Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

METODE PEMISAHAN KIMIA


ELEKTROGRAVIMETRI

Disusun oleh :

Nama : F…… R…… H……

NIM : 19………………

Kelas : Pendidikan Kimia

Tanggal Praktikum : 18 Maret 2021

Tanggal Pengumpulan : 25 Maret 2021

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2021
LAPORAN PRAKTIKUM

METODE PEMISAHAN KIMIA

PERCOBAAN III

ELEKTROGRAVIMETRI

A. TUJUAN
Melakukan pemisahan dengan metode elektrogravimetri

B. DASAR TEORI
Analisis elektrogravimetri adalah suatu metode analisis kuantitatif yang didasarkan pada
pengendapan atau pengendapan logam pada elektroda dalam kondisi arus yang dapat
digunakan untuk mengetahui kandungan suatu logam tertentu dalam suatu larutan. Alat
elektrogravimetri bekerja berdasarkan prinsip elektrolisis, dimana penerapan arus akan
menyebabkan terjadinya reaksi reduksi komponen pada katoda, begitu pula sebaliknya,
reaksi oksidasi komponen pada katoda [CITATION Tim14 \l 1033 ].

Dalam analisis elektrogravimetri atau elektroanalisis, elemen disimpan pada elektroda stabil
dan digunakan arus searah. Pada prinsipnya, berat listrik sama dengan elektrolisis, hanya
elektroda gravitasi yang khusus dibuat untuk gravitasi. Diharapkan endapan logam akan
terendapkan dengan baik pada katoda, sedangkan anoda tidak larut[ CITATION Das77 \l 1033 ].

Beberapa istilah yang digunakan dalam analisis elektrogravimetri adalah sel volta atau sel
galvani dan sel elektrolisis. Suatu sel terdiri dari dua elektrode dan satu atau lebih larutan
dalam wadah yang sesuai. Jika sel itu dapat memberi energi listrik kepada suatu sistem luar
eksternal ia disebut sel volta (galvani). Baterai terdiri dari dua elektroda dan satu atau lebih
larutan dalam wadah yang sesuai. Energi kimia sedikit banyak diubah seluruhnya menjadi
energi listrik, tetapi sebagian energi ini terbuang sebagai panas (kalor). Jika energi listrik
disediakan dari sumber eksternal, sel yang mengalir melaluinya disebut sel elektrolisis, dan
hukum Faraday menjelaskan perubahan utama pada elektroda. Suatu sel tertentu dapat
berfungsi sesaat sebagai sel galvani dan pada saat lain sebagai sel elektrolisis [ CITATION
Day02 \l 1033 ].

Seperti halnya elektrolisis, pengendapan elektroda diatur oleh dua hukum, yaitu hukum
Faraday dan hukum Ohm [CITATION Das77 \l 1033 ]. Hukum Ohm menyatakan bahwa
hubungan antara ketiga besaran ini bersifat mendasar: arus, daya gaya listrik, dan hambatan.
Arus (I) sebanding dengan gaya gerak listrik (E) dan berbanding terbalik dengan hambatan
(R) yaitu :
E
I= [ CITATION Bas94 \l 1033 ]
R

Hukum faraday :
1. Jumlah zat yang terjadi pada elektroda sebanding dengan jumlah coulomb yang mengalir.
2. Dalam elektrolisis, jumlah listrik yang sama akan menghasilkan berbagai zat yang
jumlahnya sebanding dengan berat ekuivalen zat-zat tersebut.
Menurut hukum ini, bila w ialah jumlah zat yang dihasilkan pada elektroda dan Q adalah
jumlah coulomb yang mengalir dalam larutan maka :
W≈Q
Atau karena coulomb = ampere x detik, maka :
W ≈ i.t
Hubungan kedua dari isi hukum faraday tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
e . i. t
W= [ CITATION Das77 \l 1033 ]
F
Keterangan :
W = berat yang diendapkan (gram)
e = berat ekivalen zat
i = kuat arus (Ampere)
t = waktu elektrolisis (sekon)
F = konstanta Faraday (= 96500 C) (Tim Penyusun Kimia Analisis, 2021)

Dimana, 1/F ialah faktor perbandingan. Bila F = i.t maka w = e, jadi F mewakili jumlah
coulomb yang dibutuhkan untuk menghasilkan hingga satu ekuivalen zat pada elektroda.
Jumlah ini yang disebut dengan 1 Faraday [ CITATION Das77 \l 1033 ].

Efisiensi arus dapat ditentukan dengan membandingkan jumlah deposit yang diperoleh di
katoda dengan berat deposit elektrolisis (nilai teoritis). Untuk alasan ini, perhatian harus
diberikan pada waktu elektrolisis dan jumlah arus (ampere) dalam proses tersebut.
Berat endapan hasil elektrolisis
Efisiensi arus = x 100 %
Berat endapanteoritis
(Tim Penyusun Kimia Analisis, 2021).

