Anda di halaman 1dari 63

STATUS STOK SUMBERDAYA IKAN KEMBUNG LELAKI

(Rastrelliger kanagurta Cuvier, 1817)


DI PERAIRAN SELAT SUNDA

MUHAMMAD SYAHLI INDRA MULIA NUSANTARA SIREGAR

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN


SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Status Stok
Sumberdaya Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanaguta Cuvier, 1817) di
Perairan Selat Sunda adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Mei 2015

Muhammad Syahli IMNS


NIM C24110031

ABSTRAK
MUHAMMAD SYAHLI INDRA MULIA NUSANTARA SIREGAR. Status
Stok Sumberdaya Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta Cuvier, 1817) di
Perairan Selat Sunda.
Dibimbing oleh RAHMAT KURNIA dan
MENNOFATRIA BOER.
Ikan kembung lelaki merupakan salah satu ikan pelagis kecil yang
bernilai ekonomis. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan status stok dan
memberikan saran pengelolaan sumberdaya ikan kembung lelaki (Rastralliger
kanagurta) yang tepat dan berkelanjutan di Perairan Selat Sunda berdasarkan data
hasil tangkapan nelayan yang didaratkan di PPP Labuan, Banten. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Mei hingga Oktober 2014. Total ikan yang diambil selama
penelitian mencapai 480 individu. Pola pertumbuhan ikan kembung lelaki betina
di Perairan Selat Sunda bersifat isometrik dan allometrik negatif untuk jantan.
Hasil tangkapan maksimum lestari dan upaya optimum, masing-masing 571 ton
per tahun dan 1 010 trip per tahun. Tingkat eksploitasi melebihi tingkat optimal
sebesar 0.5 sehingga diduga ikan kembung lelaki di Perairan Selat Sunda telah
mengalami tangkap lebih. Pengelolaan yang dapat dilakukan adalah pengaturan
upaya penangkapan, musim penangkapan, dan ukuran mata jaring.
Kata Kunci: Ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta), laju penangkapan,
model produksi surplus, pertumbuhan, dan Selat Sunda.

ABSTRACT
MUHAMMAD SYAHLI INDRA MULIA NUSANTARA SIREGAR. Stock
Status of Indian Mackerel (Rastrelliger kanagurta Cuvier, 1817) in The Sunda
Strait. Supervised by RAHMAT KURNIA and MENNOFATRIA BOER.
Indian Mackerel (Rastrelliger kanagurta) is one of small pelagic fish that
has a economic value. The purpose of this research was to determine the status of
stocks and suggest management of Indian Mackerel (Rastrelliger kanagurta) and
sustainability in the Sunda Strait based on catch data by fisherman landed on PPP
Labuan, Banten. The research was conducted from May 2014 till October 2014.
Total fishes that were caught is 480 individuals. The growth pattern of female
Indian Mackerel is isometric and negative allometric for male Indian Mackerel.
The amount of Maximum Sustainable Yield (MSY) and optimum efforts, 571
tonnes per year and the 1 010 trip per year. Exploitation rate was exceeded the
optimum level is 0.5, implied that the Indian Mackerel fishery of Sunda Strait has
been overfished. Management process that can be conducted is to regulate the
fishing effort, fishing season, and mesh size.
Keyword: Exploitation rate, growth, Indian Mackerel (Rastrelliger kanagurta),
Sunda Strait, and Surplus Production model.

STATUS STOK SUMBERDAYA IKAN KEMBUNG LELAKI


(Rastrelliger kanagurta Cuvier, 1817)
DI PERAIRAN SELAT SUNDA

MUHAMMAD SYAHLI INDRA MULIA NUSANTARA SIREGAR

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi

: Status Stok Sumberdaya Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang atas berkat
rahmat serta karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Status Stok Sumberdaya Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta
Cuvier, 1817) di Perairan Selat Sunda. Skripsi ini disusun dan diajukan sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1 Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh
studi di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan.
2 Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
atas biaya penelitian melalui Biaya Operasional Perguruan Tinggi Negeri
(BOPTN), Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), DIPA IPB Tahun
Ajaran 2014, kode Mak: 2013.089.521219, Penelitian Dasar untuk Bagian,
Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitan dan Pengabdian
kepada Masyarakat, IPB dengan judul Dinamika Populasi dan Biologi
Reproduksi Beberapa Ikan Ekologis dan Ekonomis Penting di Perairan Selat
Sunda, Provinsi Banten yang dilaksanakan oleh Prof Dr Ir Mennofatria Boer,
DEA (sebagai ketua peneliti) dan Dr Ir Rahmat Kurnia, MSi (sebagai anggota
peneliti).
5 Ir Agustinus M Samosir, MPhil selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberi saran selama perkuliahan.
4 Dr Ir Rahmat Kurnia, MSi dan Prof Dr Ir Mennofatria Boer, DEA selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan masukan dan arahan dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5 Inna Puspa Ayu, SPi MSi selaku Komisi Pendidikan Program S1 dan Dr Ir Etty
Riani, MS selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan dan masukan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
6 Keluarga, Ayah (Syahgol Muhammad Jahin Siregar), Mamah (Lia Ellya), Adik
(Ilham Ramadan Pandu Setia Negara Siregar) atas kasih sayang, doa, dan
dukungan baik secara moral ataupun material.
7 Qurotu Aini atas bantuannya dalam penyusunan skripsi ini.
8 Keluarga besar MSP angkatan 48 dan teman-teman semuanya.
9. Staf TU MSP Mbak Widar, Mang Yunus, Mbak Yani, Mbak Nur, Mas Alya,
Bapak Suminta, dan Bapak Una.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2015

Muhammad Syahli IMNS

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Pengumpulan Data
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

x
xi
xii
xiii
1
1
1
2
2
2
3
4
13
13
25
29
30
33
51

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8

Penentuan TKG secara morfologi (Cassie 1956 in Effendie 2002)


Rasio kelamin ikan kembung lelaki pada setiap pengambilan contoh
Sebaran kelompok umur ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)
betina dan jantan
Parameter pertumbuhan ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)
berdasarkan model Von Bertalanffy
Mortalitas dan laju eksploitasi ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta)
Hasil tangkapan (ton) dan upaya penangkapan (trip)
Perbandingan parameter pertumbuhan ikan kembung lelaki
(Rastrelliger kanagurta)
Perbandingan laju mortalitas dan eksploitasi ikan kembung lelaki
(Rastrelliger kanagurta)

6
14
19
22
24
24
27
28

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Daerah penangkapan ikan kembung lelaki (Rastralliger kanagurta) di


Perairan Selat Sunda
Panjang total ikan kembung lelaki (Rastralliger kanagurta)
Hasil tangkapan per jenis ikan di Kabupaten Pandeglang
(DKP Kabupaten Pandeglang 2013)
Alat tangkap Pukat Cincin
Hubungan panjang bobot ikan kembung lelaki (Rastralliger
kanagurta) betina
Hubungan panjang bobot ikan kembung lelaki (Rastralliger
kanagurta) jantan
Tingkat kematangan gonad ikan kembung lelaki (Rastralliger
kanagurta) betina
Tingkat kematangan gonad ikan kembung lelaki (Rastralliger
kanagurta) jantan
Faktor kondisi rata-rata ikan kembung lelaki (Rastralliger kanagurta)
betina
Faktor kondisi rata-rata ikan kembung lelaki (Rastralliger kanagurta)
jantan
Hubungan fekunditas dengan panjang ikan kembung lelaki
(Rastralliger kanagurta)
Hubungan fekunditas dengan bobot ikan kembung lelaki
(Rastralliger kanagurta)
Diameter telur ikan kembung lelaki (Rastralliger kanagurta)
Sebaran frekuensi panjang ikan kembung lelaki (Rastralliger
kanagurta)
Pergeseran modus frekuensi panjang ikan kembung lelaki
(Rastralliger kanagurta) betina
Pergeseran modus frekuensi panjang ikan kembung lelaki
(Rastralliger kanagurta) jantan
Kurva pertumbuhan Von Bertalanffy ikan kembung lelaki
(Rastralliger kanagurta) betina
Kurva pertumbuhan Von Bertalanffy ikan kembung lelaki
(Rastralliger kanagurta) jantan
Komposisi makanan ikan kembung lelaki (Rastralliger kanagurta)
betina
Komposisi makanan ikan kembung lelaki (Rastralliger kanagurta)
jantan
Model produksi surplus dengan pendekatan model Schaefer

2
3
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
17
18
20
21
22
22
23
23
25

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Proses penentuan laju mortalitas total (Z) melalui kurva yang


dilinerakan berdasarkan data panjang
Hubungan panjang bobot ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta)
Tingkat kematangan gonad dan nisbah kelamin ikan kembung lelaki
(Rastrelliger kanagurta)
Ukuran pertama kali ikan matang gonad
Ukuran pertama kali ikan tertangkap
Fekunditas ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)
Sebaran frekuensi panjang ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta)
Sebaran kelompok umur ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)
Model Ford-Walford ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)
Kebiasaan makan ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)
Mortalitas dan laju eksploitasi ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta)
Standarisasi alat tangkap
Pengelolaan ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)
Uji nilai dua b

33
35
35
37
39
41
42
43
44
44
46
48
49
50

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Labuan, Banten merupakan salah satu


lokasi pendaratan ikan yang sangat potensial di daerah Banten. PPP Labuan
merupakan lokasi pendaratan ikanikan yang ditangkap di Perairan Selat Sunda
dan sekitarnya. Peningkatan upaya penangkapan diduga dapat menyebabkan
pengurangan stok perikanan di Perairan Selat Sunda. Pengurangan stok perikanan
diduga dapat mengakibatkan penurunan hasil tangkapan ikan di PPP Labuan.
Ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) merupakan salah satu ikan
bernilai ekonomis yang didaratkan di PPP Labuan. Ikan kembung lelaki memiliki
nama lokal ikan kembung kedongkor. Ikan ini memiliki harga yang relatif
terjangkau dan kandungan gizi yang cukup tinggi.
Permintaan konsumen terhadap ikan kembung lelaki sangat tinggi.
Permintaan yang tinggi ini menyebabkan peningkatan upaya penangkapan oleh
nelayan. Tangkap lebih diduga disebabkan oleh aktivitas penangkapan nelayan
dalam memenuhi permintaan konsumen. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis
status stok dari ikan kembung lelaki agar dapat melakukan pengelolaan yang tepat
dan berkelanjutan.

Perumusan Masalah

Sumberdaya perikanan bersifat milik bersama sehingga pemanfaatannya


dilakukan secara bersama oleh lebih dari satu orang dalam satuan ekonomi
(Hardin 1968). Sumberdaya ikan bersifat terbatas sedangkan ikan yang ditangkap
setiap hari berbeda-beda. Keterbatasan sumberdaya menyebabkan prilaku nelayan
yang menangkap ikan sebanyakbanyaknya.
Penangkapan berlebih menyebabkan turunnya produksi perikanan
(DKP Pandeglang 2013). Permasalahan yang sering dihadapi dalam melakukan
pengelolaan terhadap ikan pelagis kecil, seperti ikan kembung lelaki adalah
keterbatasan data dan pengelolaan data yang kurang baik. Oleh karena itu,
pengelolaan dilakukan agar menjamin sumberdaya dapat dimanfaatkan secara
tepat dan berkelanjutan.
Informasi yang diperlukan untuk studi status stok ikan kembung lelaki
adalah sebaran kelompok umur, pola pertumbuhan, tingkat kematangan gonad
(TKG), panjang pertama kali matang gonad dan tertangkap, fekunditas, kebiasaan
makanan, dan laju mortalitas yang didapat dari data primer. Informasi tangkapan
maksimum lestari (MSY), serta upaya penangkapan optimum didapat dari data
sekunder. Informasi tersebut digunakan untuk menentukan jumlah tangkapan
yang tepat dan lestari. Informasi tersebut diharapkan berguna bagi rencana
pengelolaan sumberdaya ikan kembung lelaki yang tepat dan berkelanjutan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan status stok dan memberikan


saran pengelolaan terhadap sumberdaya ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) yang tepat dan berkelanjutan di Perairan Selat Sunda berdasarkan hasil
tangkapan nelayan yang didaratkan di PPP Labuan, Banten.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di PPP Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi
Banten. Pengambilan contoh dilakukan selama periode bulan gelap sehingga hasil
tangkapan akan cenderung meningkat (Akyol 2013). Ikan cenderung bersifat
fototaksis positif. Hal tersebut menyebabkan ikan cenderung menghampiri
sumber cahaya yang berasal dari kapal nelayan (Marchesan et al. 2005).
Ikan contoh yang diperoleh merupakan hasil tangkapan nelayan dari
Perairan Selat Sunda yang didaratkan di PPP Labuan, Banten. Pengambilan data
primer dilaksanakan pada bulan Mei 2014 hingga Oktober 2014 dengan selang
waktu pengambilan contoh satu bulan. Pengumpulan data sekunder dilakukan
pada bulan Oktober 2014. Analisis ikan contoh dilakukan di Laboratorium
Biologi Perikanan, Bagian Manajemen Sumberdaya Perikanan, Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor. Lokasi penelitian dan daerah penangkapan ikan kembung lelaki
(Rastralliger kanagurta) di Perairan Selat Sunda disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Daerah penangkapan ikan kembung lelaki (Rastralliger kanagurta) di


Perairan Selat Sunda

Pengumpulan Data

Ikan kembung lelaki merupakan ikan pelagis kecil yang hidup


berkelompok, melakukan migrasi, dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Ikan
ini memiliki tanda yaitu totol hitam di daerah punggung. Menurut Saanin (1968)
klasifikasi ikan kembung lelaki sebagai berikut:
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Actinopterygii
Ordo
: Perciformes
Famili
: Scombridae
Genus
: Rastrelliger
Spesies
: Rastrelliger kanagurta (Cuvier 1817)
Nama umum : Indian Mackerel
Nama lokal : Kembung lelaki, Banyar, Como-como, Kedongkor
Data yang dikumpulkan adalah panjang, bobot, jenis kelamin, tingkat
kematangan gonad, fekunditas, dan kebiasaan makanan ikan. Data primer
diperoleh dengan metode Penarikan Contoh Acak Sederhana (PCAS).
Pengambilan ikan contoh dilakukan dengan cara mengambil ikan dalam suatu
gentong yang meliputi ikan yang berukuran kecil, sedang, dan besar. Ikan contoh
yang diambil lebih kurang 100 individu tergantung kelimpahan ikan. Selang
waktu pengambilan contoh adalah 30 hari.
Ikan contoh yang diambil diukur panjang total dan ditimbang bobot basah
di lokasi pelelangan. Pengukuran panjang total ikan dimulai dari ujung mulut (a)
hingga ujung ekor (b) dengan menggunakan penggaris (skala terkecil 1 mm).
Pengukuran panjang total ikan kembung lelaki (Rastralliger kanagurta) disajikan
pada Gambar 2. Penimbangan bobot basah ikan menggunakan timbangan
(skala terkecil 10 gram). Ikan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam cool box
untuk dianalisis jenis kelamin, tingkat kematangan gonad (TKG), fekunditas, dan
kebiasaan makan di Laboratorium.

