diciptakan oleh Tuhan. Manusia sejak awal adalah manusia,
monyet sejak awal adalah monyet, tidak akan berunah menjadi makhluk hidup
lain. (5) Perilaku dalam novel O dipengaruhi oleh faktor internal (biologis dan
singkat tentang orang dan kompleksitasnya, atau arti lain dari cerita pendek ialah
esai fiksi yang secara singkat berbicara tentang kehidupan seseorang dan berfokus
hanya pada satu karakter. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menjelaskan
28
bahwa cerpen terdiri dari dua kata yakni cerita yang memuat makna tentang
bagaimana sesuatu terjadi yang berisikan kurang dari 10.000 kata serta
menonjolkan dan berpusat hanya pada satu karakter. Nugroho Notosusanto (dalam
Tarigan) juga menjelaskan bahwa sebuah cerita pendek panjangnya sekitar 5.000
kata, atau diperkirakan mencapai 17 halaman, dan merupakan cerita yang berpusat
Cerpen ialah karangan bebas yang mengandung unsur cerita, latar, dan
tokoh yang lebih padat dari novel. Sumardjo (2007: 202) mengutarakan bahwa
cerpen adalah karangan bebas yang dapat dibaca sekaligus. Dengan demikian, alur
yang diutarakan pada satu cerita atau peristiwa bersifat terbatas. Edgar Allan Poe
yang dapat dibaca sekitar 30 menit hingga 2 jam, yang tidak mungkin dilakukan
dengan sebuah novel. Panjang cerita pendek berbeda-beda; ada short story (cerpen
yang singkat), middle short story (cerpen yang cukup panjang) dan long short
story (cerpen panjang). Di sisi lain, Sayuti (2000: 10) mengutip bahwa cerpen
dibandingkan novel, fokus terhadap satu karakter, situasi serta dibaca sekali.
Konflik yang diutarakan seringkali hanya berkembang pada satu kejadian saja,
29
akibatnya objek yang dinarasikan terbatas yang membuatnya menarik untuk
dibaca.
Berikut adalah ciri-ciri dari cerpen yang dituturkan oleh Nurhayati (2019:
117)
atau intinya.
masyarakat luas.
8. Narasi satu atau lebih peristiwa dari evolusi dan kecemasan jiwa karakter.
9. Beralur tunggal dan pada umumnya literal (hanya memiliki satu alur)
Karya sastra tidak dapat dipisahkan dari bagian yang membangun ceritanya.
Salah satunya ialah cerpen yang tersusun atas 2 komponen, yaitu intrinsik dan
30
juga ekstrinsic. Nurgiyantoro (2009: 23) menjelaskan bahwa unsur esensial cerita
pendek adalah komponen karya sastra yang muncul dari karya itu sendiri.
a) Tema
Ialah ide dasar umum dari mengusung sebuah karya sastra. Nurgiyantoro
(2010: 68) menjelaskan bahwa tema dikecualikan dari pola yang terkandung
dalam karya yang bertaut serta menentukan adanya suatu peristiwa, konflik atau
situasi tertentu. Dalam banyak hal, subjek "mengikat" ada atau tidak adanya
peristiwa, konflik, atau situasi tertentu, termasuk berbagai elemen unik lainnya.
Alur sangat berkaitan dengan aspek cerita, yaitu sejarah dan naratif dari
karya fiksi sangat penting dan memainkan peran utama. Cerita sebagai peristiwa
sejarah sebagai rangkaian sederhana dari peristiwa runtun waktu (Forster, dalam
adalah watak yang ditunjukkan melalui tokoh. Sayuti (2000: 74) membagi
karakter menjadi dua yaitu; karakter sentral atau utama dan karakter periferal atau
31
minor dalam hal peran atau tingkat kepentingannya dalam cerita. Tokoh utama
(mayor) selalu hadir di tiap peristiwa. Untuk mengenali tokoh utama (mayor)
menggunakan tolak ukur sebagai berikut; (1) Tokoh yang mendominasi dengan
tokoh lain (2) Tokoh yang paling banyak diceritakan oleh pengarang, dan (3)
Cerita tidak bisa dipisahkan dari yang kedua unsur ini yang berperan untuk
menunjukkan di mana serta kapan cerita itu terjadi. Abram (melalui Nurgiyantoro,
2010: 216) menjelaskan bahwa latar atau setting juga sering disebut pivot point
karena mengisyaratkan dari segi lokasi, hubungan temporal, dan lingkaran sosial
yaitu; tempat, waktu, sosial, artinya masalah yang berkaitan dengan sejarah, dan
