Anda di halaman 1dari 9

A.

JUDUL LAPORAN
Uji pembentukan emulsi.
B. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui pembentukan emulsi.
C. LATAR BELAKANG
Emulsi adalah dispersi atau suspensi menstabil suatu cairan dalam
cairan lain dimana keduanya tidak saling melarutkan. Agar terbentuk
emulsi yang stabil, diperlukan suatu zat pengemulsi yang disebut
emulsifier atau emulsifying agent, yang berfungsi menurunkan tegangan
permukaan antara kedua fase cairan. Bahan emulsifier dapat berupa
protein, gom sabun, atau berupa garam empedu. Daya kerja emulsifier
terutama disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat, baik pada
minyak maupun air (Sutresna, 2009).
Emulsifier akan membentuk lapisan disekeliling minyak sebagai
akibat menurunnya tegangan permukaan dan diasorbsi melapisi butir-butir
minyak, sehingga mengurangi kemungkinan bersatunya butir-butir minyak
satu sama lain (Sutresna, 2009).
D. TINJAUAN PUSTAKA
Lipid didenifisikan sebagai senyawa yang tak larut dalam air yang
diekstraksi dari makhluk hidup dengan menggunakan pelarut yang kurang
polar atau pelarut nonpolar. Istilah lipid mencakup golongan senyawa-
senyawa yang memiliki keanekaragaman struktur, dan tidak ada skema
penggolongan lipid yang bisa diterima di seluruh dunia. Ciri khas yang
umum dijumpai di semua lipid adalah kandungan hidrokarbonnya
diturunkan dari polimerisasi asetat yang diikuti dengan reduksi rantai
segera setelah rantai itu terbentuk contohnya, polimerisasi asetat
menghasilkan rantai hidrokarbon linear yang panjang. Asam lemak yang
terjadi pada proses hidrolisasi lemak, mengalami proses hidrolisis lemak,
mengalami proses oksidasi dan menghasilkan asetil koenzim A (Poedjiadi,
2008).
Lipid dibagi atas 3 golongan yaitu: Lipid sederhana yang terdiri
atas ester dari asam-asam lemak gliserol. Ada 3 jenis lemak sederhana
yaitu, lemak yang strukturalnnya pada dalam suhu kamar, minyak yang
strukturnya cair dalam suhu kamar dan lilin atau malam yang merupakan
ester asam lemak dengan alkohol. Lipid campuran fosfolifid ester yang
mengandung asam lemak dan yang mengandung gugus lain yang terikat
pada alkohol misalnya fosfolipida dan glikopida. Derivat lipid adalah zat
yang berasal dari hasil hidrolisis zat-zat tersebut antara lain lemak jenuh
dan tidak jenuh, alkohol, gliserol, sterol, dan lemak aldehid (Riawan,
2009).
Fungsi lipid seperti minyak dan lemak sebagai nutrisi dan juga
merupakan sumber energi utama yang digunakan sebagai energi cadangan
makanan yang disimpan pada jaringan adiposa dalam tubuh, dalam bentuk
lipoprotein fosfalipid yang berfungsi sebagai pengangkut zat-zat yang
melewati membran sel. Steroid senyawa-senyawa memiliki beberapa
