Abstrak
Artikel ini merupakan hasil penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan pemahaman tetang
hukum dan keaslian hukum di Indonesia berdasarkan nilai-nilai sosial budaya yang ada di
masyarakat. Metode penelitian yang digunakan adalah filsafat. Dengan metode filsafat dapat
menganalisis dan menjelaskan permasalahan hukum lebih dalam. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hukum lebih dominan dipahami sebagai positivisme hukum dalam
bentuk peraturan perundang-undangan tertulis yang dibuat oleh negara. Padahal sosial budaya
yang dipraktikkan oleh masyarakat dapat menjadi sumber hukum yang otentik di Indonesia,
karena mengandung nilai-nilai kebijaksanaan pandangan hidup yang tercermin dari adat
istiadat dan agama yang dianut masyarakat. Oleh masyarakat dianggap lebih memiliki
A. Pendahuluan
kedudukan yang tinggi dibanding dengan
Hukum di Indonesia dipahami
norma-norma hukum lainnya. Sehingga
sebagai peraturan perundang-undangan.
berdampak pada peran yang sangat
Cara pandang demikian telah menjadi
dominan dalam sistem hukum nasional.
paradigma yang mendarah daging dalam
Pemahaman tersebut sama dengan apa yang
kehidupan berbangsa. Ketika seseorang
di sampaikan Herbert Lionel Adolpus
ditanya tentang hukum, maka jawabannya
(H.L.A) Hart seorang tokoh pencetus teori
adalah peraturan perundang-undangan.
positivisme hukum. Hukum diakui sebagai
Padahal pemahaman tersebut tidak
the most influential modern positivist in the
seharusnya dapat dibenarkan begitu saja
english speaking world.1 Hukum dalam
tanpa mempertimbangkan aspek-aspek
pemahamannya sebagaimana bunyi yang
yang lain. Peraturan perundang-undangan
1
H.L.A Hart, (1994), The Concept of Law,
Clarendon: Oxford University Press, hlm. 91.
199
Volume 4, No.1 April 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman. 199 - 220
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
terdapat dalam peraturan perundang- menjadi daya yang cukup kuat untuk
undangan. diakuinya hukum. Negara dalam hal ini
Ketika hukum dipahami sebagai sebagai pelaksana dari organisasi memiliki
peraturan perundang-undangan, maka kewenangan yang sentral dalam
hukum adalah tulisan-tulisan yang berisi menciptakan hukum. Hanya hukum yang
perintah, ketaatan dan sanksi dalam buku dibentuk oleh negara yang diakui
lembaran negara. Pemahaman hukum ini berlakunya.3 Meskipun terdapat peraturan-
juga seperti pemikiran John Austin tentang peraturan yang berlaku dalam kehidupan
command, duty, and sanction.2 Menurut masyarakat, maka kekuatan berlakunya
Austin, penguasa memiliki otoritas untuk harus di bawah hukum negara. Bahkan
menerapkan hukum secara paksa kepada segala bentuk peraturan yang berlaku hanya
rakyatnya, karena hukum dibentuk untuk akan dapat diakui secara sah sebagai hukum
kepentingan penguasa. Dalam hal ini jika telah diakui/disahkan berlakunya oleh
hukum memiliki sifat materiil, yaitu dapat negara. Hal tersebut juga masih terkendala
dibuktikan secara tertulis dengan adanya dengan teknis pelaksaan implementasi
tulisan-tulisan tersebut sebagaimana yang hukum di masyarakat Indonesia yang penuh
terdapat dalam kitab peraturan peraturan dengan pluralitas keanekaragaman. Padahal
perundang-undangan. Norma lain yang banyak sekali norma dalam kearifan lokal
tidak tertulis bukan dianggap sebagai yang terbentuk dari nilai-nilai kehidupan
hukum. Pemahaman ini menciderai nilai- masyarakat.
nilai kehidupan yang banyak tumbuh dan Hukum juga dipahami sebagai
berkembang dalam kehidupan masyarakat. aturan yang dipraktekkan secara formal
Jika hukum harus tertulis, maka hukum oleh aparatur negara. Bekerjanya aparatur
tidak akan pernah mampu untuk negara adalah sebagai pelaksana peraturan
menuliskan nilai-nilai makna simbolik perundang-undangan. Sehingga segala
yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. tindakan aparatur negara harus berdasarkan
Selain itu hukum juga sering pada hukum. Cara pandang demikian sesuai
dipahami sebagai peraturan yang dengan teori positivisme hukum yang
dikeluarkan oleh pemerintah. Artinya
otoritas negara dalam membentuk hukum
2 3
John Austin, (1995), The Province of M.R. Zafer, (1984), Jurisprudence an Outline,
Jurisprudence Determined, Cambridge: University Kuala Lumpur: International Law Book Services,
Cambridge Press, hlm. 18. hlm. 6-7.
