Anda di halaman 1dari 11

I PENDAHULUAN

1.1

Judul
1. Ekstraksi Pelarut

1.2

Tujuan
1. Mengenal suatu metode pemisahan kimia
2. Mengetahui kadar asam stearat didalam suatu larutan

II METODE
2.1

Alat dan Bahan


Alat
1. Corong Pemisah
2. Pro Pipet
3. Pipet Ukur
4. Tabung Erlenmeyer
5. Gelas Beker
6. Pipet Tetes
7. Labu Takar
Bahan
1. 20 ml Larutan Sabun
2. 10 ml Petroleum Eter
3. 10 ml Larutan NaCl Jenuh
4. 10 ml H2O
5. Indikator Phenolphtalein
6. Larutan NaOH 0,01N
7. 20 ml Alkohol

2.2

Cara Kerja
Larutan Sabun sebanyak 20 ml dalam labu takar di masukkan ke dalam
corong pemisah menggunakan pipet ukur. Petroleum eter sebanyak 10 ml
ditambahkan dengan larutan sabun didalam corong pemisah, kemudian
dikocok. Apabila terbentuk emulsi atau busa larutan NaCl Jenuh sebanyak
10 ml ditambahkan ke dalam corong pemisah dengan bantuan pipet ukur.
Larutan dalam corong pemisah dikocok kembali selama 10 menit. Setelah
itu, corong pemisah didiamkan sebentar hingga terlihat membentuk 2
lapisan. Lapisan sabun yang berada di bagian bawah di tuangkan ke dalam
gelas beker sedangkan larutan petroleum eter yang berada diatasnya
dituangkan ke dalam tabung erlenmeyer. Percobaan pada tahap pertama
dilakukan selama 3 kali. Pada tahap kedua larutan petroleum eter yang
berada di tabung erlenmeyer dimasukkan kembali ke dalam corong pemisah
dan ditambahkan 10 ml H2O dengan 2 tetes phenolphtalein. Larutan dalam
corong pemisah dikocok hingga terbentuk emulsi atau busa. Setelah itu,
didiamkan sebentar agar terlihat pemisahan 2 larutan. Lapisan air yang
terbentuk pada corong pemisah dibuang. Percobaan pada tahap kedua

dilakukan berulang kali hingga air yang berada didalam corong pemisah
tidak bersifat basa ditunjukkan dengan warna larutan yang bening.
Pada tahap ketiga yaitu tahap terakhir, larutan petroleum eter dimasukkan
ke dalam corong pemisah dengan ditambahkan alkohol sebanyak 20 ml.
Larutan dalam corong pemisah tersebut dikocok selama 10 menit.
Kemudian, corong pemisah didiamkan hingga larutan tersebut terbagi
menjadi 2 lapisan. Lapisan alkohol dan petroleum eter yang terbentuk
dipisahkan ke dalam tabung erlenmeyer pertama dan kedua. Masing-masing
larutan pada tabung erlenmeyer pertama dan kedua di beri 2 tetes
phenolpthalein. Larutan NaOH 0,01N dimasukkan ke dalam buret
menggunakan corong hingga skala 0. Kemudian, larutan alkohol pada
tabung erlenmeyer yang pertama dititrasi dengan NaOH digoyanggoyangkan perlahan hingga menunjukkan perubahan warna menjadi merah
muda. Pada tabung erlenmeyer yang ke dua yaitu larutan petroleum eter
dititrasi dengan larutan NaOH yang berada pada buret dan di letakkan
dibawahnya dengan digoyang-goyangkan perlahan hingga warna menjadi
merah muda. Kadar asam lemak dalam sabun dihitung dengan perhitungan
sebagai berikut :
V Pengenceran Sabun x V NaOH x N NaOH x BM asam stearat .100%
V Alkohol + V PE (Petroleum Eter)
Berat Sabun

III HASIL PERCOBAAN


3.1

Hasil Percobaan
Berdasarkan hasil percobaan ekstraksi pelarut terdapat pada tabel 1, tabel
2, tabel 3 dan tabel 4
1. Tabel I
Hasil ekstraksi larutan petroleum eter adalah sebagai berikut
No

