PENGANTAR ANTROPOLOGI
Buku Ajar
PENGANTAR ANTROPOLOGI
Judul:
Pengantar Antropologi
Penulis:
Ratih Rahmawati, S.Pd., M.Sos
Dr. Hamidsyukrie ZM, M.Hum
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
Dr. Saipul Hamdi, S.Pd.I., MA
Ika Wijayanti, S.Pd., MA
Solikatun S.Pd., M.Si
Layout:
Fatia Hijriyanti
Design Sampul:
Tim Mataram University Press
Design Isi:
Tim Mataram University Press
Penerbit:
Mataram University Press
Jln. Majapahit No. 62 Mataram-NTB
Telp. (0370) 633035, Fax. (0370) 640189, Mobile Phone +6281917431789
e-mail: upt.mataramuniversitypress@gmail.com
website: www.uptpress.unram.ac.id.
ISBN: 978-623-5301-05-1
HAK CIPTA: 000338403
KATA PENGANTAR
Pengantar Antropologi v
Pengantar Antropologi
Pengantar Antropologi ix
Pengantar Antropologi
Pengantar Antropologi xi
Pengantar Antropologi
Pengantar Antropologi xv
Pengantar Antropologi
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
A. Definisi Antropologi
Pengantar Antropologi 3
Pengantar Antropologi
6. Tujuan Antropologi
Tujuan antropologi adalah untuk membuat dunia
aman bagi perbedaan manusia. Sedangkan menurut
Koentjaraningrat (2002), tujuan antropologi dibedakan
menjadi 2 yaitu: (1) tujuan akademis untuk mencapai
pengertian tentang makhluk manusia pada umumnya
dengan mempelajari berbagai bentuk fisiknya,
masyarakat dan kebudayaannya, (2) tujuan praktis
untuk mempelajari manusia diberbagai masyarakat
suku bangsa di dunia guna membangun masyarakat.
Sedangkan manfaat mempelajari antropologi
adalah untuk (1) mengetahui pola perilaku manusia
dalam kehidupan bermasyarakat secara universal
maupun pola perilaku manusia pada tiap-tiap
masyarakat (suku bangsa). (2) mengetahui kedudukan
dan peran yang harus dilakukan sesuai dengan
harapan warga masyarakat dari kedudukan yang
sedang disandang. (3) memperluas wawasan tentang
pergaulan umat manusia kekhususan sesuai dengan
karakteristik daerahnya sehingga menimbulkan
toleransi yang tinggi. (4) mengetahui berbagai macam
permasalahan dalam masyarakat dan memiliki
kepekaan terhadap kondisi- inisiatif
pemecahan masalah.
1. Antropologi Fisik
Antropologi fisik mempelajari manusia kaitannya
dengan pengertian dan sejarah terjadinya aneka warna
makhluk manusia dengan sudut pandang atau sebagai
bahan penelitiannya adalah ciri-ciri tubuh manusia,
yang meliputi: (1) ciri-ciri luar/lahir (fenotip), seperti
warna kulit, bentuk rambut, indeks tengkorak, bentuk
muka, warna mata, dan lain-lain. (2) ciri-ciri dalam
(genotip), seperti golongan darah.
2. Antropologi Budaya
Antropologi budaya memfokuskan kepada
kebudayaan manusia ataupun cara hidupnya dalam
masyarakat. Menurut Haviland (2002), cabang
antropologi budaya terbagi menjadi tiga bagian, yakni
arkeologi, antropologi linguistik, dan etnologi.
Menurut Siregar (2008), antropologi budaya
menjelaskan hubungan timbal balik antara manusia
(human) dan kebudayaan (culture) pada suatu masa
dan ruang tertentu. Kebudayaan dipandang sebagai
hasil kreasi manusia serta digunakan manusia untuk
menjalankan kehidupan. Manusia menciptakan
kebudayaan dengan menggunakan pikiran, yakni ide-
ide atau gagasan yang bekerja dalam kesadaran
seseorang. Hasil-hasil kreasi atau ciptaan manusia itu
lazimnya terwujud secara sistemik dalam bentuk
pranata-pranata kebudayaan.