200
Volume 4, No.1 April 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman. 199 - 220
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
dibangun oleh Hans Kelsen.4 Positivisme utama hukum adalah mencapai kepastian,
hukum yang ditopang teori hukum murni tanpa menghiraukan rasa keadilan
lebih menjamin tingkat kepastian hukum. masyarakat. Kejelasan dan ketegasan
Positivisme hukum yang dijalankan negara hukum dalam peraturan perundang-
membuat sistem hukum semakin formal undangan mampu mengukuhkan kekuatan
dan terjamin keberlakuannya. Selain itu legalitasnya kepada siapapun. Sifat inilah
hukum menurut Kelsen harus dipisah dari yang sering menjadi sandaran utama hukum
unsure moral dan social masyarakat, karena dalam mempertahankan kepentingannya.
itu semua dianggap tidak ada kaitanya Cara pandang hukum dalam hal ini telah
dengan cara kerja hukum. Aparatur negara dipersempit seperti hanya yang terdapat
merupakan alat dari sistem yang bergerak dalam bunyi peraturan perundang-
untuk menegakkan hukum. Dengan undangan saja.5 Berarti hal-hal lain yang
demikian hukum seolah-olah diwakili oleh tidak disebutkan secara jelas dan tegas
tindakan aparatur negara dalam bekerja. dalam peraturan perundang-undangan
Pandangan ini dapat dilihat dari masih bukan merupakan hukum. Jika demikian
kuatnya pengaruh pemegang kebijakan. nilai-nilai sosial budaya dalam kehidupan
Pejabat negara dipandang sebagai sosok masyarakat dapat terabaikan.
yang mewakili negara dalam menentukan Pemahaman hukum tersebut di atas
kebijakan, dampaknya tidak jarang banyak merupakan pemahaman positivisme hukum
terjadi korupsi yang melibatkan pejabat hasil warisan dari penjajahan Belanda.
negara. Karena terlalu lamanya penjajah menguasai
Hukum sebagai aturan harus Indonesia mengakibatkan sistem hukum
mempunyai sanksi jelas dan tegas terbelah menjadi beberapa garis demarkasi
sebagaimana disebutkan dalam peraturan sesuai dengan kepentingan penjajah, yang
perundang-undangan. Segala macam pada intinya lebih pada menempatkan
tindakan hukum telah diatur sedemikian sistem hukum positif menjadi aturan hukum
rupa dalam peraturan perundang-undangan, utama dan tertinggi. Sistem hukum warisan
sehingga tingkat kejelasan dan ketegasan penjajah Belanda ini lebih dikenal dengan
dari hukum dapat mencapai sebuah istilah civil law system.
