ABSTRACT
MUQTASIDUN SAIFULLAH HASHRI. Mangrove vegetation mapping in
Cilacap, Central Java using Landsat ETM + and OLI TIRS. Supervised by
VINCENT PAULUS SIREGAR and MUJIZAT KAWAROE.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Kelautan
Pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
Disetujui oleh
Dr. Ir. Vincentius P. Siregar, DEA Dr. Ir. Mujizat Kawaroe, M.Si
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui oleh
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
METODE 2
Waktu dan Lokasi Penelitian 2
Alat dan Bahan 2
Perolehan Data 3
Perolehan Data Citra Satelit 3
Perolehan Data Lapangan 4
Pengolahan Citra Satelit 4
Pre Processing 5
Penajaman Citra untuk Vegetasi Mangrove 5
Klasifikasi Citra 6
INP(Indeks Nilai Penting) 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Pengolahan Citra 8
Koreksi Geometrik 8
Citra Komposit 9
Masking (Penutupan) 9
Klasifikasi Terbimbing (Supervised Classification) 10
Analisis Vegetasi Mangrove 15
Zonasi Mangrove Cilacap 18
SIMPULAN DAN SARAN 20
Simpulan 20
Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 21
LAMPIRAN 23
RIWAYAT HIDUP 36
DAFTAR TABEL
1 Pengelompokan Mangrove Berdasarkan Indeks NDVI Menurut BAPLAN
Kehutanan. 6
2 Luasan Mangrove Berdasarkan Training Area 12
3 Nilai Histogram Tiap Kelas pada Citra Landsat 8 12
4 Nilai Histogram tiap Kelas pada Citra Landsat 7 14
5 INP Jenis Mangrove Segara Anakan pada Stasiun 1 15
6 INP Jenis Mangrove Segara Anakan pada Stasiun 2 15
7 INP Jenis Mangrove Segara Anakan pada Stasiun 3 16
8 INP Jenis Mangove Segara Anakan pada Stasiun 4 16
9 INP Jenis Mangrove Segara Anakan pada Stasiun 5 16
10 INP Jenis Mangrove Segara Anakan pada Stasiun 6 17
11 INP Jenis Mangrove Segara Anakan pada Stasiun 7 17
12 INP Jenis Mangrove Segara Anakan pada Stasiun 8 17
13 INP Jenis Mangrove Segara Anakan pada Stasiun 9 17
14 INP Jenis Mangrove Segara Anakan pada Stasiun 10 18
DAFTAR GAMBAR
1 Lokasi penelitian 2
2 Diagram alir penelitian 3
3 Diagram pengolahan data citra satelit 4
4 (a) Citra Landsat 8 daerah cilacap RGB 542, (b) Citra Landsat 7 daerah
Cilacap RGB 431 8
5 (a) Citra Landsat 7 (b) Citra Landsat 8 hasil retifikasi dengan citra Landsat 7 9
6 Hasil komposit kanal 564 (landsat 8) dan 453 (landsat 7) a) Landsat 8 dan b)
landsat 7 9
7 Daerah masking (penyamaran) darar dan laut di kawasan Segara Anakan 10
8 KlasifikasiTerbimbing(SupervisedClassification) 10
9 Klasifikasi kerapatan mangrove dengan Landsat 8 11
10 Histogram NDVI kerapatan pada citra Landsat 8 12
11 Histogram NDVI kerapatan pada citra Landast 7 13
12 Klasifikasi kerapatan mangrove dengan Landsat 7 14
13 Zonasi mangrove di Segara Anakan, Cilacap 19
DAFTAR LAMPIRAN
1 Tabel Perhitungan INP Tiap Stasiun 23
2 Kenampakan Satelit Landsat 7 dan Landsat 8 32
3 Karakteritik Landsat 7 dan Landsat 8 32
4 Algoritma NDVI Landsat 8 dan Landsat 7 33
5 Algoritma NDVI untuk Pengkelasifikasian Mangrove 33
6 Dokumentasi Pengambilan Data Lapang 34
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji kemampuan Citra Satelit Landsat
7 ETM+ dan Landsat 8 OLI TIRS dalam mendeteksi mangrove dengan menggunakan
indeks vegetasi (NDVI), serta menghitung INP (Indeks Nilai Penting) mangrove di
Segara Anakan, Cilacap.
2
METODE
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei - Agustus 2013 dan lokasi pengambilan data
di wilayah Segara Anakan Cilacap, Jawa Tengah dengan koordinat 108º46’-109º03’ BT
dan 07º34’-07º47’ LS. Wilayah Cilacap merupakan wilayah potensi pertanian dengan
ketinggian tanah antara 6-9 m di atas permukaan laut. Luas wilayah kabupaten Cilacap
secara keseluruhan adalah 225.360.840 ha meliputi 24 kabupaten yang terdiri dari 282
Desa dengan batas wilayah sebelah utara adalah Kabupaten Banyumas dan Kabupaten
Brebes, sebelah timur adalah Kabupaten Kebumen, sebelah selatan adalah Samudera
Hindia, sebelah barat adalah Kabupaten Ciamis dan kota Banjar, Jawa Barat. Penelitian
lapangan (groud check) dilakukan pada tanggal 11 – 18 Maret 2014 di tiga lokasi yang
berada di Desa Tritih, Desa Sapuregel, dan Desa Motehan. Gambar 1 menunjukan titik
pengambilan data mangrove.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah citra satelit Landsat 7 ETM+
yang diakuisisi 14 Januari 2010 dan Landsat 8 OLI TIRS yang diakuisisi 30 mei 2013 serta
peta tematik lokasi penelitian. Alat-alat yag digunakan meliputi seperangkat Personal
Computer(PC), perangkat lunak(software) untuk pemrosesan data (Image processing)
yaitu Er Mapper 6.4, ArcGIS 10.0, interpretasi dan layout data, Global Positioning System
(GPS) 76 CSX, Transek kuadrat 30 x 30 meter, Microsoft Excel, serta perahu motor untuk
ground check point di lapangan.