Antropologi budaya terbagi menjadi tiga bagian
yaitu: arkeologi, antropologi linguistik dan etnologi.
a. Arkeologi
Arkeologi adalah cabang antropologi budaya
yang mempelajari benda-benda peninggalan lama
dengan maksud untuk menggambarkan serta
menerangkan perilaku manusia yang tertera dalam
peninggalan-peninggalannya lama sebagai ekspresi
kebudayaan.
b. Antropologi Linguistik
Manusia makhluk yang paling mahir dalam
menggunakan simbol-simbol sehingga manusia
disebut homo symbolicum karena itulah manusia
dapat berbahasa, berbicara dan melakukan
gerakan-gerakan. Sehingga, kajian ini membahas
mengenai manusia dan kebudayaan yang terkait
dengan fungsi kebahasaan dan dinamika yang
terdapat di dalamnya. Cakupan kajian yang
berkaitan dengan bahasa sangat luas.
Antropolinguistik adalah cabang linguistik yang
mempelajari variasi dan penggunaan bahasa dalam
Pengantar Antropologi 5
Pengantar Antropologi
4. Antropologi Medis
Menurut Foster dan Anderson (1986), “…a
biocultural discipline concerned with both the biological
and sociocultural aspects of human behaviour, and
particularly with the ways in which the two interacted
throughout human history to influence health and
disease” antropologi medis adalah suatu disiplin
biokultural yang mengkaji baik segi biologis maupun
sosial-budaya pada perilaku manusia, dan khususnya
pada cara-cara keduanya berinteraksi di sepanjang
sejarah manusia untuk mempengaruhi kesehatan dan
penyakit.
Ilmu ini membahas sistem kesehatan secara
transkultural. Masalah lain yang dibahas mengenai
faktor bioekologi dan sosial budaya yang berpengaruh
terhadap kesehatan, timbulnya penyakit sehingga
disebut sebagai biobudaya (kajian mengenai ilmu
kesehatan dan budaya) (Sudardi, 2012)
5. Antropologi Psikologi
Cabang ilmu ini mengkaji interaksi kebudayaan
dan proses mental. Terutama memperhatikan cara
perkembangan manusia dan enkulturasi dalam
kelompok budaya tertentu-dengan sejarah, bahasa,
praktik, dan kategori konseptualnya sendiri-
membentuk proses perolehan kognisi, emosi, persepsi,
motivasi, dan kesehatan mental. Serta memeriksa
tentang bagaimana pemahaman kognisi, emosi,
motivasi, dan proses psikologis sejenis membentuk
model proses budaya dan sosial. Setiap aliran dalam
antropologi psikologis memiliki pendekatannya
sendiri-sendiri.
6. Antropologi Sosial
Antropologi sosial adalah salah satu cabang ilmu
sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat
suatu etnis tertentu. Sebuah ilmu yang mempelajari
manusia dari segi keanekaragaman fisik serta
kebudayaan (cara-cara berperilaku, tradisi-tradisi,
nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga setiap manusia
Pengantar Antropologi 7
Pengantar Antropologi
Pengantar Antropologi 9
Pengantar Antropologi
D. Metodologi Antropologi
3. Metode Semiotik
Pendekatan ini lebih menekankan kepada
pemahaman kebudayaan berdasarkan pada
interpretasi yang dilakukan peneliti dari pandangan
dasar subyek penelitian atau native’s point of view.
Menurut Sairin (2002), metode semiotik semakin
banyak digunakan akhir-akhir ini. Terutama dengan
munculnya tokoh antropologi seperti Goodenough dan
Clifford Geertz. Dalam metode semiotik ini analisa
yang bersifat thick description sangat ditekankan.
Meskipun pendekatan atau metode yang digunakan
antropolog berbeda-beda, tetapi mereka umumnya
tetap melakukan penelitian dengan metode disebut
kualitatif dengan observasi partisipasi (participant
observation)
4. Metode Komparatif
Metode ini menjadi kebiasaan antropologi sejak
permulaan sejarahnya. Hal tersebut dikarenakan
antropologi selalu menghadapi gejala aneka warna
bentuk masyarakat dan kebudayaan yang besar.
Berbagai metode komparatif (perbandingan) sudah
dikembangkan, salah satu diantaranya adalah metode
perbandingan “lintang kebudayaan” atau “cross-
cultural method”. Cara kerja metode ini adalah
dipergunakan satu atau beberapa gejala sosial budaya
yang serupa dalam suatu sampel (contoh) yang cukup
besar dari kebudayaan-kebudayaan suku bangsa yang
tersebar luas.
