Anda di halaman 1dari 25

Makalah Mata Kuliah Biologi Perikanan

UJI VARIABEL FEKUNDITAS, VARIABEL TKG DAN IKG


DALAM SKALA RASIO KELAMIN PADA IKAN NOMEI
(Harpodon Nehereus)

Disusun oleh:
Kelompok I/A
Winda Ramadani (210302001)
Afrisal Pasaribu (210302008)
Fitri Adhia (210302014)
Shofartun Nurul Hidayah (210302019)
Perawati Purba (210302024)
Ananda Hafiz Rahmatullah Loebis (210302032)
Angelina Suryati Pardede (210302038)
David Hernan Crespo Ginting (210302043)

MATA KULIAH BIOLOGI PERIKANAN


PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan rahmat dan berkah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
penulisan makalah ini dengan baik dan tanpa kendala apapun. Makalah berjudul “Uji
Variabel Fekunditas, Variabel TKG dan IKG dalam Skala Rasio Kelamin pada
Ikan Nomei (Harpodon nehereus)” ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok
pada mata kuliah Biologi Perikanan. Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada pihak yang telah membantu sekaligus memberi dukungan
dalam penyusunan makalah ini, terutama dosen Mata Kuliah Biologi Perikanan
yaitu Ibu Desrita S. Pi., M.Si., Ibu Julia Syahriani, S.Pi., M.Si. dan juga
Ibu Vindy Rilani Manurung S. Pi., MP.
Penulis memohon maaf bila masih terdapat kekurangan dalam penyusunan
makalah ini, baik secara materi maupun penyampaian dalam makalah ini. Penulis juga
menerima kritik serta saran dari pembaca agar dapat membuat makalah dengan lebih
baik di kesempatan berikutnya. Penulis berharap makalah ini memberikan manfaat bagi
para pembaca, dan kami ucapkan terimakasih.

Medan, April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR………………………………………………….... i
DAFTAR ISI……………………………………………………………... ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................... 1
Tujuan Penulisan ............................................................................... 3
Manfaat Penulisan ............................................................................. 3

TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Nomei (Harpodon neherus) ...................................................... 4
Tingkat Kematangan Gonad (TKG) .................................................. 7
Indeks Kematangan Gonad (IKG) ..................................................... 8
Fekunditas .......................................................................................... 9

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian............................................................ 10
Alat dan Bahan Penelitian ................................................................. 10
Prosedur Penelitian ............................................................................ 10

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil ................................................................................................... 13
Pembahasan ....................................................................................... 15

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan ........................................................................................ 16
Saran .................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ii
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Ikan nomei (Harpadon nehereus) merupakan salah satu atau ciri khas dari Kota
Tarakan karena ikan ini hanya terdapat di daerah perairan Juata Kota Tarakan. Ikan
nomei ini menjadi salah satu makanan favorit bagi para predator yaitu ikan lumba-
lumba albino. Apabila terjadi masa panen yang cukup banyak, maka di sekitar perairan
Kota Tarakan akan dipenuhi segerombolan jenis ikan lumba-lumba. Ikan nomei
(Harpadon nehereus) merupakan salah satu jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis
yang cukup tinggi karena apabila dilihat dari segi citarasa, ikan nomei memiliki daging
yang gurih, enak dan lezat serta bergizi sehingga banyak digemari.
Ikan nomei (Harpadon nehereus) saat ini terindikasi mengalami degradasi atau
penurunan dari segi kuantitas atau jumlah hasil tangkapan, hal ini disebabkan mata
jaring pukat (trawl) dari nelayan yang cukup kecil sekitar tiga perempat inchi dan
didukung pula adanya penangkapan berlebihan (Overfishing) karena permintaan pasar
yang cukup tinggi akan kebutuhan ikan nomei (Harpadon nehereus) yang dijadikan
sebagai produk oleh - oleh ataupun untuk konsumsi masyarakat sehari-hari. Melihat
pentingnya potensi dari ikan nomei (Harpadon nehereus) maka sangat diperlukan
pengelolaan yang lestari dan berkelanjutan melalui penelitian tentang Ikan Nomei
(Harpadon nehereus) agar dapat tetap lestari keberadaannya secara berkelanjutan.
Tingkat kematangan gonad (TKG) adalah tahap tertentu perkembangan gonad
sebelum dan sesudah ikan memijah. Untuk menentukan tingkat kematangan gonad
pada ikan betina maka yang diamati adalah bentuk, ukuran, warna, kehalusan, dan
pengisian ovarium dalam rongga tubuh serta ukuran, kejelasan bentuk, warna telur
dalam ovarium. Sebaliknya, untuk ikan jantan yang diamati adalah bentuk, ukuran,
warna, dan pengisian testes dalam rongga tubuh. Berdasarkan hasil pengamatan
terhadap ikan diperoleh Tingkat kematangan gonad yang terbagi dalam lima tahap
yaitu TKG I immature (belum berkembang), TKG II maturing (awal perkembangan),
TKG III mature (matang gonad), TKG IV fully mature (perkembangan akhir), dan
TKG V resting (memijah).
2

Tingkat kematangan gonad dapat dipergunakan sebagai penduga status


reproduksi ikan, ukuran dan umur pada saat pertama kali matang gonad, proporsi
jumlah stok yang secara produktif matang dengan pemahaman tentang siklus
reproduksi bagi suatu populasi atau spesies. Aspek reproduksi penting untuk diketahui
agar manajemen perikanan tangkap yang berkelanjutan dapat berlangsung.
Penentuan tingkat kematangan gonad selain menggambarkan siklus reproduksi,
juga berkaitan dengan pendugaan umur atau ukuran ikan mencapai matang gonad dan
waktu pemijahan. Pengamatan melalui analisis histologi banyak digunakan untuk
mengetahui biologi reproduksi pada ikan dan metode ini memberikan hasil yang akurat
tentang status reproduksi. Tingkat kematangan gonad ikan dipengaruhi oleh faktor
internal dan faktor eksternal. Perbedaan hasil pada ukuran TKG tersebut dapat terjadi
karena dalam spesies yang sama juga terdapat kemungkinan mengalami ukuran
panjang pertama kali matang gonad yang berbeda yang sangat terkait dengan
kesesuaian kondisi lingkungannya untuk pemijahannya.
Indeks kematangan gonad (IKG) merupakan perbandingan antara bobot gonad
dan bobot tubuh yang nilainya dinyatakan dalam persen. Pengetahuan mengenai IKG
dapat digunakan untuk menentukan musim pemijahan. Nilai IKG yang tinggi
merupakan indikator dari periode reproduksi. Indeks Kematangan Gonad (IKG)
merupakan suatu cara untuk mengetahui perkembangan gonad pada setiap kematangan
gonad secara kuantitatif.
Indeks kematangan gonad merupakan salah satu cara yang dapat diamati untuk
menggambarkan sistim reproduksi (perkembangan gonad) secara kuantitatif dan
kualitatif. IKG Ikan selar kuning betina cenderung lebih besar dibanding Ikan selar
kuning jantan. Peningkatan nilai IKG seiring dengan meningkatnya TKG. Hal ini
dikarenakan dengan meningkatnya TKG menyebabkan ukuran diameter telur dan
bobot gonad juga meningkat. Meningkatnya bobot gonad menyebabkan nilai IKG
meningkat. Bobot gonad akan mencapai maksimum sesaat sebelum ikan akan memijah
dan nilai IKG akan mencapai mekasimum pada kondisi tersebut.
Fekunditas merupakan jumlah total telur yang dihasilkan oleh satu individu
dalam satu kali pemijahan. Fekunditas akan sangat bervariasi pada setiap spesies yang
3

berbeda maupun pada spesies yang sama. Diameter telur dan fekunditas akan selalu
memiliki hubungan dengan lebar karapas (L) maupun berat (W) dari rajungan tersebut.
meter telur. Penyebaran diameter telur yang sudah matang dalam ovarium dapat
digunakan untuk menduga frekuensi pemijahan, yaitu dengan melihat modus yang
terbentuk. Waktu lama pemijahan dapat diprediksi dari ukuran diameter telur. Jika ikan
tersebut memiliki waktu pemijahan yang pendek, maka semua telur yang masak di
dalam ovarium akan memiliki ukuran yang sama. Namun, jika waktu pemijahan ikan
tersebut lama atau terus menerus pada kisaran waktu yang lama, maka telur yang
berada di dalam ovarium memiliki ukuran yang berbeda-beda.
Fekunditas merupakan jumlah telur dalam ovarium sesaat sebelum dilakukan
pemijahan yang dapat digunakan untuk memprediksi jumlah anakan yang akan
dihasilkan. Besarnya fekunditas pada ikan dipengaruhi oleh faktor ketersediaan pakan,
ukuran panjang dan berat ikan, diameter telur dan faktor lingkungan. Fekunditas pada
ikan berkorelasi positif dengan panjang tubuh dan berkorelasi negatif dengan berat
tubuh. Semakin berat tubuh ikan nila tidak berarti semakin banyak fekunditas.
Fekunditas dapat digunakan sebagai indikator jumlah larva yang dihasilkan setelah
proses pemijahan, pembuahan dan penetasan telur.

Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Tingkat Kematangan Gonad.
2. Untuk mengetahui Indeks Kematangan Gonad.
3. Untuk mengetahui Fekunditas.

Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini untuk menambah wawasan dan
pengetahuan tentang TKG, IKG dan Fekunditas dan sebagai bahan bacaan bagi yang
membacanya dan juga sebagai salah satu tugas yang harus dipenuhi pada mata kuliah
Biologi Perikanan.
TINJAUAN PUSTAKA

Ikan Nomei (Harpodon nehereus)


Ikan Nomei (Harpodon nehereus) merupakan salah satu ikon atau ciri khas dari
Kota Tarakan karena ikan ini hanya terdapat di daerah perairan Pulau Tarakan dan
sekitarnya. Selain itu pula ikan Nomei merupakan ikan yang memiliki kekurangan,
salah satunya yaitu apabila ikan nomei tertangkap ke dalam jaring nelayan maka ikan
ini langsung mati atau tidak dapat bertahan hidup dalam jangka waktu lama, biasanya
masyarakat setempat menyebut ikan nomei sebagai ikan lembek (lemah). Ikan Nomei
(Harpodon nehereus) merupakan salah satu jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis
yang cukup tinggi karena apabila dilihat dari segi citarasa, ikan nomei memiliki daging
yang gurih, enak dan lezat serta bergizi sehingga banyak digemari oleh masyarakat
pada khususnya masyarakat Kota Tarakan (Malisan, 2004).
Ikan Nomei (Harpodon nehereus) memiliki ciri-ciri sebagai berikut : mempunyai
tubuh panjang seperti torpedo, mata kecil, jarak mata dekat dengan ujung hidung, mulut
lebar dengan gigi-gigi runcing, sisik pada garis rusuk memanjang melampaui lekukan
lembaran sirip ekor, permulaan sirip dubur di belakang punggung, tulang rahang atas
depan memanjang dan menyingkirkan tulang rahang atas dari pinggiran mulut, tulang-
tulang tutup insang sempurna, sirip dengan 7-10 jari-jari, kadang-kadang tidak
bergelembung renang yang dimilikinya (Saanin, 1984).
Ikan Nomei memiliki dua belas buah sampai empat belas buah sirip yang lemah
(Dorsal.12-14), sedangkan sirip dubur sebanyak empat belas buah sampai lima belas
buah sirip yang lemah (Anal.14-15); sirip dada sebanyak sebelas sampai lima belas
buah (Pectoral.11- 12); sirip perut sebanyak sembilan buah yang lemah (Ventral,9);
sisik garis rusuk +40. Warna sawo matang atau abu-abu terang dengan bintik-bintik
halus, hampir seluruh badan tembus cahaya, sirip-siripnya kadang-kadang agak gelap,
ukuran tubuhnya mencapai panjang 40cm, tapi umumnya 10-25cm (Royce, 1984).
Daerah penyebaran ikan Nomei adalah sepanjang perairan pantai daerah dekat
muara sungai seperti pantai Barat Sumatra (Aceh, Lampung, Bengkulu, Padang,
Pariaman), bagian Timur Sumatra (Sumatra Selatan), Jawa (Jawa Barat), Kalimantan
5

Barat, Kalimantan Timur (Tarakan), Sulawesi Selatan dan Tenggara, Maluku dan Irian
Jaya, Laut Arafuru, sepanjang pantai laut Cina Selatan. Ikan Nomei ini umumnya hidup
didasar, berlumpur, daerah pantai, muara-muara sungai dan tergolong ikan demersal.
Termasuk ikan buas, makananya binatang dasar, ikan-ikan kecil. Habitat ikan Nomei
adalah disepanjang pantai yang berlumpur dan berpasir. Di perairan Kota Tarakan
terdapat pada perairan Juata dan perairan Amal, dengan populasi jenis ini cukup besar.
Ikan jenis ini hidup pada kedalaman air ± 15 m yang mana terdapat alur-alur air pada
dasar laut dengan salinitas ± 30 7 ppm. Jenis ini senang bergerombol dengan daerah
pergerakan pada pertengahan air serta terdapat sepanjang tahun dengan puncaknya
pada bulan Agustus sampai September (Dinas Kelautan dan Perikanan, 2002).

Gambar 1. Ikan Nomei (Harpodon nehereus)


Ikan Nomei (Harpodon nehereus) dikenal juga dengan beberapa nama lokal
seperti ikan Lembe-lembe dan Jambrong. Klasifikasi ikan Nomei
(Harpodon Nehereus) menurut (Hamilton, 1822) sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Pisces
Sub Class : Actinopterygi
Order : Aulopiformes
Family : Synodontidae
Genus : Harpadon
Species : Harpodon nehereus
6

Ikan nomei ini menjadi salah satu makanan favorit bagi para predator yaitu ikan
lumba-lumba albino yang terdapat di sekitar perairan Juata Kota Tarakan. Apabila
terjadi masa panen yang cukup banyak, maka di sekitar perairan Kota Tarakan akan
dipenuhi segerombolan jenis ikan lumba-lumba albino. Ikan nomei
(Harpadon nehereus) saat ini terindikasi mengalami degradasi/ penurunan dari segi
kuantitas atau jumlah hasil tangkapan, hal ini disebabkan mata jaring pukat (trawl) dari
nelayan yang cukup kecil sekitar ¾ inci dan didukung pula adanya penangkapan
berlebihan (Overfishing) karena permintaan pasar yang cukup tinggi akan kebutuhan
ikan nomei (Harpadon nehereus) yang dijadikan sebagai produk oleh - oleh ataupun
untuk konsumsi masyarakat sehari-hari serta rantai makanan dalam air juga menjadi
faktornya (Salim dan Firdaus 2011).
Daerah penyebaran ikan nomei adalah sepanjang perairan pantai dan daerah
dekat muara sungai seperti pantai Barat Sumatera (Aceh, Lampung, Bengkulu, Padang,
Pariaman), bagian timur Sumatera (Sumatra Selatan), sekitar jawa (Jawa Barat),
Kalimantan Barat, Kalimantan Timur (Tarakan), Sulawesi Selatan dan Sulawesi
Tenggara, Maluku dan Irian Jaya, Laut Arafuru, sepanjang pantai laut Cina Selatan.
Ikan nomei ini umumnya hidup di dasar perairan, berlumpur daerah pantai, muara-
muara sungai dan tergolong ikan demersal. Termasuk ikan buas dimana makanannya
adalah ikan-ikan kecil dan binatang dasar (Dirjenkan, 1979).
Habitat Ikan Nomei (Harpodon nehereus) adalah di sepanjang pantai landai yang
berlumpur dan berpasir. Di perairan kota Tarakan terdapat pada perairan Juwata dan
Perairan Amal dengan populasi jenis ini cukup besar. Ikan jenis ini hidup pada 83
kedalaman air + 15m yang mana terdapat alur-alur air pada dasar laut dengan tingkat
gradien salintias kisaran +30ppt. Jenis ini senang bergerombol dengan daerah
pergerakan pada pertengahan air serta terdapat sepanjang tahun dengan puncaknya
pada bulan Agustus sampai September (Dinas Kelautan dan Perikanan, 2002)
Pertumbuhan dari ikan Nomei (Harpodon nehereus) dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu faktor dalam dan luar. Faktor
dalam umumnya adalah faktor yang sukar dikontrol, diantaranya yaitu keturunan, sex,
parasit, umur, dan penyakit. Pada faktor sex, faktor ini tidak dapat dikontrol, karena
7

ada ikan betina yang pertumbuhannya lebih baik dari ikan jantan atau sebaliknya, dan
ada pula spesies ikan yang tidak mempunyai perbedaan pertumbuhan pada ikan betina
dan jantan, namun demikian sebagian besar dari pertumbuhan suatu spesies ikan
mempunyai perbedaan yang tipis. Menurut Lagler (1962), umur dapat berperan dalam
faktor pertumbuhan. Pertumbuhan ikan tua akan berjalan terus tetapi lambat
(autocatalytic), umumnya mempunyai kekurangan makanan berlebih untuk
pertumbuhannya, disebabkan karena 84 sebagian besar makanan yang diserap oleh
tubuh, digunakan dalam pemeliharaan tubuh dan pergerakan. Penyakit dan parasit
dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan terutama jika ikan diserang alat pencernaan
makanan atau organ lain yang vital, sehingga kegunaan dari makanan dalam tubuh akan
berkurang (Effendie, 2002).

Tingkat Kematangan Gonad


Tingkat kematangan gonad ialah tahap tertentu perkembangan gonad sebelum
dan sesudah ikan itu memijah. Informasi kematangan gonad diperlukan untuk beberapa
tujuan, yaitu untuk mengetahui masa memijah, frekuensi pemijahan, serta sebagai
informasi pendukung pada pengelolaan sumberdaya perikanan yaitu pembatasan
eksploitasi dengan memberi kesempatan induk untuk bereproduksi (Suhendrata, 1986).
Proses perkembangbiakan pada ikan, dimulai pada saat mencapai ukuran
tertentu. Tercapainya ukuran tersebut tergantung dari faktor lingkungan yang
mendukung seperti ekologi dan ciri biologi dari ikan itu sendiri perkembangan gonad
ikan dapat ditinjau dari berbagai aspek termasuk proses yang terjadi pada gonad baik
dari individu maupun populasi. Pencatatan perubahan atau tahap-tahap kematangan
gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan yang akan melakukan
pemijahan (Krissunari, 1994).
Faktor lingkungan yang sangat berperan yaitu makanan ikan muda yang belum
matang gonad memakan makanan dalam jumlah yang banyak, sehingga ikan akan
cepat tumbuh dan pada panjang tertentu, ikan ini akan mencapai matang gonad.
Pengamatan kematangan gonad dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dilakukan dengan
cara histologi dilaboratorium dan dilakukan dengan cara mengamati morfologi
8
dilaboratorium dan di lapangan, menjelaskan bahwa kedua cara tersebut dalam
penentuan kematangan gonad harus didasarkan sesuai dengan tanda umum dan ukuran
gonad seperti yang dilakukan dalam peneltian ini. Penentuan kematangan gonad, cara
yang digunakan yaitu dengan cara morfologi adalah bentuk, ukuran panjang berat,
warna dan perkembangan isi gonad yang dapat dilihat. Perkembangan gonad pada ikan
betina lebih diperhatikan karena perkembangan telur dapat mudah dilihat dibandingkan
dengan sperma yang terdapat pada testis (Widodo, 1988).
Pada saat 50 % dari populasi ikan mulai menampakkan awal tanda kematangan
gonad yaitu pada saat terjadi ukuran pertama kali matang gonad. Secara individu
ukuran pertama kali matang gonad merupakan ukuran saat ikan mengalami pemijahan
untuk pertama kali. Awal kematangan gonad berbeda-beda untuk berbagai jenis ikan,
sering kali terjadi perbedaan ukuran antara individu jantan dengan betina pada suatu
spesies ikan dalam mencapai awal kematangan gonad. Perbedaan ukuran yang terjadi
antara individu jantan dan betina dalam mencapai awal kematangan gonad terjadi
karena faktor genetis yang sering kali berhubungan dengan pola tingkah laku
ikan (Lagler, 1962).

Indeks Kematamgan Gonad


Perubahan yang terjadi pada gonad dapat dinyatakan dalam suatu indeks yang
dinamakan indek kematangan gonad (IKG). IKG yaitu suatu nilai dalam bentuk persen
sebagai hasil dari perbandingan antara berat gonad dengan berat tubuh yang kemudian
dikalikan 100%. Nilai dari IKG akan menjelaskan bahwa sejalan dengan
perkembangan gonad, indeks itu akan semakin besar dan nilai IKG akan mencapai
batas kisaran maksimum, pada saat akan terjadi pemijahan biasanya ditandai dengan
penurunan IKG secara drastis (Tresnati, 1995).
Puncak pemijahan pada kebanyakan spesies ikan didaerah tropis adalah pada saat
air melimpah atau banjir, ditambahkan juga Lagler (1972), bahwa perubahan
ketinggian permukaan air dapat mempengaruhi atau merangsang ikan untuk melakukan
reproduksi. Ukuran ikan pada waktu mencapai matang gonad pertama kali bervariasi
di antara dan di dalam spesies. Hal ini di duga karena faktor ketersedian pakan disuatu
9

perairan, pola adaptasi dan strategi hidup ikan yang berbeda, selain itu adanya
kecepatan pertumbuhan pada masing-masing ikan juga menyebabkan ikan akan
mencapai tingkat kematangan gonad yang berbeda (Khoirul dan Susilo, 2013).
Faktor yang mempengaruhi proses kematangan gonad induk yaitu faktor dalam
(jenis ikan, hormon) dan faktor luar (suhu, makanan, intensitas cahaya, dll). Pemberian
pakan dengan kandungan nutrisi (protein, lemak, karbohidrat, meniral, vitamin + E)
yang baik akan mempengaruhi pematangan gonad, fekunditas dan kualitas telur secara
maksimal. Faktor pakan yang diberikan juga bisa mempengaruhi kematangan gonad
dikarenakan kandungan protein yang ada dipakan yang berbeda - beda, mungkin ini
salah satu penyebab kenapa bisa terjadi kematangan gonad ikan yang berbeda
pula (Khoirul dan Susilo, 2013).

Fekunditas
Fekunditas adalah jumlah telur yang terdapat pada ovari ikan betina yang telah
matang gonad dan siap untuk dikeluarkan pada waktu memijah. Pengetahuan tentang
fekunditas dibidang budidaya perikanan sangatlah penting artinya untuk memprediksi
berapa banyak jumlah larva atau benih yang akan dihasilkan oleh individu ikan pada
waktu mijah sedangkan dibidang biologi perikanan untuk memprediksikan berapa
jumlah stok suatu populasi ikan dalam lingkungan perairan (Muhotimah et al., 2013).
Fekunditas total ialah jumlah telur yang dihasilkan ikan selama hidupnya.
Fekunditas relatif adalah jumlah telur per satuan berat atau panjang. Fekunditas inipun
sebenarnya mewakili fekunditas individu kalau tidak diperhatikan berat atau panjang
ikan. Penggunaan fekunditas relatif dengan satuan berat lebih mendekati kepada
kondisi ikan itu sendiri dari pada dengan panjang. Bahkan lebih mencerminkan status
ikan betina dan kualitas dari telur kalau berat yang dipakai tanpa berat alat-alat
pencernaan makanannya. Ikan-ikan yang tua dan besar ukurannya mempunyai
fekunditas relatif lebih kecil. Umumnya fekunditas relatif lebih tinggi dibanding
dengan fekunditas individu Fekunditas relatif akan menjadi maksimum pada golongan
ikan yang masih muda (Nikolsky, 2019).
10

Kemampuan reproduksi sangat erat kaitannya dengan jumlah telur yang


dihasilkan (fekunditas), hal ini berpengaruh terhadap jumlah anakan yang diproduksi.
Fekunditas ialah jumlah telur ikan betina sebelum dikeluarkan pada waktu akan
memijah menyatakan bahwa fekunditas total adalah jumlah telur yang terdapat di
dalam ovari yang akan dikeluarkan pada waktu memijah. Fekunditas tahunan adalah
jumlah telur yang dikeluarkan pertahun (Effendie, 2002).
Ikan yang memijah beberapa kali dalam satu tahun, fekunditas adalah rataan
jumlah telur setiap kali pemijahan. Jumlah telur per satuan panjang atau bobot
dinamakan fekunditas relatif. Fekunditas satu spesies ikan selain dipengaruhi oleh
faktor lingkungan dan genetis, juga dipengaruhi oleh ketersediaan makanan bagi induk
ikan. Fekunditas mempunyai keterkaitan dengan umur, panjang atau bobot individu
dan spesies ikan. Pertambahan bobot dan panjang ikan cenderung meningkatkan
fekunditas secara linier bahwa pertambahan panjang tubuh ikan cenderung tidak
menambah fekunditas dan bahkan relatif tetap (Astuti, 2008).
Perbandingan ukuran telur dengan fekunditas harus berasal dari ovari yang sama
tingkat kematangannya. Sering diduga bahwa fekunditas dengan ukuran telur
berkolerasi negatif. Pada ikan yang berpijah ganda didapatkan bahwa telur yang
dikeluarkan pada pemijahan kemudian berukuran kecil. Walaupun tidak terdapat pada
semua ikan namun didapatkan bahwa ukuran telur dan ukuran panjang ikan berkolerasi
posistif, dimana hal ini diikuti oleh ikan yang berukuran besar berpijah terlebih
dahulu (Effendie, 2002).
Diameter telur adalah garis tengah atau ukuran panjang dari suatu telur yang
diukur dengan mikrometer berskala yang sudah ditera. Sebaran garis tengah telur akan
semakin besar seiring dengan berkembangnya gonad. Sebaran garis tengah telur
mencerminkan pola memijahan ikan tersebut. Frekuensi pemijahan dapat diduga dari
penyebaran diameter telur ikan di dalam gonad yang sudah matang, yaitu dengan
melihat modus penyebarannya Lama pemijahan dapat diduga dari frekuensi ukuran
diameter telur. Ovarium yang mengandung telur masak berukuran sama besar
menunjukkan waktu pemijahan yang pendek sedangkan ovarium yang mengandung
telur masak dengan ukuran yang bervariasi (Safitri, 2017).
METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan dimulai dari 9 Maret 2013 sampai
dengan 18 Mei 2013. Pengambilan sampel dilakukan di daerah penangkapan ikan
nomei, daerah ini termasuk kawasan yang terletak di Juata laut Kota Tarakan
Kalimantan Utara. Lokasi dibagi menjadi 4 stasiun, dimana Titik koordinat diambil
pada saat awal turun jaring nelayan dan ditentukan dengan menggunakan GPS.

Alat dan Bahan Penelitian


Alat yang digunakan pada saat penelitian ini adalah Timbangan digital untuk
menimbang sampel, kamera sebagai alat dokumentasi, mikroskop untuk mengamati
gonad ikan nomei, botol sampel untuk menyimpan sampel, pipet tetes untuk
mengambil gonad ikan nomei, Global positioning system untuk menentukan titik
koordinasi letak stasiun, gunting bedah untuk membedah perut ikan, pinset untuk
memindahkan gonad agar tidak hancur, pukat trawl untuk menangkap ikan nomei
Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain Ikan Nomei yang
digunakan sebagai objek identifikasi dan juga aquades untuk mengencerkan telur.

Analisis Data
Analisis yang digunakan secara deskriptif dimana pengamatan fekunditas, telur
dihitung di bawah mikroskop dengan skala perbesaran 100x. Sebelum telur dihitung,
telur diencerkan dengan menggunakan aquades sebanyak 50 ml.
Fekunditas atau jumlah telur ikan dianalisa dengan menggunakan cara
gabungan gravimetrik, volumetrik, dan hitung. Effendie (1979) menyampaikannya
dengan menggunakan rumus yaitu sebagai berikut :

F = fekunditas (jumlah telur)


X = jumlah telur tiap (cc)
12

G = berat gonad (gr)


Q = berat telur contoh (gr)
V = isi pengenceran (cc)

Untuk menganalisa data mengenai Indek Kematangan Gonad (IKG), Effendie


(1979) mengemukakan dengan menggunakan suatu rumus yaitu :

IKG = Indek kematangan gonad


Bg = Berat gonad dalam gram
Bt = Berat tubuh dalam gram
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Uji fekunditas dilakukan mengambilan sampel jumlah telur ikan nomei jenis
betina menggunakan skala mikroskopis. Berikut ini adalah gambaran dari hasil
perhitungan :

Gambar 2. Fekunditas Ikan Nomei (Harpodon nehereus)

Pengambilan data gonad ikan nomei jenis kelamin jantan dan betina digunakan
untuk mengetahui tingkat kematangan gonad (TKG) pada ikan nomei. Berikut ini
adalah hasil pengamatan tingkat kematangan gonad ikan nomei jantan.

Tabel 1. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Nomei Jantan (Harpodon nehereus)


14

Tabel 2. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Nomei Betina (Harpodon nehereus)

Berikut ini adalah hasil Indeks kematangan gonad (IKG) dalam tingkat
kematangan gonad (TKG) pada pengukuran bobot gonad ikan nomei berjenis jantan
dan betina :

Gambar 3. Nilai IKG Ikan Nomei Jantan (Harpodon nehereus)

Gambar 4. Nilai IKG Ikan Nomei Betina (Harpodon nehereus)


Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang berasal dari hasil tangkapan nelayan didapatkan


nilai fekunditas pada tingkat kematangan gonad yang paling besar terdapat pada tingkat
kemantangan gonad ketiga (TKG III) dan nilai fekunditas terkecil terdapat pada tingkat
kemantangan gonad keempat. (TKG IV) serta pada tingkat kematangan gonad kelima
(TKG V) tidak ditemukan pada keseluruhan nelayan. Pada tingkat kematangan gonad
satu (TKG I) tidak ditemukan jumlah telur pada ikan betina (fekunditas) dikarenakan
menurut Effendie (2002) menyatakan bahwa ciri-ciri fisik tingkat kematangan gonad
pertama (TKG I) pada ikan betina yaitu gonad ikan betina masih dalam bentuk benang
(sel telur) sehingga belum tampak butiran telur.

Berdasarkan penelitian yang di lakukan didapatka hasil bahwa uji fekunditas


pada ikan nomei jenis kelamin betina yang terdapat pada gambar 2, didapatkan nilai
fekunditas pada tingkat kematangan gonad II (TKG II) memiliki jumlah telur kisaran
standar deviasi sebesar 16221,5 + 7396,5 butir telur (rata – rata 13.214 butir telur ikan
nomei). Hasil penelitian pada tingkat kemantangan gonad III (TKG III) memiliki
jumlah telur kisaran standar deviasi sebesar 20044 + 13586 butir telur ikan nomei (rata-
rata 14.494 butir telur ikan nomei) sedangkan pada tingkat kematangan gonad IV (TKG
IV) memiliki nilai fekunditas (jumlah telur) pada kisaran antara 8171 + 4279 butir telur
ikan nomei (rata-rata 8.167 butir telur ikan nomei).
Berdasarkan penelitian yang di lakukan didapatka hasil bahwa keempat hasil
tangkapan nelayan di perairan Juata Kota Tarakan, dimana pada TKG I didapatkan
rata-rata sebesar 60,90%, pada TKG II didapatkan rata-rata sebesar 31,02%, pada TKG
III didapatkan rata-rata sebesar 6,24% dan TKG IV didapatkan rata-rata sebesar 1,85%.
Dari hasil rata-rata tersebut, didapatkan prediksi perkiraan hasil tangkapan keempat
nelayan yang didapatkan dari bulan Maret hingga bulan
Mei 2013 diperkirakan ikan nomei jantan dalam masa awal reproduksi dimana TKG
terbesar terdapat pada TKG I dengan nilai prosentase 60,90% sedangkan ikan
yangmatang gonad pada TKG IV masih terbilang cukup sedikit dengan prosentase
1,85% dan sel sperma dari ikan nomei jantan yang sudah di keluarkan pada TKG V
tidak ditemukan sehingga pada kisaran bulan Maret hingga bulan Mei 2013
diperkirakan ikan nomei jantan tidak ditemukan melakukan pemijahan (TKG V)
Berdasarkan penelitian yang di lakukan didapatka hasil bahwa dari
keempathasil tangkapan nelayan di perairan Juata Kota Tarakan, dimana pada TKG I
didapatkan rata-rata sebesar 47,33%, pada TKG II didapatkan rata-rata
sebesar30,95%, pada TKG III didapatkan rata-rata sebesar 13,87% dan TKG IV
didapatkan rata-rata sebesar 7,45%. Dari hasil rata-rata tersebut, didapatkan prediksi
perkiraan hasil tangkapan keempat nelayan yang didapatkan dari bulan Maret hingga
bulan Mei 2013 diperkirakan ikan nomei betina sama seperti ikan nomei jantan yaitu
pada bulan tersebut merupakan ikan nomei dimana TKG terbesar terdapat pada TKG I
dengan nilai prosentase 47,33% sedangkan ikan yang matang gonad terdapat pada
TKG IV masih terbilang masih sedikit dimana didapatkan dengan nilai prosentase
sebesar 7,45% dan telur yang sudah di keluarkan oleh ikan nomei betina yang terdapat
pada TKG V tidak ditemukan sehingga diperkirakan pada kisaran bulan Maret hingga
bulan Mei 2013 menjelaskan bahwa ikan nomei betina tidak ditemukan melakukan
pemijahan (TKG V)besar pada ikan nomei jenis kelamin jantan adalah indeks
kematangan gonad keempat (IKG IV), indeks kematangan gonad yang terkecil pada
ikan nomei jenis kelamin jantan adalah indeks kematangan gonad (IKG) I, dan indeks
kematangan gonad (IKG) yang tidak ada pada ikan nomei jenis kelamin jantan terdapat
pada indeks kematangan gonad kelima (IKG V). Pada tingkat kematangan gonad ketiga
(TKG III) diperkirakan ikan nomei jenis kelamin jantan mengalami masa
perkembangan dari TKG III tidak lama dan dari perkembangan TKG II ke TKG III
mengalami masa perkembangan sebentar atau tidak lama, ikan nomei jenis kelamin
jantan menuju TKG IV.
Berdasarkan penelitian yang di lakukan didapatka hasil bahwa Indeks
kematangan gonad yang terbesar pada ikan nomei jenis kelamin betina adalah indeks
kematangan gonad keempat (IKG IV), sedangkan yang terkecil adalah adalah indeks
kematangan gonad kedua (IKG II), dan yang tidak ada indeks kematangan gonad
terdapat pada IKG V. Pada ikan Nomei betina nilai IKG mengalamiperkembangan
yang relatif baik. Menurut Effendie (1979) menjelaskan bahwa sejalan dengan
perkembangan gonad, indek kematangan gonad akan semakin bertambah besar
nilainya, hal ini disebabkan adanya perkembangan dan penambahan berat telur dan
akan mencapai batas kisar maksimum nilai IKG-nya pada saat akan terjadi pemijahan.
Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan bahwa indeks kematangan gonad
(IKG) akan semakin bertambah besar nilainya dengan perkembangan gonad. Pada IKG
I ikan nomei jantan dan betina berkisar 1 : 3,42 (0,363% : 1,242%), pada IKG II ikan
nomei jantan dan betina berkisar 1 : 1,19 (1,013% : 1,207%), pada IKG III ikan nomei
jantan dan betina berkisar 1 : 1,90 (0,6848% : 1,297%), pada IKG IV ikan nomei jantan
dan betina berkisar 1 : 0,85 (1,791% : 1,533%) sedangkan perbandingan pada IKG V
pada ikan Nomei tidak ditemukan ikan nomei jantan ataupun pada ikan Nomei betina.
Nilai perbandingan terbesar pada IKG I dengan nilai perbandingan pada ikan
jantan berkisar 1 sedangkan pada ikan betina mengalami peningkatan sebesar 3,42. Hal
ini dikarenakan pada IKG I ikan Nomei jantan maupun betina masih mengalami masa
awal reproduksi sedangkan pada perbandingan terkecil pada IKG V dengan nilai
perbandingan pada ikan jantan dan betina berkisar 0 dikarenakan pada IKG V tidak ada
indeks kematangan gonad pada ikan Nomei jantan ataupun ikan Nomei betina. Ikan
nomei berjenis kelamin betina pada TKG IV mengalami penurunan, ini diperkirakan
energinya habis untuk masa pertumbuhan tubuhnya, berenang mencari makanan dan
menghindari mangsa
Berdasarkan penelitian yang di lakukan didapatka hasil bahwa Hasil rasio
kelamin dari hasil tangkapan ikan nomei berdasarkan pada tangkapan nelayan yang
berasal dari perairan juata laut kota Tarakan dimana jumlah ikan nomei jantan lebih
besar hampir 2 kali lipat dari ikan nomei betina sebanyak 479 ekor ikan nomei jantan
dan ikan nomei betina didapatkan sebanyak 241 ekor dengan perbandingan rasio
kelamin yaitu 2,0 : 1.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Kesimpulan dari laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Jumlah telur atau fekunditas sekali memijah pada ikan nomei betina sebesar 8.167
butir telur.
2. Rasio kelamin jantan dan betina pada TKG I yaitu 2,55 : 1. Pada TKG II rasio
kelamin jantan dan betina yaitu 1,99 : 1. Pada TKG III rasio kelamin jantan dan
betina yaitu 1 : 1,1. Pada TKG IV rasio kelamin jantan dan betina yaitu 1 : 2,1.
3. Rasio kelamin pada IKG I ikan nomei jantan dan betina yaitu 1 : 3,42. Pada IKG
II ikan nomei jantan dan betina yaitu 1 : 1,19. Pada IKG III ikan nomei jantan dan
betina yaitu 1 : 1,90. Pada IKG IV ikan nomei jantan dan betina yaitu 1 : 0,85.

Saran
Saran untuk laporan ini ialah diharapkan adanya penelitian kembali mengenai
reproduksi ikan nomei (Harpadon nehereus) agar ikan ini dapat dikelola dengan lestari,
karena ikan ini sudah mengalami penurunan populasi berdasarkan hasil tangkapan
nelayan dan diperkirakan dapat terancam punah atau endemik di Perairan Juata Kota
Tarakan. Adanya tindak lanjutan dari pemerintah dalam membatasi hasil tangkapan
nelayan sehingga dapat memperkecil terjadinya degradasi terhadap ikan nomei yang
terjadi akibat dari tekanan eksploitasi yang tinggi dari aktivitas penangkapan.
DAFTAR PUSTAKA

Abduljabarsyah. Eka, A. dan Dyah Prihastuti. 2008. Hubungan Panjang-Berat dan


Faktor Kondisi Ikan Nomei (Harpodon nehereus Ham Buch, 1822) Di
Perairan Juata Kota Tarakan. Jurnal Harpodon Borneo. 1 (1).
Anggraeni, S. N. Solichin, A. dan Widyorini, N. 2017. Aspek Biologi Ikan Tigawaja
(Johnius sp.) Yang Didaratkan Di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tawang
Kabupaten Kendal. Management of Aquatic Resources Journal
(MAQUARES). 5 (4). 461-467.
Astuti, E. Abduljabarsyah. dan Irawati. 2008. Studi Aspek Kebiasaan Makanan Ikan
Nomei (Harpodon nehereus Ham Buch, 1822) Yang Tertangkap Di
Perairan Juata Laut Tarakan. Jurnal Harpodon Borneo. 1 (1).
Effendie, M. I. 1979. Metoda Biologi Perikanan Cetakan Pertama. Yayasan Dewi Sri.
Bogor.
Fatah, K. dan Adjie, S. 2013. Biologi Reproduksi Ikan Betutu
(Oxyeleotris marmorata) .5 (2). 89-96.
Jatmiko, I. Hartaty, H. dan Bahtiar, A. 2015. Biologi Reproduksi Ikan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) di Samudera Hindia Bagian Timur. BAWAL Widya
Riset Perikanan Tangkap. 7 (2). 87-94.
Krissunari, D. dan Tuti, H. 1994. Pendugaan Ukuran Pertama Kali Matang Gonad
Beberapa Ikan Pelagis Kecil di Perairan Utara Rembang. Jurnal Penelitian
Perikanan Laut.(1) (85). 48-53.
Lawi, Y. S. A. Amir, A. dan Abd Jabbar, F. B. 2019. Indeks Kematangan Gonad dan
Diameter Telur Landak Laut Tripneustes gratilla di Pulau Barrang Lompo
Sulawesi Selatan. SIGANUS: Journal of Fisheries and Marine Science.
1 (1). 10-15.
Malisan, Y. 2004. Hubungan Bobot-Panjang, Faktor kondisi dan Kebiasaan
Makanan Ikan Lencam (Lethrinus lentjen Lacepede, 1802) di Perairan
Pulau Sembilan Kab. Sinjai. [Skripsi]. Jurusan Perikanan UNHAS. Makasar.
Mariskha, P. R. dan Abdulgani, N. 2012. Aspek Reproduksi Ikan Kerapu Macan
(Epinephelus sexfasciatus) di Perairan Glondonggede Tuban. Jurnal Sains dan
Seni ITS. 1 (1). 27-31.
Muhotimah. Dan Khusumaningsih, F. A. 2017. Teknik Budidaya Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) di Balai Benih Ikan Puri, Desa
Kebonagung, Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto, Propinsi
Jawa Timur. Jurnal Sains dan Saintek. 2 (9). 23-24.
Nikolsky, M. G. H. 2019. Panduan Lengkap Memelihara Ikan Air Tawar di Kolam
Terpal. Lily Publisher. Yogyakarta.
Ningrum, N. E. P. H. H. 2012. Keragaan Pertumbuhan Ikan Nila Best
(Oreochromis niloticus) Hasil Seleksi F3, F4, dan Nila Lokal. [Skripsi].
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Ningrum, V. P. Ghofar, A. dan Ain, C. 2015. Beberapa Aspek Biologi Perikanan
Rajungan (Portunus pelagicus) di Perairan Betahlawang dan Sekitarnya.
Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology. 11 (1). 62-71.
Nur, M. Al Ayubi. M. A., Suprapto, O. S. B. A. 2017. Biologi Reproduksi Ikan Layang
Biru (Decapterus macarellus) di Perairan Sulawesi Barat. Prosiding Seminar
Nasional Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanudin.
Safitri, 2017. Identifikasi Keanekaragaman Jenis Ikan Hasil Tangkapan Nelayan
Tapak Paderi Kota Bengkulu. Jurnal Ilmu Perikanan. 13 (1). 51-62.
Tresnati, J dan A. Tuwo. 1995. Studi Aspek Biologi Ikan Sebelah.
LAMPIRAN

1. Dokumentasi Kelompok I/A Saat Melaksanakan Diskusi

2. Daftar Pembagian Tugas Kelompok I/A


Winda Ramadani Mengerjakan Bagian Tinjauan Pustaka
Afrisal Pasaribu Mengerjakan Bagian Tinjauan Pustaka
Fitri Adhia Mengerjakan bagian Tinjauan Pustaka
Mengerjakan Bagian Kesimpulan dan Saran
Perawati Purba Mengerjakan Bagian Hasil dan Pembahasan
Ananda Hafiz Rahmatullah Mengerjakan Bagian Metode Penelitian
Merapikan Makalah
Angelina Suryati Pardede Mengerjakan Bagian Pendahuluan
Merapikan Makalah
David Hernan Crespo Ginting Membuat Power Point
Shofartun Nurul Hidayah -

Anda mungkin juga menyukai