fungsi misalnya kolestrol berperan dalam proses pengangkutan lemak
dalam tubuh. Estrogen dan testoleron berfungsi sebagai hormon kelamin:
dehidroksikolestrol dan ergastrol berperan sebagai provitamin D (Sutresna,
2009).
Emulsi adalah campuran antara partikel-partikel suatu zat cair (fase
terdispersi) dengan zat cair lainnya (fase pendispersi) dimana satu
campuran yang terdiri dari dua bahan tak dapat bercampur, dengan satu
bahan tersebar di dalam fase yang lain, seperti air dan minyak.
Dikarenakan setiap bahan pangan memilki karakteristik masing-masing
maka setiap bahan pangan memiliki jenis emulsi dan pengaruh jenis
emulsi yang berbeda-beda. Emulsi tersusun atas tiga komponen utama,
yaitu: pertama, fase terdispersi (zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran
kecil kedalam zat cair lain (fase internal). Kedua, fase pendispersi (zat cair
yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut (fase
eksternal). Terakhir emulgator (zat yang digunakan dalam kestabilan
emulsi) (Fessenden, 2011).
Minyak bersifat tidak larut dalam pelarut polar & larut dalam pelarut non
polar. Pengemulsian adalah zat yang menstabilkan emulsi yang biasanya
berupa protein. Sabun adalah campuran dari natrium hidroksida berbagai
asam lemak yang terdapat di alam bebas. Digunakan natrium karbonat atau
natrium hidroksida untuk proses pembuatan sabun. Secara umum reaksi
hidrolisis yang terjadi dapat dirumuskan asam lemak + NaOH
menghasilkan air & garam. Natrium stear dengan 18 karbon adalah sabun
yang sangat keras dan tidak larut (Yohanis, 2010).
E. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah tabung reaksi,
labu ukur, gelas kimia, pipet tetes, sendok tanduk dan rak tabung.
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini kita menggunakan air
suling, mayonaise, Na2CO3, larutan sabun dan larutan protein.
F. PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan larutan Na2CO3
a. Diaiapkan alat dan bahan.
b. Ditimbang Na2CO3 sebanyak 0,25 gram dalam neraca analitik
menggunakan aluminium foil.
c. Dimasukkan kedalam gelas kimia kemudian dilarutkan dengan
aquades sebanyak 50 mL.
d. Dihomogenkan, lalu dipindahkan kedalam botol coklatdan beri
label sesuai nama larutan.
2. Prosedur kerja uji pembentukan emulsi
a. Disiapkan 4 tabung reaksi
1) Tabung 1 diisi 2 tetes mayonaise dan 2 mL air sulung.
2) Tabung 2 diisi 2 tetes mayonaise, 2 tetes Na2CO3 dan 2 mL air
suling.
3) Tabung 3 diisi 2 tetes mayonaise, 2 tetes larutan sabun dan 2
mL air suling.
4) Tabung 4 diisi 2 tetes mayonaise dan 2 mL larutan protein.
b. Dihomogenkan dan didiamkan sesaat.
c. Diamati pembentukan emulsi.
G. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel hasil pengamatan

