Anda di halaman 1dari 54

KAJIAN STOK IKAN KEMBUNG LELAKI

(Rastrelliger kanagurta Cuvier, 1817)


DI TELUK PALABUHANRATU, JAWA BARAT

ASTRID WIDYA TAMARA

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Kajian Stok Ikan
Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta Cuvier, 1817) di Teluk
Palabuhanratu, Jawa Barat” adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri,
dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.

Bogor, September 2018

Astrid Widya Tamara


NIM C24140026
ABSTRAK

ASTRID WIDYA TAMARA. Kajian Stok Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger


kanagurta Cuvier, 1817) di Teluk Palabuhanratu, Jawa Barat. Dibimbing oleh
MENNOFATRIA BOER dan ALI MASHAR.

Ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) merupakan ikan pelagis kecil


yang memiliki nilai ekonomis penting di Teluk Palabuhanratu. Tujuan penelitian
ini adalah untuk menganalisis status stok ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) di Teluk Palabuhanratu. Penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai
September 2017 dengan ukuran contoh acak sebanyak 776 ekor. Data sekunder
terdiri atas hasil tangkapan ikan dan trip kapal yang digunakan di Teluk
Palabuhanratu. Pola pertumbuhan ikan kembung lelaki adalah alometrik positif.
Pendugaan parameter pertumbuhan menghasilkan L∞ dan K masing-masing sebesar
400 mm dan 0,13/bulan pada jantan, serta 370 mm dan 0,16/bulan pada betina. Laju
eksploitasi ikan kembung lelaki masing-masing sebesar 0,67/tahun pada jantan dan
0,65/tahun pada betina. Laju eksploitasi ikan kembung lelaki jantan dan betina lebih
dari 0,5 sehingga mengalami eksploitasi yang berlebih. Nilai panjang pertama kali
matang gonad (Lm) sebesar 234 mm dan panjang pertama kali tertangkap (Lc)
sebesar 150 mm dengan alat tangkap payang mengarah pada growth overfishing.
Kondisi stok ikan berdasarkan model produksi surplus dengan model Fox, ikan
kembung lelaki telah mengalami overfishing di Teluk Palabuhanratu.

Kata kunci: ikan kembung lelaki, stok, Teluk Palabuhanratu

ABSTRACT
ASTRID WIDYA TAMARA. The Stock Assesment of Indian Mackerel
(Rastrelliger kanagurta Cuvier, 1817) in Palabuhanratu Bay, West Java.
Supervised by MENNOFATRIA BOER and ALI MASHAR.

Indian mackerel (Rastrelliger kanagurta) is one of small pelagic fish that has
important economic value in Palabuhanratu Bay. The purpose of this research is to
analyze stock status of indian mackerel in the Palabuhanratu Bay. This research was
conducted from May to September 2017 with total sample are 776 individues.
Secondary data consists of fish catches and boat trips used in Palabuhanratu Bay.
The growth pattern of indian mackerel is positive allometric. Growth parameters
estimation method show that L∞ and K were 400 mm and 0.13/month for males and
370 mm and 0.16/month for females. Exploitation rates were 0.67/year for males
and 0.65/year for females. The exploitation rate of male and female indian mackerel
was exceeded 0.5, indicated it was over exploitation. Length at first maturity (Lm)
was 234 mm and length at first captured (Lc) was 150 mm using payang leads to
growth overfishing. Based on the analysis of surplus production model using Fox
model, stock status of indian mackerel was overfishing. in Palabuhanratu Bay.

Keywords: indian mackerel, stock, Palabuhanratu Bay


KAJIAN STOK IKAN KEMBUNG LELAKI
(Rastrelliger kanagurta Cuvier, 1817)
DI TELUK PALABUHANRATU, JAWA BARAT

ASTRID WIDYA TAMARA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
Judul Skripsi : Kajian Stok Ikan Kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta
Cuvier, 1817) di Teluk Palabuhanratu, J awa Barat
Nama Astrid Widya Tamara
NIM C24140026
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Mennofatria Boer, DEA Dr Ali Mashar, SPi, MSi


Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

'\ '6
Tanggal Lulus: � � \j ':.1 L v
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga skripsi yang berjudul ”Kajian Stok Ikan Kembung Lelaki
(Rastrelliger kanagurta, Cuvier 1817) di Teluk Palabuhanratu, Jawa
Barat“ berhasil diselesaikan. Skripsi ini disusun dan diajukan sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Institut Pertanian Bogor (IPB) yang telah memberikan kesempatan untuk
menempuh studi di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan.
2. Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementrian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi atas biaya penelitian sesuai dengan
Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Program Penelitian Nomor:
011/SP2H/LT/DRPM/IV/2017, tanggal 20 April 2017 dan Addendum
Kontrak Nomor: 011/SP2H/LT/DRPM/VIII/2017, tanggal 21 Agustus
2017 dengan judul “Dinamika Populasi dan Biologi Reproduksi Ikan
Ekologis dan Ekonomis Penting di Teluk Palabuhanratu, Sukabumi” yang
dilaksanakan oleh Prof Dr Ir Mennofatria Boer, DEA (sebagai ketua
peneliti) dan Dr Ir Rahmat Kurnia, MSi (sebagai anggota peneliti).
3. Dr Ir Hefni Effendi, MPhill selaku Pembimbing Akademik.
4. Prof Dr Ir Mennofatria Boer, DEA dan Dr Ali Mashar, SPi MSi selaku
dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan masukan,
arahan serta dukungan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
5. Dr Ir Zairion, MSc selaku dosen penguji dan Inna Puspa Ayu, SPi MSi
selaku perwakilan Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan atas
saran dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Ayah (Sumarno), Ibu (Dwi Astuti), Adik (Berliana dan Fadhil), dan
seluruh keluarga yang telah memberikan doa, kasih sayang, dan dukungan
selama ini.
7. Tim BOPTN 2017 yang telah memberikan arahan dan dukungan selama
penelitian.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, September 2018

Astrid Widya Tamara


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xiv
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Kerangka Pemikiran 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
METODE 2
Waktu dan Lokasi 2
Pengumpulan Data 3
Analisis Data 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 10
Hasil 10
Pembahasan 11
KESIMPULAN DAN SARAN 18
Kesimpulan 18
Saran 18
DAFTAR PUSTAKA 18
LAMPIRAN 22
RIWAYAT HIDUP 38
DAFTAR TABEL
1 Rasio kelamin ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) setiap bulan
di Teluk Palabuhanratu 11
2 Nilai dugaan parameter pertumbuhan ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) di Teluk Palabuhanratu 13
3 Mortalitas dan eksploitasi ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)
di Teluk Palabuhanratu 15
4 Pola pertumbuhan ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)
berdasarkan beberapa penelitian 16

DAFTAR GAMBAR
1 Lokasi penangkapan ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) di
Teluk Palabuhanratu 2
2 Ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) 10
3 Pola pertumbuhan ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) jantan
di Teluk Palabuhanratu 11
4 Pola pertumbuhan ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) jantan
di Teluk Palabuhanratu 11
5 Sebaran frekuensi panjang ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)
selama penelitian di Teluk Palabuhanratu 12
6 Kelompok ukuran ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) jantan
di Teluk Palabuhanratu 12
7 Kelompok ukuran ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) betina
di Teluk Palabuhanratu 12
8 Kurva pertumbuhan von Bertalanffy ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) jantan di Teluk Palabuhanratu 13
9 Pertumbuhan von Bertalanffy ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) betina di Teluk Palabuhanratu 13
10 Lc dan Lm ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) jantan di Teluk
Palabuhanratu 14
11 Lc dan Lm ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) betina di Teluk
Palabuhanratu 14
12 Regresi linier model Fox ikan kembung (Rastrelliger spp.) di Teluk
Palabuhanratu 15
DAFTAR LAMPIRAN
1 Jumlah hasil tangkapan ikan kembung (Rastrelliger spp.) di PPN
Palabuhanratu 22
2 Hasil Identifikasi Ikan di LIPI 23
3 Penentuan tingkat kematangan gonad 25
4 Uji Chi square rasio kelamin ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) di Teluk Palabuhanratu 25
5 Analisis pola pertumbuhan ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)
di Teluk Palabuhanratu 25
6 Sebaran frekuensi panjang setiap bulan ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) jantan dan betina di Teluk Palabuhanratu 27
7 Perhitungan ukuran pertama kali matang gonad ikan kembung lelaki
(Rastrelliger kanagurta) jantan dan betina di Teluk Palabuhanratu 28
8 Perhitungan ukuran pertama kali tertangkap ikan kembung lelaki
(Rastrelliger kanagurta) jantan dan betina di Teluk Palabuhanratu 30
9 Perhitungan mortalitas ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)
betina dan jantan di Teluk Palabuhanratu 32
10 Standarisasi alat tangkap ikan kembung (Rastrelliger spp.) di Teluk
Palabuhanratu 34
11 Nilai CPUE ikan kembung (Rastrelliger spp.) di Teluk Palabuhanratu37
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Teluk Palabuhanratu merupakan salah satu wilayah perairan laut yang


berada di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP RI) 573 (KKP
2014). Teluk Palabuhanratu berada dibagian Samudra Hindia sehingga dijadikan
salah satu basis perikanan tangkap di Laut Selatan Jawa dan ZEEI Samudera Hindia
(Ambarsari et al. 2016). Sumberdaya ikan bernilai ekonomis tinggi dari perairan
Teluk Palabuhanratu yang didaratkan di PPN Palabuhanratu pada tahun 2017, di
antaranya ikan tuna, cakalang, tongkol, pedang-pedang, peperek, gindara, gesper,
layur, semar, layaran, kurisi, layang anggur, tenggiri, teri, cumi-cumi, udang rebon,
dan kembung (PPNP 2017).
Ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) merupakan ikan pelagis kecil
yang memiliki potensi tangkapan cukup tinggi di Teluk Palabuhanratu. Ikan ini
berperan penting dalam rantai makanan sebagai pemakan plankton kasar dan hidup
secara bergerombol besar di perairan pantai (Genisa 1999). Ikan ini juga memiliki
nilai ekonomi yang cukup tinggi, dengan kandungan minyak omega 3 yang sangat
baik untuk kecerdasan anak (Sonodihardjo 2015). Ikan kembung dipasarkan dalam
bentuk segar dan asin setengah kering (peda) (Genisa 1999). Ikan pelagis ini
memiliki pasar lokal, nasional, bahkan internasional (Sonodihardjo 2015), yaitu
terdapat pada negara-negara seperti Indonesia, Pakistan, India, Sri Lanka,
Bangladesh, Myanmar dan Thailand (Arrafi et al. 2016).
Statistik Perikanan Tangkap Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
Palabuhanratu menunjukkan bahwa hasil tangkapan ikan kembung tahun 2012 ialah
14 797 kg, berikutnya hasil tangkapan tersebut mengalami penurunan tahun 2014
menjadi 3 659 kg. Hasil tangkapan ikan kembung tersebut selanjutnya meningkat
pada tahun 2016 menjadi 6 487 kg. Hal ini menunjukkan penurunan stok dengan
adanya peningkatan upaya penangkapan dari tahun ke tahun di Teluk Palabuhanratu
(Lampiran 1). Apabila penangkapan ikan dilakukan terus-menerus tanpa diikuti
dengan pengelolaan, dalam jangka panjang kondisi stok sumberdaya ikan ini juga
berpeluang menurun. Keberlanjutan stok sumberdaya ikan merupakan hal penting
dalam pembangunan perikanan. Oleh karena itu, kajian stok ikan kembung lelaki
(Rastrelliger kanagurta) perlu dilakukan agar diperoleh informasi status stok dan
tingkat pemanfaatan yang tepat terhadap sumberdaya ikan yang berkelanjutan di
Teluk Palabuhanratu.

