Anda di halaman 1dari 149

Buku Ajar

METODOLOGI PENELITIAN
KUALITATIF
Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

ii Syarifuddin, dkk
Metodologi Penelitian Kualitatif i
Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

Buku Ajar

METODOLOGI PENELITIAN
KUALITATIF

Syarifuddin Khalifatul
Syuhada Maya Atri
Komalasari Siti
Nurjannah
Taufik Ramdani
Muhammad Arwan Rosyadi

Pustaka Bangsa
(Anggota IKAPI)
Metodologi Penelitian Kualitatif ii
Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

Judul : Metodologi Penelitian Kualitatif


Penulis : Syarifuddin Khalifatul
Syuhada Maya Atri
Komalasari Siti
Nurjannah
Taufik Ramdani
Muhammad Arwan Rosyadi
Editor :
Layout : Fatia Hijriyanti
Design Sampul : Ramdoni
Cetak : Tim CV. Pustaka Bangsa
Jumlah Halaman : 108 + xiv hlm.
Dimensi Buku : 15 cm x 23 cm

Penerbit:
Pustaka Bangsa (Anggota IKAPI)
e-mail : pustakabangsa05@gmail.com
website : https://pustakabangsa.com/
Alamat:
I. Jln. Swakarsa VII Nomor 28 Gerisak, Mataram-NTB
Telp. (0370) 629946 / Mobile Phone; +6281999271122
II. Jalan Udayana Mataram-NTB
(Jln. Gili Gde No.12, Komplek Pertokoan Nusantara)
Telp. (0370) 7508536 / Mobile Phone; +628111444499

Cetakan Pertama : Februari 2023

ISBN: 978-623-6592-44-1

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang memperbanyak,


sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk dan dengan cara
apapun,tanpa izin penulis dan penerbit.

iv Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif


iv
Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang


telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami
sehingga penyusunan buku ajar Metodologi Penelitian
Sosial Kualitatif ini dapat terselesaikan. Buku ajar ini
disusun dengan tujuan untuk menyediakan materi
pembelajaran Metodologi Penelitian Sosial Kualitatif
untuk mahasiswa Program Studi Sosiologi Universitas
Mataram.
Buku ini merupakan salah satu instrumen yang
diharapkan dapat mempermudah mahasiwa dalam
mencapai kompetensi pembelajaran Metodologi Penelitian
Sosial Kualitatif, yakni mampu memahami berbagai
metoda penelitian social dalam pemecahan permasalahan
fenomena-fenomena sosial dengan menggunakan konsep
dan teori sosiologi. Guna mencapai kompetensi akhir bagi
mahasiswa Metodologi Penelitian Sosial Kualitatif, maka
buku ajar ini disusun dengan berbagai topik pembahasan
yang meliputi Batasan Penelitian, pendekatan, strategi
penelitian, prosedur pengumpulan data, prodesur analisis
data, penulisan proposal dan pelaporan penelitian
kualitatif
Penulis selaku penyusun buku ajar ini berusaha
mengelaborasikan berbagai sumber bacaan dan
pengetahuan yang dapat mempermudah mahasiswa
dalalm memahami berbagai topik bahasan yang
merupakan jabaran dari rencana pembelajaran semester.
Penulis menyadari pula, bahwa buku ajar ini tidak luput
dari kesalahan, oleh karena itu segala bentuk masukan,
saran dan kritik yang konstruktif terhadap
penyempurnaan buku ajar ini sangat diharapkan. Semoga
buku ajar ini bermanfaat bagi mahasiswa atau bagi

v Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif


v
Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

siapapun yang ingin memahami Metodologi Penelitian


Sosial Kualitatif.
Mataram, Februari 2023

Penulis,

6 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif


6
Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................... v


DAFTAR ISI ............................................................. vii
DAFTAR GAMBAR .................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................ xiii
BAB I BATASAN PENELITIAN SOSIAL
KUALITATIF.................................................... 1
A. KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN ..........1
B. INDIKATOR ..............................................1
C. URAIAN PEMBELAJARAN ........................2
1. Pengantar ..........................................2
2. Definisi dan ruang lingkup penelitian
sosial kualitatif ..................................2
3. Prinsip dasar penelitian sosial
kualitatif ............................................6
4. Asumsi Dasar Penelitian Sosial
Kualitatif.......................................... 11
5. Kegunaan Penelitian Kualitatif ......... 12
6. Kelemahan Penelitian Kualitatif ....... 14
7. Dasar Teori Penelitian Sosial
Kualitatif ………………………………….15
8. Karateristik Penelitian Sosial
Kualitatif ………………………………… 23
D. RANGKUMAN......................................... 35
E. EVALUASI.............................................. 37
DAFTAR PUSTAKA ........................................ 37

Metodologi Penelitian Kualitatif ix


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

BAB II STRATEGI PENELITIAN SOSIAL


KUALITATIF DAN RANCANGAN
PENELITIAN KUALITATIF......................... ……41
A. KOMPETESI AKHIR YANG DIHARAPKAN 41
B. INDIKATOR ............................................ 41
C. URAIAN PEMBELAJARAN ...................... 42
1. Pengantar ........................................ 42
2. Pendekatan penelitian kualitatif....... 42
3. Tahapan Penelitian Kualitatif ........... 51
4. Fokus Penelitian dan masalah
penelitian Kualitatif ......................... 66
D. RANGKUMAN......................................... 69
E. EVALUASI.............................................. 70
DAFTAR PUSTAKA ........................................ 70
BAB III PENGUMPULAN DAN KEABSAHAN DATA
PENELITIAN SOSIAL KUALITATIF…………….. 71
A. KOMPETESI AKHIR YANG DIHARAPKAN71
B. INDIKATOR ............................................ 71
C. URAIAN PEMBELAJARAN ...................... 72
1. Pengantar ........................................ 72
2. Karakteristik Data Kualitatif ............ 73
3. Teknik Pengumpulan Data Penelitian
Kualitatif.......................................... 76
4. Keabsahan Data Penelitian Kualitatif
........................................................ 83
5. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
........................................................ 85
6. Catatan Lapangan Penelitian
Kualitatif.......................................... 91
D. RANGKUMAN....................................... 102
E. EVALUASI.............................................104
DAFTAR PUSTAKA ....................................... 104

Metodologi Penelitian Kualitatif x


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

BAB IV PROSEDUR ANALISIS DAN INTERPRETASI


DATA KUALITATIF ...................................... 107
A. KOMPETESI AKHIR YANG DIHARAPKAN107
B. INDIKATOR ............................................ 107
C. URAIAN PEMBELAJARAN ...................... 108
1. Prinsip-Prinsip Dalam Analisis Dan
Interpretasi Data Kualitatif .............. 108
2. Proses Induktif Pada Analisis
Penelitian Kualitatif ......................... 111
3. Proses Analisis Dan Interpretasi
Penelitian Kualitatif (Model Analisis,
Reduksi Data, Penyajian Data, Dan
Penarikan Kesimpulan) ...................... 113
D. RANGKUMAN....................................... 131
E. EVALUASI............................................ 132
DAFTAR PUSTAKA ...................................... 132

Metodologi Penelitian Kualitatif xi


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

x Syarifuddin, dkk
Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1: Analisis Model Miles dan Huberman ...... 120


Gambar 5.2: Analisis Model Spradley ......................... 123
Gambar 5.3: Analisis Model Philipp Mayring .............. 128
Gambar 5.4: Langkah pengembangan model
induktif................................................. 129

XI Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif


XI
Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

xii Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif


xii
Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Quantitative and Qualitative Research:


Alternative Labels........................................7

Tabel 1.2 Ciri-ciri Pokok penelitian Kualitatif .………23

Tabel. 4.1 Kriteria Dan Teknik Pemeriksaan Data ..... 59

Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif xiii


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

DAFTAR TABEL

Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif xiii


BAB I
BATASAN PENELITIAN SOSIAL
KUALITATIF

A. KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN

Setelah mengikuti kuliah ini diharapkan mahasiswa


mampu menjelaskan definisi ruang lingkup penelitian
sosial kualitatif, prinsip dasar penelitian sosial kualitatif,
karakteristik penelitian kualitatif; penerapan metode
penelitian kualitati

B. INDIKATOR

Adapun indikator target kompetensi berupa


kemampuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi dan ruang
lingkup penelitian sosial kualitatif
2. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip dasar
penelitian sosial kualitatif
3. Mahasiswa mampu menjelaskan karakteristik
penelitian kualitatif
4. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar
penelitian kualitatif
5. Mahasiswa mampu menjelaskan penerapan metode
penelitian kualitatif
Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

C. URAIAN PEMBELAJARAN

1. Pengantar
Pembahasan dimulai dengan Batasan penelitian
kualitatif yang memuat definisi dan ruang lingkup
penelitian kualitatif, prinsip dasar penelitian kualitatif,
kegunaan penelitian kualitatif, dasar teori penelitian
kualitatif, dan karateristik penelitian kualitatif. Konsep
dasar penelitian kualitatif dan penerapan metode
penelitian kualitatif

2. Definisi dan ruang lingkup penelitian sosial


kualitatif
a. Definisi Penelitian Sosial Kualitatif
Metode penelitian kualitatif secara umum dapat
diartikan bebeda-beda untuk masing-masing momen.
Meskipun berbeda pendapat, secara garis besar
memiliki kesamaan, sehingga tetap dapat
didefinisikan. Definisi metode penelitian kualitatif
adalah penelitian untuk menjabarkan serta
menganalisa baik fenomena, peristiwa, kegiatan sosial,
pandangan, kepercayaan, maupun pemikiran dengan
kata-kata maupun bahasa. Berikut definisi penelitian
kualitatif menurut ahli.
1. Bogdan dan Taylor (1975), dimana mereka
mengartikan bahwasanya penelitian kualitatif juga
termasuk metodologi yang dimanfaatkan untuk
prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif. Data deskriptif adalah data yang ditulis
menggunakan kata-kata secara mendetail.
2. Moleong (2017) yang memaknai penelitian kualitatif
sebagai penelitian yang bertujuan untuk
memahami fenomena yang dialami oleh subjek
penelitian. Lebih pas dan cocok digunakan untuk
meneliti hal-hal yang berkaitan dengan penelitian
perilaku, sikap, motivasi, persepsi dan tindakan

2 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 2


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

subjek. Dengan kata lain, jenis penelitian tersebut,


tidak bisa menggunakan metode kuantitatif.
3. Koentjaraningrat (1993) mengartikan bahwa
penelitian kualitatif adalah desain penelitian yang
memiliki tiga format. Ketiga format tersebut
meliputi penelitian deskriptif, verifikasi dan format
Grounded research. Penelitian kualitatif salah satu
penelitian yang lebih cocok digunakan untuk
penelitian yang tidak berpola. Karena berpola,
kamu bisa menggunakan desain ini untuk
membantu dalam penelitian.
4. Creswell, J. W (2015) mengartikan penelitian
kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk
meneliti masalah manusia dan sosial. Dimana
peneliti akan melaporkan dari hasil penelitian
berdasarkan laporan pandangan data dan analisa
data yang didapatkan di lapangan, kemudian di
deskripsikan dalam laporan penelitian secara rinci.
5. Bogdan & Biklen, S (1992) mengemukakan
pendapat bahwa penelitian kualitatif adalah
langkah penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa tulisan atau ucapan, serta
perilaku orang yang diamati. Penelitian ini
bertujuan mendapatkan pemahaman yang bersifat
umum terhadap kenyataan sosial dari sudut
pandang partisipan.
6. Nasution (2003) menjelaskan penelitian kualitatif
yakni mengamati orang dalam lingkungan,
melakukan interaksi dengan mereka, serta
menafsirkan pendapat mereka mengenai dunia
disekelilingnya.
7. Strauss dan Corbin (Cresswell 2017) menjelaskan
penelitian kualitatif adalah jenis penelitian
menghasilkan penemuan, dimana penemuan
tersebut tidak dapat dicapai dengan langkah-
langkah statistik atau cara lain dari kuantifikasi
atau pengukuran. Jenis penelitian ini bisa dipakai
untuk meneliti tentang kehidupan sosial, sejarah,
perilaku, dan lain-lain.

3 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 3


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

b. Ruang Lingkup Penelitian Kualitatif


Ruang lingkup merupakan penjelasan mengenai
batasan sebuah subjek yang ada di dalam sebuah
masalah. Jika diartikan secara luas, ruang lingkup
merupakan sebuah batasan. Batasan yang dimaksud
berupa faktor yang diteliti seperti halnya materi,
waktu, tempat, dan lain sebagainya. Pada saat
penelitian berlangsung, ruang lingkup dapat diartikan
sebagai batasan masalah yang digunakan, jumlah
subjek yang diteliti, materi yang dibahas, luas tempat
penelitian, dan lain sebagainya. Ruang lingkup
penelitian ini sangat penting karena bisa berpengaruh
pada keabsahan dari sebuah penelitian. Sementara di
dalam arti khusus, ruang lingkup adalah sebuah
metode yang digunakan untuk pembatasan ilmu yang
akan dikaji, sehingga, hal itu dapat menciptakan
batasan materi yang dapat membuat masalah ataupun
subjek yang diteliti dapat lebih tepat guna, fokus,
terarah, dan mempunyai sisi keaslian. Ruang lingkup
tak hanya mengkaji tentang ilmiah saja, namun juga
dimanfaatkan untuk pembahasan yang tergolong
simpel.
Ruang Lingkup Penelitian Kualitaitif Menurut Para
Ahli
Pada dasarnya, ruang lingkup tak hanya mengkaji
mengenai ilmu ilmiah saja, namun juga bisa dipakai
untuk membahas hal-hal yang sederhana. Di bawah ini
adalah beberapa pengertian ruang lingkup menurut
para ahli:
1. Emil Salim; Ruang lingkup didefinisikan dalam
bentuk benda, pengaruh, dan suasana yang
dirasakan di sekitar kita. Ruang lingkup sebagai
urusan yang ingin berhubungan dengan kehidupan
manusia. Mulai dari masalah politik ekonomi,
benda, alam semesta, sosial, dan lain sebagainya
yang bisa diangkat.

4 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 4


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

2. Otto Soemarwoto; ruang lingkup merupakan segala


hal yang terjadi sesuatu disekitar yang bersifat
provokasi pada kelangsungan hidup. Selain itu, Ia
juga menyebutkan bila ruang lingkup tidak terbatas
jumlahnya.
Cara Menentukan Ruang Lingkup Penelitian
Beberapa cara menentukan ruang lingkup, antara
lain:
1. Batasan masalah
Pembatasan masalah dibuat dengan tujuan supaya
pembahasan lebih fokus dan spesifik. Selain itu,
juga bertujuan agar pembahasan menjadi semakin
terarah di satu perspektif yang lebih mendalam.
Apabila tidak dilakukan pembatasan, maka akan
terjadi distraksi. Oleh sebab itu, tulisan yang kita
ulas menjadi tidak terarah dan tidak dapat
komprehensif. Hal itu berdampak pada penelitian
yang kita teliti menjadi sia-sia dan hanya
membuang-buang waktu saja.
2. Sesuaikan dengan keberadaan data penelitian
Menentukan ruang lingkup dilakukan dengan cara
menyesuaikan keberadaan data penelitian.
Memulainya dengan cara membuat hipotesis atau
membuat kerangka penelitian. Adapun tujuan dari
cara ini yaitu sebagai langkah awal yang harus
dilakukan agar tidak membuang-buang waktu dan
mencari kerangka teorinya semakin jelas.
3. Memahami penelitian
Tanpa adanya pemahaman, akan sangat sulit
rasanya untuk menyelesaikan tulisan. Penelitian
yang tidak dipahami dengan baik bisa
menimbulkan distraksi dan kegagalan dalam
memahami desain penelitian.
4. Masalah yang diambil mempunyai urgensi dan
daya tarik

5 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 5


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

Alasan mengapa dilakukan penelitian terhadap


tema yakni tema itu menarik dan mempunyai
urgensi yang banyak untuk masyarakat umum

Manfaat Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup seringkali dimanfaatkan untuk
mengkaji beberapa hal. Beberapa manfaat menentukan
ruang lingkup penelitian yaitu:
1. Pembahasan akan lebih terfokus, dimana hal ini
dapat bermanfaat supaya pembahasan tidak
terpecah pada hal yang tidak berkaitan dengan
subjek yang dibahas.
2. Peneliti dapat membuat rencana yang tepat, sebab
cakupannya cukup jelas, maka waktu dan juga
biaya dapat diukur dengan lebih baik.
3. Meringankan pembahas, dimana hal ini akan lebih
efisien dan efektif. sehingga definisi dan juga
pengertian dari suatu pembahasan dapat lebih
tepat.
4. Masalah akan lebih cepat terselesaikan, hal ini
karena ruang lingkup setiap permasalahan yang
ada di dalam pembahasan dapat cepat ditemukan
solusinya.

3. Prinsip dasar penelitian sosial kualitatif


Metodologi penelitian kualitatif merupakan salah
satu metode Ilmiah yang digunakan untuk memahami
kondisi alamiah atau menekankan pada kealamiahan
sumber data. Penelitian kualitatif seringkali
dipertentangkan dengan metode penelitian kuantitatif
yang didasarkan pada perhitungan persentase, rata-rata
dan perhitungan statistik. Kedua metodologi penelitian ini
berbeda satu dan lainnya, dimana metoda kualitatif lebih
dititiberatkan pada kondisi naturalistik. Dari segi
peristilahan para ahli kedua pendekatan seperti terlihat
dalam tabel 1 berikut:

6 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 6


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

Tabel 1.1. Quantitative and Qualitative Research:


Alternative Labels
Quantitative Qualitative Authors

Rasionallistic Naturalistic Guba &Lincoln (1982)


Inquiry from the Inquiry from the Evered & Louis (1981)
outside inside
Functionalist Interpretative Burrel & Morgan
(1979)
Positivist Constructivist Guba (1990)
Positivist Naturalistic-
Hoshmand (1989)
ethnographic
Sumber: Julia Brannen (Ed): 1992)

Apakah Metode Penelitian Kualitatif Ilmiah


Kendati argumen tentang nalar dasar metode
penelitian kualitatif di bawah payung paradigma
interpretif bukan interpretatif. Interpretif merupakan
istilah dalam filsafat ilmu untuk menggambarkan cara
pandang yang kontras dengan positivistik, sedangkan
interpretatif, menurut Given (2008), merupakan proses
memberi makna temuan penelitian menjadi bahasa yang
mudah dipahami masyarakat umum. Berpedoman pada
nalar dasar penelitian kualitatif, bahwa peneliti sebagai
instrumen utama penelitian. Dengan kegiatan mencari
tema, menyusun desain, membaca teori yang relevan,
merumuskan fokus dan tujuan, mengumpulkan data,
menganalisis data dan membuat kesimpulan. Bahkan
peneliti yang menentukan bahwa datanya sudah cukup
dan penelitiannya sudah selesai atau belum. Tetapi perlu
disadari bahwa melakukan semua tahapan dan proses
penelitian secara sendiri dan dengan rujukan pada rambu-
rambu dan pedoman sebagaimana kegiatan ilmiah.
Rambu dan pedoman itu sudah dikembangkan oleh
para penggagas metode penelitian kualitatif sejak awal
metode tersebut dipakai oleh para pakar di lingkungan
aliran Chicago (school of Chicago). Semula metode ini
hanya dipakai dalam bidang antropologi dan sosiologi.
Rambu-rambu yang dimaksud meliputi cara pandang

7 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 7


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

(paradigm), hakikat, tujuan dan proses serta prosedur


yang dilalui. Kesemuanya memang berbeda sangat tajam
dengan metode penelitian kuantitatif yang sudah ada jauh
sebelumnya yaitu:
1. Metode penelitian kualitatif dimaksudkan untuk
menangkap arti secara mendalam dari suatu peristiwa,
gejala, fakta, realitas dan masalah tertentu. Untuk
memperoleh arti yang mendalam tidak hanya dengan
melihat yang tampak (empirik) lewat kuesioner dan uji
laboratorium serta analisis statistik. Kedalaman
makna hanya bisa dilalui dengan wawancara
mendalam dan obervasi menyeluruh pada peristiwa
yang diteliti.
2. Tujuan penelitian kualitatif memang tidak untuk
membuat generalisasi dari temuan yang diperoleh.
Istilah generalisasi (generalization) tidak dikenal dalam
penelitian kualitatif. Sebagai padanannya dikenal
istilah transferabilitas (transferability) dalam penelitian
kualitatif. Tetapi maknanya sangat berbeda. Jika
generalisasi merupakan rumusan atau temuan
penelitian yang dapat berlaku dan diperlakukan secara
umum bagi semua populasi yang diteliti, maka
transferabilitas artinya adalah hasil penelitian
kualitatif bisa berlaku dan diberlakukan di tempat lain
manakala tempat lain itu memiliki ciri-ciri yang mirip
atau kurang lebih sama dengan tempat atau subjek
penelitian diteliti. Selain itu, menurut Jensen (dalam
Given, 2008), transferabilitas juga diartikan sebagai
proses menghubungkan temuan yang ada dengan
praktik kehidupan dan perilaku nyata dalam konteks
yang lebih luas.
3. Transferabilitas dapat diperoleh jika peneliti bisa
menggali kedalaman informasi dan mampu
mengabstraksikan temuan substantif menjadi temuan
formal berupa thesis statement. Temuan substantif
adalah rumusan yang diperoleh peneliti sebagai
jawaban atas fokus penelitian yang diajukan di awal.
Dengan demikian, ketika peneliti kualitatif sudah
berhasil merumuskan temuan sebenarnya penelitian

8 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 8


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

belum bisa dikatakan selesai. Sebab, ia masih harus


menyelesaikan satu tahapan sangat penting, yakni
merumuskan temuan substantif menjadi temuan
formal. Ada dua hal yang mesti diperhatikan oleh
peneliti kualitatif untuk meningkatkan
transferabilitas, yaitu: (1) seberapa dekat subjek yang
diteliti atau informan yang diwawancarai dengan
konteks atau tema yang diteliti, dan (2) Batasan
kontekstual (contextual boundaries) dari temuan.
4. Metode kualitatif tidak dimaksudkan untuk
membuktikan dan menguji teori, melainkan
mengembangkan teori. Mengembangkan tidak berarti
membuat teori yang baru sama sekali. Menghaluskan
teori atau konsep yang sudah ada sebelumnya oleh
peneliti terdahulu bisa disebut sebagai pengembangan
teori.
5. Metode penelitian kualitatif sebagaimana dinyatakan
Devis (dalam Given, 2008) tidak memerlukan
hipotesis. Kalaupun ada, hipotesis itu bukan untuk
dibuktikan, melainkan sebagai panduan agar
penelitian bisa fokus ke tema atau isu tertentu.
Semakin peneliti bisa terfokus pada isu tertentu,
semakin dia memperoleh pemahaman yang mendalam.
6. Istilah ‘variabel’ pun sebenarnya tidak begitu relevan
dipakai dalam metodologi penelitian kualitatif karena
topik atau masalah yang diangkat di dalam penelitian
kualitatif tidak bisa dipisah-pisah menjadi bagian-
bagian yang lazimnya disebut ‘variabel’ dalam tradisi
positivistik.
7. Proses penelitian kualitatif tidak berlangsung secara
linier, melainkan siklus. Siklus artinya tahapan-
tahapan penelitian mulai identifikasi masalah,
pengumpulan data, hingga analisis dan penyimpulan
data bisa berlangsung tidak berurutan. Misalnya,
ketika peneliti sampai pada tahap analisis data dan
ternyata informasi terkait data tersebut tidak lengkap,
atau lengkap tetapi tidak jelas, maka peneliti bisa
melakukan pengumpulan data kembali. Fokus

9 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 9


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

penelitian pun bisa diubah ketika di lapangan peneliti


menemukan isu yang lebih penting dan menarik untuk
diangkat. Bahkan judul penelitian disempurnakan
setelah semua selesai untuk disesuaikan dengan hasil
akhir penelitian dan untuk kepentingan publikasi yang
lebih luas.
Prinsip-Prinsip Utama Penelitian Sosial Kualitatif
menurut Burhanuddin, Afid yaitu:
1. Naturalistic inquiry, Mempelajari situasi dunia nyata
secara alamiah. Tidak manipulatif. Terbuka pada
setiap apapun yang muncul.
2. Inductive analysis. Mendalami sebuah rincian dan
kekhasan data. Tujuannya menemukan kategori,
dimensi, dan kesaling hubungan. Holistic perspective.
Fenomena dipelajari dan dipahami sebagai sistem yang
kompleks.
3. Qualitative data. Pendeskripsian secara terinci. Kajian
dilakukan secara mendalam.
4. Personal contact and insight. Peneliti mempunyai
hubungan langsung dengan subjek penelitian, situasi,
dan fenomena yang sedang dipelajari.
5. Dynamic systems. Mempertimbangkan proses.
Perubahan dianggap sebagai hal yang bersifat konstan
dan terus berlangsung baik secara individu maupun
budaya secara keseluruhan.
6. Unique case orientation. Setiap persoalan yang
dijadikan objek penelitian memiliki sifat khusus dan
khas.
7. Context Sensitivity. Menempatkan temuan-temuan
penelitian dalam konteks sosial, historis, dan waktu.
8. Emphatic Netrality. Penelitian dilakukan secara netral
agar obyektif tapi juga bersifat empati
9. Design flexibility. Desain penelitiannya bersifat
fleksibel, terbuka beradaptasi sesuai perubahan yang
terjadi (tidak bersifat kaku)

10 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 10


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

4. Asumsi Dasar Penelitian Sosial Kualitatif


Asumsi diartikan di sini sebagai kondisi yang
ditetapkan sebagai suatu kebenaran, yang berfungsi
sebagai konteks sekaligus pembatasan bagi suatu
penelitian. Dalam pendekatan penelitian, asumsi-asumsi
dasarnya merupakan jabaran dari paradigma, sehingga
disebut juga sebagai asumsi-asumsi paradigmatik.
Paradigma sendiri adalah keyakinan dasar yang
mencerminkan suatu pandangan duniawi (worldview)
peneliti tentang sifat-dasar “dunia nyata”, tempat individu
di dalamnya, dan rentang pertalian yang dimungkinkan
dengan dunia tersebut ataupun bagian-bagiannya.
Lincoln dan Guba (1985) merinci lima asumsi
paradigmatik atau asumsi dasar penelitian kualitatif.
Berturut-turut adalah asumsi tentang realitas sosial
(ontologi), hubungan peneliti dan tineliti (epistemologi),
peran nilai (aksiologi), bahasa penelitian (retorika), dan
proses penelitian (metodologi).
1. Asumsi realitas social (Ontologi) Bagi peneliti
kualitatif realitas sosial adalah wujud bentukan
(konstruksi) para subyek yang terlibat dalam penelitian
yaitu tineliti dan peneliti. Pendeknya, buah
intersubyektivitas tineliti-peneliti. Karena itu, ia
senantiasa bersifat subyektif dan majemuk, sesuai
subyektivitas dan kemajemukan partisipan penelitian.
2. Asumsi hubungan peneliti dan tineliti
(Epistemologi) Dalam penelitian kualitatif hubungan
antara peneliti dan tineliti menunjuk pada proses
interaksi sosial. Di situ jarak antara peneliti dan tineliti
diupayakan sedekat mungkin. Sehingga antara
keduanya terjalin suatu hubungan sosial yang bersifat
simetris, informal, dan akrab.
3. Asumsi peran nilai (Aksiologi) Hubungan interaktif atau
intersubyektif antara tineliti dan peneliti membawa
implikasi sarat-nilai (value-laden) dan bias pada
penelitian kualitatif. Dengan bahasa yang
bersifat personal, di dalam laporannya peneliti
kualitatif mengungkapkan nilai-nilai dan bias-biasnya

11 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 11


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

sendiri serta nilai-nilai yang terkandung dalam


informasi yang dikumpulkannya dari lapangan.
4. Asumsi bahasa penelitian (Retorika) Ciri sarat-nilai dan
bias pada penelitian kualitatif membawa implikasi
informalitas, kelenturan, dan personal dalam bahasa
penelitian. Menegaskan perbedaan dengan penelitian
kuantitatif, penelitian kualitatif mempunyai dan
menggunakan kosa kata tersendiri, misalnya “makna”
(meaning), dan “pemahaman” (understanding).
5. Asumsi proses penelitian (Metodologi) Sebagai
implikasi dari asumsi-asumsi di atas, maka proses
penelitian kualitatif menjadi bersifat induktif dan
terbuka. Proses tersebut terpumpun pada
pengungkapan keterkaitan simultan-mutual antara
beragam faktor dalam masyarakat. Orientasinya
adalah pengembangan pola dan teori untuk
mendapatkan pemahaman yang bersifat kontekstual
atas suatu kejadian ataupun gejala sosial.

5. Kegunaan Penelitian Kualitatif


Secara spesifik terdapat kegunaan penelitian
kualitatif yaitu:
1. Digunakan Untuk Pengembangan Teori; Ada banyak
sekali teori-teori yang belum terpecahkan sepenuhnya.
Penggunaan metode kualitatif dapat menjadi
pengembangan baru terhadap teori-teori tersebut.
Hasilnya bisa saja berupa pengungkapan atau bahkan
temuan baru.
2. Penelitian Kualitatif Menghasilkan Hipotesa yang lebih
rinci; Salah satu fokus penelitian kualitatif adalah
pada prosesnya dimana penelitian ini akan
menghasilkan hasil penelitian berbentuk deskripsi dan
analisa setiap kegiatan atau prosesnya secara rinci
sehingga memang lebih mudah dipahami.
3. Berguna Bagi Perumusan Kebijakan; Digunakan untuk
membantu perumusan kebijakan. Seperti mempelajari
budaya, politik dan ekonomi, Penelitian

12 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 12


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

kualitatif bisa menunjukkan adanya urgency terhadap


isu-isu politik dan ekonomi yang sedang beredar
sehingga berpengaruh terhadap kebijakan yang harus
dibuat.
4. Pemberian Solusi atau Kritik; Seperti yang telah
disebutkan pada poin sebelumnya penelitian kualitatif
sangat dekat dengan pemecahan masalah dari isu-isu
yang sedang hangat jadi bisa digunakan untuk
pemberi solusi dan kritik yang valid.
5. Memiliki Cakupan Penelitian yang Sangat Luas;
Cakupan penelitian kualitatif sangat luas karena tak
terbatas pada hitungan tapi kebanyakan membahas
isu sosial yang bersifat fenomonologi, etnografi yang
berhubungan dengan budaya, Studi kasus untuk
masalah-masalah yang lebih terperinci,
pengembangan teori dasar serta penggalian sejarah.
6. Bisa Menjadi Sumber Beberapa Studi Kasus;
Disebutkan pada poin lima dimana penelitian
kualitatif bisa digunakan untuk memperdalam suatu
studi kasus. Pada prosesnya, metode penelitian
kualitatif akan banyak sekali menemukan kasus-
kasus yang terkait dengan objek penelitian. Kasus-
kasus tersebut bisa dijadikan studi lanjutan untuk
mengembangkan penelitian sebelumnya ataupun
berdiri sendiri.
7. Menghasilkan Penelitian yang Lebih Mendalam;
Penelitian kualitatif akan menghasilkan penelitian
yang lebih mendalam karena disajikan dalam bentuk
hipotesa dan deskripsi yang rinci.
8. Bersifat Deskriptif Analitik; Proses penelitian
kualitatif mulai dari wawancara, pengamatan, analisis,
dokumentasi semuanya erat kaitannya dengan
observasi yang hasil obervasinya lebih banyak berupa
catatan atau pemaparan sehingga tak hanya terpaku
pada angka-angka.
9. Penelitian Kualitatif Memiliki Sifat yang Fleksibel;
Penelitian kualitatif bersifat fleksibel dimana peneliti
bisa dengan bebas membawa penelitiannya ke tujuan

13 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 13


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

yang ingin dicapai tentunya sesuai dengan data yang


didapat dari proses penelitian.
10.Hasilnya Bisa Disajikan dengan Sistematis, Jelas dan
Terperinci; Penelitian kualitatif hasil penelitian akan
disajikan dalam bentuk yang sistematis, jelas dan
terperinci karena berbentuk deskripsi dan uraian.