Gambar 2 Panjang total ikan kembung lelaki (Rastralliger kanagurta)

Jenis kelamin ikan ditentukan dengan pengamatan gonad secara


morfologi setelah ikan dibedah. Penimbangan bobot gonad ikan menggunakan
timbangan digital (skala terkecil 0.0001 gram). Penentuan TKG dan fekunditas
secara morfologi berdasarkan Cassie (1956) in Effendie (2002). Data sekunder
yang dikumpulkan meliputi data produksi hasil tangkapan dan upaya penangkapan
ikan kembung lelaki yang didaratkan di PPP Labuan, Banten.

Analisis Data

Rasio kelamin
Rasio kelamin digunakan untuk melihat perbandingan jenis kelamin ikan
yang ada di perairan. Konsep rasio adalah proporsi populasi tertentu terhadap
total populasi (Walpole 1993).
(1)
p adalah proporsi kelamin (jantan atau betina), n adalah jumlah jenis ikan betina
atau jantan, dan N adalah jumlah total ikan betina dan jantan contoh (individu).
Uji khi-kuadrat (Chi-square) digunakan untuk mengetahui keseimbangan
hubungan antara populasi betina dengan jantan dalam suatu populasi:
2 =

(2)

adalah nilai statistik khi-kuadrat untuk peubah acak yang sebaran penarikan
contoh mengikuti sebaran khi-kuadrat, oi adalah sebaran ikan betina dan jantan
yang diamati, dan ei adalah frekuensi harapan ikan betina dan jantan.

Hubungan panjang bobot


Model pertumbuhan diasumsikan mengikuti pola hukum kubik. Dua
parameter yang dijadikan analisis adalah panjang dan bobot. Analisis hubungan
panjang bobot menggunakan rumus sebagai berikut (Effendie 2002):
(3)
W adalah bobot (gram), L adalah panjang (mm), a dan b adalah koefisien
pertumbuhan bobot. Nilai a dan b diduga dari bentuk linier persamaan tiga, yaitu:
(4)
Parameter penduga a dan b diperoleh dengan analisis regresi dengan log W
sebagai Y dan log L sebagai X, sehingga diperoleh persamaan regresi:
(5)
sebagai model observasi dan

(6)
Konstanta b1 dan b0 diduga dengan:
(7)
dan
(8)
sedangkan a dan b diperoleh melalui hubungan a = 10bo dan b = b1.
Hubungan panjang dan bobot diketahui dari nilai konstanta b (sebagai
penduga tingkat kedekatan hubungan kedua parameter) yaitu dengan hipotesis:
1
Bila H0: b = 3, dikatakan memiliki hubungan isometrik (pola pertumbuhan
bobot sebanding pola pertumbuhan panjang).
2
Bila H0: b 3, dikatakan memiliki hubungan allometrik (pola pertumbuhan
bobot tidak sebanding pola pertumbuhan panjang).
Pola pertumbuhan allometrik ada dua macam yaitu allometrik positif dan
negatif. Pola pertumbuhan allometrik positif yaitu (b>3) yang berarti bahwa
pertumbuhan bobot lebih dominan dibandingkan dengan pertumbuhan panjang.
Pola pertumbuhan allometrik negatif (b<3) yang berarti bahwa pertumbuhan
panjang lebih dominan dibandingkan dengan pertumbuhan bobot. Selanjutnya
untuk menguji hipotesis tersebut digunakan statistik uji sebagai berikut:
(9)
adalah galat baku dugaan b yang diduga dengan:
(10)
Nilai thitung dibandingkan dengan nilai ttabel pada selang kepercayaan 95%.
thitung>ttabel, berarti tolak hipotesis nol (H0), pola pertumbuhan ikan kembung lelaki
adalah allometrik. thitung<ttabel, berarti gagal tolak atau terima hipotesis nol (H0),
pola pertumbuhan ikan kembung lelaki adalah isometrik (Walpole 1993).
Analisis perbedaan antara dua regresi digunakan untuk menguji kesamaan
dari dua nilai b, Hal ini untuk menentukan apakah kedua nilai b tersebut dapat
dianggap sebagai nilai dugaan yang sama. Dalam hal ini nilai t terdistribusi
sama seperti nilai t pada uji Tukey dengan n1 n2 4 merupakan derajat bebas
(Steel dan Torrie 1965).
(11)

Kuantitas b1 dan
merupakan koefisien regresi dan jumlah kuadrat
untuk x dari contoh pertama, dan sama untuk contoh kedua, dan
merupakan
estimasi terbaik dari variasi regresi (Steel dan Torrie 1965).

(12)

Faktor kondisi
Faktor kondisi (K) digunakan untuk mempelajari perkembangan gonad
ikan jantan maupun betina yang belum dan sudah matang gonad. Faktor kondisi
pada pertumbuhan ikan allometrik dicari dengan metode yang berbeda dari
pertumbuhan ikan isometrik (Effendie 2002).
a) Jika pertumbuhan ikan isometrik (b=3) maka model yang dipakai adalah:
(13)
b) Jika pertumbuhan yang ditemukan adalah model pertumbuhan allometrik
setelah dilakukan uji t, maka model yang dipakai adalah:
(14)
K adalah faktor kondisi, W adalah bobot tubuh ikan contoh (gram), L adalah
panjang total ikan contoh (mm), serta a dan b adalah konstanta.
Tingkat kematangan gonad
Jenis kelamin diduga berdasarkan pengamatan gonad ikan contoh.
Tingkat kematangan gonad (TKG) adalah tahap tertentu perkembangan gonad
sebelum dan sesudah ikan memijah (Effendie 2002). Penentuan TKG ikan
kembung lelaki secara morfologi menggunakan klasifikasi dari modifikasi Cassie
pada Tabel 1.
Tabel 1 Penentuan TKG secara morfologi (Cassie 1956 in Effendie 2002)
TKG
I
II

III

IV
V

Betina
Ovari seperti benang, panjangnya sampai ke
depan rongga tubuh, serta permukaannya licin.
Ukuran ovari lebih besar.
Warna ovari
kekuning-kuningan, dan telur belum terlihat
jelas.
Ovari berwarna kuning dan secara morfologi
telur mulai terlihat.
Ovari makin besar, telur berwarna kuning,
mudah dipisahkan.
Butir minyak tidak
tampak, mengisi 1/2-2/3 rongga perut.
Ovari berkerut, dinding tebal, butir telur sisa
terdapat didekat pelepasan.

Jantan
Testes seperti benang, warna jernih, dan
ujungnya terlihat di rongga tubuh.
Ukuran testes lebih besar. Warna ovari
seperti susu.
Permukaan testes tampak bergerigi,
warna makin putih dan ukuran makin
besar.
Dalam keadaan diawet mudah putus,
testes semakin pejal.
Testes bagian belakang kempis dan
dibagian dekat pelepasan masih berisi.

Ukuran pertama kali matang gonad


Metode yang digunakan untuk menduga ukuran rata-rata ikan kembung
lelaki pertama kali matang gonad adalah metode Spearman-Karber (Udupa 1986):
(15)
sehingga
Lm = antilog m

(16)

dan selang kepercayaan 95% bagi log m dibatasi sebagai:


(17)
m adalah log panjang ikan pada kematangan gonad pertama,
adalah log nilai
tengah kelas panjang yang terakhir ikan telah matang gonad,
adalah log
pertambahan panjang pada nilai tengah, pi adalah proporsi ikan matang gonad
pada kelas panjang ke-i dengan jumlah ikan pada selang panjang ke-i, ni adalah
jumlah ikan pada kelas panjang ke-i, qi adalah 1pi, dan Lm adalah panjang ikan
pertama kali matang gonad.
Ukuran pertama kali tertangkap
Ukuran pertama kali tertangkap (Lc) dihitung dengan metode kantung
berlapis (covered conden method). Hasil dari perhitungan tersebut membentuk
kurva ogif yang berbentuk sigmoid. Metode yang digunakan untuk menduga
ukuran pertama kali tertangkap adalah metode Beverton dan Holt (1957) in Sparre
dan Venema (1999) dengan formula:
(18)
SL adalah nilai estimasi, L adalah nilai tengah panjang kelas, S1 dan S2 adalah
konstanta.

Lc adalah panjang ikan pertama kali tertangkap, a dan b adalah konstanta.


Fekunditas
Fekunditas diasumsikan sebagai jumlah telur yang terdapat dalam ovari
ikan kembung lelaki betina yang telah mencapai TKG IV. Fekunditas ditentukan
dengan menggunakan metode gabungan antara metode gravimetrik dan
volumetrik (Effendie 1979).
(19)

F adalah fekunditas, G adalah berat gonad total setiap ikan (gram), V adalah
volume pengenceran (10 ml), X adalah jumlah butir telur yang ada dalam 10 ml,
dan Q adalah berat telur contoh (gram).
Fekunditas sering dihubungkan dengan panjang tubuh dibandingkan
dengan berat, karena penyusutan panjang relatif kecil sekali tidak seperti berat
yang dapat berkurang dengan mudah (Effendie 2002). Hubungan antara
fekunditas dengan panjang tubuh dapat digambarkan dengan persamaan sebagai
berikut.
(20)
F adalah fekunditas (butir), L adalah panjang total ikan (mm), a dan b adalah
konstanta. Nilai a dan b diduga dari persamaan di atas, yaitu:
(21)

Sebaran frekuensi panjang


Sebaran frekuensi panjang ditentukan menggunakan frekuensi ikan
kembung lelaki yang didaratkan di PPP Labuan, Banten. Analisis sebaran
frekuensi panjang dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1 Menentukan jumlah kelas panjang yang dibutuhkan.
2 Menentukan lebar selang kelas.
3 Menentukan kelas frekuensi dan memasukkan data panjang masing-masing
ikan contoh ke dalam selang kelas yang ditentukan.
Sebaran frekuensi panjang yang telah ditentukan dalam selang kelas
panjang yang sama akan diplotkan ke dalam sebuah grafik.
Grafik
menggambarkan kelimpahan ikan yang tertangkap berdasarkan kelas panjang dan
ukuran pertama kali matang gonad.
Identifikasi kelompok umur
Sebaran frekuensi panjang digunakan untuk menentukan kelompok
umur. Data panjang total ikan kembung lelaki dikelompokkan ke dalam beberapa
kelas panjang, sehingga kelas panjang ke-i memiliki frekuensi (fi). Pendugaan
kelompok umur dilakukan dengan analisis frekuensi panjang ikan menggunakan
metode NORMSEP (Normal Separation) menggunakan program (FISAT II,
FAO-ICLARM Stock Assesment Tool) untuk menentukan sebaran normal.
Menurut Boer (1996), fungsi objektif yang digunakan untuk menduga
adalah fungsi kemungkinan maksimum (maximum likelihood function):
(22)
fi adalah frekuensi ikan dalam kelas panjang ke-i (i = 1, 2, , N), j
adalah rata-rata panjang kelompok umur ke-j, j adalah simpangan baku panjang

kelompok umur ke-j, dan pj adalah proporsi ikan dalam kelompok umur ke-j
(j = 1, 2, , G)
qij dihitung dengan persamaan:
(23)
merupakan fungsi kepekatan sebaran normal dengan nilai tengah j dan
simpangan baku j, dan xi adalah titik tengah kelas panjang ke-i. Fungsi objektif
L ditentukan dengan cara mencari turunan pertama L masing-masing terhadap j,
j, pj sehingga diperoleh dugaan
dan yang akan digunakan untuk menduga
parameter pertumbuhan.
Pendugaan parameter pertumbuhan
Pertumbuhan dapat diestimasi menggunakan model pertumbuhan Von
Bertalanffy (Sparre danVenema 1999):
(24)
Pendugaan nilai koefisien pertumbuhan (k) dan L dilakukan dengan
menggunakan metode Ford Wallford yang diturunkan dari model Von
Bertalanffy, untuk t+1 persamaannya menjadi:
(25)
Lt+1 adalah panjang ikan pada saat umur t+1 (satuan waktu), L adalah panjang
maksimum secara teoritis (panjang asimtotik), k adalah koefisien pertumbuhan
(persatuan waktu), dan t0 adalah umur teoritis pada saat panjang ikan sama dengan
nol. Kedua rumus di atas disubstitusikan dan diperoleh persamaan:
(26)
(27)
Persamaan di atas dapat diduga dengan persamaan regresi linier y = b0 + b1x, jika
Lt sebagai absis (x) diplotkan terhadap Lt+1 sebagai ordinat (y), sehingga terbentuk
kemiringan (slope) sama dengan e-k dan titik potong dengan absis sama dengan
L[1 e-k]. Nilai k dan L diperoleh dengan cara:
(28)
(29)
Nilai t0 (umur teoritis ikan pada saat panjang sama dengan nol) diduga melalui
persamaan Pauly (1983) in Sparre dan Venema (1999):
(30)
L adalah panjang asimtotik ikan (mm), k adalah koefisien laju pertumbuhan
(mm/satuan waktu), dan t0 adalah umur ikan pada saat panjang ikan 0.

10

Kebiasaan makanan
Analisis kebiasaan makanan menggunakan indeks bagian terbesar menurut
Krebs (1989):

(31)
IP adalah indeks bagian terbesar, Vi adalah persentase volume makanan ke-i, dan Oi
adalah frekuensi kejadian makanan ke-i.
Luas relung makanan mengindikasikan bahwa jenis makanan yang
dikonsumsi oleh ikan beragam. Luas relung dihitung menggunakan rumus Krebs
(1989):

(32)
Bi adalah Lebar relung/luas relung ikan ke-i, dan Pij2 adalah jumlah kuadrat proporsi
spesies ke-i kelompok ikan ke-j.

