Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Kajian Stok Ikan
Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta Cuvier, 1817) di Teluk
Palabuhanratu, Jawa Barat” adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri,
dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
ABSTRACT
ASTRID WIDYA TAMARA. The Stock Assesment of Indian Mackerel
(Rastrelliger kanagurta Cuvier, 1817) in Palabuhanratu Bay, West Java.
Supervised by MENNOFATRIA BOER and ALI MASHAR.
Indian mackerel (Rastrelliger kanagurta) is one of small pelagic fish that has
important economic value in Palabuhanratu Bay. The purpose of this research is to
analyze stock status of indian mackerel in the Palabuhanratu Bay. This research was
conducted from May to September 2017 with total sample are 776 individues.
Secondary data consists of fish catches and boat trips used in Palabuhanratu Bay.
The growth pattern of indian mackerel is positive allometric. Growth parameters
estimation method show that L∞ and K were 400 mm and 0.13/month for males and
370 mm and 0.16/month for females. Exploitation rates were 0.67/year for males
and 0.65/year for females. The exploitation rate of male and female indian mackerel
was exceeded 0.5, indicated it was over exploitation. Length at first maturity (Lm)
was 234 mm and length at first captured (Lc) was 150 mm using payang leads to
growth overfishing. Based on the analysis of surplus production model using Fox
model, stock status of indian mackerel was overfishing. in Palabuhanratu Bay.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan
Disetujui oleh
Diketahui oleh
'\ '6
Tanggal Lulus: � � \j ':.1 L v
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga skripsi yang berjudul ”Kajian Stok Ikan Kembung Lelaki
(Rastrelliger kanagurta, Cuvier 1817) di Teluk Palabuhanratu, Jawa
Barat“ berhasil diselesaikan. Skripsi ini disusun dan diajukan sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Institut Pertanian Bogor (IPB) yang telah memberikan kesempatan untuk
menempuh studi di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan.
2. Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementrian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi atas biaya penelitian sesuai dengan
Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Program Penelitian Nomor:
011/SP2H/LT/DRPM/IV/2017, tanggal 20 April 2017 dan Addendum
Kontrak Nomor: 011/SP2H/LT/DRPM/VIII/2017, tanggal 21 Agustus
2017 dengan judul “Dinamika Populasi dan Biologi Reproduksi Ikan
Ekologis dan Ekonomis Penting di Teluk Palabuhanratu, Sukabumi” yang
dilaksanakan oleh Prof Dr Ir Mennofatria Boer, DEA (sebagai ketua
peneliti) dan Dr Ir Rahmat Kurnia, MSi (sebagai anggota peneliti).
3. Dr Ir Hefni Effendi, MPhill selaku Pembimbing Akademik.
4. Prof Dr Ir Mennofatria Boer, DEA dan Dr Ali Mashar, SPi MSi selaku
dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan masukan,
arahan serta dukungan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
5. Dr Ir Zairion, MSc selaku dosen penguji dan Inna Puspa Ayu, SPi MSi
selaku perwakilan Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan atas
saran dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Ayah (Sumarno), Ibu (Dwi Astuti), Adik (Berliana dan Fadhil), dan
seluruh keluarga yang telah memberikan doa, kasih sayang, dan dukungan
selama ini.
7. Tim BOPTN 2017 yang telah memberikan arahan dan dukungan selama
penelitian.