V Sabun

V PE

Berat Sabun

V Alkohol

V NaOH

% Asam Stearat

400 ml

30 ml

500 mg

20 ml

2,9 ml

21,99 %

2. Tabel II
Hasil ekstraksi alkohol adalah sebagai berikut
No

V Sabun

V PE

Berat Sabun

V Alkohol

V NaOH

% Asam Stearat

400 ml

30 ml

500 mg

20 ml

26,4 ml

300,40 %

3. Tabel III
Hasil dari perubahan volume dan warna setelah titrasi pada petroleum
eter (PE) yaitu
No
1
2

Perubahan
Warna
Volume

Sebelum
Putih Keruh
30 ml

Sesudah
Merah Muda
30 + 2,9 = 32,9 ml

4. Tabel IV
Hasil dari perubahan warna dan volume pada alkohol setelah titrasi
adalah
No
1
2

3.2

Perubahan
Warna
Volume

Sebelum
Bening
20 ml

Sesudah
Merah Muda
20 + 26,4 = 46,4 ml

Pembahasan
Ekstraksi pelarut adalah proses suatu zat terlarut yang larut dalam suatu
pelarut diekstraksi ke dalam suatu pelarut lain (Keenan dkk., 1989).
ekstraksi dengan menggunakan pelarut merupakan proses pemisahan
komponen zat terlarut berdasarkan sifat distribusinya dalam dua pelarut
yang tidak saling melarut. Dengan memanfaatkan perbedaan kelarutan,
senyawa yang diinginkan dapat dipisahkan secara selektif (Vogel, 1984).
Prinsip like dissolves like berdasarkan hukum nernst komponen ketiga
hadir dalam kedua lapisan cair. Jika zat cukup encer dalam tiap lapisan ia
dapat berperilaku secara individu sebagai zat terlarut ideal dalam keduanya,
walaupun sistem itu secara keseluruhan tidak ideal (Denbigh, 1993).
Menurut Depkes RI (2000) proses

ekstraksi

secara

umum

dapat

dilakukan dengan cara maserasi, perkolasi, refluks, sokletasi, digesi, dan


infus sebagai berikut :
1. Maserasi

Proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan


beberapa kali pengocokkan atau pengadukan pada temperatur
ruangan. Menggunakan metode pencapaian konsentrasi dengan
keseimbangan.
2. Perkolasi
Ekstraksi dengan pelarut yang baru dan sempurna yang umumnya
dilakukan pada temperatur ruangan. Prinsip perkolasi dengan
menempatkan serbuk simplisia pada suatu bejana silinder, yang
bagian bawahnya diberi sekat berpori.
3. Refluks
Ekstraksi dengan pelarut pada titik didihnya, selama waktu tertentu
dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya
pendingin balik

4. Sokletasi
Ekstraksi dengan pelarut baru menggunakan alat khusus sehingga
terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut yang realtif konstan
dengan adanya pendingin balik.
5. Digesi
Maserasi kinetik pada temperatur ruangan yaitu 40-50oC.
6. Infus
Ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air.
7. Dekok
Infus pada waktu yang relatif lebih lama dan temperatur sampai titik
didih air.
Faktor yang mempengaruhi ekstraksi ditentukan oleh faktor distribusi
theions yang ada dalam larutan. Oleh karena itu , dalam ekstraksi pemilihan
ekstraktan yang sesuai merupakan parameter penting (Sadigzadeh dkk.,
2009). Selain itu, metode, pelarut, suhu serta waktu ekstraksi akan
berpengaruh terhadap jumlah rendemen serta kualitas ekstrak yang
didapatkan. Menggunakan metode, pelarut serta waktu yang sesuai akan
menghasilkan rendemen serta kulitas ekstrak yang maksimal (Xiao dkk.,
2010). Lamanya waktu proses ekstraksi sangat berpengaruh terhadap
ekstrak yang dihasilkan. Kenaikan waktu proses yang digunakan akan

menghasilkan kenaikan nilai rendemen, begitu pula lamanya waktu


ekstraksi

akan meningkatkan penetrasi pelarut ke dalam bahan baku

(Yulianti dkk., 2014).


Pengocokkan berdasarkan waktu berfungsi untuk menghasilkan kondisi
optimum. Kondisi optimum dilakukan dengan uji statistik (Rahman dkk.,
2012). Pendiaman dilakukan untuk mengetahui selektifitas antara pelarut
di dalam pelarut lainnya yang berbeda kepolarannya dalam melarutkan
senyawa organik akan membentuk dua lapisan yang saling memisah,
dimana proses ini berdasarkan distribusi sampel diantara dua pelarut
tersebut (Khopkar, 1990). Membuka tutup corong pisah untuk memisahkan
larutan yang berada di lapisan bawah setelah proses pendiaman yang
ditandai dengan terbentuknya dua lapisan (Wildan dkk., 2014). Pencucian
berulang kali bertujuan agar menjamin keseimbangan konsentrasi bahan
ekstraksi yang lebih cepat didalam cairan (Voigh, 1994).
Fungsi bahan yang digunakan pada percobaan ekstraksi larutan
diantaranya :
1. Larutan sabun
Larutan sabun berfungsi untuk mengangkat lemak yang terdapat pada
larutan petroleum eter. Gugus hidrofobik pada sabun mengikat
molekul minyak yang terdapat pada larutan petroleum eter.
2. Larutan Petroleum Eter
Larutan petroleum eter bersifat non polar dan termasuk dalam asam
stearat non polar.
3. Larutan NaCl Jenuh
Berfungsi sebagai larutan yang memisahkan larutan sabun dengan
larutan petroleum eter sehingga terbentuk dua lapisan pada corong
pemisah.
4. Air (H2O)
Air berfungsi sebagai indikator terhadap larutan petroleum eter untuk
menentukan bahwa larutan peteroleum eter tidak bersifat basa.
5. Indikator Phenolphtalein
Digunakan sebagai indikator pada air dalam larutan petroleum eter
yaitu dengan memunjukkan adanya perubahan warna pada air.
6. Larutan NaOH

