Anda di halaman 1dari 34

KAJIAN STOK SUMBERDAYA

IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis Cantor, 1849)


YANG DIDARATKAN DI PPS CILACAP, JAWA TENGAH

RIANA FEBRIYANTI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Stok


Sumberdaya Ikan Tongkol (Euthynnus affinis Cantor, 1849) yang Didaratkan di
PPS Cilacap, Jawa Tengah adalah benar karya saya sendiri dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2016

Riana Febriyanti
NIM C24110046
ABSTRAK

RIANA FEBRIYANTI. Kajian Stok Sumberdaya Ikan Tongkol (Euthynnus


affinis Cantor, 1849) yang Didaratkan di PPS Cilacap, Jawa Tengah. Dibimbing
oleh ACHMAD FAHRUDIN dan YONVITNER.

Ikan tongkol merupakan salah satu ikan yang memiliki nilai ekonomis penting
yang berada di PPS Cilacap. Permintaan yang tinggi terhadap ikan tongkol
membuat para pelaku perikanan mengeksploitasi sumberdaya ikan ini tanpa
memperhatikan keberlanjutannya. Tujuan penelitian ini adalah menentukan status
stok sumberdaya ikan tongkol (Euthynnus affinis) yang didaratkan di PPS Cilacap.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2014 hingga Maret 2015. Hasil
penelitian menunjukkan ikan tongkol memiliki pola pertumbuhan allometrik
negatif. Hasil tangkapan maksimum lestari dan upaya optimum masing-masing
5,34 ton per tahun dan 2032 trip per tahun. Pengelolaan yang dapat dilakukan
adalah pengaturan hasil tangkapan dan upaya penangkapan.

Kata kunci: tangkapan maksimum lestari, ikan tongkol (Euthynnus affinis),


tangkap lebih, PPS Cilacap.

ABSTRACT

RIANA FEBRIYANTI. Fish Stock Assessment of Eastern Little Tuna


(Euthynnus affinis Cantor, 1849) which Landed on PPS Cilacap, Central Java.
Guided by ACHMAD FAHRUDIN and YONVITNER.

Eastern little tuna was one of the fish that had significant economic value
which lived in Cilacap PPS. High demand on the swordfish fishery make actors
exploit resources without regard to the sustainability of these fish. The purpose of
this study was to determine the status stocks of resource conditions eastern little
tuna (Euthynnus affinis) the landed in PPS Cilacap. This study was conducted in
December 2014 and March 2015. The results shows Eastern little tuna has
positive allometric growth. The number of MSY and optimum effort amount 5,34
tonnes per year and the 2032 trip per year. Management that can be done is
setting of catch and fishing effort.

Keywords: maximum sustainable yield, eastern little tuna, overfishing, PPS


Cilacap.
KAJIAN STOK SUMBERDAYA
IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis Cantor, 1849)
YANG DIDARATKAN DI PPS CILACAP, JAWA TENGAH

RIANA FEBRIYANTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
berkat karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Kajian
Stok Sumberdaya Ikan Tongkol (Euthynnus affinis Cantor, 1849) yang
Didaratkan di PPS Cilacap, Jawa Tengah. Skripsi ini disusun dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor.
Pada kesempatan ini Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama
kepada:

1. Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan menempuh


studi di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan.
2. Dr Yonvitner, SPi, MSi yang telah memberikan bantuan dana penelitian.
3. Dr Majariana Krisanti, MSi selaku pembimbing akademik.
4. Dr Ir Achmad Fahrudin, MSi dan Dr Yonvitner, SPi, MSi selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan masukan dan arahan dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Taryono SPi, MSi selaku penguji tamu dan Dr Ir Niken Tunjung Murti
Pratiwi, MSi selaku Komisi Pendidikan Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan atas saran dan masukan dalam menyelesaikan skripsi
ini.
6. Widaryanti, SPi, MM dan Alia Kuswardana, SE serta seluruh staf Tata
Usaha Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan.
7. Mama, Ayah dan seluruh keluarga tercinta atas doa, kasih sayang,
semangat, dan dukungannya.
8. Pihak PPS Cilacap (Ibu Eko, Mas Agung, Pak Taufik, Mas Ibnu, Mas
Iqbal dan lain-lain) dan Tim Penelitian Cilacap (Diah, Ira, Aisya, dan Tini)
9. Santi, Nesia, Tyas, Rizka, Widiana, Ajuma Isra dan teman-teman MSP 48
atas doa, semangat, dukungan dan bantuannya.

Demikian skripsi ini disusun, semoga bermanfaat.

Bogor, September 2016

Riana Febriyanti
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 1
Tujuan Penelitian 2
METODE 2
Lokasi dan Waktu Penelitian 2
Pengumpulan Data 2
Analisis Data 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
Hasil 7
Pembahasan 14
KESIMPULAN DAN SARAN 16
Kesimpulan 16
Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 17
LAMPIRAN 20
RIWAYAT HIDUP 24
DAFTAR TABEL

1. Jenis dan metode pengumpulan data 3


2. Parameter pertumbuhan ikan tongkol 9
3. Mortalitas dan laju eksploitasi ikan tongkol 9
4. Hasil standarisasi alat tangkap 10
5. Catch per unit effort (CPUE) 12
6. Parameter pertumbuhan ikan tongkol dari beberapa hasil penelitian 15

DAFTAR GAMBAR

1 Peta lokasi penelitian 2


2 Morfologi ikan tongkol (Euthynnus affinis) 7
3 Alat tangkap drift gillnet 8
4 Hubungan panjang bobot ikan tongkol (Euthynnus affinis) 8
5 Kurva pertumbuhan ikan tongkol 9
6 Komposisi hasil tangkapan ikan yang didaratkan di PPS Cilacap 10
7 Komposisi hasil tangkapan dengan alat tangkap drift gillnet 10
8 Hasil tangkapan ikan tongkol 11
9 Upaya penangkapan ikan tongkol 11
10 Hasil tangkapan per upaya tangkap 12
11 Kurva hubungan effort dan CPUE 12
12 Indek musim penangkapan ikan tongkol 13
13 Model produksi surplus dengan pendekatan Schaefer 14

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil wawancara nelayan 20


2 Standarisasi alat tangkap 21
3 Model produksi surplus 21
4 Prosedur perhitungan IMP dengan metode rata-rata bergerak 21
5 Pendugaan parameter ikan tongkol 22
6 Laju mortalitas dan eksploitasi 23
7 Data sekunder 23
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Cilacap, merupakan salah satu tempat


pendaratan ikan yang ditangkap dari Samudera Hindia. Pelabuhan ini merupakan
tempat perikanan yang berintensitas tinggi yang ditandai dengan banyaknya
jumlah armada kapal yang melakukan bongkar muat dan setiap tahunnya banyak
pemanfaatan sumberdaya ikan di wilayah tersebut. Sumberdaya ikan yang banyak
didaratkan di PPS Cilacap salah satunya ikan tongkol. Ikan tongkol (Euthynnus
affinis) merupakan ikan yang memiliki nilai ekonomis penting dengan sifat hidup
yang bergerombol, perenang cepat, dan pemakan daging (karnivora). Harga ikan
tongkol di PPS Cilacap mencapai Rp 17 000 per kg. Selain bernilai ekonomis
penting, ikan ini menjadi salah satu ikan target dalam perikanan tangkap,
khususnya di PPS Cilacap. Alat tangkap yang digunakan adalah drift gillnet, long
line, purse seine, bagan tancap, dan rawai tetap. Drift gillnet merupakan alat
tangkap yang dominan digunakan untuk menangkap ikan tongkol.
Rata-rata hasil tangkapan ikan tongkol mengalami penurunan yang cukup
signifikan pada tahun 2012 hingga 2013. Produksi ikan tongkol pada tahun 2012
sebesar 5,94 ton, sementara pada tahun 2013 produksinya hanya mencapai 4,21
ton (Data Statistik PPS Cilacap 2013). Permintaan yang tinggi di pasar terhadap
ikan tongkol membuat para pelaku perikanan mengeksploitasi sumberdaya ikan
tanpa memperhatikan keberlanjutannya. Hal ini dapat mempengaruhi keberadaan
dan dapat mengubah status stok sumberdaya ikan tongkol. Oleh karena itu,
diperlukan penelitian mengenai stok sumberdaya ikan tongkol yang didaratkan di
PPS Cilacap untuk menentukan alternatif pengelolaan sumberdaya ikan tongkol
yang tepat dan berkelanjutan.

