Anda di halaman 1dari 38

IDENTIFIKASI DAN PERUBAHAN KELAS TUTUPAN

LAHAN MENGGUNAKAN CITRA RESOLUSI SANGAT


TINGGI DAN CITRA RESOLUSI SEDANG DI KECAMATAN
CISARUA, KABUPATEN BOGOR

ANNISA SAPUTRI

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi dan


Perubahan Kelas Tutupan Lahan Menggunakan Citra Resolusi Sangat Tinggi dan
Citra Resolusi Sedang di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor adalah benar
karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2017

Annisa Saputri
NIM E14120032
ABSTRAK
ANNISA SAPUTRI. Identifikasi dan Perubahan Kelas Tutupan Lahan
Menggunakan Citra Resolusi Sangat Tinggi dan Citra Resolusi Sedang di
Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh NINING
PUSPANINGSIH
Citra satelit semakin banyak digunakan sebagai komponen data
penginderaan jauh. Citra Quickbird merupakan citra beresolusi tinggi dengan
resolusi spasial 2.4 m (multispektral) dan 0.6 m (pankromatik). Citra Landsat 8
merupakan citra resolusi sedang yang memiliki resolusi spasial 30 m
(multispektral) dan 15 m (pankromatik). Perbedaan resolusi spasial ini
menyebabkan perbedaan informasi kelas tutupan lahan antara kedua citra. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kelas tutupan lahan
menggunakan citra resolusi sangat tinggi dan citra resolusi sedang serta
mengetahui perubahan kelas tutupan lahan di Kecamatan Cisarua, Kabupaten
Bogor. Identifikasi menggunakan citra Quickbird lebih detail dibandingkan
dengan identifikasi menggunakan citra Landsat 8. Kelas penutupan lahan yang
diidentifikasi menggunakan citra Quickbird dan citra Landsat 8 masing-masing
berjumlah 16 dan 10 kelas tutupan lahan. Perubahan kelas tutupan lahan di
Kecamatan Cisarua cenderung berubah dari kelas tutupan lahan bervegetasi
menjadi kelas tutupan lahan non vegetasi.

Kata kunci : interpretasi citra, landsat 8, Quickbird, tutupan lahan

ABSTRACT
ANNISA SAPUTRI. Identification and Land Cover Classes Change Using Very
High Resolution Image and Medium Resolution Image in District Cisarua, Bogor
Regency. Supervised by NINING PUSPANINGSIH
Satellite image is increasingly being used as the component of remote
sensing data. Quickbird image is high resolution image with a spatial resolution of
2.4 m (multispectral) and 0.6 m (panchromatic). Landsat 8 is a medium resolution
image that has a spatial resolution of 30 m (multispectral) and 15 m
(panchromatic). Differences in spatial resolution have led to differences in land
cover classes of information between the two images. The purpose of this research
was identified land cover classes using very high resolution image and medium
resolution image and knowed the land cover classes changes in District Cisarua,
Bogor Regency. Identification using Quickbird image more detail than the
identification using Landsat 8. The land cover classes are identified using
Quickbird and Landsat 8 respectively with 16 and 10 land cover classes. Land
cover classes change in District Cisarua tends to change land cover classes
vegetation be non-vegetation land cover classes.

Keywords : images interpretation, Landsat 8, Quickbird, land cover


IDENTIFIKASI DAN PERUBAHAN KELAS TUTUPAN
LAHAN MENGGUNAKAN CITRA RESOLUSI SANGAT
TINGGI DAN CITRA RESOLUSI SEDANG DI KECAMATAN
CISARUA, KABUPATEN BOGOR

ANNISA SAPUTRI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta'ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul Identifikasi dan Perubahan
Kelas Tutupan Lahan Menggunakan Citra Resolusi Sangat Tinggi dan Citra
Resolusi Sedang di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor dapat diselesaikan
dengan baik. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Nining Puspaningsih,
MSi selaku dosen pembimbing atas nasihat, bimbingan, arahan serta kesabarannya
dalam menyelesaikan skripsi ini. Penghargaan terbesar penulis sampaikan kepada
Ayah, Mamah, Adik, serta seluruh keluarga atas segala do'a, dukungan, semangat
dan kasih sayangnya. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih untuk Bapak Uus
Saepul atas semua ilmu dan bantuan yang telah diberikan, serta kepada Tri Wahyu
Legawa, Iman Tochid, Satria Kurnia serta Hotmaida yang telah membantu
menyelesaikan penelitian ini. Serta kepada sahabat dan teman-teman Manajemen
Hutan 49 atas semangat dan bantuannya, serta semua pihak atas segala do'a dan
kasih sayangnya.

Bogor, Januari 2017

Annisa Saputri
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
METODE PENELITIAN 2
Waktu dan Lokasi Penelitian 2
Alat dan Data 3
Tahapan Penelitian 3
Persiapan 3
Pra-Pengolahan Citra 3
Pengambilan Data Lapangan (Ground Check) 5
Klasifikasi Tutupan Lahan secara Visual 5
Uji Akurasi 5
Analisis Perubahan Tutupan Lahan 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Keadaan Umum Lokasi 6
Karakteristik Tutupan Lahan di Lapangan 7
Klasifikasi Tutupan Lahan secara Visual 9
Klasifikasi Tutupan Lahan menggunakan Citra Quickbird 9
Klasifikasi Tutupan Lahan menggunakan Citra Landsat 8 11
Karakteristik Kelas Tutupan Lahan pada Citra 13
Perhitungan Uji Akurasi Hasil Klasifikasi 19
Analisis Perubahan Kelas Tutupan Lahan 20
Matriks Perubahan Kelas Tutupan Lahan Tahun 2007-2011 20
Perubahan Luas Kelas Tutupan Lahan Tahun 2007-2016 22
SIMPULAN DAN SARAN 24
Simpulan 24
Saran 25
DAFTAR PUSTAKA 25
DAFTAR TABEL
1. Karakteristik band citra Quickbird 3
2. Karakteristik band citra Landsat 8 4
3. Matriks kesalahan (confusion matrix) 5
4. Deskripsi kelas tutupan lahan di Kecamatan Cisarua tahun 2016 7
5. Luas tutupan lahan pada tahun 2007 9
6. Luas tutupan lahan pada tahun 2011 10
7. Perbedaan jumlah klasifikasi antara citra Quickbird dan citra
Landsat 8 12
8. Luas tutupan lahan pada tahun 2016 13
9. Penampakan kelas tutupan lahan pada citra Quickbird dan citra
Landsat 8 14
10. Perhitungan uji akurasi hasil klasifikasi 20
11. Matriks perubahan kelas tutupan lahan periode 2007-2011 21
12. Perubahan luas kelas tutupan lahan tahun 2007-2011 22
13. Perubahan luas kelas tutupan lahan tahun 2011-2016 23
14. Perubahan luas kelas tutupan lahan tahun 2007-2016 23

DAFTAR GAMBAR
1. Peta lokasi penelitian di Kecamatan Cisarua 2
2. Peta klasifikasi tutupan lahan di Kecamatan Cisarua tahun 2007 10
3. Peta klasifikasi tutupan lahan di Kecamatan Cisarua tahun 2011 11
4. Peta klasifikasi tutupan lahan di Kecamatan Cisarua tahun 2016 13