6. Kelemahan Penelitian Kualitatif


Penelitian kualitatif disamping mempunyai
keguanaan, tetapi juga memiliki kelemahan yaitu:
1. Sejauh ini penelitian kualitatif sangatlah bergantung
dengan kemampuan si peneliti. Semakin baik
kemampuan si peneliti dalam mengamati, mengambil
data, membuat hipotesa dan menulis penelitian maka
semakin baik pula hasil penelitiannya. Namun
sebaliknya jika peneliti tidak memiliki kemampuan
yang baik maka hasil penelitiannya juga akan
mengikuti.
2. Belum ada standar khusus apakah suatu penelitian
kualitatif dianggap valid atau tidak, karena hasil
penelitian yang memberikan kegunaan hipoteis atau
penjelasan terpirinci. Satu-satunya jalan untuk
menentukan hasil penelitian tersebut valid atau
tidaknya adalah dengan melakukan pengujian lanjutan
terhadap hasil penelitian.
3. Penelitian kualitatif juga sangat bergantung dengan
objek penelitiannya dan narasumber. Dengan kata lain
jika terjadi perubahan perilaku atau narasumber yang
tidak jujur maka dapat berpengaruh juga terhadap
kevalidan hasil penelitian.
Terlepas dari itu semua kelemahan yang disebutkan di
atas, kegunaan penelitian kualitatif dalam bidang
akademis sangatlah penting karena penelitian kualitatif
menghasilkan banyak sekali objek atau kasus penelitian
baru yang bisa dikembangkan menjadi suatu penelitian
baru.

14 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 14


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

7. Dasar Teori Penelitian Sosial Kualitatif

Seorang peneliti yang mengadakan penelitian


kualitatif biasanya berorientasi pada orientasi teoritis. Pada
penelitian kualitatif, teori dibatasi pada pengertian; suatu
peryataan sistimatis yang berkaitan dengan seperangkat
proposisi yang berasal dari data yang diuji kembali secara
impirus. Dalam uraian tentang dasar teori tersebut,
Bogdan dan Biklen (1982) menggunakan istilah paradigma.
Paradigma dalam hal ini berguna untuk mengarahkan cara
berfikir dan cara penelitian. Penelitian yang baik adalah
menyadari dasar orientasinya memanfaatkanya dalam
pengumpulan dan analisis data.
1. Paradigma Ilmu Sosial
1.1. Pendahuluan
Diskursus terpenting yang dibicarakan dalam penelitian
sosial yaitu apakah penelitian sosial itu bebas nilai atau
selalu terikat dengan nilai tertentu. Paradigma
pengetahuan atau epistemologi menjadi persoalan
mendasar dalam sosiologi sebelum seorang sosiolog
melakukan penelitian sosial. Pendekatan positivistis,
yang sudah menjadi tradisi metodologi ilmu-ilmu alam,
merupakan faktor dominan berkembangnya teori-teori
sosiologi. Perkembangan ilmu-ilmu sosial terpengaruh
oleh pemikiran model rasionalitas teknokratis, yang
dianut oleh para teknokrat, politisi, birokrat, kelompok
profesional lainnya serta ilmuwan dari berbagai disiplin
ilmu yang beragam. Ilmu-ilmu sosial dikembangkan
sejauh menjadi sarana teoritis untuk mencapai tujuan-
tujuan praktis. Dalam disiplin ilmu sosial terutama
sosiologi menjadi tiga hal, yaitu paradigma fakta sosial,
definisi sosial, dan perilaku sosial.

1.2. Paradigma Ilmu Sosial


a. Diskursus Seputar Paradigma
Pembahasan tentang paradigma pengetahuan atau
epistemologi dan aliran-aliran dalam ilmu sosial juga
telah dilakukan oleh beberapa ilmuwan sosial
kontemporer. Carty (1996) dalam bukunya Sociology

15 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 15


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

as Culture: The New Sociology of Knowledge,


menjelaskan bahwa pemikiran Berger yang biasanya
dalam sosiologi disebut sosiologi pengetahuan
membawa kajian tentang determinasi sosial terhadap
gagasan-gagasan (ideas) menuju pengetahuan-
pengetahuan (knowledges), terutama pengetahuan
yang mengarahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Berger memahami bahwa pengetahuan dan realitas
social ada dalam sebuah proses relasi timbal balik
atau dialektika dari konstitusi yang saling
membentuk. Realitas dan pengetahuan berelasi
timbal balik dan dihasilkan secara sosial (reality and
knowledges are reciprocally related and socially
generated). Diskursus paradigma pengetahuan atau
epistemologi dalam sosiologi menyajikan dua
gagasan berbeda tentang posisi pengetahuan dan
keteraturan sosial. Pertama, pengetahuan
dideterminasi secara sosial. Posisi ini mendominasi
sejak awal dalam perbincangan mengenai sosiologi
dan pengetahuan. Diterminasi sosial sebagai dasar
dari sosiologi pengetahuan. Pikiran ini bersumber
dari Marx dan Engels bahwa pikiran dan kesadaran
adalah sebuah produk sosial (all human knowledges
is determined by the productive activities of society).
Kedua, pengetahuan membentuk keteraturas sosial.
Aliran ini menjelaskan bahwa pengetahuan bukan
sekedar hasil akhir dari keteraturan sosial namun
merupakan kunci dalam mencipta dan
berkomunikasi dalam keteraturan sosial (Carty,
1996). Teori konstruksi sosial atas kenyatan (The
Social Construction of Reality) Berger merupakan
perbincangan mengenai bagaimana masyarakat
membangun pengetahuan dan bagaimana
mengkomunikasikan dengan sesama sehinga terjadi
keteratutan sosial. Poloma (1994) dalam bukunya
Contemporary Sociology Theory menjelaskan bahwa
sosiologi Berger sangat menekankan pada kebebasan
dan kreativitas individu dalam memaknai kehidupan
di dunia ini. Sehingga Poloma memasukkan Berger

16 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 16


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

dalam aliran sosiologi humanistis dan interpretatif


yang bertolak dari tiga isu penting.
1. Sosiologi humanistis menerima pandangan
commonsense tentang hakikat sifat manusia dan
berusaha menyesuaikan dan membangun dirinya
di atas pandangan itu.
2. Sosiologi humanis yakin bahwa pandangan
commonsense tersebut dapat dan harus
diperlakukan sebagai premis yang mana
penyempurnaan perumusan sosiologis berasal.
Dengan demikian pembangunan teori dalam
sosiologi bermula dari hal-hal yang kelihatannya
jelas dan ada dalam kehidupan sehari-hari.
3. Sosiologi humanis berusaha menekankan lebih
banyak masalah kemanusiaan daripada usaha
untuk menggunakan preskripsi metodologis yang
bersumber pada ilmu-ilmu alam untuk
mempelajari masalah-masalah manusia.
Ritzer (2009) dalam Sosiologi Ilmu Pengetahuan
Berparadigma Ganda (Sociology: A Multiple Paradigm
Science) menjelaskan bahwa sosiologi mempunyai
berbagai paradigma yang memiliki dasar masing-
masing. Sebagaimana yang di jelaskan Berger (1976)
bahwa dalam ilmu sosial terutama sosiologi
merupakan usaha sistematis untuk sejelas mungkin
memahami dunia sosial, memahami tanpa orang
harus dipengaruhi oleh berbagai harapan dan
kecemasan. Konsep inilah yang dimaksud oleh Weber
dengan value freeness dalam ilmu-ilmu sosial. Meski
Berger sadar bahwa persoalan nilai ini adalah
persoalan yang rumit karena untuk menjadi sosiolog
tidak harus menjadi propagandis atau pengamat
yang mati rasa. Nilai-nilai subjektif akan mengalami
ketegangan dialektis dengan kegiatan ilmiah yang
obyektif. Persoalan ilmu sosial atau sosiologi yang
bebas nilai, secara historis dipelopori oleh Comte
(1798-1857) melalui positivisme yang mencoba
menerapkan metode sains alam ke dalam ilmu sosial.
Positivisme ilmu sosial mengandaikan suatu ilmu
yang bebas nilai, objektif, terlepas dari praktik sosial

17 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 17


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

dan moralitas. Semangat ini ingin menyajikan


pengetahuan yang universal, terlepas dari soal ruang
dan waktu. Positivisme berusaha membersihkan
pengetahuan dari kepentingan dan awal dari usaha
pencapaian cita-cita memperoleh pengetahuan
untuk pengetahuan, yaitu terpisahnya teori dari
praksis. Dengan terpisahnya teori dari praksis, ilmu
pengetahuan menjadi objektif dan universal.
Sosiologi Comte menandai postivisme awal dalam
ilmu sosial, mengadopsi saintisme ilmu alam yang
menggunakan prosedur-prosedur metodologis ilmu
alam dengan mengabaikan unsur-unsur
subjekitifitas. Hasil penelitian sosial dapat
dirumuskan ke dalam formulasi-formulasi atau
postulat ilmu alam. Ilmu sosial berubah menjadi ilmu
alam yang bersifat teknis, yaitu menjadikan ilmu-
ilmu sosial bersifat instrumental murni dan bebas
nilai. Usaha Comte dilanjutkan oleh Durkheim
(1858-1917), yang mencoba mencari dasar-dasar
positivistik dalam menjelaskan masyarakat.
Durkheim sangat memperhatikan persoalan
moralitas dan solidaritas sosial yang positivistik yaitu
dari mana sumbernya moralitas dan bagaimana
moralitas itu dibangun. Menurutnya adalah
kewajiban dalam suatu percobaan untuk
memperlakukan fakta dari kehidupan normal
menurut metode ilmiah yang positivistis. Moralitas
harus mempunyai dasar acuan yang jelas secara
positivistis. Dalam bukunya The Division of Labor
Society (1964) Durkheim menjelaskan bahwa
moralitas atau etika tidak bisa dianggap hanya
menyangkut ajaran yang bersifat normatif tentang
baik dan buruk, melainkan suatu sistem fakta yang
diwujudkan yang terkait dalam keseluruhan sistem
dunia. Moralitas bukan saja terkait dengan sistem
prilaku yang “sewajarnya” melainkan juga sistem
yang didasarkan pada ketentuan-ketentuan tertentu.
Ketentuan itu adalah sesuatu yang berada di luar diri
si pelaku. Jika dikatakan moralitas sebagai fakta
sosial maka haruslah dicari diantara fakta-fakta

18 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 18


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

sosial yang mendahuluinya dan bukan dalam


suasana kesadaran pribadi. Dengan kata lain suatu
fakta haruslah dipisahkan dari psikologi, sebab
kontinuitas antara sosiologi dan psikologi terputus
seperti halnya antara biologi dan ilmu-ilmu
fisiokimia.

b. Definisi Paradigma
Perbincangan tentang paradigma selalu
memunculkan definisi yang beragam. Namun istilah
ini sebelum menjadi konsep yang populer, menurut
Ahimsa (2009) para ilmuan sosial budaya telah
menggunakan beberapa konsep yang maknanya
kurang lebih sama, yakni: kerangka teoritis
(theoretical framework), kerangka konseptual
(conceptual framework), kerangka pemikiran (frame of
thinking), orientasi teoritis (theoretical orientation),
dan sudut pandang (perspective), atau pendekatan
(approach).
Selanjutnya Ahimsa menyebutkan bahwa paradigma
mempunyai beberapa unsur pokok yakni: (1) asumsi-
asumsi dasar; (2) nilai-nilai; (3) masalah-masalah
yang diteliti (4) model; (5) konsep-konsep; (6) metode
penelitian; (7) metode analisis; (8) hasil analisis atau
teori dan (9) etnografi atau representasi. Robert
Federichs merumuskan pengertian paradigma
adalah suatu pandangan mendasar dari suatu
disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok
persoalan yang mestinya dipelajari. Sedangkan Ritzer
(1989) paradigma adalah pandangan yang mendasar
dari ilmuan tentang apa yang menjadi pokok
persoalan yang semestinya dipelajari oleh suatu
cabang ilmu pengetahuan. Jadi paradigma adalah
lain apa yang menjadi pokok persoalan dalam satu
cabang ilmu menurut konsentrasi ilmuan tertentu.
Dari paparan di atas dapat dijelaskan bahwa bahwa
dalam satu cabang ilmu pengetahuan tertentu
sangat dimungkinkan terdapat berbagai macam
paradigma. Ragam paradigma inilah yang
menyebabkan terjadinya perbedaan sudut pandang

19 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 19


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

antar ilmuan tentang pokok persoalan yang harus


dipelajari dan diselidiki oleh cabang ilmu tertentu.
Dalam kontek perkembangan ilmu sosial dalam hal
ini sosiologi juga tidak jauh berbeda.

c. Jenis Paradigma Ilmu-Ilmu Sosial


Ritzer menyebutkan terdapat tiga paradigma besar
dalam ilmu sosial atau sosiologi yaitu, paradigma
fakta sosial, definisi sosial, dan paradigma prilaku
sosial. Masing-masing paradigma tersebut
mempunyai ke keunikan masing-masing.
1. Paradigma Fakta Sosial
Paradigma fakta sosial dikaitkan dengan karya Emile
Durkheim khususnya dalam Suicide dan The Rule of
Sociological Method. Fakta sosial adalah sesuatu yang
berada di luar individu dan bersifat memaksa
terhadapnya. Fakta sosial dibedakan atas dua hal
yakni kesatuan yang bersifat material (material
entity) yaitu barang sesuatu yang nyata ada,
sedangkan kesatuan yang bersifat non-material (non-
material entity) yakni barang sesuatu yang dianggap
ada. Sebagian besar fakta sosial ini terdiri dari
sesuatu yang dinyatakan sebagai barang sesuatu
yang tak harus nyata, tetapi merupakan barang
sesuatu yang ada di dalam pikiran manusia atau
sesuatu yang muncul di dalam dan diantara
kesadaran manusia. Realitas material maupun non
material ini merupakan realitas yang bersifat
intrasubyektif dan intersubyektif. Ada dua tipe dasar
dari fakta sosial, yakni: struktur sosial dan pranata
sosial. Yang termasuk dalam golongan paradigma ini
adalah teori fungsionalisme-struktural dan teori
konflik. Menurut teori fungsionalisme struktural
berbagai struktur dan pranata dalam masyarakat
dilihat sebagai sebuah hubungan yang seimbang.
Masyarakat dipahami dalam proses perubahan yang
berlangsung secara berangsur-angsur tetapi tetap
dalam keseimbangan. Sementara itu menurut teori
konflik, masyarakat berada dalam tingkatan yang
berbeda-beda dan dalam kondisi konflik satu sama

20 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 20


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

lain. Keseimbangan dalam masyarakat justru terjadi


karena akibat dari penggunaan paksaan oleh
golongan yang berkuasa dalam masyarakat itu.
Menurut Ritzer (2004) dalam melakukan penelitian,
para penganut paradigma fakta sosial cenderung
memakai metode interview atau questionnaire.
Metode lain dipandangnya kurang tepat untuk
mempelajari fakta sosial. Metode yang paling tepat
untuk mempelajari fakta sosial adalah dengan
metode historis dan metode komparatif. Hal ini di
contohkan oleh Weber dalam penelitian tentang
agama dan kapitalisme. Namun demikian penganut
paradigma fakta sosial modern menurut Ritzer tidak
begitu minat mengunakan metode historis dan
komparasi karena memakan biaya besar dan waktu
yang lama dan dianggap tidak ilmiah.

2. Paradigma Definisi Sosial


Paradigma definisi sosial memahami manusia
sebagai orang yang aktif menciptakan kehidupan
sosialnya sendiri. Penganut paradigma definisi sosial
mengarahkan perhatian kepada bagaimana caranya
manusia mengartikan kehidupan sosialnya atau
bagaimana caranya mereka membentuk kehidupan
sosial yang nyata.
Max Weber yang menjadi pokok persoalan ilmu sosial
adalah proses pendefinisian sosial dan akibat-akibat
dari suatu aksi serta interaksi sosial. Sasaran
penyelidikannya ialah pemikiran-pemikiran yang
bersifat intrasubyektif dan intersubyektif dari aksi
dan interaksi sosial. Metode yang digunakan adalah
interpretative-understanding atau metode verstehen.
Terdapat tiga teori utama dalam paradigm definisi
sosial, yaitu teori aksi sosial, teori interaksionisme
simbolik dan teori fenomenologi.
Teori aksi (action theory) diangkat dari karya Max
Weber sangat menekankan kepada tindakan
intersubyektif dan intrasubyektif dari pemikiran
manusia yang menandai tindakan sosial. Teori aksi

21 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 21


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

ini menurut Ritzer dapat mendorong dalam


mengembangkan teori Interaksionisme simbolik.
Teori interaksionisme simbolik berbeda dengan
penganut paradigma fakta sosial yang beranggapan
bahwa manusia secara sederhana memberikan
reaksi secara otomatis terhadap rangsangan yang
datang dari luar dirinya. Menurut interaksionisme
simbolik terdapat proses berpikir yang menjembatani
antara stimulus dan respon. Berbeda pula dengan
paradigma perilaku sosial yang menyatakan bahwa
stimulus atau dorongan menimbulkan raksi secara
langsung, melainkan respon bukan merupakan hasil
langsung dari stimulus yang berasal dari luar diri
manusia. Demikian juga dengan pandangan
paradigma fakta sosial yang menekankan kepada
struktur-struktur makroskopik dan pranata sosial
sebagai kekuatan pemaksa yang menentukan aksi
atau tindakan aktor karena bagi Interaksionisme
Simbolik, struktur dan pranata sosial itu hanya
merupakan kerangka di dalam proses pendefinisian
sosial dan proses interaksi berlangsung.
Sedangkan teori fenomenologi muncul sebagai hasil
dari perbedaan antara teori tindakan dan teori
Interaksionisme Simbolik yang dapat telususri
kembali kepada karya Weber. Teori ini sangat
menekankan hubungan antara realitas susunan
sosial dengan tindakan aktor. Teori ini berbeda dari
teori yang lain karena perhatiannya yang lebih besar
kepada kehidupan sehari-hari yang biasanya
dianggap selalu benar. Teori ini dapat pula dibedakan
atas dasar metodologi yang direncanakannya untuk
mengungkap situasi sosial, sehingga dengan
demikian dunia yang sebenarnya dapat dipelajari.
Secara umum metode yang digunakan dalam
paradigma definisi sosial adalah observasi. Peneliti
dapat mempelajari proses berpikir pelaku atau
respondennya hanya dengan mengamati proses
interaksi secara selintas.

22 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 22


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

3. Paradigma Perilaku Sosial


Persoalan ilmu sosial dalam hal ini sosiologi
menurut paradigma ini adalah perilaku atau
tingkahlaku dan perulangannya (contingencies of
reinforcement). Paradigma ini memusatkan
perhatian kepada tingkahlaku individu yang
berlangsung dalam lingkungan yang menimbulkan
akibat atau perubahan terhadap tingkahlaku
selanjutnya. Paradigma perilaku sosial secara tegas
menentang ide paradigma definisi sosial tentang
adanya suatu kebebasan berpikir atau proses
mental yang menjembatani tingkahlaku manusia
dengan pengulangannya. Penganut paradigma ini
menganggap kebebasan berpikir sebagai suatu
konsep yang bersifat metafisik. Paradigma ini juga
berpandangan negatif terhadap konsep paradigma
fakta sosial yaitu struktur dan pranata sosial.
Paradigma perilaku sosial memahami tingkahlaku
manusia sebagai sesuatu yang sangat penting.
Konsep seperti pemikiran, struktur sosial dan
pranata sosial menurut paradigma ini dapat
mengalihkan perhatian kita dari tingkahlaku
manusia itu. Metode yang sering diterapkan oleh
paradigma ini ialah eksperimen baik di laboratorium
maupun lapangan. Metode ieksperimen
memungkinkan peneliti melakukan kontrol yang
sangat ketat terhadap kondisi obyek dan kondisi
lingkungan disekitarnya. Dengan demikian
diharapkan peneliti mampu membuat penilaian dan
pengukuran dengan tingkat kekuratan yang tinggi
terhadap pengaruh dari perubahan tingkahlaku
aktor yang ditimbulkan dengan sengaja melalui
eksperimen tersebut. Pada tingkat akhir peneliti
tetap harus membuat kesimpulan dari pengamatan
tingkahlaku yang sedang diamatinya.

8. Karateristik Penelitian Sosial Kualitatif


Menurut Arikunto 2016 karateristik penelitian
kualitatif sebagai beikut:

23 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 23


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

1. Berpola pikir induktif (empiris-rasional atau bottom


up). Maksudnya metode ini dipakai untuk
memperoleh grounded theory, yaitu teori yang
berasal dari data dan bukan berasal dari hipotesis.
Dengan demikian penelitiannya bersifat generating
theory.
2. Sangat mengutamakan dan menghargai persepsi
atau pendapat dari partisipan atau narasumber.
Minat peneliti banyak tercurah pada persepsi dan
makna dari partisipan, yang meliputi: (a) jati diri; (b)
tindakan; (c) interaksi sosialnya; (d) aspek yang
berpengaruh dan (e) interaksi tindakan.
3. Rancangan penelitian bersifat alami/natural,
sehingga tidak mempergunakan rancangan
penelitian yang bersifat baku seperti pada penelitian
kuantitatif.
4. Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami,
mencari makna di balik data, menemukan
kebenaran, baik kebenaran empiris, logis dan
teoritis.
5. Subjek yang diteliti, data yang dikumpulkan, sumber
data yang diperlukan dan alat pengumpul data bisa
berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan.
6. Pengumpulan data dilakukan berdasar
fenomonologis, yakni memahami secara mendalam
gejala atau fenomonologis.
7. Mengutamakan proses dibandingkan hasil.
Penelitian kualitatif lebih berfokus pada munculnya
gejala. Dengan kata lain, peneliti tidak mencari
jawaban atas pertanyaan “apa” namun “mengapa”.
8. Peneliti berfungsi sebagai instrument atau alat data,
sehingga tidak terpisahkan dengan kegiatan yang
diteliti.
9. Analisis data dapat dilakukan selama proses
berlangsung dan setelah berlangsung.
10. Hasil penelitian berupa paparan dan penafsiran
pada waktu serta situasi tertentu.
11. Penelitian kualitatif disebut juga penelitian alamiah
atau naturalistik.

24 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 24


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

Bogdan dan Biglen, karateristik penelitian kualitatif ada


lima yaitu:
1. Naturalistic, penelitian kualitatif mempunyai setting
yang alami sebagai sumber data langsung dan peneliti
sebagai instrumen kunci.
2. Descriptive Data, penelitian kualitatif adalah penelitian
yang deskriptif. Data yang dikumpulkan lebih banyak
kata-kata atau gambar-gambar daripada angka
3. Concern With Process, penelitian kualitatif lebih
memperhatikan proses dari pada produk. Hal ini
disebabkan oleh cara peneliti pengumpulkan dan
memaknai data, setting atau hubungan antar bagian
yang sedang diteliti akan jatuh lebih jelas apabila diamati
dalam proses.
4. Inductive, peneliti kualitatif mencoba menganalisis
data secara induktif. Peneliti tidak mencari data untuk
membuktikan hipotesis yang mereka susun sebelum
mulai penelitian, namun untuk menyusun abstraksi.
5. Meaning, penelitian kualitiatif menitikberatkan pada
makna bukan sekedar perilaku yang tampak.

Karakteristik Penelitian Kualitatif


Beberapa karakteristik penelitian sosial kualitatif
secara garis besar sebagai berikut:
1. Hipotesis
Hipotesis, tahukah kamu jika hipotesis salah satu
karakteristik yang wajib ada. Hipotesis adalah
jawaban sementara.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian diambil dari latar alamiah,
maksudnya tidak dimanipulatif atau tidak diada-
adakan.
3. Instrumen Penelitian
Pada penelitian kualitatif, peneliti
sebagai instrumen utama dalam upaya
mengumpulkan data penelitian.
4. Metode Penelitian
Metode penelitian kualitatif lebih fokus pada
penulisan kata-kata deskriptif daripada penggunaan
angka, jadi kualitatif kebalikan dari kuantitatif. Jika

25 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 25


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

penelitian kuantitatif fokus pada angka, maka pada


penelitian kualitatif lebih fokus pada penggalian
persepsi atau pengalaman dari partisipan itu sendiri,
sehingga sifatnya subjektif.
Di dalam metode penelitian kualitatif, lebih
menekankan pada proses pelaksanaan penelitian itu
sendiri, bukan berdasarkan dari hasil. Penelitian
kualitatif bukan untuk menggeneralisasi, melainkan
lebih ke dalam menafsirkan pemahaman secara
ideografis.
Penelitian kualitatif merekonstruksi pemahaman dari
sumber data yang diperoleh lewat interaksi manusia
atau sosial. Metode penelitian kualitatif lebih
menekankan pada intuisi, perasaan daripada pada
data numerik. Meskipun demikian, bukan berarti
pengambilan data tidak penting. Tetap penting dan
landasan utama, hanya saja hasil penelitiannya lebih
menggali secara perasaan.
Menurut Lexy J. Moleong dan Nasution, ada 15 ciri
penelitian kualitatif, yaitu:
1. Pengumpulan data dilakukan dalam kondisi yang
alamiah atau natural setting.
Pengumpulkan data berdasarkan observasi situasi
yang wajar, sebagaimana adanya. Peneliti jangan
sampai mempengaruhi kondisi dan situasi obyek
penelitian, lebih-lebih dengan sengaja mengarahkan
obyek menjadi kondisi dan situasi seperti yang
diinginkan peneliti. Di samping itu, hal penting yang
harus diingat adalah bahwa data yang dikumpulkan
peneliti tidak dapat dipisahkan dari konteksnya,
karena kenyataan sebagai keutuhan tidak dapat
dipahami apabila dipisahkan dari konteksnya.
2. Peneliti sebagai alat penelitian
Peneliti merupakan alat utama pengumpulan data.
Peneliti mengadakan sendiri pengamatan dan
wawancara. Peneliti merupakan alat utama
pengumpul data, karena dia dapat melihat,
mengamati, meneliti kondisi dan situasi obyek secara
langsung dan dapat menginterpretasikannya secara
menyeluruh. Peneliti berperan sebagai instrumen

26 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 26


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

dapat menilai apakah dengan kehadirannya dalam


obyek penelitian akan menimbulkan perubahan pada
situasi yang diteliti, atau dengan kata lain akan
membuat suasana tidak wajar. Alat yang lain seperti
angket, tes, film, pita rekaman dan sebagainya
hanyalah sebagai alat bantu, bukan pengganti
peneliti itu sendiri, sebagai pengonstruksi realitas
atas dasar pengalamannya di medan penelitian.
3. Pengumpulan data secara deskriptif yang dituangkan
dalam bentuk laporan
Data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif
berupa kata-kata atau gambar, dan bukan angka-
angka. Data kualitatif dapat diperoleh dari hasil
wawancara, observasi, catatan lapangan, foto,
gambar-gambar, dokumen pribadi, dokumen resmi,
video, dan sebagainya. Semua data yang
dikumpulkan mempunyai kemungkinan untuk
menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.
Dengan demikian, laporan peneliti akan berupa
kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran
tentang subyek penelitian.
4. Mementingkan proses daripada hasil.
Penelitian kualitatif lebih banyak mementingkan
proses terjadinya suatu fenomena sosial, dari pada
sekedar hasil dari proses tersebut. Hubungan dari
bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih
bermakna apabila diamati dan dianalisis dalam
kerangka proses. Peneliti dapat mengamati tingkah
laku dalam hubungan sehari-hari masyarakat yang
ditelitinya, dan kemudian menjelaskannya. Dengan
demikian, peneliti juga harus memperhatikan
bagaimana perkembangan terjadinya sesuatu.
Dengan kata lain peranan proses dalam penelitian
kualitatif sangat besar.
5. Latar belakang tingkah laku atau perbuatan dicari
maknanya
Makna dibalik tingkah laku manusia merupakan hal
yang pokok bagi penelitian kualitatif. Peneliti tidak
hanya tertarik pada apa yang dikatakan atau
dilakukan manusia yang satu terhadap yang lain,

27 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 27


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

tetapi juga pada maknanya dari sudut pandang


mereka masing-masing. Metode ini berusaha
memahami kelakuan manusia dalam konteks yang
lebih luas, dipandang dari kerangka pemikiran dan
perasaan responden.
6. Mengutamakan data langsung atau first hand
Penelitian kualitatif menuntut sebanyak mungkin
kepada peneliti untuk melakukan sendiri kegiatan
penelitian lapangan. Hal ini akan membantu peneliti
dalam memahami konteks dan berbagai perspektif
dari obyek yang sedang diteliti. Di samping itu
mereka akan terbiasa dengan kehadiran peneliti
sehingga “efek pengamat” dapat diminimalkan
menjadi sekecil mungkin. Oleh karena penelitian
kualitatif mengutamakan data langsung maka
peneliti sendiri harus terjun ke lapangan untuk
mengadakan observasi atau wawancara.
7. Dipergunakan metode triangulasi
Metode triangulasi ini harus dilakukan secara
ekstensif, baik triangulasi metode (menggunakan
berbagai metode dalam pengumpulan data),
triangulasi sumber data (memakai beragam sumber
data yang relevan), dan triangulasi pengumpul data.
Data atau informasi dari satu pihak harus dicek
kebenarannya dengan cara memperoleh data
tersebut dari sumber lain, misalnya dari pihak
kedua, ketiga, dan seterusnya, dengan menggunakan
metode yang berbeda-beda. Tujuannya adalah untuk
membandingkan informasi tentang hal yang sama,
yang diperoleh dari berbagi pihak, agar tingkat
kepercayaan data lebih tinggi. Cara ini juga dapat
menghilangkan subjektivitas peneliti.
8. Mementingkan rincian kontekstual
Peneliti mengumpulkan dan mencatat data yang
sangat terinci mengenai hal-hal yang dianggap
bertalian dengan masalah yang diteliti, misalnya
mengenai keadaan tempat tinggal, penampilan
subyek yang diteliti, suasana tempat kerja, dan
sebagainya. Data tidak dipandang secara lepas-lepas

