1.1
Judul
1. Ekstraksi Pelarut
1.2
Tujuan
1. Mengenal suatu metode pemisahan kimia
2. Mengetahui kadar asam stearat didalam suatu larutan
II METODE
2.1
2.2
Cara Kerja
Larutan Sabun sebanyak 20 ml dalam labu takar di masukkan ke dalam
corong pemisah menggunakan pipet ukur. Petroleum eter sebanyak 10 ml
ditambahkan dengan larutan sabun didalam corong pemisah, kemudian
dikocok. Apabila terbentuk emulsi atau busa larutan NaCl Jenuh sebanyak
10 ml ditambahkan ke dalam corong pemisah dengan bantuan pipet ukur.
Larutan dalam corong pemisah dikocok kembali selama 10 menit. Setelah
itu, corong pemisah didiamkan sebentar hingga terlihat membentuk 2
lapisan. Lapisan sabun yang berada di bagian bawah di tuangkan ke dalam
gelas beker sedangkan larutan petroleum eter yang berada diatasnya
dituangkan ke dalam tabung erlenmeyer. Percobaan pada tahap pertama
dilakukan selama 3 kali. Pada tahap kedua larutan petroleum eter yang
berada di tabung erlenmeyer dimasukkan kembali ke dalam corong pemisah
dan ditambahkan 10 ml H2O dengan 2 tetes phenolphtalein. Larutan dalam
corong pemisah dikocok hingga terbentuk emulsi atau busa. Setelah itu,
didiamkan sebentar agar terlihat pemisahan 2 larutan. Lapisan air yang
terbentuk pada corong pemisah dibuang. Percobaan pada tahap kedua
dilakukan berulang kali hingga air yang berada didalam corong pemisah
tidak bersifat basa ditunjukkan dengan warna larutan yang bening.
Pada tahap ketiga yaitu tahap terakhir, larutan petroleum eter dimasukkan
ke dalam corong pemisah dengan ditambahkan alkohol sebanyak 20 ml.
Larutan dalam corong pemisah tersebut dikocok selama 10 menit.
Kemudian, corong pemisah didiamkan hingga larutan tersebut terbagi
menjadi 2 lapisan. Lapisan alkohol dan petroleum eter yang terbentuk
dipisahkan ke dalam tabung erlenmeyer pertama dan kedua. Masing-masing
larutan pada tabung erlenmeyer pertama dan kedua di beri 2 tetes
phenolpthalein. Larutan NaOH 0,01N dimasukkan ke dalam buret
menggunakan corong hingga skala 0. Kemudian, larutan alkohol pada
tabung erlenmeyer yang pertama dititrasi dengan NaOH digoyanggoyangkan perlahan hingga menunjukkan perubahan warna menjadi merah
muda. Pada tabung erlenmeyer yang ke dua yaitu larutan petroleum eter
dititrasi dengan larutan NaOH yang berada pada buret dan di letakkan
dibawahnya dengan digoyang-goyangkan perlahan hingga warna menjadi
merah muda. Kadar asam lemak dalam sabun dihitung dengan perhitungan
sebagai berikut :
V Pengenceran Sabun x V NaOH x N NaOH x BM asam stearat .100%
V Alkohol + V PE (Petroleum Eter)
Berat Sabun
Hasil Percobaan
Berdasarkan hasil percobaan ekstraksi pelarut terdapat pada tabel 1, tabel
2, tabel 3 dan tabel 4
1. Tabel I
Hasil ekstraksi larutan petroleum eter adalah sebagai berikut
No
V Sabun
V PE
Berat Sabun
V Alkohol
V NaOH
% Asam Stearat
400 ml
30 ml
500 mg
20 ml
2,9 ml
21,99 %
2. Tabel II
Hasil ekstraksi alkohol adalah sebagai berikut
No
V Sabun
V PE
Berat Sabun
V Alkohol
V NaOH
% Asam Stearat
400 ml
30 ml
500 mg
20 ml
26,4 ml
300,40 %
3. Tabel III
Hasil dari perubahan volume dan warna setelah titrasi pada petroleum
eter (PE) yaitu
No
1
2
Perubahan
Warna
Volume
Sebelum
Putih Keruh
30 ml
Sesudah
Merah Muda
30 + 2,9 = 32,9 ml
4. Tabel IV
Hasil dari perubahan warna dan volume pada alkohol setelah titrasi
adalah
No
1
2
3.2
Perubahan
Warna
Volume
Sebelum
Bening
20 ml
Sesudah
Merah Muda
20 + 26,4 = 46,4 ml
Pembahasan
Ekstraksi pelarut adalah proses suatu zat terlarut yang larut dalam suatu
pelarut diekstraksi ke dalam suatu pelarut lain (Keenan dkk., 1989).
ekstraksi dengan menggunakan pelarut merupakan proses pemisahan
komponen zat terlarut berdasarkan sifat distribusinya dalam dua pelarut
yang tidak saling melarut. Dengan memanfaatkan perbedaan kelarutan,
senyawa yang diinginkan dapat dipisahkan secara selektif (Vogel, 1984).