DAFTAR LAMPIRAN
1. Titik koordinat hasil ground check 27
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Luas hutan di Indonesia terus menerus berkurang seiring berjalannya waktu
yang ditunjukan oleh laju deforestasi di Indonesia yang semakin hari semakin
meningkat. Menurut analisis FWI (2014), dalam periode tahun 2009-2013
deforestasi di Indonesia sekitar 4.50 juta hektar atau laju deforestasi sekitar 1.13
juta hektar pertahun. Penurunan luas hutan tersebut disebabkan oleh laju
peningkatan jumlah penduduk di Indonesia yang sangat cepat yang
mengakibatkan banyaknya hutan di Indonesia yang dikonversi menjadi lahan
pertanian, perkebunan, pemukiman ataupun areal industri untuk kepentingan
sosial masyarakat keseluruhan maupun untuk kepentingan individu.
Kecamatan Cisarua merupakan bagian hulu Daerah Aliran Sungai (DAS)
Ciliwung yang berfungsi sebagai kawasan lindung dan wilayah resapan air.
Perubahan tutupan lahan yang terjadi di bagian hulu DAS Ciliwung akan
mempengaruhi seluruh bagian DAS. Salah satu perubahan yang terjadi adalah
perubahan kelas tutupan lahan hutan menjadi non hutan yang dapat menurunkan
fungsi hutan sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi. Oleh karena itu,
perubahan kelas tutupan lahan yang terjadi di Kecamatan Cisarua harus terkontrol,
sehingga fungsinya sebagai wilayah resapan air dapat dikendalikan.
Informasi mengenai perubahan tutupan lahan di Kecamatan Cisarua dapat
diperoleh dengan teknologi penginderaan jauh. Penginderaan jauh merupakan
ilmu dan seni dalam memperoleh informasi mengenai objek, area, atau fenomena
melalui analisis yang diperoleh tanpa kontak langsung (Lillesand & Kiefer 1990).
Penginderaan jauh memiliki kemampuan untuk memberikan informasi secara
lengkap, cepat dan relatif akurat serta dapat mempermudah pekerjaan lapang
dengan biaya relatif murah.
Satelit sumberdaya alam yang pertama diluncurkan yaitu ERTS-1
(Earth Resources Technology Satellite) pada tahun 1972 yang kemudian disebut
Landsat 1. Generasi satelit Landsat berikutnya mengalami peningkatan dalam hal
resolusi spasial dan resolusi spektral. Pada tahun 2013, diluncurkan satelit baru
yaitu Landsat 8 yang memiliki resolusi spasial 15 m untuk citra pankromatik dan
30 m untuk citra multispektral. Citra Landsat telah dimanfaatkan oleh pemerintah,
swasta, industri, sipil, dan pendidikan di seluruh dunia. Pemetaan
penggunaan/penutupan lahan dengan citra Landsat mampu menyediakan
informasi kenampakan objek di permukaan bumi.
Saat ini telah banyak satelit baru beresolusi tinggi yang diluncurkan. Kajian
dan penelitian untuk berbagai kepentingan yang menggunakan data penginderaan
jauh dengan resolusi tinggi telah membuat perkembangan teknologi penginderaan
jauh mengalami kemajuan yang pesat. Salah satu citra satelit yang memiliki
resolusi spasial sangat tinggi adalah citra Quickbird yang diluncurkan pada tahun
2001. Citra Quickbird memiliki resolusi spasial 0.61 m untuk citra pankromatik
dan 2.44 m untuk citra multispektral, sehingga diharapkan mampu menyediakan
informasi kenampakan objek secara detail di Kecamatan Cisarua yang merupakan
wilayah hulu DAS Ciliwung.
2

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kelas tutupan lahan
menggunakan citra resolusi sangat tinggi dan citra resolusi sedang serta
mengetahui perubahan kelas tutupan lahan di Kecamatan Cisarua, Kabupaten
Bogor.

Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi data dan informasi
terbaru mengenai perkembangan luasan hutan dan perubahan kelas tutupan lahan
di Kecamatan Cisarua yang dapat dimanfaatkan dalam perencanaan dan
pengelolaan tata ruang di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan November 2016.
Penelitian dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu pra pengolahan citra,
pengambilan data lapangan dan pengolahan data. Tahap pra pengolahan citra
dilakukan pada bulan Juni 2016 di laboratorium Remote Sensing dan GIS,
Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Pengambilan data
lapangan dilaksanakan pada bulan Juli hingga Agustus 2016 di Kecamatan
Cisarua yang terletak pada 06o38'47.65"-06o46'13.22" LS dan 106o53'41.51"-
107o0'23.85" BT. Tahap pengolahan data dilakukan pada bulan Agustus hingga
November 2016 di Laboratorium Remote Sensing dan GIS, Departemen
Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Peta lokasi penelitian dan titik
pengamatan dilapangan disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Peta lokasi penelitian dan sebaran titik ground check


3

Alat dan Data


Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari GPS (Geographic
Positioning System), laptop yang dilengkapi dengan program software Erdas
Imagine 9.1, ArcGis 10.1, Microsoft office 2007 (Ms. Word, Ms. Excel), alat tulis,
tally sheet dan kamera. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data
primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung
dari hasil pengambilan lapangan berupa ground check lokasi penelitan. Data
sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung oleh peneliti,
melainkan diperoleh dari berbagai sumber. Data sekunder yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu Citra Satelit Resolusi Sangat Tinggi (QuickBird) tahun
perekaman 2007 dan 2011, Citra Satelit Resolusi Sedang (Landsat 8) path/row
122/65 perkaman tahun 2016, dan Peta Batas Administrasi Kecamatan Cisarua.

Tahapan Penelitian

Persiapan
Persiapan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu studi pustaka mengenai
penelitan yang akan dilaksanakan dan pengumpulan data sekunder (tidak
langsung).

Pra-Pengolahan Citra
Tahap pra pengolahan citra merupakan tahap pertama dalam pengolahan
citra sebelum dilakukan pengolahan citra lebih lanjut. Citra resolusi sangat tinggi
yang digunakan adalah citra Quickbird tahun 2007 dan 2011. Sedangkan Citra
resolusi sedang yang digunakan adalah citra Landsat 8 tahun 2016. Tahap pra
pengolahan citra meliputi perubahan format, layer stack, pansharpening, koreksi
geometris, dan cropping.

1. Perubahan Format
Perubahan format citra dilakukan dengan merubah format dari format .ecw
menjadi format .img pada citra Quickbird dan merubah format .Tiff menjadi
format .img pada citra Landsat 8. Karakteristik band citra Quickbird dan
karakteristik band citra Landsat 8 dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1 Karakteristik band citra Quickbird


Panjang gelombang
Sensor Resolusi spasial (m)
(μm)
Biru 0.45 - 0.50 2.44
Hijau 0.52 - 0.60 2.44
Multispektral
Merah 0.63 - 0.69 2.44
Inframerah dekat 0.76 - 0.90 2.44
Pancromatic Hitam dan Putih 0.50 - 0.90 0.61
Sumber : Digital globe (2004) diacu dalam Venus (2008)
4

Tabel 2 Karakteristik band citra Landsat 8


Saluran Panjang gelombang (μm) Resolusi spasial (m)
Coastal blue 0.43 - 0.45 30
Blue 0.45 - 0.51 30
Green 0.53 - 0.59 30
Red 0.64 - 0.67 30
NIR 0.85 - 0.88 30
SWIR 1 1.57 - 1.65 30
SWIR 2 2.11 - 2.29 30
PAN 0.50 - 0.68 15
Cirrus 1.36 - 1.38 30
TIRS 1 10.6 - 11.19 100
TIRS 2 11.5 – 12.51 100
Sumber : USGS (2014)

2. Layer Stack
Proses layerstack merupakan proses penggabungan beberapa band pada citra
sehingga terbentuk band citra komposit. Citra gabungan pada citra Landsat 8
merupakan gabungan dari band 1-7 dan band 9.

3. Pansharpening
Pansharpening merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
mempertajam kenampakan objek pada citra dalam melakukan analisis visual.
Penajaman objek pada citra Landsat 8 dilakukan dengan menggabungkan band
multi spektral (1,2,3,4,5,6,7 dan 9) yang memiliki resolusi 30 meter x 30 meter
dan band pankromatik (band 8) yang memiliki resolusi spasial 15 meter x 15
meter. Proses ini menghasilkan citra yang memiliki banyak spektral dengan
resolusi spasial yang lebih tinggi yaitu 15 meter x 15 meter. Metode
penggabungan citra yang digunakan adalah metode Brovey Transform atau
Transformasi Brovey. Metode ini merupakan metode yang paling sederhana untuk
memadukan dua macam citra yang berbeda resolusi spasial (Danoedoro 2012
diacu dalam Yogyanti 2015).

4. Koreksi Geometris (Rektifikasi)


Koreksi geometris bertujuan untuk memperbaiki kesalahan posisi obyek
yang terekam pada citra yang disebabkan oleh distorsi yang bersifat geometrik.
Penyebab distorsi geometrik meliputi terjadinya rotasi pada waktu perekaman,
pengaruh kelengkungan bumi, efek panoramik (sudut pandang), pengaruh
topografi, dan pengaruh gravitasi bumi yang menyebabkan terjadinya perubahan
kecepatan dan ketinggian satelit dan ketidakstabilan ketinggian platform
(Lillesand & Kiefer 1990).

5. Pemotongan Citra (Cropping)


Pemotongan citra (cropping) merupakan proses pemotongan citra sesuai
dengan batas kawasan lokasi penelitian. Pemotongan citra dilakukan dengan
tujuan untuk memperkecil daerah yang dikaji sesuai dengan daerah yang menjadi
fokus penelitian, yaitu Kecamatan Cisarua, selain itu juga cropping bertujuan
untuk mereduksi volume data citra agar proses kerja pada komputer dapat lebih
ringan.
5

Pengambilan Data Lapangan (Ground Check)


Kegiatan pengambilan data di lapangan dilakukan dengan mengambil titik
pengamatan sesuai dengan objek tutupan lahan yang ada, disertai dengan
pengambilan foto kenampakan tutupan lahan pada kondisi lapang tersebut.
Pengambilan titik pengamatan dilakukan menggunakan metode purposive
sampling. Pengukuran koordinat data lapangan menggunakan alat bantu GPS
(Geographic Positioning System). Jumlah titik yang di ambil pada kegiatan
ground check yaitu sebanyak 51 titik koordinat.