Perumusan Masalah

Sumberdaya perikanan merupakan milik bersama (common property),


sehingga setiap orang berhak memanfaatkan (open access). Apabila dimanfaatkan
secara terus-menerus akan mengancam keberadaan sumberdaya ikan tongkol di
kemudian hari. Ikan tongkol (Euthynnus affinis) merupakan salah satu ikan
dengan nilai ekonomis penting dan memiliki hasil tangkapan yang berfluktuatif
dari tahun ke tahun. Kondisi ini dikhawatirkan dapat menyebabkan tangkap lebih
atau overfishing sehingga potensi sumberdaya ikan mengalami penurunan dengan
penurunan produksi serta pendapatan nelayan. Kondisi overfishing juga
disebabkan kualitas lingkungan laut sebagai habitat hidup ikan mengalami
penurunan atau kerusakan akibat pencemaran dan terjadi degradasi fisik ekosistem
perairan. Permasalahan-permasalahan tersebut akan mengancam kelestarian dan
ketersediaan dari sumberdaya ikan tongkol yang ada. Oleh sebab itu, perlu adanya
kajian mengenai hasil tangkapan lestari agar ketersediaan stok dapat berkelanjutan
dan dimanfaatkan secara optimal untuk menambah nilai ekonomi bagi nelayan
setempat.
2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis status stok sumberdaya ikan


tongkol (Euthynnus affinis) yang didaratkan di PPS Cilacap.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di PPS Cilacap, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa


Tengah selama empat bulan, mulai bulan Desember 2014 hingga Maret 2015
dengan interval waktu pengambilan contoh selama 30 hari. Informasi lokasi
penelitian disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Peta lokasi penelitian

Pengumpulan Data

Data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer
yaitu panjang total dan bobot basah total tongkol dengan metode Penarikan
Contoh Acak Sederhana (PCAS). Selain itu dilakukan wawancara kepada nelayan
yang menangkap ikan tongkol di PPS Cilacap. Informasi yang diperoleh dari
hasil wawancara nelayan seperti biaya melaut per trip, harga jual ikan tongkol
serta daerah penangkapan ikan tongkol (Lampiran 1). Data sekunder diperoleh
dari data hasil tangkapan, upaya penangkapan serta harga jual ikan merah pada
tahun 2008-2014 yang diperoleh dari PPS Cilacap. Rangkuman kebutuhan dan
analisis data disajikan pada Tabel 1.
3

Tabel 1 Jenis dan metode pengumpulan data


No. Data Satuan Pengumpulan Lokasi
1 Panjang cm Panjang total Lapang
2 Bobot gram Bobot basah Lapang
Jumlah alat unit Kuisioner Lapang
3
tangkap
Harga ikan Rp Kuisioner dan data Lapang, PPS Cilacap
4
sekunder
Hasil tangkapan kg Kuisioner dan data Lapang, PPS Cilacap
5
sekunder
Upaya trip Kuisioner dan data Lapang, PPS Cilacap
6
penangkapan sekunder
Biaya operasi Rp Kuisioner dan data Lapang, PPS Cilacap
7
penangkapan sekunder
Harga nominal Rp Kuisioner dan data Lapang, PPS Cilacap
8
ikan per tahun sekunder
Musim bulan Kuisioner dan data Lapang, PPS Cilacap
9
penangkapan sekunder
Daerah - Kuisioner Lapang
10
penangkapan

Analisis Data

Hubungan panjang bobot


Model yang digunakan dalam menduga hubungan panjang bobot (Effendie
2002) merupakan hubungan eksponensial sebagai berikut:

W= aLb (1)

W adalah bobot (gram), L adalah panjang (mm), ɑ adalah konstanta dan b


adalah penduga pola hubungan panjang-bobot. Rumus umum tersebut bila
ditransformasikan ke dalam logaritma, akan diperoleh persamaan:
log W= log α + β log L (2)
Interpretasi dari hubungan panjang dan bobot diperoleh dari nilai konstanta b,
yaitu dengan hipotesis:
1. H0: b = 3, menunjukkan hubungan isometrik (pola pertumbuhan panjang sama
dengan pola pertumbuhan bobot).
2. H1: b ≠ 3, menunjukkan memiliki hubungan allometrik

Pola pertumbuhan allometrik ada dua macam, yaitu allometrik positif (b>3)
yang mengindikasikan bahwa pertumbuhan bobot lebih dominan dibandingkan
dengan pertumbuhan panjang dan allometrik negatif (b<3) yang berarti bahwa
pertumbuhan panjang lebih dominan dibandingkan dengan pertumbuhan bobotnya.
Selanjutnya untuk menguji hipotesis tersebut digunakan statistik uji sebagai
berikut:
b-3
t hitung = | S | (3)
b
4

Sb adalah simpangan baku dugaan b yang dihitung dengan:


s2
Sb = 1 2 (4)
∑ni=1 x1 2 - (∑ni=1 xi )
n

Selanjutnya nilai thitung dibandingkan dengan nilai ttabel pada selang


kepercayaan 95%. Pengambilan keputusannya adalah tolak H0 jika thitung > ttabel
atau terima H0 jika thitung < ttabel (Walpole 1993).

Parameter pertumbuhan
Parameter pertumbuhan diduga dengan menggunakan model von
Bertalanffy (Sparre dan Venema 1999):

Lt = L∞[1-e-K (t-t₀)] (5)

Pendugaan nilai koefisien pertumbuhan K dan L∞ dilakukan dengan menggunkan


metode Ford Waldford yang diturunkan dari model von Bertalanffy untuk t sama
dengan t+1, sehingga persamaan menjadi:

Lt+1 = L∞ (1-e-k(t+1-t₀)) (6)

Lt+1 adalah panjang ikan pada saat umur t+1 (satuan waktu), L∞ adalah panjang
maksimum secara teoritis (panjang asimtotik), K adalah koefisien
pertumbuhan (per satuan waktu), dan t0 adalah umur teoritis pada saat panjang
ikan sama dengan nol. Persamaan 5 dan 6 disubstitusikan, dan diperoleh
persamaan:

Lt+1 = L∞ [1-e-K]+ Lt e-K (7)

Persamaan tersebut dapat diduga dengan persamaan regresi linier y =


b0+b1x, dengan x = Lt sebagai absis (x) diplotkan terhadap y = Lt+1 sebagai ordinat
(y) seehingga terbentuk kemiringan (slope) sama dengan b1 = e-K, dan titik potong
dengan absis sama dengan b0 = L∞[1-e-K]. Dengan demikian, nilai K dan L∞
diperoleh melalui hubungan:

K = -ln (b1) (8)


b₀
L∞ = 1-b₁ (9)
Pendugaan umur teoritis (t0) berdasarkan persamaan Pauly (1984):

Log (-t0) = 3,3922-0,2752 (log L∞) – 1,038 (log K) (10)

Mortalitas dan laju eksploitasi


Konsep parameter pertumbuhan penting untuk diketahui guna pengelolaan
sumberdaya perikanan selanjutnya. Parameter mortalitas meliputi mortalitas
alami (M), mortalitas penangkapan (F), mortalitas total (Z) (Sparre dan Venema
1999). Laju mortalitas total (Z) diduga dengan kurva tangkapan yang dilinearkan
berdasarkan data komposisi panjang sedemikian sehingga diperoleh hubungan:
C(L1,L2) (L +L )
ln Δt(L1,L2) = h – Zt 1 2 2 (11)
5

Persamaan (11) diduga melalui persamaan regresi linear sederhana y = b0 + b1x


C(L1,L2) (L +L )
dengan y = lnΔt(L1,L2) sebagai ordinat, x = t 1 2 2 sebagai absis, dan Z = -b1. Laju
mortalitas alami (M) diduga dengan menggunakan rumus empiris Pauly (1980) in
Sparre dan Venema (1999) sebagai berikut.

