Anda di halaman 1dari 18

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kromatografi adalah teknik pemisahan fisik suatu campuran zat-zat kimia berdasarkan perbedaan migrasi masing-masing komponen campuran yang terpisah pada fase diam dibawah pengaruh pergerakan fase yang bergerak. Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan dengan proses berlipat ganda, artinya selama proses berlangsung terjadi berulang kali kontak adsorbs. Prinsip dasar kromatografi kertas adalah partisi multiplikatif suatu senyawa dengan dua cairan yang tidak saling bercampur (Mendopa, 2012). Percobaan ini didasari oleh pemisahan dengan cara kromatografi kertas zat warna alami dari tumbuhan. Percobaan isolasi zat warna ini penting dipelajari oleh mahasiswa teknik kimia sebagai dasar pengetahuan tentang pemisahan.

1.2 Perumusan Masalah Adapun yang menjadi masalah dalam percobaan ini adalah bagaimana cara memisahkan zat warna alami dari kulit buah rambutan dengan menggunakan metode kromatografi kertas.

1.3 Tujuan Percobaan Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk memisahkan zat warna dari kulit buah rambutan dengan menggunakan metode kromatografi kertas.

1.4 Manfaat Percobaan Adapun manfaat yang diperoleh setelah melakukan percobaan ini adalah praktikan dapat memahami cara memisahkan zat warna dari kulit buah rambutan dengan menggunakan metode kromatografi kertas.

1.5 Ruang Lingkup Percobaan Praktikum percobaan isolasi zat warna dilakukan di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara dengan kondisi ruangan : Tekanan Udara Suhu : 760 mmHg : 30oC

Percobaan Isolasi zat warna ini dilakukan dengan sampel kulit buah rambutan dan pelarut aseton (CH3COCH3), asam asetat (C2H4O2), air (H2O), dengan perbandingan volume 6 : 2 : 2 yaitu 30 mL : 10 mL : 10 mL, serta pelarut butanol 50 mL. Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah kertas saring Whatman No. 1 (kajang), No. 1 dan No. 41.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kromatografi Kromatografi adalah suatu metode yang digunakan untuk memisahkan senyawa organik dan anorganik, sehingga senyawa tersebut dapat dianalisis dan dipelajari. Metode kromatografi didasarkan pada perbedaan migrasi dan distribusi senyawa atau ion - ion tersebut di dalam dua fase yang berbeda (fase gerak dan fase diam). Dua fase ini bisa berwujud padat - cair, cair - cair, atau gas - cair. Zat terlarut dalam fase gerak mengalir pada suatu fase diam. Zat terlarut yang memiliki afinitas terhadap fase gerak yang lebih besar akan tertahan lebih lama pada fase gerak, sedangkan zat terlarut yang afinitasnya lebih rendah terhadapp fase gerak, akan tertahan lebih lama pada fase diam. Fase diam (adsorben) adalah fase yang tidak bergerak, sedangkan fase gerak (eluen) adalah fase yang bergerak melalui fase diam dan membawa komponen - komponen senyawa yang akan dipisahkan. Dalam kromatografi kertas fase gerak adalah pelarut dan fase diam adalah kertas yang menyerap pelarut polar (Nurroyani, 2012).

2.2 Rambutan Rambutan adalah salah satu tanaman lokal yang banyak ditemukan di Indonesia khususnya bali. Biasanya buah rambutan digunakan sebagai bahan sesajian dalam upacara adat selain untuk dikonsumsi. Rambutan memiliki tampilan yang cukup eksotis dan menawan. Hal ini karena anatomi buah itu sendiri, dimana penampilan kulit yang berwarna merah dengan daging buahnya yang berwarna putih dan berasa manis di lidah. Dalam kulit buah rambutan tersimpan suatu zat warna yang dapat dimanfaatkan sebagai zat pewarna alami dalam makanan. Kulit buah rambutan memiliki kandungan pigmen alami berupa anthosianin yang dapat diekstraksi dan dimanfaatkan sebagai bahan pewarna alami. Jumlah dan kualitas pigmen antosianin yang dihasilkan rendah (Mangku, 2006).