Klasifikasi Tutupan Lahan secara Visual


Klasifikasi visual citra merupakan suatu proses penyusunan, pengurutan,
atau pengelompokan semua piksel yang terdapat didalam band citra ke dalam
beberapa kelas berdasarkan kriteria sehingga menghasilkan peta tematik (Prahasta
2008). Penafsiran citra resolusi sangat tinggi dan citra resolusi sedang pada
penelitian ini dilakukan menggunakan metode analisis secara visual. Pembuatan
batas setiap kelas tutupan lahan dilakukan dengan deliniasi dilayar komputer (on-
screen digitation). Klasifikasi visual dilakukan dengan bantuan unsur interpretasi
yaitu rona atau warna (tone), tekstur, bentuk, pola, ukuran, bayangan dan asosiasi.

Uji Akurasi
Uji akurasi dilakukan untuk melihat besarnya kesalahan klasifikasi area
contoh sehingga dapat ditentukan besarnya presentase ketelitian pemetaan.
Analisis akurasi dilakukan dengan menggunakan matriks kesalahan (confusion
matrix) atau disebut juga matriks kontingensi seperti yang disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Matriks kesalahan (confusion matrix)


Dikelaskan ke kelas Jumlah piksel Akurasi pembuat
Kelas referensi
A B C Total piksel
A X11 X12 X13 X1+ X11 /X1+
B X21 X22 X23 X2+ X22 /X2+
C X31 X32 X33 X3+ X33 /X3+
Total piksel X+1 X+2 X+3 N
Akurasi pengguna X11 /X+1 X22 /X+2 X33 /X+3
Sumber: Jaya 2010

Akurasi yang bisa dihitung dari tabel di atas antara lain: User’s accuracy,
Producer’s accuracy, Overall accuracy dan Kappa accuracy. Secara matematis
jenis-jenis akurasi di atas dapat dinyatakan (Jaya 2010) sebagai berikut:

∑ ∑

6

Keterangan:
N = jumlah titik ground check yang diambil di lapangan
r = jumlah baris atau kolom pada matriks kesalahan (jumlah kelas)
Xi+ = jumlah titik ground check dalam baris ke-i
X+i = jumlah titik ground check dalam kolom ke-i
Xii = nilai diagonal dari matriks kontingensi baris ke-i dan kolom ke-i.

Analisis Perubahan Tutupan Lahan


Analisis perubahan penutupan lahan dilakukan pada minimal dua peta
klasifikasi yang diperoleh pada dua waktu berbeda. Diperlukan data citra yang
diproses dengan cara yang sama, agar tidak terjadi interpretasi yang salah. Cara
ini digunakan karena selain bisa mengetahui luas perubahan lahan yang terjadi,
juga bisa mengetahui arah perubahan yang terjadi (Setiyono 2006). Penelitian ini
menggunakan teknik overlay citra menggunakan menu intersect. Tabel pada
setiap citra digabungkan menjadi satu dan dihitung ulang luas areal pada tabel
yang sudah disatukan. Proses ini hanya bisa dilakukan jika batas areal yang
digunakan sama dan kelas tutupan lahan yang digunakan juga sama.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi


Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor terletak antara 06o38'47.65"-
06o46'13.22" LS dan 106o53'41.51"-107o0'23.85" BT dengan ketinggian 650-1400
mdpl. Luas kecamatan Cisarua yaitu 7441.04 ha. Curah hujan rata-rata tahunan di
Kecamatan Cisarua sekitar 3178 mm/tahun dan suhu udara berkisar antara 17.85
o
C - 23.91 oC. Jumlah penduduk Kecamatan Cisarua pada tahun 2015 sebanyak
117 459 jiwa yang tersebar pada sembilan desa dan satu kelurahan dengan
kepadatan penduduk 1281 jiwa/km2.
Kecamatan Cisarua berbatasan dengan wilayah sekitarnya yaitu Kecamatan
Megamendung pada wilayah sebelah Utara dan Barat, dan berbatasan dengan
Kabupaten Cianjur pada wilayah sebelah Selatan dan Timur. Berdasarkan
karakteristik wilayah, Kecamatan Cisarua termasuk ke dalam kawasan Bogor-
Puncak-Cianjur (Bopunjur) yang merupakan sub DAS Ciliwung Hulu. Kawasan
DAS Ciliwung merupakan wilayah khusus dalam penanganan erosi dan
sedimentasi. Dalam pengembangannya, Kecamatan Cisarua merupakan wilayah
pertanian, perkebunan, pariwisata dan daerah penyangga kawasan hutan lindung.

Karakteristik Tutupan Lahan di Lapangan


Pengambilan data lapangan dilakukan untuk menjaga ketelitian hasil
interpretasi, hal ini dilakukan untuk mengetahui kebenaran hasil interpretasi citra,
selain itu pengambilan data lapangan juga diperlukan untuk menambahkan data
yang diperlukan yang tidak dapat dilihat melalui citra (Sutanto 1992). Hasil
pengamatan di lapangan ditemukan 16 jenis tutupan lahan yang terdiri dari lahan
terbangun, tanah kosong, rumput, belukar, ladang, sawah, badan air, hutan alam
rapat, hutan alam sedang, hutan alam jarang, kebun campuran sedang, kebun
campuran jarang, kebun teh, hutan tanaman rapat, hutan tanaman sedang, dan
hutan tanaman jarang. Deskripsi penutupan lahan di Kecamatan Cisarua tahun
2016 disajikan pada Tabel 4.
7

Tabel 4. Deskripsi kelas tutupan lahan di Kecamatan Cisarua tahun 2016


Kelas tutupan Keterangan Foto lapangan
lahan
Area yang memiliki tutupan lahan buatan
yang biasanya bersifat kedap air dan relatif
Lahan
permanen. Lahan terbangun di lokasi
terbangun
penelitian berupa pemukiman, pasar dan
rumah kaca.

Area berupa tanah kosong yang tidak


Tanah ditumbuhi oleh vegetasi apapun. Tanah
kosong kosong di lokasi penelitian berupa lahan
bekas galian pasir.

Lapangan yang didominasi oleh tanaman


Rumput
rumput.

Suatu lokasi yang terdiri dari campuran


antara tumbuhan bawah. Pada umumnya
semak belukar merupakan tumbuhan kecil
Belukar sampai sedang, tidak mempunyai batang
yang jelas, banyak cabang, dan memiliki
penutupan lahan yang rapat dan relatif
sedang.

Lahan pertanian tadah hujan yang ditanami


Ladang tanaman pertanian seperti kol, tomat, cabai,
sawi, dll.

Sawah Lahan pertanian irigasi yang ditanami padi.

Daerah atau lokasi yang tergenang air


Badan air tanpa ada vegetasi yang menaunginya.
Dalam penelitian ini berupa danau

Suatu lahan yang didominasi oleh


Hutan alam
pepohonan yang tumbuh secara alami
rapat
dengan kerapatan tajuk >70%.
8

Tabel 4. Deskripsi kelas tutupan lahan di Kecamatan Cisarua tahun 2016


(lanjutan)
Kelas tutupan Keterangan Foto lapangan
lahan

Suatu lahan yang didominasi oleh


Hutan alam
pepohonan yang tumbuh secara alami
sedang
dengan kerapatan tajuk 40-70%.

Suatu lahan yang didominasi oleh


Hutan alam
pepohonan yang tumbuh secara alami
jarang
dengan kerapatan tajuk <40%.

Lahan yang ditanami dengan berbagai


Kebun
macam tanaman seperti pisang, nangka,
campuran
durian, manggis, bambu dan singkong
sedang
dengan kerapatan tajuk 40-70% .

Lahan yang ditanami dengan berbagai


Kebun
macam tanaman seperti pisang, nangka,
campuran
durian, manggis, bambu dan singkong
jarang
dengan kerapatan tajuk <40% .

Kebun teh Lahan yang ditanami dengan tanaman teh.

Lahan yang ditanami dengan tanaman


Hutan
kehutanan dengan kerapatan tajuk >70%. Di
tanaman
lokasi penelitian berupa hutan pinus dan
rapat
hutan jabon.

Lahan yang ditanami dengan tanaman


Hutan
kehutanan dengan kerapatan tajuk 40-70%
tanaman
Di lokasi penelitian berupa hutan pinus dan
sedang
hutan jabon.

Lahan yang ditanami dengan tanaman


Hutan
kehutanan dengan kerapatan tajuk <40%. Di
tanaman
lokasi penelitian berupa hutan pinus dan
jarang
hutan jabon.
9

Klasifikasi Tutupan Lahan secara Visual


Kegiatan interpretasi secara visual merupakan kegiatan identifikasi citra
melalui kemampuan interpreter mengenali elemen elemen interpretasi citra yang
meliputi warna, tekstur, bentuk, ukuran, pola, bayangan dan asosiasi. Kegiatan ini
perlu di dukung oleh data acuan lapangan sebagai referensi untuk mengetahui
gejala dan proses yang terjadi pada objek interpretasi. Hasil dari proses klasifikasi
adalah peta tutupan lahan yang memuat informasi kelas tutupan lahan yang ada
pada suatu unit area.