DAFTAR GAMBAR
1 Lokasi penangkapan ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) di
Teluk Palabuhanratu 2
2 Ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) 10
3 Pola pertumbuhan ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) jantan
di Teluk Palabuhanratu 11
4 Pola pertumbuhan ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) jantan
di Teluk Palabuhanratu 11
5 Sebaran frekuensi panjang ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)
selama penelitian di Teluk Palabuhanratu 12
6 Kelompok ukuran ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) jantan
di Teluk Palabuhanratu 12
7 Kelompok ukuran ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) betina
di Teluk Palabuhanratu 12
8 Kurva pertumbuhan von Bertalanffy ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) jantan di Teluk Palabuhanratu 13
9 Pertumbuhan von Bertalanffy ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) betina di Teluk Palabuhanratu 13
10 Lc dan Lm ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) jantan di Teluk
Palabuhanratu 14
11 Lc dan Lm ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) betina di Teluk
Palabuhanratu 14
12 Regresi linier model Fox ikan kembung (Rastrelliger spp.) di Teluk
Palabuhanratu 15
DAFTAR LAMPIRAN
1 Jumlah hasil tangkapan ikan kembung (Rastrelliger spp.) di PPN
Palabuhanratu 22
2 Hasil Identifikasi Ikan di LIPI 23
3 Penentuan tingkat kematangan gonad 25
4 Uji Chi square rasio kelamin ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) di Teluk Palabuhanratu 25
5 Analisis pola pertumbuhan ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)
di Teluk Palabuhanratu 25
6 Sebaran frekuensi panjang setiap bulan ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) jantan dan betina di Teluk Palabuhanratu 27
7 Perhitungan ukuran pertama kali matang gonad ikan kembung lelaki
(Rastrelliger kanagurta) jantan dan betina di Teluk Palabuhanratu 28
8 Perhitungan ukuran pertama kali tertangkap ikan kembung lelaki
(Rastrelliger kanagurta) jantan dan betina di Teluk Palabuhanratu 30
9 Perhitungan mortalitas ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)
betina dan jantan di Teluk Palabuhanratu 32
10 Standarisasi alat tangkap ikan kembung (Rastrelliger spp.) di Teluk
Palabuhanratu 34
11 Nilai CPUE ikan kembung (Rastrelliger spp.) di Teluk Palabuhanratu37
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kerangka Pemikiran
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
METODE
Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
yang digunakan terdiri atas panjang total, bobot ikan, jenis kelamin, dan tingkat
kematangan gonad (TKG). Data sekunder diperoleh melalui laporan tahunan
statistik perikanan PPN Palabuhanratu tahun 2009 sampai 2017 (Lampiran 1). Data
primer diperoleh melalui pengukuran dan pengamatan terhadap contoh ikan yang
diambil dengan metode Penarikan Contoh Acak Sederhana (PCAS). Data sekunder
terdiri atas hasil tangkapan ikan dan trip kapal yang digunakan di Teluk
Palabuhanratu.
Ikan contoh yang digunakan adalah ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) hasil tangkapan nelayan di Teluk Palabuhanratu yang didaratkan di PPN
Palabuhanratu. Ikan contoh diidentifikasi sebanyak 2 ekor di Laboratorium
Ichtiologi Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi LIPI Cibinong Science Center
(Lampiran 2). Ikan contoh yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 776 ekor.
Ikan contoh tersebut terdiri atas ikan berukuran kecil, sedang, dan besar.
Ikan contoh disimpan dalam cool box yang sudah berisi es batu sebagai
pengawet ikan dan dianalisis di Laboratorium Biologi Perikanan MSP, FPIK, IPB.
Ikan contoh diberikan nomor urut, selanjutnya ikan contoh diukur bobot dan
panjang total. Bobot ikan diukur menggunakan timbangan digital skala terkecil 1
gram. Panjang total diukur menggunakan penggaris skala terkecil 1 mm. Jenis
kelamin dan TKG diketahui dengan cara membedah ikan dan mengamati klasifikasi
gonad ikan (Lampiran 3).
Analisis Data
Rasio kelamin
Rasio kelamin merupakan proporsi antara jumlah ikan jantan terhadap ikan
betina pada populasi. Kondisi ideal rasio kelamin menurut Ball dan Rao
(1984) antara ikan jantan dan betina yaitu 1:1. Menurut Effendie (2002), proporsi
kelamin diperoleh melalui persamaan sebagai berikut.
nj
Rasio kelamin =
nb
Berdasarkan rumus di atas, nj adalah jumlah ikan jantan dan nb adalah ukuran
contoh ikan betina. Keseimbangan hubungan antara populasi ikan jantan dan betina
dianalisis menggunakan uji Chi square sebagai berikut (Walpole 1993).
2
∑(Oj - e) 2 + (Ob - e) 2
χ hitung
=
ei
Oj + Ob
e=
2
Berdasarkan rumus di atas, χ²hitung adalah nilai peubah acak dengan sebaran
penarikan contoh yang menghampiri sebaran Chi Square, Oj adalah frekuensi atau
4
jumlah ikan jantan (individu), Ob adalah frekuensi atau jumlah ikan betina
(individu), dan e adalah frekuensi harapan ikan jantan atau betina (individu).
Jika χ2 hitung > χ2 tabel, tolak H0 dan jika χ2 hitung ≤ χ2 tabel, gagal tolak H0.
Pola pertumbuhan
Pola pertumbuhan diperoleh melalui hubungan antara panjang dan bobot
ikan yang ditentukan menggunakan persamaan sebagai berikut Effendie (2002).
W = aLb
Nilai a adalah intersep dan b adalah penduga pola pertumbuhan panjang dan bobot
diduga dengan mentransformasikan nilai-nilai tersebut ke bentuk algoritma
sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut.