28 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 28


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

akan tetapi saling berkaitan dan merupakan suatu


keseluruhan atau struktur.
9. Subyek yang diteliti berdudukan sama dengan
peneliti
Subyek yang diteliti tidak didudukkan sebagai obyek
atau yang lebih rendah kedudukannya, tetapi
sebagai manusia yang sejajar. Peneliti tidak
menganggap dirinya lebih tahu. Dia datang sebagai
orang yang sedang belajar, untuk menambah
pengetahuan dan pemahamannya. Orang yang
diteliti dipandang sebagai partisipan, konsultan atau
kolega peneliti dalam menangani kegiatan penelitian.
10. Mengutamakan perspektif emik
Penelitian kualitatif lebih mementingkan pandangan
responden atau perspektif emik, yakni bagaimana dia
memandang dan menafsirkan dunia dari segi
pemikirannya. Partisipan sangat diutamakan dan
dihargai tinggi dalam penelitian kualitatif. Minat
peneliti banyak tercurah pada bagaimana perspektif
dan makna-makna menurut sudut pandang
partisipan yang sedang diteliti, sehingga peneliti
dapat menemukan apa yang disebut sebagai fakta
fenomenologis. Dengan demikian, peneliti tidak
diperkenankan menerapkan pandangannya sendiri
atau perspektif etik. Peneliti memasuki lapangan
seakan-akan tidak mengetahui sedikit pun, sehingga
harus menaruh perhatian penuh kepada konsep-
konsep yang dianut partisipan. Ia tidak boleh
menonjolkan pandangan etiknya.
11. Verifikasi Penerapan metode verifikasi
dilakukan antara lain melalui kasus yang
bertentangan atau negatif.
Peneliti mencari kasus-kasus yang berbeda atau
bertentangan dengan apa yang telah ditemukannya.
Dengan mencari data yang berbeda atau
bertentangan maka informasi yang diperoleh akan
menjadi lebih lengkap. Sangat mungkin data yang
berlawanan tersebut ternyata mempunyai hubungan
dan dapat diinterpretasikan secara lebih tepat.
Maksudnya adalah peneliti dapat memperoleh hasil

29 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 29


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

yang lebih tinggi tingkat kepercayaannya, yang


mencakup situasi yang lebih luas, sehingga apa yang
semula tampaknya berlawanan pada akhirnya tidak
lagi mengandung aspek-aspek yang tidak sesuai.
12. Pengambilan informan secara purposif
Teknik pengambilan informan sudah ditentukan
terlebih dulu siapa yang dapat diambil berdasarkan
tujuan penelitian. Informan biasanya sedikit dan
dipilih menurut tujuan (purpose) penelitian. Peneliti
harus dapat menjelaskan kenapa orang-orang
tertentu yang dijadikan informan, serta mengapa
latar belakang tertentu yang diobservasi. Tentu saja,
tidak semua keadaan dapat tercakup dalam suatu
kegiatan penelitian. Penelitian kualitatif sering
merupakan suatu studi kasus atau multikasus.
13. Menggunakan “audit trail”
Dalam penelitian diadakan audit trail atau mengikuti
jejak atau melacak, untuk mengetahui apakah
laporan penelitian sesuai dengan data yang
dikumpulkan. Peneliti selalu mencatat metode apa
yang digunakan untuk mengumpulkan dan
menganalisis data sehingga orang lain dapat
mengecek kembali bagaimana langkah-langkah yang
diambilnya untuk mencapai kesimpulan. Misalnya,
apabila dalam pengumpulan data yang berasal dari
catatan, arsip, foto, rekaman suara atau cassete,
video, dan sebagainya, peneliti menggunakan metode
dokumenter maka peneliti harus mencantumkan
bahwa metode dokumenter tersebut digunakan
peneliti dalam pengumpulan data-data di atas.
Demikian pula dalam menganalisis data, harus
dicantumkan metode apa yang digunakan. Jadi
seluruh proses penelitiannya terbuka bagi umum
atau publik untuk diperiksa dan dikritik.
14. Analisis dilakukan sejak awal penelitian
Analisis dilakukan sejak awal penelitian dan
selanjutnya sepanjang melakukan penelitian hingga
penelitian berakhir. Proses penelitian dimulai dari
pengumpulan data, dilanjutkan dengan
menganalisis. Hasil analisis ini selanjutnya

30 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 30


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

diterapkan lagi di lapangan, yang berarti mencari


data lagi serta menganalisisnya kembali, demikian
seterusnya sampai kegiatan pengumpulan dan
analisis data dianggap memadai. Analisis data
dinamakan analisis data secara induktif. Analisis
secara induktif dimulai dengan pengumpulan data
menuju pada kesimpulan. Hasil/temuan penelitian
jarang dianggap sebagai “temuan final” sepanjang
belum ditemukan bukti-bukti kuat yang tidak dapat
disanggah melalui bukti-bukti penyanggah. Bila
belum sampai ke tingkat itu, biasanya penelitian
kualitatif sekedar mengajukan hipotesis yang belum
secara final terbuktikan.
15. Teori dasar (grunded theory)
Penelitian kualitatif cenderung bersifat memberi arah
bimbingan bagi penyusunan teori substantif yang
berasal dari data. Hal ini disebabkan oleh pertama,
tidak ada teori apriori yang dapat berlaku untuk
semua kenyataan kenyataan yang mungkin akan
timbul. Kedua, bersifat netral. Ketiga, teori dari dasar
lebih dapat responsif terhadap nilai-nilai
kontekstual. Dengan menggunakan analisis secara
induktif, berarti bahwa pencarian data bukan
dimaksudkan untuk membuktikan hipotesis yang
telah dirumuskan sebelum penelitian dilakukan.
Dengan demikian, penyusunan teori di sini berawal
dari bawah menuju ke atas, yaitu dari sejumlah data
yang dikumpulkan dan yang saling berhubungan,
dan yang kemudian disimpulkan menjadi teori.

Ciri-ciri (karakteristik) penelitian kualitatif menurut


Patton dalam Suharsaputra, (2012) sebagai berikut.

31 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 31


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

Tabel 1.2 Ciri-ciri Pokok penelitian Kualitatif

No. Ciri-ciri Deskripsi


1 NaturalisticMempelajari situasi dunia nyata
inquiry secara alamiah, tidak melakukan
manipulasi; terbuka pada apa
pun yang timbul.
2 Inductive Menandai rincian dan kekhasan
analysis data guna menemukan kategori,
dimensi, dan kesaling hubungan.
3 Holistic Seluruh gejala yang dipelajari
perspective dipahami sebagai sistem yang
kompleks lebih dari sekedar
penjumlahan bagian-bagiannya.
4 Qualitative Deskripsi terinci, kajian/inkuiri
data dilakukan secara mendalam.
5 Personal Penelitian punya hubungan
contact and langsung dan bergaul erat dengan
insight orang-orang, situasi dan gejala
yang sedang dipelajari.
6 Dynamic Memperhatikan proses;
systems menganggap perubahan bersifat
konstan dan terus berlangsung,
baik secara individual maupun
budaya secara keseluruhan.
7 Unique case Menganggap setiap kasus bersifat
orientation khusus dan khas.
8 Context Menempatkan temuan dalam
sensitivity konteks sosial, historis dan
waktu.
9 Emphatic Penelitian dilakukan secara netral
netrality agar objektif tapi bersifat empati.
10 Design Desain penelitiannya bersifat
flexibility fleksibel, terbuka beradaptasi
sesuai perubahan yang terjadi
(tidak bersifat kaku).
Sumber: Patton dalam Suharsaputra, (2012)
Sementara itu, setelah menyintesiskan pendapat
Bogdan & Biklen dengan pendapat Lincoln and Guba,
Moleong dalam Suharsaputra (2012) mengemukakan

32 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 32


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

sebelas karakteristik penelitian kualitatif yaitu sebagai


berikut:
1) Latar alamiah (penelitian dilakukan pada situasi
alamiah dalam suatu keutuhan).
2) Manusia sebagai alat (manusia/peneliti merupakan
alat pengumpulan data yang utama).
3) Metode kualitatif (metode yang digunakan adalah
metode kualitatif).
4) Analisis data secara induktif (mengacu pada temuan
lapangan).
5) Teori dari dasar/grounded theory (menuju pada arah
penyusunan teori berdasarkan data).
6) Deskriptif (data yang dikumpulkan berupa kata-kata,
gambar dan bukan angka-angka).
7) Lebih mementingkan proses daripada hasil.
8) Ada batas yang ditentukan oleh fokus (perlu batas
penelitian atas dasar focus yang timbul sebagai
masalah dalam penelitian).
9) Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data
(punya versi lain tentang validitas, reliabilitas dan
objektivitas).
10) Desain bersifat sementara (desain penelitian terus
berkembang sesuai dengan kenyataan lapangan).
11) Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati
bersama (antar peneliti dengan sumber data).
Sementara menurut Nasution dalam
Suharsaputra (2012), terdapat 16 ciri-ciri metode
kualitatif, yaitu sebagai berikut.
1) Sumber data adalah situasi yang wajar atau natural
setting peneliti sebagai instrument penelitian.
2) Sangat deskriptif.
3) Mementingkan proses ataupun produk.
4) Mencari makna.
5) Mengutamakan data langsung.
6) Triangulasi (pengecekan data/informasi dari sumber
lain).
7) Menonjolkan rincian kontekstual.
8) Subjek yang diteliti dipandang berkedudukan sama
dengan peneliti.

33 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 33


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

9) Mengutamakan perspektif emik (menurut


pandangan responden).
10) Verifikasi (menggunakan kasus yang bertentangan
untuk memperoleh hasil yang lebih dipercaya).
11) Sampling yang purposive.
12) Menggunakan audit trial (melacak laporan/informasi
sesuai dengan data yang terkumpul).
13) Partisipan tanpa mengganggu.
14) Mengadakan analisis sejak awal penelitian.
15) Data dikumpulkan dalam bentuk kata-kata atau
gambar ketimbang angka-angka.
16) Desain penelitian tampil dalam proses penelitian.

Menurut Ratna (2009) ciri-ciri terpenting metode


kualitatif sebagai berikut.
1) Memberikan perhatian utama pada makna dan
pesan, sesuai dengan hakikat objek, yaitu sebagai
studi kultural.
2) Lebih mengutamakan proses dibandingkan dengan
hasil penelitian sehingga makna selalu berubah.
3) Tidak ada jarak antara subjek penelitian dengan
objek penelitian, subjek penelitian sebagai
instrument utama, sehingga terjadi interaksi
langsung di antaranya.
4) Desain dan kerangka penelitian bersifat sementara
sebab penelitian bersifat terbuka.
5) Penelitian bersifat alamiah, terjadi dalam konteks
sosial budayanya masing-masing.

Dengan memperhatikan karakteristik penelitian


kualitatif yang dikemukanan para ahli sebagaimana
dikemukakan di atas, tampaknya lebih bersifat saling
melengkapi dan menambah. Dengan variasi semacam ini
maka akan lebih mempermudah/memperjelas
pemahaman tentang penelitian kualitatif.

34 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 34


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

D. RANGKUMAN

Metodologi penelitian kualitatif merupakan salah satu


metode penelitian selain metode kuantitatif. Antara
keduanya berbeda satu dan lainnya, dimana metoda
kualitatif lebih dititiberatkan pada paradigma
naturalistic. Beberapa nama yang dipergunakan para
ahli tentang metodologi penelitian kualitatif: grounded
research, ethnometodologi, paradigma naturalistik,
interaksi simbolik, semiotik, heuristik, hermeneutik, atau
holistic. Metode penelitian kualitatif secara umum dapat
diartikan bermacam-macam perspektif. Meskipun
berbeda pendapat, secara garis besar sama. Definisi
metode penelitian kualitatif adalah penelitian untuk
menjabarkan serta menganalisa baik fenomena,
peristiwa, kegiatan sosial, pandangan, kepercayaan,
maupun pemikiran dengan kata-kata maupun bahasa.
Pada dasarnya, ruang lingkup tak hanya mengkaji
mengenai ilmu ilmiah saja, namun juga bisa dipakai
untuk membahas hal-hal yang sederhana. Beberapa cara
menentukan ruang lingkup, antara lain: batasan
masalah, sesuaikan dengan keberadaan data penelitian,
memahami penelitian, dan masalah yang diambil
mempunyai urgensi dan daya tarik.
Asumsi diartikan di sini sebagai kondisi yang
ditetapkan sebagai suatu kebenaran, yang berfungsi
sebagai konteks sekaligus pembatasan bagi suatu
penelitian. Lincoln dan Guba (1985) merinci lima asumsi
paradigmatik atau asumsi dasar penelitian kualitatif.
Berturut-turut adalah asumsi tentang realitas sosial
(ontologi), hubungan peneliti dan tineliti (epistemologi),
peran nilai (aksiologi), bahasa penelitian (retorika), dan
proses penelitian (metodologi).
Prinsip penelitian social kualitatif menurut
Burhanuddin, Afid terdapat 10 prinsip yaitu: Naturalistic
inquiry, Mempelajari situasi dunia nyata secara alamiah.
Tidak manipulatif. Terbuka pada setiap apapun yang
muncul, Inductive analysis. Mendalami sebuah rincian
dan kekhasan data. Tujuannya menemukan kategori,
dimensi, dan kesaling hubungan. Holistic perspective.

35 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 35


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

Fenomena dipelajari dan dipahami sebagai sistem yang


kompleks. Qualitative data. Pendeskripsian secara
terinci. Kajian dilakukan secara mendalam. Personal
contact and insight. Peneliti mempunyai hubungan
langsung dengan subjek penelitian, situasi, dan
fenomena yang sedang dipelajari. Dynamic systems.
Mempertimbangkan proses.Perubahan dianggap sebagai
hal yang bersifat konstan dan terus berlangsung baik
secara individu maupun budaya secara keseluruhan.
Unique case orientation. Setiap persoalan yang dijadikan
objek penelitian memiliki sifat khusus dan khas. Context
Sensitivity. Menempatkan temuan-temuan penelitian
dalam konteks sosial, historis, dan waktu. Emphatic
Netrality. Penelitian dilakukan secara netral agar obyektif
tapi juga bersifat empati Design flexibility. Desain
penelitiannya bersifat fleksibel, terbuka beradaptasi
sesuai perubahan yang terjadi (tidak bersifat kaku)
Secara spesifik terdapat sepuluh kegunaan
penelitian kualitatif yaitu: digunakan untuk
pengembangan teori, penelitian kualitatif menghasilkan
hipotesa yang lebih rinci, berguna bagi perumusan
kebijakan, pemberian solusi atau kritik, dan memiliki
cakupan penelitian yang sangat luas, bisa menjadi
sumber beberapa studi kasus, menghasilkan penelitian
yang lebih mendalam, bersifat deskriptif analitik,
penelitian kualitatif memiliki sifat yang fleksibel, hasilnya
bisa disajikan dengan sistematis, jelas dan terperinci.
Adapun kelemahan Penelitian kualitatif yaitu: sangatlah
bergantung dengan kemampuan peneliti, belum ada
standar khusus apakah dianggap valid, sangat
bergantung dengan objek penelitiannya dan narasumber.
Teori pada penelitian kualitatif, dibatasi pada
pengertian; suatu peryataan sistimatis yang berkaitan
dengan seperangkat proposisi yang berasal dari data
yang diuji kembali secara impirus. Dalam uraian tentang
dasar teori tersebut, Bogdan dan Biklen (1982)
menggunakan istilah paradigma. Paradigma dalam hal
ini berguna untuk mengarahkan cara berfikir dan cara
penelitian. Ritzer menyebutkan paling tidak terdapat tiga
paradigma besar yaitu, paradigma fakta sosial, definisi

36 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 36


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

sosial, dan paradigma prilaku sosial. Masing-masing


paradigma tersebut mempunyai ke keunikan masing-
masing. Paradigma fakta sosial adalah sesuatu yang
berada di luar individu dan bersifat memaksa
terhadapnya. Penganut paradigma definisi sosial
mengarahkan perhatian kepada bagaimana caranya
manusia mengartikan kehidupan sosialnya atau
bagaimana caranya mereka membentuk kehidupan
sosial yang nyata. Paradigma prilaku sosial memusatkan
perhatian kepada tingkahlaku individu yang berlangsung
dalam lingkungan yang menimbulkan akibat atau
perubahan terhadap tingkahlaku selanjutnya.
Karakteristik penelitian kualitatif yang
dikemukanan para ahli, tampaknya lebih bersifat saling
melengkapi dan menambah. Dengan variasi semacam ini
maka akan lebih mempermudah/memperjelas
pemahaman tentang penelitian kualitatif. Menurut Lexy
J. Moleong dan Nasution, ada 15 ciri penelitian kualitatif,
yaitu: 1. Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data
dilakukan dalam kondisi yang alamiah atau natural
setting, 2. Peneliti sebagai alat penelitian, 3. Dalam
penelitian kualitatif diusahakan pengumpulan data
secara deskriptif yang dituangkan dalam bentuk laporan,
4. Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses
daripada hasil, 5. Latar belakang tingkah laku atau
perbuatan dicari maknanya, 6. Mengutamakan data
langsung atau first hand, 7. Dalam penelitian kualitatif
dipergunakan metode triangulasi, 8. Mementingkan
rincian kontekstual, 9. Subyek yang diteliti berdudukan
sama dengan peneliti, 10. Penelitian kualitatif
mengutamakan perspektif emik, 11. Verifikasi Penerapan
metode verifikasi dilakukan antara lain melalui kasus
yang bertentangan atau negatif. 12. Pengambilan sampel
secara purposive, 13. Menggunakan “audit trail”, 14.
Analisis dilakukan sejak awal penelitian, dan 15. Teori
dasar (grunded theory)

37 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 37


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

E. EVALUASI

1. Jelaskan definisi penelitian kualitatif dari beberapa


ahli dan sebutkan ruang lingkup penelitian kualitatif
2. Jelaskan prinsip dasar penelitian kualitatif
3. Sebutkan kegunaan dan kelemahan penelitian
kualitatif
4. Jelaskan tiga dasar teoritis (paradigma) penelitian
kualitatif
5. Sebutkan 15 karateristik penelitian kualitatif
menurut Moleong dan Nasution

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2016. Prosedur Penelitian Suatu


Pendekatan Praktek, PT. Rineka Cipta, Jakarta
Bogdan, Robert dan Steven J. Taylor. 1993. Kualitatif:
Dasar-dasar Penelitian. A. Khozin Afandi
(penerjemah). Usaha Nasional. Surabaya:
Denzin and Lincoln, 2009. Handbook of Qualitative
Research. Pustaka Pelajar. Jokyakarta.
Donald R.Cooper and Pamela S.Schindler, 2006,
“Bussines Research Methods”, 9th edition.
Edward Arnold. Ritzer, George. 1985. Sosiologi: Ilmu
Pengetahuan Berparadigma Ganda. Alimandan
(penyadur).: Rajawali Jakarta
Faisal, Sanapsiah. 1990. Penelitian Kuantitatif: Dasar-
dasar dan Aplikasinya. Malang.

38 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 38


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

Goode, Williams J. dan Paul K. Hatt. 1952. Methods in


Social Research. London
Kerlinger, Fred N. 1973. Foundations of Behavioral
Research. Second editions. New York: Holt,
Renehart, and Winston.
Koentjaraningrat (editor). 1997). Metode-metode
Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Lincoln Y.S. & E.G. Guba, 1985, Naturalistic Inquiry,
Beverly Hills, London, New Delhi: Sage
Publications
Mc Graw Hill. Hadi, Sutrisno. 1977. Metodologi
Research. Jilid 1. Yogyakarta: Fakultas
Psikologi UGM.
McGraw-Hill International Edition.Kastowo Jatilawang.
Teori-Teori Pendukung Penelitian Kualitatif
Dan Penyusunan Kerangka Konseptual,
(artikel). http://jatilawang-
tulisan.blogspot.co.id/2011/04/teori-teori-
pendukung- penelitian.html 3 Juli 2021.
Najib, Moh. Dasar Teoritis Penelitian Kualitatif, diposting
tanggal 18 maret 2013.http://my-
dock.blogspot.co.id/2013/03/dasar-theoritis-
penelitian-kualitatif.html diakses tanggal 3 Mei
2021
Moleong, Lexi J. 2017. Metode Penelitian Kualitatif. Cet.
XIII; Bandung: Remaja Rosdakarya
Mubyarto, et al. 1981. Teori Ekonomi dan Penerapannya
di Asia. Jakarta: Gramedia.
Nachmias, Chava dan David Nachmias. 1985. Research
Metodology in The Social Science. London:
Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln, 2009.Handbo
ok of Qualitative Research, diterjemahkan oleh
Dariyatno dkk. Cet. I; Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,

39 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 39


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

Patton, Michael Quinn. 1990. Qualitative Evaluation and


Research Methods. Newbury Park,London, New
Delhi: Sage Publications.
Poerwandari, 1998. Pendekatan Kualitatif dalam
Psikologi. LPSP3 Fakultas Psikologi UI. Jakarta
Pupu Saeful Rahmat. Penelitian Kualitatif. Equilibrium,
Vol. V, No. 9, Januari-Juni 2009.
Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Teori, Metode, dan Teknik
Penelitian Sastra. Yogyakarya: Pustaka Pelajar.
Salim & Mhd Ikhsan Rifki.
2021. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Ciptapustaka Media Bandung. Bandung.
https://www.google.com/amp/s/arifsuryawan
76.wordpress.com/2013/06/12/pendekatan-
etnografi/amp/
Sitorus. 1989. Penelitian Kualitatif : Suatu Perkenalan.
Kelompok Dokumentasi Ilmu Sosial. Jurusan
Ilmu-ilmu Sosial dan Ekonomi Pertanian.
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Suharsaputra, Uhar. 2012. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan. Bandung:
Refika Aditama.
Supranto, J. 1978. Metode Riset: Aplikasinya dalam
Pemasaran. Jakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Vredenbergt, Jacob. 1983. Metode dan Teknik Penelitian
Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

40 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 40


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

BAB II
STRATEGI PENELITIAN SOSIAL
KUALITATIF DAN RANCANGAN
PENELITIAN KUALITATIF

A. KOMPETESI AKHIR YANG DIHARAPKAN

Setelah mengikuti kuliah ini diharapkan mahasiswa


mampu menjelaskan apa dan bagaimana strategi
penelitian kualitatif dan mahasiswa mampu merancangan
penelitian dengan menggunakan metode kualitatif

B. INDIKATOR

Adapun indikator target kompetensi berupa


kemampuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pendekatan
penelitian kualitatif
2. Mahasiswa mampu menjelaskan Tahapan Penelitian
Kualitatif
3. Mahasiswa mampu menjelaskan fokus penelitian
4. Mahasiswa menentukan fokus dan masalah penelitian
kualitatif
5. menjelaskan peran teori dalam penelitian kualitatif

41 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 41


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

C. URAIAN PEMBELAJARAN

1. Pengantar
Pendekatan kualitatif yang dipaparkan berikut ini
diuraikan secara komparatif untuk memberikan landasan
teoretis dan aplikatif bagi peneliti sosial. Kelima
pendekatan tersebut yaitu fenomenologi, studi kasus,
grounded theory, etnografi, naratif. Berikut ini akan
dipaparkan sekilas tentang kelima pendekatan tersebut
baik dari aspek definisi, tipenya, prosedurnya dan
analisisa datanya dalam laporan penelitian kualitatif.

2. Pendekatan penelitian kualitatif


a. Studi Kasus
Studi kasus menunjuk pada pengertian memilih
suatu (atau mungkin juga lebih dari satu) kejadian
atau gejala sosial untuk diteliti dengan menerapkan
serangkaian metode penelitian. Pengertian ini
sekaligus menjelaskan bahwa: (a) studi kasus
adalah studi aras mikro (menyorot satu atau
beberapa kasus), dan (c) studi kasus adalah strategi
penelitian yang bersifat multi-metode. Mengenai hal
terakhir ini, lazimnya peneliti kasus akan
memadukan metode pengamatan, wawancara, dan
analisis dokumen. (Stake, 1994; Nisbet dan Watt,
1994;Yin, 1996).
Tiga tipe studi kasus yaitu (Stake, 1994):
1. Studi kasus intrinsik, yaitu studi yang
dilakukan karena peneliti ingin mendapatkan
pemahaman yang lebih baik tentang suatu kasus
khusus. Jadi, alasan pilihan atas kasus itu
bukan karena ia mewakili kasus-kasus lainnya,
atau karena ia menggambarkan suatu sifat atau
masalah khusus, melainkan karena dengan
segala kekhususan dan kebersahajaannya kasus
itu dalam dirinya memang menarik.

42 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 42


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

2. Studi kasus instrumental, yaitu kajian atas


suatu kasus khusus untuk memperoleh
wawasan atas suatu isu atau wawasan untuk
penyempurnaan teori. Dalam hal ini fungsi
kasus itu adalah sebagai pendukung atau
instrumen untuk membantu peneliti dalam
memahami suatu per masalahan tertentu.
3. Studi kasus kolektif, yaitu kajian atas sejumlah
kasus yang serupa atau saling berbeda secara
bersama-sama untuk mempelajari sesuatu
gejala, populasi, atau kondisi umum. Perlu
diingat, ini bukan suatu studi kolektivitas,
melainkan studi kasus instrumental yang
diperluas sehingga mencakup sejumlah kasus.
Sejumlah kasus itu dipilih atas dasar keyakinan
bahwa pemahaman atas mereka akan membawa
peneliti kepada suatu pemahaman yang lebih
baik, mungkin penteorian yang lebih baik,
tentang sejumlah besar kasus lainnya.
Studi kasus memadai sebagai pilihan strategi
penelitian jika: (a) pertanyaan penelitian berkenaan
dengan “bagaimana” atau “mengapa”, (b) peluang
peneliti sangat kecil untuk mengontrol
peristiwa/gejala sosial yang hendak diteliti, dan (c)
pumpunan penelitian adalah peristiwa/gejala sosial
kontemporer (masa kini) dalam konteks kehidupan
nyata (Yin, 1996). Strategi studi kasus dapat
ditempuh baik untuk tujuan eksploratif maupun
untuk tujuan- tujuan eksplanatif dan dekriptif.
Di muka dikatakan studi kasus adalah studi
mikro. Ini tentu menimbulkan pertanyaan:dapatkah
seorang peneliti menerapkan strategi studi kasus
bila ia juga berkepentingan untuk menarik suatu
perumuman (generalisation)? Jawabannya “dapat”,
jika yang dimaksud adalah perumuman ke proposisi
teoritis. Tetapi jika yang dimaksud adalah
perumuman terhadap suatu populasi, maka
jawabannya “tidak dapat” karena hal itu adalah

43 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 43


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

porsi survei. Seperti ditegaskan Yin (1996), studi


kasus bermanfaat untuk kepentingan
pengembangan teori (perumuman analitis), bukan
untuk menghitung frekuensi (perumuman statistik).
Tahapan-tahapan pelaksanaan studi kasus
1. Penetapan kasus; Ini adalah tahap pertama
dalam studi kasus. Dengan asumsi bahwa
peneliti sudah terlebih dahulu menetapkan tema
atau topik studinya, maka pada tahap ini peneliti
pertama sekali harus merumuskan alasan dan
tujuannya melakukan studi kasus. Setelah itu
barulah ia menentukan tipe studi kasus
sekaligus unit kasus yang akan dikajinya.
Apakah ia akan melakukan studi kasus tipe
intrinsik, instrumental, atau kolektif? Kasus-
kasus apa yang dipilihnya untuk dikaji?
2. Penentuan pumpunan studi kasus; setelah
menetapkan unit-unit kasus yang hendak
diteliti, tugas peneliti selanjutnya adalah
menentukan pumpunan kajiannya, lazimnya
berupa pertanyaan-pertanyaan spesifik
penelitian. Jelasnya, pada tahap ini peneliti
menetapkan aspek-aspek apa saja yang hendak
disorotinya dalam studi kasus tersebut;
informasi apa saja yang diperlukannya untuk
keperluan pemahaman atas ragam aspek itu;
cara (metode) apa yang akan ditempuhnya untuk
mengumpulkan informasi tadi; dan siapa atau
lembaga mana saja yang terutama harus
dihubungi untuk mendapatkan informasi
tersebut.
3. Konseptualisasi; Dalam penelitian kualitatif,
kegiatan pengumpulan, pengolahan, dan
penafsiran (analisa) data dilakukan secara
simultan dan siklikal. Dengan “siklikal”
dimaksudkan adalah bahwa penafsiran atas data
dapat mengarahkan peneliti untuk
mengumpulkan data tambahan, mengolahnya

44 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 44


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

lagi, dan kemudian menafsirkannya lagi.


