RIANA FEBRIYANTI
Riana Febriyanti
NIM C24110046
ABSTRAK
Ikan tongkol merupakan salah satu ikan yang memiliki nilai ekonomis penting
yang berada di PPS Cilacap. Permintaan yang tinggi terhadap ikan tongkol
membuat para pelaku perikanan mengeksploitasi sumberdaya ikan ini tanpa
memperhatikan keberlanjutannya. Tujuan penelitian ini adalah menentukan status
stok sumberdaya ikan tongkol (Euthynnus affinis) yang didaratkan di PPS Cilacap.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2014 hingga Maret 2015. Hasil
penelitian menunjukkan ikan tongkol memiliki pola pertumbuhan allometrik
negatif. Hasil tangkapan maksimum lestari dan upaya optimum masing-masing
5,34 ton per tahun dan 2032 trip per tahun. Pengelolaan yang dapat dilakukan
adalah pengaturan hasil tangkapan dan upaya penangkapan.
ABSTRACT
Eastern little tuna was one of the fish that had significant economic value
which lived in Cilacap PPS. High demand on the swordfish fishery make actors
exploit resources without regard to the sustainability of these fish. The purpose of
this study was to determine the status stocks of resource conditions eastern little
tuna (Euthynnus affinis) the landed in PPS Cilacap. This study was conducted in
December 2014 and March 2015. The results shows Eastern little tuna has
positive allometric growth. The number of MSY and optimum effort amount 5,34
tonnes per year and the 2032 trip per year. Management that can be done is
setting of catch and fishing effort.
RIANA FEBRIYANTI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
berkat karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Kajian
Stok Sumberdaya Ikan Tongkol (Euthynnus affinis Cantor, 1849) yang
Didaratkan di PPS Cilacap, Jawa Tengah. Skripsi ini disusun dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor.
Pada kesempatan ini Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama
kepada:
Riana Febriyanti
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 1
Tujuan Penelitian 2
METODE 2
Lokasi dan Waktu Penelitian 2
Pengumpulan Data 2
Analisis Data 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
Hasil 7
Pembahasan 14
KESIMPULAN DAN SARAN 16
Kesimpulan 16
Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 17
LAMPIRAN 20
RIWAYAT HIDUP 24
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
METODE
Pengumpulan Data
Data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer
yaitu panjang total dan bobot basah total tongkol dengan metode Penarikan
Contoh Acak Sederhana (PCAS). Selain itu dilakukan wawancara kepada nelayan
yang menangkap ikan tongkol di PPS Cilacap. Informasi yang diperoleh dari
hasil wawancara nelayan seperti biaya melaut per trip, harga jual ikan tongkol
serta daerah penangkapan ikan tongkol (Lampiran 1). Data sekunder diperoleh
dari data hasil tangkapan, upaya penangkapan serta harga jual ikan merah pada
tahun 2008-2014 yang diperoleh dari PPS Cilacap. Rangkuman kebutuhan dan
analisis data disajikan pada Tabel 1.
3
Analisis Data
W= aLb (1)
Pola pertumbuhan allometrik ada dua macam, yaitu allometrik positif (b>3)
yang mengindikasikan bahwa pertumbuhan bobot lebih dominan dibandingkan
dengan pertumbuhan panjang dan allometrik negatif (b<3) yang berarti bahwa
pertumbuhan panjang lebih dominan dibandingkan dengan pertumbuhan bobotnya.
Selanjutnya untuk menguji hipotesis tersebut digunakan statistik uji sebagai
berikut:
b-3
t hitung = | S | (3)
b
4
Parameter pertumbuhan
Parameter pertumbuhan diduga dengan menggunakan model von
Bertalanffy (Sparre dan Venema 1999):
Lt+1 adalah panjang ikan pada saat umur t+1 (satuan waktu), L∞ adalah panjang
maksimum secara teoritis (panjang asimtotik), K adalah koefisien
pertumbuhan (per satuan waktu), dan t0 adalah umur teoritis pada saat panjang
ikan sama dengan nol. Persamaan 5 dan 6 disubstitusikan, dan diperoleh
persamaan:
F=Z-M (14)
F F
E = F+M = Z (15)
C¡
CPUEi = (16)
f¡
CPUE¡
FPIi = CPUE (17)
CPUEi adalah hasil tangkapan per upaya penangkapan alat tangkap ke-i, Ci
adalah jumlah tangkapan jenis alat tangkap ke-i, fi adalah jumlah upaya
penangkapan jenis alat tangkap ke-i, CPUEs adalah hasil tangkapan per upaya
penangkapan alat tangkap yang di jadikan standar, dan FPI adalah faktor upaya
tangkap pada jenis alat tangkap ke-i (Lampiran 2).