3
Perolehan Data
Dalam penelitian ini dilakukan integrasi data penginderaan jauh dan Sistem
Informasi Geografis (SIG). Tahap – tahap kegiatan penelitian ini meliputi pemasukan
data (input data), penyusunan data baik spasial maupun analisis. Input data berasal dari
pengukuran lapangan dan data citra yang telah dikumpulkan. Berikut adalah diagram
alir penelitian yang di tunjukan pada gambar 2.
Data Satelit
Penggabungan citra:
Band1=hasil klasifikasi supervised
Band2=hasil formula
Kelas
1.Darat
2. Laut
Layout
3. Mangrove jarang
4. Mangrove sedang
5. mangrove lebat
Pre-processing
NDVI = (IR-R)/(IR+R)
Keterangan : IR (Near InfraRed) : Nilai digital citra kanal Inframerah dekat.
R (InfraRed) : Nilai digital citra kanal merah
Nilai NDVI yang didapat dari histogram dicari nilai terbesar dan terkecilnya serta
dibuat 5 kelas untuk menentukan klasifikasi kerapatan mangrove. Pembagian klasifikasi
di antara lain, laut, darat, mangrove jarang, mangrove sedang dan mangrove lebat.
Analisis vegetasi dilakukan dengan komposit band 564 dan 453 terhadap Citra
Satelit Landsat 8 dan Landsat 7 dengan transformasi formula NDVI (Normalized
Different Vegetation Index). Hal ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan vegetasi
dengan non vegetasi dan mengetahui kerapatan mangrove di lapangan dari citra satelit.
Tingkat kerapatan mangrove dilakukan dengan analisis NDVI ini yang didasarkan pada
adanya respon objek penginderaan jauh pada kisaran spektrum radiasi merah dan
inframerah dekat yang memberikan gambaran tingkat kehijauan vegetasi mangrove
(Arhatin, 2000). Yaitu kanal 3 untuk merah dan kanal 4 untuk inframerah. Vegetasi
tergantung dari interaksinya dengan radiasi matahari dan faktor cuaca lainnya, serta
ketersediaan unsur hara kimiawi dan air dalam tanah atau air dalam lingkungan perairan
laut (Suhartini, 2008).
Kelas Nilai
Kerapatan rendah -1 - 0.33
Kerapatan sedang 0.33 - 0.42
Kerapatan tinggi 0.42 - 1.00
Klasifikasi Citra
Indeks nilai penting (INP) merupakan jumlah dan nilai kerapatan relatif
(RDi), Frekuensi relatif (RFi), dan penutupa relatif (RCi) dari mangrove (Bengen,
2001)
INP = RD¡ + RF¡ +RC¡
Indeks nilai penting suatu spesies mangrove berkisar antara 0-300. Indeks
nilai penting tersebut memberikan suatu gambaran mengenai pengaruh atau
peranan suatu spesies mangrove dalam komunitas mangrove, makin besar indeks
nilai penting spesies jenis ke-i maka pengaruh spesies tersebut dalam komunitas
mangrove juga akan semakin besar dan demikian pula sebaliknya.
Kerapatan jenis (Di), yaitu jumlah tegakan jenis ke-i dalam suatu unit area
(Bengen, 2001)
D¡ = n¡/A
dimana: D¡ = Kerapatan jenis ke-i
N¡ = Jumlah total individu dari jenis ke-i
A = Luas area total pengambilan contoh (m²)
Frekuensi jenis (Fi), yaitu peluang ditemukannya suatu jenis ke-i di dalam semua
petak contoh dibandingkan dengan jumlah total petak contoh yang di buat (Bengen,
2001).
F¡ = P¡/∑p
dimana: F¡ = Frekuensi jenis ke-i
P¡ = Jumlah petak contoh tempat ditemukannya jenis ke-i
∑p = Jumlah total petak contoh yang di buat
Frekuensi relatif (RFi), merupakan perbandingan antara frekuensi jenis ke-i (Fi)
dengan jumlah frekuensi untuk seluruh jenis (∑F) (Bengen, 2001)
Penutupan jenis (Ci), merupakan luas pernutupan jenis ke-i dalam suatu unit area
tertentu (Bengen, 2001)
C¡ = ∑BA/A
dimana: C¡ = Penutupan jenis ke-i
BA = π (D²/4)
(D = Diameter batang setinggi dada; π = 3,14)
A = Luas total area pengambilan contoh
Penutupan relatif (RCi), yaitu perbandingan antara penutupan jenis ke-i (Ci) dengan
luas total penutupan untuk seluruh jenis (∑C) (Bengen, 2001).