Kerangka Pemikiran

Sumberdaya ikan kembung lelaki merupakan ikan pelagis kecil yang


memiliki nilai ekonomis penting (Suruwaky dan Gunaisah 2013). Ikan kembung
memiliki permintaan pasar yang tinggi dan harga relatif terjangkau (Nurhazmi
2016). Pelaku perikanan cenderung memenuhi permintaan pasar yang tinggi
sehingga mendorong pemanfaatan secara terus-menerus. Tingginya tingkat
pemanfaatan tersebut dapat mengancam kelestarian stok sumberdaya (Adlina et al.
2016). Oleh sebab itu, dibutuhkan informasi mengenai kondisi stok ikan kembung
lelaki di Teluk Palabuhanratu.
2

Informasi yang dibutuhkan dalam pengkajian stok ikan kembung lelaki


adalah rasio kelamin, pola pertumbuhan, sebaran frekuensi panjang, kelompok
umur, parameter pertumbuhan, panjang pertama kali matang gonad, panjang
pertama kali tertangkap, mortalitas, laju eksploitasi, tangkapan maksimum lestari,
dan upaya penangkapan lestari. Hasil kajian tersebut diharapkan dapat memberikan
rekomendasi pengelolaan sumberdaya ikan kembung lelaki di Teluk Palabuhanratu.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menganalisis status stok ikan kembung lelaki


(Rastrelliger kanagurta) yang didaratkan di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa
Barat.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah dinamika populasi ikan


kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) sebagai rekomendasi pengelolaan dalam
menentukan tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan kembung lelaki yang lestari di
Teluk Palabuhanratu.

METODE

Waktu dan Lokasi

Penelitian ini dilakukan di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat, pada


Mei sampai September 2017 pada puncak bulan gelap. Lokasi penangkapan ikan
kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) disajikan pada Gambar 1. Analisis ikan
contoh dilakukan di Laboratorium Biologi Perikanan, MSP, FPIK IPB.

Gambar 1 Lokasi penangkapan ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)


di Teluk Palabuhanratu
3

Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
yang digunakan terdiri atas panjang total, bobot ikan, jenis kelamin, dan tingkat
kematangan gonad (TKG). Data sekunder diperoleh melalui laporan tahunan
statistik perikanan PPN Palabuhanratu tahun 2009 sampai 2017 (Lampiran 1). Data
primer diperoleh melalui pengukuran dan pengamatan terhadap contoh ikan yang
diambil dengan metode Penarikan Contoh Acak Sederhana (PCAS). Data sekunder
terdiri atas hasil tangkapan ikan dan trip kapal yang digunakan di Teluk
Palabuhanratu.
Ikan contoh yang digunakan adalah ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) hasil tangkapan nelayan di Teluk Palabuhanratu yang didaratkan di PPN
Palabuhanratu. Ikan contoh diidentifikasi sebanyak 2 ekor di Laboratorium
Ichtiologi Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi LIPI Cibinong Science Center
(Lampiran 2). Ikan contoh yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 776 ekor.
Ikan contoh tersebut terdiri atas ikan berukuran kecil, sedang, dan besar.
Ikan contoh disimpan dalam cool box yang sudah berisi es batu sebagai
pengawet ikan dan dianalisis di Laboratorium Biologi Perikanan MSP, FPIK, IPB.
Ikan contoh diberikan nomor urut, selanjutnya ikan contoh diukur bobot dan
panjang total. Bobot ikan diukur menggunakan timbangan digital skala terkecil 1
gram. Panjang total diukur menggunakan penggaris skala terkecil 1 mm. Jenis
kelamin dan TKG diketahui dengan cara membedah ikan dan mengamati klasifikasi
gonad ikan (Lampiran 3).

Analisis Data

Rasio kelamin
Rasio kelamin merupakan proporsi antara jumlah ikan jantan terhadap ikan
betina pada populasi. Kondisi ideal rasio kelamin menurut Ball dan Rao
(1984) antara ikan jantan dan betina yaitu 1:1. Menurut Effendie (2002), proporsi
kelamin diperoleh melalui persamaan sebagai berikut.
nj
Rasio kelamin =
nb

Berdasarkan rumus di atas, nj adalah jumlah ikan jantan dan nb adalah ukuran
contoh ikan betina. Keseimbangan hubungan antara populasi ikan jantan dan betina
dianalisis menggunakan uji Chi square sebagai berikut (Walpole 1993).

2
∑(Oj - e) 2 + (Ob - e) 2
χ hitung
=
ei

Oj + Ob
e=
2

Berdasarkan rumus di atas, χ²hitung adalah nilai peubah acak dengan sebaran
penarikan contoh yang menghampiri sebaran Chi Square, Oj adalah frekuensi atau
4

jumlah ikan jantan (individu), Ob adalah frekuensi atau jumlah ikan betina
(individu), dan e adalah frekuensi harapan ikan jantan atau betina (individu).

Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut:


H0 : Jumlah jantan dan betina di perairan sebanding
H1 : Jumlah jantan dan betina di perairan tidak sebanding

Jika χ2 hitung > χ2 tabel, tolak H0 dan jika χ2 hitung ≤ χ2 tabel, gagal tolak H0.

Pola pertumbuhan
Pola pertumbuhan diperoleh melalui hubungan antara panjang dan bobot
ikan yang ditentukan menggunakan persamaan sebagai berikut Effendie (2002).

W = aLb

Nilai a adalah intersep dan b adalah penduga pola pertumbuhan panjang dan bobot
diduga dengan mentransformasikan nilai-nilai tersebut ke bentuk algoritma
sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut.

Log W = Log a + b Log L

Nilai W adalah bobot ikan (gram), L adalah panjang ikan (mm). Nilai a dan b
diperoleh melalui analisis regresi dengan log L sebagai absis (x) dan log W sebagai
ordinat (y) sehingga diperoleh persamaan regresi sebagai berikut ini.

Yi = β0 + β1 Xi + ∈i

̂ sebagai
Berdasarkan rumus di atas, Yi sebagai sebagai model observasi dan Y
model dugaan sebagai berikut.

̂ = b0 + b1 Xi
Y

Konstanta b0 dan b1 masing-masing diduga dengan persamaan berikut.

1
∑ni=1 xiyi - ∑ni=1 xi ∑ni=1 yi
n
b1 = 1
∑ni=1 xi2 − ( ∑ni=1 xi)2
n

b0 = y̅ – bx̅

Nilai a dan b diperoleh melalui hubungan a = 10b0 dan b = b1 . Pola


pertumbuhan diduga melalui nilai b dengan hipotesis H0 merupakan b = 3, ikan
memiliki pola pertumbuhan isometrik dan H1 merupakan b ≠ 3, ikan memiliki pola
pertumbuhan alometrik. Pola pertumbuhan alometrik terdiri atas alometrik positif
dan negatif.
Menurut Effendie (2002), alometrik positif jika b > 3 menunjukkan
pertambahan berat lebih cepat dari pertambahan panjang dan alometrik negatif jika
5

b < 3 menunjukkan pertambahan panjang lebih cepat dari pertambahan bobot ikan.
Selanjutnya uji-t digunakan untuk menguji hipotesis pola pertumbuhan (Effendie
2002).

b − 3
thitung = | |
Sb

Berdasarkan rumus di atas, Sb2 adalah galat baku dugaan nilai b dan s2 adalah
kuadrat tengah sisa yang digunakan untuk menghitung ragam dugaan b dengan cara
sebagai berikut.

s2
Sb2 = 1
∑ni=1 x2i − (∑ni=1 xi )2
n

1 1
[∑ni=1 yi 2 − n ( ∑ni=1 yi )2 ] − [bi {∑ni=1 xi yi − n ∑ni=1 xi ∑ni=1 yi }]
2
s =
n − 2

Pengambilan keputusan dengan membandingkan nilai thitung dan nilai ttabel


menggunakan selang kepercayaan 95% (α = 0,05). Jika thitung > ttabel, keputusan tolak
H0 dan jika thitung ≤ ttabel gagal tolak H0 (Walpole 1993).

Sebaran frekuensi panjang dan identifikasi kelompok umur


Sebaran frekuensi panjang digunakan untuk menentukan kelompok umur
ikan. Data panjang total dikelompokkan ke dalam beberapa kelas panjang sehingga
kelas panjang ke- i memiliki frekuensi (fi). Hasil sebaran frekuensi tersebut
diplotkan pada grafik. Grafik tersebut menggambarkan sebaran kelas panjang
selama pengambilan contoh.
Kelompok umur diidentifikasi menggunakan metode NORMSEP (Normal
Separation) dengan FISAT II (FAO ICLARM Stock Assessment Tools) (Sparre dan
Venema (1999). Sebaran frekuensi panjang membentuk beberapa sebaran normal.
Kelompok untuk dicirikan oleh rata-rata panjang dan simpangan baku setiap
sebaran normal. Menurut Boer (1996), fungsi objektif yang digunakan untuk
menduga {μj, σj, pj} adalah fungsi kemungkinan maksimum (maximum likelihood
function) dengan rumus sebagai berikut.

N G

L = ∑ fi log ∑ pj qij
i=1 j=1

1 x i − μj 2
qij = exp ( )
σj √2π σj

Fungsi objektif L ditentukan dengan mencari turunan pertama L masing-


masing terhadap μj, σj, pj sehingga diperoleh dugaan ̂μj , σ̂ j , dan ̂pj yang akan
digunakan untuk menduga parameter pertumbuhan. qij adalah fungsi kepekatan
6

sebaran normal dengan nilai tengah μj dan simpangan baku σj . fi adalah frekuensi
dalam kelas panjang ke-i (i = 1, 2, …, N). μj adalah rata-rata panjang kelompok
umur ke-j. σj adalah simpangan baku panjang kelompok umur ke-j. xi adalah nilai
tengah kelas panjang ke-i. Nilai pj adalah proporsi ikan dalam kelompok umur ke-j
(j = 1, 2, …, G).