Keterangan:
a : Perpotongan (intersept)
b : Kemiringan (slope)
e : Bilangan natural (e = 2,71828)
Ct : Jumlah tangkapan
ft : Upaya tangkap
Model yang akan digunakan adalah model yang memiliki nilai korelasi dan
determinasi yang paling tinggi. Potensi lestari (PL) dan jumlah tangkapan yang
diperbolehkan atau Total Allowable Catch (TAC) dapat ditentukan dengan
analisis produksi surplus dan berdasarkan prinsip kehati-hatian (FAO1995),
sehingga:
IMP adalah indeks musim penangkapan bulan ke-i, RBBi adalah rasio rata-rata
untuk bulanan ke-i, dan i adalah 1, 2, 3, ....., 12. Prosedur perhitungan IMP
disajikan pada Lampiran 3.
Hasil
(Gambar 3). Drift gillnet atau jaring insang hanyut adalah jaring insang yang
pemasangannya dibiarkan hanyut dan salah satu ujungnya dikaitkan pada perahu
(Syofyan et al. 2010). Alat ini ditunjukkan untuk menangkap jenis jenis ikan
pelagis. Ukuran mata jaring untuk menangkap ikan cakalang sebesar 4 inchi.
Panjang drift gillnet umumnya 20-30 piece, lebar 5-6 meter dengan bahan alam
hingga bahan sintesis buatan pabrik (Walus 2001 in Barita et al. 2010).
6000
5000 W = 0.0284 L 2.8506
R² = 82,84%
Bobot (gram)
Parameter pertumbuhan
Analisis parameter pertumbuhan ikan tongkol terdiri atas koefisien
pertumbuhan (K), panjang asimtotik (L∞), dan umur teoritis ikan pada saat
panjang sama dengan nol (t₀). Koefisien pertumbuhan ikan tongkol pada
penelitian ini adalah 0,57 per tahun dengan panjang asimtotik 737,90 mm yang
disajikan pada Tabel 3 Lampiran 4.
9
800
Panjang (mm)
600
0
-5 0 5 10 15 20 25
Waktu (bulan)
Gambar 5 Kurva pertumbuhan ikan tongkol
Berdasarkan Gambar 5 diperoleh bahwa laju pertumbuhan ikan tongkol
selama rentang hidupnya tidak sama. Laju pertumbuhan ikan tongkol yang masih
muda lebih cepat dibandingkan dengan ikan tongkol yang sudah tua (mendekati
L∞). Kurva diatas menunjukan bahwa pada populasi ikan tongkol akan mendekati
nilai L∞ pada saat mencapai umur 10 bulan. Ikan yang berumur <5 bulan
memiliki laju pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan yang berumur >5 bulan.
1% Cakalang
14%
Tongkol
8% Hiu
3% Paruh Panjang
61% Udang
13% Ikan lainnya
Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa drift gillnet adalah alat tangkap yang
ditetapkan sebagai alat tangkap standar. Hal ini dikarenakan drift gillnet
mempunyai faktor daya tangkap atau fishing power index (FPI) sama dengan satu
(Lampiran 2).
10.00
Produksi (ton/tahun)
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Tahun
Gambar 8 Hasil tangkapan ikan tongkol
Sumber: PPS Cilacap
3000
Upaya penangkapan
2500
(trip/tahun)
2000
1500
1000
500
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Tahun
Gambar 9 Upaya penangkapan ikan tongkol
12
Grafik mengenai hasil tangkapan per satuan upaya tangkap tahun 2008-2014
disajikan pada Gambar 10. Nilai CPUE tersebut digunakan untuk
menggambarkan tingkat produktivitas upaya penangkapan.