e) Sudut Pandang
peristiwa dalam sebuah cerita. Oleh karena itu, sudut pandang hanya
32
f) Gaya Bahasa
Gaya dan nada adalah media yang tidak terpisahkan dari cerita fiksi. Gaya
merupakan cara tertentu bagi seseorang untuk menggunakan bahasa dan ekspresi
yang khas bagi pengarangnya. Gaya ini membantu kita menciptakan nada untuk
cerita. Secara gaya, ini adalah sarana, dan tujuannya adalah nada. Jadi, gaya setiap
Unsur ekstrinsik merupakan unsur yang membentuk cerita dari luar. Unsur
ini melibatkan keadaan kehidupan sosial pada saat pengarang menulis cerpen
tersebut. Faktor ini sangat berpengaruh terhadap kepanitiaan atau latar penyajian
sebagai faktor yang berada di luar karya sastra secara tidak sengaja mengisi sistem
ini terdiri dari; (1) Keadaan subjektif individu penulis. Misalnya, keyakinan dan
keadaan mental, penulis, pembaca, atau karya. (3) Kondisi lingkungan ekonomi,
sosial serta politik pengarang. (4) Etik atau adab masyarakat terhadap karya seni,
yang luas. Wellek dan Warren (dalam Budiantara, 1990: 111) membagi telaah
33
pengarang mempermasalahkan tentang status sosial, ideologi politik, dan lain-lain
yang menyangkut diri pengarang. Kedua, sosiologi karya sastra. Sosiologi karya
sastra mempermasalahkan tentang suatu karya sastra; yang menjadi pokok telaah
adalah tentang apa yang tersirat dalam karya sastra tersebut dan apa tujuan atau
masyarakat.
sastra yang menuntut keduanya memiliki objek yang sama, yaitu manusia dalam
ekonomi belaka. Pendekatan ini bergerak dari faktor-faktor di luar sastra; sastra
hanya berharga dalam hubungannya dengan faktor-faktor di luar sastra itu sendiri.
Dalam pendekatan ini, teks sastra tidak dianggap sebagai objek yang utama, sastra
sebagai bahan penelaah. Metode ini yang dipergunakan adalah analisis teks sastra
bahwa yang dimaksud dengan sosiologi sastra adalah suatu pemahaman terhadap
34
terdapat dalam cerita yang dibangun oleh penulis. Pada prinsipnya sosiologi sastra
2.3.1 Sosiologi
Secara etimologi sosiologi berasal dari kata Yunani, yakni socius dan
berarti ilmu atau dapat juga bermaksud berbicara tentang sesuatu. Dengan
masyarakat. Oleh karena pergaulan hidup manusia terjadi secara timbal balik,
maka sosiologi dapat juga diartikan sebagai ilmu yang mempelajari segala sesuatu
adalah suatu ilmu yang mempelajari: (1) hubungan dan pengeruh timbal balik
35
antara aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya antara gejala ekonomi dengan
dengan politik dan lain sebagainya); (2) hubungan dan pengaruh timbal balik
biologis, dan sebagainya); dan (3) ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala
sosial.”
definisi di atas yaitu: a) Dalam arti luas, sosiologi dapat diartikan sebagai ilmu
merupakan ilmu yang banyak mengkaji hubungan timbal balik antara manusia
dengan manusia lainnya dalam segala aspeknya. Tidaklah diragukan lagi jika
mengandung dua elemen dasar yakni adanya manusia dan adanya interaksi dalam
2.3.2 Sastra
sangat sulit. Definisi tentang sastra tergantung pada konteks, cara pandang,
wilayah, geografi budaya, waktu, tujuan, dan juga berbagai faktor yang lain.
Definisi sastra juga tergantung pada kultur gebundenheid atau ikatan budaya
masing-masing masyarakat dan juga cara memandang terhadap dunia dan realitas
36
dari suatu masyarakat atau individu itu. Sastra didefinisikan dengan tujuan untuik
dipergunakan oleh orang yang mendefinisikan. Selain itu, proses waktu dan
Sastra dengan demikian adalah objek yang tidak dapat didefinisikan secara
karangan dengan bahasa yang indah dan isi yang baik. Bahasa yang
pendidikan.
3) Kemudian sastra adalah suatu bentuk dari hasil pekerjaan seni kreati
37
4) Bagi Mursal Esten, sastra juga dapat didefinisikan dengan karya yang
Sastra adalah sebuah karangan dengan bahasa yang indah dan isi yang baik.