Nilai W adalah bobot ikan (gram), L adalah panjang ikan (mm). Nilai a dan b
diperoleh melalui analisis regresi dengan log L sebagai absis (x) dan log W sebagai
ordinat (y) sehingga diperoleh persamaan regresi sebagai berikut ini.
Yi = β0 + β1 Xi + ∈i
̂ sebagai
Berdasarkan rumus di atas, Yi sebagai sebagai model observasi dan Y
model dugaan sebagai berikut.
̂ = b0 + b1 Xi
Y
1
∑ni=1 xiyi - ∑ni=1 xi ∑ni=1 yi
n
b1 = 1
∑ni=1 xi2 − ( ∑ni=1 xi)2
n
b0 = y̅ – bx̅
b < 3 menunjukkan pertambahan panjang lebih cepat dari pertambahan bobot ikan.
Selanjutnya uji-t digunakan untuk menguji hipotesis pola pertumbuhan (Effendie
2002).
b − 3
thitung = | |
Sb
Berdasarkan rumus di atas, Sb2 adalah galat baku dugaan nilai b dan s2 adalah
kuadrat tengah sisa yang digunakan untuk menghitung ragam dugaan b dengan cara
sebagai berikut.
s2
Sb2 = 1
∑ni=1 x2i − (∑ni=1 xi )2
n
1 1
[∑ni=1 yi 2 − n ( ∑ni=1 yi )2 ] − [bi {∑ni=1 xi yi − n ∑ni=1 xi ∑ni=1 yi }]
2
s =
n − 2
N G
L = ∑ fi log ∑ pj qij
i=1 j=1
1 x i − μj 2
qij = exp ( )
σj √2π σj
sebaran normal dengan nilai tengah μj dan simpangan baku σj . fi adalah frekuensi
dalam kelas panjang ke-i (i = 1, 2, …, N). μj adalah rata-rata panjang kelompok
umur ke-j. σj adalah simpangan baku panjang kelompok umur ke-j. xi adalah nilai
tengah kelas panjang ke-i. Nilai pj adalah proporsi ikan dalam kelompok umur ke-j
(j = 1, 2, …, G).
Parameter pertumbuhan
Parameter pertumbuhan diduga menggunakan model pertumbuhan von
Bertalanffy (Sparre dan Venema 1999) sebagai berikut.
Lt = L∞ [1 − exp−K(t − t0 ) ]
Berdasarkan rumus di atas, Lt adalah panjang ikan saat umur t (satuan waktu), L∞
adalah panjang maksimum secara teoritis (panjang asimtotik), K adalah koefisien
pertumbuhan (per satuan waktu), t0 adalah umur teoritis pada saat panjang sama
dengan nol (per satuan waktu).
Pendugaan nilai koefisien pertumbuhan (K) dan L∞ dapat dilakukan dengan
menggunakan metode Ford Walford yang diturunkan dari model von Bertalanffy
(King 1995). Jika t sama dengan t+1, persamaannya sebagai berikut.
Lt+1 – Lt = L∞ . e– K(t – t0 )
. [1 – e–K ]
Nilai a dan b diperoleh melalui analisis regresi dengan Lt sebagai absis (x) diplotkan
terhadap Lt+1 sebagai ordinat (y). Persamaan regresi linier yang digunakan adalah
sebagai berikut.
y = b0 + b1 x
b = e-K
a = L∞[1 – e-K]
K= – ln (b)
a
L∞ =
1– b
7
1
Lc =
1 + exp(S1 − S2 ) × L
1
ln [ − 1] = S1 − S2 × L
Lc
S1
Lc = −
S2
x
m = [xk + (2)] − (x ∑ pi )
Lm = antilog m
Berdasarkan rumus di atas, m adalah log panjang ikan pada kematangan gonad
pertama kali, xk adalah log nilai tengah kelas panjang yang terakhir ikan telah
matang gonad, x adalah log pertambahan panjang pada nilai tengah. Nilai Lm
adalah panjang ikan pertama kali matang gonad, pi adalah proporsi ikan, dan qi
adalah 1– pi.
1 L
t(L) = t0 – K ln(1- L )
∞
8
2. Menghitung waktu yang diperlukan oleh rata-rata ikan untuk tumbuh dari
panjang L1 ke L2 (∆t).
1 L
∆t = t(L2 )-t(L1 ) = ln(1- )
K L∞
L1 -L2 1 L
t = t0 - K ln(1- L )
2 ∞
Persamaan tersebut adalah bentuk persamaan linear dengan kemiringan (b) sebagai
berikut.