LnM = -0,0152 – 0,279 lnL∞ + 0,6543 lnK + 0,463 lnT (12)

M = 0,8 e (-0,0152-0,279 ln L͚ + 0,6543 ln K + 0,463 ln T) (13)

L∞ adalah panjang asimtotik (mm), K adalah koefisien pertumbuhan dari


persamaan pertumbuhan von Bertalanffy, dan T adalah rata-rata suhu permukaan
air (oC). Laju mortalitas penangkapan (F) ditentukan dengn:

F=Z-M (14)

Laju eksploitasi (E) ditentukan dengan membandingkan mortalitas


penangkapan (F) dengan laju mortalitas total (Z) (Pauly 1984):

F F
E = F+M = Z (15)

Standarisasi alat tangkap


Standarisasi alat tangkap digunakan untuk menyeragamkan upaya
penangkapan, sehingga dapat diasumsikan upaya penangkapan oleh suatu alat
tangkap dapat menghasilkan tangkapan yang relatif sama dengan alat tangkap
yang dijadikan standar. Alat tangkap yang digunakan sebagai standar adalah alat
tangkap yang dominan menengkap jenis ikan tertentu dan memiliki nilai Fishing
Power Index (FPI) sama dengan satu. Nilai FPI dari masing-masing alat tangkap
lainnya dapat diketahui dengan membagi laju penangkapan rata-rata unit
penangkapan yang dijadikan standar. Menurut Sparre dan Venema (1999) nilai
FPI diketahui dengan rumus:


CPUEi = (16)

CPUE¡
FPIi = CPUE (17)
CPUEi adalah hasil tangkapan per upaya penangkapan alat tangkap ke-i, Ci
adalah jumlah tangkapan jenis alat tangkap ke-i, fi adalah jumlah upaya
penangkapan jenis alat tangkap ke-i, CPUEs adalah hasil tangkapan per upaya
penangkapan alat tangkap yang di jadikan standar, dan FPI adalah faktor upaya
tangkap pada jenis alat tangkap ke-i (Lampiran 2).

Model produksi surplus


Pendugaan potensi ikan tongkol dapat diduga dengan model produksi surplus
Schaefer dan Fox yang menganalisis hasil tangkapan (catch) dan upaya
penangkapan (effort). Model ini dapat diterapkan apabila diketahui dengan baik
hasil tangkapan per unit upaya tangkap (CPUE) atau berdasarkan spesies dan
6

upaya penangkapannya dalam beberapa tahun. Upaya penangkapan harus


mengalami perubahan substansial selama waktu yang dicakup (Sparre dan
Venema 1999). Tingkat upaya penangkapan optimun (𝑓𝑀𝑆𝑌) dan tangkapan
maksimum lestari (MSY) dapat diduga melalui persamaan:
Ct
ft
= a-bft (18)
dan
C
ln f t = a-bft (19)
t

masing-masing untuk model Schaefer dan model Fox, sehingga diperoleh


dugaan fmsy untuk Schaefer dan Fox adalah:
a
fmsy = (20)
2b
dan
1
fmsy = (21)
b

MSY masing-masing untuk Schaefer dan Fox:


a2
MSY = 4b (22)
dan
1
MSY = b e(a-1) (23)

Keterangan:
a : Perpotongan (intersept)
b : Kemiringan (slope)
e : Bilangan natural (e = 2,71828)
Ct : Jumlah tangkapan
ft : Upaya tangkap

Model yang akan digunakan adalah model yang memiliki nilai korelasi dan
determinasi yang paling tinggi. Potensi lestari (PL) dan jumlah tangkapan yang
diperbolehkan atau Total Allowable Catch (TAC) dapat ditentukan dengan
analisis produksi surplus dan berdasarkan prinsip kehati-hatian (FAO1995),
sehingga:

PL = 90% × MSY (24)

selanjutnya dapat ditentukan Total Allowable Catch menurut Keputusan


Menteri nomor 473A (1985):
TAC = 80% × MSY

Indeks musim penangkapan


Indeks Musim Penangkapan (IMP) sebagai pertimbangan dalam melakukan
operasi penangkapan dengan menggunakan data Catch per Unit Effort (CPUE)
dari data bulanan ikan tongkol (Eythynnus affinis) dengan metode rata-rata
bergerak. Metode rata-rata bergerak (moving average) memiliki keuntungan, yaitu
dapat mengestimasi fluktuasi musim sehingga dapat menentukan saat yang tepat
7

untuk melakukan operasi penangkapan. Kerugian dari metode rata-rata bergerak


(moving average) adalah tidak dapat menghitung pola musim penangkapan saat
tahun terakhir data (Bahdad 2006). Distibusi temporal diperoleh menggunakan
metode dekomposisi klasik dengan ratio pada rata-rata bergerak terhadap data
hasil tangkapan bulanan selama beberapa tahun (Dajan 1986). IMPi ditentukan
dengan RBBi yang dikalikan dengan Faktor Koreksi (FK):

IMP = RBBi x FK (21)

IMP adalah indeks musim penangkapan bulan ke-i, RBBi adalah rasio rata-rata
untuk bulanan ke-i, dan i adalah 1, 2, 3, ....., 12. Prosedur perhitungan IMP
disajikan pada Lampiran 3.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Deskripsi ikan tongkol


Ikan tongkol umumnya hidup di perairan Samudera Hindia dan Samudera
Pasifik Bagian Barat. Selain itu, ikan tongkol berenang membentuk schooling
dan berenang pada kisaran suhu 21,60C-30,50C (Nontji 2005). Bentuk tubuh ikan
tongkol menyerupai torpedo dengan kondisi mulut yang agak miring serta gigi-
gigi yang terletak pada rahang kecil. Ikan tongkol memiliki warna tubuh pada
bagian depan punggung keabu-abuan dan sisi perut yang berwarna keperak-
perakan. Pada bagian punggung terdapat garis-garis yang arahnya keatas dan
keputih-putihan (Basuma 2009). Berikut gambar ikan tongkol yang disajikan
pada Gambar 2.

Gambar 2 Morfologi ikan tongkol (Euthynnus affinis)


Deskripsi alat tangkap
Jaring insang adalah salah satu alat penangkapan ikan yang sederhana dan
efisien (Sherief et al. 2016). Bagian utama berupa selembar jaring yang
dilengkapi dengan tali ris atas dan bawah. Ukuran mata jaring disesuaikan dengan
ukuran ikan yang menjadi target tangkapan utama. Pada tali ris atas ditambahkan
tali berpelampung dan pada tali ris bawah dilengkapi tali pemberat. Jaring insang
memiliki beberapa jenis alat penangkapan, salah satunya adalah drift gillnet
8

(Gambar 3). Drift gillnet atau jaring insang hanyut adalah jaring insang yang
pemasangannya dibiarkan hanyut dan salah satu ujungnya dikaitkan pada perahu
(Syofyan et al. 2010). Alat ini ditunjukkan untuk menangkap jenis jenis ikan
pelagis. Ukuran mata jaring untuk menangkap ikan cakalang sebesar 4 inchi.
Panjang drift gillnet umumnya 20-30 piece, lebar 5-6 meter dengan bahan alam
hingga bahan sintesis buatan pabrik (Walus 2001 in Barita et al. 2010).

Gambar 3 Alat tangkap drift gillnet


Sumber: Martasuganda 2008

Hubungan panjang bobot


Hubungan panjang bobot merupakan salah satu analisis yang dapat
digunakan untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan. Grafik hubungan panjang
bobot ikan tongkol (Euthynnus affinis) disajikan pada Gambar 4.

6000
5000 W = 0.0284 L 2.8506
R² = 82,84%
Bobot (gram)

4000 n =224 ekor


3000
2000
1000
0
0 20 40 60 80
Panjang (cm)
Gambar 4 Hubungan panjang bobot ikan tongkol (Euthynnus affinis)
Persamaan hubungan panjang bobot ikan tongkol adalah W= 0,00004L2,8506
dengan koefisien determinasi (R2) 82,84%. Melalui persamaan pada Gambar 4
diperoleh nilai b sebesar 2,8506. Berdasarkan nilai t sebesar 0,5 diperoleh pola
pertumbuhan ikan tongkol adalah allometrik negatif yang berarti pertumbuhan
panjang lebih cepat dibandingkan pertumbuhan bobot.