Horace (Ismawati, 2013:3) mengatakan bahwa, “sastra itu dulce et utile, artinya
indah dan bermakna.” Hal ini sesuai dengan prinsip sastra bahwa karya sastra
yang baik adalah karya yang bukan hanya dulce, menghibur; tetapi juga harus
mampu memberikan konstribusi atau pengaruh yang positif dan berguna utile.
faktual tentang manusia dan masyarakat yang melibatkan tahapan sosial yang ada
di dalamnya. Tentu saja, bidang ini menyajikan semua fenomena sosial yang perlu
dijelaskan secara ilmiah sebagai bahan penelitian seperti pola budaya, ekonomi,
bahasa, sastra, dan lainnya. Proses ini menunjukkan bagaimana individu dapat
dalam suatu perilaku tertentu. Oleh karena itu, sosiologi dapat dengan mudah
manusia, perwujudan dari sistem sosial, serta persetujuan pada bidang ekonomi,
38
bermasyarakat. Pembagian sosiologi sastra sebagaimana diungkapkan oleh Alan
menjadi: (i) sosiologi dan sastra, (ii) teori-teori sosial tentang sastra, (iii) sastra
dan strukturalisme, dan (iv) persoalan metode. Dalam mendekati sastra dan
sosiologi, dalam konteks pemikiran ini diusulkan adanya tiga macam pendekatan.
sosiobudaya yang mencerminkan suatu zaman, (ii) segi penghasilan karya sastra,
terhadap suatu karya sastra atau karya dari seorang penulis tertentu. Sedangkan
dalam teori-teori sosial tentang sastra dibicarakan teori H. Taine, teori Marxist
yang menimbulkan suatu karya sastra. Dalam konteks inilah, dapat dipahami
bahwa latar belakang sosial pengarang memiliki hubungan yang signifikan dengan
bagaimana latar belakang sosialitas Jawa terepresentasi secara menarik dalam dua
novel pentingnya, Para Priyayi dan Jalan Menikung. Demikian juga terhadap
39
Intrinsikalitas teks sastra yang berkelindan dalam proses pemaknaan dalam
masuk dalam Dimensionalitas Sosial dalam Sastra tidak terpisah, tetapi susunan
positif tidak menilai karya yang dijadikan data. Karya dianggap mencatat unsur
sosiobudaya. Karya yang baik karena kesatuan unsur-unsurnya. Jadi bukan setiap
Dalam hal ini pembicaraan mulai dari lingkungan sosial masuk ke dalam sastra
yang berhubungan dengan faktor luar. Penyelidikan ini melihat faktor sosial yang
menghasilkan karya sastra pada suatu masa dan masyarakat tertentu. Kedua,
kepada genre dan masyarakat. Seperti sosiologi, karya sastra juga ditafsirkan
Hal ini karena karya sastra dapat menjadi aspek estetika alternatif untuk
Persamaan ini kemudian digarap oleh para ahli dalam melihat sastra terpisah
dari sosiologi. Sastra sendiri merupakan tinjauan dari bidang ilmu serta bisa
sekadar penjelasan dan analisis ilmiah objektif untuk menembus permukaan sosial
40
dan untuk menjelaskan emosi manusia tentang apa yang telah mereka alami
(Swingwood, 1972: 12). Hal ini semakin menegaskan bahwa karya sastra dapat
merangkum rangkaian peristiwa yang bisa diuraikan secara sistematis dan rinci
hasil penelitiannya condong ke arah yang sama, akan tetapi studi sastra lebih
mengarah pada emosi dan pengalaman sosial orang berbeda dari perspektif ke
111) mengklasifikasikannya menjadi tiga bagian yaitu; (1) sosiologi penulis yang
berfokus membahas status serta idealisme sosial sebagai pencetus karya sastra, (2)
persoalan nilai sosial karya sastra yang terkandung, serta (3) keterbukaan dalam
manusia berdasarkan imajinasi, emosi dan intuisi (Endraswara, 2003: 79). Di sisi
41
lain, Faruk (1994: 1) juga mengemukakan bahwa studi ini bersifat factual
mengenai manusia dalam bermasyarakat, selain itu juga tentang institusi dan
masyarakat itu bekerja, dan kenapa mereka tetap eksis. Melalui hal tersebut,
mereka berdampingan membangun apa yang disebut dengan susunan sosial. Jadi,
mana individu ditugaskan dan menerima peran tertentu dalam kehidupan sosial.
Dari penjelasan tersebut, bisa diartikan bahwa studi dapat mengkaji dari
sudut pandang teks sastra, yaitu dari tiga perspektif yang peneliti analisis sebagai
teks sastra. Dan sosiologi sastra memandang karya sastra dilihat dari
kenyataan Kenyataan di sini mengandung arti yang cukup luas, yakni segala
sesuatu yang berada di luar karya sastra dan yang diacu oleh karya sastra itu
sendiri.
Sosiologi berakar dari dua disiplin ilmu: sosiologi dan studi sastra.
