Disusun oleh:
Kelompok I/A
Winda Ramadani (210302001)
Afrisal Pasaribu (210302008)
Fitri Adhia (210302014)
Shofartun Nurul Hidayah (210302019)
Perawati Purba (210302024)
Ananda Hafiz Rahmatullah Loebis (210302032)
Angelina Suryati Pardede (210302038)
David Hernan Crespo Ginting (210302043)
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan rahmat dan berkah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
penulisan makalah ini dengan baik dan tanpa kendala apapun. Makalah berjudul “Uji
Variabel Fekunditas, Variabel TKG dan IKG dalam Skala Rasio Kelamin pada
Ikan Nomei (Harpodon nehereus)” ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok
pada mata kuliah Biologi Perikanan. Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada pihak yang telah membantu sekaligus memberi dukungan
dalam penyusunan makalah ini, terutama dosen Mata Kuliah Biologi Perikanan
yaitu Ibu Desrita S. Pi., M.Si., Ibu Julia Syahriani, S.Pi., M.Si. dan juga
Ibu Vindy Rilani Manurung S. Pi., MP.
Penulis memohon maaf bila masih terdapat kekurangan dalam penyusunan
makalah ini, baik secara materi maupun penyampaian dalam makalah ini. Penulis juga
menerima kritik serta saran dari pembaca agar dapat membuat makalah dengan lebih
baik di kesempatan berikutnya. Penulis berharap makalah ini memberikan manfaat bagi
para pembaca, dan kami ucapkan terimakasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR………………………………………………….... i
DAFTAR ISI……………………………………………………………... ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................... 1
Tujuan Penulisan ............................................................................... 3
Manfaat Penulisan ............................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Nomei (Harpodon neherus) ...................................................... 4
Tingkat Kematangan Gonad (TKG) .................................................. 7
Indeks Kematangan Gonad (IKG) ..................................................... 8
Fekunditas .......................................................................................... 9
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian............................................................ 10
Alat dan Bahan Penelitian ................................................................. 10
Prosedur Penelitian ............................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan nomei (Harpadon nehereus) merupakan salah satu atau ciri khas dari Kota
Tarakan karena ikan ini hanya terdapat di daerah perairan Juata Kota Tarakan. Ikan
nomei ini menjadi salah satu makanan favorit bagi para predator yaitu ikan lumba-
lumba albino. Apabila terjadi masa panen yang cukup banyak, maka di sekitar perairan
Kota Tarakan akan dipenuhi segerombolan jenis ikan lumba-lumba. Ikan nomei
(Harpadon nehereus) merupakan salah satu jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis
yang cukup tinggi karena apabila dilihat dari segi citarasa, ikan nomei memiliki daging
yang gurih, enak dan lezat serta bergizi sehingga banyak digemari.
Ikan nomei (Harpadon nehereus) saat ini terindikasi mengalami degradasi atau
penurunan dari segi kuantitas atau jumlah hasil tangkapan, hal ini disebabkan mata
jaring pukat (trawl) dari nelayan yang cukup kecil sekitar tiga perempat inchi dan
didukung pula adanya penangkapan berlebihan (Overfishing) karena permintaan pasar
yang cukup tinggi akan kebutuhan ikan nomei (Harpadon nehereus) yang dijadikan
sebagai produk oleh - oleh ataupun untuk konsumsi masyarakat sehari-hari. Melihat
pentingnya potensi dari ikan nomei (Harpadon nehereus) maka sangat diperlukan
pengelolaan yang lestari dan berkelanjutan melalui penelitian tentang Ikan Nomei
(Harpadon nehereus) agar dapat tetap lestari keberadaannya secara berkelanjutan.
Tingkat kematangan gonad (TKG) adalah tahap tertentu perkembangan gonad
sebelum dan sesudah ikan memijah. Untuk menentukan tingkat kematangan gonad
pada ikan betina maka yang diamati adalah bentuk, ukuran, warna, kehalusan, dan
pengisian ovarium dalam rongga tubuh serta ukuran, kejelasan bentuk, warna telur
dalam ovarium. Sebaliknya, untuk ikan jantan yang diamati adalah bentuk, ukuran,
warna, dan pengisian testes dalam rongga tubuh. Berdasarkan hasil pengamatan
terhadap ikan diperoleh Tingkat kematangan gonad yang terbagi dalam lima tahap
yaitu TKG I immature (belum berkembang), TKG II maturing (awal perkembangan),
TKG III mature (matang gonad), TKG IV fully mature (perkembangan akhir), dan
TKG V resting (memijah).