2.3 Pigmen Antosianin Antosianin adalah metabolit sekunder dari famili flavonoid, dalam jumlah besar ditemukan dalam buah-buahan dan sayur-sayuran. Antosianin adalah suatu kelas dari senyawa flavonoid, yang secara luas terbagi dalam polifenol tumbuhan. Flovonol, flavan-3-ol, flavon, flavanon, dan flavanol adalah kelas tambahan flavanoid yang berbeda dalam oksidasi dari antosianin. Larutan pada senyawa flavonoid adalah tak berwarna atau kuning pucat (Meccajameela, 2010).

2.4 Eluen Pengembang Selain pemilihan fase diam, memilih eluen pengembang kromatografi juga merupakan faktor yang berpengaruh besar, karena hanya hanya beberapa kasus pelarut pengembang yang hanya terdiri dari satu komponen saja. Pada umumnya campuran larutan pengembang bisa sampai enam komponen dengan perbandingan tertentu. Campuran larutan/eluen pengembang pada kromatografi ini berfungsi untuk melarutkan campuran bahan, mengangkut bahan untuk dipisahkan pada lapisan fase diam (sorben), memberikan nilai hRf yang terpisah dan memberikan selektivitas yang memadai untuk campuran bahan untuk dipisahkan. Dalam pelaksanaannya, yang palling sulit dilakukan adalah memilih sistem pelarut/fasa gerak yang cocok agar komponen senyawa terpisah baik (Lansida, 2011).

2.5 Pelarut Aseton merupakan senyawa atsiri yang mudah terbakar dan tidak berwarna, memiliki rapatan sebesar 0,79. Titik lebur -95,4 oC, titik didih 56,2 oC. Aseton adalah keton yang paling sederhana yang dapat bercampur dengan air. Senyawa ini digunakan sebagai pelarut dan sebagai bahan mentah pembuatan plastik. Dianjurkan menggunakan masker dan sarung tangan dalam pemakaiannya karena baunya yang menyengit dapat mengganggu pernapasan (Mandasari, 2012). Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Asam asetat murni (disebut asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16.7 C (Wong, 2011).

Butanol merupakan cairan yang tidak berasa, memiliki berat molekul 74,12 g/mol dan tidak berwarna. Butanol yang memiliki rumus kimia CH3(CH2)2CH2OH dapat mendidih 117,7 oC dan dapat meleleh pada temperatur - 89,5 oC. Butanol dapat larut dengan mudah pada metanol dan dietil eter, tetapi larut sebagian pada air dingin dan air panas. Senyawa ini sangan reaktif terhadap oksidator (Sciencelab, 2012h). Air merupakan cairan yang tidak berwarna dan tidak berasa. Cairan yang memiliki rumus kimia H2O ini memiliki pH 7 (netral). Air dapat mendidih pada temperatur 100 oC. Tekanan uap air adalah 2,3 kPa dan berat molekulnya 18,02 g/mol. Air tidak bersifat korosif terhadap kulit, mata, maupun bagian dalam tubuh manusia (Sciencelab, 2012d)

2.6 Nilai Rf Jarak antara jalannya pelarut bersifat relatif. Oleh karena itu, diperlukan suatu perhitungan tertentu untuk memastikan spot yang terbentuk memiliki jarak yang sama walaupun ukuran jarak plat nya berbeda. Nilai perhitungan tersebut adalah nilai Rf, nilai ini digunakan sebagai nilai perbandingan relatif antar sampel.Nilai Rf juga menyatakan derajat retensi suatu komponen dalam fase diam sehingga nilai Rf sering juga disebut faktor retensi. Nilai Rf dapat dihitung dengan rumus berikut : Rf = Semakin besar nilai Rf dari sampel maka semakin besar pula jarak bergeraknya senyawa tersebut (Safitri, 2012).

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN


3.1 Bahan Percobaan 1. Rambutan Fungsi : sebagai sampel (bahan alami) yang akan diekstrak/diisolasi zat warnanya.

2. Etanol (CH3CH2OH) Fungsi : sebagai larutan yang dicampurkan pada sampel untuk dipanaskan. Tabel 3.1 Sifat Fisika dan Sifat Kimia Etanol No 1 2 3 4 5 Sifat Fisika Titik Lebur = -114,1 oC Titik didih = 78,5 oC Densitas uap = 1,59 Tekanan uap = 5,7 kPa Sifat Kimia Berbentuk cairan yang larut dalam air dingin. Larut dalam metanol. Reaktif terhadap oksidator, asam dan alkali. Tidak korosif dengan kaca.