kepastian. Dalam keadaan seperti ini tujuan
4 5
Hans Kelsen, (1976), The Pure Theory of Law, Hans Kelsen, (1973), General Theory of Law and
Trans.by Max Knight, California: University of State, Trans.by Anders Wedberg. Renewed, New
California Press, hlm. 1-2. York: Russel & Russel, hlm. 124
201
Volume 4, No.1 April 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman. 199 - 220
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
nilai sosial budaya yang layak untuk utama dalam pembentukan hukum
menjadi pedoman dan sumber hokum. nasional. Memahami hukum sebagai nilai-
Pembentukan hukum yang baik nilai sosial budaya yang otentik dari adat
tidak dapat lepas dari proses sejarah yang istiadat, kultur dan sejarah bangsa sesuai
menjadi latar belakang dan alasannya. dengan teori sejarah hukum (historical
Artinya hukum di Indonesia harus dibentuk school jurisprudence) yang dikemukakan
sesuai dengan keadaan sosial budaya Friedrich Karl von Savigny. Menurut
masyarakat Indonesia, bukan hukum asing. Savigny, hukum merupakan cermin dari
Sosial budaya masyarakat merupakan latar volksgeist, yaitu manifestasi dari spirit dan
belakang yang cukup kuat untuk menjadi jiwa bangsa yang digali dari realitas sosial
dasar alasan bagi negara untuk membentuk budaya masyarakat. Untuk melihat
hukum. Dalam hal ini perlu kajian tentang otentisitas hukum yang benar-benar asli
sejarah hukum untuk menggali dan menurut pandangan teori ini adalah dengan
memperoleh basis epistemologi hukum asli melihat sejarah yang telah dipraktekkan
Indonesia yang pada intinya berasal dari dalam kehidupan sosial budaya
tradisi, adat istiadat dan ajaran agam. Dasar masyarakat, karena hukum itu ditemukan,
pemikiran ini didukung oleh fakta-fakta bukan dibuat.6 Berdasarkan uraian
bahwa mayoritas sebagaian besar tersebut, maka terdapat pokok permaslahan
masyarakat Indonesia telah memiliki nilai- yang penting, yaitu tentang bagimana
nilai sosial budaya yang mengandung pemahaman hukum dan otentisitas
cirikhas dan karakteristik daerah masing- keaslian hukum Indonesia
masing yang menyatu berakulturasi dengan
nilai ajaran agama. B. Metode Penelitian
Sosial budaya yang di dalamnya Dalam penelitian ini menggunakan
mengandung nilai-nilai kebiasaan adi- metode penelitian filsafat. Metode
luhur nenek moyang bangsa telah penelitian filsafat dapat memberikan
bersinergi dan disempurnakan dengan informasi, ferifikasi, koreksi, pelengkap dan
nilai-nilai agama yang dianut masyarakat penjelasan secara lebih rinci.7 Kajian filsafat
Indonesia. Oleh karena itu sosial budaya yang mengandung makna aktivitas berpikir
wajib menjadi dasar bagi sumber hukum murni (reflective thinking) atau kegiatan
6 7
Mathias Reimann, (1988), The Historical School Anton Bakker (ed), (1990), Metodologi Penelitian
Against Codification: Savigny, Carter and the Filsafat. Yogyakarta: Kanisius, hlm. 94.
Defeat of the New York Civil Code, American
Journal of Comparative Law Vol.37, hlm. 95-97.
203
Volume 4, No.1 April 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman. 199 - 220
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
akal manusia dalam usaha mengerti secara dipengaruhi oleh peranan kaum academic
mendalam sampai ke akar-akarnya.8 jurists Belanda yang mengawali tonggak
Pendekatan filsafat dilakukan untuk pendidikan dan penelitian hukum di
mengkaji tentang otentisitas hukum di Indonesia. Sebagai sebuah negara yang
Indonesia. Filsafat hukum sering disebut mewarisi tradisi civil law system,
sebagai pendekatan yang tertinggi dalam perkembangan hukum di Indonesia sangat
hukum.9 Filsafat hukum sebagai pisau ditentukan oleh kaum academic jurists, di
analisis mempunyai wilayah yang lebih luas tangan mereka terletak kewenangan
dan dalam dari pada normatif hukum yang akademik dan profesional dalam
hanya mengkaji tentang cara kerja hukum mengajarkan hukum. Dalam hubungan ini
dalam arti peraturan perundang-undangan.10 suatu teorisasi mengenai adanya suatu
Sumber dan jenis data dalam tatanan hukum yang kukuh dan rasional
penelitian ini berasal dari: buku, jurnal, menjadi obsesi kuat aliran positivisme
artikel dan berbagai karya ilmiah lain yang hukum. Dengan hal tersebut hukum harus
terkait dengan tema penelitian. Data-data dapat dilihat sebagai suatu bangunan yang
dalam penelitian ini dikumpulkan melalui rasional dan logis, karena bidang profesi
studi kepustakaan. Data-data yang telah memerlukan dukungan itu. Hakim, jaksa
terkumpul selanjutnya akan dilakukan dan polisi selalu mengkonseptualisasikan
analisis secara deskriptif untuk memperoleh hukum sebagai peraturan perundang-
gambaran penjelasan terkait dengan undangan yang memang dibutuhkan untuk
permasalahan hukum dan otentisitas hukum memperlancar kerja profesi mereka.
di Indonesia. Dengan demikian perspektif hukum
terkungkung paradigm positivisme
C. Pembahasan hukum.11
Pemahaman Hukum Di Indonesia Hukum di Indonesia masih
Masuknya mainstream pemikiran didominasi oleh penggambaran mengenai
positivisme hukum ke Indonesia selain paradigma profesional daripada empiris.
karena dari kolonisasi Belanda, juga Keadaan seperti itu tampaknya dipengaruhi
8 10
Busro Muqadas, (1989), Nilai dan Berbagai Aspek Dewa Gede Sudika, (2013), Fungsi Evaluatif
dalam Hukum Suatu Pengantar Studi Filsafat Filsafat Hukum terhadap Hukum Positif Indonesia,
Hukum, Jakarta: Bhratara Niaga Media, hlm. 25. Jurnal Pandecta Vol.8 No.1, hlm. 35.