5. Metode Behavioristik
Metode ini hampir mirip dengan metode
komparatif. Menurut Sairin (2002), metode yang lebih
mengarah kepada penelitian yang bersifat komparasi
dari behavior (tingkah laku) berbagai segmen (lapisan)
masyarakat dengan menggunakan kombinasi psiko-
analisa, learning theory, dan antropologi budaya.
Dalam antropologi juga memiliki tahapan metode
penelitian yang dapat memudahkan peneliti dalam
melakukan kegiatan penelitian sehingga mudah pula
Pengantar Antropologi 11
Pengantar Antropologi
Pengantar Antropologi 13
Pengantar Antropologi
Pengantar Antropologi 15
Pengantar Antropologi
Ringkasan
Pengantar Antropologi 17
Pengantar Antropologi
Daftar Pustaka
BAB II
KEBUDAYAAN DAN UNSUR-UNSUR
PEMBENTUKAN
A. Definisi Kebudayaan
Pengantar Antropologi 19
Pengantar Antropologi
Pengantar Antropologi 21
Pengantar Antropologi
B. Wujud Kebudayaan
Pengantar Antropologi 23
Pengantar Antropologi
C. Unsur-unsur Kebudayaan
Pengantar Antropologi 25
Pengantar Antropologi
Pengantar Antropologi 27
Pengantar Antropologi
Pengantar Antropologi 29
Pengantar Antropologi
Ringkasan
Pengantar Antropologi 31
Pengantar Antropologi
Pengantar Antropologi 33
Pengantar Antropologi
Daftar Pustaka
BAB III
KEPRIBADIAN DAN MASYARAKAT
1. Pengertian Kepribadian
Menurut Horton (2003), kepribadian adalah
keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi, dan
temperamen seseorang. Sikap, perasaan, ekspresi,
dan temperamen terwujud dalam tindakan seseorang
jika dihadapkan pada situasi tertentu. Individu
mempunyai kecenderungan berperilaku yang baku,
atau berpola dan konsisten, sehingga menjadi ciri
khas pribadinya. Schaefer & Lamm (1992)
menyatakan bahwa kepribadian sebagai keseluruhan
ciri-ciri unik, perilaku, pola sikap, dan kebutuhan
seseorang.
Kartono dan Gulo (2006), kepribadian adalah
tingkah laku khas dan sifat seseorang yang
membuatnya berbeda dengan orang lain. Kemudian,
kepribadian dapat juga berarti integrasi karakteristik
dari pola, minat, tingkah laku, potensi, minat,
pendirian, kemampuan dan struktur-struktur yang
dimiliki seseorang. Dengan demikian dapat diartikan
bahwa kepribadian adalah segala sesuatu mengenai
diri seseorang sebagaimana diketahui atau dikenal
oleh orang lain.
Koetjaraningrat (2009), bahwa kepribadian adalah
beberapa ciri watak yang diperlihatkan seseorang
secara lahir, konsisten, dan konsekuen dalam
bertingkah laku, sehingga individu memiliki identitas
khusus yang berbeda dengan orang lain. Disamping
itu, kepribadian diartikan sebagai gabungan
Pengantar Antropologi 35
Pengantar Antropologi
Pengantar Antropologi 37
Pengantar Antropologi
B. Pembentukan Kepribadian
Pengantar Antropologi 39
Pengantar Antropologi
D. Definisi Masyarakat
Pengantar Antropologi 41
Pengantar Antropologi
E. Unsur-Unsur Masyarakat
1. Unsur-unsur masyarakat
Terdapat beberapa unsur dalam masyarakat,
diantaranya ialah sebagai berikut:
a. Kategori Sosial
Masyarakat sebagai kelompok orang, yang
sifatnya sangat umum, mengandung dalam
sebuah entitas yang lebih spesifik tetapi tidak
harus memiliki kondisi ikatan yang sama dengan
sebuah kalangan masyarakat. Kategori sosial
merupakan adanya sebuah kesatuan manusia
yang diwujudkan yakni dengan melalui kehadiran
fitur atau kompleks fitur obyektif pada manusia.