RC¡ = (C¡/∑C) x 100%
Dimana: RC¡ = Penutupan relatif jenis ke-i
C¡ = Penutupan jenis ke-i
∑C = Penutupan total untuk seluruh jenis
8
Pengolahan Citra
Citra yang digunakan dalam penelitian ini merupakan Citra Landsat 7 dengan
membawa sensor ETM+ ( Enhanced Thematic Mapper) yang memiliki resolusi 15
meter x 15 meter (Pankromatik), sedangkan multispektral 30 meter x 30 meter (band 1-
5, 7). Citra Landsat 8 dipindai oleh sensor TIRS (Thermal infrared sensor) Pre-WRS 2
yang memiliki resolusi 30 meter x 30 meter dan sensor OLI (Operational Land Imager),
yang terdiri dari dua jenis yaitu Multipspektral yang memiliki resolusi 30 meter x 30
meter dan Pankromatik yang memiliki resolusi 15 meter x 15 meter dengan jumlah
kanal sebanyak 11 buah. Di antara kanal tersebut 9 kanal (band 1-9) berada pada OLI
dan 2 lainnya (band 10 dan band 11) terdapat pada TIRS (Gambar 4).
(a) (b)
Gambar 4 (a) Citra Landsat 8 OLI TIRS RGB 542, (b) Citra Landsat 7 ETM+ RGB 431.
Koreksi Geometrik
Koreksi geometrik dilakukan pada citra satelit Landsat 8 yang mengacu pada citra
satelit Landsat 7 yang sudah terkoreksi sebelumnya dari LAPAN pada proyeksi
SUTM49 dan DATUM WGS84. Koreksi geometrik ini bertujuan untuk mengoreksi
distorsi posisi atau letak obyek. Salah satu cara untuk mengoreksi distorsi geometris ini
adalah dengan menggunakan titik-titik control lapangan (ground control point). Nilai
RMS toleran berkisar pada 0.5–0.9 piksel. Seperti yang terlihat pada Gambar 5.
9
a) b)
Gambar 5 (a) Citra Landsat 7 (b) Citra Landsat 8 hasil retifikasi
dengan citra Landsat 7
Citra Komposit
a) b)
Gambar 6 a) Hasil komposit kanal 453 (Landsat 7) dan b) Hasil komposit kanal
564 (Landsat 8).
Hasil dari komposit citra komposit RGB 453 untuk Landsat 7 dan 564 untuk
Landsat 8 menunjukan bahwa keberadaan ekosistem mangrove ditemukan di
daerah goba. Komposit warna pada tampilan RGB menggambarkan warna yang
berbeda-beda pada objek di permukaan bumi. Mangrove ditunjukan dengan warna
oranye dan oranye kecoklatan, non mangrove ditunjukan dengan warna hijau,
sedangkan lahan ditunjukan dengan warna cyan.
Masking (Penyamaran)
Daerah yang tidak diperlukan atau tidak masuk dalam penelitian akan
disamarkan, sehingga hanya fokus pada daerah penelitian yaitu daerah mangrove.
Dalam tampilan masking (Gambar 7) terlihat bahwa hanya daerah mangrove saja
yang diutamakan.
10
Gambar 7 Daerah Masking (penyamaran) darat dan laut di kawasan Segara Anakan,
Cilacap Jawa Tengah.
Klasifikasi terbimbing terhadap citra satelit Landsat dibagi menjadi 3 kelas yang
berbeda yaitu darat, laut dan mangrove seperti yang ditampilkan pada Gambar 8.
Proses klasifikasi yang dilakukan memiliki asumsi bahwa data citra digital
yang digunakan terdiri dari band yang memiliki cakupan area yang sama.
Klasifikasi terbimbing yang dibagi menjadi 3 area yaitu, darat, laut dan mangrove
memiliki warna yang berbeda. Hal ini digunakan untuk membedakan tiap-tiap
area tersebut. Darat ditunjukan dengan warna coklat, laut ditunjukkan dengan
warna biru dan mangrove ditunjukan dengan warna hijau.
Hasil klasifikasi dari Landsat 8 OLI TIRS berupa peta klasifikasi yang
didapatkan dari penggabungan 2 tahap, yaitu klasifikasi terbimbing dan NDVI
ditunjukan pada Gambar 9.
Nilai NDVI yang dihasilkan dari citra Landsat 8 berkisar antara 0,005
sampai dengan 0,53 yang ditunjukan pada Gambar 10, dengan selang nilai NDVI
yang ditunjukan pada Tabel 3.
Pada dasarnya piksel merupakan elemen palong kecil pada citra satelit. Satu
piksel mewakili daerah yang lebih luas di permukaan bumi. Angka numerik dari
piksel disebut Digital Number (DN), warna DN dapat ditampilkan dalam warna
kelabu,antara putih sampai dengan hitam. Warna tersebut tergantung dari level
energi yang terdeteksi. Histogram (gambar 10) menunjukan bahwa semakin tinggi
nilai piksel energi yang di absorbsi oleh sensor satelit semakin besar. Besarnya
13
Nilai NDVI dari citra Landsat 7 memiliki kisaran nilai 0,03 sampai
dengan 0,875 yang di tunjukan pada Gambar 11 dengan nilai histogram yang di
tunjukan pada Tabel 3. Nilai NDVI dari Landsat 7 memiliki kisaran yang lebih
besar dibandingkan dengan Landsat 8.
Hasil ini di dapat dari penggabungan antara nilai NDVI Landsat 7 dan klasifikasi
supervised dari citra yang sama. Perbedaan hasil kerapatan dari nilai NDVI dan peta
klasifikasi dapat di akibatkan ketika penggabungan antara klasifikasi terbimbing dengan
NDVI.
terbaca oleh sensor. Karakteristik dari kedua citra memiliki sedikit perbedaan. Hal ini
dapat menjadi salah satu faktor perbedaan hasil dari pengklasifikasian. Perbedaan hasil
klasifikasi juga dapat dipengaruhi oleh reboisasi mangrove atau pembabatan mangrove di
wilayah Segara Anakan tersebut.
Nilai INP Achantus sp. Di stasiun 2 memiliki nilai tertinggi sebesar 205,
sehingga pada stasiun 2 Achantus sp. memiliki peranan tinggi di area tersebut.
Di stasiun 10 nilai INP tertinggi terdapat pada jenis Rhizophora apiculata yaitu
sebesar 259.
Berdasarkan zona tumbuh, mangrove terbagi atas 4 zona yaitu pada daerah
terbuka, daerah tengah, daerah yang memiliki sungai berair payau sampai hampir tawar
(mangrove payau), serta daerah kearah daratan (mangrove daratan). Mangrove terbuka
berada pada bagian yang berhadapan dengan laut, menurut Van Steenis (1958).
Sonneratia alba dan Avicennia alba merupakan jenis-jenis ko-dominan pada areal pantai
yang sangat tergenang ini.
Mangrove tengah terletak di zona di belakang mangrove zona terbuka. Pada zona
mangrove tengah biasanya di dominasi oleh jenis Rhizopora apiculata, Sedangkan pada
zona mangrove payau berada di sepanjang sungai berair payau hingga hampir tawar.
Jenis mangrove yang berada pada zona payau didominasi oleh Nypa fruticans.
Keberadaan Nypa fruticans dapat menjadi indikator adanya air tawar di daerah tersebut.
Oleh karena itu, di daerah payau atau daerah yang berdekatan dengan darat banyak
sekali di temukan tumbuhan mangrove jenis Nypa fruticans.
Mangrove daratan berada di zona perairan payau atau hampir tawar di belakang
jalur hijau mangrove yang sebenarnya. Jenis-jenis yang mendominasi zona mangrove
daratan umumnya Ficus microcarpus, Intsia bijuga, Nypa fruticans, Lumnitzera
racemosa, Pandanus sp. Dan Xylocarpus moluccensis (Kementrian Lingkungan Hidup,
1993). Pada Gambar 13 menggambarkan contoh pola zonasi mangrove yang berada di
Cilacap, Jawa tengah.
19
Simpulan
Hasil deteksi mangrove dengan citra Landsat 7 ETM+ dan Landsat 8 OLI
TIRS dengan transformasi NDVI memiliki nilai yang berbeda dikarenakan
perbedaan pada akusisi data kedua citra. Kedua citra tersebut direkam pada waktu
yang berbeda, pada Landsat 7 diakuisisi pada tanggal 14 Januari 2010, sedangkan
Landsat 8 diakuisisi pada tanggal 30 Mei 2013 dan pengambilan data lapang pada
tanggal 11 maret sampai pada tanggal 14 Maret 2013. Penggunaan citra Landsat
baik dengan sensor ETM+ dan OLI TIRS mampu mendeteksi mangrove dengan
membagi kerapatan mangrove menjadi jarang, sedang dan lebat. Indeks Nilai
Penting(INP) yang dihasilkan dari formula perhitungan INP menunjukkan bahwa
Rhizophra apiculata memiliki nilai INP lebih tinggi dibandingkan dengan jenis
lainnya. Rhizophora apiculata hampir di temukan di semua stasiun pegambilan
data dan banyak tumbuh di area distribusi kerapatan lebat, sedang dan jarang.
Zonasi mangrove di Segara Anakan, Cilacap beragam dan saling tumpang tindih,
sehingga tidak sesuai dengan literatur yang ada, hal ini berdasarkan pengamatan
lapangan.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Arhatin RE. 2007. Pengkajian algorithma indeks vegetasi dan metode klasifikasi
mangrove dari data satelit LANDSAT-5 TM dan LANDSAT-7 ETM+
(studi kasus di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur). Tesis (tidak
dipublikasikan). Sekolah Pascasarjana. IPB. Bogor.
Bengen DG. 2002. Ekosistem dan sumberdaya alam pesisir dan laut serta
prinsip pengelolaannya. Bogor (ID). Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan
Lautan,IPB.
Diraq I, Aldea N, Aini A, Dionysius B, Lino G, Teguh H. 2013. Aplikasi Citra
Satelit multispectral untuk Menganalisis Kondisi Lahan Mangrove
Berdasarkan Tingkat Kekritisannya di Kawasan Pesisir Surabaya [Jurnal
Ilmiah]: Institut Teknologi Sepuluh November.
Fadhilat L. 2007. Penentuan Lokasi yang Rentan Terhadap Tumpahan Minyak di
Ekosistem Mangrove Segara Anakan, Cilacap Jawa Tengah Berdasarkan
Pendekatan Cell Based Modeling [Skripsi]: Institut Pertanian Bogor.
Jensen JR. 2000. Remote Sensing of the Environmental Earth Resources
Prespective. Prentice Hall. New Jersey-USA.
Lillesand TM, Kiefer FW. 1990. Penginderaan jauh dan interpretasi citra. Alih
Bahasa: R. Dulbahri. Yogyakarta: Gana University Press.
Noor YR. 2006. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Ditjen
PHKA.Wetlands International Indonesia Programme. Bogor
Prahasta E. 2008. Remote Sensing: praktis penginderaan jauh dan pengelohan
citra digital dengan perangkat lunak ER Mapper. Bandung: Informatika.
Purwanto AD, Asriningrum Q, Winarso G, Parwati E. 2013. Analisis Sebaran
Kerpatan Mangrove Menggunakan Citra Landsat 8 di Segara Anakan
Cilacap. Buku prosiding. Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh-LAPAN.
Suhartini TS. 2008. Deteksi Ekosistem Mangrove di Cilacap, Jawa Tengah
dengan Citra Satelit ALOS. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Setiawan F. 2009. Pemetaan luas kerapatan hutan mangrove sebagai kawasan
konservasi laut di nusa Lembongan, Bali menggunakan citra satelit Alos.
Universitas padjadjaran. Bandung
Tarigan, MS. 2008. Sebaran dan Luas Hutan Mangrove di Wilayah Pesisir Teluk
Pising Utara Pulau Kabaena Provisi Sulawesi Teggara. Makara, Sains, Vol.
13, No. 2, ovember 2008: 108-112.
Waas HJD, Nababan B. 2005. Pemetaan dan Analisis Index Vegetasi Mangrove di
Pulau Saparua Maluku Tengah. E-Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan
Tropis, Vol.2, No.1, Hal 50-58, Juni 2010. Bogor
Wouthuyzen S. 1991. Monitorig and evolution of Mangrove Forest in Kayeli Bay,
Buru Island and Katania Bay, Seram Island Using multi-date Landsat-5
Satellite Data. Proceedings of the international Workshop on investigation
of tropical environments using new remote sensing sensors such as
microwave sensor. November 18-20, Tsukaba. Japan.
22
LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel perhitungan INP tiap stasiun.
Stasiun Transek Spesies NNi A Di RDi (%) Pi Fi Rfi Keliling d BA A Ci RCi INP
(m^2) (ind/m^2)
1 1 Nypa fruticans 56 900 0.062 50.45 3 0.214 21.43 21 6.7 346 900 2.3 16.7 88.5
Bruguiera 13 900 0.014 11.71 3 0.214 21.43 22 7.0 380 900 2.3 16.7 49.8
gymnorrhiza
Rhyzophora apicaluta 6 900 0.007 5.41 2 0.143 14.29 25 8.0 491 900 2.3 16.7 36.4
Acanthus iliciforus 21 900 0.023 18.92 3 0.214 21.43 15 4.8 177 900 2.3 16.7 57.0
Ceriops sp. 3 900 0.003 2.70 1 0.071 7.14 17 5.4 227 900 2.3 16.7 26.5
Xylocarpus granatum 12 900 0.013 10.81 2 0.143 14.29 23 7.3 415 900 2.3 16.7 41.8
∑ 111 100.00 14 2036 13.6 300.0
2 Nypa fruticans 49 900 0.054 49 3 0.200 20.00 21 6.7 346 900 1.9 14.3 83.3
Derris trifoliata 25 900 0.028 25 2 0.133 13.33 10 3.2 79 900 1.9 14.3 52.6
Derris trifoliata 5 900 0.006 5 1 0.067 6.67 12 3.8 113 900 1.9 14.3 26.0
Acanthus iliciforus 6 900 0.007 6 3 0.200 20.00 15 4.8 177 900 1.9 14.3 40.3
Bruguiera 11 900 0.012 11 3 0.200 20.00 22 7.0 380 900 1.9 14.3 45.3
gymnorrhiza
Ceriops tagal 2 900 0.002 2 1 0.067 6.67 17 5.4 227 900 1.9 14.3 23.0
Xylocarpus granatum 2 900 0.002 2 2 0.133 13.33 23 7.3 415 900 1.9 14.3 29.6
∑ 100 100 15 1736 13.5 300.0
3 Aegiceras 24 900 0.027 24 1 0.067 6.67 13 4.1 133 900 1.8 16.7 47.3
corniculatum
Rhizophora apiculata 3 900 0.003 3 3 0.200 20.00 25 8.0 491 900 1.8 16.7 39.7
Acanthus iliciforus 18 900 0.020 18 3 0.200 20.00 15 4.8 177 900 1.8 16.7 54.7
Derris trifoliata 30 900 0.033 30 2 0.133 13.33 12 3.8 113 900 1.8 16.7 60.0
24
Nypa fruticans 17 900 0.019 17 3 0.200 20.00 21 6.7 346 900 1.8 16.7 53.7
Bruguiera 8 900 0.009 8 3 0.200 20.00 22 7.0 380 900 1.8 16.7 44.7
gymnorrhiza
∑ 100 100 15 1639 10.9 300.0
25
Stasiun Transek Spesies Ni A (m^2) Di (ind/m^2) RDi (%) Pi Fi Rfi Keliling d BA A Ci RCi INP
2 1 Achantus krakas 8 900 0.009 100 1 0.050 5.00 20 6.4 314 900 0.3 100.0 205.0
∑ 8 100 20 314 0.3 205.0
2 Achantus sp. 30 900 0.033 37.5 2 0.333 33.33 15 4.8 177 900 0.7 33.3 104.2
Derris trifoliata 39 900 0.043 48.75 2 0.333 33.33 12 3.8 113 900 0.7 33.3 115.4
Nypa fruticans 11 900 0.012 13.75 2 0.333 33.33 22 7.0 380 900 0.7 33.3 80.4
∑ 80 100 6 670 2.2 300.0
3 Nypa fruticans 15 900 0.017 14.7059 2 0.167 16.67 22 7.0 380 900 2.3 14.3 45.7
Deriptera lycoralis 8 900 0.009 7.84314 1 0.083 8.33 10 3.2 79 900 2.3 14.3 30.5
Achantus sp. 11 900 0.012 10.7843 2 0.167 16.67 15 4.8 177 900 2.3 14.3 41.7
Derris trifoliata 24 900 0.027 23.5294 4 0.333 33.33 12 3.8 113 900 2.3 14.3 71.1
Xylocarpus granatum 13 900 0.014 12.7451 1 0.083 8.33 23 7.3 415 900 2.3 14.3 35.4
Rhizophora apiculata 16 900 0.018 15.6863 1 0.083 8.33 25 8.0 491 900 2.3 14.3 38.3
Bruguiera gymnorrhiza 15 900 0.017 14.7059 1 0.083 8.33 22 7.0 380 900 2.3 14.3 37.3
102 100 12 2034 15.8 300.0
26
Stasiun Transek Spesies Ni A (m^2) Di (ind/m^2) RDi (%) Pi Fi Rfi Keliling d BA A Ci RCi INP
3 1 Nypa fruticans 18 900 0.020 16.0714 2 0.167 16.67 22 7.0 380 900 2.1 14.3 47.0
Acanthus iliciforus 29 900 0.032 25.8929 1 0.083 8.33 15 4.8 177 900 2.1 14.3 48.5
Derris trifoliata 36 900 0.040 32.1429 1 0.083 8.33 12 3.8 113 900 2.1 14.3 54.8
Rhizophora apiculata 4 900 0.004 3.57143 2 0.167 16.67 25 8.0 491 900 2.1 14.3 34.5
Ceriops sp. 6 900 0.007 5.35714 2 0.167 16.67 17 5.4 227 900 2.1 14.3 36.3
Aegiceras corniculatum 16 900 0.018 14.2857 1 0.083 8.33 13 4.1 133 900 2.1 14.3 36.9
Bruguiera gymnorrhiza 3 900 0.003 2.67857 3 0.250 25.00 22 7.0 380 900 2.1 14.3 42.0
∑ 112 100 12 1900 14.8 300.0
2 Rhizophora apiculata 4 900 0.004 4.3956 1 0.125 12.50 25 8.0 491 900 1.6 25.0 41.9
Ceriops tagal 32 900 0.036 35.1648 2 0.250 25.00 17 5.4 227 900 1.6 25.0 85.2
Nypa fruticans 9 900 0.010 9.89011 2 0.250 25.00 22 7.0 380 900 1.6 25.0 59.9
Bruguiera gymnorrhiza 46 900 0.051 50.5495 3 0.375 37.50 22 7.0 380 900 1.6 25.0 113.0
∑ 91 100 8 1477 6.6
3 Bruguiera gymnorrhiza 6 900 0.007 100 3 1.000 100.00 22 7.0 380 900 0.4 100.0 300.0
∑ 6 100 3 380 0.4
27
Stasiun Transek Spesies Ni A (m^2) Di (ind/m^2) RDi (%) Pi Fi Rfi Keliling d BA A Ci RCi INP
5 1 Bruguiera gymnorrhiza 6 900 0.007 3.7037 2 0.167 16.67 22 7.0 380 900 1.8 20.0 40.4
Nypa fruticans 26 900 0.029 16.0494 2 0.167 16.67 22 7.0 380 900 1.8 20.0 52.7
Rhyzopora apiculata 20 900 0.022 2.22222 3 0.250 25.00 25 8.0 491 900 1.8 20.0 47.2
Aegiceras corniculatum 5 900 0.006 0.55556 2 0.167 16.67 13 4.1 133 900 1.8 20.0 37.2
Ceriops sp. 105 900 0.117 11.6667 3 0.250 25.00 17 5.4 227 900 1.8 20.0 56.7
∑ 162 34.1975 12 1610 8.9 234.2
2 Nypa fruticans 11 900 0.012 1.22222 2 0.167 16.67 22 7.0 380 900 1.8 20.0 37.9
Aegiceras corniculatum 4 900 0.004 0.44444 2 0.167 16.67 13 4.1 133 900 1.8 20.0 37.1
Bruguiera gymnorrhiza 6 900 0.007 0.66667 2 0.167 16.67 22 7.0 380 900 1.8 20.0 37.3
Ceriops sp. 52 900 0.058 5.77778 3 0.250 25.00 17 5.4 227 900 1.8 20.0 50.8
Rhizophora apiculata 24 900 0.027 2.66667 3 0.250 25.00 25 8.0 491 900 1.8 20.0 47.7
∑ 97 10.7778 12 1610 8.9 210.8
3 Rhizophora apiculata 70 900 0.078 7.77778 3 0.429 42.86 25 8.0 491 900 0.9 0.3 51.0
Ceriops sp. 20 900 0.022 2.22222 3 0.429 42.86 17 5.4 227 900 0.9 0.3 45.4
Derris trifoliata 10 900 0.011 1.11111 1 0.143 14.29 12 3.8 113 900 0.9 0.3 15.7
∑ 100 11.1111 7 831 2.8 112.1
29
Stasiun Transek Spesies Ni A (m^2) Di (ind/m^2) RDi (%) Pi Fi Rfi Keliling d BA A Ci RCi INP
6 1 Rhizophora apiculata 60 900 0.067 60 3 0.375 37.50 25 8.0 491 900 0.9 33.3 130.8
Ceriops sp. 23 900 0.026 23 3 0.375 37.50 17 5.4 227 900 0.9 33.3 93.8
Aegiceras corniculatum 17 900 0.019 17 2 0.250 25.00 13 4.1 133 900 0.9 33.3 75.3
∑ 100 100 8 850 2.8 300.0
2 Rhizophora apiculata 60 900 0.067 35.2941 3 0.214 21.43 25 8.0 491 900 0.5 27.0 83.8
Ceriops sp. 28 900 0.031 16.4706 3 0.214 21.43 17 5.4 227 900 0.3 12.5 50.4
Avicennia alba 6 900 0.007 3.52941 1 0.071 7.14 20 6.4 314 900 0.3 17.3 28.0
Nypa fruticans 50 900 0.056 29.4118 2 0.143 14.29 22 7.0 380 900 0.4 20.9 64.6
Ceriops tagal 12 900 0.013 7.05882 3 0.214 21.43 17 5.4 227 900 0.3 12.5 41.0
Derris trifoliata 14 900 0.016 8.23529 2 0.143 14.29 15 4.8 177 900 0.2 9.7 32.3
∑ 170 100 14 1815 2.0 300.0
3 Nypa fruticans 10 900 0.011 8.69565 2 0.154 15.38 22 7.0 380 900 0.4 22.5 46.6
Rhizophora apiculata 30 900 0.033 26.087 3 0.231 23.08 25 8.0 491 900 0.5 29.1 78.2
Aegiceras corniculatum 5 900 0.006 4.34783 3 0.231 23.08 13 4.1 133 900 0.1 7.9 35.3
Bruguiera gymnorrhiza 5 900 0.006 4.34783 1 0.077 7.69 22 7.0 380 900 0.4 22.5 34.5
Ceriops sp. 50 900 0.056 43.4783 3 0.231 23.08 17 5.4 227 900 0.3 13.4 80.0
Derris trifoliata 15 900 0.017 13.0435 1 0.077 7.69 10 3.2 79 900 0.1 4.6 25.4
∑ 115 100 13 1689 1.9 300.0
30
Stasiun Transek Spesies Ni A (m^2) Di (ind/m^2) RDi (%) Pi Fi Rfi Keliling d BA A Ci RCi INP
7 1 Ceriops sp. 79 900 0.088 79 2 0.250 25.00 17 5.4 227 900 0.3 22.7 126.7
Rhizophora apiculata 16 900 0.018 16 3 0.375 37.50 20 6.4 314 900 0.3 31.4 84.9
Nypa fruticans 3 900 0.003 3 2 0.250 25.00 22 7.0 380 900 0.4 38.0 66.0
Derris trifoliata 2 900 0.002 2 1 0.125 12.50 10 3.2 79 900 0.1 7.9 22.4
∑ 100 100 8 999 1.1 300.0
2 Avicenia alba 30 900 0.033 30 2 0.182 18.18 20 6.4 314 900 0.3 20.3 68.5
Ceriops sp. 10 900 0.011 10 2 0.182 18.18 17 5.4 227 900 0.3 14.7 42.9
Rhizophora apiculata 15 900 0.017 15 3 0.273 27.27 25 8.0 491 900 0.5 31.8 74.0
Aegiceras corniculatum 25 900 0.028 25 2 0.182 18.18 13 4.1 133 900 0.1 8.6 51.8
Nypa fruticans 20 900 0.022 20 2 0.182 18.18 22 7.0 380 900 0.4 24.6 62.8
∑ 100 100 11 1544 1.7 300.0
3 Rhizophora apiculata 79 900 0.088 79 3 0.375 37.50 25 8.0 491 900 0.5 39.2 155.7
Avicennia alba 12 900 0.013 12 2 0.250 25.00 20 6.4 314 900 0.3 25.1 62.1
Aegiceras corniculatum 3 900 0.003 3 2 0.250 25.00 13 4.1 133 900 0.1 10.6 38.6
Sonneratia sp. 6 900 0.007 6 1 0.125 12.50 20 6.4 314 900 0.3 25.1 43.6
100 100 8 1251 1.4 300.0
31
Stasiun Transek Spesies Ni A (m^2) Di (ind/m^2) RDi (%) Pi Fi Rfi Keliling d BA A Ci RCi INP
8 1 Rhizophora apiculata 79 900 0.088 79 3 0.300 30.00 25 8.0 491 900 0.5 39.2 148.2
Avicennia alba 12 900 0.013 12 3 0.300 30.00 20 6.4 314 900 0.3 25.1 67.1
Aegiceras corniculatum 3 900 0.003 3 1 0.100 10.00 13 4.1 133 900 0.1 10.6 23.6
sonneratia sp. 6 900 0.007 6 3 0.300 30.00 20 6.4 314 900 0.3 25.1 61.1
∑ 100 100 10 1251 1.4 300.0
2 Rhizophora apiculata 87 900 0.097 87 3 0.333 33.33 25 8.0 491 900 0.5 43.9 164.2
Sonneratia sp. 7 900 0.008 7 3 0.333 33.33 20 6.4 314 900 0.3 28.1 68.4
Avicennia alba 6 900 0.007 6 3 0.333 33.33 20 6.4 314 900 0.3 28.1 67.4
∑ 100 100 9 1119 1.2 300.0
3 Nypa fruticans 56 900 0.062 56 1 0.100 10.00 22 7.0 380 900 0.4 28.7 94.7
Avicennia alba 15 900 0.017 15 3 0.300 30.00 20 6.4 314 900 0.3 23.8 68.8
Rhizophora apiculata 24 900 0.027 24 3 0.300 30.00 20 6.4 314 900 0.3 23.8 77.8
Sonneratia sp. 5 900 0.006 5 3 0.300 30.00 20 6.4 314 900 0.3 23.8 58.8
∑ 100 100 10 1322 1.5 300.0
32
Stasiun Transek Spesies Ni A (m^2) Di (ind/m^2) RDi (%) Pi Fi Rfi Keliling d BA A Ci RCi INP
9 1 Nypa fruticans 40 900 0.044 40 2 0.154 15.38 22 7.0 380 900 0.4 19.7 75.1
Sonneratia sp 13 900 0.014 13 3 0.231 23.08 20 6.4 314 900 0.3 16.3 52.4
Avicennia alba 9 900 0.010 9 3 0.231 23.08 20 6.4 314 900 0.3 16.3 48.4
Bruguiera gymnorrhiza 5 900 0.006 5 1 0.077 7.69 22 7.0 380 900 0.4 19.7 32.4
Ceriops sp. 3 900 0.003 3 1 0.077 7.69 17 5.4 227 900 0.3 11.8 22.5
Rhizophora apiculata 30 900 0.033 30 3 0.231 23.08 20 6.4 314 900 0.3 16.3 69.4
∑ 100 100 13 1929 2.1 300.0
2 Avicennia alba 13 900 0.014 13 3 0.273 27.27 20 6.4 314 900 0.3 23.8 69.0
Nypa fruticans 39 900 0.043 39 2 0.182 18.18 22 7.0 380 900 0.4 28.7 80.9
Rhizophora apiculata 40 900 0.044 40 3 0.273 27.27 20 6.4 314 900 0.3 23.8 91.0
Sonneratia sp 8 900 0.009 8 3 0.273 27.27 20 6.4 314 900 0.3 23.8 35.3
∑ 100 100 11 1322 1.5 276.2
3 Avicennia alba 20 900 0.022 20 3 0.333 33.33 20 6.4 314 900 0.3 33.3 86.7
Sonneratia sp 20 900 0.022 20 3 0.333 33.33 20 6.4 314 900 0.3 33.3 86.7
Rhizophora apiculata 60 900 0.067 60 3 0.333 33.33 20 6.4 314 900 0.3 33.3 126.7
∑ 100 100 9 942 1.0 300.0
33
Stasiun Transek Spesies Ni A (m^2) Di (ind/m^2) RDi (%) Pi Fi Rfi Keliling d BA A Ci RCi INP
10 1 Avicennia alba 18 900 0.020 18 3 0.333 33.33 20 6.4 314 900 0.3 33.3 84.7
Sonneratia sp 15 900 0.017 15 3 0.333 33.33 20 6.4 314 900 0.3 33.3 81.7
Rhizophora apiculata 67 900 0.074 67 3 0.333 33.33 20 6.4 314 900 0.3 33.3 133.7
∑ 100 100 9 942 1.0 300.0
2 Rhizophora apiculata 60 900 0.067 60 3 0.333 33.33 20 6.4 314 900 0.3 33.3 126.7
Avicennia alba 24 900 0.027 24 3 0.333 33.33 20 6.4 314 900 0.3 33.3 90.7
Sonneratia sp 16 900 0.018 16 3 0.333 33.33 20 6.4 314 900 0.3 33.3 82.7
∑ 100 100 9 942 1.0 300.0
34
Landsat 8 Landsat 7
Band TIRS/OLI ETM+
1 0.433 - 0.453 µm (30 m)* Coastal/Aerosol 0.450 - 0.515 µm (30 m) Blue
2 0.450 - 0.515 µm (30 m) Blue 0.525 - 0.605 µm (30 m) Green
3 0.525 - 0.600 µm (30 m) Green 0.630 - 0.690 µm (30 m) Red
4 0.630 - 0.680 µm (30 m)** Red 0.775 - 0.900 µm (30 m) Near-IR
5 0.845 - 0.885 µm (30 m)** Near-IR 1.550 - 1.750 µm (30 m)SWIR-1
6 1.560 - 1.660 µm (30 m)** SWIR-1 10.00 - 12.50 µm (60 m) LWIR
7 2.100 - 2.300 µm (30 m)** SWIR-2 2.090 - 2.350 µm (30 m) SWIR-2
8 0.500 - 0.680 µm (15 m)** PAN 0.520 - 0.900 µm (15 m) PAN
9 1.360 - 1.390 µm (30 m)*** Cirrus
10 10.30 - 11.30 µm **** LWIR-1
11 11.50 - 12.50 µm **** LWIR-2
35
a) b)
Gambar 1 a) dan b) pengambilan data di Desa Tritih
a) b)
Gambar 2 a) Pemasangan transek kuadrat di vegetasi mangrove, b) Kondisi
vegetasi mangrove.
a) b)
Gambar 3 a) Sampel daun mangrove dan b) sampel propagul mangrove
37
a) b)
Gambar 4 Kondisi mangrove yang berada pada aliran sungai Donan
38
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kudus pada tanggal 7 Juli 1991 dari ayah Drs. H. Sri
Haryoko dan ibu Hj. Uswatun Khasanah,Spd. Penulis adalah putra kedua dari empat
bersaudara. Tahun 2009 lulus dari SMA Negeri 2 Kudus dan pada tahun yang sama
penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.