9 11
Otje Salman, (2010), Filsafat Hukum Khudzaifah Dimyati, (2008), Dialektika Hukum:
(Perkembangan & Dinamika Masalah), Bandung: Karakteristik dan Orientasi Pemikiran Hukum
PT Refika Aditama, hlm. 27. Berbasis Nilai Budaya Hukum Indonesia,
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Press, hlm.
97.
204
Volume 4, No.1 April 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman. 199 - 220
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
oleh kuatnya kepentingan hukum untuk bermain di wilayah aman dengan metode
melayani kebutuhan professional yang penafsiran konvensional. Jarang mereka
dijalankan di lingkup formal. Selama ini yang menyeberang ke metode konstruksi.
out put dari para pekerja profesional di Hakim dalam hukum pidana bahkan
bidang hukum hanya menghasilkan mengharamkan penggunaan argumentum
kepastian hukum yang sesuai dengan per analogiam karena dianggap
peraturan perundang-undangan, belum bertentangan dengan asas legalitas.
mampu menghasilkan keadilan hukum Larangan ini tidak sekedar doktrin,
yang sebenarnya. Mereka hanya melainkan sudah diformulasikan secara
berpandangan normatif dan tidak mampu tegas dalam asas legalitas (Nullum
melihat kebenaran hukum yang delictum nulla poena sine praevia lege
sesungguhnya, sehingga cenderung poenali) yang diatur dalam pasal 1 ayat (1)
melihat hukum sebagai rule and logic KUHP.13
semata. Cara pandang ini seperti melihat Bukti kuatnya pengaruh positivisme
hukum dengan kaca mata kuda. Dimensi hukum dalam sistem hukum di Indonesia
moralitas yang seharusnya terbentuk dari antara lain ditandai oleh keinginan
nilai-nilai sosial budaya masyarakat tidak melakukan unifikasi (eenheidsbeginsel)
ada, implikasinya pemahaman tentang dan kodifikasi hukum secara tekstualitas.
hukum di Indonesia menjadi buruk.12 Akan tetapi keadaan masyarakat Indonesia
Para profesional di bidang hukum yang mejemuk, penyeragaman hukum
biasanya lebih mengandalkan penafsiran demi mencapai kepastian hukum tersebut
gramatikal dan cenderung tekstual secara justru dapat menimbulkan resistensi.
leksikal sebagaimana bunyi dalam Dalam tataran tertentu, justru masyarakat
peraturan perundang-undangan. Penafsiran yang majemuk ini mampu mengurangi
tersebut sebenarnya hanyalah salah satu dominasi positivisme hukum, terutama
metode penemuan hukum (rechtsvinding). bidang hukum yang bersentuhan dengan
Meskipun di luar dikenal metode lain masyarakat, seperti hukum perkawinan dan
seperti konstruksi atau argumentasi, namun pewarisan.14 Dalam masyarakat yang
para profesional hukum umumnya sering majemuk untuk memberikan rasa keadilan,
12 13
Satjipto Rahardjo, (2002), Sosiologi Hukum: Moeljatno, (2002), Asas-Asas Hukum Pidana,
Perkembangan Metode dan Pilihan Masalah, Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 24.
14
Surakarta: Muhammadiyah University Press, hlm. Shidarta, (2006), Karakteristik Penalaran Hukum
9-10. Dalam Konteks Keindonesiaan, Bandung: CV
Utomo, hlm. 526.
205
Volume 4, No.1 April 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman. 199 - 220
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
15 16
Andre Ata Ujan, (2001), Keadilan dan Lili Rasjidi, (1995), Pembangunan Sistem Hukum
Demokrasi: Telaah Filsafat Politik John Rawls, Dalam Rangka Pembinaan Hukum Nasional.
Yogyakarta: Kanisius, hlm. 32. Dalam Bunga Rampai Pembangunan Hukum
Indonesia, Bandung: Eresco, hlm. 357.