Keseluruhan proses ini dapat disebut sebagai
proses konseptualisasi, yaitu mengembangkan
bingkai konseptual ataubingkai teoritis berdasar
tafsiran atas data empiris. Istilah populer untuk
proses ini adalah “membunyikan data”.
4. Perumuman; Suatu studi kasus pada akhirnya
harus sedapat mungkin tiba pada suatu
perumuman analitis (analitical generalisation)
dalam wujud “penteorian” (theorizing) atas kasus
peristiwa/gejala sosial yang menjadi obyek
kajian. Dengan “penteorian” dimaksudkan di
sini adalah abstraksi atas fakta empiris.
Kekuatan studi kasus ialah, hasil lebih mudah
dipahami, mendalam-menyeluruh-rinci (trimatra),
dapat mengungkap pola hubungan/pengaruh (yang
tidak terlihat lewat analisis statistik), dapat
mengungkap pola-pola yang amung (khas). Akan
tetapi kelemahannya ialah, hasilnya tidak mudah
dirampatkan (digeneralisasikan) dan cenderung
bersifat pribadi.
b. Etnografi Atau Etnosains
Etnografi pada awalnya merupakan cabang
antropologi yang digunakan untuk menggambarkan,
menjelaskan dan menganalisis unsur kebudayaan
suatu masyarakat atau suku bangsa. Etnografi
biasanya terdiri atas uraian terperinci mengenai aspek
cara berperilaku dan cara berpikir yang sudah
membaku pada orang yang dipelajari, yang dituangkan
dalam bentuk tulisan, foto, gambar atau film. Karena
kebudayaan meliputi segala sesuatu yang
berhubungan dengan perilaku dan pemikiran, dan
keyakinan suatu masyarakat, yang dipelajari oleh ahli
etnografi bisa berbentuk bahasa, mata pencaharian,
sistem teknologi, organisasi sosial, kesenian, sistem
pengetahuan, bahasa dan religi. Untuk memahami
unsur-unsur kebudayaan tersebut, peneliti biasanya
tinggal bersama masyarakat yang diteliti dalam waktu

45 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 45


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

yang cukup lama untuk mewawancarai, mengamati,


dan mengumpulkan dokumen-dokumen tentang
obyek yang diteliti. Banyak dari antropologi budaya
yang menekankan studi perbandingan, namun pada
perkembangan studi perbandingan mengalami
berbagai hambatan.
Menurut Goodenough (dalam Ahimsa-Putra, 1996:
105), ada tiga masalah pokok yang menghambat studi
perbandingan, yaitu :
1. Mengenai ketidaksamaan data etnografi yang
disebabkan oleh perbedaan minat dikalangan ahli
antropologi;
2. Masalah sifat data, artinya seberapa jauh data
tersebut bisa dikatakan melukiskan gejala yang
sama dari masyarakat yang berbeda;
3. Menyangkut soal klsifikasi.
c. Fenomenologi
Dalam kajian fenomenologi, terdiri dari
fenomenologi transendental dan fenomenologi
eksistensial. Istilah ’fenomenologi’ sering digunakan
sebagai anggapan umum untuk menunjuk pada
pengalaman subjektif dari berbagai jenis dan tipe
subjek yang ditemui (Lexy J Moleong, 2007).
Fenomenologi diartikan sebagai: 1) pengalaman
subjektif atau pengalaman fenomenologikal; 2) suatu
studi tentang kesadaran dari perspektif pokok dari
seseorang (Husserl dalam Moleong, 2007). Menurut
Moleong, peneliti dalam pandangan fenomenologis
berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-
kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam
situasi-situasi tertentu.
Fenomenologi tidak berasumsi bahwa peneliti
mengetahui arti sesuatu bagi orang-orang yang sedang
diteliti oleh mereka. Inkuiri fenomenologis memulai
dengan diam. Diam merupakan tindakan untuk
menangkap pengertian sesuatu yang sedang diteliti.
Jadi yang ditekankan dalam fenomenologi
adalah pemahaman terhadap pengalaman subyektif

46 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 46


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

atas peristiwa dan kaitan-kaitannya yang melingkupi


subyek.
Berikut adalah komponen konseptual dalam
fenomenologi transendental Husserl:
1. Kesengajaan (Intentionality); adalah orientasi
pikiran terhadap suatu objek (sesuatu) yang
menurut Husserl, objek atau sesuatu tersebut bisa
nyata atau tidak nyata. Objek nyata seperti
sebongkah kayu yang dibentuk dengan tujuan
tertentu dan kita namakan dengan kursi. Objek
yang tidak nyata misalnya konsep tentang tanggung
jawab, kesabaran, dan konsep lain yang abstrak
atau tidak real. Husserl menyatakan bahwa
kesengajaan sangat terkait dengan kesadaran atau
pengalaman seseorang dimana kesengajaan atau
pengalaman tersebut dipengaruhi oleh faktor
kesenangan (minat), penilaian awal, dan harapan
terhadap objek. Misalnya minat terhadap bola akam
menentukan kesengajaan untuk menonton
pertandingan sepak bola.
2. Noema dan Noesis; merupakan turunan dari
kesengajaan atau intentionality. Intentionality
adalah maksud memahami sesuatu, dimana setiap
pengalaman individu memiliki sisi obyektif dan
subyektif. Jika akan memahami, maka kedua sisi
itu harus dikemukakan. Sisi obyektif fenomena
(noema) artinya sesuatu yang bisa dilihat, didengar,
dirasakan, dipikirkan, atau sekalipun sesuatu yang
masih akan dipikirkan (ide). Sedangkan sisi
subyektif (noesis) adalah tindakan yang dimaksud
(intended act) seperti merasa, mendengar,
memikirkan, dan menilai ide.
Terdapat kaitan yang erat antara noema dan noesis
meskipun keduanya sangat berbeda makna.
Noema akan membawa pemikiran kita kepada
noesis. Tidak akan ada noesis jika kita tidak
mengawalinya dengan noema. Begini mudahnya.
Kita tidak akan tau tentang bagaimana rasanya
menikmati buah durian (noesis karena ada aspek

47 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 47


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

merasakan, sebagai sesuatu atau objek yang


abstrak) jika kita sendiri belum mengetahui seperti
apa wujud durian (noema karena berkaitan dengan
wujud, sebagai sesuatu atau objek yang nyata).
3. Intuisi masuk dalam unit analisis Husserl ini
dipengaruhi oleh intuisi menurut Descrates yakni
kemampuan membedaka “yang murni” dan yang
diperhatikan dari the light of reason alone (semata-
mata alasannya). Intuisilah yang membimbing
manusia mendapatkan pengetahuan. Bagi Husserl,
intuisilah yang menghubungkan noema dan
noesis. Inilah sebabnya fenomenologi Husserl
dinamakan fenomenologi transendental, karena
terjadi dalam diri individu secara mental
(transenden).
4. Intersubjektivitas; makna intersubjektif ini
dijabarkan oleh Schutz. Bahwa makna
intersubjektif ini berawal dari konsep ‘sosial’ dan
konsep ‘tindakan’. Konsep sosial didefinisikan
sebagai hubungan antara dua atau lebih orang dan
konsep tindakan didefinisikan sebagai perilaku
yang membentuk makna subjektif. Akan tetapi,
makna subjektif tersebut bukan berada di dunia
privat individu melainkan dimaknai secara sama
dan bersama dengan individu lain. Oleh karenanya,
sebuah makna subjektif dikatakan intersubjektif
karena memiliki aspek kesamaan dan
kebersamaan (common and shared).
d. Etnometodelogi
Neuman (1997)
mengartikan etnometodologi sebagai keseluruhan
penemuan, metode, teori, suatu pandangan dunia.
Pandangan etnometodologi berasal dari
kehidupan. Etnometodologi berusaha memaparkan
realitas pada tingkatan yang melebihi sosiologi, dan ini
menjadikannya berbeda banyak dari sosiologi dan
psikologi. Etnometodologi memiliki batasan sebagai
kajian akal sehat, yakni kajian dari observasi

48 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 48


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

penciptaan yang digunakan terus-menerus dalam


interaksi sosial dengan lingkungan yang sewajarnya.
Secara terminology, etnometodologi.
Diterjemahkan sebagai sebuah metode
pengorganisasian masyarakat dengan melihat
beberapa aspek kebutuhan, diantaranya: pencerahan
dan pemberdayaan. Etnometodologi bukanlah metode
yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan
data, melainkan menunjuk pada permasalahan apa
yang akan diteliti. Etnometodologi adalah studi tentang
bagaimana individu menciptakan dan memahami
kehidupan sehari-hari, metodenya untuk mencapai
kehidupan sehari-hari. Etnometodologi didasarkan
pada ide bahwa kegiatan sehari-hari dan interaksi
sosial yang sifatnya rutin, dan umum, mungkin
dilakukan melalui berbagai bentuk keahlian, pekerjaan
praktis, dan asumsi-asumsi tertentu. Keahlian,
pekerjaan praktis, dan asumsiasumsi itulah yang
disebut dalam etnometodologi.
Tujuan utama etnometodologi adalah untuk
mempelajari bagaimana anggota masyarakat selama
berlangsungnya interaksi sosial, membuat sense of
indexical expression. Istilah indexical tidak bermakna
universal namun bergantung pada konteks (misalnya,
ia, dia, mereka). Sifatnya terbatas pada yang diindeks
atau dirujuk Subjek etnometodologi bukanlah anggota-
anggota suku-suku terasing, melainkan orang-orang
dalam perbagai macam situasi dalam masyarakat
kita. Etnometodologi berusaha memahami bagaimana
orang-orang mulai melihat, menerangkan, dan
menguraikan keteraturan dunia di tempat mereka
hidup.Pemanfaatan metode ini lebih dilatari oleh
pemikiran praktis (practical reasoning) ketimbang oleh
kemanfaatan logika formal (formal logic).
Etnometodologi ditakrifkan sebagai kajian
mengenai pengetahuan, aneka ragam prosedur dan
pertimbangan yang dapat dimengerti oleh anggota
masyarakat biasa. Masyarakat seperti ini bisa mencari

49 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 49


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

jalan dan bisa bertindak dalam keadaan dimana


mereka bisa menemukan dirinya sendiri (Ritzer, 1996).
e. Grounded Theory
Penelitian grounded theory dikembangkan pertama
kali pada tahun 1960s oleh dua sosiologis, Barney
Glaser and Anselm Strauss berdasarkan penelitian
yang mereka lakukan pada pasien-pasien berpenyakit
akut di Rumah Sakit Universitas California, San
francisco. Sebagai respon, Glaser dan Strauss
menerbitkan The Discovery of Grounded Theory
(1967), buku yang menjelaskan prosedur metode
grounded theory secara terperinci. grounded theory
merupakan metodologi penelitian kualitatif yang
berakar pada kontruktivisme, atau paradigma
keilmuan yang mencoba mengkontruksi atau
merekontruksi teori atas suatu fakta yang terjadi di
lapangan berdasarkan pada data empirik.
Kontruksi atau rekontruksi teori itu diperoleh
melalui analisis induktif atas seperangkat data emik
berbentuk korpus yang diperoleh berdasarkan
pengamatan lapangan. Hal ini didukung Borgatti
(1990) dengan menjelaskan bahwa frasa "grounded
theory", nama yang diberikan kepada grounded theory,
merujuk pada “theory that is developed inductively
from a corpus of data”. Data-data yang dianalisis
merupakan emik karena data-data itu diperoleh
berdasarkan penuturan, tindakan, dan pengalaman
para partisipan. Data-data itu kemudian diidentifikasi,
diberi kode, dikategorikan, dan secara konstan
dibandingkan satu dengan yang lain.
Tujuan penelitian grounded theory adalah
merekonstruksi teori-teori yang digunakan untuk
memahami fenomena. Elliott dan Lazenbatt (2005)
mengatakan: “With its origins in sociology, grounded
theory emphasises the importance of developing an
understanding of human behaviour through a process of
discovery and induction rather than from the more
traditional quantitative research process of hypothesi

50 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 50


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

testing and deduction.” Oleh karena itu, grounded


theory sesuai digunakan dalam rangka menjelaskan
fenomena, proses atau merumuskan teori yang umum
tentang sebuah fenomena yang tidak bisa dijelaskan
dengan teori yang ada. Haig (1995) mengatakan bahwa
meskipun grounded theory pada awalnya diterapkan
dan dikembangkan di bidang sosiologi, metode ini
dapat dan telah digunakan dengan baik di berbagai
disiplin ilmu, seperti pendidikan, keperawatan, ilmu
politik, dan psikologi. Khusus di bidang pendidikan,
Creswell (2008: 432) mengatakan bahwa grounded
theory sangat sesuai digunakan untuk meneliti proses
pengembangan kemampuan menulis di kalangan
siswa atau proses pengembangan karir di kalangan
wanita Amerika-Afrika dan Kaukasia yang berprestatsi
tinggi. grounded theory juga sesuai digunakan untuk
meneliti tindakan manusia, seperti proses
keikutsertaan para peserta yang mengikuti kelas-kelas
pendidikan orang dewasa, atau untuk meneliti
interaksi antar individu, seperti dukungan yang
diberikan para pejabat sebuah jurusan kepada para
peneliti fakultas.

3. Tahapan Penelitian Kualitatif


Proses penelitian disajikan menurut tahap-
tahapnya, yaitu: (1) Tahap Pra-lapangan, (2) Tahap
Kegiatan Lapangan, dan (3) Tahap Pasca-lapangan.
a. Tahap Pra-lapangan
Beberapa kegiatan dilakukan sebelum peneliti
memasuki lapangan. asing-masing adalah: (1)
Penyusunan rancangan awal penelitian, (2)
Pengurusan ijin penelitian, (3) Penjajakan lapangan
dan penyempurnaan rancangan penelitian (4)
Pemilihan dan interaksi dengan subjek dan informan,
dan (5) Penyiapan piranti pembantu untuk kegiatan
lapangan. Perlu dikemukakan, peneliti menaruh minat
dan kepedulian terhadap gejala menglaju dan akibat-
akibat sosialnya. Pengamatan sepintas sudah

51 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 51


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

dilakukan jauh sebelum rancangan penelitian disusun


dan diajukan sebagai topik penelitian.
Berbekal pengamatan awal dan telaah pustaka,
peneliti mengajukan usulan penelitian tentang
mobilitas penduduk dan perubahan di pedesaan.
Usulan yang diajukan dan diseminarkan dengan
mengundang teman sejawat dan pakar. Karena
berpendekatan kualitatif, usulan penelitian itu
dipandang bersifat sementara (tentative). Karena itu
peluang seminar digunakan untuk menangkap kritik
dan masukan, baik terhadap topik maupun metode
penelitian. Berdasarkan kritik dan masukan tersebut,
peneliti membenahi rancangan penelitiannya dan
melakukan penjajakan lapangan.
Penjajakan lapangan dilakukan dengan tiga teknik
secara simultan dan lentur, yaitu (a) pengamatan;
peneliti mengamati secara langsung tentang gejala-
gejala umum permasalahan, misalnya arus menglaju
pada pagi dan sore hari, (b) wawancara; secara
aksidental peneliti mewawancari beberapa informan
dan tokoh masyarakat, (c) telaah dokumen; peneliti
memilih dan merekam data dokumen yang relevan,
baik yang menyangkut Bandulan maupun Kotamadya
Dati II Malang.
Perumusan masalah dan pemilihan metode
penelitian yang lebih tepat dilakukan lagi berdasarkan
penjajakan lapangan (grand tour observation).
Sepanjang kegiatan lapangan, ternyata pusat
perhatian dan teknik-teknik terus mengalami
penajaman dan penyesuaian. Dalam ungkapan
Lincoln dan Guba (1985: 208), kecenderungan
rancangan penelitian yang terus-menerus mengalami
penyesuaian berdasarkan interaksi antara peneliti
dengan konteks ini disebut rancangan membaharu
(emergent design). Berdasarkan penjajakan lapangan,
peneliti menetapkan tema pokok penelitian ini, yaitu:
perubahan sosial di mintakat penglaju (commuters'
zone). Pusat perhatian diberika pada peran penglaju
dalam perubahan sosial di Bandulan, Kecamatan

52 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 52


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

Sukun, Kotamadya Malang. Secara rinci pusat


perhatian ini mencakup beberapa pertanyaan
sebagaimana diajukan dalam bab pendahuluan, yaitu:
1. Faktor apa saja, baik dari dalam diri, dari dalam
desa, maupun dari luar desa, yang mendorong
perilaku menglaju pada sebagian penduduk
Bandulan? Apakah makna menglaju sebagaimana
dihayati oleh mereka
2. Bagaimanakah ragam gaya hidup, pola interaksi
sosial, solidaritas dan peran sosial masing-masing
kategori empiris penduduk dalam perubahan sosial
di Bandulan, dan
3. Akibat-akibat sosial apa saja yang terjadi karena
banyaknya penduduk yang menglaju ke luar
Bandulan, baik pada sistem nilai dan kepercayaan,
pranata sosial dan ekonomi, dan pola pelapisan
sosial sebagaimana dirasakan oleh masyarakat
setempat?
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Sepanjang pelaksanaan penelitian, ternyata
penyempurnaan tidak hanya menyangkut pusat
perhatian penelitian, melainkan juga pada metode
penelitiannya. Bogdan dan Taylor (1975:126) memang
menegaskan agar para peneliti sosial mendidik
(educate) dirinya sendiri. "To be educated is to learn to
create a new. We must constantly create new methods
and new approaches". Konsep sampel dalam penelitian
ini berkaitan dengan bagaimana memilih informan
atau situasi sosial tertentu yang dapat memberikan
informasi mantap dan terpercaya mengenai unsur-
unsur pusat perhatian penelitian. Pemilihan informan
mengikuti pola bola salju (snow ball sampling). Bila
pengenalan dan interaksi sosial dengan responden
berhasil maka ditanyakan kepada orang tersebut
siapa-siapa lagi yang dikenal atau disebut secara tidak
langsung olehnya. Dalam menentukan jumlah dan
waktu berinteraksi dengan sumber data, peneliti
menggunakan konsep sampling yang dianjurkan oleh

53 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 53


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

Lincoln dan Guba (1985), yaitu maximum variation


sampling to document unique variations. Peneliti akan
menghentikan pengumpulan data apabila dari sumber
data sudah tidak ditemukan lagi ragam baru. Dengan
konsep ini, jumlah sumber data bukan merupakan
kepedulian utama, melainkan ketuntasan perolehan
informasi dengan keragaman yang ada.
Tidak semua penduduk bisa memberikan data
yang diperlukan. Karena itu, hanya 25 orang sumber
data yang diwawancarai secara mendalam. Masing-
masing adalah 14 orang penduduk asli penglaju, 6
orang penduduk asli bukan penglaju, dan 5 orang
penduduk pendatang penglaju. Karena data utama
penelitian ini diperoleh berdasarkan interaksi dengan
responden dalam latar alamiah, maka beberapa
perlengkapan dipersiapkan hanya untuk
memudahkan, misalnya: (1) tustel, (2) tape recorder,
dan (3) alat tulis termasuk lembar catatan lapangan.
Perlengkapan ini digunakan apabila tidak mengganggu
kewajaran interaksi sosial.
Pengamatan dilakukan dalam suasana alamiah
yang wajar. Pada tahap awal, pengamatan lebih
bersifat tersamar. Teknik ini seringkali memaksa
peneliti melakukan penyamaran. Misalnya: untuk
mengamati aspek-aspek yang berhubungan dengan
perilaku dan gaya hidup, peneliti beranjang-sana di
rumah informan. Sambil berbincang-bincang, peneliti
mencermati cara berbicara, berpakaian, penataan
ruang, gaya bangunan rumah, benda-benda simbolik
dan sebagainya. Ketersamaran dalam pengamatan ini
dikurangi sedikit demi sedikit seirama dengan semakin
akrabnya hubungan antara pengamat dengan
informan. Ketika suasana akrab dan terbuka sudah
tercipta, peneliti bisa mengkonfirmasikan hasil
pengamatan melalui wawancara dengan informan.
Dengan wawancara, peneliti berupaya mendapatkan
informasi dengan bertatap muka secara fisik
danbertanya-jawab dengan informan. Dengan teknik
ini, peneliti berperan sekaligus sebagai piranti

54 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 54


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

pengumpul data. Selama wawancara, peneliti juga


mencermati perilaku gestural informan dalam
menjawab pertanyaan. Untuk menghindari kekakuan
suasana wawancara, tidak digunakan teknik
wawancara terstruktur. Bahkan wawancara dalam
penelitian ini seringkali dilakukan secara spontan,
yakni tidak melalui suatu perjanjian waktu dan tempat
terlebih dahulu dengan informan. Dengan ini peneliti
selalu berupaya memanfaatkan kesempatan dan
tempat-tempat yang paling tepat untuk melakukan
wawancara. Selama kegiatan lapangan peneliti
merasakan bahwa pengalaman sosialisasi, usia dan
atribut- atribut pribadi peneliti bisa mempengaruhi
interaksi peneliti dengan informan. Semakin mirip latar
belakang informan dengan peneliti, semakin lancar
proses pengamatan dan wawancara.
Sebaliknya, ketika mewawancarai informan yang
berbeda latar belakang, peneliti harus menyesuaikan
diri dengan mereka. Banyak ragam cara menyesuaikan
diri. Di antaranya dengan cara berpakaian, bahasa
yang digunakan, waktu wawancara, hingga
penyamaran seolah-olah peneliti memiliki sikap dan
kesenangan yang sama dengan informan. Karena
kendala itu, pengumpulan data terhadap penduduk
asli, baik penglaju dan lebih-lebih yang bukan
penglaju, berjalan agak lamban.
Kejenuhan, bahkan rasa putus-asa kadang-kadang
muncul dan menyerang peneliti. Dalam keadaan
demikian, peneliti beristirahat untuk mengendapkan,
membenahi catatan lapangan, dan merenungkan hasil-
hasil yang diperoleh. Dengan cara ini, peneliti bisa
menemukan informasi penting yang belum terkumpul.
Kedekatan antara tempat tinggal peneliti dengan
informan ternyata sangat membantu kegiatan
lapangan. Secara tidak sengaja peneliti bisa bertemu
dengan informan, sehingga pembicaraan setiap saat
bisa berlangsung. Kendati tidak dirancang, bila hasil
percakapan itu memiliki arti penting bagi penelitian,
akan dicatat dan diperlakukan sebagai data penelitian.

55 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 55


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

Pada dasarnya wawancara dilaksanakan secara


simultan dengan pengamatan. Kadang-kadang
wawancara merupakan tindak-lanjut dari
pengamatan. Misalnya, setelah mengamati suasana
rumah tangga dan keluarga informan, peneliti
menuliskan hasilnya dalam bentuk catatan lapangan.
Wawancara dilakukan setelah itu untuk
mengungkapkan makna dari setiap hasil pengamatan
yang menarik.
1. Penelaahan dokumentasi dilakukankhususnya
untuk mendapatkan data konteks. Kajian
dokumentasi di lakukan terhadap catatan-catatan,
arsip- arsip, dan sejenisnya termasuk laporan-
laporan yang bersangkut paut dengan
permasalahan penelitian.
2. Perekaman dokumen menjadi lebih mudah karena
dokumen, baik dari kelurahan maupun dari
Kotamadya cukup lengkap. Agar tidak menyulitkan
lembaga yang menyediakan, peneliti meminta ijin
untuk menfoto-copy dokumen-dokumen yang
diperlukan atau menyalinnya ke dalam catatan
peneliti.
3. Pemeriksaan keabsahan (trustworthiness) data
dalam penelitian ini dilakukan dengan empat
kriteria sebagaimana dianjurkan oleh Lincoln dan
Guba (1985: 289-331). Masing-masing adalah
derajat: (1) kepercayaan (credibility), (2) keteralihan
(transferability), (3) kebergantungan
(dependability), dan (4) kepastian (confirmability).
4. Untuk meningkatkan derajat kepercayaan data
perolehan, dilakukan dengan teknik: (1)
perpanjangan keikut-sertaan, (2) ketekunan
pengamatan, (3) triangulasi, (4) pemeriksaan
sejawat, (5) kecukupan referensial, (6) kajian kasus
negatif, dan (7) pengecekan anggota.
Kegiatan lapangan penelitian ini semula dijadwal
tidak lebih dari enam bulan. Dengan pertimbangan
bahwa peningkatan waktu masih memunculkan

56 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 56


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

informasi baru, maka lama kegiatan lapangan


diperpanjang. Dengan perpanjangan waktu ini, seperti
dikemukakan Moleong (1989), peneliti dapat
mempelajari "kebudayaan", menguji kebenaran dan
mengurangi distorsi. Dengan mengamati secara tekun,
peneliti bisa menemukan ciri-ciri atau unsur-unsur
dalam suatu situasi yang sangat relevan dengan peran
penglaju dalam perubahan sosial di Bandulan. Bila
perpanjangan keikutsertaan menyediakan lingkup,
maka ketekunan pengamatan menyediakan
kedalaman.
Triangulasi dilakukan untuk melihat gejala dari
berbagai sudut dan melakukan pengujian temuan
dengan menggunakan berbagai sumber informasi dan
berbagai teknik. Empat macam triangulasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
pemeriksaandengan memanfaatkan sumber, metode,
penyidik dan teori. Meskipun Lincoln dan Guba (1985)
tidak menganjurkan triangulasi teori, tampaknya
Patton (1987: 327) berpendapat lain. Menurutnya,
triangulasi antar teori tetap dibutuhkan sebagai
penjelasan banding (rival explanation).
Dalam penelitian ini, penempatan teori lebih
mengikuti anjuran Bogdan dan Taylor (1975). Menurut
mereka, teori memberikan suatu penjelasan atau
kerangka kerja penafsiran yang memungkinkan
peneliti memberi makna pada kekacauan data (morass
of data) dan menghubungkan data dengan kejadian-
kejadian dan latar yang lain. Karena itu, sangat penting
bagi peneliti untuk mengetengahkan temuannya
dengan perspektif teoretik lain, khususnya selama
tahap pengolahan data penelitian yang intensif.
Pengamatan dan wawancara tidak terstruktur yang
diterapkan dalam penelitian ini memang menghasilkan
data yang masih kacau. Untuk memilah dan memberi
makna pada data tersebut, peneliti tidak bisa tidak
harus berpaling kepada teori-teori sosiologi dan
antropologi yang relevan.

57 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 57


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

Pemeriksaan sejawat dilakukan dengan cara


mengetengahkan (to expose) hasil penelitian, baik yang
bersifat sementara maupun hasil akhir, dalam bentuk
diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat. Dengan
cara ini peneliti berusaha mempertahankan sikap
terbuka dan kejujuran, dan mencari peluang untuk
menjajaki dan menguji hipotesis yang muncul dari
peneliti (pemikiran peneliti).
Sebelum menetapkan temuan sebagai
kecenderungan pokok, peneliti melakukan pengecekan
anggota. Ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan
berapa proporsi kasus yang mendukung temuan, dan
berapa yang bertentangan dengan temuan. Bila ada
penyimpangan dalam kasus-kasus tertentu, peneliti
menelaahnya secara lebih cermat. Telaah lebih cermat
terhadap kasus-kasus yang menyimpang sering
disebut sebagai analisis kasus negatif. Teknik ini
dilakukan untuk menelaah kasus- kasus yang saling
bertentangan dengan maksud menghaluskan simpulan
sampai diperoleh kepastian bahwa simpulan itu benar
untuk semua kasus atau setidak-tidaknya sesuatu
yang semula tampak bertentangan, akhirnya dapat
diliput aspek-aspek yang tidak berkesesuaian tidak
lagi termuat. Dengan kata-kata lain dapat dijelaskan
"duduk persoalannya".
Selain itu, peneliti juga menguji kecukupan acuan
dalam menarik simpulan. Kecukupan acuan dalam
penelitian ini dilakukan dengan mengajukan kritik
internal terhadap temuan penelitian. Berbagai bahan
digunakan untuk meneropong temuan penelitian.
Usaha meningkatkan keteralihan dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara "uraian rinci" (thick
description). Untuk itu, peneliti melaporkan hasil
penelitiannya secermat dan selengkap mungkin yang
menggambarkan konteks dan pokok permasalahan
secara jelas. Dengan demikian, peneliti menyediakan
apa-apa yang dibutuhkan oleh pembacanya untuk
dapat memahami temuan-temuan.

58 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 58


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

Kebergantungan penelitian ini diupayakan dengan


audit kebergantungan. Dalam hal ini peneliti
memberikan hasil penelitian dan melaporkan proses
penelitian termasuk "bekas-bekas" kegiatan yang
digunakan. Berdasarkan penelusurannya, seorang
auditor dapat menentukan apakah temuan-temuan
penelitian telah bersandar pada hasil di lapangan.
Kepastian penelitian ini diupayakan dengan
memperhatikan topangan catatan data lapangan dan
koherensi internal laporan penelitian. Hal ini
dilakukan dengan cara meminta berbagai pihak untuk
melakukan audit kesesuaian antara temuan dengan
data perolehan dan metode penelitian.
c. Tahap Pasca Lapangan
Telah disinggung bahwa penelitian ini menerapkan
metode kualitatif, yaitu suatu prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata orang
baik tertulis maupun lisan dan tingkah laku teramati,
termasuk gambar (Bogdan and Taylor, 1975). Walau
peneliti tidak sependapat dengan teknik-teknik analisis
data kualitatif menurut Miles dan Huberman (1987),
model analisis interaktif yang digambarkannya sangat
membantu untuk memahami proses penelitian ini.
Model analisis interaktif mengandung empat
komponen yang saling berkaitan, yaitu (1)
pengumpulan data, (2) penyederhanaan data, (3)
pemaparan data, dan (4) penarikan dan pengujian
simpulan. Mengacu model interaktif, analisis data
tidak saja dilakukan setelah pengumpulan data, tetapi
juga selama pengumpulan data. Selama tahap
penarikan simpulan, peneliti selalu merujuk kepada
"suara dari lapangan" untuk mendapatkan
konfirmabilitas. Analisis selama pengumpulan data
(analysis during data collection) dimaksudkan untuk
menentukan pusat perhatian (focusing),
mengembangkan pertanyaan-pertanyaan analitik dan
hipotesis awal, serta memberikan dasar bagi analisis
pasca pengumpulan data (analysis after data

59 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 59


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

collection). Dengan demikian analisis data dilakukan


secara berulang-ulang (cyclical).
Pada setiap akhir pengamatan atau wawancara,
dicatat hasilnya ke dalam lembar catatan lapangan
(field notes). Lembar catatan lapangan ini berisi: (1)
teknik yang digunakan, (2) waktu pengumpulan data
dan pencatatannya, (3) tempat kegiatan atau
wawancara, (4) paparan hasil dan catatan, dan (5)
kesan dan komentar. Contoh catatan lapangan dapat
diperiksa pada lampiran. Pendirian ontologis
penelitian adalah bahwa tujuan penyelidikan adalah
mengembangkan suatu bangunan pengetahuan
idiografik dalam bentuk "hipotesis kerja" yang
menggambarkan kasus individual (Lincoln and Guba,
1985: 38). Implikasinya, konstruksi realitas, yang
dalam hal ini adalah gejala menglaju dan pengaruh
sosialnya, tidak dapat dipisahkan dari konteks
(kedisinian, Bandulan) dan waktu (kekinian, 1996).
Untuk itu peneliti memandang penting untuk
menyelidiki secara cermat akar-akar gejala menglaju
sebagai konteks kajian. Berdasarkan asal faktor
pemicu gejala menglaju peneliti menemukenali tiga
kategori faktor, yaitu: (1) dari dalam diri, (2) dari dalam
desa, dan (3) dari luar desa.
Empat teknik analisis data kualitatif sebagaimana
dianjurkan oleh Spradley (1979) diterapkan dalam
penelitian ini. Masing-masing adalah: (1) analisis ranah
(domain analysis), (2) analisis taksonomik (taxonomic
analysis), (3) analisis komponensial (componential
analysis). dan (4) analisis tema budaya (discovering
cultural themes). Analisis ranah bermaksud
memperoleh pengertian umum dan relatif menyeluruh
mengenai pokok permasalahan. Hasil analisis ini
berupa pengetahuan tingkat "permukaan" tentang
berbagai ranah atau kategori konseptual. Kategori
konseptual ini mewadahi sejumlah kategori atau
simbol lain secara tertentu. Pada tahap awal,
berdasarkan pola mobilitas hariannya, peneliti
menemukenali dua kategori pokok penduduk
Bandulan. Masing-masing adalah penduduk penglaju