1. Klasifikasi Tutupan Lahan menggunakan Citra Resolusi Sangat Tinggi


(Quickbird)
Hasil klasifikasi tutupan lahan secara visual dengan menggunakan
Quickbird pada tahun 2007 dan 2011 di Kecamatan Cisarua diperoleh 16 jenis
kelas tutupan lahan yang terdiri dari kelas lahan terbangun, tanah kosong,
ladang, sawah, rumput, belukar, kebun campuran jarang, kebun campuran
sedang, hutan alam jarang, hutan alam sedang, hutan alam rapat, hutan
tanaman jarang, hutan tanaman sedang, hutan tanaman rapat, kebun teh, dan
badan air. Klasifikasi dan luas tutupan lahan pada tahun 2007 dan 2011 dapat
dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6. Peta hasil klasifikasi tutupan lahan tahun
2007 dan 2011 dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.

Tabel 5 Luas tutupan lahan pada tahun 2007


Luas tutupan lahan tahun 2007
Tutupan lahan
Luas (ha) Pesentase (%)
Badan Air 1.95 0.03
Belukar 404.76 5.44
Hutan alam jarang 343.52 4.62
Hutan alam rapat 2250.30 30.24
Hutan alam sedang 414.13 5.57
Hutan tanaman jarang 78.36 1.05
Hutan tanaman rapat 29.29 0.39
Hutan tanaman sedang 21.29 0.29
Kebun campuran jarang 266.31 3.58
Kebun campuran sedang 162.99 2.19
Kebun teh 908.77 12.21
Ladang 618.10 8.31
Tanah kosong 22.94 0.31
Lahan terbangun 1145.78 15.40
Rumput 311.68 4.19
Sawah 460.89 6.19
Total 7441.04 100.00
Sumber : data olahan
10

Tabel 6 Luas tutupan lahan pada tahun 2011


Luas tutupan lahan tahun 2011
Tutupan lahan
Luas (ha) Pesentase (%)
Badan Air 4.63 0.06
Belukar 490.75 6.60
Hutan alam jarang 364.12 4.89
Hutan alam rapat 2224.19 29.89
Hutan alam sedang 378.72 5.09
Hutan tanaman jarang 108.03 1.45
Hutan tanaman rapat 35.09 0.47
Hutan tanaman sedang 14.60 0.20
Kebun campuran jarang 345.17 4.64
Kebun campuran sedang 154.57 2.08
Kebun teh 888.69 11.94
Ladang 446.10 6.00
Tanah kosong 34.06 0.46
Lahan terbangun 1254.29 16.86
Rumput 315.35 4.24
Sawah 382.67 5.14
Total 7441.04 100.00
Sumber : data olahan

Gambar 2 Peta klasifikasi tutupan lahan di Kecamatan Cisarua tahun 2007


11

Gambar 3 Peta klasifikasi tutupan lahan di Kecamatan Cisarua tahun 2011

2. Klasifikasi Tutupan Lahan menggunakan Citra Resolusi Sedang (Landsat


8)
Hasil klasifikasi tutupan lahan secara visual dengan menggunakan citra
Landsat 8 pada tahun 2016 di Kecamatan Cisarua Bogor interpreter hanya
dapat mengklasifikasi 10 jenis kelas tutupan lahan. Perbedaan ini karena nilai
resolusi spasial pada citra Landsat 8 lebih besar dibandingkan dengan citra
Quickbird, sehingga ada beberapa kelas tutupan lahan yang sulit dibedakan
pada citra Landsat 8. Kelas tutupan lahan tersebut yaitu lahan terbangun dan
tanah kosong, sawah dan ladang, hutan alam sedang dan jarang, hutan tanaman
sedang dan jarang, kebun campuran sedang dan jarang, serta rumput dan
belukar. Perbedaan jumlah klasifikasi antara kedua citra disajikan pada Tabel 7.
Luas tutupan lahan menggunakan citra Landsat 8 pada tahun 2016 disajikan
pada Tabel 8. Peta hasil klasifikasi tutupan lahan tahun 2016 dapat dilihat pada
Gambar 4.
12

Tabel 7 Perbedaan jumlah klasifikasi antara citra Quickbird dan citra Landsat 8
No Kelas tutupan lahan menggunakan Kelas tutupan lahan menggunakan
citra Quickbird citra Landsat 8
1 Belukar Belukar
2 Rumput Hutan alam tidak rapat
3 Hutan alam jarang Hutan alam rapat
4 Hutan alam rapat Hutan tanaman tidak rapat
5 Hutan alam sedang Hutan tanaman rapat
6 Hutan tanaman jarang Kebun campuran
7 Hutan tanaman rapat Kebun the
8 Hutan tanaman sedang Badan air
9 Kebun campuran jarang Lahan pertanian
10 Kebun campuran sedang Lahan terbangun
11 Kebun teh
12 Badan air
13 Ladang
14 Sawah
15 Lahan terbangun
16 Tanah kosong

Perbedaan hasil klasifikasi antara klasifikasi menggunakan citra resolusi


sangat tinggi dan citra resolusi sedang adalah hasil jumlah kelas tutupan lahan
yang dapat dipisahkan pada citra. Penelitian ini menggabungkan kelas tanah
kosong dengan lahan terbangun yang dapat dipisahkan pada citra resolusi sangat
tinggi, menjadi satu kelas sebagai lahan terbangun pada citra resolusi sedang.
Penggabungan kelas tutupan lahan ini dikarenakan citra Landsat 8 yang
digunakan direkam pada bulan Agustus atau bukan musim hujan yang
menyebabkan tanah kosong menjadi kering sehingga memiliki nilai reflektansi
yang tinggi dan menghasilkan warna cerah (pink atau putih), sehingga warna
tanah kosong pada citra Landsat 8 mirip dengan lahan terbangun (Lillesand &
Kiefer 1990). Selain itu, kelas tutupan lahan tanah kosong pada citra resolusi
sangat tinggi memiliki poligon-poligon yang sangat kecil luasannya yaitu < 2 ha,
sehingga pada citra resolusi sedang yang memiliki resolusi spasial 15m tidak
terlihat nyata.
Penggabungan kelas tutupan lahan lainnya yaitu kelas sawah dan ladang
digabung menjadi kelas lahan pertanian. Penggabungan ini karena pada citra
resolusi sangat tinggi kenampakannya terlihat berbeda akan tetapi letaknya
cenderung bersebelahan/berdampingan, dan citra resolusi sedang yang direkam
pada bulan Agustus yaitu musim kemarau menyebabkan sawah dan ladang sulit
dibedakan pada citra Landsat 8, sehingga digabungkan menjadi satu kelas yaitu
kelas lahan pertanian.
Kelas tutupan lahan lainnya yang digabungkan yaitu kelas rumput dan
belukar yang dapat dibedakan pada citra resolusi sangat tinggi tetapi tidak dapat
dibedakan pada citra resolusi sedang karena luasan setiap poligon yang cenderung
kecil dan memiliki karakteristik yang sama pada citra resolusi sedang sehingga
digabungkan menjadi kelas tutupan lahan belukar.
Kelas tutupan lahan lainnya yang digabungkan adalah tutupan lahan
bervegetasi yang memiliki kerapatan tajuk jarang dan sedang yang digabungkan
13

menjadi tutupan lahan bervegetasi dengan kerapatan tidak rapat. Hal ini karena
pada citra Quickbird tajuknya terlihat jelas karena resolusinya tinggi sehingga
mudah membedakan kerapatannya khususnya dilihat dari perbedaan tekstur dan
warna pada citra, tetapi pada citra Landsat 8 tidak dapat dibedakan.