206
Volume 4, No.1 April 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman. 199 - 220
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
17
Ahmad Ali, (2009), Menguak Teori Hukum dan
Teori Peradian, Jakarta; Kencana, hlm. 45.
207
Volume 4, No.1 April 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman. 199 - 220
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
18
Syariah, Rabiatul, (2008), Keterkaitan Budaya
Hukum Dengan Pembangunan Hukum Nasional,
Jurnal Equality Vol.13 No.1, hlm. 2.
208
Volume 4, No.1 April 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman. 199 - 220
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
menurut pemahaman yang lain tidak benar, sendiri dan bangsa Indonesia tidak bisa
asal telah sesuai dengan alur tata kerjanya dipaksa untuk mengikuti cara-cara
dianggap benar. Sifat independensi dalam penyelenggaraan hukum yang telah mapan
hukum sangat tegas, masing-masing tidak seperti di Negara Barat. Pemikir hukum
dapat menginterfensi yang lain. Dalam seharusnya mengajukan main-stream
hukum terjadi dominasi dan klaim atas hukum orisinil yang sesuai dengan nilai-
kebenaran hukum, karena hanya ada satu nilai kehidupan masyarakat Indonesia.20
yang dianggap paling benar. Dalam pola Sosial budaya sebagai otentisitas hukum
hubungan ini berusaha untuk menarik ke-Indonesiaan merupakan seperangkat
beberapa epistemologi hukum kedalam nilai-nilai bersama yang dapat diperoleh
salah satunya, sehingga hukum yang dari adat istiadat masyarakat Indonesia.
diunggulkan dapat mendominasi Nilai-nilai sosial budaya Indonesia
kebenarnya, seperti dalam praktek hukum, seperti tercermin dari Pancasila;
positivisme hukum menjadi arus utama Ketuhanan, kemanusiaan, nasionalisme,
penegakkan hukum. demokrasi dan keadilan sosial. Meskipun
masing-masing daerah di Indonesia
Sosial Budaya Sebagai Otentisitas berbeda-beda, akan tetapi nilai-nilai sosial
Hukum Ke-Indonesia budaya yang mencerminkan karakter ke-
Kebutuhan untuk meletakkan sosial Indonesiaan tetap sama. Seperti di
budaya dalam domain hukum Indonesia masyarakat Jawa terdapat falsafah
sebagai otentisitas hukum merupakan semangat kebersamaan gotong royong holo
sebuah keniscayaan. Langkah yang perlu bis kuntul baris, penyelesaian sengketa
ditegaskan adalah, bahwa bangsa yang bijak dengan prinsip menang tanpa
Indonesia berani menentukan apa yang ngasorake dan prinsip demokrasi dengan
paling baik bagi bangsa ini, termasuk berembug. Semua falsafah tersebut telah
dalam membangun hukum yang menjadi hukum lokal atau adat yang ditaati
berkarakter ke-Indonesiaan.19 Keadaan ini dalam kehidupan sosial budaya masyarakat
dapat dipahami, karena hukum yang jawa. Makna yang terkandung di dalamnya
berasal dari luar memiliki ciri persoalannya tentu telah melalui berbagai penilaian dan
19 20
Khudzaifah Dimyati, (2008), Putusan Hakim Khudzaifah Dimyati, (2010), Teorisasi Hukum:
Berbasis Keadilan: Studi Atas Putusan Pengadilan Studi Pemikiran Hukum di Indonesia 1945-1990,
Negeri, Laporan Penelitian Kerjasama Pascasarjana Yogyakarta: Genta Publishing, hlm. 119.
Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Komisi
Yudisial Republik Indonesia, hlm. 105.
209
Volume 4, No.1 April 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman. 199 - 220
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
21 22
Komisi Yudisial RI, (2012), Dialektika J.E Sahetapy, (1998), Paradigma Ilmu Hukum Di
Pembaruan Sistem Hukum Indonesia, Jakarta: Indonesia Dalam Perspektif Kritis, Makalah,
Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial Republik Simposium Nasional Ilmu Hukum Program Doktor,
Indonesia, hlm. 206-208. Semarang: Universitas Diponegoro, hlm. 1.