Berat molekul = 46,07 g/mole Bersifat stabil

(Sciencelab, 2012a)

3. Kloroform (CHCl3) Fungsi : sebagai larutan yang dicampurkan pada sampel untuk dipanaskan. Tabel 3.2 Sifat Fisika dan Sifat Kimia Etanol No 1 2 3 4 5 Sifat Fisika Berat molekul = 19,38 Titik leleh = - 63,5 oC Titik didih = 61 oC Tekanan uap = 21,1 kPa Sifat Kimia Reaktif terhadap logam dan alkali. Sensitif terhadap cahaya. Tidak mengalami polimerisasi. Bersifat stabil.

Temperatur kritits = 263,33 oC Sangat sedikit larut dalam air dingin.

(Sciencelab, 2012b)

4. Aseton (CH3COCH3) Fungsi : sebagai pelarut zat warna dalam kromatografi kertas Tabel 3.3 Sifat Fisika dan Sifat Kimia Aseton No Sifat Fisika 1 2 3 4 5 Sifat Kimia

Berat molekul = 58,05 g/mol Mudah larut dalam air dingin Titik didih = 56,2 oC Titik leleh = - 95,35 oC Tekanan uap = 24 kPa Densitas uap = 2 Bersifat stabil Reaktif terhadap oksidator Tidak korosif terhadap gelas Tidak akan terjadi polimerisasi

(Sciencelab, 2012c)

5. Air (H2O) Fungsi : sebagai salah satu komponen larutan pengembang dalam kromatografi kertas. Tabel 3.4 Sifat Fisika dan Sifat Kimia Air No 1 2 3 4 5 Sifat Fisika Berat molekul = 18,02 Titik didih = 100 oC Tidak berwarnna Berat jenis = 1 g/cm3 Sifat Kimia Tidak korosif terhadap kulit Tidak terjadi polimerisasi Dapat diserap kulit Tidak berasa dalam lidah manusia

Tekanan uap = 2,3 kPa Tidak korosif terhadap mata

(Sciencelab, 2012d)

6. Natrium Sulfat (Na2So4) Fungsi : untuk menyerap air (H2O) Tabel 3.5 Sifat Fisika dan Sifat Kimia Natrium Sulfat No Sifat Fisika 1 Berat molekul = 142,06 g/mol 2 3 4 5 Titik didih = 1100 oC Titik leleh = 888 oC Berat jenis = 2,671 g/cm3 Berbentuk padat Tidak larut dalam alkohol Reaktif terhadap oksidator Tidak korosif dengan kaca Tidak akan terjadi polimerisasi Sifat Kimia Larut dalam air dingin

(Sciencelab, 2012e)

7. Natrium Klorida (NaCl) Fungsi : menghilangkan emulsi Tabel 3.6 Sifat Fisika dan Sifat Kimia Natrium Klorida No Sifat Fisika 1 2 3 4 5 Sifat Kimia

Berat molekul = 58,44 g/mol Mudah larut dalam air dingin pH = 7 Titik didih = 1413 oC Titik lebur = 801 oC Berat jenis = 2,165 Mudah larut dalam ammonia Tidak larut dalam asam hidroklorida Reaktif terhadap oksidator Bersifat higroskopik

(Sciencelab, 2012f)

8. Asam Asetat Fungsi : sebagai salah satu komponen larutan pengembang dalam kromatografi kertas. Tabel 3.7 Sifat Fisika dan Sifat Kimia Asam Asetat No Sifat Fisika 1 2 3 4 5 Berat molekul = 60,05 g/mol pH = 2 Titik leleh = 16,6 oC Titik didih = 118,1oC Berat jenis = 1,049 Sifat Kimia Sangat larut dalam air Larut dalam aseton Reaktif dengan oksidator Sangat korosif terhadap baja Tidak akan terjadi polimerisasi

(Sciencelab, 2012g)

10

9. Butanol Fungsi : sebagai larutan pengembang dalam kromatografi kertas. Tabel 3.8 Sifat Fisika dan Sifat Kimia Butanol No Sifat Fisika 1 2 3 4 5 Berat molekul = 74,12 g/mol Titik didih = 117,7 oC Titik leleh = - 89,5 oC Tekanan uap = 0,6 kPa Densitas uap = 2,55 Sifat Kimia Mudah larut dalam metanol Sebagian larut dalam air dingin Tidak korosif terhadap kaca Tidak terjadi polimerissi Sangat reaktif terhadap oksidator