(b) = -Z
F=Z–M
F
E=
Z
CPUEt
FPIt =
CPUEs
CPUEt = a – bft
-a
fmsy = 2b
a2
MSY = -
4b
Populasi ikan yang mengikuti Model Fox (1970) in Sparre dan Venema
(1999) menggunakan persamaan sebagai berikut.
ln CPUEt = a + bft
1
fmsy = - b
1
MSY = - b e(a − 1)
Model yang digunakan adalah model yang memiliki nilai determinasi lebih besar.
Model yang mempunyai nilai R2 lebih besar menunjukkan model tersebut
mempunyai keterwakilan yang tinggi dengan kondisi yang sebenarnya. Tingkat
pemanfaatan sumberdaya ikan agar dapat dilakukan secara berkelanjutan maka
jumlah hasil tangkapan sebaiknya tidak melebihi nilai Total Allowable Catch
(TAC) (BPPL 2014).
10
Hasil
Kingdom : Animalia
Ordo : Perciformes
Famili : Scombridae
Genus : Rastrelliger
Spesies : Rastrelliger kanagurta (Cuvier, 1817)
Nama FAO : Indian Mackerel
Nama Lokal : Kembung lelaki, banyar, como-como
Warna ikan kembung lelaki biru kehijauan dan bagian dibawah sisi linea
lateralis berwarna perak dan diapit oleh garis berwarna emas. Ikan kembung lelaki
memiliki ciri khusus yaitu terdapat dua baris bintik-bintik hitam kecil (dark spots)
pada sisi dorsal dan satu titik hitam didekat sirip pektoral (FAO 1983). Ukuran
tubuh ikan kembung lelaki mencapai 15 sampai 30 cm (Tambunan el al. 2010) dan
umumnya 20 sampai 25 cm (Hasyim 2012).
11
Rasio kelamin
Rasio kelamin merupakan perbandingan antara jumlah ikan jantan dan
betina. Jumlah ikan kembung lelaki yang diamati selama penelitian sebanyak 776
ekor, terdiri atas 480 ekor jantan dan 296 ekor betina. Hasil uji Chi square
menunjukkan bahwa jumlah ikan kembung lelaki jantan dan betina dalam keadaan
tidak sebanding, yang didominasi oleh ikan jantan (Lampiran 4). Rasio
perbandingan ikan kembung lelaki jantan terhadap betina disajikan pada Tabel 1.
Pola pertumbuhan
Hasil analisis hubungan panjang bobot memperlihatkan bahwa pola
pertumbuhan ikan kembung lelaki, baik jantan maupun betina adalah alometrik
positif. Nilai b > 3 menunjukkan bahwa pertumbuhan bobot ikan kembung lelaki
lebih dominan dibandingkan dengan pertumbuhan panjang (Lampiran 5). Pola
pertumbuhan ikan kembung lelaki disajikan pada Gambar 3 dan 4 berikut ini.
300 W = 0.0000021L3,3229
250 R² = 0,9908
Bobot (gram)
200 n = 480
150
100
50
0
0 50 100 150 200 250 300
Panjang (mm)
Gambar 3 Pola pertumbuhan ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) jantan
di Teluk Palabuhanratu
300 W = 0,0000024L3,3418
Bobot (gram)
R² = 0,9789
200 n = 296
100
0
0 50 100 150 200 250 300
Panjang (mm)
Gambar 4 Pola pertumbuhan ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)
jantan di Teluk Palabuhanratu
12
80
70 Jantan Betina
Fekuensi (individu)
60
50
40
30
20
10
0
30-39
50-59
70-79
90-99
150-159
110-119
130-139
170-179
190-199
210-219
230-239
250-259
270-279
290-299
Selang kelas (mm)
Gambar 5 Sebaran frekuensi panjang ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)
selama penelitian di Teluk Palabuhanratu
Parameter pertumbuhan
Parameter pertumbuhan dianalisis untuk menduga L∞ dan K dengan
menggunakan program FISAT II metode ELEFAN I. Ikan yang berumur muda
mengalami pertumbuhan lebih cepat dibandingkan ikan yang berumur tua. Hasil
analisis parameter pertumbuhan disajikan pada Tabel 2. Garis kohort pada kurva
von Bertalanffy mengindikasikan adanya pertumbuhan pada ikan kembung lelaki.
Nilai parameter pertumbuhan dalam persamaan von Bertalanffy disajikan pada
Gambar 8 dan 9.