Parameter pertumbuhan
Parameter pertumbuhan diduga menggunakan model pertumbuhan von
Bertalanffy (Sparre dan Venema 1999) sebagai berikut.

Lt = L∞ [1 − exp−K(t − t0 ) ]

Berdasarkan rumus di atas, Lt adalah panjang ikan saat umur t (satuan waktu), L∞
adalah panjang maksimum secara teoritis (panjang asimtotik), K adalah koefisien
pertumbuhan (per satuan waktu), t0 adalah umur teoritis pada saat panjang sama
dengan nol (per satuan waktu).
Pendugaan nilai koefisien pertumbuhan (K) dan L∞ dapat dilakukan dengan
menggunakan metode Ford Walford yang diturunkan dari model von Bertalanffy
(King 1995). Jika t sama dengan t+1, persamaannya sebagai berikut.

Lt+1 – Lt = L∞ . e– K(t – t0 )
. [1 – e–K ]

Selanjutnya kedua rumus di atas disubstitusikan dan diperoleh persamaan sebagai


berikut.

Lt+1 – Lt = [L∞ – Lt ][1 – e– K ]


atau
Lt+1 = L∞ [1 – e– K ] + Lt e– K

Nilai a dan b diperoleh melalui analisis regresi dengan Lt sebagai absis (x) diplotkan
terhadap Lt+1 sebagai ordinat (y). Persamaan regresi linier yang digunakan adalah
sebagai berikut.

y = b0 + b1 x

Nilai a dan b masing-masing diduga dengan persamaan berikut.

b = e-K

a = L∞[1 – e-K]

Dengan demikian, nilai K dan L∞ diperoleh dengan cara sebagai berikut.

K= – ln (b)
a
L∞ =
1– b
7

Pendugaan t0 dapat diperoleh melalui persamaan Pauly (1984) berikut.

Log(−t0 ) = − 0,3922 – 0,2752 Log(L∞ ) – 1,038 Log(K)

Ukuran pertama kali tertangkap


Pendugaan panjang pertama kali ikan tertangkap dilakukan dengan
membuat grafik hubungan antara distribusi panjang dengan jumlah ikan sehingga
akan terbentuk kurva sigmoid. Menurut Sparre dan Venema (1999), nilai Lc
diperoleh dengan memplotkan persentase frekuensi kumulatif ikan yang tertangkap
dengan ukuran panjang total yang diperoleh dengan persamaan sebagai berikut.

1
Lc =
1 + exp(S1 − S2 ) × L

1
ln [ − 1] = S1 − S2 × L
Lc

S1
Lc = −
S2

Berdasarkan rumus di atas, Lc panjang ikan pertama kali tertangkap (mm), L


panjang total ikan (mm), S1 intersep dan S2 slope.

Ukuran pertama kali matang gonad


Ukuran pertama kali matang gonad (Lm) diperoleh melalui metode
Spearman-Karber (Udupa 1986) sebagai berikut.

x
m = [xk + (2)] − (x ∑ pi )

Lm = antilog m

Berdasarkan rumus di atas, m adalah log panjang ikan pada kematangan gonad
pertama kali, xk adalah log nilai tengah kelas panjang yang terakhir ikan telah
matang gonad, x adalah log pertambahan panjang pada nilai tengah. Nilai Lm
adalah panjang ikan pertama kali matang gonad, pi adalah proporsi ikan, dan qi
adalah 1– pi.

Mortalitas dan laju eksploitasi


Mortalitas terdiri atas mortalitas alami dan mortalitas penangkapan (Sparre
dan Venema 1999). Mortalitas total (Z) diduga dengan kurva produksi yang
dilinearkan berdasarkan data komposisi panjang. Pendugaan laju mortalitas total
(Z) dengan kurva tangkapan yang dilinearkan berdasarkan data komposisi panjang
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Mengkonversikan data panjang ke data umur dengan mengunakan inverse
persamaan von Bertalanffy.

1 L
t(L) = t0 – K ln(1- L )

8

2. Menghitung waktu yang diperlukan oleh rata-rata ikan untuk tumbuh dari
panjang L1 ke L2 (∆t).
1 L
∆t = t(L2 )-t(L1 ) = ln(1- )
K L∞

3. Menghitung waktu panjang rata-rata.

L1 -L2 1 L
t = t0 - K ln(1- L )
2 ∞

4. Menurunkan kurva hasil tangkapan (C) yang dilinearkan dan dikonversi ke


panjang.

C(L -L ) (L1 -L2 )


ln ∆t(L1 -L2 ) = C-Zt
1 2 2

Persamaan tersebut adalah bentuk persamaan linear dengan kemiringan (b) sebagai
berikut.
(b) = -Z

Mortalitas alami ikan diduga menggunakan rumus empiris Pauly (1980) in


Sparre dan Venema (1999). Ikan kembung yang memiliki kebiasaan bergerombol,
maka nilai dugaan mortalitas alami dikalikan dengan nilai 0,8 sehingga hasil
dugaan menjadi 20% lebih rendah. Pendugaan mortalitas alami (M) sebagai berikut.

(−0,0152 – 0,279 ln L∞ + 0,6543 ln K + 0,463 ln T)


M = 0,8 × exp

Berdasarkan rumus di atas, M adalah mortalitas alami (per tahun), L∞ adalah


panjang asimtotik (mm) pada persamaan von Bertalanffy, K adalah koefisien
pertumbuhan (per tahun), t0 adalah umur saat panjang ikan nol, T adalah suhu rata-
rata permukaan air (ºC). Suhu rata-rata permukaan perairan Teluk Palabuhanratu
adalah 29 oC (Nasution 2014). Mortalitas penangkapan (F) diperoleh melalui
persamaan berikut.

F=Z–M

Laju eksploitasi merupakan indeks yang menggambarkan tingkat


pemanfaatan stok di perairan (Mamangkey dan Nasution 2014). Menurut Gulland
(1971) in (Pauly 1984), laju eksploitasi optimum suatu sumberdaya adalah sebesar
0,5. Laju eksploitasi (E) ditentukan dengan membandingkan mortalitas
penangkapan (F) terhadap mortalitas total (Z) (Pauly 1984).

F
E=
Z

Model produksi surplus


Model produksi surplus digunakan untuk menduga tingkat upaya
penangkapan optimum (fmsy) dan hasil produksi maksimum lestari (MSY). Model
produksi surplus pada ikan kembung diperlukan standardisasi alat tangkap.
9

Standardisasi alat tangkap diasumsikan bahwa upaya penangkapan suatu alat


tangkap menghasilkan produksi yang relatif sama dengan alat tangkap yang
dijadikan standar. Alat tangkap yang dijadikan standar memiliki nilai fishing power
index (FPI) sama dengan satu. Pendugaan nilai FPI menggunakan persamaan
sebagai berikut.
Ct
CPUEt =
ft

CPUEt
FPIt =
CPUEs

Berdasarkan rumus di atas, CPUEt adalah hasil produksi per upaya


penangkapan alat tangkap ke-t. Ct adalah jumlah produksi jenis alat tangkap ke-i.
Nilai ft adalah jumlah upaya penangkapan jenis alat tangkap ke-t. FPIt adalah faktor
upaya pada jenis alat tangkap ke-i. CPUEs adalah hasil produksi per upaya
penangkapan alat tangkap standar.Tingkat upaya penangkapan optimum (fmsy) dan
hasil produksi maksimum lestari (MSY) Model Schaefer (1954) in Sparre dan
Venema (1999) menggunakan persamaan sebagai berikut.

CPUEt = a – bft
-a
fmsy = 2b

a2
MSY = -
4b

Populasi ikan yang mengikuti Model Fox (1970) in Sparre dan Venema
(1999) menggunakan persamaan sebagai berikut.

ln CPUEt = a + bft
1
fmsy = - b

1
MSY = - b e(a − 1)

TAC = 80% × MSY

Model yang digunakan adalah model yang memiliki nilai determinasi lebih besar.
Model yang mempunyai nilai R2 lebih besar menunjukkan model tersebut
mempunyai keterwakilan yang tinggi dengan kondisi yang sebenarnya. Tingkat
pemanfaatan sumberdaya ikan agar dapat dilakukan secara berkelanjutan maka
jumlah hasil tangkapan sebaiknya tidak melebihi nilai Total Allowable Catch
(TAC) (BPPL 2014).
10

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Klasifikasi ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta Cuvier, 1817)


Kedudukan taksonomi ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)
menurut Nelson (2006) adalah sebagai berikut.

Kingdom : Animalia
Ordo : Perciformes
Famili : Scombridae
Genus : Rastrelliger
Spesies : Rastrelliger kanagurta (Cuvier, 1817)
Nama FAO : Indian Mackerel
Nama Lokal : Kembung lelaki, banyar, como-como

Ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) memiliki bentuk tubuh yang


agak meruncing pada bagian anterior dan posterior, sedangkan bagian tengah tubuh
ikan membulat. Bentuk tubuh ikan ini simetris bilateral dan bagian kepala ikan lebih
panjang dibandingkan bagian badan ikan. Sirip ikan kembung terdiri dari sepasang
sirip pektoral, sirip ventral, sirip anal, sirip kaudal, dan dua sirip punggung yang,
diikuti oleh 5 sirip kecil tambahan (finlet) (FAO 1983). Jumlah sirip kecil tambahan
yang sama juga terdapat di belakang sirip anal. Sirip kaudal ikan kembung
berbentuk cagak. Ikan kembung lelaki di Teluk Palabuhanratu disajikan pada
Gambar 2.

Gambar 2 Ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)

Warna ikan kembung lelaki biru kehijauan dan bagian dibawah sisi linea
lateralis berwarna perak dan diapit oleh garis berwarna emas. Ikan kembung lelaki
memiliki ciri khusus yaitu terdapat dua baris bintik-bintik hitam kecil (dark spots)
pada sisi dorsal dan satu titik hitam didekat sirip pektoral (FAO 1983). Ukuran
tubuh ikan kembung lelaki mencapai 15 sampai 30 cm (Tambunan el al. 2010) dan
umumnya 20 sampai 25 cm (Hasyim 2012).
11

Rasio kelamin
Rasio kelamin merupakan perbandingan antara jumlah ikan jantan dan
betina. Jumlah ikan kembung lelaki yang diamati selama penelitian sebanyak 776
ekor, terdiri atas 480 ekor jantan dan 296 ekor betina. Hasil uji Chi square
menunjukkan bahwa jumlah ikan kembung lelaki jantan dan betina dalam keadaan
tidak sebanding, yang didominasi oleh ikan jantan (Lampiran 4). Rasio
perbandingan ikan kembung lelaki jantan terhadap betina disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Rasio kelamin ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) setiap


bulan di Teluk Palabuhanratu
Jumlah Jumlah Rasio
Waktu pengambilan contoh
contoh Jantan Betina Jantan:Betina
25 Mei 2017 120 85 35 1:0,41
22 Juni 2017 121 66 55 1:0,83
21 Juli 2017 169 126 43 1:0,34
20 Agustus 2017 157 81 76 1:0,94
22 September 2017 209 122 87 1:0,71
Jumlah 776 480 296 1:0,62

Pola pertumbuhan
Hasil analisis hubungan panjang bobot memperlihatkan bahwa pola
pertumbuhan ikan kembung lelaki, baik jantan maupun betina adalah alometrik
positif. Nilai b > 3 menunjukkan bahwa pertumbuhan bobot ikan kembung lelaki
lebih dominan dibandingkan dengan pertumbuhan panjang (Lampiran 5). Pola
pertumbuhan ikan kembung lelaki disajikan pada Gambar 3 dan 4 berikut ini.