(33)
Ba adalah Standarisasi Relung, Pij2 adalah kuadrat proporsi spesies ke-i kelompok
ikan ke-j , dan n adalah jumlah organisme pada selang yang akan dicari.
Tumpang tindih relung adalah penggunaan bersama suatu sumberdaya atau
lebih oleh dua spesies ikan atau lebih. Penentuan nilai tumpang tindih dengan
menggunakan rumus dari Krebs (1989):

(34)
CH adalah tingkat kesamaan jenis makanan, Pij adalah proporsi spesies ke-i kelompok
ikan ke-j, Pik adalah proporsi spesies ke-i kelompok ikan ke-k, Pij2 adalah kuadrat
proporsi spesies ke-i kelompok ikan ke-j, dan Pik2 adalah kuadrat proporsi spesies ke-i
kelompok ikan ke-k.
Pij (proporsi spesies ke-i kelompok ikan ke-j), dan Pik (proporsi spesies ke-i
kelompok ikan ke-j) didapat dengan rumus sebagai berikut.

(35)
(36)

Mortalitas dan laju eksploitasi


Laju mortalitas total (Z) diduga dengan kurva tangkapan yang dilinearkan
berdasarkan data komposisi panjang sedemikian sehingga diperoleh hubungan:
(37)

11

Persamaan di atas diduga melalui persamaan regresi linear sederhana y=b0+b1x


dengan y =
sebagai ordinat, x =
sebagai absis sehingga
didapatkan nilai Z = -b (Lampiran 1).
Laju mortalitas alami (M) diduga dengan menggunakan rumus empiris
Pauly (1980) in Sparre dan Venema (1999) sebagai berikut:
(38)
M adalah mortalitas alami, L adalah panjang asimtotik pada persamaan
pertumbuhan von Bertalanffy (mm), K adalah koefisien pertumbuhan pada
persamaan pertumbuhan von Bertalanffy, t0 adalah umur ikan pada saat panjang 0,
dan T adalah rata-rata suhu permukaan air (oC).
Menurut Pauly (1980) in Sparre dan Venema (1999), ikan yang memiliki
kebiasaan menggerombol harus dikalikan dengan nilai 0.8, sehingga untuk
spesies yang menggerombol seperti ikan kembung lelaki nilai dugaan menjadi
20% lebih rendah:
M = 0.8e-0.0152-0.279 ln

+0.6543ln K+0.463 ln T

(39)

Laju mortalitas penangkapan (F) ditentukan dengan:


(40)
Laju eksploitasi (E) ditentukan dengan melakukan pembagian terhadap nilai laju
mortalitas penangkapan (F) dengan laju mortalitas total (Z) (Pauly 1984):
(41)
M adalah laju mortalitas alami, F adalah laju mortalitas penangkapan, dan Z
adalah mortalitas total.
Standarisasi alat tangkap
Standarisasi alat tangkap digunakan untuk menghasilkan upaya
penangkapan yang sama. Alat tangkap standar adalah alat tangkap yang dominan
menangkap jenis ikan tertentu dan memiliki nilai Fising Power Index (FPI) sama
dengan satu. Nilai FPI dari masing-masing alat tangkap dapat diketahui dengan
membagi laju penangkapan dengan unit penangkapan yang dijadikan standar.
Menurut Sparre dan Venema (1999) nilai FPI diketahui dengan rumus:
(42)
(43)
CPUEi adalah hasil tangkapan per upaya penangkapan menggunakan alat tangkap
ke-i (ton/trip), Ci adalah jumlah tangkapan jenis menggunakan alat tangkap ke-i
(ton), fi adalah jumlah upaya penangkapan jenis menggunakan alat tangkap ke-i
(trip), CPUEs adalah hasil tangkapan per upaya penangkapan alat tangkap yang di
jadikan standar (ton/trip), dan FPI adalah faktor upaya tangkap pada jenis alat
tangkap ke-i.

12

Model produksi surplus


Potensi ikan kembung lelaki dapat diduga menggunakan model produksi
surplus. Data yang dianalisis berasal dari hasil tangkapan (catch) dan upaya
penangkapan (effort). Model ini pertama kali dikembangkan oleh Schaefer (1954)
(Sparre dan Venema 1999). Model produksi surplus dihitung dengan membagi
hasil tangkapan per unit upaya tangkap (CPUE) dalam beberapa tahun. Upaya
penangkapan harus mengalami perubahan substansial selama waktu yang dicakup
(Sparre dan Venema 1999). Menurut Sparre dan Venema (1999), tingkat upaya
penangkapan optimun (fMSY) dan tangkapan maksimum lestari (MSY) dapat
dihitung melalui persamaan:
(44)
dan
(45)
masing-masing untuk model Schaefer (persamaan 44) dan model Fox (persamaan
45), sehingga diperoleh dugaan fMSY untuk model Schaefer dan model Fox
masing-masing:
MSY =

(46)

MSY

(47)

dan
=

Serta MSY masing-masing untuk model Schaefer dan model Fox yaitu:
MSY =

(48)

MSY =

(49)

Dan

Model yang akan digunakan adalah model yang memiliki nilai


determinasi (R2) yang paling tinggi. Jumlah tangkapan ikan yang diperbolehkan
atau jumlah tangkap boleh (JTB), dan tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan dapat
ditentukan dengan analisis produksi surplus berdasarkan prinsip kehati-hatian.
Menurut KepMen-KP No.1 Tahun 2014, tingkat pemanfaatan sumberdaya
perikanan tangkap adalah kurang dari 100% MSY.
Menurut KepMen
No.995/Kpts/IK.210/9/99 in Kurnia (2014), jumlah tangkap boleh (JTB) adalah:
JTB = 90% x MSY

(50)

Jumlah tangkapan yang diperbolehkan adalah sebesar 90% dari MSY atau
jumlah tangkapan maksimum lestari. Oleh karena itu, hasil tangkapan tidak boleh
melebihi JTB agar kegiatan perikanan dapat dilakukan secara berkelanjutan.

13

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Komposisi hasil tangkapan ikan


Hasil tangkapan ikan di Perairan Selat Sunda yang didaratkan di PPP Labuan
Banten cukup beragam. Beberapa ikan yang ditangkap adalah kembung lelaki,
peperek, layang, kembung perempuan, kurisi, selar, kembung, teri, lemuru, dan
tembang. Ikan kembung lelaki merupakan salah satu ikan pelagis kecil yang
tertangkap di PPP Labuan dengan persentase sebesar 5.91%. Diagram hasil
tangkapan per jenis ikan di Kabupaten Pandeglang disajikan pada Gambar 3.
Ikan kembung lelaki ditangkap dengan alat tangkap pukat cincin (purse
seine) dengan daerah penangkapan sekitar Pulau Panaitan dan Pulau Rakata.
Harga Ikan kembung lelaki yaitu Rp 15.000,00Rp 25.000,00. Ikan kembung
lelaki hidup bergerombol di perairan, kebiasaan bergerombol (schooling)
merupakan karakteristik yang penting dari ikan pelagis kecil (Cury et al. 2000).

Gambar 3 Hasil tangkapan per jenis ikan di Kabupaten Pandeglang


(DKP Kabupaten Pandeglang 2013)

Gambar 4 Alat tangkap Pukat Cincin


Sumber : Fandri 2012

14

Rasio kelamin dan hubungan panjang bobot


Rasio kelamin antara ikan betina dan jantan adalah 1.00:2.79. Ikan jantan
lebih mendominasi dari ikan betina. Berdasarkan uji Chi Square pada ikan
kembung lelaki TKG III dan IV diketahui bahwa rasio kelamin ikan kembung
lelaki tidak seimbang. Rasio kelamin ikan kembung lelaki (Rastralliger
kanagurta) pada setiap pengambilan contoh disajkan pada Tabel 2. Grafik
hubungan panjang bobot ikan kembung lelaki (Rastralliger kanagurta) betina dan
jantan disajikan pada Gambar 5 dan 6.
Tabel 2 Rasio kelamin ikan kembung lelaki (Rastralliger kanagurta) pada setiap
pengambilan contoh
Waktu Pengambilan Contoh
30 Mei 2014
27 Juni 2014
23 Juli 2014
24 Agustus 2014
23 September 2014
24 Oktober 2014
Jumlah

n
120
53
67
80
70
90
480

Jumlah
Betina
Jantan
28
92
21
32
14
53
41
39
11
59
32
58
147
333

Rasio (%)
Betina
Jantan
1.00
3.29
1.52
1.00
3.79
1.00
0.95
1.00
5.36
1.00
1.81
1.00
1.00
2.79

Gambar 5 Hubungan panjang bobot ikan kembung lelaki (Rastralliger kanagurta)


betina

Gambar 6 Hubungan panjang bobot ikan kembung lelaki (Rastralliger kanagurta)


jantan

15

Berdasarkan analisis hubungan panjang bobot ikan kembung lelaki betina


dan jantan diperoleh persamaan, masing-masing adalah W = 0.00002 L2.8774 dan
W = 0.00027 L2.5216 dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 83.32%. dan
75.49%. Nilai tersebut didapat setelah menghilangkan beberapa data pencilan,
yaitu 27 data pada ikan jantan. Hal tersebut dikarenakan pencilan dapat
menyebabkan galat dalam analisis statistika (Walfish 2006).
Berdasarkan uji b, Fhit>Ftab berarti tolak H0 sehingga analisis hubungan
panjang dan bobot ikan jantan dan betina harus dibedakan (Lampiran 2).
Berdasarkan uji t ( = 0.05) terhadap nilai b, pola pertumbuhan ikan kembung
lelaki betina dan jantan, masing-masing adalah isometrik dan allometrik negatif.
Tingkat kematangan gonad dan faktor kondisi
Tingkat kematangan gonad (TKG) adalah tahap tertentu perkembangan
gonad ikan (Effendie 2002). Grafik tingkat kematangan gonad ikan kembung
lelaki (Rastralliger kanagurta) betina dan jantan disajikan pada Gambar 7 dan 8.
Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa TKG ikan kembung lelaki betina
dan jantan yang didominasi oleh TKG I dan II (Lampiran 3). TKG III dan IV
muncul pada setiap bulan pengambilan contoh yang berarti ikan kembung lelaki
bersifat partial spawner.

Gambar 7 Tingkat kematangan gonad ikan kembung lelaki (Rastralliger


kanagurta) betina

Gambar 8 Tingkat kematangan gonad ikan kembung lelaki (Rastralliger


kanagurta) jantan

16

Hasil analisis faktor kondisi rata-rata ikan kembung lelaki betina dan
jantan yang diamati, masing-masing adalah 1.0340-1.2084 dan 0.9434-1.1015.
Grafik faktor kondisi ikan kembung lelaki (Rastralliger kanagurta) betina dan
jantan disajikan pada Gambar 9 dan 10.

Gambar 9 Faktor kondisi rata-rata ikan kembung lelaki (Rastralliger kanagurta)


betina

Gambar 10 Faktor kondisi rata-rata ikan kembung lelaki (Rastralliger kanagurta)


jantan
Fekunditas
Fekunditas adalah jumlah telur masak sebelum dikeluarkan pada waktu
ikan memijah. Fekunditas ikan betina dihitung pada TKG 4. Fekunditas berkisar
antara 7 79734 454 butir (Lampiran 6). Grafik hubungan fekunditas dengan
panjang dan bobot ikan kembung lelaki (Rastralliger kanagurta) disajikan pada
Gambar 13 dan 14. Berdasarkan Gambar 13 dan 14 diketahui bahwa fekunditas
berbanding lurus dengan pertambahan panjang dan bobot.
Hubungan fekunditas dengan panjang dan bobot ikan kembung lelaki
betina masing-masing, adalah F = 2E-11 L6.3468 dan F = 1.0006 L2.0535 dengan
nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 84.37% dan 84.03. Histogram diameter
telur ikan kembung lelaki (Rastralliger kanagurta) disajikan pada Gambar 15.
Berdasarkan Gambar 15 terdapat dua puncak pemijahan. Oleh karena itu, ikan
kembung lelaki bersifat partial spawner.

17

Gambar 11 Hubungan fekunditas dengan panjang ikan kembung lelaki


(Rastralliger kanagurta)

Gambar 12 Hubungan fekunditas dengan bobot ikan kembung lelaki


(Rastralliger kanagurta)

Gambar 13 Diameter telur ikan kembung lelaki (Rastralliger kanagurta)

18

Sebaran frekuensi panjang dan ukuran pertama kali matang gonad


Ikan kembung lelaki betina dan jantan yang diamati selama penelitian,
masingmasing sebesar 147 dan 333 individu. Ikan kembung lelaki yang diambil
setiap bulan berkisar antara 53-120 individu (Lampiran 7). Panjang minimum dan
maksimum ikan kembung lelaki yang diamati adalah 125 dan 246 mm. Frekuensi
panjang ikan kembung lelaki tertinggi betina dan jantan, masing-masing pada
selang 200-204 mm dan 210214 mm (Lampiran 7).
Ukuran pertama kali matang gonad ikan kembung lelaki betina dan
jantan, masing-masing adalah 184.6696 mm dan 191.6126 mm (Lampiran 4).
Histogram Frekuensi panjang ikan kembung lelaki (Rastralliger kanagurta)
disajikan pada Gambar 16.

Gambar 14 Sebaran frekuensi panjang ikan kembung lelaki (Rastralliger


kanagurta)
Ukuran pertama kali tertangkap
Panjang pertama kali tertangkap adalah panjang ikan yang ke-50% dari
ikan tertangkap di suatu perairan (Mahrus 2012). Ukuran pertama kali tertangkap
dihitung menggunakan data frekuensi dan selang kelas panjang. Analisis panjang
pertama kali tertangkap ikan kembung lelaki betina dan jantan, masing-masing
adalah 181.0306 dan 182.8610 mm (Lampiran 5).
Identifikasi kelompok umur
Identifikasi kelompok umur ikan kembung lelaki betina dan jantan
menggunakan analisis sebaran frekuensi panjang. Metode yang digunakan untuk
menganalisis kelompok umur adalah metode NORMSEP melalui program FISAT
II (Lampiran 8). Sebaran kelompok umur ikan kembung lelaki (Rastralliger
kanagurta) betina dan jantan disajikan pada Tabel 3.

19

Histogram pergeseran modus frekuensi panjang ikan kembung lelaki


betina dan jantan (Rastralliger kanagurta) disajikan pada Gambar 15 dan 16.
Berdasarkan Gambar 15 diduga pertumbuhan ikan kembung lelaki betina terjadi
paling pesat terjadi pada bulan Mei-Agustus. Berdasarkan gambar 16 diduga
pertumbuhan ikan kembung paling pesat terjadi lelaki jantan terjadi pada bulan
Mei-September.