Sosiologi lahir dari kata sosio dan logi dari bahasa (Yunani). Sosio atau socius
berarti kesatuan, sahabat dan logi atau logo berarti kata, peribahasa,
42
Soshius berarti masyarakat, dan Logi atau logo berarti ilmu. Oleh karena itu,
sosiologi adalah suatu bidang ilmu yang mendalami awal mula serta kemajuan
Sastra itu sendiri berakar dari bahasa Sansekerta yaitu “sas” yang
"sarana". Singkatnya, sastra ialah kumpulan bahan, manual, buku teks, atau
instruksi. Oleh karena itu, sosiologi sastra berarti memahami keseluruhan karya,
yang memandang aspek sosial sebagai sosiologi sastra. Aspek sosial adalah
proses sosial.
antara karya sastra dan masyarakat. Sejumlah hal yang perlu diperhatikan kenapa
sastra begitu kuat hubungannya dengan masyarakat yaitu (Ratna, 2006: 332-333);
masyarakat.
43
4) Karya sastra mencakup estetika, etika, bahkan logika, yang berbeda dari
1) Status sosial penulis sebagai penulis sastra, ideologi sosial, dan sosiologi
(Wiyatmi, 2013: 45). Bidang ilmu ini didasarkan pada hukum atau konsep imitasi
Plato, yang mencerminkan sastra sebagai artificial dari kenyataan. Kajian ini juga
terkandung dalam karya sastra yang berkaitan dengan isi, tujuan dan juga masalah
sosial (Wellek dan Warren dalam Wiyatmi, 2013: 45). Refleksi sosial mengenai
apa yang tersirat dalam karya sastra dipandang sebagai refleksi atau redefinisi
realitas yang ada. Beberapa bidang sosiologi sastra adalah sebagai berikut:
1. Isi, tujuan, dan perihal lainnya yang bertautan dengan problematika sosial
44
2. Studi sastra sebagai cerminan dari realitas normal masyarakat atau realitas.
Selain itu, bidang ini juga mendalami fungsi sosial sastra dan sejauh mana
nilai-nilai sastra berhubungan dengan nilai-nilai sosial. Ian Watt (dalam Faruk,
Hal ini mengacu pada korelasi antara status sosial pengarang dalam
masyarakat dan pembaca. Selain mempengaruhi isi karya sastranya, topik ini juga
mengandung faktor sosial yang dapat bertindak atas pengaruh penulis sebagai
individu. Hal utama yang perlu diperhatikan dengan pendekatan ini yaitu; (a)
Hal pokok yang wajib dicermati ialah; (a) sepanjang karya sastra itu
merepresentasikan masyarakat pada saat karya itu dilahirkan, (b) kepribadian dari
(c) rentang waktu di mana jenis yang dipakai oleh penulis bisa mempresentasikan
Hal pokok yang wajib dicermati ialah; (a) sepanjang karya tersebut bisa
45
sastra tersebut bermanfaat hanya sebagai hiburan, (c) beberapa derajat integrasi
Realitas berasal dari kata bahasa Inggris yaitu ‘reality’ atau berarti
‘kenyataan’. Sepadan dengan itu, dalam KBBI realitas atau realita yang berarti
apa yang terjadi dalam latar belakang kelompok tertentu. Berger Luckman
Karangan bebas cenderung persisten atau stabil serta bisa masuk ke dalam
kedudukan prosa dalam sastra sebagai komponen dari ilmu-ilmu sosial yang
yang bersifat independen serta kreatif dalam lingkungan sosialnya. Hal tersebut
struktur atau institusi sosial tempat individu itu dilahirkan. Bungin (2011: 13)
menjelaskan bahwa orang tumbuh secara positif dan kreatif dalam respon mereka
pada rangsangan di dunia kognitif. Jadi, paradigma definisi sosial lebih tertarik
pada apa yang ada dalam pemikiran manusia mengenai proses sosial.
yang diwujudkan oleh kelompok itu sendiri. Namun, keabsahan itu relative karena
46
apa yang berperan tergantung pada kerangka atau susunan tertentu yang dianggap
terkait oleh pelakunya. Dalam dunia sosial, individu merupakan penentu yang
Sejalan dengan itu, Max Weber (Bungin, 2011: 45) menyatakan bahwa
realitas sosial adalah suatu tindakan yang bersifat subjektif. Jadi, tindakan tersebut
mempunyai maksud serta skema maupun motivasi. Perilaku sosial ini bersifat
lain secara individual dan mengarahkan mereka kepada sesuatu yang subjektif.