500
400
300 Lt = 400(1-e-0,13(t+0,65))
Panjang (mm)
200
100
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
-100
Umur (bulan)
500
400
300
Panjang (mm)
Lt = 370(1-e-0,16(t+0,53))
200
100
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
-100
Umur (bulan)
Gambar 9 Pertumbuhan von Bertalanffy ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) betina di Teluk Palabuhanratu
14
Ukuran pertama kali tertangkap dan ukuran pertama kali matang gonad
Ukuran pertama kali tertangkap ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)
yang diperoleh pada penelitian ini adalah 150 mm untuk ikan jantan dan 175 mm
untuk ikan betina (Lampiran 7). Ikan tersebut juga memiliki panjang pertama kali
matang gonad adalah 234 mm pada ikan jantan dan 208 mm pada ikan betina
(Lampiran 8). Ukuran ikan pertama kali tertangkap lebih kecil dibandingkan
dengan ukuran pertama kali matang gonad sehingga keadaan ini menunjukkan
kondisi growth overfishing. Grafik panjang pertama kali matang gonad dan
tertangkap ikan kembung lelaki disajikan pada Gambar 10 dan 11.
120%
100%
80%
Frekuensi (%)
20%
0%
90 110 130 150 170 190 210 230 250
Nilai tengah panjang (mm)
Gambar 10 Lc dan Lm ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) jantan di
Teluk Palabuhanratu
120%
100%
80%
Frekuensi (%)
20%
0%
90 110 130 150 170 190 210 230 250
Nilai tengah panjang (mm)
10
2013
2016
2010
5 2015
2014
0
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
Upaya tangkapan (trip/tahun)
Gambar 12 Regresi linier model Fox ikan kembung (Rastrelliger spp.) di Teluk
Palabuhanratu
Pembahasan
ikan jantan dan betina tidak sebanding dapat terjadi diantaranya kerena tingkah laku
bergerombol dari beberapa ikan jantan dan betina, mortalitas dan pertumbuhan.
Pola pertumbuhan ikan kembung lelaki di Teluk Palabuhanratu memiliki nilai
b (slope) yang berbeda-beda setiap bulan pengambilan contoh (Lampiran 6).
Hubungan panjang dan bobot bersifat relatif, sehingga pertumbuhan ikan memiliki
peluang berubah menurut waktu (Effendie 2002). Perbedaan kondisi ikan tersebut
juga dapat dipengaruhi oleh ketersediaan makanan (Effendie 2002), kematangan
gonad (Rahman dan Hafzath 2012), tingkah laku ikan (Fuadi et al. 2016), jenis
kelamin (Kunzmann dan Braitmaier 2018) dan tekanan eksploitasi terhadap
sumberdaya ikan kembung lelaki (Suruwaky dan Gunaisah 2013). Berikut
ditampilkan pola pertumbuhan ikan kembung lelaki dari beberapa penelitian pada
Tabel 4.
kecil (Kartini et al. 2017). Azis (1989) in Sonodihardjo (2015) berpendapat bahwa
jika penangkapan dilakukan secara berlebihan tanpa adanya suatu usaha pengaturan,
sumberdaya ikan dapat mengalami kelebihan tangkap dalam kurun waktu tertentu
dan kelestarian sumberdaya terganggu.
Ikan kembung lelaki merupakan jenis ikan pelagis kecil yang tersebar di
wilayah pesisir menyebabkan intensitas penangkapan lebih besar dengan
menggunakan beragam jenis alat tangkap. Tahun 2016 dan 2017 memperlihatkan
nilai upaya tangkap melebihi fmsy. Tingginya tingkat pemanfaatan sebagai akibat
dari banyaknya upaya tangkap dapat diduga bahwa sumberdaya ikan kembung
lelaki di Teluk Palabuhanratu pada tingkat padat eksploitasi. Kondisi ini dapat
dilihat dengan rendahnya nilai produktivitas pada setiap jenis alat tangkap. Gejala
tersebut juga ditunjukkan oleh penurunan trend CPUE (Lampiran 13). Penurunan
CPUE menunjukkan bahwa pemanfaatan sumberdaya ikan di suatu perairan
tergolong tinggi (Nugraha et al. 2012).
Pendugaan stok berdasarkan pendekatan model produksi surplus
menunjukkan bahwa stok ikan kembung lelaki di Teluk Palabuhanratu telah
overfishing. Hal yang sama seperti yang dinyatakan (Rumambi et al. 2018) bahwa
upaya penangkapan yang meningkat dari tahun ke tahun, tetapi tidak diikuti dengan
peningkatan produksi menunjukkan kondisi stok yang mengarah pada overfishing.