60 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 60


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

dan bukan penglaju. Berdasarkan asalnya, peneliti


menemukenali dua kategori pokok penduduk
Bandulan, yaitu: penduduk asli dan penduduk
pendatang.
Pada analisis taksonomik, pusat perhatian
penelitian ditentukan terbatas pada ranah yang sangat
berguna dalam upaya memaparkan atau menjelaskan
gejala-gejala yang menjadi sasaran penelitian. Pilihan
atau pembatasan pusat perhatian dilakukan
berdasarkan pertimbangan nilai strategik temuannya
bagi program peningkatan kualitas hidup subyek
penelitian atau mengacu pada strategic ethnography
(Faisal, 1990: 43). Analisis taknonomik tidak dilakukan
secara murni berdasar data lapangan, tetapi
dikonsultasikan dengan bahan-bahan pustaka yang
telah ada. Beberapa anggota ranah yang menarik dan
dipandang penting dipilih dan diselidiki secara
mendalam. Dalam hal ini adalah bagaimana peran
masing-masing kategori tersebut dalam proses
perubahan sosial yang berlangsung di Bandulan.
Analisis komponensial dilakukan untuk
mengorganisasikan perbedaan (kontras) antar unsur
dalam ranah yang diperoleh melalui pengamatan dan
atau wawancara terseleksi. Dalam hemat peneliti,
kedalaman pemahaman tercermin dalam kemampuan
untuk mengelompokkan dan merinci anggota sesuatu
ranah, juga memahami karakteristik tertentu yang
berasosiasi dengannya. Dengan mengetahui warga
suatu ranah, memahami kesamaan dan hubungan
internal, dan perbedaan antar warga dari suatu ranah,
dapat diperoleh pengertian menyeluruh dan mendalam
serta rinci mengenai suatu pokok permasalahan.
Dengan demikian akan diperoleh pemahaman makna
dari masing-masing warga ranah secara holistik. Hasil
lacakan kontras di antara warga suatu ranah
dimasukkan ke dalam lembar kerja paradigma
(Spradley, 1979: 180). Kontras-kontras tersebut selalu
diperiksa kembali sebagaimana dalam model analisis
interaktif. Ringkasananalisis komponensial, yang

61 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 61


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

digunakan sebagai pemandu penulisan paparan hasil


penelitian inidisajikan dalam lampiran.
Dalam mengungkap tema-tema budaya, peneliti
menggunakan saran yang diberikan oleh Bogdan dan
Taylor (1975:82-93). Langkah-langkah yang dilakukan
adalah: (1) membaca secara cermat keseluruhan
catatan lapangan, (2) memberikan kode pada topik-
topik pembicaraan penting, (3) menyusun tipologi, (4)
membaca kepustakaan yang terkait dengan masalah
dan konteks penelitian. Berdasarkan seluruh analisis,
peneliti melakukan rekonstruksi dalam bentuk
deskripsi, narasi dan argumentasi. Beberapa sub-topik
disusun secara deduktif, dengan mendahulukan
kaidah pokok yang diikuti dengan kasus dan contoh-
contoh. Sub-topik selebihnya disajikan secara
induktif, dengan memaparkan kasus dan contoh untuk
ditarik kesimpulan umumnya.
Fokus Penelitian Sosial Kualitatif
Paradigma, metode, dan tujuan antara
penelitian kuantitatif dan kualitatif masing-masing
berbeda secara tajam, maka terminologi yang
digunakan di antara keduanya juga berbeda. Di
antara perbedaan itu ialah rumusan masalah dan
fokus penelitian. Kendati masih terjadi silang
pendapat di antara para ahli metodologi penelitian
mengenai penggunaan keduanya, penting untuk
disajikan substansi perbedaannya dan
konsistensi penggunaannya. Sebab, konsistensi
merupakan ukuran derajad ke ‘ilmiah’an sebuah
karya ilmiah.
Sebagai kerja ilmiah, penelitian dimaksudkan
untuk menjawab sebuah masalah, gejala, atau
peristiwa yang terjadi di masyarakat dengan cara
dan prosedur ilmiah. Karena persoalan di
masyarakat, baik sosial maupun kemanusiaan,
itu kompleks, maka masalah yang kelihatannya
biasa (common issues) bisa menjadi sangat penting
dan memiliki makna tertentu setelah didekati

62 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 62


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

dengan cara ilmiah. Karena itu, setiap penelitian


selalu diawali dengan uraian yang mengantarkan
ke pemahaman bahwa masalah itu layak diteliti,
yang lazim disebut sebagai latar belakang
masalah.
Belakangan, seiring dengan perkembangan
dan semakin kokohnya metode penelitian
kualitatif pada dasawarsa 1960 hingga 1980’an,
khususnya dalam penelitian ilmu-ilmu
kemanusiaan (humaniora), para ahli
membedakan istilah yang tepat untuk dipakai
sebagai uraian awal itu, yaitu antara latar
belakang masalah dan konteks penelitian. Tentu
saja karena istilah yang dipakai berbeda, maka
makna yang dibawanya juga berbeda.
Dalam metode penelitian kuantitatif, istilah latar
belakang (background of the study) sangat lazim
dipakai karena memang, dengan nalar berpikir
positivistik yang kausalitas dan deterministik, latar
belakang merupakan komponen atau faktor
penyebab terjadinya masalah yang dirumuskan
menjadi rumusan masalah (research problem).
Dengan demikian, antara latar belakang masalah
dan rumusan masalah merupakan dua variabel
yang berlangsung dalam hubungan sebab akibat.
Selain itu, masalah yang hendak dijawab dalam
penelitian kuantitatif sudah jelas sejak awal dan
tidak akan berubah dalam perjalanan penelitian.
Pertanyaan untuk mengumpulkan data pun
sudah dirinci melalui kuesioner. Semua proses
berlangsung secara linier. Karena itu, dalam
penelitian kuantitatif, peneliti tidak lagi
menentukan identifikasi masalah, malainkan
membuat rumusan masalah secara tegas.
Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang
serba jelas sejak awal, bahkan temuan yang akan
dihasilkan pun sudah bisa dirumuskan melalui
apa yang disebut dengan hipotesis, --- sehingga
hipotesis wajib ada---, maka penelitian kualitatif

63 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 63


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

semuanya masih bersifat tentatif. Apa yang


dilakukan peneliti sejatinya masih berupa rabaan
setelah melihat peristiwa atau gejala yang tidak
seperti lazimnya atau unik. Sebagaimana telah
diuraikan pada tulisan sebelumnya tentang nalar
dasar penelitian kualitatif dan kuantitatif, kendati
manusia merupakan makhluk berkehendak dan
kaya ide, sebenarnya panca indra manusia
sangat terbatas. Padahal, panca indra
merupakan alat utama dan pertama memperoleh
pengetahuan dengan cara melihat, merasakan,
dan membaca gejala yang muncul. Karena
keterbatasan itu, maka yang dilakukan peneliti
kualitatif pada tahap awal sejatinya masih berupa
identifikasi titik-titik isu yang mungkin bisa
diteruskan untuk diteliti atau mungkin tidak bisa
dilanjutkan, karena tidak memiliki cukup informasi
sebagai data, atau tidak memberikan kontribusi
yang bernilai tinggi bagi pengembangan keilmuan
pada bidan yang diteliti.
Disebut mungkin, karena dalam kenyataannya dan
pengalaman penulis melakukan penelitian yang
terjadi di lapangan setelah peneliti mulai
mengumpulkan data, isu yang lebih menarik dan
penting untuk diteliti muncul. Wawancara sebagai
metode utama perolehan data pun dimulai
dengan hal-hal yang bersifat umum. Setelah itu
semakin menyempit ke hal-hal yang lebih khusus
dan menukik. Lewat wawancara peneliti
memberikan ruang yang sangat luas kepada
informan atau subjek penelitian untuk
menyampaikan apa saja yang diketahui tentang
topik yang diteliti. Di sini biasanya isu yang lebih
menarik muncul. Bisa saja terjadi isu baru itu mirip,
ata sama, tetapi bisa berbeda sama sekali dengan
yang dirancang sejak semula. Karena serba
ketidakpastian itu, uraian awal tidak disebut
sebagai latar belakang, melainkan konteks
penelitian. Dengan menggunakan istilah konteks,
maka peneliti memiliki keluasan ruang untuk

64 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 64


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

mengubah tema bahkan isu yang akan diteliti


setelah peneliti terjun ke lapangan.
Perubahan isu yang akan diteliti tidak saja
berasal dari expert judgment peneliti sendiri
setelah melihat lapangan, berhubungan dengan
partisipan dan informan atau setelah membaca
pustaka, tetapi juga dari informan atau partisipan
penelitian setelah diberi kesempatan oleh peneliti
untuk menyampaikan gagasan, pikiran, dan
pandangan-pandangnnya mengenai tema
penelitian. Karena itu, penting bagi peneliti
kualitatif menentukan informan yang menguasai
tema yang diteliti. Pilihlah informan yang
memenuhi syarat sebagai maximum variety, yakni
orang yang mengetahui dan syukur menguasai
tema yang diteliti. Di sini perbedaan lain yang
sangat tegas antara metode penelitian kuantitatif
dengan metode penelitian kualitatif.
Jika dalam penelitian kuantitatif sumber
perolehan data adalah orang yang diberi
kuesioner, lazimnya disebut responden, maka
dalam penelitian kualitatif sumber data berasal dari
orang yang diwawancarai yang selanjutnya
disebut informan. Jika responden, tidak diberi
ruang gerak menyampaikan pendapat, pikiran
dan gagasan selain yang telah ditentukan berupa
pilihan-pilihan jawaban dalam kuesioner, maka
sebaliknya informan diberi ruang seluas-luasnya
menyampaikan gagasannya. Jika di mata
responden, peneliti dianggap sebagai orang yang
lebih tahu tentang tema yang diteliti, maka di mata
informan peneliti adalah orang yang ‘diberitahu’
tentang tema penelitian. Oleh karena itu, ia
disebut informan, yakni orang yang memberi
informasi kepada peneliti apa saja menyangkut
tema penelitian. Dia bisa menjadi teman peneliti
untuk berdiskusi.
Karena itu pula, pilihan informan yang tepat
sangat menentukan kualitas penelitian. Bisa saja

65 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 65


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

terjadi subjek penelitian (orang yang diteliti) ---bukan


objek- - pada saat yang sama menjadi informan
penelitian. Lebih lanjut dapat dikatakan jika
kualitas data penelitian kuantitatif tergantung
pada kualitas kuesioner dan keterwakilan
sampelnya, maka kualitas data penelitian kualitatif
sangat tergantung pada kecakapan peneliti dan
kualitas informannya. Semakin berkualitas
informan--- artinya menguasai tema penelitian dan
isu yang hendak dijawab---, maka semakin kaya
informasi yang diperoleh peneliti. Sebagaimana
diketahui, kekayaan data atau informasi
merupakan salah satu syarat penelitian kualitatif.
Karena sifat keterbukaan, tentativeness dan
masih dalam tahapan rabaan peneliti
sebagaimana diuraikan di atas, maka uraian awal
yang mengantarkan ke masalah yang diteliti tidak
disebut latar belakang (background of research),
melainkan konteks penelitian (research context),
dan isu yang diajukan untuk dijawab tidak disebut
rumusan masalah (research problems),
melainkan fokus penelitian (research focus).
Kendati menggunakan istilah latar belakang dan
rumusan masalah tidak total salah dalam
penelitian kualitatif, tetapi konsistensi
menggunakan istilah sebagai konsekuensi pilihan
metodologis sangat penting. Itu menggambarkan
kadar keilmuan seseorang.

4. Fokus Penelitian dan masalah penelitian Kualitatif


Pandangan penelitian kualitatif, gejala itu
bersifat holistic (menyeluruh tidak dapat dipisah-pisah),
sehingga peneliti kualitatif tidak akan menetapkan
penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian,
tetapi keseluruhan situasi sosial yang diteliti meliputi
aspek tempat (place), pelaku (actor), aktivitas (activity)
yang berinteraksi secara sinergi (Sugiyono,
2013:32).Karena terlalu luasnya masalah, maka dalam
penelitian kualitatif, peneliti akan membatasi

66 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 66


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

penelitiannya dalam satu atau lebih variabel. Batasan


masalah dalam penelitian kualitatif disebut fokus, yang
bersifat pokok masalah yang masih bersifat umum. Fokus
penelitian dapat digambarkan seperti gambar berikut.

a. Menentukan Fokus (Satu Domain)


Dalam mempertajam penelitian, peneliti kualitatif
menetapkan fokus. Spradley menyatakan bahwa “A
focused refer to a single cultural domain or a few related
domains” maksudnya adalah bahwa, fokus itu
merupakan domain tunggal atau beberapa domain
yang terkait situasi sosial. Dalam penelitian kualitatif,
penentuan fokus dalam proposal lebih didasarkan
pada tingkat kebaruan informasi yang akan diperoleh
dari situasi sosial (lapangan). Kebaruan informasi itu
bisa berupa upaya untuk memahami secara lebih luas
dan mendalam tentang situasi sosial, tetapi ada
keinginan untuk menghasilkan hipotesis atau ilmu
baru dari situasi sosial yang diteliti.
Fokus yang sebenarnya dalam penelitian kualitatif
diperoleh setelah peneliti melakukan grand tour
observation dan grand tour question atau yang disebut
penjelajahan umum. Dari penjelajahan umum ini
peneliti akan memperoleh gambaran umum
menyeluruh tentang situasi sosial. Untuk dapat

67 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 67


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

memahami secara lebih luas dan mendalam, maka


diperlukan pemilihan fokus penelitian.
Spradley dalam Sugiyono (2013:34)
mengemukakan empat alternatif untuk menetapkan
fokus penelitian yaitu sebagai berikut.
a. Menetapkan fokus pada permasalahan yang
disarankan oleh informan.
b. Menetapkan fokus berdasarkan domain-domain
tertentu organizing domain.
c. Menetapkan fokus yang memiliki nilai temuan
untuk pengembangan iptek.
d. Menetapkan fokus berdasarkan permasalahan
yang terkait dengan teori-teori yang telah ada.
Dalam penelitian kualitatif seperti telah
dikemukakan, rumusan masalah merupakan fokus
penelitian masih bersifat sementara dan akan
berkembang setelah peneliti masuk lapang atau situasi
sosial tertentu. Namun demikian, setiap peneliti baik
peneliti kuantitatif maupun kualitatif harus membuat
rumusan masalah. Pertanyaan penelitian kualitatif
dirumuskan dengan maksud untuk memahami gejala
yang kompleks dalam kaitannya dengan aspek-aspek
lain (in context). Peneliti yang mengunakan
pendekatan kualitatif, pada tahap awal penelitiannya,
kemungkinan belum memiliki gambaran yang jelas
tentang aspek-aspek masalah yang akan ditelitinya. Ia
akan mengembangkan fokus penelitian sambil
mengumpulkan data. Proses ini disebut “emergent
design” (Lincoln & Guba dalam Sugiyono, 2013:
36). Dalam penelitian kualitatif, pertanyaan penelitian
tidak dirumuskan atas dasar definisi operasional dari
suatu variabel penelitian. Pertanyaan penelitian
kualitatif dirumuskan dengan maksud untuk
memahami gejala yang kompleks dalam kaitannya
dengan aspek-aspek lain (in context).

68 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 68


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

D. RANGKUMAN

Tahapan penelitian kualitatif terdiri dari tiga tahap,


yaitu: 1) Tahap Pra-lapangan, kegiatan yang dilakukan
pada tahap ini yaitu: (1) Penyusunan rancangan awal
penelitian, (2) Pengurusan ijin penelitian, (3) Penjajakan
lapangan dan penyempurnaan rancangan penelitian (4)
Pemilihan dan interaksi dengan subjek dan informan, dan
(5) Penyiapan piranti pembantu untuk kegiatan lapangan.
2) Tahap Kegiatan Lapangan, meliputi (1) Pemilihan
informan mengikuti pola bola salju (snow ball sampling),
(2) Pengamatan dilakukan dalam suasana alamiah yang
wajar. Pada tahap awal, pengamatan lebih bersifat
tersamar. (3) Wawancara, dengan wawancara, peneliti
berupaya mendapatkan informasi dengan bertatap muka
secara fisik dan bertanya-jawab dengan informan, (4)
Penelaahan dokumentasi dilakukan khususnya untuk
mendapatkan data konteks. Dan (5) Pemeriksaan
keabsahan (trustworthiness) data dalam penelitian ini
dilakukan dengan empat kriteria sebagaimana adalah
derajat: a) kepercayaan (credibility), b) keteralihan
(transferability), c) kebergantungan (dependability), dan d)
kepastian (confirmability). Dan (3) Tahap Pasca-lapangan,
yaitu melakukan analisis data. Model analisis interaktif
mengandung empat komponen yang saling berkaitan,
yaitu (1) pengumpulan data, (2) penyederhanaan data, (3)
pemaparan data, dan (4) penarikan dan pengujian
simpulan. Pada setiap akhir pengamatan atau wawancara,
dicatat hasilnya ke dalam lembar catatan lapangan (field
notes). Lembar catatan lapangan ini berisi: (1) teknik yang
digunakan, (2) waktu pengumpulan data dan
pencatatannya, (3) tempat kegiatan atau wawancara, (4)
paparan hasil dan catatan, dan (5) kesan dan komentar.
Empat teknik analisis data kualitatif sebagaimana
dianjurkan oleh Spradley (1979) diterapkan dalam
penelitian yaitu: (1) analisis ranah (domain analysis), (2)
analisis taksonomik (taxonomic analysis), (3) analisis
komponensial (componential analysis). dan (4) analisis
tema budaya (discovering cultural themes).

69 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 69


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

E. EVALUASI

1. Jelaskan tiga tahap penelitian kualitatif


2. Jelaskan perbedaan pendekatan-pendekatan
penelitian kualitatif
3. Buatlah focus penelitian kualitatif dan rumusan
masalah
4. Sebutkan dan jelaskan peran teori dalam penelitian
kualitatif

DAFTAR PUSTAKA

Agusta, 1998. Cara Mudah Menggunakan Metode


Kualitatif. Dokis. Bogor
Denzin and Lincoln, 1994. Handbook of Qualitative
Research. Sage Publications. London
Moleong, 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT.
Remaja Rosdakarya. Bandung,
Marshall and Rossman,1989. Designing Qualitative
Research. Sage Publications. London
Sitorus. 198. Penelitian Kualitatif : Suatu Perkenalan.
Kelompok Dokumentasi Ilmu Sosial. Jurusan Ilmu-
ilmu Sosial dan Ekonomi Pertanian. Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor
Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif.
Bandung: Alfabeta.

70 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 70


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

BAB III
PENGUMPULAN DAN KEABSAHAN
DATA PENELITIAN SOSIAL
KUALITATIF

A. KOMPETESI AKHIR YANG DIHARAPKAN

Setelah mengikuti kuliah ini diharapkan mahasiswa


mampu menjelaskan berbagai macam teknik
pengumpulan dan keabsahan data penelitian social
kualitatif, dan menerapkan dalam kegiatan penelitiannya

B. INDIKATOR

Adapun indicator target kompetensi berupa


kemampuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan teknik pengumpulan
data penelitian sosial kualitatif
2. Mahasiswa mampu menerapkan teknik pengumpulan
data penelitian sosial kualitatif
3. Mahasiswa mampu menjelaskan teknik keabsahan
data penelitian sosial kualitatif
4. Mahasiswa mampu menjelaskan dan membuat
catatan harian dalam penelitian kualitatif

71 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 71


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

C. URAIAN PEMBELAJARAN

1. Pengantar
Ketajaman analisis peneliti dalam menyajikan
sebuah data tidak serta merta menjadikan hasil temuan
peneliti sebagai data yang akurat dan memiliki tingkat
kepercayaan yang tinggi. Perlu melewati pengujian data
terlebih dahulu sesuai dengan prosedural yang telah
ditetapkan sebagai seleksi akhir dalam menghasilkan
atau memproduksi temuan baru. Oleh karena itu, sebelum
melakukan publikasi hasil penelitian, peneliti terlebih
dahulu harus melihat tingkat kesahihan data tersebut
dengan melakukan pengecekan data melalui pengujian
keabsahan data.
Keabsahan Data merupakan standar kebenaran
suatu data hasil penelitian yang lebih menekankan pada
data/ informasi daripada sikap dan jumlah orang. Pada
dasarnya uji keabsahan data dalam sebuah penelitian,
hanya di tekankan pada uji validitas dan reliabilitas. Ada
perbedaan yang mendasar mengenai validitas dan
reliabilitas dalam penelitian kuantitatif dan penelitian
kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif untuk
mendapatkan data yang valid dan reliabel yang diuji
validitas dan reliabilitasnya adalah instrumen
penelitiannnya. Sedangkan dalam penelitian kualitatif
yang diuji adalah datanya. Dalam penelitian kualitatif,
temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak
ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa
yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti.
Uraian tersebut di atas memberikan kesan bahwa
dari segi validitas dan reliabilitas, bila tidak dilakukan
dengan tepat dan benar serta secara lebih hati-hati,
ancaman terhadap pengotoran hasil penelitian akan
benar-benar menjadi kenyataan.

72 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 72


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

2. Karakteristik Data Kualitatif


a. Pengertian Data Kualitatif
Data kualitatif adalah jenis data non-numerik atau
tidak dapat diproses dalam bentuk angka. Data ini
umumnya hanya bisa diamati dan dicatat sehingga
menghasilkan suatu informasi. Adapun yang termasuk
data kualitatif adalah seperti pendapat, opini, tingkat
kepuasan, dan lain sebagainya.
Berbeda halnya dengan tipe kuantitatif yang
ditujukan untuk mengolah sekumpulan data ke dalam
bentuk angka, data kualitatif justru disajikan melalui
sebuah narasi deskriptif. Sementara dalam dunia
statistik, data ini dikenal sebagai data kategorikal.
Artinya, jenis data tersebut bisa dirangkai secara
kategoris menurut sifat dan atribut dari suatu hal atau
peristiwa.
Jadi data kualitatif adalah jenis data yang
digunakan para peneliti untuk menjelaskan atau
menggambarkan informasi secara naratif dan tidak
bersifat numerik.
b. Karateristik Data Penelitian Kualitatif
Data pada penelitian kualitatif sebaiknya memiliki
atau minimal mendekati empat syarat, yaitu Akurasi,
Presisi, Validitas Eksternal, dan Validitas Internal.
Namun demikian terdapat perbedaan perlakuan
terhadap data yang tidak memenuhi akurasi, presisi
dan validitas. Pada penelitian kualitatif data yang tidak
valid dan reliabel tetap diperlakukan untuk analisis
lebih lanjut.
1) Akurasi adalah karakteristik data yang
menyatakan bahwa data atau informasi yang telah
dikumpulkan setidaknya mendekati kondisi yang
ada baik secara empiris maupun teoritis.
Untuk memastikan akurasi data (sekali lagi, dalam
penelitian kualitatif data yang tidak akurat tetap

73 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 73


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

digunakan sepanjang berasal dari informan terpilih)


maka peneliti dapat melakukan triangulasi
kepada informan lain baik yang setaraf atau satu
level di atasnya.
2) Presisi adalah karakteristik data yang menyatakan
bahwa konsistensi dan stabilitas data/informasi
yang telah dikumpulkan sama atau mendekati
dengan sumber data yang ada. Sifat ini
mengandung pengertian bahwa jika dilakukan
pengumpulan data kembali kepada informan yang
sama, hasilnya kurang lebih sama.
Dalam praktiknya nyaris tidak pernah diperoleh
data penelitian kualitatif yang memiliki presisi
antar informan. Untuk menilai presisi, peneliti
menanyakan kepada informan lain.
3) Validitas Eksternal adalah karakteristik data/
informasi yang menyatakan bahwa “data/informasi
yang diperoleh dari informan cenderung memiliki
kesamaan dengan lingkungan sekitar”. Meskipun
penelitian kualitatif tidak bertujuan untuk
melakukan generalisasi terhadap populasi, namun
ketidaksesuain informasi antara informan dengan
lingkungan sekitarnya (misalnya masyarakat)
harus mendapat perhatian peneliti.
Ketidaksesuaian ini dalam penelitian kualitatif
tetap diakui sebagai informasi yang penting dalam
penelitian.
4) Validitas Internal adalah karakteristik data yang
menyatakan bahwa data diperoleh dengan
sumberdaya yang memenuhi standar meliputi
petugas, alat, dan metodologi. Dalam penelitian
kualitatif peran peneliti menjadi titik sentral dalam
kualitas pengumpulan data sehingga dikatakan
bahwa “peneliti merupakan instrumen penelitian”.
Meskipun penelitian kualitatif membutuhkan
sumberdaya lain seperti alat perekam
suara/gambar, dan metode pengumpulan data
(wawancara mendalam, FGD, dsb), akan tetapi

74 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 74


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

penggunaannya membutuhkan campur tangan


peneliti yang sangat besar.
Karakteristik utama data penelitian kualitatif
adalah berbentuk narasi/kata-kata, suara/gambar,
dan dokumentasi. Dengan demikian data/informasi
dalam penelitian kualitatif memiliki karakteristik
sebagai berikut: subyektif, tidak representatif, tidak
memperhatikan kesalahan baku, dan mengutamakan
kontekstual.
1) Data penelitian kualitatif memiliki karakteristik
subyektif karena data/informasi dikumpulkan
dari informan yang jumlah dan pemilihannya tidak
dilakukan secara acak/random. Informan dalam
penelitian kualitatif dihitung dan dipilih
berdasarkan keinginan peneliti berdasarkan
permasalahan penelitian yang diambil. Dengan
demikian subyektivitas informasi tidak
terhindarkan. Namun subyektivitas tersebut dalam
penelitian kualitatif sangat dibutuhkan karena
tujuan dari penelitian tersebut adalah mencari atau
mendapat informasi yang mendalam terhadap
suatu kondisi/ fenomena. Pertanyaan pada
pedoman wawancara mendalam didesain tidak
terstruktur dan sedemikian rupa sehingga peneliti
mendapat informasi yang mendalam dari satu
subyek.
2) Karakterdata/informasi tidak representatif
menunjukkan bahwa penelitian kualitatif tidak
bertujuan mencari generalisasi terhadap populasi
seperti halnya penelitian kuantitatif. Sama seperti
karakter di atas hal ini disebabkan penentuan
jumlah dan pemilihan informan bersifat non-
random.
Hasil dari penelitian kualitatif tidak bermaksud
menggambarkan secara umum kondisi suatu
masyarakat berdasarkan informan terpilih,
melainkan peneliti mendapat jawaban terhadap
satu kondisi pada sebagian orang. Diharapkan

75 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 75


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

masyarakat luas memetik pelajaran dari jawaban


fenomena yang terjadi.
3) Penelitian kualitatif tidak memperhatikan
kesalahan baku dari data/informasi yang
diperoleh, karena penelitian ini tidak melakukan
uji hipotesis untuk membuktikan dugaan peneliti
berdasarkan teori yang ada. Bahkan hasil dari
penelitian kualitatif umumnya dipakai sebagai
masalah penelitian kuantitatif untuk kemudian
dibuktikan kebenarannya dengan uji hipotesis. Ada
kecenderungan bahwa penelitian kualitatif
berusaha mendapatkan data/informasi yang jauh
dari standar yang berlaku dalam rangka
memperdalam dan mengembangkan teori yang
sudah ada

3. Teknik Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif


a. Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono 2017, teknik pengumpulan data
merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian
adalah mendapatkan data. Dalam penelitian
kualitatif pengumpulan data dilakukan pada natural
setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer,
dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada
observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Focus Group Discussion (FGD) biasa disebut
sebagai metode dan teknik dalam mengumpulkan data
kualitatif di mana sekelompok orang berdiskusi
tentang suatu fokus masalah atau topik tertentu
dipandu oleh seorang fasilitator atau moderator. FGD
merupakan suatu proses pengumpulan data dan
informasi yang sistematis mengenai suatu
permasalahan tertentu secara spesifik melalui diskusi
kelompok.
b. Observasi

76 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 76


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

Menurut Johnson, 1975, setiap orang dapat


melakukan observasi, dari bentuk sederhana sampai
pada tingkatan observasi paling komplek. Metode
observasi yang digunakan pada setiap kegiatan
penelitian bervariasi, tergantung pada setting,
kebutuhan dan tujuan penelitian (Santana, 2007).
Adler & Adler, 1987, menjelaskan bahwa observasi
merupakan salah satu dasar fundamental dari semua
metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif,
khususnya menyangkut ilmu-ilmu sosial dan perilaku
manusia.
Denzin & Lincoln mengutip pendapat Gardner,
menyebutkan bahwa observasi kualitatif digunakan
untuk memahami latar belakang dengan fungsi yang
berbeda antara yang obyektif, interpretatif interaktif,
dan interpretatif grounded. Observasi kualitatif bebas
meneliti konsep-konsep dan kategori pada setiap
peristiwa selanjutnya memberi makna pada subjek
penelitian atau amatan. Babbie, 1986, menyebutkan
bahwa observasi kualitatif memiliki kekuatan pada
aspek spesifikasi, proses peniruan, dan
generalisasinya.
Menurut Riyanto, (2010), dalam penelitian ada
beberapa jenis observasi:
1) Observasi partisipan, observasi partisipan adalah
observasi dimana orang yang melakukan
pengamatan berperan serta ikut ambil bagian
dalam kehidupan orang yang diobservasi.
2) Observasi non Partisipan, observasi dikatakan non
partisipan apabila observer tidak ikut ambil bagian
kehidupan observee.
3) Observasi sistematik (structured observation),
observasi sistematik adalah apabila pengamat
menggunakan pedoman sebagai instrument
pengamatan.

77 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 77


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

4) Observasi non sistematik, observasi yang


dilakukan oleh pengamat degan tidak
menggunakan instrument pengamatan.
5) Observasi eksperimental, pengamatan dilakukan
dengan cara observe dimasukkan ke dalam suatu
kondisi atau situasi tertentu.

Pemilihan metode observasi tergantung pada


masalah riset, tingkat kooperasi dari kelompok atau
individu yang di riset, dan faktor etika. Problem etis
yang sering muncul dalam kegiatan observasi
berkaitan dengan pelanggaran etis dalam penelitian.
Bentuk pelanggaran tersebut berupa: pertama,
menjelajah tempat dan lokasi privat; kedua, kekeliruan
dalam mempresentasikan diri sebagai anggota; ketiga,
melakukan observasi tanpa izin subjek penelitian (ijin
mengambil data atau izin mempublikasikan hasil
amatan); keempat melakukan amatan dengan
penyamaran.
Pertama, menjelajah tempat dan lokasi privat tidak
diperkenankan dengan berbagai alasan. Para ahli
berpendapat bahwa tempat-tempat privat harus tetap
d i j a g a dan dihormati. Selain tempat privat, observer
juga tidak bisa keluar dari dilemma etis dengan
mengambil data pada setting lokasi di ruang publik
atau semi-publik; ketertarikan melakukan penelitian
“tatanan sosial” dan “bentuk-bentuk struktur sosial”.
Setting sosial ruang publik dapat berubah menjadi
setting ruang privat (Oswald & Schoepfle, 1987). Hal
yang dapat dicatat dari pengalaman ini membuktikan
bahwa tidak ada informasi yang berharga jika
informasi diperoleh dengan melanggar kebebasan,
atau hak privasi orang lain.
Lebih lanjut Lofload, menjelaskan bahwa bentuk
lain dari ruang privasi, ruang publik adalah
parochial (yang dibentuk oleh sikap
kebersamaan antara penganut dan orang yang terlibat
dalam jaringan antar pribadi dalam komunitas.