300 W = 0.0000021L3,3229
250 R² = 0,9908
Bobot (gram)

200 n = 480
150
100
50
0
0 50 100 150 200 250 300
Panjang (mm)
Gambar 3 Pola pertumbuhan ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) jantan
di Teluk Palabuhanratu
300 W = 0,0000024L3,3418
Bobot (gram)

R² = 0,9789
200 n = 296

100

0
0 50 100 150 200 250 300
Panjang (mm)
Gambar 4 Pola pertumbuhan ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)
jantan di Teluk Palabuhanratu
12

Sebaran frekuensi panjang dan identifikasi kelompok umur


Ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) di Teluk Palabuhanratu
memiliki kisaran panjang 37 mm sampai 290 mm (Lampiran 6). Sebaran frekuensi
panjang dianalisis dengan jumlah 28 kelas dan lebar kelas 10 mm. Sebaran
frekuensi panjang memperlihatkan bahwa ikan yang dominan tertangkap pada
ukuran 210 mm sampai 229 mm. Sebaran frekuensi ikan selama penelitian disajikan
pada Gambar 5. Kelompok ukuran ikan jantan dan betina dari hasil analisis sebaran
frekuensi disajikan pada Gambar 6 dan 7.

80
70 Jantan Betina
Fekuensi (individu)

60
50
40
30
20
10
0
30-39

50-59

70-79

90-99

150-159
110-119

130-139

170-179

190-199

210-219

230-239

250-259

270-279

290-299
Selang kelas (mm)
Gambar 5 Sebaran frekuensi panjang ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)
selama penelitian di Teluk Palabuhanratu

Gambar 6 Kelompok ukuran ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) jantan


di Teluk Palabuhanratu

Gambar 7 Kelompok ukuran ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) betina


di Teluk Palabuhanratu
13

Parameter pertumbuhan
Parameter pertumbuhan dianalisis untuk menduga L∞ dan K dengan
menggunakan program FISAT II metode ELEFAN I. Ikan yang berumur muda
mengalami pertumbuhan lebih cepat dibandingkan ikan yang berumur tua. Hasil
analisis parameter pertumbuhan disajikan pada Tabel 2. Garis kohort pada kurva
von Bertalanffy mengindikasikan adanya pertumbuhan pada ikan kembung lelaki.
Nilai parameter pertumbuhan dalam persamaan von Bertalanffy disajikan pada
Gambar 8 dan 9.

Tabel 2 Nilai dugaan parameter pertumbuhan ikan kembung lelaki (Rastrelliger


kanagurta) di Teluk Palabuhanratu
Parameter pertumbuhan Betina Jantan
K (bulan) 0,16 0,13
L∞ (mm) 370 400
t0 (bulan) -0,53 -0,65
tmax (bulan) 23,72 19,28

500

400

300 Lt = 400(1-e-0,13(t+0,65))
Panjang (mm)

200

100

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
-100
Umur (bulan)

Gambar 8 Kurva pertumbuhan von Bertalanffy ikan kembung lelaki (Rastrelliger


kanagurta) jantan di Teluk Palabuhanratu

500

400

300
Panjang (mm)

Lt = 370(1-e-0,16(t+0,53))
200

100

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
-100
Umur (bulan)
Gambar 9 Pertumbuhan von Bertalanffy ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) betina di Teluk Palabuhanratu
14

Ukuran pertama kali tertangkap dan ukuran pertama kali matang gonad
Ukuran pertama kali tertangkap ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)
yang diperoleh pada penelitian ini adalah 150 mm untuk ikan jantan dan 175 mm
untuk ikan betina (Lampiran 7). Ikan tersebut juga memiliki panjang pertama kali
matang gonad adalah 234 mm pada ikan jantan dan 208 mm pada ikan betina
(Lampiran 8). Ukuran ikan pertama kali tertangkap lebih kecil dibandingkan
dengan ukuran pertama kali matang gonad sehingga keadaan ini menunjukkan
kondisi growth overfishing. Grafik panjang pertama kali matang gonad dan
tertangkap ikan kembung lelaki disajikan pada Gambar 10 dan 11.

120%

100%

80%
Frekuensi (%)

60% Lc = 150,51 mm Lm = 224,68


40%

20%

0%
90 110 130 150 170 190 210 230 250
Nilai tengah panjang (mm)
Gambar 10 Lc dan Lm ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) jantan di
Teluk Palabuhanratu

120%

100%

80%
Frekuensi (%)

60% Lc = 175,01 mm Lm = 217,81 mm


40%

20%

0%
90 110 130 150 170 190 210 230 250
Nilai tengah panjang (mm)

Gambar 11 Lc dan Lm ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) betina di


Teluk Palabuhanratu
Mortalitas dan laju eksploitasi
Laju mortalitas terdiri atas mortalitas tangkapan (F), mortalitas alami (M),
dan mortalitas total (Z). Nilai mortalitas penangkapan ikan kembung lelaki lebih
besar dibandingkan dengan mortalitas alami (Lampiran 9). Hal ini menunjukkan
bahwa faktor kematian ikan kembung lelaki di Teluk Palabuhanratu lebih dominan
disebabkan adanya aktivitas penangkapan. Laju eksploitasi ikan kembung lelaki
jantan dan betina memiliki nilai lebih dari 0,5 menunjukkan ikan kembung lelaki
15

telah mengalami overexploitation. Nilai mortalitas dan laju eksploitasi ikan


disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Mortalitas dan eksploitasi ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) di


Teluk Palabuhanratu
Nilai (per tahun)
Parameter
Jantan Betina
Mortalitas total (Z) 0,55 0,62
Mortalitas alami (M) 0,19 0,22
Mortalitas peangkapan (F) 0,37 0,40
Laju eksploitasi (E) 0,67 0,65

Model produksi surplus


Alat tangkap yang dijadikan standar penangkapan ikan kembung lelaki di
Teluk Palabuhanratu adalah purse seine 20-30 gt (Lampiran 10). Nilai hasil tangkap
aktual dan upaya tangkap aktual ikan kembung masing-masing sebesar 14.23
ton/tahun dan 597 trip/tahun sedangkan nilai hasil tangkap lestari dan upaya
tangkap lestari ikan kembung masing-masing sebesar 20.47 ton/tahun dan 195
trip/tahun (Lampiran11). Model produksi surplus yang digunakan model Fox
karena nilai R2 yang lebih tinggi yaitu sebesar 79%. Kajian model produksi surplus
dengan kurva model Fox disajikan pada Gambar 12.
.
25 2009
Model Fox
MSY = 20,47 ton MSY
Hasil tangkapan (ton/tahun)

20 Fmsy = 195 trip fMSY


TAC = 16,38 ton Tahun
2012 2017
15
2011

10
2013
2016
2010
5 2015

2014
0
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
Upaya tangkapan (trip/tahun)
Gambar 12 Regresi linier model Fox ikan kembung (Rastrelliger spp.) di Teluk
Palabuhanratu

Pembahasan

Rasio kelamin ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) memperlihatkan


jumlah yang tidak sebanding antara ikan jantan dan betina. Demikian juga dengan
Nurhazmi (2016) yang menganalisis rasio kelamin ikan kembung lelaki jantan dan
betina adalah 1:0,57 di Selat Sunda. Menurut Mote dan Pangaribuan (2015), jumlah
16

ikan jantan dan betina tidak sebanding dapat terjadi diantaranya kerena tingkah laku
bergerombol dari beberapa ikan jantan dan betina, mortalitas dan pertumbuhan.
Pola pertumbuhan ikan kembung lelaki di Teluk Palabuhanratu memiliki nilai
b (slope) yang berbeda-beda setiap bulan pengambilan contoh (Lampiran 6).
Hubungan panjang dan bobot bersifat relatif, sehingga pertumbuhan ikan memiliki
peluang berubah menurut waktu (Effendie 2002). Perbedaan kondisi ikan tersebut
juga dapat dipengaruhi oleh ketersediaan makanan (Effendie 2002), kematangan
gonad (Rahman dan Hafzath 2012), tingkah laku ikan (Fuadi et al. 2016), jenis
kelamin (Kunzmann dan Braitmaier 2018) dan tekanan eksploitasi terhadap
sumberdaya ikan kembung lelaki (Suruwaky dan Gunaisah 2013). Berikut
ditampilkan pola pertumbuhan ikan kembung lelaki dari beberapa penelitian pada
Tabel 4.