Walaupun tingkat pemanfaatan belum mencapai titik MSY, namun jika tolak ukur
yang digunakan adalah nilai TAC yaitu 80% dari nilai MSY, maka pemanfaatan
ikan kembung periode tersebut perlu mendapat perhatian serius.
Usaha penangkapan ikan sebaiknya dilakukan dengan mempertimbangkan
dinamika populasi ikan kembung lelaki sebagai dasar pengelolaan. Hal ini
disebabkan kegiatan penangkapan mempunyai dampak terhadap keberadaan stok,
pertumbuhan, umur pada saat pertama kali matang gonad, rekruitmen dan
mortalitas (Syahailatua 1993). Sumberdaya ikan kembung lelaki yang telah
overfishing dapat digunakan untuk penyusunan sistem perundang-undangan yang
berlaku dalam mengeksploitasi sumberdaya ikan di Teluk Palabuhanratu.
Pengaturan alat tangkap yang selektif diperlukan sebagai usaha memulihkan
stok sumberdaya yang telah overfishing. Ukuran panjang ikan yang boleh ditangkap
sebaiknya lebih besar dari 234 mm. Kuota penangkapan yang disarankan tidak lebih
dari 80% jumlah produksi maksimum lestari yaitu sebanyak 16,38 ton/tahun dengan
pembatasan tingkat upaya pada level optimum (fmsy). Perlu adanya pembatasan
terhadap tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap di Teluk
Palabuhanratu. Selama dua tahun terakhir belum menunjukkan adanya
pengendalian dalam penangkapan, karena adanya peningkatan upaya tangkap yag
berlebihan pada tahun 2016 dan 2017.
18
Kesimpulan
Saran
Jumlah produksi ikan kembung lelaki yang disarankan tidak lebih dari nilai
Total Allowable Catch (TAC). Selanjutnya menetapkan ukuran ikan yang boleh
ditangkap pada ukuran lebih besar dari nilai ukuran pertama kali matang gonad
(Lm), pembatasan jumlah trip penangkapan dan mengontrol pencatatan hasil
produksi ikan kembung di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat.
DAFTAR PUSTAKA
Adlina N, Boesono H, Fitri ADP. 2016. Aspek biologi ikan kembung lelaki
(Rastrelliger kanagurta) sebagai landasan pengelolaan teknologi
penangkapan ikan di Kabupaten Kendal. Seminar Nasional Inovasi dan
Aplikasi Teknologi di Industri; 2016 Feb 6; Malang (ID): Institut Teknologi
Nasional Malang.
Ambarsari RN, Wardiatno Y, Krisanti M, Fahrudin A. 2016. Dinamika populasi
udang mantis Oratosquillina gravieri (Crustacea: Stomatopoda) di perairan
Teluk Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Jurnal Biologi Tropis. 16(1):
66-79.
Amirullah. 2015. Metode Penelitian dan Manajemen. Malang (ID): Bayumedia
Publishing Malang.
Arrafi IM, Ambak A, Rumeida P, Muchlisin Z. 2016. Biology of Indian Mackerel,
Rastrelliger kanagurta (Cuvier,1817) in the Western Waters of Aceh.
Iranian Journal of Fisheries Sciences. 15(3): 957-972.
Bal DV, Rao KV. 1984. Marine Fisheries. New Delhi (ID): Tata Mc Graw-Hill
Publishing Company Limited.
[BPPL] Badan Penelitian Perikanan Laut. 2014. Potensi dan Tingkat Pemanfaatan
Sumberdaya Ikan di WPP RI. Jakarta (ID): Graphika.
Boer M. 1996. Pendugaan koefisien pertumbuhan (L∞, K, t0) berdasarkan data
frekuensi panjang. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia.
4(1): 75-84.
Damora A, Ernawati T. 2011. Beberapa aspek biologi ikan beloso (Saurida
micropectoralis) di perairan utara Jawa Tengah. Bawal. 3(6): 363-367.
Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka
Nusatama.