0.006
CPUE (ton/trip)
0.005
0.004
0.003
0.002
0.001
0.000
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Tahun
Gambar 10 Hasil tangkapan per upaya tangkap
CPUE untuk ikan tongkol pada tahun 2008 sampai 2014 berfluktuasi. Nilai
CPUE tertinggi pada tahun 2008 dan terendah tahun 2010. Nilai CPUE yang
semakin tinggi menunjukkan bahwa tingkat produktivitas alat tangkap semakin
tinggi (Octoriani 2014).
0.0025 R² = 76,03 %
0.0020
0.0015
0.0010
0.0005
0.0000
0.00 1000.00 2000.00 3000.00 4000.00
Upaya penangkapan (trip)
Gambar 11 Kurva hubungan effort dan CPUE
13
300.000
250.000
IMP (%)
200.000
150.000
100.000
50.000
0.000
Bulan
IMP Batas musim peralihan
Batas musim penangkapan Batas musim paceklik
Gambar 12 Indek musim penangkapan ikan tongkol
Model produksi surplus
Model surplus produksi dapat diterapkan bila data hasil tangkapan total
berdasarkan spesies per unit upaya tercatat baik (Sparred an Venema 1999). Hasil
tangkapan serta upaya penangkapan ikan tongkol diperoleh dari PPS Cilacap
selama tahun 2009-2014 (Data Statistik Perikanan PPS Cilacap 2014). Data hasil
tangkapan ikan tongkol dan upaya penangkapan yang telah distandarisasi
(Lampiran 3) disajikan pada Tabel 6. Hasil tangkapan tertinggi terjadi pada tahun
2008 sebesar 7,6466 ton. Upaya penangkapan tertinggi terjadi pada tahun 2013
sebesar 2474 trip.
Analisis potensi sumberdaya ikan tongkol menggunakan model pendekatan
Schaefer. Hasil analisis dengan menggunakan Schaefer didapatkan koefisien
determinasi (R2) sebesar 76%. Nilai upaya optimum (fMSY) dan Maximum
Sustainable Yield (MSY) masing-masing sebesar 2032 trip per tahun dan 5,34 ton
per tahun. Nilai potensi lestari (PL) dan Total Allowable Catch (TAC) masing-
masing sebesar 4,810 ton dan 3,848 ton. Grafik model produksi surplus dengan
pendekatan model Schaefer disajikan pada Gambar 13.
14
7
2012
6
2014
2 C aktual
CPUE
1
0
0 1000 2000 3000 4000 5000
Upaya tangkapan (trip)
Pembahasan
faktor dalam dan faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan ikan tersebut.
Informasi parameter pertumbuhan ikan tongkol berbeda-beda pada beberapa hasil
penelitian disajikan pada Tabel 10.
Adanya perbedaan nilai K dan L∞ dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu
faktor internal (keturunan, parasit, penyakit) dan faktor eksternal (suhu dan
ketersedian makanan) (Effendie 2002). Selain itu, dapat disebabkan oleh adanya
perbedaan tempat, waktu, nutrisi, dan iklim (Ozvarol et al. 2010). Menurut Sparre
dan Venema (1999), semakin tinggi nilai K, akan semakin cepat pencapaian
panjang asimtotik dan beberapa spesies kebanyakan di antaranya berumur pendek.
Sebaliknya, ikan yang memiliki nilai K rendah, umurnya semakin tinggi karena
lama mencapai panjang asimtotik.
Mortalitas dibedakan menjadi mortalitas alami dan mortalitas penangkapan.
Mortalitas alami merupakan mortalitas yang disebabkan pemangsaan, stress,
penyakit, kelaparan, pemijahan, dan usia tua (Sparre dan Venema 1999). Laju
mortalitas penangkapan ikan lebih daripada laju mortalitas penangkapan. Artinya
kematian ikan tongkol yang berada di PPS Cilacap lebih banyak diakibatkan oleh
kegiatan penangkapan. Laju eksploitasi di suatu perairan dipengaruhi oleh nilai
dugaan mortalitas baik mortalitas alami maupun mortalitas tangkapan. Nilai laju
eksploitasi yang diperoleh dalam penelitian ini sebesar 0,85 per tahun. Menurut
Gulland (1971) in Pauly (1984), laju eksploitasi optimal sebesar 0,50 atau 50%,
sehingga hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ikan tongkol yang ada di PPS
Cilacap telah mengalami tangkap lebih atau overfishing. Semakin tinggi tingkat
eksploitasi di suatu daerah, maka mortalitas tangkapannnya juga akan semakin besar
(Lelono 2007 in Kusumawardani 2014).