Larutan Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung 4


Air suling 2 tetes 2 tetes 2 tetes
Mayonaise 2 tetes 2 tetes 2 tetes 2 tetes
Na2CO3 2 tetes
Larutan
2 tetes
sabun
Larutan
2 tetes
protein
Dikocok, sampai homogen kemudian didiamkan beberapa saat lalu
diamati pembentukan emulsi
Emulsi
  
stabil
Emulsi

tidak sabil

2. Gambar hasil pengamatan

Gambar tabung Keterangan


Tabung 1 (air suling +
mayonaise)

Tabung 2 (air suling +


mayonaise + Na2CO3)

Tabung 3 (air suling +


mayonaise + larutan
sabun)

Tabung 4 (mayonaise +
larutan proein)

H. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami membahas tentang uji pembentukan
emulsi dengan tujuan untuk menentukan adanya pembentukan emulsi
terhadap suatu sampel. Uji pembentukan emulsi merupakan salah satu uji
kualitatif yang digunakan untuk menentukan adanya pembentukan
terhadap suatu sampel. Prinsip kerja uji pembentukan emulsi adalah lemak
dan minyak tidak dapat larut dalam air tetapi dapat membentuk emulsi
yang stabil bila terdapat emulsifier.

Pada tabung 1 yang berisi air suling dan mayonaise hasil yang
kami dapatkan kedua larutan tersebut terjadi pembentukan emulsi stabil.
Adapun hasil yang kami dapatkan sesuai dengan teori Nawar (2008), yang
mengatakan bahwa mayonaise akan membentuk sistem emulsi stabil
apabila terdiri atas dua fase yang tidak tercampur, tetapi cairan yang satu
terdispersi dengan baik dalam cairan yang lain. Fase yang berbentuk
butiran disebut fase terdispersi atau fase internal, sedangkan fase tempat
cairan terdispersi disebut fase pendispersi. Adapun hasil yang kami
dapatkan didukung juga oleh teori Paul dan Palmer (1972), yang
mengatakan bahwa emulsi stabil akan terbentuk apabila terdapat minyak
dan air dimana minyak menjadi fase terdispersi sedangkan air menjadi fase
pendispersi. Sedangkan menurut Chukwu dan Sadiq (2008), mayonnaise
adalah emulsi semi solid diperoleh dari beberapa campuran salah satunya
minyak nabati.
Pada tabung 2 yang berisi air suling, mayonaise, dan Na2CO3 hasil
yang kami dapatkan ketiga larutan tersebut terjadi pembentukan emulsi
stabil. Adapun hasil yang kami dapatkan sesuai dengan teori Wikipedia
(2014) natrium bikarbonat larut dalam air. Oleh karena itu apabila
dicampurkan mayonaise , air suling dan Na 2CO3 akan terbentuk emulsi
stabil karena Na2CO3 larut dalam air suling. Hasil yang kami dapatkan
diperkuat juga oleh teori Nawar (2008), yang mengatakan bahwa
mayonaise akan membentuk sistem emulsi stabil apabila terdiri atas dua
fase yang tidak tercampur, tetapi cairan yang satu terdispersi dengan baik
dalam cairan yang lain. Dimana Na2CO3 terdispersi dengan baik dalam
aquades.
Pada tabung 3 yang berisi air suling, mayonaise, dan larutan sabun
hasil yang kami dapatkan ketiga larutan tersebut terjadi pembentukan
emulsi stabil. Adapun hasil yang kami dapatkan sesuai dengan teori
Fessenden, 1994 yang mengatakan bahwa Bahan utama sabun cair
merupakan golongan surfaktan. Sifat dari larutan surfaktan adalah agen
pengelmusi sehingga dapat menurunkan nilai tegangan permukaan
diantara kedua fase larutan.
Pada tabung 4 yang berisi mayonaise, dan larutan protein hasil
yang kami dapatkan kedua larutan tersebut membentuk emulsi tidak stabil.
Adapun hasil yang kami dapatkan tidak sesuai dengan teori dimana
seharusnya mayonaise dan protein seharusnya membentuk emulsi stabil.
Ketidaksesuaian data pengamatan dengan teori disebabkan karena
kemungkinan dalam tabung reaksi masih mengandung air sisa pencucian,
akibatnya hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan teori.
Kesalahan-kesalahan yang biasanya terjadi pada percobaan uji
pembentukan emulsi sangat banyak diantaranya karena kurangnya
ketelitian dalam melakukan percobaan, kurangnya pengetahuan, dan
bahan-bahan yang digunakan sudah tidak layak untuk digunakan.
I. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa mayonaise dan
air suling pada tabung 1 , air suling, mayonaise, dan Na 2CO3 pada tabung
2, serta air suling, mayonaise, dan larutan sabun pada tabung 3 membentuk
emulsi stabil, begitupun seharusnya pada air suling dan larutan protein
pada tabung 4 seharunya menghasilkan emulsi stabil akan tetapi karena
kesalahn praktikum hasil yang kami dapatkan terlihat emulsi tidak stabil.
Ketidaksesuaian data pengamatan dengan teori disebabkan karena
kemungkinan dalam tabung reaksi masih mengandung air sisa pencucian,
akibatnya hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan teori.
DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, Ralp J. 2011. Kimia Organik Ketiga. Erlangga. Jakarta.

Poedjiadi, A. 2008. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press. Jakarta

Riawan, M. 2010. Minyak Sumber Pangan, Pengolahan, dan Pemurnian. ITB.


Bandung
Sutresna, Nana. 2009. Kimia. Grafindo. Bandung.

Yohanis, Ngili. 2010. Biokimia Dasar. Rekayasa Sains. Bandung

Anda mungkin juga menyukai