Tabel 8 Luas tutupan lahan tahun 2016


Luas tutupan lahan tahun 2016
Tutupan Lahan Luas (ha) Pesentase (%)
Badan air 5.43 0.07
Belukar 119.82 1.61
Hutan alam tidak rapat 360.56 4.85
Hutan alam rapat 2255.81 30.32
Hutan tanaman tidak rapat 292.38 3.93
Hutan tanaman rapat 186.87 2.51
Kebun campuran 289.78 3.89
Kebun teh 1203.11 16.17
Lahan pertanian 569.78 7.66
Lahan terbangun 2157.50 28.99
Total 7441.04 100.00
Sumber : data olahan

Gambar 4 Peta klasifikasi tutupan lahan di Kecamatan Cisarua Bogor tahun 2016

Karakteristik Kelas Tutupan Lahan pada Citra

Hasil identifikasi tutupan lahan secara visual pada penelitian ini ditemukan 16
kelas tutupan lahan pada citra Quickbird dan 10 kelas tutupan lahan pada citra
Landsat 8. Penampakan kelas tutupan lahan secara visual pada citra Quickbird dan
citra Landsat 8 dapat dilihat pada Tabel 9.
14

Tabel 9 Penampakan kelas tutupan lahan pada citra Quickbird dan citra Landsat 8
Kelas Penampakan pada citra Kelas Penampakan pada citra
tutupan lahan Quickbird skala 1:2000 tutupan lahan Landsat 8 skala 1:10 000

Badan air
Badan air

Belukar

Belukar

Rumput

Hutan alam
Hutan alam
rapat
rapat
15

Tabel 9 Penampakan kelas tutupan lahan pada citra Quickbird dan citra Landsat 8
(lanjutan)
Kelas Penampakan pada citra Kelas Penampakan pada citra
tutupan lahan Quickbird skala 1:2000 tutupan lahan Landsat 8 skala 1:10 000

Hutan alam
jarang

Hutan alam
tidak rapat

Hutan alam
sedang

Kebun teh Kebun teh

Kebun
campuran
jarang

Kebun
campuran

Kebun
campuran
sedang
16

Tabel 9 Penampakan kelas tutupan lahan pada citra Quickbird dan citra Landsat 8
(lanjutan)
Kelas Penampakan pada citra Kelas Penampakan pada citra
tutupan lahan Quickbird skala 1:2000 tutupan lahan Landsat 8 skala 1:10 000

Hutan
tanaman
jarang

Hutan
tanaman
tidak rapat

Hutan
tanaman
sedang

Hutan Hutan
tanaman tanaman
rapat rapat

Ladang

Lahan
pertanian

Sawah
17

Tabel 9 Penampakan kelas tutupan lahan pada citra Quickbird dan citra Landsat 8
(lanjutan)
Kelas Penampakan pada citra Kelas tutupan Penampakan pada citra
tutupan lahan Quickbird skala 1:2000 lahan Landsat 8 skala 1:10 000

Lahan
terbangun
(123)

Lahan
terbangun

Tanah
kosong
(123)

Analisis penampakan kelas tutupan lahan yang ada pada citra Quickbird
dilakukan dengan menggunakan kombinasi band 1-2-3 untuk kelas tutupan lahan
badan air, sawah, ladang, belukar, rumput, lahan terbangun dan tanah kosong.
Kombinasi ini memberikan tampilan citra seperti kondisi sebenarnya sehingga
dengan resolusi yang tinggi akan mempermudah dalam mendeteksi dan
mengidentifikasi secara visual tampilan obyek yang ada pada citra (Venus 2008).
Kelas tutupan lahan hutan alam jarang, hutan alam sedang, hutan alam rapat,
hutan tanaman jarang, hutan tanaman rapat, hutan tanaman sedang, kebun
campuran jarang dan kebun campuran sedang di analisis dengan menggunakan
kombinasi band 4-3-2. Menurut Thoha (2008), pada citra Quickbird kombinasi
band 4-3-2, vegetasi dengan berbagai tingkat kerapatan tampak jelas dan
bergradasi kemerahan.
Analisis penampakan tutupan lahan pada citra Landsat 8 menggunakan
kombinasi band 7-5-4 untuk semua kelas tutupan lahan. Menurut Wahyuni
(2014), kombinasi band ini menghasilkan kenampakan secara visual citra lebih
mendekati warna alam dan memberikan informasi kenampakan yang ada cukup
banyak. Karakteristik setiap kelas tutupan lahanpada citra Quickbird dan citra
Landsat 8 dijelaskan sebagai berikut:
a. Badan air pada citra Quickbird berwarna hijau kebiruan, berterkstur halus dan
mempunyai pola menyebar terutama didaerah cekungan. Badan air pada citra
Landsat 8, berwarna biru gelap, bertekstur halus dan memiliki pola yang sama
dengan citra Quickbird.
b. Belukar pada citra Quickbird berwarna hijau, bertekstur agak kasar, dan
memiliki pola tidak teratur. Rumput pada citra Quickbird berwarna hijau,
18

bertekstur halus dan memiliki pola yang sama dengan belukar. Kelas tutupan
belukar dan rumput sulit dibedakan pada citra Landsat 8, karena memiliki
karakteristik yang sama yaitu berwarna mosaik hijau muda dan magenta,
bertekstur halus dan berpola tidak teratur. Perbedaan tekstur belukar pada citra
Quickbird dan citra Landsat 8 disebabkan karena citra Quickbird memiliki
resolusi spasial yang tinggi sehingga stuktur vegetasi terlihat jelas.
c. Hutan alam jarang dan hutan alam sedang pada citra Quickbird berwarna
merah, tajuknya beragam dan terlihat jelas, memiliki pola mengelompok, dan
bertekstur kasar (hutan alam jarang bertekstur lebih kasar dari hutan alam
sedang). Hutan alam tidak rapat pada citra Landsat 8 berwarna mosaik hijau
muda dan hijau tua, bertekstur kasar dan memiliki pola yang sama dengan citra
Quickbird. Perbedaan tekstur pada citra Quickbird dan citra Landsat 8
disebabkan karena citra Quickbird memiliki resolusi spasial yang tinggi
sehingga stuktur vegetasi terlihat jelas. Perbedaan resolusi spasial ini juga yang
menyebabkan hutan alam jarang dan sedang mudah dibedakan pada citra
Quickbird dan tidak dapat dibedakan pada citra Landsat 8.
d. Hutan alam rapat pada citra Quickbird berwarna merah, tajuknya beragam dan
terlihat jelas, memiliki pola mengelompok dan memiliki tekstur yang lebih
halus dari hutan alam sedang dan jarang. Hutan alam rapat pada citra Landsat 8
berwarna hijau tua, bertekstur kasar, dan memiliki pola yang sama dengan citra
Quickbird. Perbedaan tekstur pada citra Quickbird dan citra Landsat 8
disebabkan karena citra Quickbird memiliki resolusi spasial yang tinggi
sehingga stuktur vegetasi terlihat jelas.
e. Kebun campuran jarang dan kebun campuran sedang pada citra Quickbird
berwarna merah, tajuk terlihat dan berukuran kecil, bertekstur kasar (kebun
campuran jarang lebih kasar dari kebun campuran sedang), memiliki pola
menyebar dan bercampur dengan penutupan lahan lainnya seperti sawah,
ladang dan lahan terbangun. Kebun campuran jarang dan sedang pada citra
Landsat 8, tidak dapat dibedakan karena memiliki karakteristik yang sama
yaitu berwarna mosaik hijau dan magenta, bertekstur kasar, dan memiliki pola
yang sama dengan citra Quickbird. Perbedaan tekstur pada citra Quickbird dan
citra Landsat 8 disebabkan karena citra Quickbird memiliki resolusi spasial
yang tinggi sehingga stuktur vegetasi terlihat jelas. Perbedaan resolusi spasial
ini juga yang menyebabkan kebun campuran jarang dan sedang mudah
dibedakan pada citra Quickbird dan tidak dapat dibedakan pada citra Landsat 8.
f. Hutan tanaman jarang dan hutan tanaman sedang pada citra Quickbird
berwarna merah, tajuk umumnya seragam dan terlihat jelas, memiliki pola
tidak teratur, dan bertekstur kasar (hutan tanaman jarang bertekstur lebih kasar
dari hutan tanaman sedang). Hutan tanaman tidak rapat pada citra Landsat 8
berwarna hijau muda, bertekstur agak kasar dan memiliki pola yang sama
dengan citra Quickbird. Perbedaan tekstur pada citra Quickbird dan citra
Landsat 8 disebabkan karena citra Quickbird memiliki resolusi spasial yang
tinggi sehingga stuktur vegetasi terlihat jelas. Perbedaan resolusi spasial ini
juga yang menyebabkan hutan tanaman jarang dan sedang mudah dibedakan
pada citra Quickbird dan tidak dapat dibedakan pada citra Landsat 8.
g. Hutan tanaman rapat pada citra Quickbird berwarna merah, tajuk umumnya
seragam dan terlihat jelas, memiliki pola tidak teratur dan memiliki tekstur
yang lebih halus dari hutan tanaman sedang dan jarang. Hutan tanaman rapat
19

pada citra Landsat 8 berwarna hijau tua, bertekstur agak kasar, dan memiliki
pola yang sama dengan citra Quickbird. Perbedaan tekstur pada citra Quickbird
dan citra Landsat 8 disebabkan karena citra Quickbird memiliki resolusi spasial
yang tinggi sehingga stuktur vegetasi terlihat jelas.
h. Ladang pada citra Quickbird umumnya berwarna hijau atau tergantung jenis
dan kondisi fase perkembangan tanaman, petakan terlihat jelas, tekstur agak
kasar, serta berdampingan dengan sawah, pemukiman dan kebun campuran.
Sawah pada citra Quickcird memiliki warna yang beragam tergantung dari
kondisi sawah dan fase perkembangan tanaman padi, petakan terlihat jelas,
serta berdampingan dengan ladang, pemukiman dan kebun campuran. Ladang
dan sawah pada citra Landsat 8, sulit dibedakan karena memiliki karakteristik
yang sama yaitu berwarna mosaik hijau muda dan biru, bertekstur halus dan
berdampingan dengan pemukiman dan kebun campuran.
i. Lahan terbangun pada citra Quickbird memiliki warna beragam tergantung dari
warna atap yang digunakan, bertekstur kasar, memiliki pola mengelompok dan
berdampingan dengan penutupan lahan yang lain seperti sawah, ladang, dan
kebun campuran. Tanah kosong pada citra Quickbird berwarna kuning
kecoklatan, bertekstur halus dan memiliki pola tidak teratur. Lahan terbangun
pada citra Landsat 8 berwarna merah keunguan, bertekstur halus, dan pola
mengelompok berdampingan dengan penutupan lahan yang lain seperti lahan
pertanian dan kebun campuran.
j. Kebun teh pada citra Quickbird berwarna hijau, bertekstur halus, memiliki pola
mengelompok dan umumnya bersebelahan dengan hutan alam. Kebun teh pada
citra Landsat 8 berwarna hijau muda, bertekstur halus, dan memiliki pola yang
sama dengan citra Quickbird.