Tabel 4 Pola pertumbuhan ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)


berdasarkan beberapa penelitian
Peneliti Lokasi Waktu penelitian b Keterangan
Sinaga (2010) Perairan Subang April 2010-Juni 2010 2,49 Allometrik -
Fandri (2012) Selat Sunda April 2011-September 2011 3,06 Isometrik
Permatachani (2014) Selat Sunda Juni 2013-Oktober 2013 2,83 Allometrik -
Nasution (2014) Teluk Palabuhanratu Maret 2014-April 2014 3,24 Allometrik +
Hasibuan (2015) Selat Malaka Maret 2015-Mei 2015 3,09 Isometrik
Wulandari (2017) Selat Malaka Maret 2017-Mei 2017 2,47 Allometrik -

Analisis parameter pertumbuhan ikan kembung lelaki di Teluk


Palabuhanratu menunjukkan nilai L∞ ikan betina lebih rendah dibandingkan jantan,
sedangkan nilai K lebih tinggi dibandingkan ikan jantan. Hal ini menunjukkan
bahwa pertumbuhan ikan kembung lelaki betina lebih cepat dibandingkan ikan
jantan. Menurut Sivashanthini dan Khan (2004), nilai K yang tinggi, L∞ yang
rendah mengindikasikan bahwa spesies ikan tersebut mencapai dewasa lebih awal
dan memiliki umur yang pendek.
Ikan kembung lelaki betina mencapai ukuran pertama kali matang gonad
(Lm) lebih cepat dibandingkan dengan Lm ikan jantan. Hasil tersebut juga serupa
dengan pengamatan Lm ikan kembung lelaki oleh Safarini (2013) bahwa ikan
jantan mengalami matang gonad pada panjang rata-rata 211,07 mm dan ikan betina
mengalami matang gonad pada panjang rata-rata 201,09 mm di Teluk Banten. Ikan
betina lebih dulu matang gonad diduga sebagai salah satu strategi reproduksi, maka
keseimbangan populasi sumberdaya ikan dapat dijaga di alam (Omar et al. 2014).
Eksploitasi intensif membuat ikan melakukan strategi reproduksi dengan matang
lebih awal dari biasanya untuk meneruskan regenerasi (Kantun et al. 2011).
Pendugaan ukuran panjang ikan pertama kali dapat dihubungkan dengan
panjang pertama kali matang gonad, sehingga dapat diketahui status populasi ikan
(Damora dan Ernawati 2011). Ikan kembung lelaki pertama kali tertangkap pada
ukuran sebelum pertama kali matang gonad, sehingga keadaan ini menunjukkan
kondisi growth overfishing. Ikan yang tertangkap sebelum matang gonad, diduga
ikan tersebut belum sempat memijah, sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap
penurunan rekruitmen di perairan (Suwarni 2009).
Hasil analisis laju eksploitasi menunjukkan bahwa ikan kembung lelaki di
Teluk Palabuhanratu telah overexploitation. Tingkat eksploitasi yang telah melebihi
batas optimum, maka ikan berpeluang memiliki ukuran panjang maksimum lebih
17

kecil (Kartini et al. 2017). Azis (1989) in Sonodihardjo (2015) berpendapat bahwa
jika penangkapan dilakukan secara berlebihan tanpa adanya suatu usaha pengaturan,
sumberdaya ikan dapat mengalami kelebihan tangkap dalam kurun waktu tertentu
dan kelestarian sumberdaya terganggu.
Ikan kembung lelaki merupakan jenis ikan pelagis kecil yang tersebar di
wilayah pesisir menyebabkan intensitas penangkapan lebih besar dengan
menggunakan beragam jenis alat tangkap. Tahun 2016 dan 2017 memperlihatkan
nilai upaya tangkap melebihi fmsy. Tingginya tingkat pemanfaatan sebagai akibat
dari banyaknya upaya tangkap dapat diduga bahwa sumberdaya ikan kembung
lelaki di Teluk Palabuhanratu pada tingkat padat eksploitasi. Kondisi ini dapat
dilihat dengan rendahnya nilai produktivitas pada setiap jenis alat tangkap. Gejala
tersebut juga ditunjukkan oleh penurunan trend CPUE (Lampiran 13). Penurunan
CPUE menunjukkan bahwa pemanfaatan sumberdaya ikan di suatu perairan
tergolong tinggi (Nugraha et al. 2012).
Pendugaan stok berdasarkan pendekatan model produksi surplus
menunjukkan bahwa stok ikan kembung lelaki di Teluk Palabuhanratu telah
overfishing. Hal yang sama seperti yang dinyatakan (Rumambi et al. 2018) bahwa
upaya penangkapan yang meningkat dari tahun ke tahun, tetapi tidak diikuti dengan
peningkatan produksi menunjukkan kondisi stok yang mengarah pada overfishing.
Walaupun tingkat pemanfaatan belum mencapai titik MSY, namun jika tolak ukur
yang digunakan adalah nilai TAC yaitu 80% dari nilai MSY, maka pemanfaatan
ikan kembung periode tersebut perlu mendapat perhatian serius.
Usaha penangkapan ikan sebaiknya dilakukan dengan mempertimbangkan
dinamika populasi ikan kembung lelaki sebagai dasar pengelolaan. Hal ini
disebabkan kegiatan penangkapan mempunyai dampak terhadap keberadaan stok,
pertumbuhan, umur pada saat pertama kali matang gonad, rekruitmen dan
mortalitas (Syahailatua 1993). Sumberdaya ikan kembung lelaki yang telah
overfishing dapat digunakan untuk penyusunan sistem perundang-undangan yang
berlaku dalam mengeksploitasi sumberdaya ikan di Teluk Palabuhanratu.
Pengaturan alat tangkap yang selektif diperlukan sebagai usaha memulihkan
stok sumberdaya yang telah overfishing. Ukuran panjang ikan yang boleh ditangkap
sebaiknya lebih besar dari 234 mm. Kuota penangkapan yang disarankan tidak lebih
dari 80% jumlah produksi maksimum lestari yaitu sebanyak 16,38 ton/tahun dengan
pembatasan tingkat upaya pada level optimum (fmsy). Perlu adanya pembatasan
terhadap tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap di Teluk
Palabuhanratu. Selama dua tahun terakhir belum menunjukkan adanya
pengendalian dalam penangkapan, karena adanya peningkatan upaya tangkap yag
berlebihan pada tahun 2016 dan 2017.
18

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kajian stok ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) berdasarkan


mortalitas, Lc, Lm, dan potensi maksimum lestari menunjukkan ikan kembung
lelaki telah mengalami overfishing di Teluk Palabuhanratu.

Saran

Jumlah produksi ikan kembung lelaki yang disarankan tidak lebih dari nilai
Total Allowable Catch (TAC). Selanjutnya menetapkan ukuran ikan yang boleh
ditangkap pada ukuran lebih besar dari nilai ukuran pertama kali matang gonad
(Lm), pembatasan jumlah trip penangkapan dan mengontrol pencatatan hasil
produksi ikan kembung di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat.

DAFTAR PUSTAKA

Adlina N, Boesono H, Fitri ADP. 2016. Aspek biologi ikan kembung lelaki
(Rastrelliger kanagurta) sebagai landasan pengelolaan teknologi
penangkapan ikan di Kabupaten Kendal. Seminar Nasional Inovasi dan
Aplikasi Teknologi di Industri; 2016 Feb 6; Malang (ID): Institut Teknologi
Nasional Malang.
Ambarsari RN, Wardiatno Y, Krisanti M, Fahrudin A. 2016. Dinamika populasi
udang mantis Oratosquillina gravieri (Crustacea: Stomatopoda) di perairan
Teluk Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Jurnal Biologi Tropis. 16(1):
66-79.
Amirullah. 2015. Metode Penelitian dan Manajemen. Malang (ID): Bayumedia
Publishing Malang.
Arrafi IM, Ambak A, Rumeida P, Muchlisin Z. 2016. Biology of Indian Mackerel,
Rastrelliger kanagurta (Cuvier,1817) in the Western Waters of Aceh.
Iranian Journal of Fisheries Sciences. 15(3): 957-972.
Bal DV, Rao KV. 1984. Marine Fisheries. New Delhi (ID): Tata Mc Graw-Hill
Publishing Company Limited.
[BPPL] Badan Penelitian Perikanan Laut. 2014. Potensi dan Tingkat Pemanfaatan
Sumberdaya Ikan di WPP RI. Jakarta (ID): Graphika.
Boer M. 1996. Pendugaan koefisien pertumbuhan (L∞, K, t0) berdasarkan data
frekuensi panjang. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia.
4(1): 75-84.
Damora A, Ernawati T. 2011. Beberapa aspek biologi ikan beloso (Saurida
micropectoralis) di perairan utara Jawa Tengah. Bawal. 3(6): 363-367.
Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka
Nusatama.
19

Fandri D. 2012. Pertumbuhan dan reproduksi ikan kembung lelaki (Rastrelliger


kanagurta Cuvier 1817) di Selat Sunda [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
[FAO] Food and Agriculture Organization of the United Nations. 1983. FAO
Spacies Identification Guide for Fishery Purposes : The Living Marine
Resources of the Western Indian Ocean Fishing Area 51. Vol 4. Roma
(ITA): FAO.
Fuadi Z, Dewiyanti I, Purnawan S. 2016. Hubungan panjang berat ikan yang
tertangkap di Krueng Simpoe, Kabupaten Bireun, Aceh. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah. 1(1): 169-176.
Genisa AS. 1999. Pengenalan jenis-jenis ikan laut ekonomi penting di Indonesia.
Jurnal Oseana. 1(24):17-38.
Hasibuan JS. 2015. Hubungan panjang bobot dan reproduksi ikan kembung lelaki
(Rastrelliger kanagurta) di perairan Selat Malaka Tanjung Beringin
Serdang Bedagai Sumatera Utara [skripsi]. Medan (ID): Universitas
Sumatera Utara.
Hasyim B. 2012. Pengembangan dan penerapan informasi spasial dan zona
potensi penangkapan ikan berdasarkan data pengindraan jauh. Bogor (ID):
Crestpent Press.
Kantun W , Salam AS, Malawa, Tuwo AA. 2011. Ukuran pertama kali matang
gonad dan nisbah kelamin tuna madidihang (Thunnus albacares) di Perairan
Majene-Selat Makassar. Jurnal Balik Diwa. 2(2): 2-6.
Kartini N, Boer M, Affandi R. 2017. Pola rekrutmen, mortalitas, dan laju eksploitasi
ikan lemuru (Amblygaster sirm, Walbaum 1792) di perairan Selat Sunda.
Biospecies. 10(1):11-16.
King M. 1995. Fisheries Biology, Assessment, and Management. London (GB):
Fishing News Books.
[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2014. Peraturan Kementrian Kelautan
dan Perikanan Republik Indonesia Nomer 18 Tahun 2014. Jakarta (ID):
Permen KP RI.
Kunzmann A, Braitmaier M. 2018. Length-weight relationships of four
commercially important fish species in Indonesia. Annual Research and
Review in Biology. 24(4): 1-9. Doi: 10.9734/ARRB/2018/39999.
Mamangkey JJ, Nasution SH. 2014. Pertumbuhan dan mortalitas ikan endemik
butini (Glossogobius Matanensis Weber, 1913) di Danau Towuti, Sulawesi
Selatan. Berita Biologi. 13(1): 31-38.
Mote N, Pangaribuan RD. 2015. Beberapa aspek biologi reproduksi ikan dominan
sebagai dasar pengelolaan sumberdaya ikan di pesisir pantai Payum
Kabupaten Merauke. Agricola. 5(1): 9-20.
Nasution MA. 2014. Pertumbuhan dan reproduksi ikan kembung lelaki
(Rastrelliger kanagurta Cuvier 1817) di Teluk Palabuhanratu [tesis]. Bogor
(ID): Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Nelson JS. 2006. Fishes of The World. Kanada (CA): John Wiley and Sons Inc.
Nugraha E, Koswara B, Yuniarti. 2012. Potensi lestari dan tingkat pemanfaatan
ikan kurisi (Nemipterus joponicus) di perairan Teluk Banten. Jurnal
Perikanan dan Kelautan. 3(1): 91-98.
20