Parameter pertumbuhan
Analisis parameter pertumbuhan ikan tongkol terdiri atas koefisien
pertumbuhan (K), panjang asimtotik (L∞), dan umur teoritis ikan pada saat
panjang sama dengan nol (t₀). Koefisien pertumbuhan ikan tongkol pada
penelitian ini adalah 0,57 per tahun dengan panjang asimtotik 737,90 mm yang
disajikan pada Tabel 3 Lampiran 4.
9

Tabel 2 Parameter pertumbuhan ikan tongkol


Parameter Pertumbuhan Nilai
L max (mm) 700
L min (mm) 250
L rata-rata (mm) 406,52
L∞ (mm) 737,90
K (bulan) 0,57
t0 (tahun) -0,12

Persamaan pertumbuhan model von Bertalanffy untuk ikan tongkol adalah


Lt = 737,90 [1-exp(-0,57(t+(-0,12)))]. Berdasarkan persamaan tersebut diperoleh nilai
koefisien pertumbuhan (K) per bulan sebesar 0,57 per tahun dan panjang
maksimum ikan tongkol (Lmaks) adalah 700 mm. Kurva von Bertalanffy
pertumbuhan ikan tongkol disajikan pada Gambar 5.

800
Panjang (mm)

600

400 Lt = 737,90 [1-exp (-0,57(t-0,12))]


200

0
-5 0 5 10 15 20 25
Waktu (bulan)
Gambar 5 Kurva pertumbuhan ikan tongkol
Berdasarkan Gambar 5 diperoleh bahwa laju pertumbuhan ikan tongkol
selama rentang hidupnya tidak sama. Laju pertumbuhan ikan tongkol yang masih
muda lebih cepat dibandingkan dengan ikan tongkol yang sudah tua (mendekati
L∞). Kurva diatas menunjukan bahwa pada populasi ikan tongkol akan mendekati
nilai L∞ pada saat mencapai umur 10 bulan. Ikan yang berumur <5 bulan
memiliki laju pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan yang berumur >5 bulan.

Mortalitas dan laju eksploitasi


Pendugaan laju mortalitas total (Z) ikan tongkol dilakukan melalui kurva
hasil tangkapan yang dilinierkan berbasis data panjang (Lampiran 5). Nilai
mortalitas digunakan untuk menduga kondisi suatu stok sumberdaya ikan baik
tergolong over-eksploitasi maupun under-eksploitasi. Nilai mortalitas tangkapan
lebih tinggi daripada mortalitas alami (Tabel 4). Hal ini mengindikasikan ikan
tongkol banyak yang mati karena kegiatan penangkapan.

Tabel 3 Mortalitas dan laju eksploitasi ikan tongkol


Parameter Nilai
Mortalitas penangkapan (F) 2,34
Mortalitas alami (M) 0,42
Mortalitas total (Z) 2,75
Eksploitasi (E) 0,85
10

Komposisi hasil tangkapan


Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Cilacap merupakan tempat
pendaratan ikan paling besar dan produksinya paling banyak di Kabupaten
Cilacap. Hasil tangkapan yang dominan ditangkap di PPS Cilacap adalah tuna,
cakalang, tongkol, hiu, paruh panjang, cumi-cumi dan ikan lainnya. Komposisi
hasil tangkapan ikan yang didaratkan di PPS Cilacap disajikan pada Gambar 6,
selanjutnya komposisi hasil tangkapan dengan alat tangkap drift gillnet disajikan
pada Gambar 7.

1% Cakalang
14%
Tongkol
8% Hiu
3% Paruh Panjang
61% Udang
13% Ikan lainnya

Gambar 6 Komposisi hasil tangkapan ikan yang didaratkan di PPS Cilacap


2% 6%
4% 5%
8% Tenggiri
Tongkol
Cakalang
Bawal Hitam
Kuniran
75% Kembung

Gambar 7 Komposisi hasil tangkapan dengan alat tangkap drift gillnet


Standarisasi alat tangkap
Setiap jenis alat tangkap mempunyai kemampuan yang berbeda dalam
menangkap suatu jenis ikan sehingga diperlukan standarisasi alat tangkap.
Standarisasi alat tangkap bertujuan menyeragamkan upaya penangkapan yang ada
sehingga dapat diasumsikan upaya penangkapan suatu alat tangkap dapat
menghasilkan tangkapan yang relatif sama dengan alat tangkap yang dijadikan
standar. Alat tangkap yang digunakan standar adalah alat tangkap yang dominan
menangkap menangkap jenis ikan tertentu dan memiliki nilai Fising Power Index
(FPI) sama dengan satu. Nilai FPI dari masing-masing alat tangkap lainnya dapat
diketahui dengan membagi laju penangkapan rata-rata unit penangkapan yang
dijadikan standar. Ikan tongkol yang didaratkan di PPS Cilacap menggunakan
alat tangkap payang, drift gillnet, dan rawai tuna (Tabel 5).

Tabel 4 Hasil standarisasi alat tangkap


Alat Tangkap FPI
Payang 0,23
Drift gillnet 1,00
Rawai Tuna 0,60
11

Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa drift gillnet adalah alat tangkap yang
ditetapkan sebagai alat tangkap standar. Hal ini dikarenakan drift gillnet
mempunyai faktor daya tangkap atau fishing power index (FPI) sama dengan satu
(Lampiran 2).

Hasil tangkapan ikan tongkol


Ikan tongkol yang didaratkan di PPS Cilacap ditangkap dengan
menggunakan berbagai alat tangkap yang berbeda-beda. Setelah dilakukan
standarisasi alat tangkap, alat tangkap yang paling efektif adalah drift gillnet.
Hasil tangkapan ikan tongkol terbanyak terjadi pada tahun 2008 dan hasil
tangkapan terendah pada tahun 2010. Menurut Susilo (2010) peningkatan atau
penurunan hasil tangkapan disebabkan oleh peningkatan atau penurunan upaya
tangkap (effort) dan kemampuan sumberdaya ikan dalam melakukan memperbaiki
diri.

10.00
Produksi (ton/tahun)

8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Tahun
Gambar 8 Hasil tangkapan ikan tongkol
Sumber: PPS Cilacap

Upaya penangkapan ikan tongkol


Upaya penangkapan ikan tongkol (Effort) di PPS Cilacap tahun 2008
sampai dengan 2014 berfluktuasi dan cederung menurun. Upaya penangkapan
tertinggi terjadi pada tahun 2013 sekitar 2474 trip dan upaya penangkapan
terendah terjadi pada tahun 2014 sekitar 1000 trip (Gambar 9). Menurut
Zulbainarni (2012), peningkatan atau penurunan upaya penangkapan disebabkan
oleh berkurangnya atau bertambahnya jumlah armada yang beroperasi. Salah satu
faktor yang mempengaruhi upaya adalah faktor lingkungan seperti gelombang.

3000
Upaya penangkapan

2500
(trip/tahun)

2000
1500
1000
500
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Tahun
Gambar 9 Upaya penangkapan ikan tongkol
12

Tangkapan per satuan upaya ikan tongkol


Catch per Unit Effort (CPUE) diperoleh dengan cara membagi hasil
tangkapan ikan tongkol dengan upaya penangkapannya. Hasil CPUE tersebut
disajikan dalam bentuk grafik (Gambar 10).

Tabel 5 Catch per unit effort (CPUE)


Tahun Hasil tangkapan (ton) Upaya penangkapan (trip) CPUE Ln CPUE
2009 3,7222 1723 0,0022 -6,1375
2011 1,7200 1463 0,0012 -6,7459
2012 3,4733 1611 0,0022 -6,1395
2013 2,5453 2474 0,0010 -6,8793
2014 3,9842 1385 0,0029 -5,8511

Grafik mengenai hasil tangkapan per satuan upaya tangkap tahun 2008-2014
disajikan pada Gambar 10. Nilai CPUE tersebut digunakan untuk
menggambarkan tingkat produktivitas upaya penangkapan.

0.006
CPUE (ton/trip)

0.005
0.004
0.003
0.002
0.001
0.000
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Tahun
Gambar 10 Hasil tangkapan per upaya tangkap
CPUE untuk ikan tongkol pada tahun 2008 sampai 2014 berfluktuasi. Nilai
CPUE tertinggi pada tahun 2008 dan terendah tahun 2010. Nilai CPUE yang
semakin tinggi menunjukkan bahwa tingkat produktivitas alat tangkap semakin
tinggi (Octoriani 2014).