Penentuan tembaga merupakan contoh analisis elektrogravimetri. Sampel adalah paduan tembaga
yang dilarutkan dalam asam nitrat. Timbang katoda, masukkan ke dalam larutan dan sambungkan ke
sumber daya melalui penjepit. Tegangan penjepit dinaikkan hingga amperemeter menunjukkan arus
dan katoda menghasilkan bentuk gelembung tembaga yang seolah-olah naik dari anoda. [CITATION
Day01 \t \l 1033 ].

Reaksi antara Cu2+ dengan reagen heksasianoferat(II) :


2Cu2+ + [Fe(CN)6]4- → Cu2[Fe(CN)6] (s) , endapannya berwarna coklat kemerahan yang merupakan
tembaga heksasianoferat(II) dalam suasana netral atau asam [ CITATION Vog90 \l 1033 ]
C. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Neraca analitik
2. Seperangkat alat elektrolisis
3. Labu ukur 100 mL
4. Pipet ukur 25 mL
5. Pipet tetes
6. Gelas beaker
7. Kertas amplas

Bahan :

1. Larutan sampel CuSO4


2. Asam nitrat pekat bebas nitrat
3. Larutan heksasianoferat
4. Larutan asam sulfat pekat
5. Aquades

Rangkaian alat :

Keterangan :
1. Adaptor
2. Katoda (krus)
3. Anoda (tembaga)
4. Larutan sampel Cu(II)

D. CARA KERJA
A. Membersihkan elektroda
Elektroda

diamplas

Kertas amplas

ditimbang

Neraca analitik

B. Tahapan elektrolisis
25 mL larutan Cu(II)
diaduk
dimasukkan dimasukkan
1 mLasam nitrat Labu ukur 100 mL 2 mL asam sulfat pekat
pekat 2 1
diencerkan

Dengan aquades hingga volume 100 mL

diaduk

Elektrolisis pada potensial 3 volt

Waktu mulai elektrolisis

Larutan terlihat jernih

dilakukan

Tes tembaga dengan reagen heksasianoferat(II)

Negatif

Elektrolisis dihentikan

diamati

Warna endapan dan struktur fisik


ditimbang

Berat endapan dengan neraca analitik


E. DATA PENGAMATAN

No Pengamatan Data
1. Beda potensial (V) 3V
2. Kuat arus (i) 0,15 Ampere
3. Waktu elektrolisis (t) 90 menit = 5400 s
4. Massa atom relatif (Ar) Cu 63,5 g/mol
5. Valensi Cu 2
6. Volume sampel 25 mL/100mL
7. Massa krus Cu 52,536 g
8. Massa krus Cu + endapan 52,868 g
9. Massa endapan 0,333 g
10
Warna endapan Coklat kemerahan
.

F. PERHITUNGAN
1. Berat tembaga (Cu) secara teoritis
e . i. t
W=
F
Ar Cu. i. t
=
2.F
63,5 g . mo l−1 . 0,15 A .5400 s
=
2 . 96500 C
= 0,2665 g

2. Berat tembaga (Cu) secara percobaan


 Massa endapan Cu = (massa krus Cu + endapan) – massa krus Cu
= 52,868 g – 52,536 g
= 0,332 g

100 Berat endapan hasil percobaan


 Kadar Cu dalam sampel = x x 100%
100 volume sampel
100 0,332
= x x 100%
100 25
= 1,328%

Berat endapan hasil percobaan


 Efisiensi arus = x 100 %
Berat endapan secara teoritis

0,332 g
= x 100 %
0,2665 g

= 124,578 %
G. PEMBAHASAN

Percobaan dengan judul “Elektrogravimetri” bertujuan untuk melakukan pemisahan dengan metode
elektrogravimetri. Elektrogravimetri merupakan gravimetri dimana zat yang diselidiki yaitu selidiki
yaitu logam yang diendapkan dikatode dengan cara elektrolisis. Alat-alat yang digunakan dalam
percobaan ini adalah neraca analitik, seperangkat alat elektrolisis, labu ukur 100 mL, pipet ukur 25
mL, pipet tetes, gelas beaker dan kertas amplas. Bahan yang digunakan yaitu larutan sampel CuSO 4,
asam nitrat pekat bebas nitrat, larutan heksasianoferat, larutan asam sulfat pekat dan aquades.

Langkah pertama yang dilakukan adalah membersihkan elektroda (krus tembaga) yang akan
digunakan. Pembersihan dilakukan dengan cara mengamplas bagian dalam krus menggunakan kertas
amplas. Pencucian elektroda berfungsi untuk membersihkan kotoran yang menempel pada katoda,
karena endapan Cu akan menempel di katoda. Setelah bersih, langkah kedua yang dilakukan yaitu
menimbang elektroda menggunakan neraca analitik, dan didapat massa krus awal (dalam keadaan
kosong) sebesar 52,536 gram.