Nurhazmi AA. 2016. Dinamika populasi ikan kembung lelaki (Rastrelliger


kanagurta, Cuvier 1817) di Perairan Selat Sunda [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Omar SBA, Kariyanti, Tresnati J, Umar MT, Kune S. 2014. Nisbah kelamin dan
ukuran pertama kali matang gonad ikan endemik beseng-beseng,
Marosatherina ladigesi (AHL, 1936), di Sungai Bantimurung dan Sungai
Pattunuang Asue, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Seminar Nasional
Tahunan XI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan; 2014 Agustus 30;
Makassar (ID): Universitas Muhammadiyah.
Pauly D. 1984. Fish Population Dynamics in Tropical Waters: A Manual for Use
with Programmable Calculators. ICLARM Studies and Reviews 8. Manila
(PH): ICLARM studies and reviews. International Center for Living
Aquatic Resources Management.
[PPNP] Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu. 2017. Statistik Perikanan
Tangkap PPN Palabuhanratu Tahun 2006-2017. Sukabumi (ID): PPNP.
(tidak dipublikasikan).
Permatachani A. 2014. Kajian stok ikan kembung lelaki Rastrelliger kanagurta
(Cuvier, 1816) di Perairan Selat Sunda yang didaratkan di PPP Labuan,
Banten [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rahman MM, Hafzath A. 2012. Condition, length weight relationship, sex ratio and
gonadosomatic index of indian mackerel (Rastrelliger kanagurta) captured
fom Kuantan Coastal Water. Journal of Biological Sciences. 12(8): 426-432.
Doi: 10.3923/jbs.2012.426.432.
Rumambi DY, Rembet UNWJ, Sangari JRR. 2018. Analisis potensi lestari
perikanan tangkap pelagis di Laut Sulawesi berdasarkan data Pelabuhan
Perikanan Pantai (PPP) Tumumpa Manado, Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah
Platax. 6(1): 21-28.
Safarini D. 2013. Potensi reproduksi ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta,
Cuvier 1817) dari perairan Teluk Banten Kabupaten Serang [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Sinaga P. 2010. Dinamika stok dan analisis bioekonomi ikan kembung lelaki
(Rastrelliger kanagurta) di TPI Blanakan, Subang, Jawa Barat [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sivashanthini K, Khan SA. 2004. Population dynamics of sylver biddy Gerres
setifer (Pisces: Perciformes) in the Parangipettai waters, so coast of India.
Indian Journal of Marine Sciences. 33(4): 346-354.
Sonodihardjo AS. 2015. Struktur populasi ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) yang tertangkap di perairan Pancana Kabupaten Barru. Jurnal
Galung Tropika. 4(1): 42-49. Doi: 10.31850/jgt.v4i1.26.
Sparre P, Venema SC.1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis. Buku 1
Manual (Edisi Terjemahan). Jakarta (ID): Kerjasama Organisasi Pangan,
Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan Pusat Penelitiaan dan Pengembangan
Perikanan.
Suruwaky AM, and Gunaisah E. 2013. Identifikasi tingkat eksploitasi sumberdaya
ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) ditinjau dari hubungan
panjang berat. Jurnal Akuatika. 4(2): 131-140.
Suwarni. 2009. Hubungan panjang-bobot dan faktor kondisi ikan butane
Acanthurus mata (Cuvier, 1892) yang tertangkap di sekitar perairan pantan
21

desa Mattiro Deceng, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Provinsi Sulawesi


Selatan. Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan. 19(3): 160-165.
Syahailatua A. 1993. Identifikasi stok ikan, pinsip dan kegunaannya. Oseana.
18(2): 55-63.
Tambunan SBS, Fauziyah, Agustriani F. 2010. Selektivitas drift gillnet pada ikan
kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) di perairan belawan pantai timur
sumatera utara provinsi sumatera utara. Maspari Journal. 1: 63-68.
Udupa KS. 1986. Statistical method of estimating the size at first maturity of fishes.
Fishbyte. 4(2): 8-10.
Walpole RE. 1993. Pengantar Statistika. Edisi ke-3. Sumantri B. (penerjemah).
Terjemahan dari: Introduction to Statistics 3rd. Jakarta (ID): PT Gramedia
Pustaka Umum.
Wulandari Y. 2017. Pertumbuhan dan laju eksploitasi ikan kembung (Rastrelliger
spp.) di perairan Selat Malaka, Provinsi Sumatera Utara [skripsi]. Medan
(ID): Universitas Sumatera Utara.
22

LAMPIRAN

Lampiran 1 Jumlah hasil tangkapan ikan kembung (Rastrelliger spp.) di PPN


Palabuhanratu

Upaya Upaya
Produksi Produksi
Tahun penangkapan Tahun penangkapan
(kg) (kg)
(trip) (trip)
2009 23640 74,72 2014 3659 466,32
2010 6567 28,18 2015 5358 95,74
2011 12803 26,64 2016 6487 760,46
2012 14797 139,16 2017 14229 597,15
2013 9232 20,55
Sumber: Data mentah statistik perikanan PPN Palabuhanratu
23

Lampiran 2 Hasil Identifikasi Ikan di LIPI


24

Lampiran 2 (Lanjutan)
25

Lampiran 3 Penentuan tingkat kematangan gonad


TKG Jantan Betina
Testis seperti benang, lebih pendek, Belum berkembang, kecil tembus
I warna jernih, dan ujungnya terlihat cahaya, tidak terlihat mata
di rongga tubuh. telanjang.
Ukuran testis lebih besar, Tidak tembus cahaya, berwarna
II
pewarnaan seperti susu. oranye.
Permukaan testis tampak bergerigi, Terlihat besar, bulat, memenuhi
III warna makin putih, dalam keadaan rongga tubuh, berwarna oranye
diawetkan mudah putus.. kecoklatan.
Dalam keadaan diawetkan mudah Besar, terdapat rongga antar telur,
IV putus, testis semakin pejal, rongga butir telur terlihat, mengeluarkan
tubuh penuh warna putih susu. telur jika ditekan.
Testis bagian belakang kempis dan Ovari berkerut, butir telur sisa
V
dekat pelepasan masih terisi. terdapat didekat pelepasan.
Sumber: King (1995)

Lampiran 4 Uji Chi square rasio kelamin ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) di Teluk Palabuhanratu
Waktu Jumlah ikan Nisbah Kelamin
ei χ2 hitung Keterangan
(2017) Jantan Betina Jantan Betina
Mei 85 35 1 0,41 61,5 21,15 tidak sebanding
Juni 66 55 1 0,83 63 1,55 sebanding
Juli 126 43 1 0,34 86 39,09 tidak sebanding
Agustus 81 76 1 0,94 79 0,10 sebanding
September 122 87 1 0,71 104,5 5,86 tidak sebanding
Total 480 296 1 0,62 394 43,90 tidak sebanding

H0 adalah perbandingan antara jumlah ikan jantan dan betina sebanding. H1 adalah
perbandingan antara jumlah ikan jantan dan betina tidak sebanding. χ²tabel adalah
sebesar 3,84. Hasil menunjukkan nilai χ²hitung > χ²tabel berarti rasio kelamin ikan
kembung lelaki tidak sebanding atau didominasi oleh jantan.

Lampiran 5 Analisis pola pertumbuhan ikan kembung lelaki (Rastrelliger


kanagurta) di Teluk Palabuhanratu
Berikut ini adalah hasil statistik yang diperoleh berdasarkan data panjang dan
bobot ikan kembung lelaki jantan selama periode pengambilan contoh.
Koefisien Standar Deviasi
Perpotongan -5,6818 0,0516
Kemiringan 3,2925 0,0233
thit 12,5451
ttab 1,9649

Berdasarkan selang kepercayaan 95% diperoleh hasil bahwa β > 3 sehingga pola
pertumbuhan ikan kembung lelaki jantan adalah allometrik positif.
26

Lampiran 5 (Lanjutan)
Berikut ini adalah hasil statistik yang diperoleh berdasarkan data panjang dan
bobot ikan kembung lelaki betina selama periode pengambilan contoh.
Koefisien Standar Deviasi
Perpotongan -5,5416 0,0915
Kemiringan 3,2318 0,0404
thit 5,7191
ttab 1,9679

Berdasarkan selang kepercayaan 95% diperoleh hasil bahwa β > 3 sehingga pola
pertumbuhan ikan kembung lelaki betina adalah allometrik positif.

Berikut ini adalah grafik yang pola pertumbuhan ikan kembung lelaki jantan
dan betina setiap bulan selama periode pengambilan contoh.
27

Lampiran 6 Sebaran frekuensi panjang setiap bulan ikan kembung lelaki


(Rastrelliger kanagurta) jantan dan betina di Teluk Palabuhanratu
28

Lampiran 7 Perhitungan ukuran pertama kali matang gonad ikan kembung lelaki
(Rastrelliger kanagurta) jantan dan betina di Teluk Palabuhanratu
1. Ukuran pertama kali matang gonad (Lm) jantan
SK Nt Xi Ni Nb Pi 1-Pi(Qi) x(i+1)-xi Pi*Qi Ni-1 Pi*Qi/Ni-1
30-39 34,5 1,5 1 0 0 1 0,111 0 33,5 0
40-49 44,5 1,6 29 0 0 1 0,088 0 43,5 0
50-59 54,5 1,7 10 0 0 1 0,073 0 53,5 0
60-69 64,5 1,8 1 0 0 1 0,063 0 63,5 0
70-79 74,5 1,9 1 0 0 1 0,055 0 73,5 0
80-89 84,5 1,9 0 0 0 1 0,049 0 83,5 0
90-99 94,5 2,0 0 0 0 1 0,044 0 93,5 0
100-109 104,5 2,0 0 0 0 1 0,040 0 103,5 0
110-119 114,5 2,1 3 0 0 1 0,036 0 113,5 0
120-129 124,5 2,1 33 0 0 1 0,034 0 123,5 0
130-139 134,5 2,1 54 0 0 1 0,031 0 133,5 0
140-149 144,5 2,2 46 0 0 1 0,029 0 143,5 0
150-159 154,5 2,2 9 0 0 1 0,027 0 153,5 0
160-169 164,5 2,2 8 0 0 1 0,026 0 163,5 0
170-179 174,5 2,2 16 0 0 1 0,024 0 173,5 0
180-189 184,5 2,3 22 3 0,136 0,864 0,023 0,118 183,5 0,0006
190-199 194,5 2,3 39 3 0,077 0,923 0,022 0,071 193,5 0,0004
200-209 204,5 2,3 52 4 0,077 0,923 0,021 0,071 203,5 0,0003
210-219 214,5 2,3 73 6 0,082 0,918 0,020 0,075 213,5 0,0004
220-229 224,5 2,4 57 3 0,053 0,947 0,019 0,050 223,5 0,0002
230-239 234,5 2,4 30 3 0,1 0,9 0,018 0,09 233,5 0,0004
240-249 244,5 2,4 1 0 0 1 0,017 0 243,5 0
250-259 254,5 2,4 1 1 1 0 0,017 0 253,5 0
260-269 264,5 2,4 0 0 0 1 0,016 0 263,5 0
270-279 274,5 2,4 0 0 0 1 0,016 0 273,5 0
280-289 284,5 2,5 1 0 0 1 0,015 0 283,5 0
290-299 294,5 2,5 0 0 0 1 0 293,5 0
Jumlah 487 23 1,525 25,475 0,931 0,475 4414,5 2,3E-03
Rataan 18,0 0,9 0,056 0,944 0,036 0,018 163,5 8,6E-05
Keterangan: Ni = TKG 1-5, Nb = TKG 4
29