2
berbeda maupun pada spesies yang sama. Diameter telur dan fekunditas akan selalu
memiliki hubungan dengan lebar karapas (L) maupun berat (W) dari rajungan tersebut.
meter telur. Penyebaran diameter telur yang sudah matang dalam ovarium dapat
digunakan untuk menduga frekuensi pemijahan, yaitu dengan melihat modus yang
terbentuk. Waktu lama pemijahan dapat diprediksi dari ukuran diameter telur. Jika ikan
tersebut memiliki waktu pemijahan yang pendek, maka semua telur yang masak di
dalam ovarium akan memiliki ukuran yang sama. Namun, jika waktu pemijahan ikan
tersebut lama atau terus menerus pada kisaran waktu yang lama, maka telur yang
berada di dalam ovarium memiliki ukuran yang berbeda-beda.
Fekunditas merupakan jumlah telur dalam ovarium sesaat sebelum dilakukan
pemijahan yang dapat digunakan untuk memprediksi jumlah anakan yang akan
dihasilkan. Besarnya fekunditas pada ikan dipengaruhi oleh faktor ketersediaan pakan,
ukuran panjang dan berat ikan, diameter telur dan faktor lingkungan. Fekunditas pada
ikan berkorelasi positif dengan panjang tubuh dan berkorelasi negatif dengan berat
tubuh. Semakin berat tubuh ikan nila tidak berarti semakin banyak fekunditas.
Fekunditas dapat digunakan sebagai indikator jumlah larva yang dihasilkan setelah
proses pemijahan, pembuahan dan penetasan telur.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Tingkat Kematangan Gonad.
2. Untuk mengetahui Indeks Kematangan Gonad.
3. Untuk mengetahui Fekunditas.
Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini untuk menambah wawasan dan
pengetahuan tentang TKG, IKG dan Fekunditas dan sebagai bahan bacaan bagi yang
membacanya dan juga sebagai salah satu tugas yang harus dipenuhi pada mata kuliah
Biologi Perikanan.
TINJAUAN PUSTAKA
Barat, Kalimantan Timur (Tarakan), Sulawesi Selatan dan Tenggara, Maluku dan Irian
Jaya, Laut Arafuru, sepanjang pantai laut Cina Selatan. Ikan Nomei ini umumnya hidup
didasar, berlumpur, daerah pantai, muara-muara sungai dan tergolong ikan demersal.
Termasuk ikan buas, makananya binatang dasar, ikan-ikan kecil. Habitat ikan Nomei
adalah disepanjang pantai yang berlumpur dan berpasir. Di perairan Kota Tarakan
terdapat pada perairan Juata dan perairan Amal, dengan populasi jenis ini cukup besar.
Ikan jenis ini hidup pada kedalaman air ± 15 m yang mana terdapat alur-alur air pada
dasar laut dengan salinitas ± 30 7 ppm. Jenis ini senang bergerombol dengan daerah
pergerakan pada pertengahan air serta terdapat sepanjang tahun dengan puncaknya
pada bulan Agustus sampai September (Dinas Kelautan dan Perikanan, 2002).
Ikan nomei ini menjadi salah satu makanan favorit bagi para predator yaitu ikan
lumba-lumba albino yang terdapat di sekitar perairan Juata Kota Tarakan. Apabila
terjadi masa panen yang cukup banyak, maka di sekitar perairan Kota Tarakan akan
dipenuhi segerombolan jenis ikan lumba-lumba albino. Ikan nomei
(Harpadon nehereus) saat ini terindikasi mengalami degradasi/ penurunan dari segi
kuantitas atau jumlah hasil tangkapan, hal ini disebabkan mata jaring pukat (trawl) dari
nelayan yang cukup kecil sekitar ¾ inci dan didukung pula adanya penangkapan
berlebihan (Overfishing) karena permintaan pasar yang cukup tinggi akan kebutuhan
ikan nomei (Harpadon nehereus) yang dijadikan sebagai produk oleh - oleh ataupun
untuk konsumsi masyarakat sehari-hari serta rantai makanan dalam air juga menjadi
faktornya (Salim dan Firdaus 2011).