Karakteristik obyektif dibentuk oleh pihak di luar
kategori sosial itu sendiri, hal ini tanpa disadari
terhadap orang yang bersangkutan, sebab kategori
sosial terbentuk karena tujuan praktis.
b. Kelompok dan Perkumpulan
Suatu kelompok atau perkumpulan
merupakan kategori dari masyarakat apabila
memenuhi persyaratannya, yaitu memiliki
karakteristik masyarakat, juga memiliki
karakteristik tambahan, yaitu struktur organisasi
dan kepemimpinan, dan terdiri dari unit individu
dalam periode yang dapat berubah setiap
masanya. Kelompok dapat kembali berkumpul dan
kemudian bubar lagi.
c. Golongan Sosial
Golongan sosial adalah suatu kesatuan
manusia yang ditandai oleh ciri ciri tertentu dan
mempunyai ikatan identitas sosial. Golongan
sosial dapat disebut juga sebagai stratifikasi sosial
merupakan perbedaan atau pengelompokan ke
dalam kelas-kelas secara bertingkat. Misalnya
perbedaan kelas antara borjuis dan proletar.
Borjuis merupakan mereka yang pemilik usaha,
Pengantar Antropologi 43
Pengantar Antropologi
Pengantar Antropologi 45
Pengantar Antropologi
Ringkasan
Pengantar Antropologi 47
Pengantar Antropologi
Pengantar Antropologi 49
Pengantar Antropologi
Daftar Pustaka
BAB IV
INDIVIDU, MASYARAKAT, DAN
KEBUDAYAAN INDONESIA
A. Kebudayaan Nasional
Pengantar Antropologi 51
Pengantar Antropologi
Pengantar Antropologi 53
Pengantar Antropologi
Pengantar Antropologi 55
Pengantar Antropologi
Pengantar Antropologi 57
Pengantar Antropologi
Rangkuman
Pengantar Antropologi 59
Pengantar Antropologi
Pengantar Antropologi 61
Pengantar Antropologi
Daftar Pustaka
BAB V
ANEKA WARNA MASYARAKAT DAN
KEBUDAYAAN
Pengantar Antropologi 63
Pengantar Antropologi
Pengantar Antropologi 65
Pengantar Antropologi
d. Persamaan sejarah
e. Persamaan cita-cita atau ideologi
7. Faktor-Faktor Pemersatu Bangsa Indonesia
Berikut ini merupakan faktor-faktor pemersatu bangsa
Indonesia:
a. Dasar negara (Pancasila)
b. UUD Negara RI Tahun 1945
c. Bendera kebangsaan merah putih
d. Lagu kebangsaan Indonesia Raya
e. Bahasa Indonesia
f. Satu wilayah Indonesia
g. Satu pemerintahan Negara
Pengantar Antropologi 67
Pengantar Antropologi
Pengantar Antropologi 69
Pengantar Antropologi
1. Ras
Ras adalah sekelompok orang yang tinggal
terisolasi di suatu daerah yang menampilkan suatu
bentuk ciri tubuh tertentu. Bentuk ciri khas ini
menjadi kuat karena perkawinan yang cenderung
menonjol dalam bentuk fisik manusia dari suatu
kelompok keturunan tertentu. Ras merupakan
kumpulan manusia yang memiliki sejumlah ciri khas
yang tampak dalam presentase besar.
Ciri khas yang dijadikan tolak ukur pembedaan
suatu ras sebagian besar berdasarkan ciri-ciri fenotipe
yang terdiri dari ciri kualitatif (misalnya: warna kulit,
bentuk hidung, dan bulu atau rambut, serta mata)
dan ciri kuantitatif (misalnya berat badan dan indeks
cephalicus) yang dapat dihitung menggunakan metode
antropometri. Untuk beberapa hal, dibawah ini
terdapat beberapa contoh yang membahas bentuk
hidung, mata dan bulu di tubuh.
2. Bahasa
a. Pengertian bahasa
Beberapa pengertian bahasa menurut para ahli
(Siminto, 2013):
1) Plato
Bahasa adalah pernyataan pikiran
seseorang dengan perantaraan onomata (nama
benda) dan rhemata (ucapan) yang merupakan
cermin dari ide seseorang dalam arus udara
lewat mulut.
2) Ferdinand De Saussure
Bahasa merupakan ciri pembeda yang
paling menonjol karena dengan bahasa setiap
kelompok sosial merasa dirinya sebagai
kesatuan yang berbeda dari kelompok yang
lain.
3) Bill Adams
Definisi bahasa adalah suatu sistem
pengembangan psikologi individu dalam
sebuah konteks inter-subyektif.