Perilaku itu pasti jika konsisten dengan perilaku yang umum di masyarakat.
sebagai jenis yang terkandung serta dianggap ada secara independen dari
kehendak kita, dan pemahaman diartikan sebagai keyakinan mengenai realitas dan
keinginannya. Hal ini terjadi karena manusia memiliki dua keinginan utama: yang
satu ingin menyatu dengan manusia lainnya dan yang satu ingin berbaur dengan
merupakan realitas segala sesuatu yang ada antara hubungan individu, jaringan,
rangkaian, dependensi, alterasi serta solidaritas. Dengan kata lain, realitas sosial
47
merupakan wadah yang menjembatani kehidupan sosial secara khusus dengan
orang lain.
a. Interaksi Sosial
Young dan Mack (Arifin, 2014: 55) menjelaskan bahwa interaksi sosial
merupakan pokok dari semua aktivitas sosial serta tidak dapat hidup bersama
tanpanya. Dengan kata lain, hakikat kehidupan sosial ialah korelasi serta
Masyarakat memiliki nilai dan norma, yang merupakan fakta yang tidak
prinsip, standar, asumsi dan keyakinan yang berlaku dalam masyarakat. Prinsip
nilai sosial adalah tentang menilai apakah segala sesuatu yang menjadi milik
masyarakat dan harus diperoleh masyarakat itu baik, benar dan bermanfaat..
Norma sosial adalah bentuk nilai sosial yang konkrit dalam bentuk aturan
atau deraan. Soekanto (2012: 174) mengklasifikasikan empat tipe norma sosial
diantaranya:
48
a. Metode (usage) lebih penting dalam korelasi antar individu dalam
didefinisikan sebagai perilaku yang diulang dengan cara yang sama. Ini
yang masyarakat gunakan secara sadar atau tidak sadar sebagai alat
c. Kebudayaan
Arfin (2014: 128) mengemukakan bahwa kata budaya berakar dari kata
Sansekerta “Budhaya”, yang berarti akal atau budi.” Oleh karena itu, budaya
untuk memaknai dan mempelajari latar belakang sosial yang dihadapinya, serta
Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka di atas, maka pada bagian ini akan
49
Selanjutnya, landasan berpikir yang dimaksud tersebut akan mengarahkan penulis
untuk menemukan data dan informasi dalam penelitian ini guna memecahkan
masalah yang telah dipaparkan. Untuk itu akan diuraikan secara rinci landasan
berpikir yang dijadikan pegangan dalam penelitian ini. Berikut adalah kerangka
Sosiologi Sastra
Realitas sosial
50
BAB III
METODE PENELITIAN
jenis penelitian yang digunakan dalam mengumpulkan informasi dan data secara
mendalam melalui berbagai literatur, buku, catatan, majalah dan referensi lainnya,
serta hasil penelitian sebelumnya yang relevan, untuk mendapatkan jawaban dan
ladasan teori mengenai masalah yang akan diteliti. sedangkan metode deskriptif
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu semua kata serta frasa
dan Le Papa de Simon” karya Guy de Maupassant. dan, data bersumber dari
cerpen “Madame Baptiste, La Parure dan Le Papa de Simon” yang terbit di tahun
1. Baca catat, teknik ini berupa membaca cerpen berulang kali untuk
sebagai berikut:
Simon.”
52
BAB IV
meliputi realitas sosial dalam cerpen Madame Baptiste, La Parure dan Le papa de
Simon karya Guy de Maupassant. Realitas sosial yang digambarkan dalam cerpen
akan dikemukakan ringkasan cerita dari setiap data penelitian yang ada. Adapun
ringkasan cerita secara garis besar adalah sebagai berikut, dengan sinopsis
tersebut. Adapun beberapa realitas sosial yang dalam cerpen tersebut yaitu
seksual, pelecahan seksual yang dimaksud adalah tindakan yang merujuk secara
seksual di mana pelaku membuat korban risih dan tertekan dan dapat di lihat pada
kutipan berikut:
Elle eut, étant tout enfant, à l’âge de onze ans, une aventure terrible : un
valet la souilla. Elle en faillit mourir, estropiée par ce misérable que sa
brutalité dénonça. Un épouvantable procès eut lieu et révéla que depuis
trois mois la pauvre martyre était victime des honteuses pratiques de cette
brute. L’homme fut condamné aux travaux forcés à perpétuité.
(Mademoiselle Fifi : 77)
Artinya:
“Waktu masih kecil, umur sebelas tahun, dia mengalami suatu kejadian
mengerikan: seorang pembantu menodai dirinya. Dia hampir saja mati,
lumpuh karna kebrutalan orang tak bermoral itu”. (Mademoiselle Fifi : 77)
anak tuannya. Keinginan untuk melampiaskan sifat bejatnya hampir saja membuat
tiga bulan, sehingga pelaku pelecehan divonis hukuman penjara seumur hidup.
Kutipan juga di atas menunjukkan bahwa realitas sosial pada cerpen Madame
4.1.1.2 Ketidakadilan
Masuk dalam realitas sosial yang terdapat dalam cerpen Madame Baptiste
memihak pada salah satu dari kedua belah pihak yaitu kutipannya sebagai berikut:
Artinya:
54
“Ia hampir tak pernah disapa orang. Hanya beberapa orang laki-laki yang
mau menegurnya. Para ibu berlagak seolah-olah tak melihatnya.