Daerah penyebaran ikan nomei adalah sepanjang perairan pantai dan daerah
dekat muara sungai seperti pantai Barat Sumatera (Aceh, Lampung, Bengkulu, Padang,
Pariaman), bagian timur Sumatera (Sumatra Selatan), sekitar jawa (Jawa Barat),
Kalimantan Barat, Kalimantan Timur (Tarakan), Sulawesi Selatan dan Sulawesi
Tenggara, Maluku dan Irian Jaya, Laut Arafuru, sepanjang pantai laut Cina Selatan.
Ikan nomei ini umumnya hidup di dasar perairan, berlumpur daerah pantai, muara-
muara sungai dan tergolong ikan demersal. Termasuk ikan buas dimana makanannya
adalah ikan-ikan kecil dan binatang dasar (Dirjenkan, 1979).
Habitat Ikan Nomei (Harpodon nehereus) adalah di sepanjang pantai landai yang
berlumpur dan berpasir. Di perairan kota Tarakan terdapat pada perairan Juwata dan
Perairan Amal dengan populasi jenis ini cukup besar. Ikan jenis ini hidup pada 83
kedalaman air + 15m yang mana terdapat alur-alur air pada dasar laut dengan tingkat
gradien salintias kisaran +30ppt. Jenis ini senang bergerombol dengan daerah
pergerakan pada pertengahan air serta terdapat sepanjang tahun dengan puncaknya
pada bulan Agustus sampai September (Dinas Kelautan dan Perikanan, 2002)
Pertumbuhan dari ikan Nomei (Harpodon nehereus) dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu faktor dalam dan luar. Faktor
dalam umumnya adalah faktor yang sukar dikontrol, diantaranya yaitu keturunan, sex,
parasit, umur, dan penyakit. Pada faktor sex, faktor ini tidak dapat dikontrol, karena
7
ada ikan betina yang pertumbuhannya lebih baik dari ikan jantan atau sebaliknya, dan
ada pula spesies ikan yang tidak mempunyai perbedaan pertumbuhan pada ikan betina
dan jantan, namun demikian sebagian besar dari pertumbuhan suatu spesies ikan
mempunyai perbedaan yang tipis. Menurut Lagler (1962), umur dapat berperan dalam
faktor pertumbuhan. Pertumbuhan ikan tua akan berjalan terus tetapi lambat
(autocatalytic), umumnya mempunyai kekurangan makanan berlebih untuk
pertumbuhannya, disebabkan karena 84 sebagian besar makanan yang diserap oleh
tubuh, digunakan dalam pemeliharaan tubuh dan pergerakan. Penyakit dan parasit
dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan terutama jika ikan diserang alat pencernaan
makanan atau organ lain yang vital, sehingga kegunaan dari makanan dalam tubuh akan
berkurang (Effendie, 2002).
perairan, pola adaptasi dan strategi hidup ikan yang berbeda, selain itu adanya
kecepatan pertumbuhan pada masing-masing ikan juga menyebabkan ikan akan
mencapai tingkat kematangan gonad yang berbeda (Khoirul dan Susilo, 2013).
Faktor yang mempengaruhi proses kematangan gonad induk yaitu faktor dalam
(jenis ikan, hormon) dan faktor luar (suhu, makanan, intensitas cahaya, dll). Pemberian
pakan dengan kandungan nutrisi (protein, lemak, karbohidrat, meniral, vitamin + E)
yang baik akan mempengaruhi pematangan gonad, fekunditas dan kualitas telur secara
maksimal. Faktor pakan yang diberikan juga bisa mempengaruhi kematangan gonad
dikarenakan kandungan protein yang ada dipakan yang berbeda - beda, mungkin ini
salah satu penyebab kenapa bisa terjadi kematangan gonad ikan yang berbeda
pula (Khoirul dan Susilo, 2013).