4) Wahyu Wibowo
Bahasa merupakan sistem simbol bunyi
yang bermakna dan berartikulasi yang bersifat
arbitrer dan konvensional.
b. Sejarah singkat
Meski belum bisa dipastikan secara lengkap
awal mula bahasa, beberapa teori mampu
menjelaskan sejarah ditemukannya bahasa.
Sekitar 6.000-7.000 bahasa ditemukan dari
seluruh dunia. Termasuk bahasa yang sering
diucapkan dan bahasa isyarat yang menggunakan
media lain.
c. Fungsi bahasa
Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat
berinteraksi dengan manusia, alat untuk berpikir,
Pengantar Antropologi 71
Pengantar Antropologi
Pengantar Antropologi 73
Pengantar Antropologi
Pengantar Antropologi 75
Pengantar Antropologi
3) Sistem Religi
Sistem religi mencakup agama dan aliran
kepercayaan yang dianut oleh sekelompok
masyarakat. Unsur ini merupakan unsur yang
penting dalam budaya karena mengatur
kehidupan antara manusia dengan manusia
dan antara manusia dengan Tuhan. Unsur
agama dalam sebuah budaya juga meliputi
kegiatan atau praktek yang bersifat suci, baik
itu berupa upacara keagamaan maupun tradisi
yang berkaitan dengan keagamaan.
4) Sistem Kemasyarakatan
Unsur sistem kemasyarakatan merupakan
unsur budaya sekelompok masyarakat dimana
di dalamnya memiliki kesamaan atau berada
dalam satu sistem kekerabatan tertentu.
Adanya unsur berupa sistem kemasyarakatan
ini berperan sangat penting dalam pewarisan
budaya. Sistem kemasyarakatan yang ada
tidak hanya berlaku secara general seperti
kehidupan bermasyarakat saja, namun bahkan
sudah dimulai dari keluarga sebab keluarga
merupakan sebuah sistem kemasyarakatan
paling dasar yang ada.
5) Sistem Mata Pencaharian dan Ekonomi
Unsur berikutnya yang ada di dalam budaya
adalah sistem mata pencaharian. Unsur ini
merupakan upaya manusia untuk bertahan
hidup dengan melakukan berbagai kegiatan
yang bisa menghasilkan barang atau jasa yang
diperlukan. Kegiatan yang dilakukan bisa
berupa bercocok tanam, perdagangan,
berkebun dan lain sebagainya.
6) Sistem Teknologi dan Peralatan
Dalam unsur budaya terdapat unsur sistem
teknologi dan peralatan yang diciptakan oleh
peradaban manusia. Sistem ini merupakan
cara manusia untuk mengolah bahan-bahan
Pengantar Antropologi 77
Pengantar Antropologi
Pengantar Antropologi 79
Pengantar Antropologi
Pengantar Antropologi 81
Pengantar Antropologi
Rangkuman
Pengantar Antropologi 83
Pengantar Antropologi
Tugas/Latihan
Pengantar Antropologi 85
Pengantar Antropologi
2. Gambar 1 Gambar 2
Gambar 3
Daftar Pustaka
Pengantar Antropologi 87
Pengantar Antropologi
BAB VI
REKONSTRUKSI BUDAYA LOKAL DI
INDONESIA
A. Budaya Lokal
Pengantar Antropologi 89
Pengantar Antropologi
6. Britannica
Budaya lokal adalah istilah yang menggambarkan
pengalaman kehidupan sehari-hari di tempat-tempat
tertentu yang bisa diidentifikasi.
Dengan demikian sumber budaya lokal bukan hanya
berupa nilai, aktivitas dan hasil aktivitas tradisional atau
warisan nenek moyang masyarakat setempat, namun juga
semua komponen atau unsur budaya yang berlaku dalam
masyarakat serta menjadi ciri khas dan atau hanya
berkembang dalam masyarakat tertentu.
Pengantar Antropologi 91
Pengantar Antropologi
a. Bungong Jeumpa
b. Ampar-ampar Pisang
c. Injit-injit Semut
6. Rumah Adat
Rumah adat merupakan rumah yang dibangun
dengan cara sama dari generasi ke generasi dan tidak
sama sekali bahkan sedikit mengalami perubahan.