210
Volume 4, No.1 April 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman. 199 - 220
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
23 25
Alan Hunt, (1978), The Sociological Movement Hasbullah, (2018), Kehidupan Keberagamaan
in Law, London: Macmillan Press, hlm. 3. Masyarakat Suku Akit Di Desa Sonde Kabupaten
24
Donald Black, (1988), Sociological Justice, New Kepulauan Meranti, Jurnal Sosial Budaya Vol.15
York: Oxford University Press, hlm. 102-103. No.1, hlm. 1-2.
211
Volume 4, No.1 April 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman. 199 - 220
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
26 28
Khudzaifah Dimyati, (2010), Teorisasi Hukum.., Soepomo, (1984), Sejarah Hukum Adat, Dari
Op. Cit, hlm. 22. Zaman Kompeni Hingga Tahun 1848, Jakarta:
27
Arbi Yasin, (2017), Hegemoni Ekonomi Etnik Pradnya Paramita, hlm. 3.
29
Tionghoa Di Pesisir Kabupaten Bengkalis Riau, Soepomo, (1951), Kedudukan Hukum Adat di
Jurnal Sosial Budaya Vol.14 No.2, hlm. 165. Kemudian Hari, Makalah disajikan dalam Pidato
212
Volume 4, No.1 April 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman. 199 - 220
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
32
Dies, 17 Maret 1947, Universitas Gadjah Mada, Rian Vebrianto (ed), (2017), Education Of Local
Yogyakarta: Pustaka Rakyat, hlm. 20. Wisdom To Prevent Forest Fires In Riau Province:
30
Ibid., hlm. 14 Challenges, Potentials, And Solutions, Jurnal Sosial
31
Soekanto, (1996), Meninjau Hukum Indonesia, Budaya Vol.14 No.1, hlm. 80.
Suatu Pengantar Untuk Mempelajari Hukum Adat,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, hlm 5.
213
Volume 4, No.1 April 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman. 199 - 220
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
33
Soekanto, Op.Cit, hlm. 14. Perubahan, Jurnal Maarif Vol.7 No.1, hlm. 111-
34
Amin Mudzakkir, (2012), Antara Masyarakat 113.
Adat dan Umat: Masyarakat Kampung Naga dalam
214
Volume 4, No.1 April 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman. 199 - 220
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
masyarakat banyak dijumpai di wilayah kesatuan hukum adat yang ditaati bersama.
Indonesia. Sehingga hal itu menjadi hukum Realitas ini menjadi bukti otentisitas
adat yang berlaku untuk mengatur hukum yang perlu di analisis dengan bijak
kehidupan masyarakat. Seperti di Jambi untuk membentuk hukum yang berkarakter
terdapat juga falsafah hidup adat basandi ke-Indonesiaan.
syarak, syarak basandi kitabullah. Dengan Sosial budaya yang menjadi otentitas
demikian, tidak mengherankan jika model hukum ke-Indonesiaan sebenarnya di
pemerintahan adat istiadat di Jambi sangat dalamnya mengandung banyak nilai dan
kental dengan nilai-nilai ajaran Islam yang prinsip dari pandangan hidup para leluhur
bercampur dengan budaya Melayu. Nilai- serta pengaruh dari agama. Realitas
nilai inilah yang menjadi karakteristik khas kehidupan masyarakat Indonesia telah
kehidupan sosial budaya masyarakat Jambi menunjukkan hal yang demikian, sehingga
sejak dahulu.35 ini menjadi bukti nyata dari otentitas
Di Riau juga terdapat falsafah hukum yang tidak dapat disangkal lagi.
kehidupan sosial budaya bernuansa Islami Nilai-nilai agama telah masuk menjadi
yang terkait dengan tugas seorang salah satu unsur yang sangat penting dalam
pemimpin. Raja Ali Haji meyebutkan membentuk sosial budaya masyarakat. Hal
bahwa penguasa dan pembesar kejaraan itu seperti dikemukakan oleh Clifford
harus menjaga tiga unsur pembentuk Geertz,37 bahwa simbol-simbol perilaku
manusia, yaitu unsur jasmani, psikis dan masyarakat dalam kehidupan sosial
rohani. Falsafah ini sebagai nilai lokal budayanya mengandung unsur agama
wisdom Riau yang syarat dengan unsur sebagai bagian penting yang tidak dapat
ajaran Islam di dalamnya.36 Pemandangan dipisahkan. Hal yang sama juga
tersebut telah menjadi hal yang umum dan dikemukakan oleh Daniel L. Pals,
lazim juga terdapat di hampir seluruh menurutnya nilai-nilai sosial budaya
wilayah Indonesia, karena nilai-nilai lokal masyarakat berhubungan erat dengan
yang menjadi adat istiadat berakulturasi agama.38 Melalui simbol yang diwujudkan
dengan ajaran Islam dan menajdi satu dalam bentuk sikap dan perilaku
35 37
Yudi Armansyah, (2017), Kontribusi Seloko Adat Clifford Geertz, (1992), Kebudayaan dan Agama,
Jambi Dalam Penguatan Demokrasi Lokal, Jurnal Yogyakarta: Kanisius, hlm. 5.