Berfungsi sebagai titran yaitu zat penitrasi yang digunakan untuk


menitrasi larutan petroleum eter dan alkohol sehingga diperoleh
konsentrasi dari kedua larutan tersebut.
7. Alkohol
Melarutkan zat yang bersifat polar dan non polar.
Reaksi yang terjadi pada percobaan ekstraksi pelarut larutan sabun yang
dicampurkan dengan petroleum eter dan kemudian di kocok perlahan
tebentuk emulsi karena sabun merupakan larutan yang memiliki medium
pendispersi cair dan fase terdispersi gas. Ketika ditambahkan larutan NaCl
jenuh larutan peteroleum eter dan larutan sabun dapat berpisah. Larutan
sabun memiliki dua gugus yang membentuknya yaitu gugus hidrofobik dan
gugus hidrofilik. Gugus hidrofobik akan mengikat molekul-molekul
petroleum eter yang bersifat non polar. Sedangkan gugus hidrofilik pada
sabun akan mengikat molekul air. Petroleum eter merupakan asam stearat
yang bersifat non polar, maka dapat diikat oleh larutan sabun. Sehingga
kandungan asam lemak dalam petroleum eter menjadi berkurang karena
terikat oleh larutan sabun yaitu gugus hidrofobik.

Pada tahap kedua

petreoleum eter di tambahkan dengan H2O dan phenolphtalein. Menurut


Winarno

(2004),

mendispersikan

air

berfungsi

senyawa yang

ada

sebagai
dalam

bahan

yang

dapat

bahan. Petroleum eter

ditambahkan air dengan tujuan menghilangkan kadar basa yang diperoleh


pada tahap pertama pecampuran dengan larutan sabun. Kadar asam lemak
dalam sabun dapat diketahui melalui proses titrasi alkohol dan petroleum
eter dengan titran NaOH. Ditambahkan pula phenolpthalein pada keduanya
agar mengetahui titik keseimbangan titrasi.
Hasil ekstraksi pelarut pada larutan petroleum eter diperoleh kadar asam
stearat sebesar 21,99% berdasarkan volume sabun 400 ml, volume
petroleum eter 30 ml, berat sabun 500 mg, volume alkohol 20 ml dan
volume NaOH 2,9 ml yang diperoleh setelah proses titrasi . Kadar asam
stearat pada pertoleum eter diperoleh dari tiga tahap pengerjaan. Sedangkan
pada alkohol kadar asam stearatnya 300,40% berdasarkan perhitungan
dengan volume sabun 400 ml, volume petroleum eter 30 ml, berat sabun

500 mg, volume alkohol 20 ml dan volume NaOH sebesar 26,4 ml didapat
setelah melalui tahap titrasi. Dari perbandingan kadar asam stearat yang
didapat dari percobaan menunjukkan bahwa kadar asam stearat pada
petroleum eter lebih kecil daripada kadar asam stearat pada alkohol. Dalam
hal ini karena hasil titrasi pada larutan petroleum eter membutuhkan banyak
larutan NaOH untuk mencapai titik keseimbangan atau ekuivalen sehingga
volume NaOH pada buret berkurang dan hal tersebut berpengaruh pada
perhitungan kadar asam stearat pada larutan petroleum eter. Pada alkohol
hanya membutuhkan sedikit larutan NaOH pada proses titrasi untuk
mencapai titik ekuivalen sehingga volume NaOH pada buret tersisa cukup
banyak dibandingkan dengan volume NaOH pada proses titrasi terhadap
larutan petroleum eter.
Hasil perubahan setelah dilakukan titrasi pada larutan petroleum eter
menunjukkan perubahan warna yang sebelumnya berwarna putih keruh dan
setelah titrasi berwarna merah muda. Ketika indikator berubah warna pada
proses titrasi berarti telah mencapai titik akhir (Chang, 2000). Volume yang
dimiliki larutan petroleum eter sebanyak 30 ml tetapi setelah dilakukan
titrasi dengan NaOH terhadap indikator phenolpthalein menjadi 32,9 ml.
Hanya bertambah 2,9 ml dari proses titrasi yang didapat. Sedangkan hasil
perubahan setelah titrasi terhadap alkohol menghasilkan warna merah muda
dari sebelumnya yaitu berwarna bening. Volume pada alkohol setelah titrasi
menunjukkan perubahan sebesar 26,4 ml sehingga volume alkohol yang
sebelumnya adalah 20 ml menjadi 46,4 ml. Volume sesudah titrasi antara
larutan petroleum eter dengan alkohol menunjukkan perbandingan yang
cukup jauh. Pertambahan volume pada alkohol hingga dua kali lipat dari
sebelumnya. Sedangkan pada petroleum eter hanya sedikit pertambahan
volume yang dialaminya.