Tabel 3 Sebaran kelompok umur ikan kembung lelaki (Rastralliger kanagurta)


betina dan jantan
Waktu
30 Mei 2014

27 Juni 2014

23 Juli 2014

24 Agustus 2014

23 September 2014

24 Oktober 2014

Kelompok Umur
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
1
2
3
1
2
3

Panjang Rata-Rata
Betina
Jantan
167.01 4.10 127.00 2.50
184.12 2.50 170.32 6.10
208.56 9.13 190.59 2.95
206.75 6.99
195.33 3.73 172.01 2.50
212.79 2.50 187.93 3.23
223.76 4.47 209.59 11.50
238.47 3.04
178.99 7.65 147.00 4.10
195.75 2.50 181.40 7.46
220.00 4.00 203.50 11.25
221.50 2.50
176.10 6.00 177.76 6.80
220.66 8.85 213.67 2.50
230.01 2.50
186.46 8.10 192.3 8.25
199.73 2.63 237.00 5.59
247.00 2.50
137.00 2.50 163.62 7.25
184,09 8.59 185.71 8.84
209.73 2.50 213.77 4.72

Indeks Sparasi
Betina
Jantan
N.A.
N.A.
5.19
10.07
4.20
4.48
3.25
N.A.
N.A.
5.61
5.55
3.15
2.95
3.98
N.A.
N.A.
3.30
5.96
7.46
2.36
2.62
N.A.
N.A.
6.02
7.76
2,70
N.A.
N.A.
2.47
6.46
18,42
N.A.
N.A.
8.50
2.75
4.63
4.14

20

Gambar 15 Pergeseran modus frekuensi panjang ikan kembung lelaki


(Rastralliger kanagurta) betina

21

Gambar 16 Pergeseran modus frekuensi panjang ikan kembung lelaki


(Rastralliger kanagurta) jantan

22

Parameter pertumbuhan
Analisis parameter pertumbuhan ikan kembung lelaki terdiri atas
koefisien pertumbuhan (k), panjang asimtotik (L), dan umur teoritis ikan pada
saat panjang sama dengan nol (t0) yang disajikan pada Tabel 4. Pendugaan
parameter pertumbuhan berdasarkan model Von Bertalannfy (Lampiran 9).
Kurva pertumbuhan ikan kembung lelaki (Rastralliger kanagurta) betina
dan jantan disajikan pada Gambar 17 dan 18. Persamaan pertumbuhan model
Von Bertalanffy ikan kembung lelaki betina dan jantan, masing-masing adalah
adalah Lt = 255.8366 (1-e[-0.4159(t+0.2191)]) dan Lt = 262.1361 (1-e[-0.4019(t+0.2255)]).
Tabel 4 Parameter pertumbuhan ikan kembung lelaki berdasarkan model Von
Bertalanffy
Parameter
L (mm)
k (/tahun)
t0 (/tahun)

Nilai
Betina
255.8366
0.4159
-0.2191

Jantan
262.1361
0.4019
-0.2255

Gambar 17 Kurva pertumbuhan Von Bertalanffy ikan kembung lelaki


(Rastralliger kanagurta) betina

Gambar 18 Kurva pertumbuhan Von Bertalanffy ikan kembung lelaki


(Rastralliger kanagurta) jantan

23

Kebiasaan makanan
Berdasarkan hasil analisis kebiasaan makanan ikan kembung lelaki
diketahui bahwa terdapat perbedaan komposisi makanan antara betina dan jantan.
Grafik komposisi makanan ikan kembung lelaki (Rastralliger kanagurta) betina
dan jantan disajikan pada Gambar 19 dan 20. Nilai luas relung makan ikan
kembung lelaki betina dan jantan, masing-masing sebesar 2.9010 dan 0.2783
(Lampiran 10). Nilai tumpang tindih antara ikan betina dan jantan sebesar 0.1532
(Lampiran 10). Berdasarkan nilai tersebut diketahui bahwa tidak terjadi tumpang
tindih antara ikan kembung lelaki betina dan jantan karena masih di bawah 0.5.

Gambar 19 Komposisi makanan ikan kembung lelaki (Rastralliger kanagurta)


betina

Gambar 20 Komposisi makanan ikan kembung lelaki (Rastralliger kanagurta)


jantan
Mortalitas dan laju eksploitasi
Pendugaan konstanta laju mortalitas total (Z) ikan kembung lelaki
dilakukan dengan kurva hasil tangkapan yang dilinierkan berbasis data panjang.
Informasi mengenai nilai mortalitas dan laju eksploitasi ikan kembung lelaki
(Rastralliger kanagurta) disajikan pada Tabel 5. Berdasarkan Nilai mortalitas
penangkapan ikan kembung lelaki lebih besar dibandingkan nilai mortalitas alami
yang disajikan pada Lampiran 11. Berdasarkan nilai mortalitas diketahui bahwa
faktor kematian ikan kembung lelaki lebih besar diduga terjadi akibat kegiatan
penangkapan.

24

Penentuan laju eksploitasi merupakan salah satu faktor yang perlu diketahui
untuk menentukan kondisi sumberdaya perikanan dalam pengkajian stok ikan. Laju
eksploitasi ikan kembung lelaki betina dan jantan masing-masing sebesar 0.7304
dan 0.8767. Mortalitas dan laju eksploitasi ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) disajikan pada Tabel 5. Berdasarkan diketahui bahwa laju eksploitasi
ikan kembung lelaki jantan lebih tinggi dibandingkan ikan kembung lelaki betina.

Tabel 5 Mortalitas dan laju eksploitasi ikan kembung lelaki (Rastralliger


kanagurta)
Nilai

Parameter
Betina

Jantan

Mortalitas alami (M) (/tahun)

0.4563

0.4432

Mortalitas penangkapan (F) (/tahun)

1.2361

3.1510

Mortalitas total (Z) (/tahun)

1.6924

3.5942

Laju Eksploitasi (e)

0.7304

0.8767

Model produksi surplus


Model surplus produksi dapat diterapkan bila data hasil tangkapan total
berdasarkan spesies per unit upaya tercatat baik (Sparre dan Venema 1999). Hasil
tangkapan serta upaya penangkapan ikan kembung lelaki yang dianalisis diperoleh
dari Kementrian Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten selama tahun 2007-2013
(DKP 2013). Hasil tangkapan ikan kembung lelaki dan upaya penangkapan
disajikan pada Tabel 6. Hasil tangkapan ikan kembung lelaki tertinggi terjadi
pada tahun 2007 sebesar 631.46 ton. Upaya penangkapan tertinggi terjadi pada
tahun 2012 sebesar 1 093.47 trip.
Analisis potensi sumberdaya ikan kembung lelaki menggunakan model
pendekatan Schaefer. Hasil analisis dengan model Schaefer didapatkan koefisien
determinasi (R2) sebesar 79.22%. Nilai upaya optimum (fMSY) dan Maximum
Sustainable Yield (MSY) masing-masing sebesar 1 010.02 trip dan 571.04 ton.
Nilai Jumlah Tangkap Boleh (JTB) sebesar 513.94 ton (Lampiran 12). Hasil
tangkapan aktual ikan kembung lelaki 2013 sebesar 556.22 ton. Upaya
penangkapan aktual ikan kembung lelaki 2013 sebesar 1 082.24 trip. Grafik
model produksi surplus dengan pendekatan model Schaefer disajikan pada
Gambar 21.
Tabel 6 Hasil tangkapan (ton) dan upaya penangkapan (trip)
Tahun

Hasil Tangkapan (ton)

Upaya (trip)

CPUE

2007

631.46

994.82

0.6347

2008

506.05

902.15

0.6496

2009

545.89

738.97

0.7387

2010

513.23

771.33

0.6654

2011

510.91

974.11

0.5200

2012

566.35

1 093.47

0.5179

2013

556.22

1 082.24

0.5140

25

Gambar 21 Model produksi surplus dengan pendekatan model Schaefer

Pembahasan

Berdasarkan hasil uji Chi-Square diketahui bahwa proporsi ikan betina


dan jantan adalah 1.00:2.79. Ketidakseimbangan dipengaruhi oleh perbedaan laju
mortalitas, rekruitmen, genetika, penyebaran, dan kondisi lingkungan (Astuti 2007;
Safarini 2013). Ketidakseimbangan dipengaruhi juga oleh tingkah laku ruaya ikan
baik untuk memijah ataupun mencari makan (Febianto 2007). Kebiasaan migrasi
bukan menandakan ikan telah overexploitation namun bermanfaat untuk ikan
memijah (Sajina et al. 2011).
Proporsi Ikan kembung lelaki jantan lebih tinggi dibandingkan dengan
proporsi ikan kembung lelaki betina. Hal tersebut diduga karena lokasi
penangkapan ikan yang didominasi oleh jenis Trichodesmium. Berdasarkan
analisis diketahui bahwa komposisi makanan ikan kembung lelaki betina dan
jantan berbeda. Ikan kembung lelaki betina memiliki luas relung yang lebih tinggi
dibadingkan jantan. Hal tersebut mempengaruhi jumlah antara betina dan jantan.
Kelimpahan dan pola pertumbuhan ikan dalam suatu lokasi dipengaruhi
luas relung makanan. Ikan kembung lelaki betina lebih mampu bertahan dalam
berbagai macam kondisi makanan di suatu perairan. Oleh karena itu, daerah
penyebaran ikan kembung lelaki betina lebih luas dibandingkan dengan jantan.
Pola pertumbuhan ikan kembung lelaki betina dan jantan masing-masing
yaitu isometrik dan allometrik negatif. Berdasarkan hasil analisis uji beda dua b,
diketahui bahwa terdapat perbedaan pola pertumbuhan pada ikan kembung lelaki
betina dan jantan (Lampiran 14). Perbedaan pola pertumbuhan dipengaruhi oleh
beberapa faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi pola
pertumbuhan adalah genetik dan perkembangan gonad sedangkan faktor eksternal
adalah lingkungan dan ketersediaan makanan (Effendie 2002; Rahman dan
Hafzath 2012). Pola pertumbuhan juga dipengaruhi oleh tingkah laku ikan yang
bergerak aktif dan melakukan ruaya (Utami et al. 2014).

26

Kelompok umur yang terbentuk dipengaruhi perbedaan daerah


penyebaran ikan kembung lelaki. Berdasarkan kaidah Bhattacharya (1992) in
Sparre and Venema (1999), Kelompok umur yang terbentuk pada ikan kembung
lelaki betina dan jantan, maaing-masing adalah tiga dan empat. Kelimpahan ikan
di lokasi penangkapan dipengaruhi oleh kelompok umur yang terbetuk.
Mortalitas penangkapan dipengaruhi oleh kelimpahan ikan.
Pengurangan
kelompok umur pada ikan kembung lelaki jantan terjadi pada bulan AgustusSeptember. Hal tersebut diduga karena tingginya mortalitas penangkapan ikan
kembung lelaki jantan.
Faktor kondisi ikan kembung lelaki berkisar antara 0.9434-1.2084.
Berdasarkan nilai faktor kondisi diketahui bahwa ikan kembung lelaki mempunyai
bentuk tubuh pipih. Hal tersebut dipengaruhi oleh makanan utama ikan kembung
lelaki yaitu diatom (Rifqie 2007) dan tingkat kematangan gonad. Nilai faktor
kondisi ikan kembung lelaki betina pada bulan Mei-Juni sangat kecil. Menurut
BMKG (2014), pada bulan tersebut merupakan puncak musim kemarau. Hal
tersebut akan mempengaruhi keberadaan diatom.
Nilai faktor kondisi ikan kembung lelaki jantan pada bulan AgustusSeptember sangat kecil. Faktor kondisi ikan kembung lelaki jantan yang kecil
disebabkan oleh rekruitmen. Juvenil ikan memiliki faktor kondisi yang kecil. Hal
tersebut dikarenakan energi yang digunakan untuk pertumbuhan lebih besar
dibandingkan dengan perkembangan gonad. Rekruitmen diduga terjadi ketika
puncak pemijahan.
Puncak pemijahan diduga terjadi pada bulan September. Puncak
pemijahan tersebut ditandai dengan kelimpahan ikan pada TKG III dan IV serta
masuknya individu-individu baru (rekruitmen) ke dalam stok. Rekruitmen akan
menggantikan stok ikan kembung lelaki yang telah dewasa, sedangkan ikan yang
sudah dewasa, akan mati dikarenakan faktor usia atau penangkapan (Permatachani
2014).
Fekunditas adalah jumlah telur ikan betina sebelum dikeluarkan pada
waktu akan memijah. Menurut Nikolsky (1969) in Baginda (2006), fekunditas
berhubungan erat dengan ketersediaan makanan, kecepatan pertumbuhan, dan
tingkah laku ikan waktu pemijahan. Menurut FAO (1974), ikan kembung lelaki
bersifat partial spawner. Hal tersebut dikarenakan terdapatnya ikan pada TKG III
dan IV pada setiap bulan pengambilan contoh. Hal tersebut juga didukung dengan
hasil analisis terhadap diameter telur.
Dinamika populasi dalam suatu wilayah digambarkan dengan berbagai
parameter yaitu L, k, t0, mortalitas, dan eksploitasi (Amin et al. 2014). Perbedaan
lama waktu pengambilan contoh, musim, ukuran ikan yang diambil, dan variasi
kombinasi dalam selang kelas yang digunakan mempengaruhi nilai dari parameter
yang didapatkan (Abdussamad et al. 2006). Perbedaan koefisien pertumbuhan (k)
diduga terjadi akibat perbedaan lokasi ikan yang tertangkap dan kondisi
lingkungan (Sparre dan Venema 1999).
Ikan muda memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan
ikan berumur tua. Nilai koefisien pertumbuhan (k) akan tinggi dan panjang
asimtotik (L) akan lebih kecil apabila ikan muda banyak tertangkap. Ikan
kembung betina memiliki umur lebih panjang dibandingkan dengan ikan
kembung lelaki jantan. Hal tersebut dikarenakan nilai koefisien pertumbuhan (k)
yang lebih besar pada ikan kembung betina.