Hubungan effort dan CPUE


Nilai CPUE menggambarkan keadaan suatu stok sumberdaya ikan yang ada
di alam, sedangkan effort adalah upaya penangkapan terhadap suatu sumberdaya
ikan. Hubungan antara CPUE dan effort menunjukkan hubungan yang linier
dengan koefisien determinasi 76,03%. Informasi hubungan antara effort dan
CPUE disajikan pada Gambar 11.

0.0030 y = -0,000001x + 0,0053


CPUE (ton/trip)

0.0025 R² = 76,03 %
0.0020
0.0015
0.0010
0.0005
0.0000
0.00 1000.00 2000.00 3000.00 4000.00
Upaya penangkapan (trip)
Gambar 11 Kurva hubungan effort dan CPUE
13

Penurunan produktivitas hasil tangkapan (CPUE) dari sumberdaya ikan


tongkol akibat peningkatan aktivitas penangkapan (effort) disajikan pada Gambar
11. Hubungan antara CPUE dan effort pada sumberdaya ikan tongkol memiliki
persamaan y = -0,000001x+0,0053 sehingga diperoleh nilai intercept (α) sebesar
0,0053 dan nilai slope (β) sebesar -0,000001 yang artinya setiap terjadi
peningkatan aktivitas penangkapan (effort) sebanyak satu trip akan terjadi
penurunan produktivitas hasil tangkapan (CPUE) sebesar 0,000001 ton. Hal ini
menunjukkan bahwa kondisi sumberdaya ikan tongkol telah mengalami
overfishing secara biologi.

Pola musim penangkapan


Pola musim penangkapan ikan tongkol dapat dihitung dengan menggunakan
analisis deret waktu terhadap data hasil tangkapan. Nilai indeks musim
penangkapan (IMP) diperoleh melalui analisis data jumlah hasil tangkapan setiap
bulan dan upaya penangkapan setiap bulan. Hasil tangkapan dan upaya
penangkapan dihitung dari tahun 2008 hingga tahun 2014. Musim penangkapan
ikan tongkol adalah bulan Mei, Juni, dan Juli (Gambar 12). Musim paceklik bagi
penangkapan ikan tongkol terjadi pada bulan Januari, Februari, dan Maret.

300.000
250.000
IMP (%)

200.000
150.000
100.000
50.000
0.000

Bulan
IMP Batas musim peralihan
Batas musim penangkapan Batas musim paceklik
Gambar 12 Indek musim penangkapan ikan tongkol
Model produksi surplus
Model surplus produksi dapat diterapkan bila data hasil tangkapan total
berdasarkan spesies per unit upaya tercatat baik (Sparred an Venema 1999). Hasil
tangkapan serta upaya penangkapan ikan tongkol diperoleh dari PPS Cilacap
selama tahun 2009-2014 (Data Statistik Perikanan PPS Cilacap 2014). Data hasil
tangkapan ikan tongkol dan upaya penangkapan yang telah distandarisasi
(Lampiran 3) disajikan pada Tabel 6. Hasil tangkapan tertinggi terjadi pada tahun
2008 sebesar 7,6466 ton. Upaya penangkapan tertinggi terjadi pada tahun 2013
sebesar 2474 trip.
Analisis potensi sumberdaya ikan tongkol menggunakan model pendekatan
Schaefer. Hasil analisis dengan menggunakan Schaefer didapatkan koefisien
determinasi (R2) sebesar 76%. Nilai upaya optimum (fMSY) dan Maximum
Sustainable Yield (MSY) masing-masing sebesar 2032 trip per tahun dan 5,34 ton
per tahun. Nilai potensi lestari (PL) dan Total Allowable Catch (TAC) masing-
masing sebesar 4,810 ton dan 3,848 ton. Grafik model produksi surplus dengan
pendekatan model Schaefer disajikan pada Gambar 13.
14

7
2012
6
2014

Hasil tangkapan (ton)


2009
5
2013 fmsy
4 2011 MSY
3 f aktual

2 C aktual
CPUE
1

0
0 1000 2000 3000 4000 5000
Upaya tangkapan (trip)

Gambar 13 Model produksi surplus dengan pendekatan Schaefer

Pembahasan

Analisis hubungan panjang dan bobot digunakan untuk mengetahui pola


pertumbuhan ikan tongkol yang didaratkan di PPS Cilacap, Jawa Tengah.
Persamaan yang diperoleh berdasarkan analisis hubungan panjang dan bobot ikan
tongkol W = 0,00004L2,8506 dengan koefisien determinasi (R2) 82,84%. Hal ini
menunjukkan bahwa pertambahan panjang mempengaruhi pertambahan bobot
dengan koefisien korelasi (r) mendekati 1 sebesar 0,9102. Hasil uji statistik
terhadap nilai b sebesar 2,8506. Pendugaan pola pertumbuhan ikan tongkol
dilakukan dengan menghitung uji t pada selang kepercayaan 95% (α 0,05) yang
menunjukkan bahwa pola pertumbuhan ikan tongkol adalah allometrik negatif
yang berarti pertumbuhan panjang lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan
bobot. Hal ini diduga disebabkan ukuran ikan tongkol yang tertangkap lebih
beragam dari ukuran kecil sampai besar.
Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Rohit et al. (2012) dan Chodrijah
et al. (2013) diperoleh pola pertumbuhan ikan tongkol adalah isometrik.
Sebaliknya, berdasarkan penelitian Kusumawardani (2014) di Perairan Selat
Sunda diperoleh pola pertumbuhan jantan dan betina adalah allometrik negarif.
Menurut Effendie (2002), besar kecilnya nilai b dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain letak geografis, kondisi lingkungan, musim, penyakit, parasit, dan
tingkat kepenuhan lambung.
Parameter pertumbuhan dengan menggunakan model von Bertalanffy (K
dan L∞) diduga dengan metode Ford-Walford. Hasil analisis diperoleh persamaan
Lt = 737,90 [1-exp (-0,57 (t+(-0,12)))]. Berdasarkan persamaan tersebut diperoleh nilai
koefisien pertumbuhan (K) sebesar 0,57 per tahun, panjang maksimum ikan
tongkol adalah 700 mm, panjang minimum ikan tongkol adalah 250 mm.
Perbedaan panjang maksimum dan minimum ikan tongkol dapat disebabkan oleh
beberapa faktor seperti perbedaan lokasi pengambilan sampel ikan, keterwakilan
contoh ikan yang diambil, tekanan penangkapan yang tinggi terhadap ikan tongkol
(Susilawati dan Ahmad 2013). Spesies ikan yang sama hidup di lokasi perairan
yang berbeda akan mengalami pertumbuhan yang berbeda pula karena adanya
15

faktor dalam dan faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan ikan tersebut.
Informasi parameter pertumbuhan ikan tongkol berbeda-beda pada beberapa hasil
penelitian disajikan pada Tabel 10.