Beberapa anak berandal memanggilnya “Madame Baptiste”, sesuai
dengan nama pelayan yang telah menodainya dan merusaknya”.
( Mademoiselle Fifi: 80)
Artinya:
“Seorang pria yang terhormat tak mungkin mengulurkan tangan dengan
sukarela kepada sorang hukuman yang dibebaskan bukan, sekalipun ia
anaknya sendiri. Bapak dan Ibu Fontanelle memperlakukan anak
perempuan mereka seperti seorang anak laki-laki yang keluar dari penjara
kerja paksa”. (Mademoiselle Fifi: 80)
Pada kutipan di atas dapat dilihat bahwa dalam keluarga sendiri Noynya
Paul Harnot, ia tidak mendapatkan perlakuan yang adil. Bahkan, Nyonya Paul
Harnot seperti seorang narapidana yang baru keluar dari penjara dan membawa
55
4.1.2 Realitas Sosial Dalam Cerpen La Parure
Maupassant, peneliti menemukan realitas sosial yang dalam cerpen tersebut yaitu
4.1.2.1 Konflik
Salah satu realitas sosial dalam cerpen La Parure yaitu konflik, konflik
yang dimaksud adalah perjuangan yang dilakukan oleh berbagai pihak untuk
memperoleh untuk memperoleh hal-hal seperti nilai, status, kekuasan dan lain
Tu mettras des fleurs naturelles. C’est très chic en cette saison-ci. Pour
dix francs tu auras deux ou trois roses magnifiques.
Elle n’était point convaincue.
Non... il n’y a rien de plus humiliant que d’avoir l’air pauvre au milieu de
femmes riches.
Mais son mari s’écria :
Que tu es bête ! Va trouver ton amie Mme Forestier et demande-lui de te
prêter des bijoux. Tu es bien assez liée avec elle pour faire cela.
(Mademoiselle fifi: 277)
Artinya:
“Perempuan itu tetap pada pendiriannya.
Tidak ada yang lebih menyakitkan daripada kelihatan miskin diantara
perempuan-perempuan kaya.
Tetapi tiba-tiba suaminya berteriak.
Bodoh sekali kamu,Pergilah,temui sahabatmu Bu Forestier dan mintalah
kepadanya agar meminjamkan perhiasanya.Kalian ‘kan cukup akrab
sehingga kau dapat melakukanya.” (Madamoiselle fifi: 277)
kerja suaminya adalah kondisi yang sangat tidak diinginkan oleh Nyonya Loisel.
Penampilan kaya dan mewah merupakan impian Nyonya Loisel. Tampil hanya
56
dengan gaun indah tidak cukup bagi Nyonya Loisel. Tampil dengan gaun indah
dengan tambahan riasan dan perhiasaan, Nyonya Loisel akan merasa percaya diri
membuat suaminya emosi hingga meneriakinya. Itu terlihat sebagaimana yang ada
pada kutipan.
kali ditemukan pada kehidupan keluarga di Prancis abad 19. Bahkan kehidupan
seperti itu juga seringkali kita temukan dalam lingkungan kehidupan sehari-hari
dari norma dan nilai sosial keluarga dan masyarakat yang menjadi penyebab
Artinya:
“Tulislah kepada temanmu. usulannya, bahwa tali tenutup kalung itu
terputus da bahwa kau sedang memperbaikinya. Dengan begitu kita akan
mempunyai cukup waktu untuk mempertimbangan apa yang harus
dilakukan”. (Mademoiselle Fifi: 283)
57
Kutipan di atas menunjukkan tentang Perilaku menyimpang merupakan
tindakan sosial yang tdak sesuai dengan norma yang ada dalam tatanan
Perilaku menyimpang yang dilakukan atas dorongan faktor ekonomi sering kita
rela berbohong kepada Madame Forestier karena kalung yang dipinjam oleh
Nyonya Loisel dam belum bisa digantikan karena belum cukup uang untuk
Salah satu realitas sosial yang terdapat dalam cerpen La Parure adalah
faktor ekonomi, faktor ekonomi yang dimaksud adalah faktor yang berkaitan
Artinya:
Setiap bulan mereka harus melunasi utang, dan membuat utang baru atau
mendapat perpanjangan waktu untuk membayar.
Pada sore harinya si suami bekerja lagi untuk mengurus pembukuan
seorang pedangan, dan pada malam harinya ia menyalin surat-surat dengan
upah lima sous setiap halaman.
58
Keadaan seperti itu berlangsung selama sepuluh tahun.