78 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 78


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

Kedua, k e k e l i r u a n dalam mempresentasikan diri


sebagai anggota.
Kesalahan yang umum terjadi, peneliti
menempatkan diri dan ikut ambil bagian dalam proses
penelitian, merasakan dan berada dalam aktivitas
kehidupan subjek penelitian, meskipun peneliti bukan
bagian dari komunitas tersebut.
Ketiga, melakukan observasi tanpa izin dari subjek
penelitian .
Melaksanakan penelitian harus seiring dari subjek
penelitian. Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat
mempertimbangkan aspek sosio-etika m e n j u n j u n g
tinggi harkat dan martabat kemanusiaan.
Keempat, penyamaran.
Teknik p e n y a m a r a n dalam observasi disebut
dengan disguised research. Peneliti dengan teknik
penyamaran atau rahasia menuai kritik pedas dari
para ilmuan. Teknik penyamaran telah melanggar
prinsip moralitas, menghormati harkat dan martabat
kemanusiaan (respect for human dignity).
c. Wawancara
Menurut Afifuddin (2009), wawancara merupakan
metode pengambilan data dengan cara menanyakan
sesuatu kepada seseorang yang menjadi informan.
Menurut Riyanto interview atau wawancara
merupakan metode pengumpulan data yang
menghendaki komunikasi langsung antara penyelidik
dengan subyek atau informan.
Pada umumnya, wawancara dalam penelitian
kualitatif terdiri atas tiga bentuk, yaitu wawacara
terstruktur, wawancara semi-terstruktur, dan
wawancara tidak terstruktur (Herdiansyah, 2014):
1) Wawancara terstruktur,
Wawancara terstruktur lebih sering digunakan
dalam penelitian survei karena wawancara bentuk
ini sangat terkesan seperti interogasi karena

79 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 79


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

sangat kaku dan pertukaran infomasi antara


peneliti dengan subjek yang diteliti sangat minim.
Proses wawancara harus sesuai mungkin dengan
pedoman wawancara (guideline interview) yan telah
dipersiapkan.
2) Wawancara semi-terstruktur,
Ciri-ciri wawancara semi-terstruktur dijelaskan
sebagai berikut: (a) Pertanyaan terbuka, namun
ada batasan tema dan alur pembicaraan. (b)
Kecepatan wawancara dapat diprediksi. (c)
Fleksibel, tetapi terkontrol (dalam pertanyaan atau
jawaban) (d) Ada pedoman wawancara yang
dijadikan petokan dalam alur, urutan, dan
penggunaan kata. (e) Tujuan wawancara adalah
untuk memahami suatu fenomena.
3) Wawancara tidak-terstruktur.
Hampir miripdengan bentuk wawancara semi-
terstruktur, wawancara tidak terstruktur memiliki
ciri-ciri seperti dibawah ini: (a) Pertanyaan sangat
terbuka, jawabannya lebih luas dan bervariasi. (b)
Kecepatan wawancara sulit diprediksi. Sangat
fleksibel (dalam hal pertanyaan atau jawaban). (c)
Pedoman wawancara sangat longgar urutan
pertanyaan, penggunaan kata dan alur
pembicaraan. (d) Tujuan wawancara adalah untuk
memahami suatu fenomena.
Guba dan Lincoln mengemukakan beberapa
bentuk wawancara sebagai berikut (Moleong,
2017):
a. Wawancara oleh tim atau panel
Wawancara ini dilakukan tidak hanya oleh satu
orang, tetapi oleh dua orang atau lebih terhadap
seorang yang diwawancarai.
b. Wawancara tertutup dan wawancara terbuka
(covert and overt interview)
Wawancara tertutup biasanya subjek tidak
mengetahui dan tidak menyadari bahwa

80 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 80


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

mereka sedang diwawancarai. Cara demikian


tidak terlalu sesuai dengan penelitian kualitatif
yang biasanya berpandangan terbuka. Jadi,
dalam penelitian kualitatif digunakan
wawancara terbuka dimana subjek tahu
maksud dan tujuan wawancara yang akan
dilakukan
c. Wawancara riwayat secara lisan
Wawancara riwayat secara lisan adalah
wawancara terhadap orang-orang yang pernah
membuat sejarah atau yang membuat karya
ilmiah besar, sosial, pembangunan, pedamaian,
dan sebagainya. Maksud wawancara ini ialah
untuk mengungkap riwayat hidup, pekerjaan,
kesenengan, ketekunan, pergaulan, dan lain-
lain.
d. Wawancara terstruktur dan wawancara tak
terstruktur
Wawancara terstruktur adalah wawancara yang
dilakukan oleh pewawancara yang menetapkan
sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan
yang akan diajukan. Peneliti yang menggunakan
jenis wawancara ini bertujuan mencari
jawaban terhadap hipotesis kerja. Untuk itu
pertanyaan- pertanyaan disusun dengan rapi
dan ketat. Sedangkan wawancara tak
testruktur, digunakan untuk menemukan
informasi yang bukan baku atau informasi
tunggal. Pertanyaan biasanya tidak disusun
terlebih dahulu, malah disesuaikan dengan
keadaan dan ciri yang unik dari responden.
Pelaksanaan tanya-jawab mengalir seperti
dalam percakapan sehari hari.
d. Dokumentasi
Menurut Arikunto (2016) metode dokumentasi
adalah peneliti yang menyelidiki benda-benda tertulis
seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-
peraturan, notulen rapat, catatan harian dan

81 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 81


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

sebagainya. G.J Renier (1997), menjelaskan bahwa


dokumentasi adalah:
a. Dokumen dalam arti luas yaitu meliputi semua
sumber tertulis saja, baik tertulis maupun lisan.
b. Dokumen dalam arti sempit yaitu yang meliputi
semua sumber tertulis saja.
c. Dokumen dalam arti spesifik yaitu hanya meliputi
surat-surat resmi dan surat-surat Negara, seperti
surat perjanjian, undang-undang, konsesi, hibah
dan sebagainya.
Sedangkan Louis Gottschalk (1996), menjelaskan
dokumentasi sebagai berikut:
a. Dokumen merupakan sumber tertulis bagi
informasi sejarah sebagai kebalikan dari pada
kesaksian lisan, artefak, peninggalan-peninggalan
terlukis dan petilasan-petilasan arkeologis.
b. Dokumen diperuntukan untuk surat-surat resmi
dan surat-surat Negara seperti surat perjanjian,
udang-undang, hibah dan konsesi.
c. Dokumen dalam arti luas merupakan proses
pembuktian yang didasarkan atas sumber jenis
apapun, baik yang bersifat tulisan, lisan,
gambaran atau arkeologis.
e. Focus Group Discussion (FGD)
Focus Group Discussion “FGD” merupakan
akronim dalam bahasa Inggris, yang bila
diterjemahkan secara bebas kedalam bahasa indonesia
berarti diskusi kelompok terarah. FGD merupakan
salah satu metode pengumpulan data penelitian
dengan hasil akhir memberikan data yang berasal dari
hasil interaksi sejumlah partisipan suatu penelitian,
seperti umumnya metode-metode pengumpulan data
lainnya.
Berbeda dengan metode pengumpul data lainnya,
metode FGD memiliki sejumlah karakteristik,
diantaranya, merupakan metode pengumpul data
untuk jenis penelitian kualitatif dan data yang

82 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 82


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

dihasilkan berasal dari eksplorasi interaksi sosial


yang terjadi ketika proses diskusi yang dilakukan para
informan yang terlibat. Karakteristik pelaksanaan
kegiatan FGD dilakukan secara obyektif dan bersifat
eksternal. FGD membutuhkan fasilitator/moderator
terlatih dan terandalkan untuk memfasilitasi diskusi
agar interaksi yang terjadi diantara partisipan terfokus
pada penyelesaian masalah.
Menurut Irwanto (2007), FGD merupakan suatu
proses pengumpulan data dan informasi yang
sistematis mengenai suatu permasalahan tertentu
yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok.
Krueger & Casey (2000), menyebutkan, FGD pada
dasarnya juga dapat digunakan dalam berbagai ranah
dan tujuan, misalnya:
a. Pengambilan keputusan,
b. Needs assessment
c. Pengembangan produk atau program
d. Mengetahui kepuasan pelanggan, dan sebagainya.

4. Keabsahan Data Penelitian Kualitatif


a. Kriteria Keabsahan Data
Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness)
data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan
teknik pemeriksaaan didasarkan atas sejumlah kriteria
tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan (Moleong,
2009) yaitu:
1) Derajat kepercayaan (credibility).
Pada dasarnya menggantikan konsep validitas
internal dari nonkualitatif. Kriterium ini berfungsi:
pertama, melaksanakan inkuiri sedemikian rupa
sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat
dicapai; kedua, mempertunjukkan derajat
kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan

83 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 83


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda


yang sedang diteliti.

2) Keteralihan (Transferability).
Sebagai persoalan yaag empiris bergantung
pada kesamaan antara konteks pengirim dan
penerima. Untuk melakukan pengalihan tersebut
seorang peneliti hendaknya hendaknya mencari
dan mengumpulkan kejadian empiris tentang
tentang kesamaan konteks. Dengan demikian
peneliti bertanggung jawabuntuk menyediakan
data deskriptif secukupnya jika ia ingin membuat
keputusan tentang pengalihan tersebut. Untuk
keperluan itu peneliti harus melakukan penelitian
kecil untuk memastikan usaha memverifikasi
tersebut.
3) Kebergantungan (dependability)
Konsep kebergantungan lebih luas dari pada
realibilitas. hal tersebut disebabkan peninjauan
yang dari segi bahwa konsep itu diperthitungkan
segala-galanya yaitu yang ada pada realibilitas itu
sendiri ditambah factor-faktor lainya yang
tersangkut.
4) Kriteria Kepastian (confirmability)
Objektivitas-subjektivitasnya sesuatu hal
bergantung pada orang seorang, menurut
Scriven(1971). Selain itu masih ada unsure
kualitas yang melekat pada konsep objektivitas itu.
Hal itu digali dari pengertian bahwa jika sesuatu itu
objek , berarti dapat dipercaya, factual, dan dapat
dipastikan.subjektif berarti tidak dapat dipercaya,
atau menceng. Pengertian terakhir inilah yang
dijadikan tumpuan pengalihan pengertian
objektivitas-subjektivitas menjadi kepastian.

84 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 84


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

5. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data


Dalam teknik pemeriksaan data ini terdapat empat
kriteria dan sepuluh pemeriksaan, sebagaimana tertera
pada tabel dibawah ini.
Tabel. 4.1 Kriteria Dan Teknik Pemeriksaan Data

KRITERIA TEKNIK PEMERIKSAAN


Kredibilitas 1. Perpanjangan keikut
(derajat kepercayaan) sertaan
2. Ketekunan pengamatan
3. Triangualasi
4. Pengecekan sejawat
5. Kecukupan referensial
6. Kajian kasus negatif
7. Pengecekan anggota
Transferability (keteralihan) 8. Uraian rinci
Auditability (kebergantungan) 9. Audit kebergantungan
Confirmability (kepastian) 10. Audit kepastian

a. Perpanjangan Keikut Sertaan


Perpanjangan Keikut Sertaan berarti peneliti
tinggal dilapangan penelitian sampai kejenuhan
pengumpulan data tercapai. Jika itu dilakukan akan
membatasi: pertama, gangguan dari dampak peneliti
pada konteks; kedua, membatasi kekeliruan peneliti;
ketiga, mengkonpensasikan pengaruh dari kejadian-
kejadian yang tidak biasa atau pengaruh sesaat.
b. Ketekunan Pengamatan
Yang dimaksud dengan Ketekunan Pengamatan
adalah teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
berdasarkan “Seberapa tinggi derajat ketekunan
peneliti di dalam melakukan kegiatan pengamatan.
“Ketekunan” adalah sikap mental yang disertai dengan
ketelitian dan keteguhan di dalam melakukan

85 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 85


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

pengamatan untuk memperoleh data penelitian.


Adapun “Pengamatan”, merupakan proses yang
kompleks, yang tersusun dari proses biologis (mata,
telinga) dan psikologis (daya adaptasi yang didukung
oleh sifat kritis dan cermat).
Ketekunan pengamatan dimaksudkan menemukan
ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat
relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari
dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut
secara rinci. Dengan kata lain jika perpanjangan
keikutsertaan menyediakan lingkup, maka ketekunan
pengamatan menyediakan kedalaman.Sebagai bekal
peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah
dengan cara membaca berbagai referensi buku
maupun hasil penelitian atau dokumentasi-
dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti.
c. Trianggulasi
Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data
itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu. Triangual dalam
pengujian kredibilitas ini di artikan sebagai data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai
waktu. Dengan demikian terdapat triangual sumber,
teknik, dan waktu.
1) Trianggulasi dengan sumber berarti
membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yag diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda dalam metode
kualitatif, hal tersebut dapat dicapai melalui:
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan
data hasil wawancara
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang
didepan umum dengan apa yang dikatakanya
secara pribadi
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-
orang tentang situasi penelitian dengan apa
yang dikatakanya sepanjang waktu

86 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 86


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

d. Membandingkan keadaan dan prespektif


seseorang dengan berbagai pendapat dan
pandangan orang seperti rakyat biasa, orang
yang berpendidikan menegah atau tinggi, orang
berada, orang pemerintahan
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi
suatu dokumen yang berkaitan.
2) Trianggulasi degan metode
Triangulasi dengan Metode adalah melakukan
perbandingan, pengecekan kebenaran dan
kesesuaian data penelitian melalui “Metode” yang
berbeda. Menurut Patton terdapat dua strategi,
yaitu:
a. Pengecekkan derajat kepercayaaan menemukan
hasil penelitian beberapa teknik penggumpulan
data
b. Pengecekan derajat kepercayaan bebrapa
sumber data dengan metode yang sama.
3) Trianggulasi dengan penyidik
Adalah dengan jalan memanfaatkan peneliti atau
pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan
kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan
pengamat lainya membantu menggurangi
kemencengan dalam pegumpulan data.
4) Trianggulasi dengan teori
Menurut Lincon dan Guba, berdasarkan anggapan
bahwa fakta tertentu tidak dapat diperiksa derajat
kepercayaanya dengan satu atau lebih teori.
Dipihak lain Patton juga berpendapat yaitu, bahwa
hal itu dapat dilakukan dan hal itu dinamakan
penjelasan banding (rival exsplanations).
d. Pengecekan Sejawat melalui diskusi
Teknik ini dilakukan dengan cara mengekpos hasil
sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam betuk
diskusi dengan rekan-rekan sejawat. Teknik ini

87 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 87


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

mengandung beberapa maksud sebagai salah satu


teknikpemeriksaan keabsahan data.
Pertama, untuk membuat agar peneliti
mempertahankan sikap terbuka dan
kejujuran; kedua, diskusi dengan teman sejawat ini
memberikan suatu kesempatan awal yang baik untuk
mulai menjajaki dan menguji hepotesis kerja yang
muncul dalam benak peneliti.
Dengan demikian pemeriksaan sejawat berarti
pemeriksaan yang dilakukan dengan jalan
mengumpulkan rekan-rekan yang sebaya, yang
memiliki pengetahun umum yang sama tentang apa
yang sedang diteliti, sehingga bersama mereka peneliti
dapat mereview persepsi, pandangan dan analisis yang
sedang dilakukan. Jika hal itu dilakukan maka
hasilnya adalah:
1) Menyediakan pandangan kritis
2) Mengetes hipotesis kerja (temuan teori substantif)
3) Membantu mengembangkan langkah berikutnya
4) Melayani sebagai pembanding.[7]
e. Kecukupan Bahan Referensial
Bahan refensi adalah adanya pendukung untuk
membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti.
Sebagai contoh: data hasil wawancara perlu didukung
dengan adanya rekaman wawancara.
f. Teknik analisi kasus negative
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai
dengan hasil penelitian hingga pada saat tertentu.
Teknik analisi kasus negative dilakukan dengan jalan
menggumpulkan contoh dan kasus yang tidak sesuai
dengan pola dan kecendrungan informasi yang telah
dikumpulkan dan digunakan sebagi bahan
pembanding. Kasus negative digunakan sebagi kasus
negative untuk memjelaskan hipotesis alternative
sebagai upaya meningkatkan argumentasi penemuan.

88 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 88


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

g. Pengecekan Anggota
Pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam
proses pengumpulan data sangat penting dalam
pemeriksaan derajat kepercayaan. Yang dicek dengan
anggota yang terlibat, meliputi data, kategori analisis,
penafsiran, dan kesimpulan.
Pengecekan anggota berarti peneliti mengumpulkan
para peserta yang telah ikut menjadi sumber data dan
mengecek kebenaran data dan interpretasinya. Hal itu
dilakukan dengan jalan:
1) Penilaian dilakukan oleh responden
2) Mengoreksi kekeliruan
3) Menyediakan tambahan informasi secara sukarela,
4) Memasukkan responden dalam kancah penelitian,
menciptakan kesempatan untuk mengikhtiyarkan
sebagai langkah awal analisis data,
5) Menilai kecukupan menyeluruh data yang
dikumpulkan
h. Uraian Rinci
Uraian rinci merupakan usaha membangun
keteralihan dalam penelitian kualitatif dilakukan
dengan cara uraian rinci (Thick description) keteralihan
tergantung pada pengetahuan seseorang peneliti
tentang konteks pengertian dan konteks penerimaan.
Dengan demikian peneliti bertanggungjawab terhadap
penyediaan dasar secukupnya yang memungkinkan
seseorang merenungkan suatu aplikasi pada penerima
sehingga memungkinkan adanya pembandingan.
i. Auditing
Auditing adalah konsep bisnis, khususnya di
bidang fiskal yang dimanfaatkan untuk memeriksa
kebergantungan dan kepastian data. Hal itu dilakukan
baik terhadap proses maupun terhadap hasil atau
keluaran.
Penelusuran audit (audit trail) tidak dapat
dilaksanakan apabila tidak dilengkapi dengan catatan-

89 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 89


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil


studi. Pencatatan pelaksanaan itu perlu
diklasifikasikan terlebih dahulu sebelum auditing itu
dilakukan. Klasifikasi itu dapat dilakukan sebagai
berikut (Moleong, 2017)
1) Data mentah, termasuk bahan yang direkam
secara elektronik, catatan lapangan tertulis,
dokumen, foto, dan semacamnya serta hasil survei.
2) Data yang direduksi dan hasil analisis data,
termasuk didalamnya penulisan secara lengkap
catatan lapangan, ikhtisar catatan.
3) Rekonstruksi data dan hasil sintesis, termasuk
didalmnya struktur kategori: tema, definisi dan
hubungan-hubungannya, temuan dan kesimpulan,
dan laporan akhir
4) Catatan tentang proses penyelenggaraan, termasuk
didalmnya catatan metodologi: prosedur, desain,
strategi, rasional; catatan keabsahan data:
berkaitan dengan derajat kepercayaan,
kebergantungan, kepastian dan penelusuran audit
5) Bahan yang berkaitan dengan maksud dan tujuan,
termasuk usulan penelitian, catatan pribadi
6) Informasi tentang pengembangan instrument,
termasuk berbagai formulir yang digunakan untuk
penjajakan, jadwal survei, jadwal pendahuluan,
format pengamat dan survei.
Didalam auditing terdapat audit kergantungan dan
audit kepastian, adapun yang dilakukan dalam kedua
audit tersebut ialah
Audit kebergantungan
a. Memastikan peneliti menggunakan metodologi
yang tepat.
b. Memastikan proses pengumpulan data secara
lengkap.
c. Memastikan proses dan hasil analisis atas data
yang ada.

90 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 90


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

d. Memastikan ’objektivitas’ peneliti.


e. Memeriksa kasus negatif, jika ada.
Auditing Kepastian
a. Memastikan apakah hasil penelitian benar-benar
berasal dari data yang ada.
b. Menelusuri jejak audit data mentah.
c. Menguji kelogisan hasil penelitian.
d. Menilai derajat ketelitian.
e. Memeriksa peneliti dalam melaksanakan
pemeriksaan data.

6. Catatan Lapangan Penelitian Kualitatif.


a. Pengertian Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakan alat yang sangat
penting dalam penelitian kualitatif. Yin (2011)
mengungkapkan: bahwa selain mengamati dan
mewawancarai, sumber catatan lapangan ketiga
datang dari bahan tertulis. Penelitian kualitatif
mengandalkan pengamatan dan wawancara dalam
pengumpulan data di lapangan. Pada waktu berada di
lapangan dia membuat catatan, setelah pulang
kerumah atau tempat tinggal barulah menyusun
catatan lapangan. Menurut Moleong (2014) catatan
yang dibuat di lapangan sangat berbeda dengan
catatan lapangan. Catatan itu berupa coretan
seperlunya yang sangat dipersingkat, berisi kata-kata
kunci, frasa, pokok-pokok isi pembucaraan atau
pengamatan, mungkin gambar, sketsa, sosiogram,
diagram, dan lain-lain. Catatan itu berguna hanya
sebagai alat perantara yaitu antara apa yang dilihat,
didengar, dirasakan, dicium, dan diraba dengan
catatan sebenarnya dalam bentuk catatan lapangan.
Catatan itu baru diubah ke dalam catatan lengkap dan
dinamakan catatan lapangan setelah peneliti tiba di
rumah. Proses itu dilakukan setiap kali selesai

91 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 91


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

mengadakan pengamatan atau wawancara, tidak


boleh dilalaikan karena akan tercampur dengan
informasi lain dan ingatan seseorang itu sifatnya
terbatas. Idrus (2007) juga berpendapat bahwa catatan
lapangan merupakan catatan yang ditulis secara rinci,
cermat, luas, dan mendalam dari hasil wawancara dan
observasi yang dilakukan peneliti tentang aktor,
aktivitas ataupun tempat berlangsungnya kegiatan
tersebut. Selanjutnya Bogdan dan Biklen (2007)
mengemukakan: bahwa setelah peneliti melakukan
observasi atau wawancara, peneliti harus menulis
kembali baik dalam bentuk tulisan maupun dalam
komputer menceritakan tentang apa yang terjadi.
Peneliti mendeskripsikan tentang orang-orang, objek,
tempat, kejadian, aktivitas, dan percakapan. Dalam hal
ini bisa membantu peneliti dalam menuangkan ide-ide,
strategi, refleksi yang berupa catatan-catatan. dapat
disimpulkan bahwa catatan lapangan adalah catatan
tulisan tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan
dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan
refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif Lebih
lanjut Bogdan dan Biklen (2007) mengemukakan:
catatan lapangan merupakan catatan tertulis tentang
apa yang di dengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan
dalam rangka pengumpulan data refleksi terhadap data
dalam penelitian kualitatif. Pada dasarnya, catatan
lapangan berisi dua bagian. Pertama bagian
deskriptif yang berisi gambaran tentang latar
pengamatan, orang, tindakan, dan pembicaraan.
b. Bentuk Catatan Lapangan
Yin (2011) menjelaskan bahwa ketika peneliti
mengambil catatan lapangan maka ia harus
mendengarkan, menonton, dan mengasimilasi
peristiwa kehidupan nyata pada saat yang bersamaan.
Sebagai bagian dari catatan tersebut, peneliti akan
mencatat ide, strategi, ref1ections, dan firasat, serta
perhatikan pola yang muncul. Bogdan dan Biklen
(2007) mengemukakan bahwa keberhasilan hasil dari
studi observasi partisipan pada khususnya, tetapi

92 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 92


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

lainnya bentuk penelitian kualitatif juga bergantung


pada catatan lapangan yang rinci, akurat, dan
ekstensif. Catatan lapangan memiliki bentuk yang
beragam, dapat berupa kartu, notebook, looseleaf, note
kecil atau buku ukuran biasa. Yin (2011)
mengemukakan bahwa setiap orang memiliki bentuk
dan format masing-masing dalam menulis sebuah
catatan lapangan. Catatan lapangan juga dapat
menyertakan gambar atau sketsa peneliti itu sendiri.
Karena gambar akan membantu peneliti melacak
hubungan tertentu saat peneliti masih di lapangan,
serta untuk mengingat hubungan ini setelah peneliti
menyelesaikan pekerjaan lapangan peneliti. Menurut
Moleong (2017) secara keseluruhan bentuk dari
catatan lapangan ini merupakan wajah catatan
lapangan yang terdiri dari halaman depan dan
halaman-halaman berikutnya yang disertai petunjuk
paragraf dan baris tepi. Selanjutnya Bogdan dan Biklen
(2007) memberikan saran berkaitan dengan bentuk
catatan.
1. Halaman pertama.
Meskipun bentuk dan konten yang teoat dapat
bervariasi, disarankan bahwa halaman pertama
dari setiap rangkaian catatan berisi tajuk dengan
informasi seperti ketika pengamatan dilakukan
(tanggal dan waktu), siapa yang melakukannya, di
mana pengamatan berlangsung, dan jumlah set
catatan ini dalam studi total. di mana pengamatan
berlangsung, dan jumlah set catatan ini dalam studi
total. Kemudian memberikan judul untuk setiap set
catatan. Judul membantu Anda menyimpan
catatan dalam urutan dan mempertahankan
catatan kondisi di mana catatan itu diambil.
2. Paragraf dan Margin.
Sebagian besar metode menganalisis data kualitatif
memerlukan prosedur yang disebut coding.
Pengkodean dan aspek lain dari analisis data lebih
mudah dicapai jika catatan lapangan terdiri dari

93 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 93


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

banyak paragraf. Saat menulis catatan, setiap kali


terjadi perubahan-dalam topik percakapan, ketika
orang baru memasuki pengaturan, atau apa pun-
memulai paragraf baru. Jika ragu, mulailah
paragraf baru. Cara lain untuk membuat catatan
peneliti berguna untuk analisis adalah dengan
meninggalkan margin besar di sisi kiri halaman. Ini
menyediakan ruang untuk notasi dan pengkodean.
Bogdan dan Biklen (2007) mengatakan dasarnya,
catatan lapangan berisi dua bagian.
1. Bagian Deskriptif.
Bagian deskirptif, yang berisi gambaran tentang
latar pengamatan, orang, tindakan, dan
pembicaraan.
Bagian ini adalah bagian terpenjang yang berisi
semua peristiwa dan pengalaman yang didengar
yang dilihat serta dicatat secara lengkap dan
seobyektif mungkin. Atinya, uraiannya sangat rinci
dan jelas. Di samping itu, harus dihindari
pernggunaan kata-kata yang abstrak, seperti
“disiplin, baik, bermain” dan lainnya, akan tetapi
harus kata-kata yang menguraikan apa yang
diperbuat oleh obyek. Baian ini berisi hal-hal
berikut:
a. Gambaran diri subyek.
Yang dicatat adalah penampilan fisik, cara
berpakaian, cara bertindak, gaya berbicara dan
bertindak. Kita harus menemukan sesuatu
yang mugin berbeda dengan yang lainnya. Jika
pada bagian pertama catatan lapangan telah
dicatat gambaran diri secara lengkap, maka
pada bagian selanjutnya tidak perlu diberikan
lagi gambaran cattan secara lengkap, tetapi
cukup dengan perubahan-perubahan yang
terjadi.
b. Rekontruksi Dialog.
c. Deskripsi pengaturan fisik.

94 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 94


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

Deskripsi ini dapat digambarkan dengan


menggunakan pensil. Gambaran atau sketsa
singkat yang secara verbal itu dapat pula
dilakukan tentang segala sesuatu yang ada
pada latar fisik tesebut. Jika keadaan ruangan
tempat wawancara misalnya ada perasaan yang
berbeda, maka harus dituangkan dalam kolom
tanggapan peneliti atau pengamat.
d. Catatan tentang Peristiwa Khusus.
Jika ada catatan tentang peristiwa khusus,
catatlah apa yang ada di situ, apa yang
dilakukannya, dan dengan cara bagaimana
peristiwa itu berlangsung. Harus dicatat pula
apa hakikat dari peristiwa itu.
e. Penggambaran aktivitas.
Untuk kategori ini peneliti memasukkan
deskripsi perilaku yang terperinci, mencoba
untuk mereproduksi urutan dari kedua
perilaku dan tindakan tertentu.
f. Perilaku Pengamat.
Gambaran ini merupakan gambaran tentang
penampilan fisik, reaksi, tindakan serta segala
sesuatu yang dilakukan oleh pengamat sebagai
instrumen penelitian.
2. Bagian Reflektif.
Bagian reflektif yang berisi kerangka berpikir dan
pendapat peneliti, gagasan dan kepeduliannya.
Dalam bagian ini disediakan tempat khusus untuk
menggambarkan sesuatu yang berkaitan dengan
pengamat itu sendiri. Bagian ini berisi spekulasi,
perasaan, masalah, ide dan kesandari pengamat
dan sesuatu yang diusulkan untuk dilakukan
dalam penelitian yang akan datang. Tanggapan
peneliti, berisi hal-hal berikut:
a. Refleksi mengenai analisis.