27

Semakin kecil koefiesien pertumbuhan, semakin lama waktu yang


dibutuhkan oleh ikan tersebut untuk mencapai panjang asimtotik (Sparre dan
Venema 1999). Perbandingan parameter pertumbuhan ikan kembung lelaki di
beberapa perairan dipengaruhi interval contoh yang diambil, dan perlakuan
matematik untuk memperolehnya (Nurhakim 1993 in Winardi 2002).
Perbandingan parameter pertumbuhan ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Perbandingan parameter pertumbuhan ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta)
Peneliti

Tahun
penelitian

Lokasi

Perdanamihardja (2011)
Fandri (2012)

2010
2011

Teluk Jakarta
Selat Sunda

Prahadina (2013)

2012

Teluk Banten

Permatachani (2014)

2013

Selat Sunda

Penelitian ini (2015)

2014

Selat Sunda

K
0.34
0.42
0.19
0.33
0.50
0.14
0.08
0.42
0.40

Laju
L
276.77
243.86
297.23
285.48
260.10
355.02
392.27
255.84
262.14

t0
-0.94
-0.66
-0.33
-0.27
-0.18
-0.60
-1.07
-0.22
-0.23

Ket
Betina
Jantan
Betina
Jantan
Betina
Jantan
Betina
Jantan

Ikan kembung lelaki yang tertangkap umumnya tertangkap pada tingkat


kematangan gonad (TKG) I dan II pada panjang kurang dari 225 mm pada betina
dan 240 mm pada jantan. Hal tersebut menandakan bahwa ikan kembung lelaki
yang tertangkap di Perairan Selat Sunda sudah mengalami gejala biological
overfishing yang terdiri dari growth overfishing dan rekruitmen overfishing
(Prahadina 2013).
Growth overfishing adalah penangkapan ikan di bawah ukuran pertama
kali tertangkap. Berdasarkan hasil analisis growth overfishing pada ikan kembung
lelaki betina dan jantan sebesar 24.49% dan 43.84%. Rekruitmen overfishing
adalah penangkapan ikan di bawah ukuran pertama kali matang gonad.
Berdasarkan hasil analisis rekruitmen overfishing pada ikan kembung lelaki betina
dan jantan sebesar 19.73% dan 27.33%. Perbedaan ukuran pertama kali matang
gonad diduga terjadi akibat perbedaan alat tangkap yang digunakan, biologi ikan
dan kondisi lingkungan (Rohit dan Gupta 2004). Ukuran pertama kali matang
gonad yang lebih besar dibandingkan ukuran pertama kali tertangkap menandakan
bahwa kondisi perikanan di Perairan Selat Sunda tidak baik.
Laju mortalitas akibat penangkapan dapat disebabkan oleh adanya
distribusi ikan-ikan berukuran besar dan kecil. Perbedaan penyebaran ini
disebabkan oleh karakteristik ikan kembung (pelagis kecil) yang selalu melakukan
ruaya baik temporal maupun spasial. Aktivitas gerak yang cukup tinggi
membentuk pola gerombolan yang terpencar-pencar (Winardi 2002). Selain itu,
koefisien kematian akibat penangkapan dipengaruhi oleh jumlah alat tangkap dan
intensitas penangkapan (Ahmad 2000). Perbandingan laju mortalitas dan
eksploitasi ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) disajikan pada Tabel 8.

28

Tabel 8 Perbandingan laju mortalitas dan eksploitasi ikan kembung lelaki


(Rastrelliger kanagurta)
Peneliti
Perdanamihardja
(2011)
Prahadina
(2013)
Permatachani
(2014)
Penelitian ini
(2015)

Tahun
penelitian
2010
2012
2013
2014

Lokasi
Teluk
Jakarta
Teluk
Banten
Selat
Sunda
Selat
Sunda

Alami
(M)

Laju
Penang
Total
kapan(F)
(Z)

Eksploi
tasi (E)

0.62

0.31

0.93

0.66

1.65
2.19
0.66
0.23
0.46
0.44

0.38
0.51
0.21
0.14
1.23
3.15

2.03
2.70
0.87
0.37
1.69
3.59

0.81
0.81
0.75
0.61
0.73
0.88

Ket
Betina
Jantan
Betina
Jantan
Betina
Jantan

Laju eksploitasi ikan kembung lelaki telah melebihi laju eksploitasi


optimum sebesar 0.5 sehingga diduga ikan kembung lelaki di Perairan Selat
Sunda telah overexploitation. Spesies yang dieksploitasi akan berdampak pada
tereduksinya ikan dewasa, sehingga ikan belum sempat untuk bereproduksi (King
1995 in Permatachani 2014). Hal ini akan mengakibatkan tidak adanya
rekruitmen yang masuk ke dalam suatu stok. Variasi ukuran ikan yang tertangkap
dengan alat tangkap yang berbeda, tidak menandakan terjadinya penambahan atau
pengurangan stok secara signifikan (Abdussamad et al. 2010).
Penurunan laju mortalitas alami disebabkan oleh semakin berkurangnya
ikan-ikan yang tumbuh hingga berusia tua dan meningkatnya aktivitas
penangkapan (Mehanna 2001). Menurut Cardinale et al. (2011), adanya teknologi
penangkapan menyebabkan peningkatan eksploitasi yang dilakukan, walaupun di
sisi lain upaya penangkapan menjadi berkurang. Pengontrolan dapat dilakukan
untuk membatasi tingkat eksploitasi.
Nilai faktual telah melebihi nilai fMSY sehingga diindikasikan bahwa ikan
kembung lelaki di PPP Labuan telah mengalami tangkap lebih. Pengaturan
ukuran ikan yang ditangkap tidak akan berguna jika tidak dilakukan kontrol
terhadap upaya. Menurut Anderson dan Seijo 2010, keberlangsungan perikanan
dipengaruhi oleh kemampuan daya pulih populasi, dan biologi perikanan.
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa kondisi perikanan ikan kembung lelaki
telah mengalami tangkap lebih sehingga perlu dilakukan pengelolaan perikanan.
Regulasi open access dapat menyebabkan penurunan populasi ikan
sehingga diperlukan pengelolaan sumberdaya secara tepat (Cardinale et al. 2011).
Menurut Boer dan Aziz (2007) pengelolaan bertujuan untuk mencapai
kesejahteraan para nelayan, penyediaan bahan pangan, bahan baku industri,
penghasil devisa, dan untuk mengetahui porsi pemanfaatan optimum oleh armada
penangkapan ikan serta menentukan jumlah tangkapan yang diperbolehkan
berdasarkan nilai tangkapan maksimum lestari. Pengelolaan perlu dilakukan
untuk keberlanjutan sumberdaya ikan kembung lelaki.
Pengelolaan yang dapat dilakukan yaitu mengurangi upaya penangkapan,
memperbesar ukuran mata jaring dan mengatur musim penangkapan.
Pengurangan upaya penangkapan dilakukan agar hasil produksi lebih tinggi. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara membatasi armada penangkapan yang beroperasi,
memberi kuota penangkapan dan melakukan mekanisme pasar dengan cara
menaikkan harga jual dan menentukan ukuran ikan yang dapat dijual. Ukuran

29

mata jaring yang digunakan harus memiliki ukuran lebih besar dari tinggi ikan
pertama kali matang gonad.
Berdasarkan analisis didapatkan ukuran mata jaring sebesar 50 mm atau
1.97 inci (Lampiran 13). Pukat cincin yang digunakan umumnya memiliki mata
jaring 1-1.75 inci (Hiariey 2010). Ukuran mata jaring harus diperbesar agar ikan
yang belum matang gonad dapat meloloskan diri. Penangkapan pada ikan harus
dilakukan pada ikan yang berukuran lebih dari ukuran panjang ikan pertama kali
matang gonad (Musbir 2006 in Tamarol et al. 2012).
Pengelolaan juga dapat dilakukan dengan menerapkan open closed system
berupa pemberlakuan sistem buka dan tutup pada saat musim pemijahan. Hal
tersebut dilakukan agar ikan mendapatkan kesempatan untuk tumbuh dan
berkembang sehingga stok ikan dapat terjaga. Berdasarkan analisis yang
dilakukan ikan kembung lelaki mencapai pertama kali matang gonad ketika umur
3 bulan yang merupakan closed system setelah pemijahan (Lampiran 13).
Berdasarkan pendekatan konsep MSY upaya penangkapan tidak boleh
melebihi upaya lestari. Upaya yang optimum dilakukan sebesar 1 010.02 trip per
tahun. Jumlah tangkapan yang diperbolehkan sebesar 513.94 ton per tahun.
Menurut Yonvitner et al. (2009), hasil dari CPUE yang didapat tidak boleh
melebihi tangkapan lestari agar keberlanjutan dari stok ikan kembung lelaki dapat
tetap terjamin.

SIMPULAN

Ikan kembung lelaki di Perairan Selat Sunda yang didaratkan di PPP


Labuan, Banten telah mengalami overexploitation dan tangkap lebih.

30

DAFTAR PUSTAKA

Abdussamad EM, Kasim HM, Achayya P. 2006. Fishery and population


characteristics of Indian mackerel Rastrelliger kanagurta (Cuvier) at
Kakinada. Indian Journal Fish. 53(1): 77-83.
Abdussamad EM, Pillai NGK, Kasim HM, Mohamed JH, Jeyabalan K. 2010.
Fishery. biology and population characteristics of the Indian mackerel.
Rastrelliger kanagurta (Cuvier) exploited along the Tuticorin coast.
Indian Journal Fish. 57(1): 17-21.
Ahmad N. 2000. Kajian beberapa parameter populasi ikan kembung lelaki
(Rastrelliger kanagurta) di Perairan Laut Jawa [disertasi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor
Akyol O. 2013. The influence of moon phase on CPUEs of swordfish gillnet
fishery in the Aegean Sea, Turkey. Turkish Journal of Fisheries and
Aquatic Sciences. 13: 355-358.
Amin SMN, Mohamed AMK, Fatinah SNJ, Arshad A, Rahman MA, Jalal KCA.
2014. Population parameters of Rastrelliger kanagurta (Cuvier. 1816) in
the Marudu Bay, Sabah, Malaysia. Iranian Journal of Fisheries Sciences.
13(2): 262-275.
Anderson LG, Seijo JC. 2010. Bioeconomics of Fisheries Management. Lowa
(USA): Wiley-Blackwell.
Astuti DP. 2007. Analisis tangkapan per satuan upaya (TPSU) ikan kembung
(Rastrelliger spp.) di Kepulauan Seribu [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Badan Meteorologi, Klimatologi, Geofisika (BMKG). 2014. Prakiraan Musim
Kemarau diterbitkan setiap Bulan Februari dan Prakiraan Musim Hujan
setiap Bulan Agustus. Jakarta (ID): BMKG
Baginda H. 2006. Biologi Reproduksi Ikan Tembang (Sardinella fimbriata) Pada
Bulan Januari-Juni di Perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur [Skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Boer M. 1996. Pendugaan koefisien pertumbuhan (L, K, t0) berdasarkan data
frekuensi panjang. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia.
4(1): 75-84.
Boer M, Aziz KA. 2007. Gejala tangkap lebih perikanan pelagis kecil di Perairan
Selat Sunda. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia.
14(2): 167-172.
Cardinale M. Nugroho D. dan Jonson P. 2011. Serial depletion of fishing
grounds in an unregulated, open access fishery, Journal Fisheries
Research. 108(1): 106111.
Cury P, Bakun A, Crawford RJM, Quinones RA, Shannon LJ, Verheye HM.
2000. Small pelagics in upwelling systems: pattern of interaction and
structural changes in wasp-waist ecosystems. ICES Journal of Marine
Sciences 57: 603-618.
[DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang. 2013. Statistik
Perikanan Tangkap Kabupaten Pandeglang Tahun 2006-2013. (Draft
tahun 2013).

31

Effendie MI. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Dewi
Sri.
Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka
Nusatama.
Fandri D. 2012. Pertumbuhan dan reproduksi ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta Cuvier 1817) di Selat Sunda [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Febianto S. 2007. Aspek Biologi reproduksi ikan lidah pasir (Cynoglossus lingua
Hamilton Buchanan, 1822) di Perairan Ujung Pangkah, Kabupaten
Gresik, Jawa Timur [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Fisheries and Aquaculture FAO. 1974. Manual of Fisheries Science Part 2 Methods of Resource Ivestigation and Application. Rome: FAO.
Hardin G. 1968. The tragedy of the common. Sciences New Series 162(3859):
1243-1248.
Hiariey J. 2010. Bioekonomi dan efisiensi perikanan pelagis kecil di Perairan
Maluku. Journal Ichthyos. 9(2): 103-110.
Krebs CJ. 1989. Ecological Methodology. New York (USA): Harper and Row
Pubisher.
Kurnia I. 2014. Pengaturan sumberdaya perikanan di Zona Ekonomi Ekslusif
(ZEE) Indonesia. Mimbar Hukum 26(2): 205-219.
Marchesan M, Spoto M, Verginella R, Ferrero A. 2005. Behavioural effects of
artificial light on fish species of commercial interest. Fisheries Research.
73: 171-185.
Mehanna SF. 2001. Population dynamics and fisheries management of the Indian
mackerel Rastrelliger kanagurta in the Gulf of Suez, Egypt. Journal of
Oceanography and Fisheries. 12: 217-229.
Mahrus. 2012. Distribusi ukuran panjang dan berat tuna sirip biru selatan
(Thunnus macoyii Castelnau, 1872) yang tertankap dari Perairan
Samudera Hindia dan didaratkan di Pelabuhan Benoa Bali [thesis].
Depok (ID): Universitas Indonesia.
Pauly D. 1984. Fish population dynamics in tropical waters: a manual for use
with programmable calculators. Manila: ICLARM.
Perdanamihardja YMM. 2011. Kajian stok ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta Cuvier 1817) di Perairan Teluk Jakarta, Provinsi DKI Jakarta
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Permatachani A. 2014. Kajian stok ikan kembung lelaki Rastrelliger kanagurta
(cuvier. 1816) di Perairan Selat Sunda yang didaratkan di PPP Labuan,
Banten [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Prahadina VD. 2013. Kajian stok ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta
Cuvier 1817) di Perairan Teluk Banten yang didaratkan di PPN
Karangantu, Banten [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rahman MM, Hafzath A. 2012. Condition, length-weight relationship, sex ratio
and gonadosomatic index of Indian mackerel (Rastrelliger kanagurta)
captured from Kuantan Coastal Water. Journal of Biological Sciences.
12(8): 426-432.