Hasil tangkapan yang tinggi terjadi pada tahun 2008, 2009 dan 2014,
menunjukkan bahwa hasil tangkapan ikan tongkol tergolong tinggi dengan upaya
yang rendah, sedangkan pada tahun 2010-2011 hasil tangkapan rendahnya dengan
upaya penangkapan yang tinggi. Hal ini mengindikasikan telah terjadi kelebihan
tangkap secara biologi (biological overfishing) terhadap ikan tongkol karena
upaya penangkapan yang terus meningkat dan hasil tangkapan menurun (Suseno
2007).
Pola musim ikan tongkol dapat diketahui dengan menggunakan nilai Indeks
Musim Penangkapan (IMP) untuk setiap bulannya. Nilai IMP lebih besar dari
100% dikatakan sebagai musim penangkapan dan nilai IMP kurang dari 100%
16
namun di atas 50% menandakan bahwa pada bulan tersebut bukan termasuk
musim penangkapan ikan. Musim paceklik dilihat dari nilai IMP kurang dari 50%
(Yulianie 2012). Hasil analisis IMP penangkapan ikan tongkol di PPS Cilacap
tertinggi terjadi pada bulan Mei, Juni dan Juli, sedangkan penangkapan terendah
terjadi pada bulan Januari, Februari, dan Maret. Hasil analisis IMP sesuai dengan
hasil wawancara nelayan, bulan Juli merupakan musim penangkapan ikan tongkol
dan bulan Januari sampai Maret merupakan musim paceklik bagi penangkapan
ikan tongkol. Berdasarkan Gambar 12 musim penangkapan ikan tongkol yang
didaratkan di PPS Cilacap berada pada bulan Juli. Pada Musim Barat (Desember,
Januari, Februari) Laut Jawa memiliki tinggi rata-rata gelombang yang besar dan
angin yang kencang (Realino et al. 2006). Hal ini sesuai dengan hasil wawancara
nelayan yang mengatakan pada bulan Januari banyak nelayan yang tidak berani
melaut diakibatkan sedang terjadi musim barat.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya Rohit et al. (2012) di Indian Water
musim penangkapan ikan tongkol terjadi pada bulan September sampai Oktober
sedangkan penelitian Sompie (2011) di Teluk Buyat, musim penangkapan ikan
tongkol terjadi selama enam bulan yaitu diawali bulan Maret, Mei sampai
September dan musim paceklik terjadi pada bulan Februari, April, dan Desember.
Musim penangkapan ikan tongkol ini berbeda-beda untuk tempat yang berlainan
walaupun spesiesnya sama. Perbedaan ini disebabkan perubahan suhu, arus dan
lain-lain. Batas kedalaman juga mempengaruhi kehidupan ikan tongkol dan
ketersediaan makanan (FAO 1983). Selain itu disebabkan lokasi penelitian yang
berbeda serta tahun yang berlangsung (Yulianie 2012).
Model produksi surplus merupakan suatu model yang menjelaskan tentang
pemanfaatkan sumberdaya ikan yang lestari dan berkelanjutan. Hasil tangkapan
maksimum lestari (MSY) dan upaya optimum (fMSY) dengan metode Schaefer
masing-masing sebesar 5,34 ton per tahun dan 2032 trip per tahun. Hasil
tangkapan ikan tongkol di PPS Cilacap pada tahun 2014 telah melebihi tangkapan
potensi lestari, yaitu sebesar 5,17 ton per tahun. Oleh karena itu, diduga ikan
tongkol di PPS Cilacap telah mengalami overfishing. Menurut Nurhayati (2001),
tinggi rendahnya hasil tangkapan ikan tongkol di suatu perairan dipengaruhi oleh
jumlah dan efisien unit penangkapan ikan, lamanya operasi penangkapan ikan,
dan keadaan lingkungan.