Setelah lewat sepuluh tahun, mereka berhasil melunasi semua utang,
semuanya, termaksud bunga lintah darat, tumpukan bunga yang
bertumpang-tindih. (Mademoiselle Fifi: 286-287)
atau bahkan mendapatkan sesuatu. Dampak dari fenomena seperti itu membuat
seseorang cenderung imajinatif. Selain itu juga dapat membuat seseorang sering
mengeluh dengan keadaan ekonomi yang ada dan bahkan membuat seseorang
memiliki keinginan untuk memiliki gaun yang indah untuk dipakai menghadiri
pesta, sementara dalam keluarga mereka tidak memiliki begitu banyak uang untuk
mewah sebagai bentuk perhiasan yang akan dipakainya ke pesta. Dan karena tidak
memiliki cukup uang yang membuat Nyonya Loisel meminjam perhiasan ke salah
satu sahabatnya. Namun, setelah pesta selesai, kalung yang dipinjam Nyonya
Loisel itu hilang. Karena tidak memiliki cukup uang, peristiwa ini membuat
Nyonya Loisel harus bekerja keras dan meminjam uang kemana-mana untuk
59
Dalam realitas sosial kita banyak menemukan fenomena sosial seperti
kutipan di atas, sehingga ini menunjukan adanya relevansi antara realitas sosial
tersebut. Adapun beberapa realitas sosial yang dalam cerpen tersebut kesenjangan
sosial.
kesenjangan sosial, kesenjagan sosial yang dimaksud adalah kondisi di mana ada
hal yang tidak seimbang di dalam kehidupan masyarakat entah itu secara personal
Artinya:
“ia teringat kejadian delapan hari yang lalu seorang pengemis malang
menceburtkan diri ke sungai karena sudah tidak punya uang lagi. Simon
berada di lokasi ketika mayatnya di angkat. Pria yang biasanya tampak
memelas, kumal dan jelek pada waktu itu tampak tenang denga pipi pucat
dan jangkut yang panjang yang basah serta kedua matanya terbuka,
sungguh tenang. Orang-orang disekitarnya berkata: “ia sudah mati.”
60
Seseorang menambahkan: “sekarang ia bahagia.” Dan simon juga ingin
menenggelamkan dirinya, karena ia tidak mempunyai ayah seperti halnya
si pengemis itu yang tidak mempunyai uang.” (Madamoiselle Fifi: 32)
ini pun tidak mendapat perhatian dari orang-orang di sekitarnya, yang cenderung
individualis dan tak acuh, sehingga membuat orang miskin itu semakin terpuruk
dan putus asa. Kondisi seperti ini menunjukkan ada kesenjangan sosial yang telah
4.2 Pembahasan
Le Papa de Simon karya Guy de Maupassant yaitu tentang realitas sosial. Cerpen
kerusuhan dalam segala bidang, baik itu dalam bidang sosial maupun politik yang
61
perubahan yang terjadi melalui berbagai bentuk karya sastra, salah satunya adalah
Pada abad XIX, pokok bahasan dalam karya sastra adalah masyarakat
politik. Budaya Prancis pada masa itu cenderung sensasional dan stereotipis, tapi
dam menjadi panutan dalam urusan spiritual. Hal ini terbukti dengan pengambilan
Maupassant.
Relevansi antara sejarah prancis pada abad ke XIX dengan cerpen karya
Guy de Maupassant terlihat jelas dalam cerpen Madame Baptiste realitas sosial
atau masalah-masalah sosial tergambar jelas dalam setiap isi cerpen mulai dari
pelecehan seksual yang dialami Madame Baptiste dan ketidakadilan yang dialami
Madame Baptiste yaitu seperti perilaku tidak adil terhadap pelaku pelecehan
seksual.
Parure dan Le Papa De Simon karya Guy de Maupassant realitas sosial dan
masalah-masalah sosial tergamar sangat jelas dalam setiap isi cerpen mulai dari
Ketiga, relevansi antara sejarah Prancis pada abad ke XIX dengan cerpen
62
sosial tergambar jelas dalam isi. Isi tulisan yang ada dalam cerpen terasa pahit dan
sarkastis. Jadi, antara sejarah prancis dengan hasil karya sastra (cerpen) terlihat
sangat relevan. Artinya bahwa kehidupan sosial bermasyarakat pada cerpen sangat
abad XIX.
63
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
disimpulkan bahwa realitas sosial dalam cerpen Madame Baptiste, La Parure dan
pada tahap pertama yaitu pelecehan seksual, pada tahap kedua yaitu
ketidakadilan.
tahap pertama konflik, Pada tahap kedua perilaku menyimpang dan pada tahap
5.2 Saran
sosial dalam cerpen Madame Baptiste, La Parure dan Le Papa de Simon karya
di teliti kembali dengan berbagai aspek dan teori sastra lainnya, seperti
65
66
DAFTAR PUSTAKA
68
Nurhidayanti. 2018. Potret Realitas Sosial dalam Masyarakat Religiusyang
Terlihat Pada Novel Meniti Di Atas Kabut. (Skripsi). Makassar :
Universitas Muhamadiyah Makassar.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Kritik Sastra Indonesia Modern. Yogyakarta:
Gama Media.