Langkah ketiga yaitu memipet larutan sampel Cu(II) dari CuSO 4 sebanyak 25 mL kemudian
dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL. Setelah itu, sebanyak 2 mL asam sulfat ditambahkan
kedalam labu dan dilanjutkan penambahan 1 mL asam nitrat pekat juga ke dalam labu ukur. Langkah
berikutnya yaitu mengencerkan larutan dalam labu ukur menjadi 100 mL. Setelah diencerkan, tuang
larutan kedalam krus tembaga. Selanjutnya, susun rangkaian alat elektrolisis. Katoda yang merupakan
krus dihubungkan pada kutub negatif dan anoda yang merupakan logam Cu dihubungkan dengan
kutub positif. Kemudian, elektrolisis dilakukan pada potensial 3 volt dengan arus 0,15 Ampere.
Reaksi yang terjadi saat elektrolisis yaitu :
Katoda : Cu2+ (aq) + 2e- → Cu(s)
Anoda : 4OH-- → O2 + 2H2O + 4e-

Ketika larutan mulai terlihat jernih, untuk mengetahui masih terdapat atau tidaknya tembaga Cu(II)
dalam larutan dilakukan penambahan larutan heksasianoferat(II) . Jika terdapat warna atau endapan
coklat, elektrolisis dilanjutkan kembali. Karena hal tersebut menunjukkan masih terdapatnya Cu(II)
didalam larutan. Reaksi yang terjadi yaitu :
2Cu2+ + [Fe(CN)6]4- → Cu2[Fe(CN)6] (s)
Elektrolisis berlangsung selama 90 menit. Massa krus akhir yang berisi endapan Cu(II) yaitu sebesar
52,868 gram. Sehingga diperoleh endapan Cu(II) sebesar 0,332 gram. Dari data yang sudah ada
diatas, massa Cu(II) secara teoritis dapat dihitung menggunakan rumus :
e . i. t Ar Cu. i. t
W= =
F Valensi Cu. F
Hasil setelah dilakukan perhitungan yaitu massa teoritis Cu(II) sebesar 0,2665 gram. Kemudian,
kadar Cu(II) dalam sampel dapat dihitung menggunakan rumus :
100 Berat endapan hasil percobaan
Kadar Cu dalam sampel = x x 100%
100 volume sampel
Nilai 100 merupakan larutan yang diencerkan hingga 100mL. Setelah dihitung didapat kadar Cu(II)
sebesar 1,328%. Selanjutnya efisiensi arus dapat ditentukan besarnya dengan rumus :
Berat endapan hasil percobaan
Efisiensi arus = x 100 %
Berat endapan secara teoritis
Besar efisiensi arus setelah dihitung adalah 124,578%.

Perbedaan antara berat endapan Cu(II) secara teori dan secara percobaan, mungkin disebabkan oleh :
1. Saat elektrolisis berlangsung, tidak dilakukan pengadukan
2. Elektrolisis tidak dilakukan sampai warna biru larutan benar-benar hilang
3. Saat menimbang, elektoda dalam keadaan basah.

H. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil percobaan yang berjudul “Elektrogravimetri”, dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Untuk memisahkan larutan sampel dapat digunakan metode elektrogravimetri, pada percobaan ini
Cu diendapkan pada katoda secara elektrolisis.
2. Logam Cu yang mengendap sebesar 0,332 gram.
3. Kadar Cu dalam sampel yaitu 1,328%
4. Efisiensi arus sebesar 124,578%

I. TUGAS

1. Menghitung kadar tembaga (II) dalam persen dari larutan sampel mula-mula
100 Berat endapan hasil percobaan
Kadar Cu dalam sampel = x x 100%
100 volume sampel
100 0,332
= x x 100%
100 25
= 1,328%
2. Menghitung efisiensi arus
Berat endapan hasil percobaan
Efisiensi arus = x 100 %
Berat endapan secara teoritis

0,332 g
= x 100 %
0,2665 g

= 124,578 %

J. DAFTAR PUSTAKA

Basset. (1994). Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Edisi 4. Jakarta: Penerbit
Kedokteran EGC.
Dasli. (1977). Diktat Kimia Analitik. Padang: Universitas Andalas.
Day, R. A., & Underwood, A. L. (2001). Analisis Kimia Kualitatif Edisi Keenam. Jakarta:
Erlangga.
Day, R. A., & Underwood, A. L. (2002). Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
T. P. (2021). Buku Petunjuk Praktikum Metode Pemisahan Kimia. Yogyakarta: FMIPA UNY.
Tim Dosen MIPA UA. (2014). Penuntun Praktikum Cara-Cara Pemisahan dan Elektroanalitik.
Padang: Universitas Andalas.
Vogel. (1990). Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro. Jakarta: PT
Kalman Media Pustaka.

Yogyakarta, 25 Maret 2021


Praktikan

FRH
NIM : 19………

Anda mungkin juga menyukai