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Adhitya EG, Abdul R, Herry BS. 2011. Rancangan Sistem Informasi Pada Usaha
Penangkapan Ikan Komoditi Unggulan (study kasus Ikan Tuna (Thunnus
sp.) Di Pelabuhan PPS Cilacap. Journal of Fisheries Resources
Untilization Management and Technologi. 1 (1): 108-117.
Bahdad. 2006. Analisis dan pendugaan hasil tangkapan cakalang (Katsuwonus
pelamis) di perairan Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara [tesis]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Basuma T. 2009. Penentuan daerah penangkapan ikan tongkol berdasarkan
pendekatan suhu permukaan laut dan hasil tangkapan di perairan
Binuangeun Banten. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Barita SS, Tambunan, Fauziyah, Fitri A. 2010. Selektivitas drift gillnet pada ikan
kembung lelaki (Rasterlliger kanagurta) di perairan Belawan Pantai Timur
Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Maspari. (1): 63-68.
Chodrijah U. Hidayat T, Noegroho T. 2013. Estimate population parameters of
Eastern Little Tuna (Euthynnus affinis) in Java Sea Waters. J. Bawal. 5
(3): 167-174.
Dajan A. 1986. Pengantar Metode Statistika Jilid I. Jakarta (ID): LP3ES.
Effendie M. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka
Nusantara.
Ernaningsih D. 2013. Analisis Bioekonomi Ikan Pelagis Kecil Di Teluk Banten.
Journal Ilmiah Satya Negara Indonesi. 1-9.
Fauzi A. 2006. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan: Teori dan Aplikasi.
Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.
FAO. 1983. An annonate and illustrated catalogue of Tunas, Mackerel, Bonitos
and related spesies known to date. Food and Agriculture Organization of
The United Nation. 2: 32-36.
Hendiarti N, Suwarso E, Aldrian K, Amri R, Andiastuti SI, Sachoemar, IB
Wahyono. 2005. Seasonal Variation of Pelagic Fish Catch Around Java.
Oceanography. 18(4): 112-123.
Johnson MG, Tamatamah AR. 2013. Lengh frequency distribution, mortality rate,
and reproductive biology of Kawakawa (Euthynnus affinis-Cantor, 1849)
in the Coastal Water of Tanzania. Pakistan Journal of Biological Science.
16 (21):1270-1278.
Kekenusa JS. 2008. Evaluasi Model Produksi Surplus Ikan Cakalang Yang
Tertangkap Di Perairan Sekitar Bitung Provinsi Sulawesi Utara. J
SIGMA 11 (1): 43-52. ISSN: 1410-5888.
18
LAMPIRAN
nilai total rasio rata-rata tiap bulan, kemudian menghitung total rasio rata-rata
secara keseluruhan dan pola penangkapan.
a) Rasio rata-rata untuk bulan ke-i (RBBi)
1
RBBi = n ( ∑nj-1 Rbij )
RBBi adalah rata-rata Rbij untuk bulan ke-i, Rbij adalah rasio rata-rata
bulanan dalam matriks ukuran i x j, i adalah 1, 2, 3, ...., 12, dan j : 1, 2,
3, ...., n.
b) Jumlah rasio rata-rata bulanan (JRBB)
JRBB = ∑12
i-1
RBBᵢ
JRBB adalah jumlah rasio rata-rata bulan, dan RBBi adalah rata-rata
RBij untuk bulan ke – i
c) Menghitung faktor koreksi:
1200
FK = JRBB
FK adalah nilai faktor koreksi, dan JRBB adalah jumlah rasio rata-rata
bulanan.
d) Indeks musim penangkapan
IMPi = RBBi x FK
Kriteria IMP terbagi atas 3 musim, yakni :
a) IMP < 50% : musim paceklik
b) 50% < IMP < 100% : musim sedang, dan
c) IMP > 100% : musim puncak penangkapan.
Lt L(t+dt)
358.82 507,86
507.86 639,43
639.43 665,04
665.04
23
RIWAYAT HIDUP