IV KESIMPULAN
4.1

Kesimpulan
Berdasarkan percobaan ekstraksi larutan dapat disimpulkan bahwa
1. Metode ekstraksi adalah proses suatu zat terlarut yang larut dalam suatu
pelarut diekstraksi ke dalam suatu pelarut lain.
2. Kadar asam stearat pada larutan petroleum eter adalah 21,99 % dan
kadar asam stearat pada alkohol sebesar 300,40 %.

DAFTAR PUSTAKA

A. Sadigzadeh, S. Chehrenama, H.Shokri.2009.Solvent Extraction of


Zirconium From Nitric-Hydrochloric Acid Solution Using TPB.Journal of
Theoretical and Applied Physics.3(3):20-26.
Achmad Wildan, Indah Hartati, dan Widayat.2014.Proses Ekstraksi Minyak dari
Limbah Padat Biji Karet Berbantu Gelombang Mikro.Jurnal Teknik
Kimia.10(1):1-5.
Chang, R.2000.A Core Text For General Chemistry Second Edition.McGrawHill,USA.
Denbigh,
K.,
1993.Prinsip-prinsip
Keseimbangan
Kimia
Edisi
Keempat.Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI.2000.Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat.Direktorat Jendral POM-Depkes RI, Jakarta.
Dian Yulianti, Bambang Susilo, Rini Yulianingsih.2014. Pengaruh LamaEkstraksi
dan Konsentrasi Pelarut Etanol terhadap Sifat Fisika-Kimia Ekstrak Daun
Stevia dengan Metode Microwave Assisted Extraction.Jurnal Bioproses
Komoditas Tropis.2(1):35-41.
Keenan, C., dkk.1989.Kimia Untuk Universitas.Erlangga,Jakarta.
Khopkar, S.M., 1990.Konsep Dasar Kimia Analitik.Universitas IndonesiaPress, Jakarta.
Rahman Razak, Ni Ketut Sumarni, Basuki Rahmat.2012.Optimalisasi Hidrolisis
Sukrosa Menggunakan Resin Penukar Kation Tipe Sulfonat.Jurnal Natural
Science.1(1):119-131.
Voigh, R.1994.Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi Lima.Universitas Gadjah
Mada Press, Yogyakarta.
Vogel, A.I., 1984.Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro. Kalman Media
Pustaka, Jakarta.
Winarno.2004. Kimia Pangan Dan Gizi.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Xiao, Q., C., Qin, L., Fan, Z., 2005.Microwave Assited Extraction of
Polysaccharides from Solanum nigrum.Journal of Central and South
University Technology.12(5): 556-560.

LAMPIRAN
1. Tabel I
Hasil ekstraksi larutan petroleum eter adalah sebagai berikut

No

V Sabun

V PE

Berat Sabun

V Alkohol

V NaOH

% Asam Stearat

400 ml

30 ml

500 mg

20 ml

2,9 ml

21,99 %

Perhitungan :
Kadar asam stearat larutan petroleum eter
400 ml
x 2,9 ml x 0,01N x 284,47
30 ml

.100%

500 mg
= 109,99 . 100%
500
= 21,99 %
2. Tabel II
Hasil ekstraksi alkohol adalah sebagai berikut
No

V Sabun

V PE

Berat Sabun

V Alkohol

V NaOH

% Asam Stearat

400 ml

30 ml

500 mg

20 ml

26,4 ml

300,40 %

Kadar asam stearat alkohol


400 ml
x 26, ml x 0,01N x 284,47
20 ml
500 mg
= 1502,0016 . 100%
500
= 300,40 %

.100%

Anda mungkin juga menyukai