Tabel 6 Parameter pertumbuhan ikan tongkol dari beberapa hasil penelitian


Panjang (mm) Parameter Pertumbuhan
Jenis
Penelitian Lokasi L∞ K t0
kelamin min max
(mm) (per thn) (per thn)
Rohit et al. Perairan - 140 800 819,2 0,56 -0,03
(2012) Hindia
Chodrijah et al. Laut - 554 - 596,3 0,91 0,18
(2013) Jawa
Kusumawardani Selat Jantan 175 480 541,56 0,1 -0,81
(2014) Sunda
Betina 175 465 536,68 0,1 -0,79
Penelitian ini PPS 250 700 737,9 0,57 -0,12
(2015) Cilacap

Adanya perbedaan nilai K dan L∞ dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu
faktor internal (keturunan, parasit, penyakit) dan faktor eksternal (suhu dan
ketersedian makanan) (Effendie 2002). Selain itu, dapat disebabkan oleh adanya
perbedaan tempat, waktu, nutrisi, dan iklim (Ozvarol et al. 2010). Menurut Sparre
dan Venema (1999), semakin tinggi nilai K, akan semakin cepat pencapaian
panjang asimtotik dan beberapa spesies kebanyakan di antaranya berumur pendek.
Sebaliknya, ikan yang memiliki nilai K rendah, umurnya semakin tinggi karena
lama mencapai panjang asimtotik.
Mortalitas dibedakan menjadi mortalitas alami dan mortalitas penangkapan.
Mortalitas alami merupakan mortalitas yang disebabkan pemangsaan, stress,
penyakit, kelaparan, pemijahan, dan usia tua (Sparre dan Venema 1999). Laju
mortalitas penangkapan ikan lebih daripada laju mortalitas penangkapan. Artinya
kematian ikan tongkol yang berada di PPS Cilacap lebih banyak diakibatkan oleh
kegiatan penangkapan. Laju eksploitasi di suatu perairan dipengaruhi oleh nilai
dugaan mortalitas baik mortalitas alami maupun mortalitas tangkapan. Nilai laju
eksploitasi yang diperoleh dalam penelitian ini sebesar 0,85 per tahun. Menurut
Gulland (1971) in Pauly (1984), laju eksploitasi optimal sebesar 0,50 atau 50%,
sehingga hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ikan tongkol yang ada di PPS
Cilacap telah mengalami tangkap lebih atau overfishing. Semakin tinggi tingkat
eksploitasi di suatu daerah, maka mortalitas tangkapannnya juga akan semakin besar
(Lelono 2007 in Kusumawardani 2014).
Hasil tangkapan yang tinggi terjadi pada tahun 2008, 2009 dan 2014,
menunjukkan bahwa hasil tangkapan ikan tongkol tergolong tinggi dengan upaya
yang rendah, sedangkan pada tahun 2010-2011 hasil tangkapan rendahnya dengan
upaya penangkapan yang tinggi. Hal ini mengindikasikan telah terjadi kelebihan
tangkap secara biologi (biological overfishing) terhadap ikan tongkol karena
upaya penangkapan yang terus meningkat dan hasil tangkapan menurun (Suseno
2007).
Pola musim ikan tongkol dapat diketahui dengan menggunakan nilai Indeks
Musim Penangkapan (IMP) untuk setiap bulannya. Nilai IMP lebih besar dari
100% dikatakan sebagai musim penangkapan dan nilai IMP kurang dari 100%
16

namun di atas 50% menandakan bahwa pada bulan tersebut bukan termasuk
musim penangkapan ikan. Musim paceklik dilihat dari nilai IMP kurang dari 50%
(Yulianie 2012). Hasil analisis IMP penangkapan ikan tongkol di PPS Cilacap
tertinggi terjadi pada bulan Mei, Juni dan Juli, sedangkan penangkapan terendah
terjadi pada bulan Januari, Februari, dan Maret. Hasil analisis IMP sesuai dengan
hasil wawancara nelayan, bulan Juli merupakan musim penangkapan ikan tongkol
dan bulan Januari sampai Maret merupakan musim paceklik bagi penangkapan
ikan tongkol. Berdasarkan Gambar 12 musim penangkapan ikan tongkol yang
didaratkan di PPS Cilacap berada pada bulan Juli. Pada Musim Barat (Desember,
Januari, Februari) Laut Jawa memiliki tinggi rata-rata gelombang yang besar dan
angin yang kencang (Realino et al. 2006). Hal ini sesuai dengan hasil wawancara
nelayan yang mengatakan pada bulan Januari banyak nelayan yang tidak berani
melaut diakibatkan sedang terjadi musim barat.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya Rohit et al. (2012) di Indian Water
musim penangkapan ikan tongkol terjadi pada bulan September sampai Oktober
sedangkan penelitian Sompie (2011) di Teluk Buyat, musim penangkapan ikan
tongkol terjadi selama enam bulan yaitu diawali bulan Maret, Mei sampai
September dan musim paceklik terjadi pada bulan Februari, April, dan Desember.
Musim penangkapan ikan tongkol ini berbeda-beda untuk tempat yang berlainan
walaupun spesiesnya sama. Perbedaan ini disebabkan perubahan suhu, arus dan
lain-lain. Batas kedalaman juga mempengaruhi kehidupan ikan tongkol dan
ketersediaan makanan (FAO 1983). Selain itu disebabkan lokasi penelitian yang
berbeda serta tahun yang berlangsung (Yulianie 2012).
Model produksi surplus merupakan suatu model yang menjelaskan tentang
pemanfaatkan sumberdaya ikan yang lestari dan berkelanjutan. Hasil tangkapan
maksimum lestari (MSY) dan upaya optimum (fMSY) dengan metode Schaefer
masing-masing sebesar 5,34 ton per tahun dan 2032 trip per tahun. Hasil
tangkapan ikan tongkol di PPS Cilacap pada tahun 2014 telah melebihi tangkapan
potensi lestari, yaitu sebesar 5,17 ton per tahun. Oleh karena itu, diduga ikan
tongkol di PPS Cilacap telah mengalami overfishing. Menurut Nurhayati (2001),
tinggi rendahnya hasil tangkapan ikan tongkol di suatu perairan dipengaruhi oleh
jumlah dan efisien unit penangkapan ikan, lamanya operasi penangkapan ikan,
dan keadaan lingkungan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pola pertumbuhan ikan tongkol di PPS Cilacap adalah allometrik negatif.


Ikan tongkol di PPS Cilacap telah mengalami tangkap lebih atau overfishing.
Hasil tangkapan maksimum lestari (MSY) sebesar 5,34 ton per tahun.
17

Saran

Pengelolaan yang disarankan adalah mengurangi upaya penangkapan


(effort), dan menerapkan pendekatan kehati-hatian melalui jumlah tangkapan yang
diperbolehkan, (TAC) yaitu 80% dari MSY sebesar 3,848 ton per tahun.

DAFTAR PUSTAKA

Adhitya EG, Abdul R, Herry BS. 2011. Rancangan Sistem Informasi Pada Usaha
Penangkapan Ikan Komoditi Unggulan (study kasus Ikan Tuna (Thunnus
sp.) Di Pelabuhan PPS Cilacap. Journal of Fisheries Resources
Untilization Management and Technologi. 1 (1): 108-117.
Bahdad. 2006. Analisis dan pendugaan hasil tangkapan cakalang (Katsuwonus
pelamis) di perairan Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara [tesis]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Basuma T. 2009. Penentuan daerah penangkapan ikan tongkol berdasarkan
pendekatan suhu permukaan laut dan hasil tangkapan di perairan
Binuangeun Banten. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Barita SS, Tambunan, Fauziyah, Fitri A. 2010. Selektivitas drift gillnet pada ikan
kembung lelaki (Rasterlliger kanagurta) di perairan Belawan Pantai Timur
Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Maspari. (1): 63-68.
Chodrijah U. Hidayat T, Noegroho T. 2013. Estimate population parameters of
Eastern Little Tuna (Euthynnus affinis) in Java Sea Waters. J. Bawal. 5
(3): 167-174.
Dajan A. 1986. Pengantar Metode Statistika Jilid I. Jakarta (ID): LP3ES.
Effendie M. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka
Nusantara.
Ernaningsih D. 2013. Analisis Bioekonomi Ikan Pelagis Kecil Di Teluk Banten.
Journal Ilmiah Satya Negara Indonesi. 1-9.
Fauzi A. 2006. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan: Teori dan Aplikasi.
Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.
FAO. 1983. An annonate and illustrated catalogue of Tunas, Mackerel, Bonitos
and related spesies known to date. Food and Agriculture Organization of
The United Nation. 2: 32-36.
Hendiarti N, Suwarso E, Aldrian K, Amri R, Andiastuti SI, Sachoemar, IB
Wahyono. 2005. Seasonal Variation of Pelagic Fish Catch Around Java.
Oceanography. 18(4): 112-123.
Johnson MG, Tamatamah AR. 2013. Lengh frequency distribution, mortality rate,
and reproductive biology of Kawakawa (Euthynnus affinis-Cantor, 1849)
in the Coastal Water of Tanzania. Pakistan Journal of Biological Science.
16 (21):1270-1278.
Kekenusa JS. 2008. Evaluasi Model Produksi Surplus Ikan Cakalang Yang
Tertangkap Di Perairan Sekitar Bitung Provinsi Sulawesi Utara. J
SIGMA 11 (1): 43-52. ISSN: 1410-5888.
18