Rumah adat juga bisa diartikan sebagai rumah yang
dibangun berdasarkan kegunaan, fungsi sosial budaya
dan arti budayanya dari corak maupun gaya
bangunannya. Setiap daerah di Indonesia pasti
memiliki rumah adat yang berbeda-beda, sebagai
berikut:
a. Rumah Honai
b. Rumah Joglo
c. Rumah Gadang
7. Wirausaha Kerajinan
Wirausaha kerajinan di Indonesia banyak yang
sudah berhasil bahkan memiliki manfaat yang bisa
digunakan sampai saat ini. Contohnya adalah:
a. Batik Khas Berbagai Daerah di Indonesia
b. Kerajinan Pahat/Ukir
c. Kerajinan Anyam
d. Kerajinan Tenun
Pengantar Antropologi 93
Pengantar Antropologi
Pengantar Antropologi 95
Pengantar Antropologi
c. Suku Mbojo
Suku Mbojo atau dou Mbojo yang biasa pula
dinamakan Suku Bima. Mereka berdiam terutama
dalam wilayah Bima termasuk Pulau Sangeang dan
sebagian lainnya dalam wilayah Kabupaten
Dompu, di Pulau Sumbawa, Provinsi Nusa
Tenggara Barat (Bunyamin, 2018). Di Bima mereka
merupakan kelompok yang jumlah dominan, yang
tersebar dalam 10 buah kecamatan, yaitu
Kecamatan Sanggar, RasanaE, Wera, Wawo, Woha,
Belo, Monta, Sape, Donggo, dan Bolo. Rimpu adalah
nama pakaian asal Suku Mbojo. Rimpu adalah
memakai sarung dengan melingkarkannya pada
kepala sehingga yang terlihat hanya wajah
Pengantar Antropologi 97
Pengantar Antropologi
Pengantar Antropologi 99
Pengantar Antropologi
Rangkuman
Tugas/Latihan
Daftar Pustaka
BAB VII
BUDAYA, MENTALITAS, DAN
PEMBANGUNAN
3. Feodal
Meskipun salah satu tujuan revolusi kemerdekaan
Indonesia ialah untuk membebaskan manusia
Indonesia dari feodalisme, tetapi feodalisme dalam
bentuk-bentuk baru makin berkembang dalam diri
dan masyarakat manusia Indonesia.
4. Masih percaya pada tahayul
Apabila dulu manusia Indonesia percaya pada
kekuatan pohon, keris, gunung, maka saat ini
manusia Indonesia membuat mantera dan semboyan
baru, jimat-jimat baru: Tritura, Ampera, Orde Baru,
the rule of law. Manusia Indonesia sangat mudah
cenderung percaya pada menara dan semboyan dan
lambang yang dibuatnya sendiri.
5. Artistik
Manusia Indonesia dekat dengan alam, hidup lebih
banyak dengan naluri, dengan perasaannya, dengan
perasaan-perasaan sensualnya, dan semuanya untuk
mengembangkan daya artistik yang besar dalam
dirinya yang dituangkan dalam segala rupa ciptaan
artistik. Ciri ini adalah yang paling menarik dan
mempersonakan, dan merupakan sumber dan
tumpuan harapan bagi masa depan manusia
Indonesia
6. Punya watak lemah.
Karakter kurang kuat. Manusia Indonesia kurang kuat
mempertahankan atau memperjuangkan
keyakinannya sehingga mudah, apalagi jika dipaksa,
dan demi untuk “survive”, bersedia mengubah
keyakinannya. Mudah dipaksa berubah keyakinannya
demi kelangsungan hidupnya. Watak lemah ini erat
kaitannya dengan munafik di atas.
Koentjaraningrat (2009) menambahkan ciri sifat
mentalitas bangsa Indonesia yaitu:
(1) suka meremehkan mutu, (2) suka menerabas, (3) tidak
percaya pada diri sendiri, (4) tidak berdisiplin murni, dan
(5) suka mengabaikan tanggungjawab.
Rangkuman
Tugas/Latihan
Daftar Pustaka
BAB VIII
KEBUDAYAAN DAN INTEGRASI
NASIONAL
2. Fase Kerjasama
Kerjasama merupakan suatu proses tercapai
kesepakatan dalam wujud bekerja bersama-sama
dalam suatu kesepahaman. Kerja sama dapat
dijumpai dalam masyarakat manapun, baik pada
kelompok kecil maupun besar.
a. Kerukunan (gotongroyong)
b. Bargaining
c. Kooptasi
d. Koalisi
e. Joint Venture
3. Fase Koordinasi
Individu atau kelompok akan mengoordinasikan
cara mencapai tindakan tertentu guna mendorong
terciptanya keteraturan dalam kehidupan
bermasyarakat. Tahap koordinasi sangatlah penting
pada masyarakat multikultural karena tanpa
koordinasi suatu tindakan cenderung akan berjalan
secara kurang optimal.