Perhitungan Uji Akurasi Hasil Klasifikasi


Uji akurasi dilakukan untuk mengetahui ketelitian hasil dari klasifikasi
interpreter setelah memetakan tutupan lahan. Metode yang paling umum
digunakan untuk mengetahui tingkat akurasi adalah dengan menggunakan matrik
kesalahan (confusion matrix) atau disebut juga matrik kontingensi. Menurut
Lillesand dan Kiefer (1990), matrik kesalahan adalah materi bujursangkar yang
berfungsi untuk membandingkan antara data lapangan dan korespondensinya
dengan hasil klasifikasi. Matrik kontingensi mengandung beberapa informasi
yang didapatkan yaitu producer's accuracy, users's accuracy, overall accuracy
dan kappa accuracy. Producer's accuracy dan user's accuracy merupakan
penduga dari ketelitian keseluruhan (overall accuracy).
Producer's accuracy adalah akurasi yang diperoleh dari penjumlahan nilai
titik ground check yang benar dibagi dengan jumlah total titik groundcheck tiap
kelas. Menurut Khoiriah dan Nur (2012) diacu dalam Pertiwi (2014), nilai akurasi
produser ini berfungsi sebagai penilaian secara tematik yaitu menunjukkan tingkat
kebenaran hasil klasifikasi terhadap kondisi di lapangan. Sedangkan user's
accuracy adalah nilai akurasi yang diperoleh dari penjumlahan titik ground check
yang benar dibagi dengan total titik ground check dalam kolom. User accuracy
digunakan untuk mengetahui tingkat akurasi berdasarkan hasil pembacaan citra.
Overall accuracy didapatkan dengan menjumlahkan jumlah titik ground
check yang benar dibagi dengan total jumlah titik ground check dalam diagonal
matriks, namun akurasi ini umumnya bersifat over estimate sehingga jarang
20

digunakan untuk indikator keberhasilan suatu klasifikasi citra (Jaya 2010).


Akurasi yang dianjurkan menggunakan kappa accuracy karena akurasi ini
menggunakan seluruh elemen yang ada dalam matriks kontingensi (Jaya 2010).
Perhitungan uji akurasi hasil klasifikasi dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Perhitungan uji akurasi hasil klasifikasi


Tutupan UA
lahan HATR HAR HTTR HTR KC KT LP B LT BA Total %
HATR 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 100
HAR 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2 100
HTTR 0 0 6 1 0 0 0 0 0 0 7 85.71
HTR 0 0 1 7 0 0 0 0 0 0 8 87.50
KC 0 0 1 0 4 0 0 1 0 0 6 66.67
KT 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5 100
LP 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 5 100
B 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 3 100
LT 0 0 0 0 0 0 0 0 11 0 11 100
BA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 4 2 8 8 4 5 5 4 11 0 51
PA % 100 100 75 87.50 100 100 100 75 100 0
Keterangan:
BA = Badan air HTTR = Hutan tanaman tidak rapat
B = Belukar KC = Kebun campuran
HATR = Hutan alam tidak rapat KT = Kebun teh
HAR = Hutan alam rapat LT = Lahan terbangun
HTR = Hutan tanaman rapat LP = Lahan pertanian
Hasil uji akurasi diperoleh nilai overall accuracy sebesar 92.16% dan
kappa accuracy sebesar 90.95%. Menurut Jaya (2009) diacu dalam Yogyanti
(2015), nilai akurasi yang baik adalah nilai akurasi yang telah mencapai skor
>85% yang berarti hasil klasifikasi dapat digunakan karena nilai kappa accuracy
nya lebih besar dari 85%. Uji akurasi hanya dilakukan untuk hasil klasifikasi citra
tahun 2016, hal ini dikarenakan dalam mengklasifikasi citra tahun 2007 dan tahun
2011 digunakan informasi berdasarkan karakteristik visual atau kunci interpretasi
yang sebelumnya digunakan pada klasifikasi citra tahun 2016.

Analisis Perubahan Kelas Tutupan Lahan


Menurut Lillesand dan Kiefer (1990), Perubahan tutupan lahan mengandung
arti keadaan suatu lahan yang mengalami perubahan pada waktu berbeda karena
kegiatan manusia. Analisis perubahan penutupan lahan dilakukan pada minimal
dua peta klasifikasi yang diperoleh pada dua waktu berbeda. Data citra yang
digunakan perlu diproses dengan cara yang sama dalam melakukan analisis
perubahan tutupan lahan, agar tidak terjadi interpretasi yang salah.
1. Matriks Perubahan Kelas Tutupan Lahan Tahun 2007-2011
Analisis perubahan kelas tutupan lahan tahun 2007 sampai 2011 di
Kecamatan Cisarua dihitung menggunakan matriks perubahan tutupan lahan yang
berisi informasi luas dan bentuk perubahan dari suatu kelas tutupan lahan menjadi
tutupan lahan lainnya. Analisis dengan cara ini selain bisa mengetahui luas
perubahan lahan yang terjadi, juga bisa mengetahui arah perubahan yang terjadi
(Setiyono 2006). Matriks perubahan kelas tutupan lahan di Kecamatan Cisarua
tahun 2007-2011 dapat dilihat pada Tabel 11.
21

Tabel 11 Matriks perubahan tutupan lahan periode 2007-2011


2011
Tahun Tutupan
BA B HAJ HAR HAS HTJ HTR HTS KCJ KCS KT L TK LT R S Total
lahan
BA 1.53 0.06 0.08 0.01 0.15 - - - - - 0.01 - - 0.11 - - 1.95
B 0.68 295.82 5.10 2.76 1.97 2.32 0.29 0.26 18.60 12.54 11.33 2.60 3.59 26.31 13.15 7.43 404.76
HAJ - 14.42 266.20 17.21 21.68 1.04 0.33 2.14 4.49 1.58 2.40 3.33 0.03 6.27 2.15 0.26 343.52
HAR 0.32 14.14 54.41 2147.14 12.18 1.26 - - 0.36 - 16.90 0.14 0.41 2.86 0.16 0.01 2250.30
HAS 0.30 3.42 11.71 47.95 337.40 0.00 - - 1.45 2.52 2.92 2.25 0.41 3.73 0.05 0.03 414.13
HTJ - 0.23 0.01 0.26 0.32 67.46 0.98 4.42 0.28 0.61 - 0.05 0.04 2.18 1.52 - 78.36
HTR - 0.12 - - - 0.02 26.61 0.83 0.12 0.18 - - - 0.83 0.59 0.01 29.29
HTS - 0.14 - - 0.47 1.83 - 2.76 13.95 0.15 - - - 1.61 0.35 0.02 21.29
2007 KCJ 0.22 14.22 2.47 0.01 0.03 2.01 0.11 0.17 187.73 23.02 - 2.46 1.50 23.37 4.35 4.63 266.31
KCS 0.01 7.81 2.36 0.00 2.08 0.00 4.63 0.00 41.74 86.72 - 2.91 0.47 7.73 2.70 3.83 162.99
KT 0.58 36.89 5.70 4.39 0.36 10.44 0.03 0.00 0.46 0.51 842.48 1.58 0.15 3.95 1.24 - 908.77
L - 54.79 3.43 2.33 1.28 13.61 0.36 0.65 37.12 13.64 6.98 411.21 2.93 27.59 38.89 3.31 618.10
TK - 0.98 0.83 0.55 - - - 0.28 1.61 0.26 2.22 1.90 8.96 1.43 3.91 0.01 22.94
LT - 7.86 9.62 0.67 0.45 1.46 1.03 0.25 13.62 5.81 1.38 3.31 2.00 1075.60 11.15 11.59 1145.78
R 0.01 19.92 1.86 0.86 0.33 5.19 0.72 2.75 11.29 3.45 1.35 6.51 7.55 38.96 207.22 3.71 311.68
S 0.99 19.92 0.34 0.06 0.01 1.40 0.01 0.10 12.35 3.60 0.72 7.87 6.01 31.76 27.91 347.84 460.89
Total 4.63 490.75 364.12 2224.19 378.72 108.03 35.09 14.60 345.17 154.57 888.69 446.10 34.06 1254.29 315.35 382.67 7441.04