32

Rifqie GL. 2007. Analisis frekuensi panjang dan hubungan panjang berat ikan
kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) di Teluk Jakarta [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rohit P, Gupta AC. 2004. Fihery. biologi and stok of Indian mackerel
Rastrelliger kanagurta off Mangalore-Malpe in Karnataka. India.
Journal Marine Biological Assessment India. 46(2): 185-191.
Saanin H. 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan 1 dan 2. Bogor (ID):
Binacipta.
Safarini D. 2013. Potensi reproduksi ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta Cuvier 1817) dari Perairan Teluk Banten, Kabupaten Serang
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sajina AM, Chakraborty SK, Jaiswar AK, Pazhayamadam DG, Sudheesan D.
2011. Stock structure analysis of Indian mackerel. Rastrelliger kanagurta
(Cuvier. 1816) along the Indian coast. Journal of the Asian Fisheries
Science. 24: 331-342.
Sparre P, Venema SC. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis, Buku I:
manual. Pusat Penelitiaan dan Pengembangan Perikanan, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, penerjemah. Jakarta: Pusat
Penelitiaan dan Pengembangan Perikanan, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Terjemahan dari: Introduction to Tropical
Fish Stock Assessment, Part I: Manual.
Steel A, Torrie F. 1965. Principles and procedures of statistical, with special
references to the biological science. 2nd ed. New York: McGraw-Hill Co.
Tamarol J, Luasunanung A, Budiman J. 2012. Dampak perikanan tangkap
terhadap sumberdaya ikan dan habitatnya di Perairan Pantai Tabukan
Tengah Kepulauan Sangihe. Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis.
8(1): 12-16
Udupa KS. 1986. Statistical method of estimating the size at first maturity of
fishes. Fishbyte. 4(2): 8-10.
Utami MNF. Redjeki S, Supriyantini E. 2014. Komposisi isi lambung ikan
kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) di Rembang. Journal of Marine
Research. 2(3): 99-106.
Walfish. 2006. A review of Statistical outlier methods. Pharmaceutical
Technology: 1-5.
Walpole RE. 1993. Pengantar Statistika. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka
Umum.
Winardi H. 2002. Pendugaan beberapa parameter biologi ikan kembung lelaki
(Rastrelliger kanagurta) yang didaratkan di TPI Muara Angke, Jakarta
Utara [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Yonvitner, Aziz KA, Butet NA, Pujiastuti D. 2009. Lunar moon phase terhadap
tangkapan persatuan upaya ikan kembung (Rastrelliger spp. bleeker.
1851) di Pulau Damar, Kepulauan Seribu. Jurnal Perikanan dan
Kelautan. 14(1): 7080.

33

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses penentuan laju mortalitas total (Z) melalui kurva yang
dilinerakan berdasarkan data panjang
Berdasarkan persamaan tangkap atau persamaan Baranov (Baranov 1918
in Sparre dan Venema 1999), tangkapan antara waktu t1 dan t2 sama dengan:
C(t1,t2) = (N(t1) - N(t2))

(1.1)

N (t1) adalah banyaknya ikan pada saat t1, N(t2) adalah banyaknya ikan pada saat
t2, F adalah mortalitas penangkapan, dan Z adalah mortalitas total. Fraksi ikan
yang mati akibat penangkapan, FZ disebut laju eksploitasi. Oleh karena
N(t2) = N(t1) e-Z(t2 - t1)

(1.2)

persamaan Baranov di atas dapat ditulis menjadi:


C((t1,t2)) = N (t1)

(1 - e-Z(t1 - t2) )

N (t1) = N(Tr) e-Z(t1 - Tr)

(1.3)
(1.4)

sehingga
C((t1,t2)) = N(Tr) e-Z(t1 - Tr)

(1 - e-Z(t1 - t2) )

(1.5)

N (Tr) adalah rekrutmen. Selanjutnya dengan menggunakan logaritma di


kiri dan kanan persamaan (1.5) diperoleh:
lnC(t1,t2) = d - Zt1 + ln(1 - e-Z(t2 - t1) )

(1.6)

d = lnN (Tr) + ZTr + ln

(1.7)

Jika t2 - t1 = t3 - t2 = ..... = suatu konstanta dengan satuan waktu diperoleh


konstanta baru
g = d + ln(1 - e-Z(t2 - t1) )

(1.8)

sehingga persamaan (1.8) dapat ditulis menjadi:


lnC(t1,t2) = g - Zt1

(1.9)

lnC(t,t) = g - Zt

(1.10)

atau

34

Lampiran 1 Lanjutan
Menurut Van Sickle (1977) in Sparre dan Venema (1999) cara lain dapat
ditempuh untuk menyelesaikan (1.6) melalui
ln(1 - e-x) ln(X) -

(1.11)

untuk X yang bernilai kecil (X<1.0), sehingga


ln(1 - e-Z(t2 - t1))= ln Z(t2 - t1) -

(1.12)

dan persamaan (1.6) dapat ditulis


lnC(t1,t2)t2 - t1 = h - Zt1-

Z(t2 - t1)

(1.13)

atau
ln

= h - Z(t +

t)

(1.14)

selanjutnya, bentuk konversi data panjang menjadi data umur dengan


menggunakan persamaan Von Bertalanffy
t(L) = t0-( ln (1-

))

(1.15)

Notasi tangkapan C(t1,t2) dapat diubah menjadi C(L1,L2)


atau
C(t,t+t) = C (L1,L2)

(1.16)

dan
t = t(L2) - t(L1) = ( ln (
Bagian (t +
L2 sehingga

))

(1.17)

) pada persamaan (1.14) dapat dikonversi kedalam notasi L1 dan

t(L1) + t) (

) = t0-( ln (1-

))

(1.18)

sehingga
ln

=h-Zt(

(1.19)

yang membentuk persamaan linear dengan y = lnC(L1,L2)t(L1,L2) sebagai


ordinat dan x = (L1+ L2)2) sebagai absis, dengan koefisien kemiringan persamaan
(1.19) yaitu Z.

35

Lampiran 2 Hubungan panjang bobot ikan kembung lelaki (Rastrelliger


kanagurta)
a. Ikan betina
Perpotongan
Kemiringan
thit
ttab

Koefisien
-4.6659
2.8774
1.1471
2.2649

Standar Deviasi
0.2459
0.1069

thit<ttab maka gagal tolak H0. Maka pola pertumbuhan isometrik


b. Ikan jantan
Perpotongan
Kemiringan
thit
ttab

Koefisien
-3.5615
2.3940
51.4857
2.2526

Standar Deviasi
0.1793
0.0782

thit>ttab maka tolak H0. dan b<3. Maka pola pertumbuhan allometrik negatif
Uji nilai b antar jenis kelamin
Jika diketahui persamaan hubungan panjang dan bobot untuk ikan jantan dan ikan
betina masing-masing W= aLb1 dan W= aLb2 maka hipotesisnya sebagai berikut:
H0 : b1=b2 hubungan panjang dan bobot ikan betina dan jantan harus dibedakan
H1 : b1b2 hubungan panjang dan bobot ikan betina dan jantan tidak dibedakan
(x)
x
sb
sb
b
n
F hit
F tab

Betina
114226.7429
777.3291
0.0114
0.1069
2.8774
147
42.3641
1.9649

Jantan
491508.4756
1606.7167
0.00002
0.0047
2.3940
333
42.3641
1.9649

Fhit>Ftab maka tolak H0. Maka betina dan jantan harus dibedakan.

Lampiran 3 Tingkat kematangan gonad dan nisbah kelamin ikan kembung lelaki
(Rastrelliger kanagurta)
a. Ikan betina
Waktu Pengambilan Contoh
30 Mei 2014
27 Juni 2014
23 Juli 2014
24 Agustus 2014
23 September 2014
24 Oktober 2014

TKG
1
3
2
3
11
1
4

2
3
6
2
0
2
11

3
0
6
3
6
7
13

4
22
7
6
24
1
4

Jumlah
28
21
14
41
11
32

FR
1
11
10
21
27
9
13

2
11
29
14
0
18
34

3
0
29
21
15
64
41

4
78
32
44
58
9
13

36

Lampiran 3 Lanjutan

a. Ikan jantan
Waktu Pengambilan Contoh
30 Mei 2014
27 Juni 2014
23 Juli 2014
24 Agustus 2014
23 September 2014
24 Oktober 2014

Waktu
30 Mei 2014
27 Juni 2014
23 Juli 2014
24 Agustus 2014
23 September 2014
24 Oktober 2014

Betina
23.33
39.62
20.90
51.25
15.71
35.56

TKG
1
25
8
34
21
1
14

Nisbah
Jantan
76.67
60.38
79.10
48.75
84.29
64.44

2
21
10
4
13
4
11

3
24
8
9
2
27
16

4
22
6
6
3
27
17

Jumlah

Rasio
Betina Jantan
0.30
1.00
0.66
1.00
0.26
1.00
1.00
0.95
0.19
1.00
0.55
1.00

92
32
53
39
59
58

FR
1
27
25
64
54
2
24

2
23
31
8
33
6
19

Uji Chi Square


x2 hit x2 tab
54.79
4.96
29.64
3.18
34.46
36.57
13.91

3
26
25
17
5
46
28

4
24
19
11
8
46
29

Kesimpulan

Tidak
Seimbang

37

Lampiran 4 Ukuran pertama kali ikan matang gonad


a. Ikan betina
Frekuensi
Matang
Total
gonad
0
0

Selang
Kelas

Xi

Pi

Ii

x(i+1)-xi

Pi*Qi

Ni-1

Pi*Qi/
Ni-1

125-129

2.10

0.0000

1.0000

0.0168

0.0000

-1

0.0000

130-134

2.12

0.0000

1.0000

0.0161

0.0000

-1

0.0000

135-139

2.14

0.0000

1.0000

0.0156

0.0000

0.0000

140-144

2.15

0.0000

1.0000

0.0150

0.0000

-1

0.0000

145-149

2.17

0.0000

1.0000

0.0145

0.0000

-1

0.0000

150-154

2.18

0.0000

1.0000

0.0141

0.0000

-1

0.0000

155-159

2.20

0.0000

1.0000

0.0136

0.0000

-1

0.0000

160-164

2.21

0.5000

0.5000

0.0132

0.2500

0.2500

165-169

2.22

0.0000

1.0000

0.0128

0.0000

0.0000

170-174

2.24

0.1667

0.8333

0.0124

0.1389

0.0278

175-179

2.25

11

0.1818

0.8182

0.0121

0.1488

10

0.0149

180-184

2.26

11

0.2727

0.7273

0.0118

0.1983

10

0.0198

185-189

2.27

11

0.5455

0.4545

0.0115

0.2479

10

0.0248

190-194

2.28

13

0.5385

0.4615

0.0112

0.2485

12

0.0207

195-199

2.29

12

0.6667

0.3333

0.0109

0.2222

11

0.0202

200-204

2.31

0.8750

0.1250

0.0106

0.1094

0.0156

205-209

2.32

1.0000

0.0000

0.0104

0.0000

0.0000

210-214

2.33

19

19

1.0000

0.0000

0.0101

0.0000

18

0.0000

215-219

2.34

13

12

0.9231

0.0769

0.0099

0.0710

12

0.0059

220-224

2.35

14

13

0.9286

0.0714

0.0097

0.0663

13

0.0051

225-229

2.36

0.8333

0.1667

0.0095

0.1389

0.0278

230-234

2.37

1.0000

0.0000

0.0093

0.0000

0.0000

235-239

2.37

1.0000

0.0000

0.0091

0.0000

0.0000

240-244

2.38

0.0000

0.0000

0.0089

0.0000

-1

0.0000

245-249

2.39

1.0000

0.0000

0.0000

0.0000

0.0000

11.4318

12.5682

0.2889

1.8403

122.0000

0.4326

0.4573

0.5027

0.0116

0.0736

4.8800

0.0173

Total
Rata-rata

Log (M) = (2.39 +(0.0116/2)) - (0.0116 x 11.4318)


Lm
= 184.6696 mm

38

Lampiran 4 Lanjutan
b. Ikan jantan
Frekuensi
Matang
Total
gonad

Selang
Kelas

Xi

Pi

qi

x(i+1)-xi

Pi*Qi

Ni-1

Pi*Qi/
Ni-1

125-129

2.10

0.0000

1.0000

0.0168

0.0000

0.0000

130-134

2.12

0.0000

1.0000

0.0161

0.0000

-1

0.0000

135-139

2.14

0.0000

1.0000

0.0156

0.0000

-1

0.0000

140-144

2.15

0.0000

1.0000

0.0150

0.0000

0.0000

145-149

2.17

0.0000

1.0000

0.0145

0.0000

0.0000

150-154

2.18

0.0000

1.0000

0.0141

0.0000

0.0000

155-159

2.20

0.0000

1.0000

0.0136

0.0000

0.0000

160-164

2.21

0.0000

1.0000

0.0132

0.0000

0.0000

165-169

2.22

12

0.0000

1.0000

0.0128

0.0000

11

0.0000

170-174

2.24

26

0.0000

1.0000

0.0124

0.0000

25

0.0000

175-179

2.25

14

0.0714

0.9286

0.0121

0.0663

13

0.0051

180-184

2.26

30

0.1667

0.8333

0.0118

0.1389

29

0.0048

185-189

2.27

31

0.2581

0.7419

0.0115

0.1915

30

0.0064

190-194

2.28

37

21

0.5676

0.4324

0.0112

0.2454

36

0.0068

195-199

2.29

24

17

0.7083

0.2917

0.0109

0.2066

23

0.0090

200-204

2.31

39

24

0.6154

0.3846

0.0106

0.2367

38

0.0062

205-209

2.32

24

22

0.9167

0.0833

0.0104

0.0764

23

0.0033

210-214

2.33

34

26

0.7647

0.2353

0.0101

0.1799

33

0.0055

215-219

2.34

22

20

0.9091

0.0909

0.0099

0.0826

21

0.0039

220-224

2.35

10

0.9000

0.1000

0.0097

0.0900

0.0100

225-229

2.36

0.5000

0.5000

0.0095

0.2500

0.2500

230-234

2.37

1.0000

0.0000

0.0093

0.0000

0.0000

235-239

2.37

1.0000

0.0000

0.0091

0.0000

0.0000

240-244

2.38

0.6667

0.3333

0.0089

0.2222

0.1111

245-249
Total

2.39

1.0000
10.0446

0.0000
14.9554

0.0000
0.2889

0.0000
1.9866

0
308.0000

0.0000
0.4221

0.4018

0.5982

0.0116

0.0795

12.3200

0.0169

Rata-Rata

Log (M) = (2.39 +(0.0116/2)) - (0.0116 x 10.0446)


Lm
= 191.6126 mm

39

Lampiran 5 Ukuran pertama kali ikan tertangkap


a. Ikan betina
SKb
125
130
135
140
145
150
155
160
165
170
175
180
185
190
195
200
205
210
215
220
225
230
235
240
245
Jumlah

Ska
129
134
139
144
149
154
159
164
169
174
179
184
189
194
199
204
209
214
219
224
229
234
239
244
249