38
Sosial Budaya Vol.14 No.1, hlm. 2. Daniel L Pals, (2001), Seven Theories of
36
Alimuddin Hassan Palawa, (2017), Pemeliharaan Religion: Dari Animisme E.B. Taylor, Materialisme
Diri: Pesan-Pesan Etik Raja Ali Haji Kepada Marx, hingga Antropologi Budaya C. Geertz,
Penguasa, Jurnal Sosial Budaya Vol.14 No.1, hlm. Trans.by Ali Noer Zaman, Yogyakarta: Qalam,
100. hlm. 413.
215
Volume 4, No.1 April 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman. 199 - 220
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
39 41
Khadiq, (2005), Agama Sebagai Modal Hasbullah, (2017), Dimensi Mistik Dalam Event
Pembangunan Masyarakat, Jurnal Aplikasi llmu- Pacu Jalur, Jurnal Sosial Budaya Vol.14, No.2,
ilmu Agama Vol.VI No.2, hlm. 124-125. hlm. 190.
40
Amri Marzali, (2014), Memajukan Kebudayaan
Nasional Indonesia, Jurnal Humanioran Vol.36
No.3, hlm. 262.
216
Volume 4, No.1 April 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman. 199 - 220
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
217
Volume 4, No.1 April 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman. 199 - 220
JUSTITIA JURNAL HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
dalam Pidato Dies, 17 Maret 1947, Khadiq, (2005), Agama Sebagai Modal
Universitas Gadjah Mada, Pembangunan Masyarakat, Jurnal
Yogyakarta: Pustaka Rakyat. Aplikasi llmu-ilmu Agama Vol.VI
Soepomo, (1984), Sejarah Hukum Adat, No.2.
Dari Zaman Kompeni Hingga Tahun Mathias Reimann, (1988), The Historical
1848, Jakarta: Pradnya Paramita. School Against Codification: Savigny,
Alimuddin Hassan Palawa, (2017), Carter and the Defeat of the New York
Pemeliharaan Diri: Pesan-Pesan Etik Civil Code, American Journal of
Raja Ali Haji Kepada Penguasa, Comparative Law Vol.37.
Jurnal Sosial Budaya Vol.14 No.1. Rabiatul Syariah, (2008), Keterkaitan
Amin Mudzakkir, (2012), Antara Budaya Hukum Dengan
Masyarakat Adat dan Umat: Pembangunan Hukum Nasional,
Masyarakat Kampung Naga dalam Jurnal Equality Vol.13 No.1.
Perubahan, Jurnal Maarif Vol.7 No.1. Rian Vebrianto (ed), (2017), Education Of
Amri Marzali, (2014), Memajukan Local Wisdom To Prevent Forest Fires
Kebudayaan Nasional Indonesia, In Riau Province: Challenges,
Jurnal Humanioran Vol.36 No.3. Potentials, And Solutions, Jurnal
Arbi Yasin, (2017), Hegemoni Ekonomi Sosial Budaya Vol.14 No.1.
Etnik Tionghoa Di Pesisir Kabupaten Yudi Armansyah, (2017), Kontribusi
Bengkalis Riau, Jurnal Sosial Budaya Seloko Adat Jambi Dalam Penguatan
Vol.14 No.2. Demokrasi Lokal, Jurnal Sosial
Hasbullah, (2017), Dimensi Mistik Dalam Budaya Vol.14 No.1
Event Pacu Jalur, Jurnal Sosial
Budaya Vol.14 No.2.
Hasbullah, (2018), Kehidupan
Keberagamaan Masyarakat Suku Akit
Di Desa Sonde Kabupaten Kepulauan
Meranti, Jurnal Sosial Budaya Vol.15
No.1.
220
Volume 4, No.1 April 2020
ISSN Cetak: 2579-9983,E-ISSN: 2579-6380
Halaman. 199 - 220