Ratihfa, Septi. 2017. Realitas Sosial Masyarakat Minangkabau dalam Novel
Jejak-jejak yang Membekas. (Skripsi). Padang: Sekolah Tinggi Keguruan
dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat.
Ratna, Nyoman Kutha. 2006. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Retnasih, Anisa Octafindah, 2004. Kritik Michael Ende (analisi sosiologi sastra).
(skripsi). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarata.
Retno Wiyarni. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Salatiga: Widyasari.
Rimang, Siti Suwadah. 2011. Kajian Sastra: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Aura
Pustaka.
Sastrawan, Hedi. 2012 Realitas Sosial di Masyarakat (Artikel Lengkap Sosiologi).
(Online) (http://hedisasrawan.blogspot.co.id/2012/12/realitas-sosial-di-
masyarakat-artikel.html?m=1, diakses 30 januari 2022).
Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kualitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung; PT
Alfabet.
Sugono, Dendy. 2003. Bahasa Indonesia dalam Media Masca Cetak. Jakarta:
Progres.
Sumardjo. 2007. Catatan Kecil Tentang Menulis Cerpen. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Susanto, Dwi. 2012. Pengantar Teori Ssastra. Yogyakarta: CAPS.
Swingewood.Alan And Diana Leurenson. 1972. The sociology Of Literature.
Paladine.
69
Syani, Abdul. 2012. Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sztomka, piotr. 2011. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada.
Tika, Pabundu, ddk. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosiologi2 SMA/MA. Jakarta: Bumi
Aksara.
Upe, Ambo. 2010. Tradisi Aliran dalam Sosiologi; Dari Filosofi Positivistik ke
Post Positivistik. Jakarta: Rajawali Pers
Wellek, Rene, Austin Werren. 1956. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Wiyatmi. 2013. Sosiologi Sastra Teori Dan Kajian Terhadap sastra Indonesia.
Yogyakarta: Kanwa Pablisher.
Yasa, I. N. 2012. Teori Sastra dan Penerapannya. Bandung: Karya Putra Darwati.
Yuniar, Fahmi M. 2015. Kontruksi Realitas Sosial dalam Media Iklan Line “Let's
Get Rich” ( studi Analisis Semiotik Pada Iklan “Let's Get Rich” di
Televisi/Vidio Ad Sense Internet Versi Dimas Danang & Imam Darto
Dan Bunga Citra Lestari & Arsaf Sinclair). (Skripsi). Malang:
universitas Muhamadiyah Malang.
70
LAMPIRAN
Gadis kecil itu tumbuh dewasa, terus membawa aib dalam dirinya,
terkucil, tanpa teman dan hampir tidak pernah dipeluk orang dewasa. Bagi
penduduk kota itu, anak itu menjadi semacam monster. Ia beranjak dewasa,
keadaannya lebih parah lagi, para gadis dijauhkan darinya seperti dari orang yang
terkena penyakit pes. Ketika lewat di jalan, ia selalu ditemani pengasuhnya. Ia
seperti selalu dijaga karena selalui dihantui ketakutan akan terjadi lagi
pengalaman lain yang mengerikan. Ketika lewat di jalan matanya terus menatap
ke bawah karena rasa malu misterius yang membebaninya. Gadis-gadis lain, yang
ternyata tidak senaif yang dikira orang, berbisik-bisik sambil meliriknya,
menertawakannya diam-diam, dan cepat-cepat memalingkan kepala dengan wajah
tak acuh bila tanpa sengaja perempuan itu menatap mereka.
Tak seorang pun tahu jeritan hatinya yang tersembunyi karena ia tak
pernah bicara dan tak pernah tertawa. Orang tuanya sendiri tampak canggung di
depannya, seolah-olah selalu mempermasalahkan gara-gara sesuatu kesalahn yang
tak mungkin diperbaiki.
71
Sinopsis Cerpen La Parure Karya Guy de Maupassant
72
kehilangan kalung itu, dan mengantinya, dan bekerja selama sepuluh tahun untuk
membayar kalung yanghilang itu. Cerita berakhir dengan Madame Forestier
dengan sedih mengatakan pada Mathilde bahwa kalung yang dia pinjam padanya
adalah perhiasan palsu dan hampir tidak berharga.
73
Sinopsi cerpen Le Papa de Simon karya Guy de Maupassant
74