Kusumawardani NM. 2014. Kajian Stok Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Di


Perairan Selat Sunda Yang Didaratkan Di PPP Labuan Banten,
Pandeglang Banten. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Martasuganda, S. 2008. Jaring insang (Gill net). Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Motlagh TSA, Hashemi SA, Kochanian P. 2010. Population biology and
assessment of Kawakawa (Euthynnus affinis) in Coastal Waters of the
Persian Gulf and Sea of Oman (Hormozgan Province). Iranian Journal of
Fisheries Sciences. 9 (2):315-326.
Nontji A. 2005. Laut Nusantara. Jakarta: Djamban.
Nurhayati M. 2001. Analisis beberapa aspek potensi ikan tongkol (Euthynnus
affinis) di Perairan Pelabuhan Ratu. [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Octoriani W. 2014. Potensi Dan Laju Eksploitasi Sumberdaya Ikan Kurisi
(Nempiterus japonicas Bloch, 1791) Di Selat Sunda Yang Didaratkan Di
PPP Labuan, Banten. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Ozvarol ZAB, Balci BA, Tasli MGA, Kaya Y, Pehlian M. 2010. Age, Growth and
Reproduction of Goldband Goatfish (Upeneus moluccensis (Bleeker,
1855)) from the Gulf of Antalya (Turkey). Journal of Animal and
Veterinary Advance. 9 (5): 939-945.
Pauly D. 1984. Fish Population Dynamic in Tropical Waters: A Manual for Use
With Programmable Calculators. Manila: ICLARM.
Purnamasari R. 2013. Analisis Sumberdaya Ikan Tembang (Sardinella fimbriata)
Yang Didaratkan Di PPN Karangantu, Provinsi Banten. [skripsi].
Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
Realino B, Wibawa T, Zahrudin D, Napitu A. 2006. Pola Spasial Dan Kesuburan
Perairan Permukaan Laut Di Indonesia. Bali (ID): Badan Riset Dan
Observasi Kelautan.
Riswandi D. 2000. Analisis Tingkat Pengusahaan Dan Pola Musim Penangkapan
Tongkol Yang Didaratkan Di PPN Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi,
Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rohit P, Chellappan A, Abdussamad EM, Joshi KK, Koya KPS, Sivadas M,
Ghosh S, Rathinam AMM, Kemparaju S, et al. 2012. Fishery And
Bionomic of The Little Tuna, Euthynnus affinis (Cantor, 1849) Exploited
From Indian waters. Indian J. Fish. 59 (3): 33-42.
Sari DS, Firdaus M, Huda MH, Mira, dan Koeshendrajana S. 2009. Pendekatan
Bioekonomi Penentuan Tingkat Pemanfaatan Dan Optimasi Pengelolaan
Perikanan Tangkap. Badan Riset Kelautan Dan Perikanan, Departemen
Kelautan Dan Perikanan. Jakarta.
Sobari MP, Diniah, Isnaini. 2009. Kajian bioekonomi Dan Investasi Optimal
Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Ekor Kuning Di Perairan Kepulauan
Seribu. J Mangrove dan Pesisir 9(2): 56-66. ISSN: 1411-0679.
Sompie MS. 2011. Perikanan Tongkol Di Perairan Buyat Pante. Jurnal Perikanan
dan Laut Tropis. VII-2.
Sparre P, Venema SC. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis, Buku I:
manual. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian, penerjemah. Jakarta: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perikanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
19

Terjemahan dari: Introduction to Tropical Fish Stock Assessment, Part I:


Manual.
Sherief PSM, Saly NT, Leela E. 2016. Large pelagic mechanised gillnet fishing
systems of odisha coast, India. Global Journal of Science Frontier
Research : D Agriculture and Veterinary. Vol 16(1): 27-34.
Sulistyaningsih RK, Jatmiko I, Wudji A. 2014. Length Frequency Distribution
and Population Parameter of Kawakawa (Euthynnus affinis-Cantor, 1849)
Caught by Purse Seine in the Indian Ocean (a Case Study in Northwest
Sumatera IFMA 572) [Internet]. [diunduh 8 Agustus 2015]. Tersedia pada:
http://www.iotc.org/sites/default/files/document/2014/06/IOTC-2014-
WPNT04-20_-_Kawakawa_lenght_freq_Indonesia.pdf.
Susilawati TE dan Ahmad Z. 2013. Kajian Stok Ikan Tongkol (Euthynnus affinis)
Berbasis Panjang Berat yang Didaratkan di Pasar Ikan Tarempa
Kecamatan Siantan Kabupaten Kepualauan Anambas. [Skripsi]. Tanjung
Pinang (ID): Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Susilo SB. 2006. Kondisi Stok Ikan Perairan Selatan Jawa Barat. Journal Ilmu-
Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. 16 (1): 39-46.
Susilo H. 2010. Laju Degradasi Dan Laju Depresiasi Pemanfaatan Sumberdaya
Ikan Pelagis Besar Di Perairan Bontang. J EPP 7 (2): 25-30.
Suseno. 2007. Presentasi Kebijakan Pengelolaan Dan Pemanfaatan Sumberdaya
Ikan Di Semarang. Departemen Kelautan dan Perikanan, Direktur Jendral
Perikanan Tangkap, Direktur Sumberdaya Ikan, Jakarta (ID).
Syofyan I, Syaifuddin, Cendana F. 2010. Studi komparatif alat tangkap jaring
insang hanyut (drift gillnet) bawal tahun 1999 dengan tahun 2007 di Desa
Meskom Kecamatan Bengkalis, Kabupaten Bengkalis, Propinsi Riau. Jurnal
Perikanan dan Kelautan. 15 (1): 62-70.
Udupa KS. 1896. Statistical method of estimating the size at first maturity of
fishes. Fishbyte. 4 (2):8-10.
Walpole RE. 1993. Pengantar Statistik. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka.
Widodo J, Suadi. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.
Yulianie R. 2012. Pengelolaan Sumberdaya Ikan Kembung Lelaki (Rastrellinger
kanagurta Cuvier 1817) Menggunakan Model Analisis Bioekonomi Di
PPP Labuan, Banten. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Zainuddin M, Alfa N, Siti AF, Najamuddin, Muhammad A, Ibnu H, Muhammad
K, Sudirman. 2013. Characterizing Potential Fishing Zone of Skipjack
Tuna during the Southeast Monsoon In the Bone Bay-Flores Sea Using
Remotely Sensed Oceanographic Data. Journal of Geosciences. 4:259-266.
Zen LW, Nik Musthafa RA, Yew TS. 2002. Technical Efficiency of the Driftnet
and Payang Seine (Lampara). Fisheries in West Indonesia. Asian Fisheries
Science. 15(2): 97-106.
Zulbainarni N. 2012. Pemodelan Bioekonomi dalam Pengelolaan Perikanan
Tangkap. IPB Press. Bogor. 310 hlm.
20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil wawancara nelayan


Hari/tanggal wawancara : 27 Januari 2015
I. Data Responden
Nama : Selamet
Umur : tahun
Alamat : Tegal Kamulyan, Cilacap
Profesi : Pemilik kapal
II. Alat tangkap dan hasil tangkapan
1. Alat tangkap
a. Nama alat tangkap : Gillnet
b. Ukuran alat tangkap
- Panjang tali : ± 150 meter
- Ukuran mata pancing : no. 9 (3 pack = 300 biji)
2. Perahu
a. Jenis perahu : Kapal motor
b. Bobot perahu : 30 GT
c. Ukuran perahu
- Panjang : 10-13 meter
- Lebar : 5,5-6 meter
- Tinggi : 1,5 meter
3. Tenaga kerja : 1 nahkoda, 1 juru masak, 1 juru mesin, 10 ABK
4. Trip
a. Lama melaut 1 trip : 15 hari
b. Jumlah trip menangkap perbulan : tidak tentu, tergantung cuaca
c. Istirahat antar trip :-
5. Hasil tangkapan
a. Hasil tangkapan : Cakalang, tongkol, layaran
b. Daerah penangkapan : Yogyajakrta, pangandaran,
6. Musim penangkapan
a. Musim puncak : Bulan Juli - Oktober
b. Musim paceklik : Bulan Januari-Maret
c. Musim peralihan : -
Adakah perubahan daerah penangkapan ikan sehubungan dengan
perubahan musim? (Ya/tidak)*, jika ada dimana? (Ya, di sekitar Plabuhanr ratu,
pangandaran, Padang
7. Operasi penangkapan
a. Biaya operasi penangkapan : 17 juta
- BBM : 15 juta
- Es batu : 15 juta (200 balok)
- Air minum :-
- Lain-lain :
b. Waktu penangkapan
- Berangkat melaut : pagi
- Pulang melaut : pagi
Hari/Bulan tidak melaut? (mengapa): Jumat kliwon karena tradisi
21