19
LAMPIRAN
Upaya Upaya
Produksi Produksi
Tahun penangkapan Tahun penangkapan
(kg) (kg)
(trip) (trip)
2009 23640 74,72 2014 3659 466,32
2010 6567 28,18 2015 5358 95,74
2011 12803 26,64 2016 6487 760,46
2012 14797 139,16 2017 14229 597,15
2013 9232 20,55
Sumber: Data mentah statistik perikanan PPN Palabuhanratu
23
Lampiran 2 (Lanjutan)
25
Lampiran 4 Uji Chi square rasio kelamin ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) di Teluk Palabuhanratu
Waktu Jumlah ikan Nisbah Kelamin
ei χ2 hitung Keterangan
(2017) Jantan Betina Jantan Betina
Mei 85 35 1 0,41 61,5 21,15 tidak sebanding
Juni 66 55 1 0,83 63 1,55 sebanding
Juli 126 43 1 0,34 86 39,09 tidak sebanding
Agustus 81 76 1 0,94 79 0,10 sebanding
September 122 87 1 0,71 104,5 5,86 tidak sebanding
Total 480 296 1 0,62 394 43,90 tidak sebanding
H0 adalah perbandingan antara jumlah ikan jantan dan betina sebanding. H1 adalah
perbandingan antara jumlah ikan jantan dan betina tidak sebanding. χ²tabel adalah
sebesar 3,84. Hasil menunjukkan nilai χ²hitung > χ²tabel berarti rasio kelamin ikan
kembung lelaki tidak sebanding atau didominasi oleh jantan.
Berdasarkan selang kepercayaan 95% diperoleh hasil bahwa β > 3 sehingga pola
pertumbuhan ikan kembung lelaki jantan adalah allometrik positif.
26
Lampiran 5 (Lanjutan)
Berikut ini adalah hasil statistik yang diperoleh berdasarkan data panjang dan
bobot ikan kembung lelaki betina selama periode pengambilan contoh.
Koefisien Standar Deviasi
Perpotongan -5,5416 0,0915
Kemiringan 3,2318 0,0404
thit 5,7191
ttab 1,9679
Berdasarkan selang kepercayaan 95% diperoleh hasil bahwa β > 3 sehingga pola
pertumbuhan ikan kembung lelaki betina adalah allometrik positif.
Berikut ini adalah grafik yang pola pertumbuhan ikan kembung lelaki jantan
dan betina setiap bulan selama periode pengambilan contoh.
27
Lampiran 7 Perhitungan ukuran pertama kali matang gonad ikan kembung lelaki
(Rastrelliger kanagurta) jantan dan betina di Teluk Palabuhanratu
1. Ukuran pertama kali matang gonad (Lm) jantan
SK Nt Xi Ni Nb Pi 1-Pi(Qi) x(i+1)-xi Pi*Qi Ni-1 Pi*Qi/Ni-1
30-39 34,5 1,5 1 0 0 1 0,111 0 33,5 0
40-49 44,5 1,6 29 0 0 1 0,088 0 43,5 0
50-59 54,5 1,7 10 0 0 1 0,073 0 53,5 0
60-69 64,5 1,8 1 0 0 1 0,063 0 63,5 0
70-79 74,5 1,9 1 0 0 1 0,055 0 73,5 0
80-89 84,5 1,9 0 0 0 1 0,049 0 83,5 0
90-99 94,5 2,0 0 0 0 1 0,044 0 93,5 0
100-109 104,5 2,0 0 0 0 1 0,040 0 103,5 0
110-119 114,5 2,1 3 0 0 1 0,036 0 113,5 0
120-129 124,5 2,1 33 0 0 1 0,034 0 123,5 0
130-139 134,5 2,1 54 0 0 1 0,031 0 133,5 0
140-149 144,5 2,2 46 0 0 1 0,029 0 143,5 0
150-159 154,5 2,2 9 0 0 1 0,027 0 153,5 0
160-169 164,5 2,2 8 0 0 1 0,026 0 163,5 0
170-179 174,5 2,2 16 0 0 1 0,024 0 173,5 0
180-189 184,5 2,3 22 3 0,136 0,864 0,023 0,118 183,5 0,0006
190-199 194,5 2,3 39 3 0,077 0,923 0,022 0,071 193,5 0,0004
200-209 204,5 2,3 52 4 0,077 0,923 0,021 0,071 203,5 0,0003
210-219 214,5 2,3 73 6 0,082 0,918 0,020 0,075 213,5 0,0004
220-229 224,5 2,4 57 3 0,053 0,947 0,019 0,050 223,5 0,0002
230-239 234,5 2,4 30 3 0,1 0,9 0,018 0,09 233,5 0,0004