Keterangan:
BA = Badan air HTJ = Hutan tanaman jarang KT = Kebun teh
B = Belukar HTR = Hutan tanaman rapat L = Ladang
HAJ = Hutan alam jarang HTS = Hutan tanaman sedang TK = Tanah kosong
HAR = Hutan alam rapat KCJ = Kebun campuran jarang R = Rumput
HAS = Hutann alam sedang KCS = Kebun campuran sedang S = Sawah
22

Analisis perubahan lahan pada periode 2007 dan 2011 menggunakan citra
yang sama yaitu citra Quickbird. Perubahan luas tutupan lahan terbesar terjadi
pada kelas ladang yang berkurang seluas 171.71 ha. Sedangkan yang terkecil
terjadi pada kelas badan air yang bertambah seluas 2.23 ha. Perubahan terbesar
pada kelas ladang yaitu berubah menjadi belukar seluas 54.79 ha. Matriks
perubahan kelas tutupan lahan pada Tabel 12 menunjukkan bahwa terdapat
perubahan tutupan lahan yang tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya dilapangan.
Perubahan tutupan lahan ini mempunyai luasan yang tidak terlalu besar (≤13.62
ha) yang disebabkan oleh ketidaktepatan interpreter dalam melakukan delineasi
batas kelas tutupan lahan dan adanya overlap antar poligon sehingga
menyebabkan terjadinya kesalahan pada hasil overlay citra dengan luasan yang
kecil. Interpreter sudah mencoba memperbaiki kesalahan overlap antar poligon
dengan menggunakan topologi, hanya saja jumlah poligon yang overlap sangat
banyak, sehingga masih terdapat kesalahan pada hasil overlay.

2. Perubahan Luas Kelas Tutupan Lahan Tahun 2007-2016


Perubahan luas kelas tutupan lahan di Kecamatan Cisarua pada tahun
2007-2016 disajikan pada Tabel 12, Tabel 13, dan Tabel 14.

Tabel 12 Perubahan luas kelas tutupan lahan tahun 2007-2011


Tahun 2007 Tahun 2011 Perubahan luas
Kelas tutupan lahan Luas Luas
(%) (%) + (ha) - (ha)
(ha) (ha)
Badan air 1.94 0.03 4.17 0.06 2.23
Belukar 404.98 5.44 484.63 6.51 79.65
Hutan alam jarang 343.37 4.61 365.19 4.91 21.82
Hutan alam rapat 2252.07 30.27 2231.41 29.99 20.66
Hutan alam sedang 414.08 5.56 379.39 5.10 34.69
Hutan tanaman jarang 78.33 1.05 108.31 1.46 29.98
Hutan tanaman rapat 29.25 0.39 37.60 0.51 8.35
Hutan tanaman sedang 21.29 0.29 25.79 0.35 4.50 6.69
Kebun campuran jarang 265.69 3.57 330.74 4.44 65.05
Kebun campuran sedang 163.17 2.19 153.85 2.07 9.32
Kebun teh 909.63 12.22 892.03 11.99 17.60
Ladang 617.93 8.30 446.22 6.00 171.71
Tanah kosong 22.92 0.31 34.30 0.46 11.38
Lahan terbangun 1142.29 15.35 1254.11 16.85 111.82
Rumput 311.92 4.19 308.65 4.15 3.27
Sawah 462.19 6.21 384.67 5.17 77.52
Total 7441.04 100.00 7441.04 100.00
Sumber : data olahan
23

Tabel 13 Perubahan luas kelas tutupan lahan tahun 2011-2016


Tahun 2011 Tahun 2016 Perubahan luas
Kelas Tutupan lahan Luas Luas
(%) (%) + (ha) - (ha)
(ha) (ha)
Badan air 4.17 0.06 5.43 0.07 1.26
Belukar 793.28 10.66 119.82 1.61 673.45
Hutan alam tidak rapat 744.57 10.01 360.56 4.85 384.02
Hutan alam rapat 2231.41 29.99 2255.81 30.32 24.41
Hutan tanaman tidak
rapat 134.09 1.80 292.38 3.93 158.29
Hutan tanaman rapat 37.60 0.51 186.87 2.51 149.27
Kebun campuran 484.58 6.51 289.78 3.89 194.80
Kebun teh 892.03 11.99 1203.11 16.17 311.08
Lahan pertanian 830.89 11.17 569.78 7.66 261.11
Lahan terbangun 1288.41 17.31 2157.50 28.99 869.08
Total 7441.04 100.00 7441.04 100.00
Sumber : data olahan

Tabel 14 Perubahan luas kelas tutupan lahan tahun 2007-2016


Tahun 2007 Tahun 2016 Perubahan luas
Kelas Tutupan lahan Luas Luas
(%) (%) + (ha) - (ha)
(ha) (ha)
Badan air 1.94 0.03 5.43 0.07 3.49
Belukar 716.89 9.63 119.82 1.61 597.07
Hutan alam tidak rapat 757.45 10.18 360.56 4.85 396.89
Hutan alam rapat 2252.07 30.27 2255.81 30.32 3.74
Hutan tanaman tidak
rapat 99.62 1.34 292.38 3.93 192.76
Hutan tanaman rapat 29.25 0.39 186.87 2.51 157.61
Kebun campuran 428.86 5.76 289.78 3.89 139.08
Kebun teh 909.63 12.22 1203.11 16.17 293.48
Lahan pertanian 1080.11 14.52 569.78 7.66 510.33
Lahan terbangun 1165.22 15.66 2157.50 28.99 992.28
Total 7441.04 100.00 7441.04 100.00
Sumber : data olahan

Hasil klasifikasi citra pada tahun 2007 hingga tahun 2016 menunjukkan
bahwa tutupan lahan di Kecamatan Cisarua didominasi oleh hutan alam rapat.
Luas hutan alam rapat mengalami penurunan dari tahun 2007 sampai 2011, akan
tetapi pada tahun 2016 kembali mengalami peningkatan luas. Sedangkan kelas
tutupan lahan hutan alam tidak rapat mengalami penurunan luasan di setiap tahun
pengamatan. Hutan alam tidak rapat biasanya berada pada bagian pinggir area
hutan alam, selain itu juga letak hutan alam tidak rapat biasanya bersinggungan
dengan kebun teh sehingga rentan terhadap konversi lahan.
Kelas tutupan lahan belukar mengalami perubahan yang besar. Selama 10
tahun luasan belukar berkurang sebesar 597.07 ha. Hal ini menunjukkan bahwa
pemanfaatan lahan di Kecamatan Cisarua semakin intensif. Selain itu, kelas lahan
pertanian juga merupakan salah satu tutupan lahan yang mengalami perubahan
24

