Anda di halaman 1dari 13

1.

16 Jari-jari Ion Poliatomik


Ion-ion poliatomik adalah ion-ion yang terdiri dari
d u a a t a u l e b i h a t o m s e p e r t i i o n S O 42-, P O 43-, C L O 4, DLL.

Berdasarkan bentuknya, ion-ion poliatomik dapat


dibedakan dalam tiga kategori yaitu:
- Ion sferik
- Ion nonsferik
- Ion sferik semu

Menurut Yatsimirskii jari-jari ion poliatomik dapat


diukur secara tidak langsung dari harga energi kisi
senyawa-senyawa yang mengandung ion-ion
tersebut. (disebut jari-jari termokimia yatsimirskii).
Lihat Tabel 1.24 jari-jari termokimia yatsimirskii
berbagai ion poliatomik.
Dalam hal ini harga energi kisi tersebut dapat
diperoleh melalui siklus Born-Haber.

1.17 Rasio Radius


Untuk senyawa-senyawa ionik sederhana, yaitu
senyawa ionik yang hanya terdiri dari dua macam
atom seperti NaCl, KCl, MgCl, dan TiO2, dengan
ukuran anion lebih besar dibandingkan ukuran
kation, dapat dianggap kation menempati ruanganruangan kosong atau tempat selitan yang ada di
antara anion-anion.
Dalam hal ini banyaknya anion-anion yang terikat
pada kation (bilangan koordinasi kation) cenderung
bertambah dengan bertambahnya ukuran kation.

Bertambahnya ukuran kation memungkinkan untuk


dapatnya kation tersebut berikatan dengan anion
dalam jumlah yang lebih banyak.

Contoh penggunaan konsep rasio radius dalam


meramalkan struktur suatu senyawa. (Buku Ikatan
Ionik hal. 86-89)

Rasio radius memberikan pedoman yang berguna


untuk meramalkan struktur dari kristal ionik.
Namun dalam beberapa hal rasio radius
memberikan hasil ramalan yang tidak sesuai dengan
struktur kristal ionik sebenarnya yang diperoleh dari
hasil eksperimen.

1.18 Polarisasi dan Karakter Kovalen atau Sumbangan Kovalen


pada Senyawa Ionik

Pada dasarnya setiap senyawa mempunyai baik


karakter kovalen maupun karakter ionik, akan tetapi
di dalam membahas ikatan yang ada pada suatu
senyawa
biasanya
dilakukan
melalui
dua
pendekatan. Pertama, ikatan yang ada dalam suatu
senyawa dianggap sepenuhnya ikatan kovalen
apabila
karakter
kovalen
lebih
dominan
dibandingkan karakter ionik, baru kemudian
dimasukkan karakter ioniknya serta pengaruh
adanya karakter ionik terhadap sifat-sifat fisik
senyawa.

Sambungan...
Kedua, ikatan yang ada dalam suatu senyawa
dianggap sepenuhnya ikatan ionik apabila karakter
ionik lebih dominan dibandingkan karakter kovalen,
baru kemudian dimasukkan karakter kovalen serta
pengaruh adanya karakter kovalen terhadap sifatsifat fisik senyawa.

Pendekatan pertama digunakan untuk menjelaskan


pembentukan senyawa-senyawa polar, misalnya HF,
H2O dan NH3.
Pendekatan kedua digunakan oleh Kasimir Fayan
dalam memberikan penjelasan kualitatif tentang
adanya karakter kovalen pada senyawa ionik.

Fayan mengemukakan bahwa suatu kation yang


ukurannya kecil mampu mempolarisasi awan
elektron dari suatu anion sehingga bentuk ion-ion
tidak lagi sferik melainkan elipsoid.
Menurut Fayan, daya polarisasi bertambah dengan:
- Bertambahnya muatan kation dan berkurangnya
ukuran kation
- Bertambahnya muatan dan ukuran anion
- Konfigurasi elektron dari kation.

Daya polarisasi suatu kation seringkali dinyatakan


dengan potensial ionik merupakan muatan inti
efektif kation dan r jari-jari kation dalam satuan
nanometer (nm). Potensial ionik beberapa ion
sederhana dibarikan pada tabel 1.27.

Semakin bertambah harga potensial ionik suatu ion


maka daya polarisasinya semakin besar pula. Dalam
satu golongan, dari atas ke bawah, potensial ionik
dari ion-ion adalah semakin berkurang karena
bertambahnya ukuran ion. Dalam satu periode,
potensial ionik kation-kation yang isoelektron
adalah semakin bertambah karena bertambahnya
muatan ion dan berkurangnya jari-jari ion.

Anda mungkin juga menyukai