Lampiran 2 Standarisasi alat tangkap

Payang Drift Gill net Rawai Tuna


Tahun
C F C F C F
2009 0,1031 739 3,7222 1723 0,9748 1527
2011 0,9650 1382 1,7200 1463 0,7151 1679
2012 0,8790 1868 3,4733 1611 1,5877 830
2013 0,8383 1892 2,5453 2474 0,8265 253
2014 0,5839 2356 3,9842 1385 0,6019 120

Alat Tangkap C F CPUE FPI


Payang 3,3692 8237 0,0004 0,2292
Drift Gillnet 15,4448 8656 0,0018 1,0000
Rawai Tuna 4,7059 4409 0,0011 0,5982

Lampiran 3 Model produksi surplus


Tabel hasil tangkapan dan upaya penangkapan ikan tongkol
Tahun C F CPUE Ln CPUE
2009 4,8 2805,8491 0,0017 -6,3708
2011 3,4 2784,1774 0,0012 -6,7079
2012 5,94 2535,7248 0,0023 -6,0565
2013 4,21 3059,0700 0,0014 -6,5884
2014 5,17 1996,8792 0,0026 -5,9565

Lampiran 4 Prosedur perhitungan IMP dengan metode rata-rata bergerak


Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:
1. Deret CPUEi bulan Januari 2008 sampai Desember 2014 disusun terlebih
dahulu
ni = CPUEi (18)
i adalah 1, 2, 3, ......, n dan ni adalah CPUE urutan ke-i.
2. Rata-rata bergerak (RG) CPUE selama 12 bulan
1
RGi = 2 ∑i+5
i=1-6
CPUE (19)
RGi adalah rata-rata bergerak 12 bulan urutan ke–i, dan CPUEi adalah
CPUE urutan ke-i, i: 7,8,...,...n-5
3. Rata-rata bergerak CPUE terpusat (RGP)
i=i RGᵢ
1
RGPi = 2 ∑i=1 (20)
RGPi adalah rata-rata bergerak CPUE terpusat ke-i, dan RGi adalah rata-rata
bergerak 12 bulan urutan ke – i
4. Rasio rata-rata bulan (Rb)
CPUEᵢ
Rbi = RGPᵢ (21)
Rbi adalah rasio rata-rata bulan urut ke – i dan CPUEi: CPUE urutan ke-i, i :
7,8,....,...n-5
5. Nilai rata-rata dalam suatu matrik berukuran i x j yang disusun untuk setiap
bulan, yang dimulai dari bulan Desember-November. Selanjutnya menghitung
22

nilai total rasio rata-rata tiap bulan, kemudian menghitung total rasio rata-rata
secara keseluruhan dan pola penangkapan.
a) Rasio rata-rata untuk bulan ke-i (RBBi)
1
RBBi = n ( ∑nj-1 Rbij )

RBBi adalah rata-rata Rbij untuk bulan ke-i, Rbij adalah rasio rata-rata
bulanan dalam matriks ukuran i x j, i adalah 1, 2, 3, ...., 12, dan j : 1, 2,
3, ...., n.
b) Jumlah rasio rata-rata bulanan (JRBB)
JRBB = ∑12
i-1
RBBᵢ

JRBB adalah jumlah rasio rata-rata bulan, dan RBBi adalah rata-rata
RBij untuk bulan ke – i
c) Menghitung faktor koreksi:
1200
FK = JRBB
FK adalah nilai faktor koreksi, dan JRBB adalah jumlah rasio rata-rata
bulanan.
d) Indeks musim penangkapan
IMPi = RBBi x FK
Kriteria IMP terbagi atas 3 musim, yakni :
a) IMP < 50% : musim paceklik
b) 50% < IMP < 100% : musim sedang, dan
c) IMP > 100% : musim puncak penangkapan.

Hasil perhitungan indeks musim penangkapan (IMP)

Bulan Total RRBi Rata-rata IMPi


Desember 0,6658 0,1110 132,9615
Januari 0,0692 0,0115 13,8263
Februari 0,0704 0,0117 14,0631
Maret 0,0303 0,0051 6,0537
April 0,2073 0,0345 41,3904
Mei 0,9501 0,1583 189,7397
Juni 0,9947 0.1658 198,6446
Juli 1.4229 0,2372 284,1708
Agustus 0,6066 0,1011 121,1334
September 0,3146 0,0524 62,8191
Oktober 0,6236 0,1039 124,5315
November 0,0534 0,0089 10,6660

Lampiran 5 Pendugaan parameter ikan tongkol

Lt L(t+dt)
358.82 507,86
507.86 639,43
639.43 665,04
665.04
23

Perpotongan (a) 319,3346


Kemiringan (b) 0,5672
L∞ 737,9027
K 0,5670
t0 -0,11867

Lampiran 6 Laju mortalitas dan eksploitasi


Fi
C t(L1/L2)/2 Ln((C(L1,L2)/∆t)
SB SA Xi t (L1) ∆t
(L1,L2) (x) (y)
250 314 282 17 0.6110 0.2480 0.7306 4.2275
315 379 347 86 0.8632 0.2894 1.0019 5.6942
380 444 412 70 1.1575 0.3475 1.3227 5.3055
445 509 477 21 1.5110 0.4348 1.7150 3.8773
510 574 542 7 1.9536 0.5814 2.2204 2.4882
575 639 607 9 2.5458 0.8801 2.9315 2.3249
640 704 672 14 3.4438 1.8704 4.1419 2.0129
Parameter Nilai
a 8.6509
b -2.7537
Mortalitas penangkapan (F) 2.3378
Mortalitas alami (M) 0.4159
Mortalitas total (Z) 2.7537
Eksploitasi (E) 0.8490

Lampiran 7 Data sekunder


Payang Drift gillnet Rawai Tuna Ln
Tahun C F CPUE
C F C F C F CPUE
2008 0,8533 2480 7,6466 1382 2,9001 1709 11,4 2747 0,0041 -5,4848
2009 0,1031 739 3,7222 1723 0,9748 1527 4,8 2686 0,0018 -6,3271
2010 0,0590 1623 0,3888 1748 0,3122 1159 0,76 2664 0,0003 -8,1619
2011 0,9650 1382 1,7200 1463 0,7151 1679 3,4 2621 0,0013 -6,6474
2012 0,8790 1868 3,4733 1611 1,5877 830 5,94 2390 0,0025 -5,9972
2013 0,8383 1892 2,5453 2474 0,8265 253 4,21 2942 0,0014 -6,5493
2014 0,5839 2356 3,9842 1385 0,6019 120 5,17 1861 0,0028 -5,8859
24

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 28


Februari 1993 sebagai anak tunggal dari pasangan Bapak
Nurhasan dan Ibu Maimunah. Pendidikan formal berawal
dari SDN Babelan Kota 01 (2004-2005), SMPN 1 Babelan
Kota (2005-2007), SMPN 1 Cikarang Selatan (2007-2008),
SMAN 1 Cikarang Selatan (2008-2011). Pada tahun 2011
penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui
jalur SNMPTN Undangan, kemudian diterima di
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Imu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Selama kuliah penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Manajamen
Sumberdaya Perairan (HIMASPER) periode 2012/2013 dan 2013/2014.
Penulis menyusun skripsi yang berjudul “Kajian Stok Sumberdaya Ikan
Tongkol (Euthynnus affinis Cantor, 1849) yang Didaratkan di PPS Cilacap, Jawa
Tengah” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada program
studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai