Introduksi Kel 8 A PDF
Introduksi Kel 8 A PDF
INTRODUKSI PERAIRAN
Disusun Oleh
Kelompok 8:
Ajid Abdul A.
230110110017
Gerry Renaldy
230110110021
Pefi Firman N
230110110030
Ahmad Bagdja
230110110035
Annisa H.
230110110052
Riza Sholiha
230110110065
Zeaty Abdillah
230110110078
Rashid M.
230110110120
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan berkat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan
paper yang berjudul Introduksi Perairan untuk tugas mata kuliah Manajemen
Sumberdaya Perairan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan paper ini jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu mohon kritik dan saran yang membangun dari Dosen
yang bersangkutan pada khususnya dan dari pembaca pada umumnya untuk
kesempurnaan pembuatan paper selanjutnya.
Akhir kata, tiada lain harapan dari Penulis, semoga makalah ini dengan
segala kekurangannya dapat bermanfaat bagi penyusun dan pembaca.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB
Hal
KATA PENGANTAR ...........................................................
ii
iii
I.
PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
II.
KAJIAN PUSTAKA
2.1
2.2
2.3
1
1
2
3
4
6
Kesimpulan .............................................................................
Saran .......................................................................................
14
14
15
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terjadinya perkembangan/perpindahan, mobilisasi organisme yang masuk
ke Indonesia adalah sebuah keniscayaan baik sebagai satwa komoditi untuk
diperdagangkan maupun biota dan tumbuhan yang secara tidak sengaja terbawa
atau diselundupkan sebagai barang selundupan melalui cara-cara yang illegal atau
tidak resmi. Dengan makin terbukanya hubungan antar daerah, antar Pulau
maupun antar Negara dan antar Benua, mobilisasi manusia makin tinggi
intensitasnya berpindah dari satu ke tempat lainnya terutama setelah
berkembangnya alat trasportasi lewat darat dengan mobil, lewat laut dengan
kapal laut dan melalui udara dengan pesawat terbang.
Dari kegiatan tersebut timbul masalah yaitu sebagian besar biota air
diintroduksikan secara tidak sengaja untuk berbagai peruntukan seperti untuk
hewan pertunjukan, kebun binatang, burung peliharaan, ikan hias termasuk ikan
yang potensial untuk dibudidayakan. Biota pendatang tersebut ada yang
berkembang sangat cepat populasinya dan menjadi pesaing, atau bahkan bisa
menjadi pemangsa biota lokal sehingga membahayakan kelestarian biota jenis
local (indigenius species) yang dikenal sebagai jenis biota invasif (Invasive Aliens
Species/IAS). Pertukaran materi penelitian untuk kegiatan ilmiah memungkinkan
terbawanya IAS melalui pertukaran materi genetik, spesiment biologi, koleksi
kultur microba, alat-alat laboratorium serta agen hayati (binatang hidup seperti
serangga, dll) dan termasuk pertukaran satwa untuk penangkaran, kebun binatang,
serta sarana berburu.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan paper ini adalah untuk menambah wawasan
mengenai introduksi organisme perairan ke suatu daerah perairan dan
menganalisisnya.
1.3 Manfaat
Manfaat dari pembuatan paper ini adalah mengetahui inti materi introduksi
serta permasalahan-permasalahan introduksi yang terjadi di Indonesia dan sebagai
reverensi bahan kuliah.
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Introduksi
Introduksi spesies adalah usaha sadar atau tidak sadar memasukkan suatu
jenis hewan atau tumbuhan ke dalam satu habitat yang baru. Masuknya jenis
tersebut melalui alat transportasi antar pulau, akibat adanya hobi/kegemaran
beberapa orang membawa jenis-jenis baru, ataupun sengaja dibiakkan karena
alasan praktis seperti penanganan hamapenyakit.
Di Indonesia, introduksi dan penebaran ikan telah dilakukan sejak dahulu
kala, narnun hanya beberapa kasus saja yang berhasil baik (Sarnita, 1986).
Kegagalan introduksi ikan umurnnya disebabkan intoduksi yang dilakukan kurang
didasari dengan inforrnasi ilrniah yang rnemadai.
Kehadiran ikan introduksi di perairan umum dikhawatirkan akan
mengancam keberadaan ikan asli yang ada . Kekhawatiran adanya jenis-jenis ini
terhadap kehadiran ikan asli berdasarkan adanya mekanisme hibridisasi dengan
jenis endemik, dismpsi habitat, persaingan makan dan tempat, predasi, dan
introduksi parasit dan penyakit dari luar (Courtenay dan Stauffer, 1984 dalam
Arthington and Lloyd, 1989)
Kehadiran ikan introduksi di perairan umum dikhawatirkan akan mengancam
keberadaan ikan asli yang ada .
Biota pendatang tersebut ada yang berkembang sangat cepat populasinya
dan menjadi pesaing, atau bahkan bisa menjadi pemangsa biota lokal sehingga
membahayakan kelestarian biota jenis local (indigenius species) yang dikenal
sebagai jenis biota invasif (Invasive Aliens Species/IAS).
Menurut CBD-UNEP definisi IAS adalah spesies yang diintroduksikan
baik secara sengaja maupun tidak dari luar habitat alaminya, bisa pada tingkat
spesies, subspesies, varietas dan bangsa, meliputi organisme utuh, bagian bagian
tubuh, gamet, benih, telur maupun propagul yang mampu hidup dan bereproduksi
pada habitat baru yang kemudian menjadi ancaman bagi biodiversitas, ekosistim,
pertanian, sosial ekonomi maupun kesehatan manusia baik pada tingkat,
ekosistim, individu maupun genetik. Spesies asli sdalah spesies yang telah
menjadi bagian suatu ekosistim secara alami, mengalami proses adaptasi yang
telah berlangsung lama. spesies asing adalah spesies yang dibawa/terbawa masuk
ke ekosistim secara tidak alami. Spesies invasif adalah spesies baik asli ataupun
bukan, yang secara luas mempengaruhi habitatnya, dapat menyebabkan kerusakan
lingkungan, kerugian ekonomi, atau membahayakan manusia. Spesies asing tidak
selalu invasif, spesies invasif belum tentu berasal dari luar/asing, jadi spesies
invasif merupakan kombinasi dari spesies asing dan invasif.
2.2 Macam-macam Introduksi
Introduksi spesies yang tidak disengaja
Spesies yang satu ini kita pastinya sudah mengetahuinya bahkan
persebarannya hampir merata dan dapat beradaptasi dengan baik terhadap
lingkungan barunya. Tikus merupakan spesies jenis omnivora yang berasal dari
daerah Norwegia sehingga namanya Rathus Norvegicus. Spesies tikus ini
mengikuti manusia dan terbawa dalam kapal-kapal yang berlayar dari Norwegia
ke berbagai penjuru wilayah di dunia. Tikus merupakan salah satu binatang yang
paling pesat perkembangannya karena sifat reproduksinya sangat tinggi serta
sangat adaptatif terhadap lingkungannya.
Introduksi spesies yang disengaja
Secara umum ikan introduksi (ikan asing) tidak boleh dilakukan tanpa
didahului suatu penelitian yang mendalam mengenai dampaknya. Dalam
Konvensi Biodeversitas pasal 8f dinyatakan bahwa setiap negara wajib sejauh
mungkin menghindari introduksi spesies asing (invasife) yang akan menimbulkan
dampak lingkungan dan kerusakan keanekaragaman hayati spesies asli.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan
Pasal 12 Ayat 2, menyebutkan Setiap orang dilarang membudidayakan ikan yang
dapat membahayakan sumberdaya ikan, lingkungan sumberdaya ikan, dan/atau
kesehatan manusia di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia dan
ayat 3 Setiap orang dilarang membudidayakan hasil rekayasa genetika yang
4
dapat membahayakan sumber daya ikan, lingkungan sumber daya ikan, dan/atau
kesehatan manusia di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia.
Pasal 100B Undang Undang Nomor 45 Tahun 2010 Tentang Perubahan
Undang Undang Nomor 31 Tahun 2004, menyatakan dalam hal tindak pidana
dalam pasal 12 yang dilakukan oleh nelayan kecil/dan/atau pembudidaya ikan
kecil dipidana dengan pidana penjara paling lama satu tahun atau denda paling
banyak Rp. 250.000.000,-.
Terjadinya pemasukan biota asing ke suatu habitat baru melalui
perdagangan perjalanan antar pulau dan bisa melalui perjalanan internasional baik
secara sengaja maupun tidak sengaja. Pada saat ini telah banyak jenis-jenis biota
air introduksi yang telah berada di Indonesia selama puluhan tahun tetapi tidak
menjadi
invasif,
tergantung
kepada
waktu
dan
periode
pemapanan
(establishment), sehingga setiap spesies berbeda antara satu dengan yang lainnya,
tergantung kepada berbagai faktor seperti sifat-sifat biologis biota tersebut, jarak
dan jalur pengangkutan, perubahan iklim serta perilaku manusianya.
Sebagian besar biota air diintroduksikan secara tidak sengaja untuk
berbagai peruntukan seperti untuk hewan pertunjukan, kebun binatang, burung
peliharaan, ikan hias termasuk ikan yang potensial untuk dibudidayakan.
Biasanya jalur-jalur masuknya IAS melalui pintu masuk barang dagangan di
Pelabuhan dan Bandar udara, sedangkan jalur masuk yang khusus melalui: Alat
angkut seperti kapal laut, Ferry, kayu glondongan dan peralatan mesin, hewan air
eksotik, benih dan induk ikan konsumsi melalui air ballast, pesawat udara,
bantuan militer atau bantuan internasional. Pertukaran materi penelitian untuk
kegiatan ilmiah memungkinkan terbawanya IAS melalui pertukaran materi
genetik, spesiment biologi, koleksi kultur microba, alat-alat laboratorium serta
agen hayati (binatang hidup seperti serangga, dll) dan termasuk pertukaran satwa
untuk penangkaran, kebun binatang, serta sarana berburu.
Cyprinus Carpo atau yang sering kita sebut ikan tombro atau ikan mas
merupakan spesies asli Asia yang kemudian dibawa ke berbagai negara di Eropa
sekitar tahun 1800 dan merupakan ikan yang sengaja diintroduksikan. Ikan mas
ini merupakan jenis omnivora dan dapat tumbuh serta berkembang dengan pesat
Ikan bilih yang diintroduksikan ke Danau Toba dapat turnbuh lebih cepat
dan berkembangbiak serta mempunyai fekunditas yang lebih tinggi dari ikan bilih
di Danau Singkarak. Makanan utama ikan bilih di Danau Toba hampir sama
dengan rnakanan ikan bilih di Danau Singkarak, yaitu detritus dan fitoplankton
sebagai makanan utamanya. Habitat pemijahan ikan bilih yang utama terdapat di
di Sungai Sipangolu di Bakara, Sungai Sipiso-piso di Tongging, Sungai Sisodang
di Tomok dan Sungai Naborsahan di Ajibata. Distribusi ikan bilih meliputi
seluruh perairan Danau Toba termasuk daerah pelagis dan limnetiknya. Sentra
penangkapan ikan bilih terdapat di rnuara sungai Sipiso-piso, Tongging dan
Sungai Naborsahan di Ajibata menggunakan alat tangkap gillnet, bubu, jala dan
pancing. Ukuran ikan bilih yang tertangkap mempunyai panjang total antara 10,515,0 crn dan berat antara 8,0-30,0 gram, lebih besar dari rata-rata ikan bilih yang
tertangkap di danau Singkarak. Pada tahun 2005, hasil tangkapan ikan bilih
mencapai 653,6 ton atau 14,6% dari total produksi dan menempati urutan ke tiga
setelah ikan mujair dan nila dengan total nilai produksi ikan bilih sebesar 3,9
milyar rupiah.
b. Jenis-jenis Ikan Introduksi di Perairan Tawar Jawa Barat dan Banten :
Catatan Tentang Taksonomi dan Distribusinya
Spesimen ikan yang diteliti merupakan perolehan basil penelitian
keanekaragaman ikan diperairan umum kawasan taman nasional di Jawa Barat
dan Banten yaitu Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH) dan Taman Nasional
Gunung Ciremai (TNGC), dan beberapa sungai di bagian hulu daerah aliran
sungai (DAS) Cijolang (di Kabupaten Kuningan bagian selatan) dan beberapa
sungai di kawasan DAS Cimanuk hulu (Kabupaten Garut).
Berikut ini adalah taksonomi dari ikan introduksi yang ditemukan :
: ikan mas
Morfologi
2,9- 3,8 bagian dari panjang baku. Badan dihiasi oleh bercak- bercak putih.
Nama Iokal
: lele dumbo
lempengan tulang (bony plate), mulut terletak di bagian bawah (ventral) dengan
bibir berbentuk cakram. D 10- 13.
Nama lokal
: ikan sapu-sapu
Nama ingris
Morfologi
: Ikan ini memiliki sirip dada yang posisinya lebih tinggi daripada
jenis-jenis biasa. Ikan betina memiliki perut yang membundar sementara ikan
jantan memiliki tubuh yang ramping. D. 7-8. A. 9-10.
Nama lokal
: bungkreung, tampele
: Ikan ini memiliki sirip dada yang terletak lebih tinggi daripada
jenis-jenis ikan Iainnya. Ikan betina memiliki perut yang membundar. Jantan
memiliki bentuk yang lebih ramping. D. 14-16. A. 9-10. Ikan ini ditemukan di
Sungai Cikaniki (anak S. Cisadane)
Nama lokal
: bungkreng
normal, sedangkan individu jantan lebih ramping daripada betina, memiliki wama
9
kuning
yang
lebih
menyala
dan
memiliki
sirip
ekor
bagian
bawahyangmemanjang. D. 12-15;A. 9.
Nama lokal
: golosom
: Ikan ini memiliki lebih dari tiga buah duri sirip anal, juga
memiliki garis hitam vertikal pada tubuh dimana yang pertama membentuk huruf
Y pada bagian depan punggungnya. D. XVIII-XIX, 7- 9 A.IX-Xl; 6-8.
tutup insang (operkulum) sampai dengan di pangkal batang ekor. Ada bintik hitam
di bagian ujung -tengah tutup insang dan disirip dorsal yang lemah. Warna tubuh
abu-abu kekuningan. D. XV-XVII, I 0- I3 , A III, 9- I2
10
Nama Iokal
: mujaer
III, 8- II. lkan ini ditemukan diS. Citaradje (anak S. Cimadur) dikawasan TNGH
bagian selatan. Dibudidayakan di kolam-kolam sekitar kawasan TNGH dan
TNGC.
Sekurang-kurangnya ditemukan sebelas jenis ikan introduksi yang ada di
perairan umum di Jawa Barat. Untuk mencegah meluasnya jenis ikan introduksi
di perairan umum diperlukan adanya rehabilitasi lingkungan dan mengetatkan
perhatian / peraturan-terhadap jenis-jenis ikan hias lainnya yang merupakan
komoditasperdagangan agar tidak lepas ke perairan umum.
c. Dampak Introduksi Biota Air Terhadap Kelestarian Sumber Daya
Perikanan
Terjadinya perkembangan atau perpindahan, mobilisasi organisme yang
masuk ke Indonesia adalah sebuah keniscayaan baik sebagai satwa komoditi
untuk diperdagangkan maupun biota dan tumbuhan yang secara tidak sengaja
terbawa atau diselundupkan sebagai barang selundupan melalui cara-cara yang
ilegal atau tidak resmi.
Jenis-jenis satwa air yang bukan jenis asli Ikan Mujair atau Nila
(Oreochromis niloticus), Kijing Taiwan (Anodonta woodiana Lea), Lele Dumbo,
Ikan Grass Carp, ikan Mola, Ikan Sapu-sapu serta Keong Emas adalah contoh
biota air yang berasal dari luar Indonesia yang sudah berkembang biak hidup
sebagai satwa liar di perairan Indonesia. Biota pendatang tersebut dikenal sebagai
jenis biota invasif (Invasive Aliens Species atau IAS).
11
invasif,
tergantung
kepada
waktu
dan
periode
pemapanan
(establishment), sehingga setiap spesies berbeda antara satu dengan yang lainnya,
tergantung kepada berbagai faktor seperti sifat-sifat biologis biota tersebut, jarak
dan jalur pengangkutan, perubahan iklim serta perilaku manusianya.
Dampak Masuknya Biota Introduksi
Dampak biota air introduksi bisa positif selama tidak menjadi invasif
terutama yang secara sengaja didatangkan dari luar, bahkan dapat memperkaya
keanekaragaman hayati.
Bila terjadi invasif (IAS) merupakan ancaman terhadap ekosistim dan
keanekaragaman hayati serta dapat menjadi biaya tinggi untuk kegiatan bidang
perikanan, peternakan, pertanian, dan usaha lainnya termasuk terhadap kesehatan
manusia. Pengaruh invasif spesies dapat bersifat tetap (irreversible) dan beragam
terutama terhadap spesies lokal dan ekosistem
Beberapa Jenis Biota Air Introduksi Dari Luar
Beberapa Jenis biota atau ikan introduksi baik sengaja maupun tidak
seperti dibawah ini:
1. Bawal air tawar (Colossoma macropomum) adalah jenis ikan introduksi dari
Amerika Latin yang telah menjadi ikan konsumsi.
2. Lele dumbo (Clarias gariepenus) jenis catfish yang sudah menjadi komoditi
yang sangat komersial untuk dibudidayakan.
3. Ikan mola (Hypothalmchtys molitrik) sebagai
12
13
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Introduksi ikan adalah salah satu teknik pemacuan stok ikan (stock
enhancement) yang telah lama dan banyak dilakukan di perairan danau dan waduk
untuk rnengisi relung ekologi yang kosong sehingga rnemperbaiki keseimbangan
komposisi jenis dan meningkalkan produksi ikan (Cowx, 1999).
Kegagalan introduksi ikan umurnnya disebabkan intoduksi yang dilakukan
kurang didasari dengan inforrnasi ilmiah yang memadai. Kehadiran ikan
introduksi di perairan umum dikhawatirkan akan mengancam keberadaan ikan asli
yang ada.
3.2 Saran
Kegiatan introduksi di suatu perairan yang berlebihan tentunya dapat
merugikan ekosistem tersebut, oleh sebab itu maka harus ditingkatkan kembali
pengawasan terhadap keluar masuknya organisme dari luar negeri ke dalam negeri
dan penetapan sanksi yang berat terhadap pelakunya. Pengendalian terhadap
lingkungan perairan perlu dilakukan apabila tingkat introduksi di suatu perairan
telah melewati batas.
14
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Dampak Introduksi Biota Air Terhadap Kelestarian Sumber Daya
Perikanan. http://www.iwf.or.id/detail_content/147. Diakses pada tanggal
20 Mei 2014, Pukul 13.45
Arthington, AH. and LN. Lloyd. 1989. Introduced Poeciliids.in Australia and New
Zealand, p.333-348. In GK. Meffe and FF. Snelson Jr. (Eds.): Ecology and
evolution oflivebearing fishes (Poeciliidae). Prentice Hall, Englrewood
Cliffs, New Jersey. 453 p.
Cowx, I.G. 1999. An appraisai of stocking strategies in the light of developing
country constraints. Fisheries Management and Ecology. (6); 21-34.
Krismono, A.S.N. dan A. S. Sarnita. 2004. Kualitas air di beberapa daerah di
danau Toba dan kesesuaiannya untuk suaka perikanan. Jurnal Penelitian
Perikanan Indonesia.
Purnorno, K., E.S. Kartarnihardja dan S. Koeshendrajana. 2003. Pemacuan stok
ikan di danau Singkarak (Surnatera Barat) dan sungai Batanghari
(Jambi). Laporan Hasil Penelitian tahun 2002. Pusat Riset Perikanan
Tangkap, BRKP, DKP. 16 hal.
Sarnita. A.S. 1986. Introduction and stocking of fish in lakes and reservoirs in
South east Asian Countries, with special reference to Indonesia. IPFC
Expert Consultation on inland Fisheries of the Larger Island. Bangkok, 4-9
August 1936. 12pp.
Sjafei, D.S.,S. Wnjoatmodjo, M.F. Rahardjo dan S.B. Susilo. 2001. Fauna ikan di
Sungai Cimanuk Jawa Barat. Jurnal lktiologi lndonesia I (1): 1-6.
Syandri, H. 1996. Aspek reproduksi ikan bilih, Mysfacoleucus padangensis
Bleeker dan kemungkinan pembenihahnya di danau Singkarak. Disertasi
Program Pascasarjana IPB. 122 hal.
15