(Sciencelab, 2012h)

3.2 Peralatan Percobaan 1. Penangas air/panci Fungsi : sebagai wadah merebus sampel. 2. Labu destilasi Fungsi : menampung bahan dan campuran yang dipanaskan. 3. Refluks kondensor Fungsi : mengkondensasikan uap yang terbentuk akibat pemanasan. 4. Kertas saring Whatman No. 1 dan 41 Fungsi : menyaring campuran. 5. Kertas saring Whatman No. 1 (kajang) Fungsi : untuk menyaring campuran. 6. Gelas ukur Fungsi : untuk mengukur volume larutan yang akan digunakan. 7. Beaker glass Fungsi : sebagai wadah untuk menampung larutan. 8. Erlenmeyer Fungsi : menampung zat cair yang dipisahkan dari corong pemisah. 9. Corong gelas Fungsi : alat bantu untuk menuang larutan. 10. Statif dan klem Fungsi : alat untuk menyanggah refluks kondensor.

11

11. Corong pemisah Fungsi : memisahkan campuran berdasarkan densitas molekul zat. 12. Gabus Fungsi : untuk merapatkan bagian bawah refluks kondensor dengan labu destilasi. 13 Kaki tiga Fungsi : sebagai tempat untuk meletakkan panci saat merebus sampel dan labu destilasi saat memanaskan campuran sampel. 14. Bunsen Fungsi : sebagai sumber api untuk merebus sampel.

12

3.3 Flowchart Percobaan

Mulai

Sampel dipotong kecil - kecil

Sampel direbus

Hasil rebus sampel diambil 25 g

Sampel dimasuk k an ke labu destilasi

Sampel ditambahkan etanol 95 % 25 mL Labu destilasi dirangkai dengan refluks kondensor

Sampel dipanaskan selama 5 menit

Campuran disaring

Residu ditambahkan kloroform 50 mL Campuran disaring

Filtrat dicuci dengan air sebanyak 2 50 mL di corong pemisah

13

Apakah terbentuk emulsi ? Tidak

Ya

Tambahkan larutan jenuh NaCl

Ekstrak dimasukkan ke erlenmeyer

Tambahkan larutan jenuh NaCl

Campuran disaring

Filtrat ditotolkan pada kertas saring pada 3 titik dengan jarak 1 cm dari bawah

Kertas saring dimasukkan ke pelarut dan diangkat saat pelarut berhenti naik

Dihitung nilai Rf

Apakah ada kertas saring/ pelarut lain?

Ya

Tidak Selesai

Gambar 3.1 Flowchart Percobaan Isolasi Zat Warna

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan Tabel 4.1 Hasil Percobaan Isolasi Zat Warna No. 1. 2. 3 4. Pelarut (Nomor Kertas Saring Whatman) Aseton : Asam Asetat : Air (1) Aseton : Asam Asetat : Air (41) Butanol (1) Butanol (41) Jarak Pelarut 1,7 cm 2,3 cm 2 cm Jarak Komponen I 1,1 cm 1 II III Rf Praktek 0,59 0,94 0,94 0,94 Persen Ralat Percobaan 15,71 % 34,29 % 34,29 % 34,29 %

cm 0,9 cm

2,2 cm 2,1 cm 2,2 cm 2 cm 1,9 cm 1,7 cm

2,3 cm

2,3 cm 2,1 cm 2,1 cm

4.2 Pembahasan Harga Rf merupakan parameter karakteristik kromatografi kertas. Harga ini merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu senyawa pada kromatogram dan pada kondisi konstan merupakan besaran karakteristik dan reprodusibel (Setiadi, 2012). Nilai Rf dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Rf = Semakin besar nilai Rf dari sampel maka semakin besar pula jarak bergeraknya senyawa tersebut pada fasa diam kromatografi kertas (Safitri, 2012). Kulit buah rambutan mempunyai zat warna alami antosianin yang ketika diisolasi berwarna coklat. Nilai Rf teori dari zat warna coklat ini adalah 0,7. Sedangkan nilai Rf yang diperoleh dari percobaan adalah 0,59 ; 0,94 ; 0,94 ; 0,94. Persen ralat yang diperoleh adalah 34,29 % untuk pelarut Aseton : Asam asetat : Air pada kertas saring Whatman No. 41 dan 15,7 dengan kertas saring Whatman No. 1, untuk pelarut butanol diperoleh ralat yang sama antara kertas saring Whatman No. 1 dan No. 41 yaitu 34,29 %. Terdapatnya persen ralat pda percobaan ini disebabkan oleh perbedaan pelarut, suhu, serta filtrat yang ditotolkan. Pelarut Aseton : Asam