95 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 95


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

Berisi sesuatu yang dipelejari, tema yang mulai


muncul, kaitan dengan berbagai penggal data,
gagasan tambahan dan pemikiran yang timbul.
b. Refleksi mengenai metode.
Catatan lapangan berisi penerapan metode yang
dirancang dalam usulan penelitian. Berisi
prosedur, strategi, dan taktik yang dilakukan
dalam studi, serta tanggapan atas pencapaian
sesuatu yang dialami subyek. Kemudian
pengamat memasukkan gagasan penyelesaian
masalah tersebut.
c. Refleksi mengenai dilema etik dan konflik.
Masalah etik dan konflik perlu perlu dicatat
dalam bagian reflektif ini. Gunanya adalah
untuk membantu peneliti menguraikan
persoalan dan kemudian dapat memberikan
cara bagaimna sebaiknya dalam
menghadapinya.
d. Refleksi mengenai kerangka berpikir peneliti.
Menjadikan bekal intriksik peneliti, seperti
pengalaman, latar belakang, etika, pendidikan
dan lainnya dalam mengajukan pendapat,
tanggapan, asumsi, dan sebagainya terkait
dengan permasalahaan yang terdeskripsikan
dalam pengambilan data.
e. Klarifikasi.
Dalam bagian ini peneliti dapat menyajikan
butir-butir yang dirasakan perlu untuk lebih
menjelaskan sesuatu yang meragukan atau
sesuatu yang membingungkan yang ada pada
catatan lapangan.
3. Membuat Transkip Catatan Lapangan
Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa data
dapat berupa angka, kata, gambar, ataupun bentuk
lainnya. Setelah diperoleh melalui berbagai metode
pengumpulan (wawancara, observasi, dan lainnya),

96 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 96


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

data perlu diolah sebagai bahan untuk melakukan


proses interpretasi.
Tahapan pengolahan data antara lain:
a. Transkrip
Hasil Wawancara Wawancara yang dilakukan
pada penelitian kualitatif semestinya dengan
metode yang tidak terstruktur. Metode ini
dimaksudkan untuk menjaga kealamiahan
proses wawancara sehingga peneliti dapat
menangkap fenomena sebenarnya. Untuk
menjaga kealamiahan ini peneliti harus
memungkinkan terteliti merasa tidak sedang
diteliti sehingga terteliti menyampaikan
tindakan, sikap, dan keputusannya tanpa
ditutupi. Alat utama dari proses ini adalah si
peneliti itu sendiri. Namun kemampuan
mengingat dengan tepat pernyataan dan
ekspresi terteliti tentu terbatas. Untuk itu, alat
rekam menjadi alat bantu penting. Hasil
pengumpulan data melalui wawancara yang
tersimpan pada alat rekam kemudian perlu
diolah menjadi transkrip.
Proses transkrip adalah proses untuk
mengubah rekaman menjadi bentuk tertulis.
Pada proses ini, peneliti hanya melakukan
penulisan atas rekaman tanpa mengubah,
menyesuaikan atau menyimpulkan.
b. Hasil Observasi
Seperti halnya proses transkrip hasil
wawancara, hasil observasi sebisa mungkin
menggambarkan secara ‘apa adanya’ informasi
penelitian. Peneliti sebisa mungkin tidak
melakukan penyesuaian apapun.
4. Pengkodean
Pengkodean (coding) adalah proses pengolahan data
yang sekaligus merupakan tahap awal analisis.
Setelah proses membaca dan peneliti telah

97 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 97


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

mengenali muatan dari teks/catatan lapangan,


maka proses coding dapat dilakukan. Dengan
menggunakan kata-kata atau bagian dari kata-kata
yang ada pada transkrip, analisis terhadap file data
yang sangat banyak akan dapat dilakukan dengan
lebih mudah akurat.
Coding digunakan sebagai alat analisis pada
banyak jenis penelitian. Terdapat tiga bentuk
coding yang dapat dilakukan menurut Sarantoks
(Poerwandari, 1998) yaitu:
a. Open Coding: adalah proses merinci, menguji,
membandingkan, konseptualisasi, dan
melakukan kategorisasi data. Data yang
dimaksud dapat berupa kata-kata, kalimat,
maupun paragraf.
b. Axial Coding: adalah suatu perangkat prosedur
dimana data dikumpulkan kembali bersama
dengan cara baru setelah open coding, dengan
membuat kaitan antara kategori-kategori. Ini
dilakukan dengan memanfaatkan landasan
berpikir (paradigma) coding yang meliputi
kondisi-kondisi, konteks-konteks, aksi strategi-
strategi interaksi dan konsekuensi-
konsekuensi. Mencari tahu hubungan sebab
akibat, pola interaksi, kategori dan kelompok
konsep sehingga kemudian dapat dibentuk
kategori atau dimensi baru atas suatu
pemahaman.
c. Selective Coding: adalah proses seleksi kategori
inti, menghubungkan secara sistematis ke
kategori-kategori lain, melakukan validasi
hubungan-hubungan tersebut, dan
dimasukkan ke dalam kategori-kategori yang
diperlukan lebih lanjut untuk perbaikan dan
pengembangan.
Transkrip wawancara ataupun catatan lapangan
dibuat sejelas dan sesimpel mungkin sehingga
mudah untuk dipahami. Langkah-langkah

98 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 98


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

penyusunan transkrip hasil observasi dan


wawancara meliputi pengumpulan data, mencari
kata kunci, kemudian menentukan tema yang
dikategorikan menjadi beberapa sub tema dan
dihubungkan dengan menggunakan pola. Setelah
itu semua selesai barulah dilakukan
pengembangan teori. Langkah ini semua dapat
terpenuhi, maka peneliti harus:
1. Membaca transkip berulang-ulanguntuk
mendapatkan pemahaman tentang kasuskasus
atau masalah, kemudian menggunakan salah
satu bagian kosong untuk menuliskan
pemadatan fakta-fakta, tema- tema yang
muncul maupun kata-kata kunci yang dapat
esensi data dari teks yang dibaca.
2. Peneliti menggunakan satu sisi yang lain untuk
menuliskan apapun yang muncul saat peneliti
membaca transkip tersebut. Peneliti dapat
menuliskan kesimpulan sementara, suatu hal
yang tiba-tiba muncul di pikirannya,
interpretasi sementara, atau apapun. Pada
tahap ini belum dilakukan penyimpulan
konseptual apapun karena jika dilakukan
penyimpulan yang terlalu cepat dapat
menghalangi peneliti memperoleh pemahaman
utuh mengenai realitasyang ditelitinya.
3. Di lembaran terpisah, peneliti dapat mendaftar
tema-tema yang muncul tersebut, dan mencoba
memikirkan hubungan antar tema.
4. Setelah peneliti melakukan proses di atas pada
tiap-tiap transkrip atau catatan lapangannya, ia
dapat menyusun ‘master’ yang berisi daftar
tema-tema dan kategori-kategori, yang telah
disusun sehingga menampilkan pola hubungan
antar kategori (‘cross cases’,bukan lagi kasus
tunggal).
5. Dalam penyusunan ranskrip observasi,
wawancara ataupun catatan lapangan

99 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 99


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

sebelumnya telah dilakukan analisis tematik


dalam mengolah informasi yang menghasilkan
daftar tema, model tema atau indicator yang
kompleks, kualifikasi yang biasanya terkait
dengan tema atau hal-hal lain yang masih
memiliki hubungan dengan analisis.
Boyatzis (1998) menyatakan untuk dapat
menganalisis penelitian kualitatif dengan baik
sesuai dengan transkrip diperlukan kemampuan
dan kompetensi tertentu, adalah sebagai berikut.
a. Kemampuan mengenai pola (pattern
recognition).
b. Kemampuan melakukan perencanaan dan
penyusunan system terhadap data (planning
and systems thinking).
c. Pengetahuan mengenai hal-hal relevan dengan
yang diteliti merupakan hal krusial, yang
seringkali disebut sebagai pengetahuan tacit
(tacit knowledge).
d. Memiliki kompleksitas kognitif dalam benak
peneliti yang mencakup kemampuan
mempersepsi sebab-sebab ganda (multiple
causality), menemukan variable-variabel yang
berbeda sejalan dengan waktu dan variasi lain,
juga kemampuan untuk mengkonseptualisasi
hubungan.
e. Hal-hal yang diperlukan antara lain adalah
empati dan objektivitas social, juga kemampuan
mengintegrasikan.
Menurut Smith (Linda dan Claire, 2006)
menyarankan agar transkrip wawancara ataupun
catatan lapangan dibuat sejelas dan sesimpel
mungkin sehingga mudah untuk dipahami.
Langkah-langkah penyusunan transkrip hasil
observasi dan wawancara meliputi pengumpulan
data, mencari kata kunci, kemudian menentukan
tema yang dikategorikan menjadi beberapa sub

100 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 100


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

tema dan dihubungkan dengan menggunakan pola.


Setelah itu semua selesai barulah dilakukan
pengembangan teori. Agar ini semua dapat
terpenuhi, maka peneliti harus:
1. Membaca transkip berulang-ulang untuk
mendapatkan pemahaman tentang kasuskasus
atau masalah, kemudian menggunakan salah
satu bagian kosong untuk menuliskan
pemadatan fakta-fakta, tema- tema yang
muncul maupun kata-kata kunci yang dapat
esensi data dari teks yang dibaca.
2. Peneliti menggunakan satu sisi yang lain untuk
menuliskan apapun yang muncul saat peneliti
membaca transkip tersebut. Peneliti dapat
menuliskan kesimpulan sementara, suatu hal
yang tiba-tiba muncul di pikirannya,
interpretasi sementara, atau apapun. Pada
tahap ini belum dilakukan penyimpulan
konseptual apapun karena jika dilakukan
penyimpulan yang terlalu cepat dapat
menghalangi peneliti memperoleh pemahaman
utuh mengenai realitasyang ditelitinya.
3. Di lembaran terpisah, peneliti dapat mendaftar
tema-tema yang muncul tersebut, dan mencoba
memikirkan hubungan antar tema.
4. Setelah peneliti melakukan proses di atas pada
tiap-tiap transkrip atau catatan lapangannya, ia
dapat menyusun ‘master’ yang berisi daftar
tema-tema dan kategori-kategori, yang telah
disusun sehingga menampilkan pola hubungan
antar kategori (‘cross cases’,bukan lagi kasus
tunggal). Semua catatan, transkrip wawancara
dan dokumen lainya harus tersedia salinannya
(fotokopi). Data kemudian disusun ke dalam
system kategori yang telah ditentukan
sebelumnya, misalnya, berdasarkan teori yang
sudah ada, atau berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya. Sebagian peneliti
lebih suka membaca data yang sudah

101 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 101


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

terkumpul, dan mencantumkan kategori


tertentu pada data bersangkutan.

D. RANGKUMAN

Data kualitatif adalah jenis data yang digunakan para


peneliti untuk menjelaskan atau menggambarkan
informasi secara naratif dan tidak bersifat numerik. Data
pada penelitian kualitatif sebaiknya memiliki atau minimal
mendekati empat syarat, yaitu Akurasi, Presisi, Validitas
Eksternal, dan Validitas Internal. Karakteristik utama
data penelitian kualitatif adalah berbentuk narasi/kata-
kata, suara/gambar, dan dokumentasi. Dengan demikian
data/informasi dalam penelitian kualitatif memiliki
karakteristik sebagai berikut: subyektif, tidak
representatif, tidak memperhatikan kesalahan baku, dan
mengutamakan kontekstual.
Teknik penelitian kualitatif pengumpulan data
dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah),
sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih
banyak pada observasi, wawancara, dokumentasi, dan
Focus Group Discussion (FGD). Metode observasi yang
digunakan pada setiap kegiatan penelitian bervariasi,
tergantung pada setting, kebutuhan dan tujuan
penelitian. Berguna untuk memahami latar belakang
dengan fungsi yang berbeda antara yang obyektif,
interpretatif interaktif, dan interpretatif grounded.
Observasi terdiri dari; Observasi partisipan, Observasi
non Partisipan, Observasi sistematik, Observasi non
sistematik, dan Observasi eksperimental.
Wawancara merupakan metode pengambilan data
dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang yang
menjadi informan. Pada umumnya, wawancara dalam
penelitian kualitatif terdiri atas tiga jenis, yaitu wawacara
terstruktur, wawancara semi-terstruktur, dan wawancara
tidak terstruktur. Bentuk wawancara berupa Wawancara
oleh tim atau panel, Wawancara tertutup dan wawancara
terbuka, Wawancara riwayat secara lisan,
Wawancara terstruktur dan wawancara tak terstruktur

102 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 102


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

Metode dokumentasi adalah peneliti yang


menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,
majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat,
catatan harian dan sebagainya. Adapun jenis dokumen
yaitu: Dokumen dalam arti luas, Dokumen dalam arti
sempit, dan Dokumen dalam arti spesifik.
FGD merupakan salah satu metode
pengumpulan data penelitian dengan hasil akhir
memberikan data yang berasal dari hasil interaksi
sejumlah partisipan suatu penelitian. FGD pada dasarnya
juga dapat digunakan dalam berbagai ranah dan tujuan,
misalnya: a. Pengambilan keputusan, b. Needs
assessment, c. Pengembangan produk atau program, dan
d. Mengetahui kepuasan pelanggan, dan sebagainya.
Teknik pemeriksaan keabsahan data penelitian
kualitatif terdapat empat kriteria yaitu 1. Kredibilitas
(derajat kepercayaan), 2. Transferability (keteralihan), 3.
Auditability (kebergantungan), dan 4. Confirmability
(kepastian); dan sepuluh macam pemeriksaan keabsahan
data penelitian kualitatif; yaitu 1. Perpanjangan keikut
sertaan, 2. Ketekunan pengamatan, 3. Triangualasi, 4.
Pengecekan sejawat, 5. Kecukupan referensial, 6. Kajian
kasus negatif, 7. Pengecekan anggota, 8. Uraian rinci, 9.
Audit kebergantungan, dan 10.Audit kepastian
Catatan lapangan, menurut Bogdan dan Biklen
(2007) adalah catatan tertulis tentang apa yang di dengar,
dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka
pengumpulan data refleksi terhadap data dalam
penelitian kualitatif. Pada dasarnya, catatan lapangan
berisi dua bagian, yaitu bagian deskriptif dan bagian
reflektif. Catatan lapangan memiliki bentuk yang beragam,
dapat berupa kartu, notebook, loose leaf, note kecil atau
buku ukuran biasa. Isi catatan lapangan secara garis besar
dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian deskriptif
dan bagian reflektif. Kegiatan setelah mencatat lapangan
adalah melakukan transkip. Langkah-langkah
penyusunan transkrip hasil observasi dan wawancara
meliputi pengumpulan data, mencari kata kunci,
kemudian menentukan tema yang dikategorikan menjadi

103 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 103


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

beberapa sub tema dan dihubungkan dengan


menggunakan pola. Setelah itu, barulah dilakukan
pengembangan teori.

E. EVALUASI

1. Jelaskan teknik pengumpulan data penelitian sosial


kualitatif
2. Jelaskan teknik pengumpulan data yang diterapkan
pada penelitian kualitatif
3. Jelaskan kreteria teknik keabsahan data penelitian
sosial kualitatif dan sebutkan 10 cara pemeriksaan
keabasahan data penelitian sosial kualitatif
4. Jelaskan apa catatan harian dalam penelitian
kualitatif dan buatlah contoh catatan harian dalam
penelitian kualitatif.

DAFTAR PUSTAKA

Adler Patricia A & Adler Peter, 1987. Membership Roles in


Field Research Newbury Park, Sage Publication Inc,
CA
Afifuddin. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Pustaka
Setia, Bandung.
Arikunto, Suharsimi 2016. Prosedur Penelitian: Suatu
Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta.
Babbie, Earl, 1986. The Practice of Social Research, 4th
ed. Wadsworth, California
Bogdan dan Biklen. 2007. Qualitative Research for
Education: An Introduction to Theory and Methods
fifth edition. New York: Pearson Education Boyatzis,
Denzin Norman K., and Yvonna S. Lincoln (Eds.).
2009. Handbook of Qualitative Research. Pustaka
Pelajar. Yokyakarta.

104 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 104


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

Gottschalk, Louis 1986. Understanding History; A Primer


of Historical Method, ed. Terjemahan Nugroho
Notosusanto. UI Press. Jakarta.
Hadi, Abd, Asroni dan Usman. 2021. Pendekatan
Kualitatif. Studi Fenemonologi, Case Study dan
Ground Teory, Etnografi, Biografi. Pena Persada
Banyumas.
Herdiansyah, H 2014. Metodelogi Penelitian Kualitatif.
Penerbit Salemba, Jakarta.
Idrus, Muhammad. 2007. Metode Penelitian Ilmu Sosial.
Erlangga Yogyakarta
Irwanto, 2007. Focus Group Discussion: Sebuah Pengantar
Praktis. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Johnson, J, 1975. Doing Field Research. Free Press, New
York.
Kriyantono, Rahmat, 2006. Teknik Praktis Riset
Komunikasi. Kencana Perdana. Jakarta.
Linda dan Claire. 2006. Qualitative Research for Allied
Health Professional: Challenging Choices. John Wiley
& Sons, Ltd. London
Marshall and Rossman,1989. Designing Qualitative
Research. Sage Publications. London
Moleong, Lexy. J. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif.
PT Remaja Rosdakarya Bandung
Morissan. 2017. Metode Penelitian Survei. Kencana
Jakarta.
Oswald, Warner & Schoepfle G. Mark, 1987. “Systematic
Fieldwork: Ethnographic Analysis and Data
Management,” Journal of Ethnographic Analysis and
Data Management 1.
Poerwandari, E. K. 1998. Pendekatan Kualitatif dalam
Penelitian Psikologi. LPSP3: F. Psikologi Universitas
Indonesia
Reiner, G.J. 1997. Metode Dan Manfaat Ilmu Sejarah.
Pustaka Pelajar, Jakarta.

105 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 105


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

Rianto, Adi, 2010. Metodologi Penelitian Sosial Dan


Hukum. Granit, Jakarta
Richard A. Krueger & Mary Anne Casey, 2000. Focus
Groups. A Practical Guide for Applied Research, 3rd
ed. (Thousand Oaks, Sage Publications, Inc, CA.
Richard, E. 1998. Transforming Qualitative Information:
Thematic Analysis and Code Development. Thousand
Oaks: Sage Publication
Septiawan K. Santana, 2007. Menulis Ilmiah: Metode
Penelitian Kualitatif. Yayasan Obor Indonesia.
Jakarta.
Sitorus. 1988. Penelitian Kualitatif: Suatu Perkenalan.
Kelompok Dokumentasi Ilmu Sosial. Jurusan Ilmu-
ilmu Sosial dan Ekonomi Pertanian. Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Sugiyono, 2017. Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, Alfabeta.
Bandung
Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif: Teori
Dan Aplikasinya. Dalam Penelitian. Sebelas Maret
University Press, Surakarta.
Taylor and Bogdan, 1984. Introduction to Qualitative
Research Method. A Wiley- Intersciennce Publication
John Wiley and Sons. New York
Yin, Robert K. 2011. Qualitative Research from Strat to
Finish. The Guilford Press. New York
Yurisa, Wella. 2008.Etika Penelitian, UNRI Press.
Palembang
Zuldafrial, 2012. Penelitian Kualitatif. Yuma Pustaka
Surakarta.

106 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 106


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

BAB IV
PROSEDUR ANALISIS DAN
INTERPRETASI DATA KUALITATIF

A. KOMPETESI AKHIR YANG DIHARAPKAN

Setelah mengikuti kuliah ini diharapkan mahasiswa


mampu menjelaskan dan melakukan analisa data
kualitatif, menyajikan sampai mengambil kesimpulan

B. INDIKATOR

Adapun indikator target kompetensi berupa


kemampuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip-prinsip
analisis dan interpretasi data kualitatif
2. Mahasiswa mampu menjelaskan proses induktif pada
analisis data penelitian kualitatif
3. Mahasiswa mampu menjelaskan proses analisis dan
interpretasi penelitian kualitatif (model analisis,
reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan)

107 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 107


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

C. URAIAN PEMBELAJARAN

Pada hakikatnya analisis data adalah sebuah


kegiatan untuk mengatur, mengurutkan,
mengelompokkan, memberi kode atau tanda, dan
mengkategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan
berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab.
Melalui serangkaian aktivitas tersebut, data kualitatif yang
biasanya berserakan dan bertumpuk-tumpuk bisa
disederhanakan untuk akhirnya bisa dipahami dengan
mudah.
Analisis data kemudian tidak akan jauh dengan
proses interpretasi. Dalam pengertian kata, interpretasi
merupakan pemberian kesan, pendapat, atau pandangan
teoretis terhadap sesuatu; tafsiran (KBBI, 2022).
Interpretasi data sendiri menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari proses analisis data penelitian kualitatif.
Sementara itu, Dalam konteks penelitian, analisis data
dapat dimaknai sebagai kegiatan membahas dan
memahami data guna menemukan makna, tafsiran dan
kesimpulan tertentu dari keseluruhan data dalam
penelitian (Saleh, 2017).
1. Prinsip-Prinsip Dalam Analisis Dan Interpretasi
Data Kualitatif
Dalam melakukan analisis hingga interpretasi data
kualitatif, maka memerlukan berbagai prinsip yang
diketahui dan dipahami dengan baik. Prinsip-prinsip
menjadi penting agar data yang telah menjadi temuan di
lapangan dapat diolah, dianalisis hingga menghasilkan
makna.
Beberapa ahli, seperti Creswell, Rossman dan Rallis
(dalam Creswell, 2009) mendeskripsikan makna yang
terkandung dalam analisis data penelitian kualitatif, yaitu:
a. Analisis data merupakan suatu proses
berkelanjutan yang membutuhkan refleksi secara
terus-menerus terhadap data yang diperoleh
peneliti melalui pengajuan pertanyaan analitis dan
menulis catatan singkat sepanjang penelitian.

108 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 108


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

Analisis data kualitatif bisa saja melibatkan proses


pengumpulan data, interpretasi dan pelaporan hasil
secara serentak dan bersama-sama. Ketika
wawancara berlangsung, peneliti sekaligus juga
bisa melakukan analisis terhadap data yang baru
saja diperolehnya dari hasil wawancara tersebut,
menulis catatan kecil yang dapat digunakan
nantinya sebagai narasi dalam laporan akhir
maupun memikirkan susunan laporan akhir.
b. Analisis data penelitian kualitatif melibatkan
pengumpulan data yang sifatnya terbuka, didasari
oleh pertanyaan-pertanyaan umum dan analisis
informasi dari para responden.
c. Dalam menganalisis data, proses-proses dan
istilah-istilah dalam strategi penelitian kualitatif
berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.
Meskipun berbeda, peneliti masih menggunakan
prosedur yang umum digunakan. Cara yang
dianggap ideal adalah dengan menggabungkan
prosedur umum dengan langkah-langkah khusus
dalam menganalisis data penelitian kualitatif.
Dari penjelasan tersebut dapat ditarik poin penting
yang merupakan salah satu prinsip dalam analisis dan
interpretasi data penelitian kualitatif yaitu proses analisis
data dalam penelitian kualitatif pada dasarnya adalah
dilakukan terus-menerus sejak awal hingga akhir
penelitian. Dalam melakukan analisis data maka peneliti
melakukan proses berkelanjutan yang membutuhkan
refleksi secara terus-menerus terhadap data yang
diperoleh peneliti melalui pengajuan pertanyaan analitis
dan menulis catatan singkat sepanjang penelitian.
Proses analisis penelitian kualitatif yang terus-
menerus tersebut juga diperkuat dengan pendapat ahli
lain. Analisis data diartikan sebagai upaya mencari dan
menata secara sistematis catatan hasil observasi,
wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan
pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan

109 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 109


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain,


sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut
analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari
makna (Muhadjir dalam Rijali, 2018). Dari pengertian
tersebut, analisis data akan terus dilakukan oleh peneliti
saat mengumpulkan data di lapangan, hingga setelah
selesai dari lapangan. Bahkan, jika peneliti masih
memerlukan data, dan mengumpulKan data atau kembali
ke lapangan maka penelitipun kembali melakukan analisis
data.
Analisis data pada dasarnya dilakukan secara terus-
menerus dari pengumpulan data hingga akhir penelitian.
Namun begitu, ada ahli yang membedakan proses analisis
data menjadi dua, yakni selama di lapangan dan setelah
atau pasca lapangan.
Bogdan membedakan analisis data menjadi analisis
selama di lapangan dan analisis pascalapangan. Analisis
selama di lapangan meliputi : (1) mempersempit fokus
studi (harus diingat mempersempit fokus studi yang
berarti holistik yang fenomenologik; tidak sama dengan
menspesifikasi objek studi yang berpikir secara parsial ala
positivistik), (2) menetapkan tipe studi, apakah penelitian
sejarah, telaah taksonomi, genetik, dan lain-lain, (3)
mengembangkan secara terus-menerus pertanyaan
analitik. Selama di lapangan peneliti bertanya, mencari
jawab, dan menganalisisnya, selanjutnya
mengembangkan pertanyaan baru untuk memperoleh
jawaban, begitu dilakukan terus menerus, maka
penelitian itu dapat mengarah kepada grounded theory, (4)
menulis komentar yang dilakukan oleh peneliti sendiri, (5)
upaya penjajagan ide dan tema penelitian pada subjek
responden sebagai analisis penjajagan (langkah ini tentu
saja harus dilakukan pada tahap-tahap awal penelitian),
(6) membaca kembali kepustakaan yang relevan selama di
lapangan (cara ini membantu untuk mengembangkan ide
penulisan, tetapi ada bahayanya; peneliti dapat
terpengaruh pada ide, konsep, atau model yang dipakai
penulis buku), (7) menggunakan metafora dan analogi
konsep-konsep (Muhadjir,1998 dalam Rijali,2017).

110 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 110


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

Sementara analisis pascalapangan adalah mengambil


istirahat beberapa lama; dan siap kembali bekerja dengan
pikiran yang segar (Muhadjir,1998 dalam Rijali,2017).
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa dalam
melakukan proses analisis dan interpretasi data penelitian
kualitatif maka tidak dapat dilepaskan dari berbagai
proses penelitian yang lain yakni aktivitas pengumpulan
data, reduksi data, penyajian data, dan penyimpulan hasil
penelitian. Hal tersebut menjadi salah satu prinsip-prinsip
pokok pada analisis dan interpretasi data penelitian
kualitatif.
Dari berbagai penjelasan yang telah diuraikan dapat
digarisbawahi poin yang penting yakni prinsip-prinsip
dalam analisis dan interpretasi data penelitian kualitatif.
Pertama, proses analisis data dalam penelitian kualitatif
pada dasarnya adalah dilakukan terus-menerus sejak
awal hingga akhir penelitian. Kedua, proses analisis dan
interpretasi data penelitian kualitatif maka tidak dapat
dilepaskan dari berbagai aktivitas pengumpulan data,
reduksi data, penyajian data, dan penyimpulan hasil
penelitian.
2. Proses Induktif Pada Analisis Penelitian Kualitatif
Salah satu ciri khas penelitian kualitatif adalah
adanya proses induktif. Induktif adalah suatu upaya
membangun teori berdasarkan data dan fakta yang ada di
lapangan (Mulyadi, 2011). Proses induktif tersebut dapat
tampak dari cara berpikir, hingga proses analisis data.
Berpikir secara induktif merupakan suatu cara
berpikir dengan mendasarkan pada pengalaman yang
berulang, atau bisa juga merupakan sebuah kumpulan
fakta yang berserakan yang kemudian kita cari kesesuaian
diantara fakta-fakta tersebut sehingga masing masing
fakta memiliki keterkaitan satu sama lain (Mulyadi, 2011).
Dengan kata lain, berpikir secara induktif merupakan
suatu rekayasa dari berbagai macam kasus yang unik
atau khusus yang kemudian dikembangkan menjadi
suatu penalaran tunggal yang menggabungkan kasus-
kasus khusus tersebut kedalam suatu bentuk

111 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 111


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

pemahaman yang umum sehingga hukum yang


disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi
fenomena sejenis yang belum diteliti (generalisasi).
(Mulyadi, 2011). Berpikir secara induktif menjadi pijakan
dalam melakukan analisis penelitian kualitatif.
Menurut Mukhadis, Ibnu, dan Dasna (2003), dalam
penalaran induktif pencarian pengetahuan dimulai
dengan observasi terhadap hal-hal yang khusus yaitu
fakta-fakta konngkrit. Laporan akhir untuk penelitian ini
memiliki struktur atau kerangka yang fleksibel. Siapa pun
yang terlibat dalam bentuk penelitian ini harus
menerapkan cara pandang penelitian yang bergaya
induktif, berfokus terhadap makna individual, dan
menerjemahkan kompleksitas suatu persoalan (Creswell,
2009). Penekanan penting dalam hal ini ialah cara
pandang penelitian kualitatif dengan sifatnya yang
induktif yakni mencari data dengan observasi pada hal-
hal khusus atau fakta di lapangan.
Berbeda halnya dengan penelitian kuantitaif yang
menghasilkan hipotesis kemudian mengujinya, maka
dalam penelitian kualitatif tidaklah demikian. Anallisis
data penelitian kualitatif memiliki ciri khas. Ada beberapa
prosedur umum dalam analisis data kualitatif, seperti
seorang peneliti mulai dengan tubuh besar pengetahuan
dan informasi dan harus menggunakan penalaran
induktif, penyortiran dan kategorisasi dan membuatnya
tepat dengan tema-tema utama (Khusumastuti dan
Khoiron, 2019).
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan
dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan
data, memilah-milah data dalam satuan yang dapat
dikelola. Disamping itu mensintesiskan data, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa
yang dipelajari untuk memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain (Saleh, 2017). Dalam
penelitian kualitatif maka data digunakan untuk
membangun konsep. Konsep tersebut dibangun dari
proses panjang mulai dari memperoleh data,
mengorganisasikan, memilah, menemukan pola atau

112 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 112


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

temuan penting penelitian. Dengan kata lain, proses


induktif secara sederhana yang dimaksud ialah
membangun konsep dari bawah (data di lapangan)
menuju atas (konsep), atau konsep (atas) dibangun dari
bawah (data di lapangan).
3. Proses Analisis Dan Interpretasi Penelitian
Kualitatif (Model Analisis, Reduksi Data, Penyajian
Data, Dan Penarikan Kesimpulan)
Pada proses analisis dan interpretasi penelitian
kualitatif terdiri tiga langkah penting yakni reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan. Terdapat tiga
jalur analisis data kualitatif, yiatu reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan (Miles dan Huberman,
1992).
Reduksi data (data reduction) yaitu proses pemilihan,
pemusatan perhatian pada penyederhanaan, abstraksi
dan transformasi data kasar yang diperoleh di lapangan
studi (Salim, 2006). Reduksi data meliputi: meringkas
data, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus.
Reduksi data pada dasarnya merupakan bentuk analisis
yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data
dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir
dapat diambil. Proses ini berlangsung terus menerus
selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum data
benar-benar terkumpul sebagaimana terlihat dari
kerangka konseptual penelitian, permasalahan studi, dan
pendekatan pengumpulan data yang dipilih peneliti.
Sementara itu, penyajian data (data display)
merupakan deskripsi kumpulan informasi tersusun yang
memungkinkan untuk melakukan penarikan kesimpulan
dan pengambilan tidakan, dan yang lazim dilakukan
dalam bentuk teks naratif (Salim, 2006). Proses ini
merupakan lanjutan dari reduksi data, yang berarti data
dari lapangan telah diproses sedemikian rupa hingga
dapat disajikan atau ditampilkan. Bentuk penyajian data
kualitatif yang umum dillakukan oleh para peneliti,
antaralain: 1). Teks naratif: berbentuk catatan lapangan;
dan 2). Matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Pada intinya

113 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 113


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

berbagai bentuk tersebut dimaksudkan agar informasi


yang tersusun secara padu dan mudah dibaca, dimengerti
hingga memudahkan peneliti dalam menganalisis hingga
menarik kesimpulan.
Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion
drawing and verification) merupakan langkah akhir dan
lanjutan dari penyajian data. Proses ini artinya dari
permulaan pengumpulan data, periset kualitatif mencari
makna dari setiap gejala yang diperolehnya di
lapangan,mencatat, keteraturan atau pola penjelasan dan
konfigurasi yang mungkin ada, alur kausalitas dan
proposisi (pernyataan tentang satu atau lebih daripada
konsep atau variabel) (Salim, 2016). Dalam hal ini,
kesimpulan bukan merupakan kesimpulan yang kaku
melainkan sifatnya longgar dimana peneliti tetap terbuka,
dan skeptis, namun kesimpulan sudah disediakan. Proses
tersebut akan terus dilakukan selama penelitian masih
berlangsung dan akan terus-menerus diverifikasi hingga
diperoleh kesimpulan yang benar-benar valid dan kokoh.
Kesimpulan-kesimpulan itu juga diverifikasi selama
penelitian berlangsung, dengan berbagai cara
antaralain: 1). Memikir ulang selama penulisan;
2).Tinjauan ulang catatan lapangan; 3).Tinjauan kembali
dan tukar pikiran antar teman sejawat untuk
mengembangkan kesepakatan intersubyektif.;
4).Upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan
suatu temuan dalam seperangkat data yang lain.
Dalam melakukan analisis data penelitian kualitatif
terdapat model analisis yang umumnya menjadi pedoman.
Analisis data yang dikenalkan oleh Spradley (1980), dan
Glaser dan Strauss (1967) bisa dipakai sebagai pedoman
dan diuraikan sebagai berikut :
a. Analisis Domain (Domain Analysis).
Analisis domain pada hakikatnya adalah upaya
peneliti untuk memperoleh gambaran umum tentang
data untuk menjawab fokus penelitian. Caranya ialah
dengan membaca naskah data secara umum dan
menyeluruh untuk memperoleh domain atau ranah
apa saja yang ada di dalam data tersebut. Pada tahap