luasan yang cukup besar. Perubahan yang terjadi pada kelas lahan pertanian
umunya berubah menjadi lahan terbangun.
Kelas tutupan lahan kebun campuran mengalami peningkatan dari tahun
2007 sampai 2011 kemudian mengalami penurunan pada tahun 2016 menjadi
289.78 ha. Salah satu faktor menurunnya luas kebun campuran adalah karena
letaknya yang dekat dengan pemukiman, sehingga sangat rentan mengalami
konversi lahan ke arah pemukiman yang ditunjukan dengan luas lahan terbangun
yang mengalami peningkatan setiap tahun pengamatan. Selain itu, hal ini terlihat
juga dari peta hasil klasifikasi tutupan lahan yang menunjukkan perubahan lahan
banyak terjadi disekitar kiri atas, karena area tersebut lebih dekat dengan
perkotaan dan memiliki topografi yang cenderung lebih datar. Lisnawati dan Ari
(2007) menjelaskan bahwa perubahan lahan banyak terjadi di daerah yang lebih
dekat dengan aktivitas ekonomi ataupun lebih dekat dengan perkotaan, juga
karena pengaruh topografi yang cenderung lebih datar.
Luas tutupan lahan hutan tanaman (baik rapat maupun tidak rapat)
mengalami peningkatan luas setiap tahun pengamatan, akan tetapi jika di
gabungkan secara umum luas hutan (hutan alam, hutan tanaman dan kebun
campuran) di Kecamatan Cisarua telah mengalami penurunan luas selama 10
tahun terakhir. Meskipun jika digabungkan luas hutan pada tahun 2016 masih
lebih dari 30% (3 385.40 ha) dari total luas Kecamatan Cisarua, namun jika tidak
dipertahankan luasan hutan akan terus menerus berkurang setiap tahunnya. Hal ini
perlu diperhatikan mengingat Kecamatan Cisarua merupakan daerah penyangga
kawasan hutan lindung yang berfungsi sebagai pengatur tata air, pencegahan
banjir dan erosi dimana apabila keberadaan hutan terus berkurang setiap tahunnya
tidak hanya akan berdampak negatif disekitar Kecamatan Cisarua saja, akan tetapi
juga dampaknya akan dirasakan oleh kawasan bagian hilir DAS Ciliwung.
Pendapat ini juga diperkuat oleh Haryani (2011), perubahan penggunaan lahan
yang paling besar pengaruhnya terhadap kelestarian sumberdaya air adalah
perubahan dari kawasan hutan ke penggunaan lainnya, seperti pertanian,
perumahan ataupun industri.
Perubahan tutupan lahan di Kecamatan Cisarua secara umum cenderung
berubah dari tutupan lahan yang tertutup vegetasi menjadi lahan terbangun.
Menurut Lisnawati dan Ari (2007), perubahan lahan bervegetasi menjadi lahan
terbangun berkorelasi dengan meningkatnya kebutuhan akan perumahan dan
fasilitas lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hal tersebut merupakan faktor
terbesar yang mendorong terjadinya konversi lahan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Klasifikasi tutupan lahan menggunakan citra Quickbird dan citra Landsat 8
menghasilkan jumlah kelas tutupan lahan yang berbeda. Klasifikasi menggunakan
citra Quickbird menghasilkan 16 kelas tutupan lahan, sedangkan klasifikasi
menggunakan citra Landsat 8 menghasilkan 10 kelas tutupan lahan.
Selama 10 tahun terakhir luasan lahan bervegetasi mengalami penurunan
dan luasan lahan terbangun mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa
25

telah terjadi pola perubahan tutupan lahan dari yang tertutup vegetasi ke non
vegetasi di Kecamatan Cisarua.

Saran
Pemerintah dan masyarakat sekitar Kecamatan Cisarua disarankan untuk
mempertahankan area yang tertutup vegetasi khususnya hutan yang tersisa di
Kecamatan Cisarua dan melakukan kegiatan rehabilitasi, serta menekan
penambahan luas lahan terbangun di Kecamatan Cisarua

DAFTAR PUSTAKA

[FWI] Forest Watch Indonesia. 2014. Potret Keadaan Hutan Indonesia Periode
Tahun 2009–2013. Bogor (ID): FWI.
Haryani, P. 2011. Perubahan Penutupan/Penggunaan Lahan Dan Perubahan Garis
Pantai di DAS Cipunagara dan Sekitarnya, Jawa Barat. Bogor. [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Jaya INS. 2010. Analisis Citra Digital: Perspektif Penginderaan Jauh untuk
Pengelolaan Sumberdaya Alam. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB.
Lillesand TM, Kiefer RW. 1990. Penginderaan Jauh dan Penafsiran Citra.
Dulbahri, Suharsono P, Hartono, Suharyadi, penerjemah; Sutanto, editor
Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press. Terjemahan dari: Remote
Sensing and Image Interpretation.
Lisnawati Y dan Ari W. 2007. Penggunaan Citra Landsat ETM+ untuk
Monitoring Perubahan Penggunaan Lahan di Kawasan Puncak. Jurnal
Penelitian Hutan Tanaman. (4) 80.
Pertiwi Dyah A P. 2014. Identifikasi Pola Hutan Rakyat dan Tutupan Lahan Lain
Menggunakan Citra Landsat 8 Oli (Studi Kasus Di Asosiasi Petani Hutan
Rakyat Wonosobo) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Prahasta. 2008. REMOTE SENSING : Praktis Penginderaan Jauh & Pengolahan
Citra Dijital Dengan Perangkat Lunak ER Maper. Bandung (ID):
Informatika Bandung.
Setiyono B. 2006. Deteksi perubahan penutupan lahan menggunakan citra satelit
Landsat ETM+ di Daerah Aliran Sungai (DAS) Juwana, Jawa Tengah
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sutanto. 1992. Penginderaan Jauh. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University
Press.
Thoha Achmad S. 2008. Karakteristik Citra Satelit. Medan (ID): Universitas
Sumatra Utara.
[USGS] United States Geological Survey. 2014. Landsat 8 OLI (Operational Land
Imager) and TIRS (Thermal Infrared Sensor) [Internet]. [diunduh 13 September
2016]. Tersedia dari http://landsat.usgs.gov.
Venus S. 2008. Klasifikasi Penutupan Lahan Menggunakan Citra Satelit Quickbird di
Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Wahyuni S. 2014. Identifikasi Karakteristik dan Pemetaan Tutupan Lahan
Menggunakan Citra Landsat 8 (Oli) di Kabupaten Ogan Komering Ilir
Provinsi Sumatera Selatan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
26

Yogyanti G. 2015. Identifikasi Perubahan Tutupan Lahan menggunakan Citra


Landsat Multiwaktu di PT. Riau Andalan Pulp and Paper Sektor Cerenti
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
27

LAMPIRAN

Lampiran 1 Titik koordinat hasil ground check


No X Y Keterangan
1 719270 9258480 Hutan alam jarang
2 719293 9258374 Hutan alam jarang
3 719351 9258470 Hutan alam jarang
4 719302 9258478 Hutan alam jarang
5 720695 9259294 Hutan alam rapat
6 720764 9259378 Hutan alam rapat
7 718877 9259157 Hutan tanaman jarang
8 714035 9260215 Hutan tanaman jarang
9 713909 9260287 Hutan tanaman jarang
10 710504 9263009 Hutan tanaman jarang
11 710601 9262699 Hutan tanaman jarang
12 710952 9262699 Hutan tanaman jarang
13 715435 9258755 Hutan tanaman jarang
14 716335 9259717 Hutan tanaman jarang
15 717662 9260017 Hutan tanaman rapat
16 712662 9260306 Hutan tanaman rapat
17 715387 9258326 Hutan tanaman rapat
18 715425 9258407 Hutan tanaman rapat
19 717104 9261888 Hutan tanaman rapat
20 717191 9261837 Hutan tanaman rapat
21 717268 9261814 Hutan tanaman rapat
22 717402 9261829 Hutan tanaman rapat
23 710250 9263379 Kebun campuran
24 713890 9259801 Kebun campuran
25 714072 9259741 Kebun campuran
26 714044 9259816 Kebun campuran
27 717901 9258906 Kebun teh
28 716781 9258935 Kebun teh
29 720554 9259091 Kebun teh
30 718264 9259305 Kebun teh
31 720513 9259471 Kebun teh
32 711030 9263640 Sawah
33 711387 9264274 Sawah
34 714943 9261354 Sawah
35 712418 9263474 Sawah
36 714114 9262162 Sawah
37 717779 9259920 Belukar
38 710256 9263352 Belukar
39 710825 9263552 Belukar
40 710807 9263600 Belukar
41 719670 9259118 Lahan terbangun
42 716464 9261710 Lahan terbangun
43 719110 9259520 Lahan terbangun
44 712981 9262279 Lahan terbangun
45 713515 9261204 Lahan terbangun
46 709633 9263619 Lahan terbangun
47 713033 9262061 Lahan terbangun
48 711614 9263561 Lahan terbangun
49 715256 9258235 Lahan terbangun
50 716413 9261315 Lahan terbangun
51 714130 9262772 Lahan terbangun
28

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 20 Mei 1995 di Bogor Jawa Barat. Penulis
adalah anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Dedi Subadri dan Ibu
Heni. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Rimba Putra Bogor lulus
tahun 2006, pendidikan menengah pertaman di SMP Insan Kamil Bogor lulus
tahun 2009, dan pendidikan menengah atas SMA Insan Kamil Bogor lulus tahun
2012. Pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur SNMPTN
(Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) Undangan di Departemen
Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Selama menjadi mahasiswa, penulis
pernah menjadi asisten mata kuliah Inventasisasi Sumberdaya Hutan pada tahun
ajaran 2015-2016. Penulis juga aktif sebagai anggota Divisi Dana Usaha Forest
Management Student Club.
Penulis pernah melakukan kegiatan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan
(PPEH) di Sancang Timur (Garut) dan Telaga Bodas (Garut) pada tahun 2014,
Praktik Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW)
Sukabumi dan KPH Cianjur Jawa Barat pada tahun 2015 dan Praktik Kerja
Lapang (PKL) di IUPHHK-HA PT Erythrina Nugrahamegah, Kalimantan Tengah
tahun 2016.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada
Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor,
penulis menyusun skripsi berjudul “Identifikasi dan Perubahan Kelas Tutupan
Lahan menggunakan Citra Resolusi Sangat Tinggi dan Citra Resolusi Sedang di
Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor” di bawah bimbingan Dr Nining
Puspaningsih, MSi.

Anda mungkin juga menyukai