Xi
127
132
137
142
147
152
157
162
167
172
177
182
187
192
197
202
207
212
217
222
227
232
237
242
247

Ni
0
0
1
0
0
0
0
2
5
6
11
11
11
13
12
8
6
19
13
14
6
6
2
0
1
147

%
0.0000
0.0000
0.6803
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
1.3605
3.4014
4.0816
7.4830
7.4830
7.4830
8.8435
8.1633
5.4422
4.0816
12.9252
8.8435
9.5238
4.0816
4.0816
1.3605
0.0000
0.6803

% Kumulatif
0.0000
0.0000
0.6803
0.6803
0.6803
0.6803
0.6803
2.0408
5.4422
9.5238
17.0068
24.4898
31.9728
40.8163
48.9796
54.4218
58.5034
71.4286
80.2721
89.7959
93.8776
97.9592
99.3197
99.3197
100.0000

ln((100/SL)-1)
0.0000
0.0000
4.9836
4.9836
4.9836
4.9836
4.9836
3.8712
2.8550
2.2513
1.5851
1.1260
0.7550
0.3716
0.0408
-0.1773
-0.3435
-0.9163
-1.4034
-2.1748
-2.7300
-3.8712
-4.9836
-4.9836
-36.0437

Regresi antara Xi sebagai x dengan ln((100/SL)-1) sebagai y


a (intercept) = 24.0829
b (slope)
= -0.1330
Lc
= -(24.0829/-0.1330)
=181.0306 mm

SL est
0.1468
0.2850
0.5528
1.0696
2.0593
3.9285
7.3667
13.3946
23.1234
36.9074
53.2197
68.8717
81.1424
89.3257
94.2112
96.9373
98.4014
99.1716
99.5723
99.7796
99.8866
99.9416
99.9700
99.9846

40

Lampiran 5 Lanjutan
b. Ikan jantan
SKb
125
130
135
140
145
150
155
160
165
170
175
180
185
190
195
200
205
210
215
220
225
230
235
240
245
Jumlah

Ska
129
134
139
144
149
154
159
164
169
174
179
184
189
194
199
204
209
214
219
224
229
234
239
244
249

Xi
127
132
137
142
147
152
157
162
167
172
177
182
187
192
197
202
207
212
217
222
227
232
237
242
247

Ni
1
0
0
1
1
2
5
4
12
26
14
30
31
37
24
39
24
34
22
10
2
3
7
3
1
333

%
0.3003
0.0000
0.0000
0.3003
0.3003
0.6006
1.5015
1.2012
3.6036
7.8078
4.2042
9.0090
9.3093
11.1111
7.2072
11.7117
7.2072
10.2102
6.6066
3.0030
0.6006
0.9009
2.1021
0.9009
0.3003

% Kum
0.3003
0.3003
0.3003
0.6006
0.9009
1.5015
3.0030
4.2042
7.8078
15.6156
19.8198
28.8288
38.1381
49.2492
56.4565
68.1682
75.3754
85.5856
92.1922
95.1952
95.7958
96.6967
98.7988
99.6997
100.0000

ln((100/SL)-1)
5.8051
5.8051
5.8051
5.1090
4.7005
4.1836
3.4751
3.1261
2.4688
1.6871
1.3976
0.9037
0.4837
0.0300
-0.2597
-0.7615
-1.1187
-1.7813
-2.4688
-2.9863
-3.1261
-3.3767
-4.4098
-5.8051
-34.6574

Regresi antara Xi sebagai x dengan ln((100/SL)-1) sebagai y


a (intercept) = 27.8699
b (slope)
= -0.1524
Lc
= -(27.8699/-0.1524)
= 182.8610 mm

SL est
0.0430
0.0920
0.1970
0.4212
0.8982
1.9049
3.9947
8.1857
16.0390
29.0435
46.7242
65.2678
80.1053
89.6129
94.8680
97.5375
98.8354
99.4531
99.7440
99.8804
99.9441
99.9739
99.9878
99.9943

41

Lampiran 6 Fekunditas ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)


Panjang ikan
(mm)
185
209
210
211
212
215
220
221
222
226
230
232
232
236
246

Berat gonad contoh


(gram)
1.2975
0.896
1.4343
0.8116
1.2659
0.7737
1.3644
1.1311
1.6693
1.4476
1.1197
1.7966
1.2796
2.3083
0.7786

Panjang ikan (mm)


185
209
210
211
212
215
220
221
222
226
230
232
232
236
246

Bobot ikan (gram)


80
95
100
100
90
100
125
120
130
140
145
140
150
150
140

Berat gonad
(gram)
2.0417
3.9256
3.5270
3.8006
4.1127
3.1043
3.4585
7.8479
10.4950
9.5128
7.6718
8.5409
10.0236
12.7755
6.2125

ln L
5.2204
5.3423
5.3471
5.3519
5.3566
5.3706
5.3936
5.3982
5.4027
5.4205
5.4381
5.4467
5.4467
5.4638
5.5053

Vol
(ml)
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10

Jumlah telur
(butir)
490
210
320
222
454
341
495
222
314
344
400
516
346
426
384

ln W
4.3820
4.5539
4.6052
4.6052
4.4998
4.6052
4.8283
4.7875
4.8675
4.9416
4.9767
4.9416
5.0106
5.0106
4.9416

F
7 797
12 674
10 181
10 930
14 890
13 907
13 499
17 863
20 239
24 645
27 226
24 615
34 454
32 737
31 905

Fekunditas
(butir)
7 797
12 674
10 181
10 930
14 890
13 907
13 499
17 863
20 239
24 645
27 226
24 615
34 454
32 737
31 905

ln F
8.9614
9.4473
9.2283
9.2993
9.6084
9.5402
9.5104
9.7905
9.9154
10.1123
10.2119
10.1111
10.4474
10.3963
10.3705

42

Lampiran 7 Sebaran frekuensi panjang ikan kembung lelaki (Rastrelliger


kanagurta)
Selang
Kelas
125-129
130-134
135-139
140-144
145-149
150-154
155-159
160-164
165-169
170-174
175-179
180-184
185-189
190-194
195-199
200-204
205-209
210-214
215-219
220-224
225-229
230-234
235-239
240-244
245-249

Nilai
Tengah
(mm)
127
132
137
142
147
152
157
162
167
172
177
182
187
192
197
202
207
212
217
222
227
232
237
242
247

5/30/14
B
J
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
3
1
3
1
9
0
3
1
1
0
5
1 10
4
7
4 15
3 12
7 14
3
7
1
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
28 92

Frekuensi pada tanggal pengambilan contoh


6/27/14
7/23/14
8/24/14
9/23/14
B
J
B
J
B
J
B
J
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
1
2
2
0
1
0
1
1
3
2
9
1
0
0
0
1
1
4
6
0
3
0
1
2
6
2
10
2
4
0
4
1
7
1
4
1
6
3
3
1
3
0
1
2 19
2
1
2
3
0
0
2
8
1
5
0
11
1
0
2
8
0
2
0
3
2
0
0
1
6
4
0
5
5
4
0
1
2
1
3
2
5
2
0
0
4
3
1
4
8
0
0
0
2
1
1
0
3
0
0
1
1
1
0
1
4
0
0
1
0
3
0
0
2
0
0
4
0
2
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
1
21 32
14
53 41
39 11 59

Jumlah
10/24/14
B
J
B
J
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
1
0
2
0
4
0
5
1
0
2
4
1
5
5
12
1
4
6
26
6
1
11
14
4
8
11
30
8
5
11
31
6
1
13
37
2
5
12
24
0
0
8
39
1
6
6
24
1
6
19
34
0 10
13
22
0
2
14
10
0
0
6
2
0
0
6
3
0
0
2
7
0
0
0
3
0
0
1
1
32 58 147
333

Keterangan: J = Jantan B = Betina


Selang
Kelas
125-137
138-150
151-163
164-176
177-189
190-202
203-215
216-228
229-241
242-254

Nilai
Tengah
(mm)
131
144
157
170
183
196
209
222
235
248

5/30/14
B
J
0
1
0
0
1
4
2
13
1
8
8
27
11
31
4
8
1
0
0
0
28
92

Frekuensi pada tanggal pengambilan contoh


6/27/14
7/23/14
8/24/14 9/23/14
B
J
B
J
B
J
B
J
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
1
2
5
5 14
1
1
0
4
4
13
6 16
3 12
5
6
3
15
0
2
5 33
7 10
0
10
8
4
1
5
8
5
4
6 16
2
0
1
1
5
1
1
6
0
0
5
0
1
0
0
0
0
1
2
21 32
14
53 41 39 11 59

Keterangan: J = Jantan B = Betina

10/24/14
B
J
0
0
1
0
0
5
4
9
16
14
9
6
2
12
0
12
0
0
0
0
32
58

Jumlah
B

0
1
1
14
30
30
29
32
9
1
147

1
2
11
43
67
89
72
34
11
3
333

43

Lampiran 8 Sebaran kelompok umur ikan kembung lelaki (Rastrelliger


kanagurta)
a. Ikan betina
Waktu
30 Mei 2014

27 Juni 2014

23 Juli 2014

24 Agustus 2014

23 September 2014

24 Oktober 2014

Kelompok Umur
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

Panjang Rata-Rata
167.01 4.10
184.12 2.50
208.56 9.13
195.33 3.73
212.79 2.50
223.76 4.47
178.99 7.65
195.75 2.50
220.00 4.00
176.10 5.96
220.66 8.85
230.01 2.50
186.46 8.10
199.73 2.63
247.00 2.50
137.00 2.50
184,09 8.59
209.73 2.50

Indeks Sparasi
N.A.
5.29
4.20
N.A.
5.61
3.15
N.A.
3.30
7.56
N.A.
6.02
2.70
N.A.
2.57
18.42
N.A.
8.50
4.63

Panjang Rata-rata
127.00 2.50
170.32 6.10
190.59 2.95
206.75 7.00
172.01 2.50
187.93 3.23
209.59 11.46
238.47 3.04
147.00 4.10
181.40 7.46
203.50 11.25
221.50 2.50
177.76 6.80
213.67 2.50
192.30 8.25
237.00 5.59
163.62 7.25
185.71 8.84
213.77 4.72

Indeks Sparasi
N.A.
10.07
4.48
3.25
N.A.
5.55
2.95
3.98
N.A.
5.96
2.36
2.62
N.A.
7.76
N.A.
6.46
N.A.
2.75
4.14

b. Ikan jantan
Waktu
30 Mei 2014

27 Juni 2014

23 Jul 2014

24 Agustus 2014
23 September 2014
24 Oktober 2014

Kelompok Umur
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
1
2
1
2
3

44

Lampiran 9 Model Ford-Walford ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)


a. Ikan betina
Lt
167.00
195.33
220.00
230.01

L(t+dt)
195.33
220.00
230.01

Perpotongan
Kemiringan
L
K
t0

87.0428
0.6598
255.8366
0.4159
-0.2191

b. Ikan jantan
Lt
127.00
172.01
203.50
213.67
237.00

L(t+dt)
172.01
203.50
213.67
237.00

Perpotongan
Kemiringan
L
K
t0

86.7571
0.6690
262.1361
0.4019
-0.2255

Lampiran 10 Kebiasaan makan ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)


a. Ikan betina
Nama Organisme
Coscinodiscus
Nitzschia serrata
Rhizolosolenia alata
Richelia intracellularis
Thalassiothrix
Thallasionema nitzschoides
Trichodesmium
Copepoda
Jumlah

Enceran
1176.9268
412.6464
159.2428
4906.9852
152.2733
11686.3499
10289.5830
215.9925
29000.0000

Vi
4.0584
1.4229
0.5491
16.9206
0.5251
40.2978
35.4813
0.7448
100.0000

Organisme
Thallasionema Nitzschoides
Trichodesmium
Richelia intracellularis
Coscinodiscus
lainnya
Nama Organisme
Coscinodiscus
Nitzschia serrata
Rhizolosolenia alata
Richelia intracellularis
Thalassiothrix
Thallasionema nitzschoides
Trichodesmium
Copepoda
Jumlah

Bij = 1/0.3447 = 2.9010

Oi
17.0068
5.4422
2.7211
18.3673
2.7211
20.4082
20.4082
8.8435
95.9184

ViOi
69.0199
7.7438
1.4942
310.7872
1.4288
822.4032
724.1086
6.5867
1943.5724

IP (%)
42.3140
37.2566
15.9905
3.5512
0.8877
IP (%)
3.5512
0.3984
0.0769
15.9905
0.0735
42.3140
37.2566
0.3389
100.0000

Pik
0.0355
0.0040
0.0008
0.1599
0.0007
0.4231
0.3726
0.0034
1.0000

IP (%)
3.5512
0.3984
0.0769
15.9905
0.0735
42.3140
37.2566
0.3389
100.0000

Keterangan
Menu utama
Menu pelengkap
Menu pengganti
Menu tambahan
Lainnya
Pik
0.0013
1.5875E-05
5.9103E-07
0.0256
5.4043E-07
0.1790
0.1388
1.1485E-05
0.3447

Ba = (2.9010-1)/(8-1) = 0.2716

45

Lampiran 10 Lanjutan
b. Ikan jantan
Nama Organisme
Coscinodiscus
Licmorpha
Nitzschia serrata
Rhizolosolenia alata
Richelia intracellularis
Thalassiothrix
Thallasionema nitzschoides
Trichodesmium
Copepoda
Jumlah

Enceran
762.5009
107.1429
853.2732
731.7915
4984.5692
659.1270
10193.7168
11669.4169
38.4615
30000.0000

Vi
2.5417
0.3571
2.8442
2.4393
16.6152
2.1971
33.9791
38.8981
0.1282
100.0000

Oi
4.8048
1.2012
2.7027
3.3033
6.3063
1.8018
9.0090
8.7087
0.3003
38.1381

Organisme
Trichodesmium
Thallasionema Nitzschoides
Richelia intracellularis
Coscinodiscus
Lainnya

IP (%)
41.3168
39.1438
13.3985
1.5616
2.5793

Nama Organisme
Coscinodiscus
Licmorpha
Nitzschia serrata
Rhizolosolenia alata
Richelia intracellularis
Thalassiothrix
Thallasionema nitzschoides
Trichodesmium
Copepoda
Jumlah

IP (%)
1.5616
0.0549
0.9830
1.0304
13.3985
0.5062
39.1438
43.3168
0.0049
100.0000

Bij = 1/0.3593 = 2.7833

ViOi
12.2122
0.4290
7.6871
8.0578
104.7807
3.9587
306.1176
338.7518
0.0385
782.0336