4. Fase Asimilasi
Asimilasi adalah proses sosial yang
menggabungkan dua atau lebih kebudayaan yang
berbeda (peleburan) menjadi kebudayaan baru.
Sehingga sifat khas dari unsur kebudayaan beberapa
golongan itu akan berubah menjadi unsur kebudayaan
baru.
Menurut Soekanto (2012), asimilasi adalah proses
sosial yang ditandai dengan adanya berbagai usaha
mengurangi perbedaan-perbedaan yang ada di antara
orang per orang atau kelompok-kelompok manusia. Di
mana meliputi usaha untuk mempertinggi kesatuan
sikap, tindak dan proses mental dengan
memperhatikan juga tujuan dan kepentingan
bersama. Park dan Burgess (1925), asimilasi adalah
proses interpretasi di mana orang-orang serta
kelompok memperoleh kenangan, sentimen dan sikap
Rangkuman
Tugas/Latihan
Daftar Pustaka
BAB IX
KONFLIK BUDAYA
a. Streotipe
Stereotipe adalah penilaian terhadap seseorang
hanya berdasarkan persepsi terhadap kelompok di
mana orang tersebut dapat dikategorikan. Stereotipe
merupakan jalan pintas pemikiran yang dilakukan
secara intuitif oleh manusia untuk menyederhanakan
hal-hal yang kompleks dan membantu dalam
pengambilan keputusan secara cepat. Namun,
stereotipe dapat berupa prasangka positif dan juga
negatif, dan kadang-kadang dijadikan alasan untuk
melakukan tindakan diskriminatif. Sebagian
beranggapan bahwa segala bentuk stereotipe adalah
negatif.
Berbagai stereotip negatif pada akhirnya
menimbulkan prasangka yang berujung pada
diskriminasi, bahkan kekerasan terhadap kelompok
sosial tertentu. Berbagai prasangka sosial,
diskriminasi dan kekerasan terhadap etnik minoritas
di Indonesia menunjukkan itu semua (Murdianto,
2019)
b. Primordialisme
Primordial atau Primordialisme berasal dari kata
bahasa Latin primus yang artinya pertama dan ordiri
yang artinya tenunan atau ikatan. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Primordialisme
adalah perasaan kesukuan yang berlebihan. Ikatan
seseorang pada kelompok yang pertama atau asalnya
dengan segala nilai yang diperolehnya melalui
sosialisasi akan berperan dalam membentuk sikap
primordial. Di satu sisi, sikap primordial memiliki
fungsi untuk melestarikan budaya kelompoknya.
Tidak selamanya primordial merupakan tindakan
salah. Akan tetapi bisa saja dinilai sebagai sesuatu
yang mesti dipertahankan. Sikap primordialisme
merupakan ikatan seseorang dalam kehidupan sosial
yang sangat berpegang teguh terhadap hal-hal yang
dibawa sejak lahir baik berupa suku bangsa,
kepercayaan, ras, adat-istiadat, daerah kelahiran dan
lain sebagainya (Prayitno dkk, 2017). Sejak kecil
individu telah telah diresapi oleh berbagai nilai-nilai
kebudayaan yang berasal dari suku bangsanya ketika
hidup didalam masyarakat, sehingga konsep nilai-
nilai tersebut telah melekat dalam diri seseorang.
c. Etnosentrisme
Etnosentrisme, yaitu suatu sikap yang cenderung
bersifat subyektif dalam memandang budaya orang
lain. Mereka akan selalu memandang budaya orang
lain dari kacamata budayanya. Hal ini terjadi karena
nilai-nilai yang telah tersosialisasi sejak kecil sudah
menjadi nilai yang mendarah daging (internalized
value) dan sangatlah susah untuk berubah dan
cenderung dipertahankan bila nilai itu sangat
menguntungkan bagi dirinya. Etnosentrisme muncul
ketika individu menilai bahwa kelompok lain
berdasarkan standar kelompoknya sendiri, dalam arti
individu menilai bahwa kelompoknya sendiri lebih
baik dari pada kelompok lain (Baihaqi, 2016).