Fekunditas
Fekunditas adalah jumlah telur yang terdapat pada ovari ikan betina yang telah
matang gonad dan siap untuk dikeluarkan pada waktu memijah. Pengetahuan tentang
fekunditas dibidang budidaya perikanan sangatlah penting artinya untuk memprediksi
berapa banyak jumlah larva atau benih yang akan dihasilkan oleh individu ikan pada
waktu mijah sedangkan dibidang biologi perikanan untuk memprediksikan berapa
jumlah stok suatu populasi ikan dalam lingkungan perairan (Muhotimah et al., 2013).
Fekunditas total ialah jumlah telur yang dihasilkan ikan selama hidupnya.
Fekunditas relatif adalah jumlah telur per satuan berat atau panjang. Fekunditas inipun
sebenarnya mewakili fekunditas individu kalau tidak diperhatikan berat atau panjang
ikan. Penggunaan fekunditas relatif dengan satuan berat lebih mendekati kepada
kondisi ikan itu sendiri dari pada dengan panjang. Bahkan lebih mencerminkan status
ikan betina dan kualitas dari telur kalau berat yang dipakai tanpa berat alat-alat
pencernaan makanannya. Ikan-ikan yang tua dan besar ukurannya mempunyai
fekunditas relatif lebih kecil. Umumnya fekunditas relatif lebih tinggi dibanding
dengan fekunditas individu Fekunditas relatif akan menjadi maksimum pada golongan
ikan yang masih muda (Nikolsky, 2019).
10
Analisis Data
Analisis yang digunakan secara deskriptif dimana pengamatan fekunditas, telur
dihitung di bawah mikroskop dengan skala perbesaran 100x. Sebelum telur dihitung,
telur diencerkan dengan menggunakan aquades sebanyak 50 ml.
Fekunditas atau jumlah telur ikan dianalisa dengan menggunakan cara
gabungan gravimetrik, volumetrik, dan hitung. Effendie (1979) menyampaikannya
dengan menggunakan rumus yaitu sebagai berikut :
Hasil
Uji fekunditas dilakukan mengambilan sampel jumlah telur ikan nomei jenis
betina menggunakan skala mikroskopis. Berikut ini adalah gambaran dari hasil
perhitungan :
Pengambilan data gonad ikan nomei jenis kelamin jantan dan betina digunakan
untuk mengetahui tingkat kematangan gonad (TKG) pada ikan nomei. Berikut ini
adalah hasil pengamatan tingkat kematangan gonad ikan nomei jantan.
Berikut ini adalah hasil Indeks kematangan gonad (IKG) dalam tingkat
kematangan gonad (TKG) pada pengukuran bobot gonad ikan nomei berjenis jantan
dan betina :
Kesimpulan
Kesimpulan dari laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Jumlah telur atau fekunditas sekali memijah pada ikan nomei betina sebesar 8.167
butir telur.
2. Rasio kelamin jantan dan betina pada TKG I yaitu 2,55 : 1. Pada TKG II rasio
kelamin jantan dan betina yaitu 1,99 : 1. Pada TKG III rasio kelamin jantan dan
betina yaitu 1 : 1,1. Pada TKG IV rasio kelamin jantan dan betina yaitu 1 : 2,1.
3. Rasio kelamin pada IKG I ikan nomei jantan dan betina yaitu 1 : 3,42. Pada IKG
II ikan nomei jantan dan betina yaitu 1 : 1,19. Pada IKG III ikan nomei jantan dan
betina yaitu 1 : 1,90. Pada IKG IV ikan nomei jantan dan betina yaitu 1 : 0,85.
Saran
Saran untuk laporan ini ialah diharapkan adanya penelitian kembali mengenai
reproduksi ikan nomei (Harpadon nehereus) agar ikan ini dapat dikelola dengan lestari,
karena ikan ini sudah mengalami penurunan populasi berdasarkan hasil tangkapan
nelayan dan diperkirakan dapat terancam punah atau endemik di Perairan Juata Kota
Tarakan. Adanya tindak lanjutan dari pemerintah dalam membatasi hasil tangkapan
nelayan sehingga dapat memperkecil terjadinya degradasi terhadap ikan nomei yang
terjadi akibat dari tekanan eksploitasi yang tinggi dari aktivitas penangkapan.
DAFTAR PUSTAKA