Lampiran 7 (Lanjutan)

2. Ukuran pertama kali matang gonad (Lm) betina


SK Nt Xi Ni Nb Pi 1-Pi(Qi) x(i+1)-xi Pi*Qi Ni-1 Pi*Qi/Ni-1
30-39 34,5 1,54 0 0 0 1 0,11 0 33,5 0
40-49 44,5 1,65 0 0 0 1 0,09 0 43,5 0
50-59 54,5 1,74 2 0 0 1 0,07 0 53,5 0
60-69 64,5 1,81 1 0 0 1 0,06 0 63,5 0
70-79 74,5 1,87 1 0 0 1 0,05 0 73,5 0
80-89 84,5 1,93 0 0 0 1 0,05 0 83,5 0
90-99 94,5 1,98 0 0 0 1 0,04 0 93,5 0
100-109 104,5 2,02 0 0 0 1 0,04 0 103,5 0
110-119 114,5 2,06 2 0 0 1 0,04 0 113,5 0
120-129 124,5 2,1 13 0 0 1 0,03 0 123,5 0
130-139 134,5 2,13 37 0 0 1 0,03 0 133,5 0
140-149 144,5 2,16 29 0 0 1 0,03 0 143,5 0
150-159 154,5 2,19 14 0 0 1 0,03 0 153,5 0
160-169 164,5 2,22 4 0 0 1 0,03 0 163,5 0
170-179 174,5 2,24 7 1 0,143 0,857 0,024 0,122 173,5 0,001
180-189 184,5 2,27 7 2 0,286 0,714 0,023 0,204 183,5 0,001
190-199 194,5 2,29 17 5 0,294 0,706 0,022 0,208 193,5 0,001
200-209 204,5 2,31 44 18 0,409 0,591 0,021 0,242 203,5 0,001
210-219 214,5 2,33 40 10 0,25 0,75 0,02 0,188 213,5 0,001
220-229 224,5 2,35 54 16 0,296 0,704 0,019 0,209 223,5 0,001
230-239 234,5 2,37 20 7 0,35 0,65 0,018 0,228 233,5 0,001
240-249 244,5 2,39 7 3 0,429 0,571 0,017 0,245 243,5 0,001
250-259 254,5 2,41 0 0 0 1 0,02 0 253,5 0
260-269 264,5 2,42 0 0 0 1 0,02 0 263,5 0
270-279 274,5 2,44 0 0 0 1 0,02 0 273,5 0
280-289 284,5 2,45 0 0 0 1 0,02 0 283,5 0
290-299 294,5 2,47 2 0 0 1 0 293,5 0
Jumlah 301 0 2,457 24,54 0,931 1,644 4414,5 0,0079
Rataan 11,15 2,3 0,091 0,91 0,035 0,06 163,5 0,0003
Keterangan: Ni = TKG 1-5, Nb = TKG 4
30

Lampiran 8 Perhitungan ukuran pertama kali tertangkap ikan kembung lelaki


(Rastrelliger kanagurta) jantan dan betina di Teluk Palabuhanratu
1. Ukuran pertama kali tertangkap (Lc) ikan kembung lelaki jantan
Selang Jumlah
Nilai Frekuensi Ln((1/SLc)-
kelas ikan SLc SL
tengah (xi) relatif 1)
(ni)
30-39 34,5 1 0,0021 0,0021 6,1862 0,0072
40-49 44,5 29 0,0595 0,0616 2,7235 0,0110
50-59 54,5 10 0,0205 0,0821 2,4137 0,0167
60-69 64,5 1 0,0021 0,0842 2,3867 0,0253
70-79 74,5 1 0,0021 0,0862 2,3604 0,0381
80-89 84,5 0 0,0000 0,0862 2,3604 0,0571
90-99 94,5 0 0,0000 0,0862 2,3604 0,0848
100-109 104,5 0 0,0000 0,0862 2,3604 0,1241
110-119 114,5 3 0,0062 0,0924 2,2846 0,1781
120-129 124,5 33 0,0678 0,1602 1,6570 0,2489
130-139 134,5 54 0,1109 0,2710 0,9893 0,3364
140-149 144,5 46 0,0945 0,3655 0,5516 0,4367
150-159 154,5 9 0,0185 0,3840 0,4727 0,5424
160-169 164,5 8 0,0164 0,4004 0,4038 0,6445
170-179 174,5 16 0,0329 0,4333 0,2685 0,7349
180-189 184,5 22 0,0452 0,4784 0,0863 0,8091
190-199 194,5 39 0,0801 0,5585 -0,2352 0,8663
200-209 204,5 52 0,1068 0,6653 -0,6870 0,9084
210-219 214,5 72 0,1478 0,8131 -1,4706 0,9381
220-229 224,5 57 0,1170 0,9302 -2,5895 0,9586
230-239 234,5 31 0,0637 0,9938 -5,0835 0,9726
240-249 244,5 1 0,0021 0,9959 -5,4910 0,9819
250-259 254,5 1 0,0021 0,9979 -6,1862 0,9881
260-269 264,5 0 0,0000 0,9979 -6,1862 0,9922
270-279 274,5 0 0,0000 0,9979 -6,1862 0,9949
280-289 284,5 1 0,0021 1,0000 0,0000 0,9966
290-299 294,5 0 0,0000 1,0000 0,0000 0,9978
300-309 304,5 0 0,0000 1,0000 0,0000 0,9986
Jumlah 487

Jantan
a 6,3920
b -0,0425
Lc 150,51
31

Lampiran 8 (Lanjutan)

2. Ukuran pertama kali tertangkap (Lc) ikan kembung lelaki betina


Selang Nilai
Jumlah Frekuensi Ln((1/SLc)-
kelas tengah SLc SL
ikan (ni) relatif 1)
(xi)
30-39 34,5 0 0,0000 0,0000 0,0000 0,0010
40-49 44,5 0 0,0000 0,0000 0,0000 0,0017
50-59 54,5 2 0,0066 0,0066 5,0073 0,0027
60-69 64,5 1 0,0033 0,0100 4,5985 0,0045
70-79 74,5 1 0,0033 0,0133 4,3074 0,0073
80-89 84,5 0 0,0000 0,0133 4,3074 0,0118
90-99 94,5 0 0,0000 0,0133 4,3074 0,0191
100-109 104,5 0 0,0000 0,0133 4,3074 0,0308
110-119 114,5 2 0,0066 0,0199 3,8952 0,0493
120-129 124,5 13 0,0432 0,0631 2,6975 0,0780
130-139 134,5 37 0,1229 0,1860 1,4759 0,1213
140-149 144,5 29 0,0963 0,2824 0,9326 0,1838
150-159 154,5 14 0,0465 0,3289 0,7131 0,2687
160-169 164,5 4 0,0133 0,3422 0,6535 0,3747
170-179 174,5 7 0,0233 0,3654 0,5518 0,4943
180-189 184,5 7 0,0233 0,3887 0,4528 0,6146
190-199 194,5 17 0,0565 0,4452 0,2202 0,7223
200-209 204,5 43 0,1429 0,5880 -0,3559 0,8093
210-219 214,5 37 0,1229 0,7110 -0,9001 0,8738
220-229 224,5 58 0,1927 0,9037 -2,2385 0,9186
230-239 234,5 20 0,0664 0,9701 -3,4795 0,9485
240-249 244,5 7 0,0233 0,9934 -5,0073 0,9678
250-259 254,5 0 0,0000 0,9934 -5,0073 0,9800
260-269 264,5 0 0,0000 0,9934 -5,0073 0,9876
270-279 274,5 0 0,0000 0,9934 -5,0073 0,9924
280-289 284,5 0 0,0000 0,9934 -5,0073 0,9953
290-299 294,5 2 0,0066 1,0000 0,0000 0,9971
300-309 304,5 0 0,0000 1,0000 0,0000 0,9982
Jumlah 301

Betina
a 8,5596
b -0,0489
Lc 175,01
32

Lampiran 9 Perhitungan mortalitas ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)


betina dan jantan di Teluk Palabuhanratu
1. Pendugaan mortalitas ikan kembung lelaki jantan
SB SA C (L1,L2) t(L1) ∆t t(L1/L20/2 Ln((C(L1,L2)/∆t)
30 39 1 0,6000 0,0881 0,6438 2,4289
40 49 29 0,6980 0,0903 0,7429 5,7714
50 59 10 0,7985 0,0927 0,8446 4,6813
60 69 1 0,9016 0,0951 0,9489 2,3527
70 79 1 1,0074 0,0977 1,0560 2,3259
80 89 0 1,1162 0,1004 1,1660 0,0000
90 99 0 1,2279 0,1033 1,2792 0,0000
100 109 0 1,3428 0,1064 1,3957 0,0000
110 119 3 1,4612 0,1096 1,5156 3,3096
120 129 33 1,5832 0,1130 1,6393 5,6765
130 139 54 1,7089 0,1167 1,7669 6,1371
140 149 46 1,8388 0,1206 1,8987 5,9438
150 159 9 1,9731 0,1248 2,0350 4,2783
160 169 8 2,1120 0,1293 2,1761 4,1253
170 179 16 2,2559 0,1341 2,3224 4,7818
180 189 22 2,4051 0,1393 2,4742 5,0623
190 199 39 2,5602 0,1449 2,6320 5,5954
200 209 52 2,7215 0,1510 2,7963 5,8420
210 219 71 2,8896 0,1576 2,9676 6,1106
220 229 58 3,0651 0,1648 3,1466 5,8636
230 239 31 3,2486 0,1727 3,3340 5,1903
240 249 1 3,4409 0,1814 3,5306 1,7071
250 259 1 3,6430 0,1910 3,7374 1,6554
260 269 0 3,8558 0,2017 3,9554 0,0000
270 279 0 4,0806 0,2137 4,1860 0,0000
280 289 1 4,3188 0,2272 4,4307 1,4820
290 299 0 4,5720 0,2425 4,6914 0,0000
300 309 0 4,8424 0,2600 4,9703 0,0000