Prinsip like dissolves like berdasarkan hukum nernst komponen ketiga
hadir dalam kedua lapisan cair. Jika zat cukup encer dalam tiap lapisan ia
dapat berperilaku secara individu sebagai zat terlarut ideal dalam keduanya,
walaupun sistem itu secara keseluruhan tidak ideal (Denbigh, 1993).
Menurut Depkes RI (2000) proses
ekstraksi
secara
umum
dapat
4. Sokletasi
Ekstraksi dengan pelarut baru menggunakan alat khusus sehingga
terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut yang realtif konstan
dengan adanya pendingin balik.
5. Digesi
Maserasi kinetik pada temperatur ruangan yaitu 40-50oC.
6. Infus
Ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air.
7. Dekok
Infus pada waktu yang relatif lebih lama dan temperatur sampai titik
didih air.
Faktor yang mempengaruhi ekstraksi ditentukan oleh faktor distribusi
theions yang ada dalam larutan. Oleh karena itu , dalam ekstraksi pemilihan
ekstraktan yang sesuai merupakan parameter penting (Sadigzadeh dkk.,
2009). Selain itu, metode, pelarut, suhu serta waktu ekstraksi akan
berpengaruh terhadap jumlah rendemen serta kualitas ekstrak yang
didapatkan. Menggunakan metode, pelarut serta waktu yang sesuai akan
menghasilkan rendemen serta kulitas ekstrak yang maksimal (Xiao dkk.,
2010). Lamanya waktu proses ekstraksi sangat berpengaruh terhadap
ekstrak yang dihasilkan. Kenaikan waktu proses yang digunakan akan
(2004),
mendispersikan
air
berfungsi
senyawa yang
ada
sebagai
dalam
bahan
yang
dapat
500 mg, volume alkohol 20 ml dan volume NaOH sebesar 26,4 ml didapat
setelah melalui tahap titrasi. Dari perbandingan kadar asam stearat yang
didapat dari percobaan menunjukkan bahwa kadar asam stearat pada
petroleum eter lebih kecil daripada kadar asam stearat pada alkohol. Dalam
hal ini karena hasil titrasi pada larutan petroleum eter membutuhkan banyak
larutan NaOH untuk mencapai titik keseimbangan atau ekuivalen sehingga
volume NaOH pada buret berkurang dan hal tersebut berpengaruh pada
perhitungan kadar asam stearat pada larutan petroleum eter. Pada alkohol
hanya membutuhkan sedikit larutan NaOH pada proses titrasi untuk
mencapai titik ekuivalen sehingga volume NaOH pada buret tersisa cukup
banyak dibandingkan dengan volume NaOH pada proses titrasi terhadap
larutan petroleum eter.
Hasil perubahan setelah dilakukan titrasi pada larutan petroleum eter
menunjukkan perubahan warna yang sebelumnya berwarna putih keruh dan
setelah titrasi berwarna merah muda. Ketika indikator berubah warna pada
proses titrasi berarti telah mencapai titik akhir (Chang, 2000). Volume yang
dimiliki larutan petroleum eter sebanyak 30 ml tetapi setelah dilakukan
titrasi dengan NaOH terhadap indikator phenolpthalein menjadi 32,9 ml.
Hanya bertambah 2,9 ml dari proses titrasi yang didapat. Sedangkan hasil
perubahan setelah titrasi terhadap alkohol menghasilkan warna merah muda
dari sebelumnya yaitu berwarna bening. Volume pada alkohol setelah titrasi
menunjukkan perubahan sebesar 26,4 ml sehingga volume alkohol yang
sebelumnya adalah 20 ml menjadi 46,4 ml. Volume sesudah titrasi antara
larutan petroleum eter dengan alkohol menunjukkan perbandingan yang
cukup jauh. Pertambahan volume pada alkohol hingga dua kali lipat dari
sebelumnya. Sedangkan pada petroleum eter hanya sedikit pertambahan
volume yang dialaminya.
IV KESIMPULAN
4.1
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan ekstraksi larutan dapat disimpulkan bahwa
1. Metode ekstraksi adalah proses suatu zat terlarut yang larut dalam suatu
pelarut diekstraksi ke dalam suatu pelarut lain.
2. Kadar asam stearat pada larutan petroleum eter adalah 21,99 % dan
kadar asam stearat pada alkohol sebesar 300,40 %.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Tabel I
Hasil ekstraksi larutan petroleum eter adalah sebagai berikut
No
V Sabun
V PE
Berat Sabun
V Alkohol
V NaOH
% Asam Stearat
400 ml
30 ml
500 mg
20 ml
2,9 ml
21,99 %
Perhitungan :
Kadar asam stearat larutan petroleum eter
400 ml
x 2,9 ml x 0,01N x 284,47
30 ml
.100%
500 mg
= 109,99 . 100%
500
= 21,99 %
2. Tabel II
Hasil ekstraksi alkohol adalah sebagai berikut
No
V Sabun
V PE
Berat Sabun
V Alkohol
V NaOH
% Asam Stearat
400 ml
30 ml
500 mg
20 ml
26,4 ml
300,40 %
.100%