240-249 244,5 2,4 1 0 0 1 0,017 0 243,5 0
250-259 254,5 2,4 1 1 1 0 0,017 0 253,5 0
260-269 264,5 2,4 0 0 0 1 0,016 0 263,5 0
270-279 274,5 2,4 0 0 0 1 0,016 0 273,5 0
280-289 284,5 2,5 1 0 0 1 0,015 0 283,5 0
290-299 294,5 2,5 0 0 0 1 0 293,5 0
Jumlah 487 23 1,525 25,475 0,931 0,475 4414,5 2,3E-03
Rataan 18,0 0,9 0,056 0,944 0,036 0,018 163,5 8,6E-05
Keterangan: Ni = TKG 1-5, Nb = TKG 4
29
Lampiran 7 (Lanjutan)
Jantan
a 6,3920
b -0,0425
Lc 150,51
31
Lampiran 8 (Lanjutan)
Betina
a 8,5596
b -0,0489
Lc 175,01
32
Parameter
a 9,58
b -1,25
Z 1,25
M 0,25
F 1,00
E 0,80
33
Lampiran 9 (Lanjutan)
Parameter
a 8,97
b -1,29
Z 1,29
M 0,28
F 1,01
E 0,79
34
Rampus
Tahun C Total f Total C Kembung Proporsi f Kembung
2009 518742 3366 0 0 0
2010 5425 1272 0 0 0
2011 58824 529 0 0 0
2012 38241 1273 2751 0,0719 91,58
2013 16505 1008 96 0,0058 5,86
2014 12368 2377 2418 0,1955 464,71
2015 30007 4867 428 0,0143 69,42
2016 28571 3964 2719 0,0952 377,24
2017 29581 73 3506 0,1185 8,65
∑ 11918 1017,47
Payang
Tahun C Total f Total C Kembung Proporsi f Kembung
2009 212112 4958 2865 0,0135 66,97
2010 504323 2945 234 0,0005 1,34
2011 816725 2461 6595 0,0081 19,87
2012 465061 1293 701 0,0015 1,95
2013 246031 2538 680 0,0028 7,01
2014 265098 3033 140 0,0005 1,6
2015 314328 3493 1288 0,0041 14,31
2016 67618 1143 0 0 0
2017 414571 24 2121 0,0051 0,12
∑ 14624 113,21
C Kembung
Proporsi = f Kembung = Proporsi × f Total
C Total
35
Lampiran 10 (Lanjutan)
Bagan
Tahun C Total f Total C Kembung Proporsi f Kembung
2009 75056 103 0 0 0
2010 2387 12 438 0,1835 2,20
2011 0 7 0 0 0
2012 470 0 0 0 0
2013 5296 0 1333 0,2517 0
2014 12564 0 88 0,0070 0
2015 0 0 0 0 0
2016 0 0 0 0 0
2017 0 0 0 0 0
∑ 1859 2,20
Lampiran 10 (Lanjutan)
Pancing Ulur
Tahun C Total E Total C Kembung C Proporsi E Proporsi
2009 68427 7249 0 0 0
2010 39036 4197 0 0 0
2011 137094 6377 0 0 0
2012 164845 5528 948 0,0058 31,79
2013 81228 6238 0 0 0
2014 60541 7963 0 0 0
2015 85388 9703 0 0 0
2016 71430 7433 0 0 0
2017 44655 0 176 0,0039 0
∑ 1124 31,79
KM Bagan
Tahun C Total E Total C Kembung C Proporsi E Proporsi
2009 224497 1315 0 0 0
2010 73978 1440 789 0,01067 15,36
2011 0 675 0 0 0
2012 1334459 1333 0 0 0
2013 44078 1998 0 0 0
2014 418815 2507 0 0 0
2015 623313 2074 0 0 0
2016 430175 1363 565 0,00131 1,79
2017 576156 2460 3400 0,0059 14,52
∑ 4754 31,67
37
Lampiran 10 (Lanjutan)
Alat tangkap ∑ C (kg) ∑ F (trip) CPUE FPI
Tremmelnet 7028 963,66 7,29 0,00
Rampus 11918 1017,47 11,71 0,01
Payang 14624 113,21 129,18 0,08
Bagan 1859 2,20 844,26 0,51
Purse seine 5-10 GT 12281 11,92 1030,39 0,63
Purse seine 10-20 GT 15275 20,01 763,49 0,46
Purse seine 20-30 GT 27909 16,99 1642,20 1,00
Pancing ulur 1124 31,79 35,36 0,02
KM Bagan 4754 31,67 150,13 0,09
Keterangan:
∑ C = Hasil tangkapan kembung per alat tangkap;
∑ F = Upaya penangkapan per alat tangkap
SCAEFER FOX
a 0,3068 a -1,2533
b -0,0005 b -0,0051
R^2 0,5363 R^2 0,7986
MSY 48,1467 MSY 20,4747
Fmsy 313,7923 Fmsy 194,8957
TAC 38,5173 TAC 16,3797
38
RIWAYAT HIDUP