Pendapat ini juga didukung oleh Kusumowardhani
dkk (2013) yang menyatakan bahwa di dalam sebuah
Rangkuman
Tugas/Latihan
Daftar Pustaka
BAB X
ETNOGRAFI
A. Konsep Etnografi
C. Kerangka Etnografi
Rangkuman
Tugas/Latihan
Daftar Pustaka
BAB XI
DINAMIKA KEBUDAYAAN
MASYARAKAT
A. Perubahan Kebudayaan
B. Evolusi Budaya
C. Revolusi Budaya
D. Difusi Budaya
1. Akulturasi
Akulturasi merupakan percampuran kebudayaan,
berasal dari istilah bahasa Inggris acculturation.
Percampuran merupakan suatu perubahan besar dari
suatu kebudayaan sebagai akibat adanya pengaruh
dari kebudayaan asing. Menurut Koentjaraningrat
(2009), percampuran menyangkut konsep mengenai
proses sosial yang timbul jika sekelompok manusia
dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada
unsur-unsur kebudayaan asing. Akibatnya, unsur-
unsur asing lambat laun diterima dan diolah ke dalam
kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya
kepribadian kebudayaan asli. Proses percampuran
berlangsung dalam jangka waktu yang relatif lama.
Hal disebabkan adanya unsur-unsur kebudayaan
asing yang diserap atau diterima secara selektif dan
ada unsur-unsur yang tidak diterima sehingga proses
perubahan kebudayaan melalui mekanisme
percampuran masih memperlihatkan adanya unsur-
unsur kepribadian yang asli. Golongan minoritas
mengubah sifat khas unsur kebudayaan dan masuk
kebudayaan mayoritas
5 (lima) golongan masalah akulturasi, yaitu:
(1) Masalah metode untuk observasi, mencatat dan
melukiskan suatu proses akulturasi yang terjadi.
(2) Masalah unsur kebudayaan asing yang mudah
diterima dan yang sukar diterima. (3) Masalah unsur
apa yang mudah diganti dan tidak mudah diganti atau
diubah. (4) Masalah individu yang cepat dan sukar
menerima. (5) Masalah ketegangan dari krisis sosial
akibat akulturasi
Dalam peneletian jalannya suatu proses
akulturasi, seorang peneliti sebaiknya
memperhatikan beberapa poin khusus, yaitu:
3. Amalgamasi
Amalgamasi adalah pernikahan atau perkawinan
dari etnik atau ras yang berbeda (Koentjaraningrat,
2009). Di dunia berbahasa Inggris, istilah ini
digunakan dalam abad kedua puluh. Di Amerika
Serikat, sebagian diganti setelah 1863 dengan istilah
perkawinan antara suku atau bangsa. Sementara itu,
istilah amalgamasi dapat mengacu pada pernikahan
antara etnis atau ras yang berbeda yaitu pernikahan
khusus untuk orang kulit putih dan non-putih,
terutama Afrika-Amerika
Amalgamasi juga dapat diartikan sebagai
perkawinan campuran antar etnis, contohnya etnis
Jawa dan Madura. Amalgamasi biasa dikaitkan
dengan asimilasi budaya karena berkaitan dengan
interaksi antara dua budaya berbeda. Dalam
prosesnya, asimilasi pada amalgamasi biasa terjadi
konflik, baik antar individu pelaku amalgamasi, antar
keluarga pelaku amalgamasi, maupun antara individu
dan keluarga. Konflik biasa terjadi ketika ada
perbedaan kepentingan yang diperjuangkan oleh
kedua budaya tadi. Dalam amalgamasi, kepentingan
yang diperjuangkan adalah dominasi budaya. Konflik
tersebut akan terus terjadi selama egoisme budaya
tetap dipertahankan, dan tidak adanya keinginan
untuk memahami budaya lain.
1. Discovery
Discovery adalah penemuan unsur kebudayaan
yang baru, baik berupa alat ataupun gagasan (Balai
Pengembangan Multimedia Pendidikan dan
Kebudayaan Belajar, 2010). Discovery dapat menjadi
invention jika masyarakat sudah mengakui,
menerima, dan memanfaatkan hasil penemuan
tersebut. Proses dari discovery hingga ke invention
sering memerlukan tidak hanya seorang individu,
Rangkuman
Tugas/Latihan
Daftar Pustaka