IP (%)
1.5616
0.0549
0.9830
1.0304
13.3985
0.5062
39.1438
43.3168
0.0049
100.0000

Keterangan
Menu utama
Menu pelengkap
Menu pengganti
Menu tambahan
Lainnya

Pij
0.0156
0.0005
0.0098
0.0103
0.1340
0.0051
0.3914
0.4332
4.9231E-05
1.0000

Pij
0.0002
3.0093E-07
9.6623E-05
0.0001
0.0180
2.5625E-05
0.1532
0.1876
2.4237E-09
0.3593

Ba = (2.7833-1)/(9-1) = 0.2229

c. Tumpang tindih
Nama Organisme
Coscinodiscus
Licmorpha
Nitzschia serrata
Rhizolosolenia alata
R. intracellularis
Thalassiothrix
T. nitzschoides
Trichodesmium
Copepoda
Jumlah

IP
Pik
3.5512
0.0000
0.3984
0.0769
15.9905
0.0735
42.3140
37.2566
0.3389
100.0000

Pij
1.5616
0.0549
0.9830
1.0304
13.3985
0.5062
39.1438
43.3168
0.0049
100.0000

Proporsi
Pik
Pij
0.0355
0.0156
0.0000
0.0005
0.0040
0.0098
0.0008
0.0103
0.1599
0.1340
0.0007
0.0051
0.4231
0.3914
0.3726
0.4332
0.0034 4.92E-05
1.0000
1.0000

CH = (2x0.0539)/(0.3447+0.3593) = 0.1493

Pik

Pij

Pij.Pik

0.0013
0.0000
1.58E-05
5.91E-07
0.0256
5.40E-07
0.1790
0.1388
1.15E-05
0.3447

0.0002
3.01E-07
9.66E-05
0.0001
0.0180
2.56E-05
0.1532
0.1876
2.42E-09
0.3593

3.08E-07
0.0000
1.53E-09
6.28E-11
4.59E-04
1.39E-11
2.74E-02
2.60E-02
2.78E-14
0.0539

46

Lampiran 11 Mortalitas dan laju eksploitasi ikan kembung lelaki (Rastrelliger


kanagurta)
a. Ikan betina
SK
125-129
130-134
135-139
140-144
145-149
150-154
155-159
160-164
165-169
170-174
175-179
180-184
185-189
190-194
195-199
200-204
205-209
210-214
215-219
220-224
225-229
230-234
235-239
240-244
245-249

Xi
127
132
137
142
147
152
157
162
167
172
177
182
187
192
197
202
207
212
217
222
227
232
237
242
247

C (L1.L2)
0
0
1
0
0
0
0
2
5
6
11
11
11
13
12
8
6
19
13
14
6
6
2
0
1

t (L1)
1.2961
1.3898
1.4873
1.5889
1.6950
1.8060
1.9224
2.0447
2.1735
2.3097
2.4540
2.6075
2.7715
2.9475
3.1375
3.3437
3.5693
3.8183
4.0960
4.4101
4.7714
5.1968
5.7140
6.3738
7.2861

t
0.0747
0.0777
0.0809
0.0845
0.0884
0.0926
0.0973
0.1025
0.1083
0.1148
0.1220
0.1303
0.1398
0.1507
0.1635
0.1787
0.1971
0.2196
0.2479
0.2846
0.3341
0.4045
0.5126
0.7001
1.1077

t(L1/L2)/2
1.3331
1.4283
1.5274
1.6308
1.7388
1.8519
1.9706
2.0954
2.2271
2.3664
2.5142
2.6718
2.8404
3.0217
3.2179
3.4314
3.6658
3.9255
4.2167
4.5482
4.9327
5.3906
5.9567
6.6985
7.7767

Ln((C(L1.L2)/t)

2.5140

2.9709
3.8324
3.9567
4.5014
4.4358
4.3657
4.4573
4.2956
3.8012
3.4160
4.4605
3.9597
3.8957
2.8881
2.6969
1.3615
-0.1023

C(L1,L2)
t(L1)

: frekuensi
: (t0-((1/K)*Ln(1-SB)/L inf )

t
t(L1/L2)/2
Ln((C(L1,L2)/t)

: t(L1)n t(L1)n-1
: (t0-((1/K)*Ln(1-(SB+SA)/(2*L inf) )
: Ln (C(L1,L2) / t)

a. Betina
a (intercept x dan y)
b (slope x dan y)
Z (mortalitas total)
M (mortalitas alami)
F (mortalitas tangkapan)
E (laju eksploitasi)

: 9.8001
: -1.6924
:-b = 1.2361
: 0.8e-0.0152-0.279 ln
: Z-M = 1.6924
: F / Z = 0.7304

+0.6543ln K+0.463 ln T

= 0,4563

b. Jantan
a (intercept x dan y)
b (slope x dan y)
Z (mortalitas total)
M (mortalitas alami)
F (mortalitas tangkapan)
E (laju eksploitasi)

: 19.3575
: -3.5942
:-b = 3.5942
: 0.8e-0.0152-0.279 ln
: Z-M = 3.1510
: F / Z = 0.8767

+0.6543ln K+0.463 ln T

= 0,4432

47

Lampiran 11 Lanjutan
b. Ikan jantan
SK

Xi

C (L1.L2)

t (L1)

125-129

127

1.3865

130-134

132

135-139

137

140-144

142

145-149

t(L1/L2)/2

Ln((C(L1.L2)/t)

0.0737

1.4231

2.6084

1.4789

0.0765

1.5169

1.5749

0.0795

1.6144

1.6747

0.0829

1.7158

2.4907

147

1.7787

0.0864

1.8216

2.4482

150-154

152

1.8873

0.0904

1.9320

3.0969

155-159

157

2.0008

0.0947

2.0476

3.9668

160-164

162

2.1197

0.0994

2.1689

3.6949

165-169

167

12

2.2446

0.1046

2.2963

4.7423

170-174

172

26

2.3760

0.1104

2.4307

5.4614

175-179

177

14

2.5149

0.1169

2.5726

4.7853

180-184

182

30

2.6619

0.1242

2.7232

5.4869

185-189

187

31

2.8182

0.1325

2.8835

5.4552

190-194

192

37

2.9849

0.1419

3.0549

5.5633

195-199

197

24

3.1636

0.1528

3.2389

5.0564

200-204

202

39

3.3562

0.1656

3.4376

5.4620

205-209

207

24

3.5649

0.1806

3.6536

4.8896

210-214

212

34

3.7928

0.1986

3.8901

5.1428

215-219

217

22

4.0436

0.2206

4.1515

4.6023

220-224

222

10

4.3226

0.2482

4.4436

3.6962

225-229

227

4.6369

0.2836

4.7747

1.9535

230-234

232

4.9967

0.3307

5.1566

2.2051

235-239

237

5.4175

0.3968

5.6080

2.8703

240-244

242

5.9242

0.4959

6.1598

1.8000

245-249

247

6.5612

0.6614

6.8700

0.4134

Nilai

Parameter
Betina

Jantan

Mortalitas alami (M) (/tahun)

0.4563

0.4432

Mortalitas penangkapan (F) (/tahun)

1.2361

3.1510

Mortalitas total (Z) (/tahun)

1.6924

3.5942

Laju Eksploitasi (e)

0.7304

0.8767

48

Lampiran 12 Standarisasi alat tangkap


Payang
Tahun

Pukat Pantai
(Arad)
Catch Effort
(ton)
(trip)

Dogol

Catch
(ton)

Effort
(trip)

Catch
(ton)

Effort
(trip)

2007

100.91

544

0.00

0.00

2008

90.95

545

0.00

0.86

2009

96.22

531

11.14

49

2010

92.22

603

12.19

2011

85.16

668

2012

103.68

800

2013

109.08

818

Tahun

Jaring Insang
Tetap
Catch
Effort
(ton)
(trip)

Pukat Cincin

Jaring Insang
Hanyut
Catch
Effort
(ton)
(trip)

Catch
(ton)

Effort
(trip)

173.71

272

0.00

151.97

208

0.00

0.90

98.43

129

3.14

11

56

0.93

75.47

104

2.95

12

37.75

216

0.65

87.11

152

20.46

102

39.10

238

0.00

109.25

222

22.67

123

34.25

220

0.59

90.02

187

17.33

96

Bagan Rakit

Bagan Tancap

Pancing

Catch
(ton)

Effort
(trip)

Catch
(ton)

Effort
(trip)

Catch
(ton)

Effort
(trip)

2007

123.35

633

63.46

676

47.75

590

122.27

1 273

2008

119.59

569

53.89

608

45.97

555

122.83

1 293

2009

122.41

507

51.68

464

45.34

448

116.64

1 031

2010

123.16

591

50.38

411

41.01

456

114.92

1 134

2011

90.46

552

65.86

1175

38.03

353

85.44

1 032

2012

108.59

686

79.48

896

31.57

512

72.00

920

2013

109.65

731

90.03

1065

30.91

488

74.35

894

Alat Tangkap

Catch (ton)

Effort (trip)

CPUE

FPI

Payang

972.49

6 023

0.1614

0.2645

Dogol

134.42

778

0.1728

0.2831

3.92

21

0.1838

0.3011

Pukat Pantai (Arad)


Pukat Cincin

1 627.93

2 667

0.6103

1.0000

Jaring Insang Hanyut

666.65

3 987

0.1672

0.2739

Jaring Insang Tetap

975.68

5 246

0.1860

0.3047

Bagan Rakit

552.23

6 246

0.0884

0.1449

347.72

4 265

0.0815

0.1336

1 271.01

12 651

0.1005

0.1646

Bagan Tancap
Pancing
Tahun
2007

Catch (ton)
631.46

Effort (trip)
995

CPUE
0.6347

ln CPUE

2008

586.05

902

0.6496

-0.4314

2009

545.89

739

0.7387

-0.3028

2010

513.23

771

0.6654

-0.4074

2011

510.91

974

0.5245

-0.6453

2012

566.35

1093

0.5179

-0.6579

2013

556.22

1082

0.5140

-0.6656

-0.4545

49

Lampiran 12 Lanjutan
Model Scheafer

Model Fox

1.1308

0.3493

-0.0006

-0.0009

R2

79.22%

R2

78.12%

MSY

571.04

MSY

569.15

fmsy

1 010.02

fmsy

1 090.95

JTB

513.94

JTB

512.24

Lampiran 13 Pengelolaan ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)

Ikan kembung lelaki betina mempunyai siklus hidup 7.4332 bulan (7 bulan 14
hari). Pengelolaan penutupan musim dilakukan sebelum ikan matang gonad
2.8817 bulan (2 bulan 27 hari). Ukuran mata jaring yang digunakan tidak boleh
kurang dari ukuran ikan pertama kali matang gonad sebesar 50 mm (1.97 inci).

Ikan kembung lelaki jantan mempunyai siklus hidup 6.7509 bulan (6 bulan 23
hari). Pengelolaan penutupan musim dilakukan sebelum ikan matang gonad
3.0496 bulan (3 bulan). Ukuran mata jaring yang digunakan tidak boleh kurang
dari ukuran ikan pertama kali matang gonad sebesar 50 mm (1.97 inci).

50

Lampiran 14 Uji nilai dua b


Hipotesis:
H0: Tidak terdapat perbedaan pola pertumbuhan antar bulan yang diuji
H1: Terdapat perbedaan pola pertumbuhan antar bulan yang diuji
a. Ikan betina
Mei-Juni
x12
y12
x22
y22
x1y1
x2y2
sp2
thit
ttab

1144229
220975
947534
225525
493290
457525
8414.4644
2.7320
2.0096

Juni-Juli
947534
225525
548510
126500
457525
260065
4708.1679
9.2164
2.0301

Juli-Agustus
548510
126500
1793145
526900
260065
946000
3740.9681
13.1923
2.0040

AgustusSeptember
1793145
526900
422045
93625
946000
197645
27846.0298
6.3744
2.0066

SeptemberOktober
422045
93625
1085584
197200
197645
460180
1121.8227
10.6239
2.0167

thit>tab: Tolak H0
b. Ikan jantan
Mei-Juni
x12
y12
x22
y22
x1y1
x2y2
sp2
thit
ttab

3515630
604275
1403791
330925
1427670
665785
24635.6406
2.0541
1.9793

Juni-Juli
1403791
330925
2016372
430650
665785
919260
15301.5901
5.5299
1.9883

Juli-Agustus
2016372
430650
1305185
190150
919260
484695
11676.5635
7.7550
1.9861

AgustusSeptember
1305185
190150
2323403
536550
484695
1112335
10195.8406
14.2174
1.9845

SeptemberOktober
2323403
536550
2164632
424475
1112335
950995
4075.8725
2.9610
1.9804

thit>tab: Tolak H0
x12=sumsq(panjang bulan 1), y12=sumsq(bobot bulan 1), x21=sumsq(panjang
bulan 2), y22=sumsq(bobot bulan 2), x1y1=sumproduct(panjang bulan 1; bobot
bulan 1), x2y2=sumproduct(panjang bulan 2; bobot bulan 2)
sp2=(y12-(x1y1*x1y1/x12))+(y22-(x2y2*x2y2/x22))/((n1-2)+(n2-2))
thit=(b1-b2)/sqrt(s2*(1/x12+1/x22))
ttab=tinv(0.05;(sum(n1;n2))

51

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Muhammad Syahli Indra


Mulia Nusantara Siregar, dilahirkan di Tangerang 22 Januari
1994. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara
dari pasangan Bapak Syahgol Muhammad Jahin Siregar dan
Ibu Lia Ellya. Penulis mulai mengikuti pendidikan formal di
TK Pertamina dan lulus tahun 1999 dilanjutkan sekolah dasar
di SD Negeri Poeman 6, Indramayu, SD Negeri Cipta Bina
Mandiri, Sukabumi dan SD Negeri 060924, Medan Amplas
dan lulus pada tahun 2005. Melanjutkan sekolah di SMP
Negeri 4 Sukabumi dan lulus pada tahun 2008. Melanjutkan sekolah di SMA
Negeri 2 Sukabumi dan lulus pada tahun 2011.
Penulis melanjutkan sekolah dan diterima menjadi mahasiswa di Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Saringan Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN) pada tahun 2011 sebagai mahasiswa Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor. Penulis aktif mengikuti kegiatan akademik diluar perkuliahan penulis
pernah menjadi asisten mata kuliah Biologi Populasi tahun (2014/2015) dan
Pengkajian Stok Ikan tahun (2014/2015). Selain itu penulis aktif mengikuti
seminar maupun berpartisipasi dalam berbagai kepanitian di lingkungan kampus
Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai