ANNISA SAPUTRI
Annisa Saputri
NIM E14120032
ABSTRAK
ANNISA SAPUTRI. Identifikasi dan Perubahan Kelas Tutupan Lahan
Menggunakan Citra Resolusi Sangat Tinggi dan Citra Resolusi Sedang di
Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh NINING
PUSPANINGSIH
Citra satelit semakin banyak digunakan sebagai komponen data
penginderaan jauh. Citra Quickbird merupakan citra beresolusi tinggi dengan
resolusi spasial 2.4 m (multispektral) dan 0.6 m (pankromatik). Citra Landsat 8
merupakan citra resolusi sedang yang memiliki resolusi spasial 30 m
(multispektral) dan 15 m (pankromatik). Perbedaan resolusi spasial ini
menyebabkan perbedaan informasi kelas tutupan lahan antara kedua citra. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kelas tutupan lahan
menggunakan citra resolusi sangat tinggi dan citra resolusi sedang serta
mengetahui perubahan kelas tutupan lahan di Kecamatan Cisarua, Kabupaten
Bogor. Identifikasi menggunakan citra Quickbird lebih detail dibandingkan
dengan identifikasi menggunakan citra Landsat 8. Kelas penutupan lahan yang
diidentifikasi menggunakan citra Quickbird dan citra Landsat 8 masing-masing
berjumlah 16 dan 10 kelas tutupan lahan. Perubahan kelas tutupan lahan di
Kecamatan Cisarua cenderung berubah dari kelas tutupan lahan bervegetasi
menjadi kelas tutupan lahan non vegetasi.
ABSTRACT
ANNISA SAPUTRI. Identification and Land Cover Classes Change Using Very
High Resolution Image and Medium Resolution Image in District Cisarua, Bogor
Regency. Supervised by NINING PUSPANINGSIH
Satellite image is increasingly being used as the component of remote
sensing data. Quickbird image is high resolution image with a spatial resolution of
2.4 m (multispectral) and 0.6 m (panchromatic). Landsat 8 is a medium resolution
image that has a spatial resolution of 30 m (multispectral) and 15 m
(panchromatic). Differences in spatial resolution have led to differences in land
cover classes of information between the two images. The purpose of this research
was identified land cover classes using very high resolution image and medium
resolution image and knowed the land cover classes changes in District Cisarua,
Bogor Regency. Identification using Quickbird image more detail than the
identification using Landsat 8. The land cover classes are identified using
Quickbird and Landsat 8 respectively with 16 and 10 land cover classes. Land
cover classes change in District Cisarua tends to change land cover classes
vegetation be non-vegetation land cover classes.
ANNISA SAPUTRI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta'ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul Identifikasi dan Perubahan
Kelas Tutupan Lahan Menggunakan Citra Resolusi Sangat Tinggi dan Citra
Resolusi Sedang di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor dapat diselesaikan
dengan baik. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Nining Puspaningsih,
MSi selaku dosen pembimbing atas nasihat, bimbingan, arahan serta kesabarannya
dalam menyelesaikan skripsi ini. Penghargaan terbesar penulis sampaikan kepada
Ayah, Mamah, Adik, serta seluruh keluarga atas segala do'a, dukungan, semangat
dan kasih sayangnya. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih untuk Bapak Uus
Saepul atas semua ilmu dan bantuan yang telah diberikan, serta kepada Tri Wahyu
Legawa, Iman Tochid, Satria Kurnia serta Hotmaida yang telah membantu
menyelesaikan penelitian ini. Serta kepada sahabat dan teman-teman Manajemen
Hutan 49 atas semangat dan bantuannya, serta semua pihak atas segala do'a dan
kasih sayangnya.
Annisa Saputri
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
METODE PENELITIAN 2
Waktu dan Lokasi Penelitian 2
Alat dan Data 3
Tahapan Penelitian 3
Persiapan 3
Pra-Pengolahan Citra 3
Pengambilan Data Lapangan (Ground Check) 5
Klasifikasi Tutupan Lahan secara Visual 5
Uji Akurasi 5
Analisis Perubahan Tutupan Lahan 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Keadaan Umum Lokasi 6
Karakteristik Tutupan Lahan di Lapangan 7
Klasifikasi Tutupan Lahan secara Visual 9
Klasifikasi Tutupan Lahan menggunakan Citra Quickbird 9
Klasifikasi Tutupan Lahan menggunakan Citra Landsat 8 11
Karakteristik Kelas Tutupan Lahan pada Citra 13
Perhitungan Uji Akurasi Hasil Klasifikasi 19
Analisis Perubahan Kelas Tutupan Lahan 20
Matriks Perubahan Kelas Tutupan Lahan Tahun 2007-2011 20
Perubahan Luas Kelas Tutupan Lahan Tahun 2007-2016 22
SIMPULAN DAN SARAN 24
Simpulan 24
Saran 25
DAFTAR PUSTAKA 25
DAFTAR TABEL
1. Karakteristik band citra Quickbird 3
2. Karakteristik band citra Landsat 8 4
3. Matriks kesalahan (confusion matrix) 5
4. Deskripsi kelas tutupan lahan di Kecamatan Cisarua tahun 2016 7
5. Luas tutupan lahan pada tahun 2007 9
6. Luas tutupan lahan pada tahun 2011 10
7. Perbedaan jumlah klasifikasi antara citra Quickbird dan citra
Landsat 8 12
8. Luas tutupan lahan pada tahun 2016 13
9. Penampakan kelas tutupan lahan pada citra Quickbird dan citra
Landsat 8 14
10. Perhitungan uji akurasi hasil klasifikasi 20
11. Matriks perubahan kelas tutupan lahan periode 2007-2011 21
12. Perubahan luas kelas tutupan lahan tahun 2007-2011 22
13. Perubahan luas kelas tutupan lahan tahun 2011-2016 23
14. Perubahan luas kelas tutupan lahan tahun 2007-2016 23
DAFTAR GAMBAR
1. Peta lokasi penelitian di Kecamatan Cisarua 2
2. Peta klasifikasi tutupan lahan di Kecamatan Cisarua tahun 2007 10
3. Peta klasifikasi tutupan lahan di Kecamatan Cisarua tahun 2011 11
4. Peta klasifikasi tutupan lahan di Kecamatan Cisarua tahun 2016 13
DAFTAR LAMPIRAN
1. Titik koordinat hasil ground check 27
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Luas hutan di Indonesia terus menerus berkurang seiring berjalannya waktu
yang ditunjukan oleh laju deforestasi di Indonesia yang semakin hari semakin
meningkat. Menurut analisis FWI (2014), dalam periode tahun 2009-2013
deforestasi di Indonesia sekitar 4.50 juta hektar atau laju deforestasi sekitar 1.13
juta hektar pertahun. Penurunan luas hutan tersebut disebabkan oleh laju
peningkatan jumlah penduduk di Indonesia yang sangat cepat yang
mengakibatkan banyaknya hutan di Indonesia yang dikonversi menjadi lahan
pertanian, perkebunan, pemukiman ataupun areal industri untuk kepentingan
sosial masyarakat keseluruhan maupun untuk kepentingan individu.
Kecamatan Cisarua merupakan bagian hulu Daerah Aliran Sungai (DAS)
Ciliwung yang berfungsi sebagai kawasan lindung dan wilayah resapan air.
Perubahan tutupan lahan yang terjadi di bagian hulu DAS Ciliwung akan
mempengaruhi seluruh bagian DAS. Salah satu perubahan yang terjadi adalah
perubahan kelas tutupan lahan hutan menjadi non hutan yang dapat menurunkan
fungsi hutan sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi. Oleh karena itu,
perubahan kelas tutupan lahan yang terjadi di Kecamatan Cisarua harus terkontrol,
sehingga fungsinya sebagai wilayah resapan air dapat dikendalikan.
Informasi mengenai perubahan tutupan lahan di Kecamatan Cisarua dapat
diperoleh dengan teknologi penginderaan jauh. Penginderaan jauh merupakan
ilmu dan seni dalam memperoleh informasi mengenai objek, area, atau fenomena
melalui analisis yang diperoleh tanpa kontak langsung (Lillesand & Kiefer 1990).
Penginderaan jauh memiliki kemampuan untuk memberikan informasi secara
lengkap, cepat dan relatif akurat serta dapat mempermudah pekerjaan lapang
dengan biaya relatif murah.
Satelit sumberdaya alam yang pertama diluncurkan yaitu ERTS-1
(Earth Resources Technology Satellite) pada tahun 1972 yang kemudian disebut
Landsat 1. Generasi satelit Landsat berikutnya mengalami peningkatan dalam hal
resolusi spasial dan resolusi spektral. Pada tahun 2013, diluncurkan satelit baru
yaitu Landsat 8 yang memiliki resolusi spasial 15 m untuk citra pankromatik dan
30 m untuk citra multispektral. Citra Landsat telah dimanfaatkan oleh pemerintah,
swasta, industri, sipil, dan pendidikan di seluruh dunia. Pemetaan
penggunaan/penutupan lahan dengan citra Landsat mampu menyediakan
informasi kenampakan objek di permukaan bumi.
Saat ini telah banyak satelit baru beresolusi tinggi yang diluncurkan. Kajian
dan penelitian untuk berbagai kepentingan yang menggunakan data penginderaan
jauh dengan resolusi tinggi telah membuat perkembangan teknologi penginderaan
jauh mengalami kemajuan yang pesat. Salah satu citra satelit yang memiliki
resolusi spasial sangat tinggi adalah citra Quickbird yang diluncurkan pada tahun
2001. Citra Quickbird memiliki resolusi spasial 0.61 m untuk citra pankromatik
dan 2.44 m untuk citra multispektral, sehingga diharapkan mampu menyediakan
informasi kenampakan objek secara detail di Kecamatan Cisarua yang merupakan
wilayah hulu DAS Ciliwung.
2
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kelas tutupan lahan
menggunakan citra resolusi sangat tinggi dan citra resolusi sedang serta
mengetahui perubahan kelas tutupan lahan di Kecamatan Cisarua, Kabupaten
Bogor.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi data dan informasi
terbaru mengenai perkembangan luasan hutan dan perubahan kelas tutupan lahan
di Kecamatan Cisarua yang dapat dimanfaatkan dalam perencanaan dan
pengelolaan tata ruang di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor.
METODE PENELITIAN
Tahapan Penelitian
Persiapan
Persiapan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu studi pustaka mengenai
penelitan yang akan dilaksanakan dan pengumpulan data sekunder (tidak
langsung).
Pra-Pengolahan Citra
Tahap pra pengolahan citra merupakan tahap pertama dalam pengolahan
citra sebelum dilakukan pengolahan citra lebih lanjut. Citra resolusi sangat tinggi
yang digunakan adalah citra Quickbird tahun 2007 dan 2011. Sedangkan Citra
resolusi sedang yang digunakan adalah citra Landsat 8 tahun 2016. Tahap pra
pengolahan citra meliputi perubahan format, layer stack, pansharpening, koreksi
geometris, dan cropping.
1. Perubahan Format
Perubahan format citra dilakukan dengan merubah format dari format .ecw
menjadi format .img pada citra Quickbird dan merubah format .Tiff menjadi
format .img pada citra Landsat 8. Karakteristik band citra Quickbird dan
karakteristik band citra Landsat 8 dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.
2. Layer Stack
Proses layerstack merupakan proses penggabungan beberapa band pada citra
sehingga terbentuk band citra komposit. Citra gabungan pada citra Landsat 8
merupakan gabungan dari band 1-7 dan band 9.
3. Pansharpening
Pansharpening merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
mempertajam kenampakan objek pada citra dalam melakukan analisis visual.
Penajaman objek pada citra Landsat 8 dilakukan dengan menggabungkan band
multi spektral (1,2,3,4,5,6,7 dan 9) yang memiliki resolusi 30 meter x 30 meter
dan band pankromatik (band 8) yang memiliki resolusi spasial 15 meter x 15
meter. Proses ini menghasilkan citra yang memiliki banyak spektral dengan
resolusi spasial yang lebih tinggi yaitu 15 meter x 15 meter. Metode
penggabungan citra yang digunakan adalah metode Brovey Transform atau
Transformasi Brovey. Metode ini merupakan metode yang paling sederhana untuk
memadukan dua macam citra yang berbeda resolusi spasial (Danoedoro 2012
diacu dalam Yogyanti 2015).
Uji Akurasi
Uji akurasi dilakukan untuk melihat besarnya kesalahan klasifikasi area
contoh sehingga dapat ditentukan besarnya presentase ketelitian pemetaan.
Analisis akurasi dilakukan dengan menggunakan matriks kesalahan (confusion
matrix) atau disebut juga matriks kontingensi seperti yang disajikan pada Tabel 3.
Akurasi yang bisa dihitung dari tabel di atas antara lain: User’s accuracy,
Producer’s accuracy, Overall accuracy dan Kappa accuracy. Secara matematis
jenis-jenis akurasi di atas dapat dinyatakan (Jaya 2010) sebagai berikut:
∑ ∑
∑
6
Keterangan:
N = jumlah titik ground check yang diambil di lapangan
r = jumlah baris atau kolom pada matriks kesalahan (jumlah kelas)
Xi+ = jumlah titik ground check dalam baris ke-i
X+i = jumlah titik ground check dalam kolom ke-i
Xii = nilai diagonal dari matriks kontingensi baris ke-i dan kolom ke-i.
Tabel 7 Perbedaan jumlah klasifikasi antara citra Quickbird dan citra Landsat 8
No Kelas tutupan lahan menggunakan Kelas tutupan lahan menggunakan
citra Quickbird citra Landsat 8
1 Belukar Belukar
2 Rumput Hutan alam tidak rapat
3 Hutan alam jarang Hutan alam rapat
4 Hutan alam rapat Hutan tanaman tidak rapat
5 Hutan alam sedang Hutan tanaman rapat
6 Hutan tanaman jarang Kebun campuran
7 Hutan tanaman rapat Kebun the
8 Hutan tanaman sedang Badan air
9 Kebun campuran jarang Lahan pertanian
10 Kebun campuran sedang Lahan terbangun
11 Kebun teh
12 Badan air
13 Ladang
14 Sawah
15 Lahan terbangun
16 Tanah kosong
menjadi tutupan lahan bervegetasi dengan kerapatan tidak rapat. Hal ini karena
pada citra Quickbird tajuknya terlihat jelas karena resolusinya tinggi sehingga
mudah membedakan kerapatannya khususnya dilihat dari perbedaan tekstur dan
warna pada citra, tetapi pada citra Landsat 8 tidak dapat dibedakan.
Gambar 4 Peta klasifikasi tutupan lahan di Kecamatan Cisarua Bogor tahun 2016
Hasil identifikasi tutupan lahan secara visual pada penelitian ini ditemukan 16
kelas tutupan lahan pada citra Quickbird dan 10 kelas tutupan lahan pada citra
Landsat 8. Penampakan kelas tutupan lahan secara visual pada citra Quickbird dan
citra Landsat 8 dapat dilihat pada Tabel 9.
14
Tabel 9 Penampakan kelas tutupan lahan pada citra Quickbird dan citra Landsat 8
Kelas Penampakan pada citra Kelas Penampakan pada citra
tutupan lahan Quickbird skala 1:2000 tutupan lahan Landsat 8 skala 1:10 000
Badan air
Badan air
Belukar
Belukar
Rumput
Hutan alam
Hutan alam
rapat
rapat
15
Tabel 9 Penampakan kelas tutupan lahan pada citra Quickbird dan citra Landsat 8
(lanjutan)
Kelas Penampakan pada citra Kelas Penampakan pada citra
tutupan lahan Quickbird skala 1:2000 tutupan lahan Landsat 8 skala 1:10 000
Hutan alam
jarang
Hutan alam
tidak rapat
Hutan alam
sedang
Kebun
campuran
jarang
Kebun
campuran
Kebun
campuran
sedang
16
Tabel 9 Penampakan kelas tutupan lahan pada citra Quickbird dan citra Landsat 8
(lanjutan)
Kelas Penampakan pada citra Kelas Penampakan pada citra
tutupan lahan Quickbird skala 1:2000 tutupan lahan Landsat 8 skala 1:10 000
Hutan
tanaman
jarang
Hutan
tanaman
tidak rapat
Hutan
tanaman
sedang
Hutan Hutan
tanaman tanaman
rapat rapat
Ladang
Lahan
pertanian
Sawah
17
Tabel 9 Penampakan kelas tutupan lahan pada citra Quickbird dan citra Landsat 8
(lanjutan)
Kelas Penampakan pada citra Kelas tutupan Penampakan pada citra
tutupan lahan Quickbird skala 1:2000 lahan Landsat 8 skala 1:10 000
Lahan
terbangun
(123)
Lahan
terbangun
Tanah
kosong
(123)
Analisis penampakan kelas tutupan lahan yang ada pada citra Quickbird
dilakukan dengan menggunakan kombinasi band 1-2-3 untuk kelas tutupan lahan
badan air, sawah, ladang, belukar, rumput, lahan terbangun dan tanah kosong.
Kombinasi ini memberikan tampilan citra seperti kondisi sebenarnya sehingga
dengan resolusi yang tinggi akan mempermudah dalam mendeteksi dan
mengidentifikasi secara visual tampilan obyek yang ada pada citra (Venus 2008).
Kelas tutupan lahan hutan alam jarang, hutan alam sedang, hutan alam rapat,
hutan tanaman jarang, hutan tanaman rapat, hutan tanaman sedang, kebun
campuran jarang dan kebun campuran sedang di analisis dengan menggunakan
kombinasi band 4-3-2. Menurut Thoha (2008), pada citra Quickbird kombinasi
band 4-3-2, vegetasi dengan berbagai tingkat kerapatan tampak jelas dan
bergradasi kemerahan.
Analisis penampakan tutupan lahan pada citra Landsat 8 menggunakan
kombinasi band 7-5-4 untuk semua kelas tutupan lahan. Menurut Wahyuni
(2014), kombinasi band ini menghasilkan kenampakan secara visual citra lebih
mendekati warna alam dan memberikan informasi kenampakan yang ada cukup
banyak. Karakteristik setiap kelas tutupan lahanpada citra Quickbird dan citra
Landsat 8 dijelaskan sebagai berikut:
a. Badan air pada citra Quickbird berwarna hijau kebiruan, berterkstur halus dan
mempunyai pola menyebar terutama didaerah cekungan. Badan air pada citra
Landsat 8, berwarna biru gelap, bertekstur halus dan memiliki pola yang sama
dengan citra Quickbird.
b. Belukar pada citra Quickbird berwarna hijau, bertekstur agak kasar, dan
memiliki pola tidak teratur. Rumput pada citra Quickbird berwarna hijau,
18
bertekstur halus dan memiliki pola yang sama dengan belukar. Kelas tutupan
belukar dan rumput sulit dibedakan pada citra Landsat 8, karena memiliki
karakteristik yang sama yaitu berwarna mosaik hijau muda dan magenta,
bertekstur halus dan berpola tidak teratur. Perbedaan tekstur belukar pada citra
Quickbird dan citra Landsat 8 disebabkan karena citra Quickbird memiliki
resolusi spasial yang tinggi sehingga stuktur vegetasi terlihat jelas.
c. Hutan alam jarang dan hutan alam sedang pada citra Quickbird berwarna
merah, tajuknya beragam dan terlihat jelas, memiliki pola mengelompok, dan
bertekstur kasar (hutan alam jarang bertekstur lebih kasar dari hutan alam
sedang). Hutan alam tidak rapat pada citra Landsat 8 berwarna mosaik hijau
muda dan hijau tua, bertekstur kasar dan memiliki pola yang sama dengan citra
Quickbird. Perbedaan tekstur pada citra Quickbird dan citra Landsat 8
disebabkan karena citra Quickbird memiliki resolusi spasial yang tinggi
sehingga stuktur vegetasi terlihat jelas. Perbedaan resolusi spasial ini juga yang
menyebabkan hutan alam jarang dan sedang mudah dibedakan pada citra
Quickbird dan tidak dapat dibedakan pada citra Landsat 8.
d. Hutan alam rapat pada citra Quickbird berwarna merah, tajuknya beragam dan
terlihat jelas, memiliki pola mengelompok dan memiliki tekstur yang lebih
halus dari hutan alam sedang dan jarang. Hutan alam rapat pada citra Landsat 8
berwarna hijau tua, bertekstur kasar, dan memiliki pola yang sama dengan citra
Quickbird. Perbedaan tekstur pada citra Quickbird dan citra Landsat 8
disebabkan karena citra Quickbird memiliki resolusi spasial yang tinggi
sehingga stuktur vegetasi terlihat jelas.
e. Kebun campuran jarang dan kebun campuran sedang pada citra Quickbird
berwarna merah, tajuk terlihat dan berukuran kecil, bertekstur kasar (kebun
campuran jarang lebih kasar dari kebun campuran sedang), memiliki pola
menyebar dan bercampur dengan penutupan lahan lainnya seperti sawah,
ladang dan lahan terbangun. Kebun campuran jarang dan sedang pada citra
Landsat 8, tidak dapat dibedakan karena memiliki karakteristik yang sama
yaitu berwarna mosaik hijau dan magenta, bertekstur kasar, dan memiliki pola
yang sama dengan citra Quickbird. Perbedaan tekstur pada citra Quickbird dan
citra Landsat 8 disebabkan karena citra Quickbird memiliki resolusi spasial
yang tinggi sehingga stuktur vegetasi terlihat jelas. Perbedaan resolusi spasial
ini juga yang menyebabkan kebun campuran jarang dan sedang mudah
dibedakan pada citra Quickbird dan tidak dapat dibedakan pada citra Landsat 8.
f. Hutan tanaman jarang dan hutan tanaman sedang pada citra Quickbird
berwarna merah, tajuk umumnya seragam dan terlihat jelas, memiliki pola
tidak teratur, dan bertekstur kasar (hutan tanaman jarang bertekstur lebih kasar
dari hutan tanaman sedang). Hutan tanaman tidak rapat pada citra Landsat 8
berwarna hijau muda, bertekstur agak kasar dan memiliki pola yang sama
dengan citra Quickbird. Perbedaan tekstur pada citra Quickbird dan citra
Landsat 8 disebabkan karena citra Quickbird memiliki resolusi spasial yang
tinggi sehingga stuktur vegetasi terlihat jelas. Perbedaan resolusi spasial ini
juga yang menyebabkan hutan tanaman jarang dan sedang mudah dibedakan
pada citra Quickbird dan tidak dapat dibedakan pada citra Landsat 8.
g. Hutan tanaman rapat pada citra Quickbird berwarna merah, tajuk umumnya
seragam dan terlihat jelas, memiliki pola tidak teratur dan memiliki tekstur
yang lebih halus dari hutan tanaman sedang dan jarang. Hutan tanaman rapat
19
pada citra Landsat 8 berwarna hijau tua, bertekstur agak kasar, dan memiliki
pola yang sama dengan citra Quickbird. Perbedaan tekstur pada citra Quickbird
dan citra Landsat 8 disebabkan karena citra Quickbird memiliki resolusi spasial
yang tinggi sehingga stuktur vegetasi terlihat jelas.
h. Ladang pada citra Quickbird umumnya berwarna hijau atau tergantung jenis
dan kondisi fase perkembangan tanaman, petakan terlihat jelas, tekstur agak
kasar, serta berdampingan dengan sawah, pemukiman dan kebun campuran.
Sawah pada citra Quickcird memiliki warna yang beragam tergantung dari
kondisi sawah dan fase perkembangan tanaman padi, petakan terlihat jelas,
serta berdampingan dengan ladang, pemukiman dan kebun campuran. Ladang
dan sawah pada citra Landsat 8, sulit dibedakan karena memiliki karakteristik
yang sama yaitu berwarna mosaik hijau muda dan biru, bertekstur halus dan
berdampingan dengan pemukiman dan kebun campuran.
i. Lahan terbangun pada citra Quickbird memiliki warna beragam tergantung dari
warna atap yang digunakan, bertekstur kasar, memiliki pola mengelompok dan
berdampingan dengan penutupan lahan yang lain seperti sawah, ladang, dan
kebun campuran. Tanah kosong pada citra Quickbird berwarna kuning
kecoklatan, bertekstur halus dan memiliki pola tidak teratur. Lahan terbangun
pada citra Landsat 8 berwarna merah keunguan, bertekstur halus, dan pola
mengelompok berdampingan dengan penutupan lahan yang lain seperti lahan
pertanian dan kebun campuran.
j. Kebun teh pada citra Quickbird berwarna hijau, bertekstur halus, memiliki pola
mengelompok dan umumnya bersebelahan dengan hutan alam. Kebun teh pada
citra Landsat 8 berwarna hijau muda, bertekstur halus, dan memiliki pola yang
sama dengan citra Quickbird.
Keterangan:
BA = Badan air HTJ = Hutan tanaman jarang KT = Kebun teh
B = Belukar HTR = Hutan tanaman rapat L = Ladang
HAJ = Hutan alam jarang HTS = Hutan tanaman sedang TK = Tanah kosong
HAR = Hutan alam rapat KCJ = Kebun campuran jarang R = Rumput
HAS = Hutann alam sedang KCS = Kebun campuran sedang S = Sawah
22
Analisis perubahan lahan pada periode 2007 dan 2011 menggunakan citra
yang sama yaitu citra Quickbird. Perubahan luas tutupan lahan terbesar terjadi
pada kelas ladang yang berkurang seluas 171.71 ha. Sedangkan yang terkecil
terjadi pada kelas badan air yang bertambah seluas 2.23 ha. Perubahan terbesar
pada kelas ladang yaitu berubah menjadi belukar seluas 54.79 ha. Matriks
perubahan kelas tutupan lahan pada Tabel 12 menunjukkan bahwa terdapat
perubahan tutupan lahan yang tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya dilapangan.
Perubahan tutupan lahan ini mempunyai luasan yang tidak terlalu besar (≤13.62
ha) yang disebabkan oleh ketidaktepatan interpreter dalam melakukan delineasi
batas kelas tutupan lahan dan adanya overlap antar poligon sehingga
menyebabkan terjadinya kesalahan pada hasil overlay citra dengan luasan yang
kecil. Interpreter sudah mencoba memperbaiki kesalahan overlap antar poligon
dengan menggunakan topologi, hanya saja jumlah poligon yang overlap sangat
banyak, sehingga masih terdapat kesalahan pada hasil overlay.
Hasil klasifikasi citra pada tahun 2007 hingga tahun 2016 menunjukkan
bahwa tutupan lahan di Kecamatan Cisarua didominasi oleh hutan alam rapat.
Luas hutan alam rapat mengalami penurunan dari tahun 2007 sampai 2011, akan
tetapi pada tahun 2016 kembali mengalami peningkatan luas. Sedangkan kelas
tutupan lahan hutan alam tidak rapat mengalami penurunan luasan di setiap tahun
pengamatan. Hutan alam tidak rapat biasanya berada pada bagian pinggir area
hutan alam, selain itu juga letak hutan alam tidak rapat biasanya bersinggungan
dengan kebun teh sehingga rentan terhadap konversi lahan.
Kelas tutupan lahan belukar mengalami perubahan yang besar. Selama 10
tahun luasan belukar berkurang sebesar 597.07 ha. Hal ini menunjukkan bahwa
pemanfaatan lahan di Kecamatan Cisarua semakin intensif. Selain itu, kelas lahan
pertanian juga merupakan salah satu tutupan lahan yang mengalami perubahan
24
luasan yang cukup besar. Perubahan yang terjadi pada kelas lahan pertanian
umunya berubah menjadi lahan terbangun.
Kelas tutupan lahan kebun campuran mengalami peningkatan dari tahun
2007 sampai 2011 kemudian mengalami penurunan pada tahun 2016 menjadi
289.78 ha. Salah satu faktor menurunnya luas kebun campuran adalah karena
letaknya yang dekat dengan pemukiman, sehingga sangat rentan mengalami
konversi lahan ke arah pemukiman yang ditunjukan dengan luas lahan terbangun
yang mengalami peningkatan setiap tahun pengamatan. Selain itu, hal ini terlihat
juga dari peta hasil klasifikasi tutupan lahan yang menunjukkan perubahan lahan
banyak terjadi disekitar kiri atas, karena area tersebut lebih dekat dengan
perkotaan dan memiliki topografi yang cenderung lebih datar. Lisnawati dan Ari
(2007) menjelaskan bahwa perubahan lahan banyak terjadi di daerah yang lebih
dekat dengan aktivitas ekonomi ataupun lebih dekat dengan perkotaan, juga
karena pengaruh topografi yang cenderung lebih datar.
Luas tutupan lahan hutan tanaman (baik rapat maupun tidak rapat)
mengalami peningkatan luas setiap tahun pengamatan, akan tetapi jika di
gabungkan secara umum luas hutan (hutan alam, hutan tanaman dan kebun
campuran) di Kecamatan Cisarua telah mengalami penurunan luas selama 10
tahun terakhir. Meskipun jika digabungkan luas hutan pada tahun 2016 masih
lebih dari 30% (3 385.40 ha) dari total luas Kecamatan Cisarua, namun jika tidak
dipertahankan luasan hutan akan terus menerus berkurang setiap tahunnya. Hal ini
perlu diperhatikan mengingat Kecamatan Cisarua merupakan daerah penyangga
kawasan hutan lindung yang berfungsi sebagai pengatur tata air, pencegahan
banjir dan erosi dimana apabila keberadaan hutan terus berkurang setiap tahunnya
tidak hanya akan berdampak negatif disekitar Kecamatan Cisarua saja, akan tetapi
juga dampaknya akan dirasakan oleh kawasan bagian hilir DAS Ciliwung.
Pendapat ini juga diperkuat oleh Haryani (2011), perubahan penggunaan lahan
yang paling besar pengaruhnya terhadap kelestarian sumberdaya air adalah
perubahan dari kawasan hutan ke penggunaan lainnya, seperti pertanian,
perumahan ataupun industri.
Perubahan tutupan lahan di Kecamatan Cisarua secara umum cenderung
berubah dari tutupan lahan yang tertutup vegetasi menjadi lahan terbangun.
Menurut Lisnawati dan Ari (2007), perubahan lahan bervegetasi menjadi lahan
terbangun berkorelasi dengan meningkatnya kebutuhan akan perumahan dan
fasilitas lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hal tersebut merupakan faktor
terbesar yang mendorong terjadinya konversi lahan.
Simpulan
Klasifikasi tutupan lahan menggunakan citra Quickbird dan citra Landsat 8
menghasilkan jumlah kelas tutupan lahan yang berbeda. Klasifikasi menggunakan
citra Quickbird menghasilkan 16 kelas tutupan lahan, sedangkan klasifikasi
menggunakan citra Landsat 8 menghasilkan 10 kelas tutupan lahan.
Selama 10 tahun terakhir luasan lahan bervegetasi mengalami penurunan
dan luasan lahan terbangun mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa
25
telah terjadi pola perubahan tutupan lahan dari yang tertutup vegetasi ke non
vegetasi di Kecamatan Cisarua.
Saran
Pemerintah dan masyarakat sekitar Kecamatan Cisarua disarankan untuk
mempertahankan area yang tertutup vegetasi khususnya hutan yang tersisa di
Kecamatan Cisarua dan melakukan kegiatan rehabilitasi, serta menekan
penambahan luas lahan terbangun di Kecamatan Cisarua
DAFTAR PUSTAKA
[FWI] Forest Watch Indonesia. 2014. Potret Keadaan Hutan Indonesia Periode
Tahun 2009–2013. Bogor (ID): FWI.
Haryani, P. 2011. Perubahan Penutupan/Penggunaan Lahan Dan Perubahan Garis
Pantai di DAS Cipunagara dan Sekitarnya, Jawa Barat. Bogor. [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Jaya INS. 2010. Analisis Citra Digital: Perspektif Penginderaan Jauh untuk
Pengelolaan Sumberdaya Alam. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB.
Lillesand TM, Kiefer RW. 1990. Penginderaan Jauh dan Penafsiran Citra.
Dulbahri, Suharsono P, Hartono, Suharyadi, penerjemah; Sutanto, editor
Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press. Terjemahan dari: Remote
Sensing and Image Interpretation.
Lisnawati Y dan Ari W. 2007. Penggunaan Citra Landsat ETM+ untuk
Monitoring Perubahan Penggunaan Lahan di Kawasan Puncak. Jurnal
Penelitian Hutan Tanaman. (4) 80.
Pertiwi Dyah A P. 2014. Identifikasi Pola Hutan Rakyat dan Tutupan Lahan Lain
Menggunakan Citra Landsat 8 Oli (Studi Kasus Di Asosiasi Petani Hutan
Rakyat Wonosobo) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Prahasta. 2008. REMOTE SENSING : Praktis Penginderaan Jauh & Pengolahan
Citra Dijital Dengan Perangkat Lunak ER Maper. Bandung (ID):
Informatika Bandung.
Setiyono B. 2006. Deteksi perubahan penutupan lahan menggunakan citra satelit
Landsat ETM+ di Daerah Aliran Sungai (DAS) Juwana, Jawa Tengah
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sutanto. 1992. Penginderaan Jauh. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University
Press.
Thoha Achmad S. 2008. Karakteristik Citra Satelit. Medan (ID): Universitas
Sumatra Utara.
[USGS] United States Geological Survey. 2014. Landsat 8 OLI (Operational Land
Imager) and TIRS (Thermal Infrared Sensor) [Internet]. [diunduh 13 September
2016]. Tersedia dari http://landsat.usgs.gov.
Venus S. 2008. Klasifikasi Penutupan Lahan Menggunakan Citra Satelit Quickbird di
Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Wahyuni S. 2014. Identifikasi Karakteristik dan Pemetaan Tutupan Lahan
Menggunakan Citra Landsat 8 (Oli) di Kabupaten Ogan Komering Ilir
Provinsi Sumatera Selatan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
26
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 20 Mei 1995 di Bogor Jawa Barat. Penulis
adalah anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Dedi Subadri dan Ibu
Heni. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Rimba Putra Bogor lulus
tahun 2006, pendidikan menengah pertaman di SMP Insan Kamil Bogor lulus
tahun 2009, dan pendidikan menengah atas SMA Insan Kamil Bogor lulus tahun
2012. Pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur SNMPTN
(Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) Undangan di Departemen
Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Selama menjadi mahasiswa, penulis
pernah menjadi asisten mata kuliah Inventasisasi Sumberdaya Hutan pada tahun
ajaran 2015-2016. Penulis juga aktif sebagai anggota Divisi Dana Usaha Forest
Management Student Club.
Penulis pernah melakukan kegiatan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan
(PPEH) di Sancang Timur (Garut) dan Telaga Bodas (Garut) pada tahun 2014,
Praktik Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW)
Sukabumi dan KPH Cianjur Jawa Barat pada tahun 2015 dan Praktik Kerja
Lapang (PKL) di IUPHHK-HA PT Erythrina Nugrahamegah, Kalimantan Tengah
tahun 2016.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada
Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor,
penulis menyusun skripsi berjudul “Identifikasi dan Perubahan Kelas Tutupan
Lahan menggunakan Citra Resolusi Sangat Tinggi dan Citra Resolusi Sedang di
Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor” di bawah bimbingan Dr Nining
Puspaningsih, MSi.