Parameter
a 9,58
b -1,25
Z 1,25
M 0,25
F 1,00
E 0,80
33

Lampiran 9 (Lanjutan)

2. Pendugaan mortalitas ikan kembung lelaki betina


SB SA C (L1,L2) t(L1) ∆t t(L1/L2)/2 Ln((C(L1,L2)/∆t)
30 39 39 0,6000 0,0881 0,6438 0,0000
40 49 49 0,6980 0,0903 0,7429 0,0000
50 59 59 0,7985 0,0927 0,8446 3,0719
60 69 69 0,9016 0,0951 0,9489 2,3527
70 79 79 1,0074 0,0977 1,0560 2,3259
80 89 89 1,1162 0,1004 1,1660 0,0000
90 99 99 1,2279 0,1033 1,2792 0,0000
100 109 109 1,3428 0,1064 1,3957 0,0000
110 119 119 1,4612 0,1096 1,5156 2,9041
120 129 129 1,5832 0,1130 1,6393 4,7450
130 139 139 1,7089 0,1167 1,7669 5,7590
140 149 149 1,8388 0,1206 1,8987 5,4825
150 159 159 1,9731 0,1248 2,0350 4,7202
160 169 169 2,1120 0,1293 2,1761 3,4321
170 179 179 2,2559 0,1341 2,3224 3,9551
180 189 189 2,4051 0,1393 2,4742 3,9172
190 199 199 2,5602 0,1449 2,6320 4,7650
200 209 209 2,7215 0,1510 2,7963 5,6519
210 219 219 2,8896 0,1576 2,9676 5,4314
220 229 229 3,0651 0,1648 3,1466 5,8636
230 239 239 3,2486 0,1727 3,3340 4,8008
240 249 249 3,4409 0,1814 3,5306 3,6530
250 259 259 3,6430 0,1910 3,7374 0,0000
260 269 269 3,8558 0,2017 3,9554 0,0000
270 279 279 4,0806 0,2137 4,1860 0,0000
280 289 289 4,3188 0,2272 4,4307 0,0000
290 299 299 4,5720 0,2425 4,6914 2,1099
300 309 309 4,8424 0,2600 4,9703 0,0000

Parameter
a 8,97
b -1,29
Z 1,29
M 0,28
F 1,01
E 0,79
34

Lampiran 10 Standarisasi alat tangkap ikan kembung (Rastrelliger spp.) di Teluk


Palabuhanratu
Trammelnet
Tahun C Total f Total C Kembung Proporsi f Kembung
2009 138979 2003 0 0 0
2010 1182 1325 0 0 0
2011 2742 414 0 0 0
2012 6574 768 0 0 0
2013 5744 856 0 0 0
2014 3133 2687 0 0 0
2015 15219 2899 44 0,0029 8,38
2016 22505 2680 3203 0,1423 381,43
2017 24339 3694 3781 0,1553 573,85
∑ 7028 963,66

Rampus
Tahun C Total f Total C Kembung Proporsi f Kembung
2009 518742 3366 0 0 0
2010 5425 1272 0 0 0
2011 58824 529 0 0 0
2012 38241 1273 2751 0,0719 91,58
2013 16505 1008 96 0,0058 5,86
2014 12368 2377 2418 0,1955 464,71
2015 30007 4867 428 0,0143 69,42
2016 28571 3964 2719 0,0952 377,24
2017 29581 73 3506 0,1185 8,65
∑ 11918 1017,47

Payang
Tahun C Total f Total C Kembung Proporsi f Kembung
2009 212112 4958 2865 0,0135 66,97
2010 504323 2945 234 0,0005 1,34
2011 816725 2461 6595 0,0081 19,87
2012 465061 1293 701 0,0015 1,95
2013 246031 2538 680 0,0028 7,01
2014 265098 3033 140 0,0005 1,6
2015 314328 3493 1288 0,0041 14,31
2016 67618 1143 0 0 0
2017 414571 24 2121 0,0051 0,12
∑ 14624 113,21

C Kembung
Proporsi = f Kembung = Proporsi × f Total
C Total
35

Lampiran 10 (Lanjutan)

Bagan
Tahun C Total f Total C Kembung Proporsi f Kembung
2009 75056 103 0 0 0
2010 2387 12 438 0,1835 2,20
2011 0 7 0 0 0
2012 470 0 0 0 0
2013 5296 0 1333 0,2517 0
2014 12564 0 88 0,0070 0
2015 0 0 0 0 0
2016 0 0 0 0 0
2017 0 0 0 0 0
∑ 1859 2,20

Purse Seine 5-10 GT


Tahun C Total f Total C Kembung Proporsi f Kembung
2009 2093 0 165 0,0788 0
2010 0 3 0 0 0
2011 0 0 0 0 0
2012 1232 2 382 0,3101 0,62
2013 39000 42 7123 0,1826 7,67
2014 4445 0 1013 0,2279 0
2015 37688 38 3598 0,0955 3,63
2016 0 0 0 0 0
2017 0 0 0 0 0
∑ 12281 11,92

Purse Seine 10-20 GT


Tahun C Total f Total C Kembung Proporsi f Kembung
2009 0 0 0 0 0
2010 7549 11 2371 0,3141 3,46
2011 4953 5 3702 0,7474 3,74
2012 17386 28 7957 0,4577 12,81
2013 0 0 0 0 0
2014 0 0 0 0 0
2015 0 0 0 0 0
2016 0 0 0 0 0
2017 7995 0 1245 0,1557 0
∑ 15275 20,01
36

Lampiran 10 (Lanjutan)

Purse Seine 20-30 GT


Tahun C Total E Total C Kembung C Proporsi E Proporsi
2009 148812 56 20610 0,138 7,76
2010 8961 19 2735 0,305 5,79
2011 11570 14 2506 0,217 3,03
2012 40376 8 2058 0,051 0,41
2013 0 0 0 0 0
2014 0 0 0 0 0
2015 0 0 0 0 0
2016 0 0 0 0 0
2017 0 0 0 0 0
∑ 27909 16,99

Pancing Ulur
Tahun C Total E Total C Kembung C Proporsi E Proporsi
2009 68427 7249 0 0 0
2010 39036 4197 0 0 0
2011 137094 6377 0 0 0
2012 164845 5528 948 0,0058 31,79
2013 81228 6238 0 0 0
2014 60541 7963 0 0 0
2015 85388 9703 0 0 0
2016 71430 7433 0 0 0
2017 44655 0 176 0,0039 0
∑ 1124 31,79

KM Bagan
Tahun C Total E Total C Kembung C Proporsi E Proporsi
2009 224497 1315 0 0 0
2010 73978 1440 789 0,01067 15,36
2011 0 675 0 0 0
2012 1334459 1333 0 0 0
2013 44078 1998 0 0 0
2014 418815 2507 0 0 0
2015 623313 2074 0 0 0
2016 430175 1363 565 0,00131 1,79
2017 576156 2460 3400 0,0059 14,52
∑ 4754 31,67
37

Lampiran 10 (Lanjutan)
Alat tangkap ∑ C (kg) ∑ F (trip) CPUE FPI
Tremmelnet 7028 963,66 7,29 0,00
Rampus 11918 1017,47 11,71 0,01
Payang 14624 113,21 129,18 0,08
Bagan 1859 2,20 844,26 0,51
Purse seine 5-10 GT 12281 11,92 1030,39 0,63
Purse seine 10-20 GT 15275 20,01 763,49 0,46
Purse seine 20-30 GT 27909 16,99 1642,20 1,00
Pancing ulur 1124 31,79 35,36 0,02
KM Bagan 4754 31,67 150,13 0,09
Keterangan:
∑ C = Hasil tangkapan kembung per alat tangkap;
∑ F = Upaya penangkapan per alat tangkap

Lampiran 11 Nilai CPUE ikan kembung (Rastrelliger spp.) di Teluk Palabuhanratu


Tahun ∑ C (ton) ∑ E (trip) CPUE ln CPUE
2009 23,6400 74,7236 0,32 -1,15
2010 6,5670 28,1804 0,23 -1,46
2011 12,8030 26,6419 0,48 -0,73
2012 14,7970 139,1600 0,11 -2,24
2013 9,2320 20,5486 0,45 -0,80
2014 3,6590 466,3160 0,01 -4,85
2015 5,3580 95,7418 0,06 -2,88
2016 6,4870 760,4580 0,01 -4,76
2017 14,2290 597,1450 0,02 -3,74
Keterangan:
∑ C = Hasil tangkapan seluruh alat tangkap
∑ E = Upaya penangkapan seluruh alat tangkap

SCAEFER FOX
a 0,3068 a -1,2533
b -0,0005 b -0,0051
R^2 0,5363 R^2 0,7986
MSY 48,1467 MSY 20,4747
Fmsy 313,7923 Fmsy 194,8957
TAC 38,5173 TAC 16,3797
38

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sragen, Jawa Tengah pada


tanggal 04 April 1996 dari ayah Sumarno dan ibu Dwi
Astuti. Penulis adalah putri sulung dari tiga bersaudara.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah
SD Negeri Cikupa 1 (2002-2008), SMP Negeri 1 Cikupa
(2008-2011), dan SMA Negeri 3 Kabupaten Tangerang
(2011-2014). Pada tahun 2014 penulis diterima di Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) sebagai mahasiswa
di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif dalam kegiatan Gugus
Disiplin Asrama TPB IPB, mengikuti seminar, kepanitiaan, dan organisasi
kemahasiswaan Fakultas maupun Keluarga Mahasiswa (KM) IPB, diantaranya
sebagai Perangkat Pemilihan Raya Ketua BEM FPIK IPB 2015-2017, Dewan
Perwakilan Mahasiswa FPIK IPB 2015-2017, Majelis Permusyawaratan
Mahasiswa KM IPB 2017, dan Dewan Perwakilan Mahasiswa KM IPB 2017.
Penulis juga berkesempatan menjadi asisten praktikum Pendidikan Agama Islam
IPB.
Penulis melaksanakan pengabdian masyarakat dalam kegiatan IPB Goes To
Field pada 18 Juli hingga 6 Agustus 2016 di SPR Peternakan Kebumen, Jawa
Tengah. Penulis juga telah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Tematik FPIK IPB
2017 di Desa Sumberjaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten pada
tanggal 17 Juli hingga 11 Agustus 2017. Hasil penelitian ini dengan judul
“Dinamika Populasi Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta Cuvier, 1817)
di Teluk Palabuhanratu, Jawa Barat” dan “Analisis Frekuensi Panjang dan
Hubungan Panjang Berat Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta Cuvier,
1817) di Teluk Palabuhanratu” sudah disajikan pada Seminar Nasional Tahunan
XV Hasil Perikanan dan Kelautan 2018, Yogyakarta pada tanggal 28 Juli 2018.

Anda mungkin juga menyukai