14

15

Asetat : Air dengan kertas saring Whatman No. 1 adalah paling baik digunakan karena memiliki persen ralat paling rendah.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 1. Nilai Rf yang diperoleh dengan menggunakan pelarut aseton : asam asetat : air adalah 0,59 dengan persen ralat 15, 71% untuk kertas saring Whatman No. 1 dan 0,94 dengan persen ralat 34,29 % untuk kertas saring Whatman No. 41. 2. Nilai Rf yang diperoleh dengan menggunakan pelarut butanol adalah 0,94 untuk kedua jenis kertas saring baik Whatman No. 1 maupun Whatman No.41 yaitu 0,94 dengan persen ralat 34,29 %. 3. Warna yang diperoleh dari isolasi kulit buah rambutan adalah coklat. 4. Penggunaan pelarut Aseton : Asam asetat : Air dengan kertas saring Whatman No.1 dalam percobaan ini adalah yang paling baik untuk digunakan. 5. Nilai Rf yang tinggi dan sama menunjukkan bahwa pelarut butanol serta zat warna alami dari rambutan memiliki sifat yang sama yaitu bersifat polar

5.2 Saran 1. Sebaiknya menggunakan refluks kondesor yang masih bagus agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan percobaan. 2. Sebaiknya lebih teliti dalam menggunakan jarak komponen dan pelarut pada kromatografi kertas. 3. Sebaiknya menggunakan ketas saring yang masih baru. 4. Sebaiknya kulit buah yang digunakan diperbanyak lagi. 5. Sebaiknya suhu pada saat pemanasan lebih diperhatikan agar wadah yang digunakan tidak rusak.

16

DAFTAR PUSTAKA
Lansida. 2011. Pemilihan Fase Gerak (Eluen) KLT. http://lansida.blogspot.com. Diakses pada tanggal 18 Desember 2012. Mandasari, Weni. 2012. Viskositas. http://wenimandasari.blogspot.com. Diakses pada tanggal 18 Desember 2012. Mangku, dkk. 2006. Studi Pemanfaatan Kulit Buah Rambutan Sebagai Bahan Pewarna Alami. Jurnal Lingkungan & Pembangunan Wicaksana Vol.15. Meccajameela. 2010. Anthocyanin and Anthocyanidin.

http://meccajameela.blogspot.com. Diakses pada tanggal 18 Desember 2012. Mendopa, Mutiara. 2012. Isolasi Zat Warna Betul. http://www.scribd.com. Diakses pada tanggal 18 Desember 2012. Nurroyani, Vini. 2012. Kromatografi. http://blog.ub.ac.id. Diakses pada tanggal 18 Desember 2012. Safitri, Ika R. 2012. Analisa Bahan Pengawet. http://qhaasroom.blogspot.com. Diakses pada tanggal 18 Desember 2012. Sciencelab. 2012a. Ethyl alcohol MSDS. http://www.sciencelab.com. Diakses pada tanggal 18 Desember 2012. _________. 2012b. Chloroform MSDS. http://www.sciencelab.com. Diakses pada tanggal 18 Desember 2012. _________. 2012c. Acetone MSDS. http://www.sciencelab.com. Diakses pada tanggal 18 Desember 2012. ________. 2012d. Water MSDS. http://www.sciencelab.com. Diakses pada tanggal 18 Desember 2012. _________. 2012e. Sodium Sulfate MSDS. http://www.sciencelab.com. Diakses pada tanggal 18 Desember 2012. _________. 2012f. Sodium chloride MSDS. http://www.sciencelab.com. Diakses pada tanggal 18 Desember 2012. _________. 2012g. Acetic Acid MSDS. http://www.sciencelab.com. Diakses pada tanggal 18 Desember 2012. _________. 2012h. 1 - Butanol MSDS. http://www.sciencelab.com. Diakses pada tanggal 18 Desember 2012.

17

18

Wong. 2011. Cuka (Asam Asetat). http://wong168.wordpress.com. Diakses pada tanggal 18 Desember 2012.

Anda mungkin juga menyukai