114 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 114


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

ini peneliti belum perlu membaca dan memahami data


secara rinci dan detail karena targetnya hanya untuk
memperoleh domain atau ranah. Hasil analisis ini
masih berupa pengetahuan tingkat “permukaan”
tentang berbagai ranah konseptual. Dari hasil
pembacaan itu diperoleh hal-hal penting dari kata,
frase atau bahkan kalimat untuk dibuat catatan
pinggir.
b. Analisis Taksonomi (Taxonomy Analysis).
Pada tahap analisis taksonomi, peneliti berupaya
memahami domain-domain tertentu sesuai fokus
masalah atau sasaran penelitian. Masing-masing
domain mulai dipahami secara mendalam, dan
membaginya lagi menjadi sub-domain, dan dari sub-
domain itu dirinci lagi menjadi bagian-bagian yang
lebih khusus lagi hingga tidak ada lagi yang tersisa,
alias habis (exhausted). Pada tahap analisis ini peneliti
bisa mendalami domain dan sub-domain yang penting
lewat konsultasi dengan bahan-bahan pustaka untuk
memperoleh pemahaman lebih dalam.
c. Analisis Komponensial (Componential Analysis).
Pada tahap ini peneliti mencoba mengkontraskan
antar unsur dalam ranah yang diperoleh . Unsur-
unsur yang kontras dipilah-pilah dan selanjutnya
dibuat kategorisasi yang relevan. Kedalaman
pemahaman tercermin dalam kemampuan untuk
mengelompokkan dan merinci anggota sesuatu ranah,
juga memahami karakteristik tertentu yang
berasosiasi. Dengan mengetahui warga suatu ranah,
memahami kesamaan dan hubungan internal, dan
perbedaan antar warga dari suatu ranah, dapat
diperoleh pengertian menyeluruh dan mendalam serta
rinci mengenai pokok permasalahan.
d. Analisis Tema Kultural (Discovering Cultural Themes).
Analisis Tema Kultural adalah analisis dengan
memahami gejala-gejala yang khas dari analisis
sebelumnya. Analisis ini mencoba mengumpulkan

115 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 115


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

sekian banyak tema, fokus budaya, nilai, dan simbol-


simbol budaya yang ada dalam setiap domain. Selain
itu, analisis ini berusaha menemukan hubungan-
hubungan yang terdapat pada domain yang dianalisis,
sehingga akan membentuk satu kesatuan yang
holistik, yang akhirnya menampakkan tema yang
dominan dan mana yang kurang dominan. Pada tahap
ini yang dilakukan oleh peneliti adalah: (1) membaca
secara cermat keseluruhan catatan penting, (2)
memberikan kode pada topik-topik penting, (3)
menyusun tipologi, (4) membaca pustaka yang terkait
dengan masalah dan konteks penelitian. Berdasarkan
seluruh analisis, peneliti melakukan rekonstruksi
dalam bentuk deskripsi, narasi dan argumentasi.
Sekali lagi di sini diperlukan kepekaan, kecerdasan,
kejelian, dan kepakaran peneliti untuk bisa menarik
kesimpulan secara umum sesuai sasaran penelitian.
Terdapat beberapa model analisis data yang lazim
dilakukan dalam kualitatif, Emzir (2011), diantaranya,
Pertama, model Bogdan dan Biklen; dilakukan dengan
cara (a) analisis data dan interprestasi lapangan, (b)
analisis dan interprestasi setelah pengumpulan data, (c)
pengembangan kategori-kategori pengkodean. Kedua,
model Miles dan Huberman; terdapat tiga kegiatan analisis
yaitu, (a) reduksi data, (b) model data/ data display
(c) penarikan/verivikasi kesimpulan. Ketiga, model
Strauss dan Corbin (grounded theory); dilakukan dengan
langkah, (a) pengkodean terbuka, (b) pengkodean berporos
dan (c) pengkodean selektif. Keempat, model Spradley
(etnografi): dengan cara, (a) melakukan analisis domain, (b)
melakukan analisis taksonomi, (c) melakukan analisis
kompenensial dan (d) menemukan tema-tema budaya.
Kelima, Model analisis isi dari Philipp Mayring; dengan
teknik (a) pengembangan kategori induktif dan (b) aplikasi
kategori deduktif. Berbagai model tersebut akan
dipaparkan pada penjelasan di bawah ini, yang meliputi:
1. Model Bogdan dan Biklen
Model analisis data ini terdiri dari 3 langkah, yaitu
analisis data dan interpretasi lapangan; analisis dan

116 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 116


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

interpretasi setelah pengumpulan data;


pengembangan kategori-kategori pengkodean, yang
dijelaskan pada paparan berikut ini :
1) Analisis Data dan Interpretasi Lapangan
Beberapa tawaran dan saran dalam menganalisis
dan menginterpretasi data menurut Bogdan dan
Biklen, 2007 yaitu:
a. Pastikan judul penelitian yang dipilih dapat
dilakukan sesuai dengan kemampuan peneliti.
Hal ini meliputi pemilihan topik yang sesuai
minat, kebermanfaatan hasil penelitian, subjek
serta latar penelitian yang jelas dan dapat
dicapai.
b. Tentukan metode penelitian yang sesuai
dengan topik yang dipilih.
c. Beberapa jenis metode penelitian kualitatif,
yaitu penelitian studi kasus mengenai
organisasi, studi kasus observasi, studi kasus
sejarah hidup, dan sebagainya.
d. Bangun pertanyaan analitik. Terdapat dua
macam pertanyaan, yakni pertanyaan teoretikal
substantif (substantive theoretical questions)
(fokus pada subjek dan latar khusus penelitian
yang tengah dilakukan) dan pertanyaan
teoretikal formal (formal theoretical questions)
(tidak berfokus pada subjek dan latar khusus
penelitian yang tengah dilakukan, namun
bersifat lebih umum).
e. Rencanakan sesi pengumpulan data dengan
cermat.
Dalam proses pengumpulan data harus
dipertimbangkan apakah Anda ingin
menghabiskan lebih banyak waktu di satu
tempat daripada tempat yang lain, mengatur
untuk melihat suatu aktivitas tertentu, atau
berencana untuk mewawancarai subjek

117 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 117


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

tertentu dengan pertanyaan- pertanyaan


tertentu dalam pikiran.
f. Tulis sebanyak mungkin “komentar pengamat”
atas ide yang peneliti hasilkan berdasarkan
temuan penelitian. Komentar pengamat dapat
menjadi langkah pertama untuk
menginterpretasi temuan dalam penelitian.
2) Analisis dan Interpretasi Setelah Pengumpulan
Data
Setelah data terkumpul tahap selanjutnya, yaitu
membangun kategori coding yang terdiri dari:
a. Setting/ context codes (kode-kode setting dan
konteks), kode yang berisi informasi-informasi
yang masih umum tentang latar, topik dan
subjek penelitian.
b. Definition of the situation codes, Penempatan
unit-unit data yang dapat menunjukkan
bagaimana subjek menggambar- kan latar dan
topik penelitian.
c. Perspectives held by subjects, kode yang
dibentuk berdasarkan alur berpikir subjek
terhadap latar dan topik penelitian.
d. Subjects ways of thinking about people and
objects, kode yang dibentuk berdasarkan
pemahaman subjek terhadap subjek lainnya,
subjek terhadap orang luar dan subjek terhadap
objek yang dapat membangun dunia mereka.
e. Process codes, kata atau frasa yang
memfasilitasi pengkategorian urutan kejadian,
perubahan dari waktu ke waktu.
f. Activity codes, kode yang berisi berbagai catatan
perilaku dan tindakan yang konstan terjadi.
g. Event codes, kode yang berisi catatan aktivitas
khusus yang terjadi pada latar atau kehidupan
subjek penelitian.

118 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 118


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

h. Strategy codes, kode yang berisi berbagai


strategi yang merujuk pada taktik,metode,
manuver, dan sejenisnya yang digunakan oleh
subjek.
i. Relationship and social structure codes, pola-
pola perilaku subjek yang tidak ditunjukkan
di muka umum yang bersifat hubungan
persahabatan, permusuhan, percintaan).
j. Narrative codes, kode-kode ini berisi struktur
dan isi pembicaraan yang dikemas menurut
versi subjek sendiri yang juga menggambarkan
nilai dan kepercayaan subjek.
k. Methods codes. kode yang berisi prosedur
penelitian, masalah-masalah serta suka-
dukanya. Setelah analisis data dilakukan
melalui pengkodean, selanjutnya adalah
interpretasi data.
3) Pengembangan Kategori-Kategori Pengkodean
Bogdan dan Biklen, (2007), menyarankan kategori
coding untuk memberikan ide-ide tentang apa yang
harus dicari ketika Anda mengkode. Saran ini
hanya menawarkan petunjuk untuk memudahkan
dalam penelitian. Bagaimanapun, kategori coding
berdasarkan data yang telah diperoleh dari
lapangan, dan bukan dari perspektif peneliti. Nilai
sosial dan kepekaan terhadap dunia dapat
mempengaruhi proses, aktivitas, peristiwa, cara
pandang peneliti dalam mempertimbangkan kode
yang penting. Ketika melakukan analisis dan
interpretasi, biasanya kita memilih topik. Oleh
karena itu, kita analisis dan kode kembali dengan
cara lain yaitu mempertimbangkan topik
sesuai dengan objek penelitian.

119 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 119


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

2. Model Miles dan Huberman


Terdapat tiga jalur analisis data kualitatif, menurut
Miles dan Huberman, 1992, yiatu reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Sugiyono,
2017). Lebih lanjut proses analisis data penelitian
kualitatif digambarkan sebagai berikut:

Gambar 5.1: Analisis Model Miles dan Huberman


Gambar memperlihatkan sifat interaktif
pengumpulan data dengan analisis data,
pengumpulan data merupakan bagian integral dari
kegiatan analisis data. Miles dan Huberman
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya
sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data (Sugiyono,
2017) yaitu:
1) Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya
cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara
teliti dan rinci. Semakin lama peneliti ke lapangan,
maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks
dan rumit.untuk itu perlu segera dilakukan analisis
data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti
merangkum, meneliti hal-hal yang pokok,

120 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 120


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari


tema dan polanya.
Reduksi data adalah proses pemilihan,
pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.
Proses ini berlangsung terus menerus selama
penelitian berlangsung, bahkan sebelum data
benar-benar terkumpul sebagaimana terlihat dari
kerangka konseptual penelitian, permasalahan
studi, dan pendekatan pengumpulan data yang
dipilih peneliti. Reduksi data meliputi: (1)
Meringkas data, (2) Mengkode, (3) Menelusur tema,
dan (4) Membuat gugus-gugus
Reduksi data merupakan bentuk analisis yang
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi
data dengan cara sedemikian rupa sehingga
kesimpulan akhir dapat diambil. Reduksi tidak
perlu diartikan sebagai kuantifikasi data. Cara
reduksi data: (1) Seleksi keatat atas data, (2)
Ringkasan atau uraian singkat, dan (3)
Menggolongkannya dalam pola yang lebih luas
2) Data Display
Penyajian data adalah kegiatan ketika
sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi
kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan
dan pengambilan tindakan. Penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori, flowchart, dan
sejenisnya. Bentuk penyajian data kualitatif teks
naratif: berbentuk catatan lapangan. Bentuk
lainnya berupa Matriks, grafik, jaringan, dan bagan,
table atau gambar. Bentuk-bentuk ini
menggabungkan informasi yang tersusun dalam
suatu bentuk yang padu dan mudah diraih,
sehingga memudahkan untuk melihat apa yang

121 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 121


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

sedang terjadi, apakah kesimpulan sudah tepat


atau sebaliknya melakukan analisis kembali.
3) Conclusion Drawing/Verification
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif
mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang
dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak,
karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah
dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif
masih bersifat sementara dan akan berkembang
setelah penelitian berada di lapangan. Kesimpulan
dalam penelitian kualitatifn adalah merupakan
temuan baru yang sebelumnya belum pernah
ada.temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran
suatu obyek yang sebelumnya masih remang-
remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi
jelas, dapat berupa hubungan kausal atau
interaktif. Hipotesis atau teori.
Upaya penarikan kesimpulan dilakukan peneliti
secara terus-menerus selama berada di lapangan.
Dari permulaan pengumpulan data, peneliti
kualitatif mulai mencari arti benda-benda,
mencatat keteraturan pola-pola (dalam catatan
teori), penjelasan-penjelasan, konfigurasi-
konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan
proposisi. Kesimpulan-kesimpulan ini ditangani
secara longgar, tetap terbuka dan skeptis, tetapi
kesimpulan sudah disediakan. Mula-mula belum
jelas, namun kemudian meningkat menjadi lebih
rinci dan mengakar dengan kokoh.
Kesimpulan-kesimpulan itu juga diverifikasi
selama penelitian berlangsung, dengan cara: (1)
Memikir ulang selama penulisan, (2) Tinjauan ulang
catatan lapangan, (3) Tinjauan kembali dan tukar
pikiran antar teman sejawat untuk
mengembangkan kesepakatan intersubyektif, dan
(4) Upaya-upaya yang luas untuk menempatkan
salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang
lain.

122 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 122


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

3. Model Spradley
Teknik analisa data kualitatif model Spradley
secara keseluruhan proses penelitian terdiri atas:
pengamatan deskriptif, analisis domein, pengamatan
terfokus, analisis taksonomi, pengamatan terpilih,
analisis komponensial, dan diakhiri dengan analisis
tema (Moleong, 2017). Proses tersebut dapat
disederhanakan dalam empat tahap sebagai berikut:

Gambar 5.2: Analisis Model Spradley


1) Analisis Domain
Analisis domain (bidang) dilakukan terhadap data
yang diperoleh dari pengamatan berperan
serta/wawancara atau pengamatan deskriptif yang
terdapat dalam catatan lapangan. Langakah–
langkah yang dilalui dalam analisis domain yaitu:
a. Memilih salah satu hubungan semantik dari
sembilan yang ada: termasuk, spasial, sebab-
akibat, rasional, lokasi tempat bertindak,
fungsi, alat-tujuan, urutan, dan memberi
atribut/nama.
b. Menyiapkan lembar analisis domain
c. Memilih salah satu sampel catatan lapangan.
d. Mencari istilah acuan dan istilah bagian yang
cocok.

123 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 123


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

e. Mengulangi usaha pencarian domain.


f. Membuat daftar domein yang ditemukan.
2) Analisis Taksonomi
Analisis taksonomi peneliti berupaya memahami
domain-domain tertentu sesuai fokus masalah
atau sasaran penelitian. Masing-masing domain
mulai dipahami secara mendalam dan membaginya
lagi menjadi subdomain dan dari subdomain itu
dirinci lagi menjadi bagian-bagian yang lebih
khusus lagi hingga tidak ada yang tersisa. Pada
tahap analisis, peneliti bisa mendalami domain dan
sub domain yang penting lewat konsultasi dengan
bahan-bahan pustaka untuk memperoleh
pemahaman lebih dalam.
Analisis taksonomi dilakukan tujuh langkah yaitu:
a. Memilih satu domein untuk dianalisis.
b. Mencari kesamaan atas dasar hubungan
semantik yang sama digunakan untuk domein
itu.
c. Mencari tambahan istilah bagian.
d. Mencari domein yang lebih besar dan lebih
inklusif.
e. Membentuk taksonomi sementara.
f. Mengadakan wawancara terfokus untuk
mencek analisis yang telah dilakukan.
g. Membangun taksonomi secara lengkap.
3) Analisis Komponensial
Analisis komponensial peneliti mencoba
mengontraskan antar unsur dalam ranah yang
diperoleh. Pada analisis komponensial, yang dicari
untuk diorganisasikan dalam domain bukanlah
kesurupaan dalam domain, tetapi justru yang
memiliki perbedaan atau yang kontras.
Langkah-langkah analisis komponensial yaitu:

124 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 124


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

a. Menetapkan suatu ranah yang akan dianalkisis


berdasarkan hasil observasi terseleksi dan
identifikasi kontras-kontrasnya.
b. Menginventarisasi seluruh kontras yang telah
ditemukan sebelumnya.
c. Mengidentifikasi dimensi-dimensi yang
mempunyai nilai dua kategori,
d. Mengkombinasikan dimensi-dimensi kontras
yang berhubungan dekat ke dalam satu dimensi
yang mempunyai nilai jamak.
e. Menyiapkan pertanyaan kontras untuk atribut
yang belum ada.
f. Melakukan observasi terseleksi untuk mencari
informasi mengenai atribut yang belum terinci
dalam lembaran paradigma di atas.
g. Menyiapkan suatu pradigma yang lengkap.
4) Analisis Tema
Analisis tema merupakan seperangkat prosedur
untuk memahami secara holistik pemandangan
yang sedang diteliti. Sebab setiap kebudayaan
terintegrasi dalam beberapa jenis pola yang lebih
luas.
Spadley menjelaskan bahwa strategi-strategi yang
dapat digunakan untuk menemukan tema-tema
adalah sebagai berikut:
a. Peneliti benar-benar tenggelam dalam adegan
budaya selama melakukan penelitian.
b. Melakukan analisis komponensial dari seluruh
cover term untuk seluruh ranah. Waku
melakukan analisis komponensial terhadap
segala unsur di dalam suatu ranah. Teknik yang
sama dapat dilakukan untuk menemukan
ranah-ranah, berikut dimensi kontras antar
ranah-ranah di dalam suatu adegan budaya.
Pendekatan secara holistik akan
mengungkapkan isi antar ranah-ranah.

125 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 125


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

c. Perspektif lebih luas dapat dicapai dengan jalan


mencari ranah yang lebih besar dalam adegan
budaya.
d. Dimensi-dimensi kontras seluruh ranah yang
telah dianalisis secara rinci. Kegiatan ini
memanfraatkan analisis yang diperoleh melalui
analisis komponensial untuk raanah-ranah
tertentu dalam suatu adegan budaya.
e. Identifikasi ranah karena sejumlah ranah di
dalam suatu adegan budaya cenderung
mengorganisasikan sejumlah informasi yang
termasuk ranah lainnya.
f. Membuat suatu diagram skematis dari adegan
untuk membantu mevisualisasikan hubungan
antara ranah.
g. Mencari tema yang bersifat universal. Ada
enam tema universal yaitu: (1) konflik sosial, (2)
kontradisi budaya, (3) memusatkan perhatian
bagaimana masyarakat mengontrol tingkah
laku sosial mereka, bagaimana mematuhi nilai-
nilai dan norma masyarakat, melalui kegiatan
hal ini akan dapat diidentifikasi, (4) mengelola
hubungan sosial karena di kota atau tempat
tertentu masyarakat mengembangkan cara
tertetu dalam berhubungan dengan orang
lain, (5) mendapatkan dan mempertahankan
status, melalui bagaimana masyarakat yang
sedang diteliti memperoleh dan mendapatkan
status akan menghasilkan tema budaya, (6)
pemecahan bermacam masalah.
4. Model Philipp Mayring
Definisi dari analisis isi adalah “suatu analisis
mendalam yang dapat menggunakan teknik kuantitatif
maupun kualitatif terhadap pesan-pesan
menggunakan metode ilmiah dan tidak terbatas pada
jenis-jenis variable yang dapat diukur (Nawawi, 2012).
Menurut Wazer dan Wiener, analisis isi adalah suatu
prosedur sistematika yang disusun untuk menguji isi

126 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 126


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

informasi yang terekam. Krippendorf, menjelaskan


analisis isi adalah suatu penelitian untuk membuat
referensi-referensi valid dan dapat ditiru dari data ke
konteks. Sedangkan Putranto mendedinisikan analisis
isi (content analysis) berhubungan dengan
komunikasi, tepatnya berhubungan dengan isi
komunikasi. Penelitian dengan teknik analisis isi
merupakan teknik penelitian alternative bagi kajian
komunikasi yang pada umumnya cenderung lebih
banyak mengarah pada penelitian sumber (source)
maupun penerima (receiver) (Ghazali, 2005).
Penggunaan analisis isi harus ada fenomena
komunikasi yang dapat diamati. Peneliti merumuskan
lebih dulu dengan tepat apa yang akan diteliti.
Serta semua tindakan yang dilakukan didasarkan
pada tujuan tersebut. Langkah selanjutnya adalah
memilih unit analisis yang dikaji, memilih obyek
penelitian yang menjadi sasaran analisis (Bungin,
2001).
Apabila obyek penelitian berhubungan dengan hal-
hal pada umumnya yang ada dalam analisis isi (data-
data verbal), maka perlu disebutkan tempat, tanggal,
dan alat komunikasi yang bersangkutan. Pendekatan
analisis dengan model seperti ini tidak jauh berbeda
dengan pendekatan kualitatif lainnya. Dari data yang
telah dirumuskan tersebut maka akan dianalisis
secara tepat dan benar sehingga menghasilkan
penelitian yang tepat dan benar pula Berikut ini
dibuatkan kerangka kerja analisis isi (Krippendorf,
1991) seperti dibawah ini:

127 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 127


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

Gambar 5.3: Analisis Model Philipp Mayring


Dua bagian terbesar dari gambar di atas adalah
konteks riel data merupakan gejala riel serta kondisi
yang mengitarinya. Sedangkan konteks yang dibuat
sendiri oleh peneliti merupakan bagian yang dibangun
oleh peneliti berdasarkan target analisis, berbagai
faktor yang mempengaruhinya. Kedua konteks ini
akan mempengaruhi analisis isi yang nantinya akan
tergambarkan dalam bangunan analisis yang akan
dibuatnya.
Dalam prosedur analisis isi kualitatif,
pengembangannya terdapat dua pendekatan yang
sentral diantaranya adalah: pengembangan kategori
induktif dan aplikasi kategori deduktif. Pada
penelitian ini menggunakan analisis isi
pengembangan ketegori induktif. Pengembangan
kategori induktif dalam kerangka kerja pendekatan
kualitatif, pertanyaan tentang bagaimana kategori-
kategori itu didefinisikan, bagaimana kategori-kategori
itu dikembangkan. Hal tersebut akan menjadi
perhatian, untuk mengembangkan aspek-aspek
interpretasi, kategori-kategori, sedekat mungkin
dengan materi, untuk merumuskannya dalam istilah-
istilah dari materi tersebut.
Ide pokok dalam prosedur analisis isi
pengembangan kategori induktif adalah untuk
merumuskan suatu kriteria dan definisi, mulai dari
latar teoritis dan pertanyaan penelitian, menentukan

128 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 128


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

materi tekstual yang diperhitungkan. Materi


dikerjakan melalui kategori-kategori yang bersifat
sementara dan tahap demi tahap. Di dalam suatu
lingkaran umpan balik kategori-kategori direvisi,
setelah itu direduksi menjadi kategorikategori pokok
dan di cek sehubungan dengan rehabilitasnya. Untuk
lebih jelasnya langkah-langkah analisis ini akan
diilustrasikan pada gambar di bawah ini (Nawawi,
2012):

Gambar 5.4: Langkah pengembangan model induktif


Namun demikian, dalam analisis isi terdapat
permasalahan yang timbul berkaitan dengan
pelaksanaan di lapangan, antara lain:
1. Sulit mendapatkan secara pasti sample yang
representatif
2. Seringkali mendapatkan definisi kerja yang baik
pada topik yang sedang dipelajari. Misalnya: apa
itu kekerasan
3. Tidak selalu mudah mendapatkan unit yang dapat
diukur, seperti susunan cerita atau gambar
komik, apa yang dilakukan orang terhadap film
atau artikel majalah.
4. Sulit membuktikan kesimpulan yang tepat.

129 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 129


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

Tuntutan metodologis analisis isi pada dasarnya


sama dengan penelitian ilmiah pada umumnya.
Tuntutan objektifitas dan sistematika merupakan
prinsip yang lazim dipakai dalam analisis isi.
Objektifitas menuntut agar kategori-kategori
analisis didefinisikan secara jelas dan operasional
sehingga peneliti lain dapat mengikutinya dengan
tingkat realibilitas yang tinggi. Dan tuntutan
sistematika bertujuan untuk mencegah penarikan
kesimpulan oleh peneliti tidak adil artinya bukan
hanya untuk menyokong hipotesis peneliti semata
(Ghazali, 2005).
Peneliti dapat memakai dari berbagai model analisis
data kualitatif yang umumnya banyak digunakan.
Pada prinsipnya peneliti memakai model analisis
tersebut hendaknya disesuaikan dengan keperluan
penelitian.
Pada dasarnya analisis dan interpretasi data
kualitatif melalui suatu alur tertentu. Secara teknis
proses analisis dapat diillusrasikan sebagaimana
langkah-langkah tertentu (Poerwandari, 1994 dalam
Salim, 2006), antaralain:
1. Peneliti pada awalnya akan menbaca hasil catatan
lapangan, mendengarkan rekaman wawancara,
membaca transkrip wawancara untuk
mendapatkan pemahaman tentang kasus yang
dikaji. Peneliti dapat menambahkan beberapa
catatan yang mungkin diperlukan. Catatan bisa
berupa kesimpulan sementara, atau insight yang
muncul begitu saja.
2. Peneliti dapat menggunakan sisi lain dari lembar
catatan lapangan atau untuk transkripsi untuk
menuliskan tema, kata kunci atau kata-kata teknis
yang muncul.
3. Peneliti melanjutkan aktivitas analisis dengan
membuat daftar seluruh tema yang muncul dan
mulai memikirkan hubungan yang mungkin ada di
antara tema-tema yang muncul.

130 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 130


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

4. Berdasarkan catatan yang telah dimiliki, peneliti


dapat membuat “master pola” yang ditemukan dan
siap untuk dikemukakan sebagai laporan akhir
hasil studi. Pembuatan master pola dari perilaku
subjek penelitian dalam masalah tertentu dapat
dilakukan dengan memberikan pemaknaan melalui
penjelasan berbagai teori yang penad (relevant).
Seringkali pemaknaan hanya menghasilkan
sejumlah kategori awal dari statemen yang
dibutuhkan sebagai temuan dalam penelitian.
Dengan mengembangkan suatu teori, kategori awal
ini kemudian dibaca sehingga menghasilkan
pemaknaan baru dalam bentuk hipotesa awal

D. RANGKUMAN

Dalam melakukan analisis hingga interpretasi data


kualitatif, maka memerlukan berbagai prinsip yang
diketahui dan dipahami dengan baik, seperti : 1). Proses
analisis data dalam penelitian kualitatif pada dasarnya
adalah dilakukan terus-menerus sejak awal hingga akhir
penelitian, 2). Proses analisis dan interpretasi data
penelitian kualitatif maka tidak dapat dilepaskan dari
berbagai aktivitas pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data, dan penyimpulan hasil penelitian.
Sementara itu, ciri khas penelitian kualitatif adalah
adanya proses induktif yang berarti data digunakan untuk
membangun konsep. Konsep tersebut dibangun dari
proses panjang mulai dari memperoleh data,
mengorganisasikan, memilah, menemukan pola atau
temuan penting penelitian. Terkait dengan langkah-
langkah dalam analisis dan interpretasi data kualitatif
mencakup proses reduksi data, penyajian data serta
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dalam Langkah-
langkah tersebut peneliti juga akan mencari pola, model
analisis hingga mencari tema dan teori.
Terdapat beberapa model analisis data yang lazim
dilakukan dalam penelitian kualitatif, Emzir, 2011 dalam

131 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 131


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

Hadi, dkk, 2022, yaitu: Pertama, model Bogdan dan


Biklen; dilakukan dengan cara (a) analisis data dan
interprestasi lapangan, (b) analisis dan interprestasi
setelah pengumpulan data, (c) pengembangan kategori-
kategori pengkodean. Kedua, model Miles dan Huberman;
terdapat tiga kegiatan analisis yaitu, (a) reduksi data, (b)
model data/data display (c) penarikan/verifikasi
kesimpulan. Ketiga, model Strauss dan Corbin (grounded
theory); dilakukan dengan langkah, (a) pengkodean
terbuka, (b) pengkodean berporos dan (c) pengkodean
selektif. Keempat, model Spradley (etnografi): dengan cara,
(a) melakukan analisis domain, (b) melakukan analisis
taksonomi, (c) melakukan analisis kompenensial dan (d)
menemukan tema-tema budaya. Kelima, Model analisis isi
dari Philipp Mayring; dengan teknik (a) pengembangan
kategori induktif dan (b) aplikasi kategori deduktif.

E. EVALUASI

Dari hasil pengumpulan data yang telah Anda


lakukan, maka lanjutkan proses analisis data sesuai
dengan prinsip-prinsip, serta angkah-langkah analisis dan
interpretasi data penelitian kualitatif (reduksi data,
penyajian data serta penarikan kesimpulan dan verifikasi)
serta pilih salah satu model analisis yang digunakan!

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi 2016. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik,


Rineka
Cipta, Jakarta.

Cresswel, John W. 2009. Research Design (Pendekatan


Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Hadi, Abd, Asroni dan Usman. 2021. Pendekatan
Kualitatif. Studi Fenemonologi, Case Study dan

132 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 132


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

Ground Teory, Etnografi, Biografi. Pena Persada


Banyumas
KBBI. 2022 diakses dari https://kbbi.web.id/interpretasi
Kusumatuti, Adhi dan Ahmad Mustamil Khoiron. 2019.
Metode Penelitian Kualitatif. Semarang: Lembaga
Pendidikan Soekarno Pressindo (LPSP)
Miles, Mathew B. dan Huberman, A. Michael. 1992.
Analisis Data Kualitatif : Buku Sumber tentang
Metode-Metode Baru. Jakarta : Penerbit Universitas
Indonesia (UI -Press)
Moleong, Lexy. J. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif.
PT Remaja Rosdakarya Bandung
Muhadjir, Noeng, 2002. Metodelogi Penelitian Kualitatif.:
Rakesarasin Yogjakarta.
Mulyadi, Mohammad. 2011. Penelitian Kuantitatif Dan
Kualitatif Serta Pemikiran Dasar
Menggabungkannya. Jurnal Studi Komunikasi Dan
Media Vol. 15 No. 1 (Januari – Juni 2011)
Poerwandari, E. K. 1998. Pendekatan Kualitatif dalam
Penelitian Psikologi. LPSP3: F. Psikologi Universitas
Indonesia
Rijali, Ahmad. 2018. Analisis Data Kualitatif. Jurnal
Alhadharah.Vol. 17 No. 33 Januari – Juni 2018
Saleh, Sirajuddin. 2017. Analisis Data Kualitatif.
Bandung: Pustaka Ramadan
Salim, Agus.2006. Teori & Paradigma Penelitian Sosial :
Buku Sumber untuk Penelitian Kualitatif. Yogyakarta:
Tiara Wacana
Sugiyono, 2017. Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D,
Alfabeta. Bandung

133 Syarifuddin, dkk Metodologi Penelitian Kualitatif 133


Metodologi Penelitian Kualitatif Syarifuddin, dkk

108 Syarifuddin, dkk

Anda mungkin juga menyukai