Anda di halaman 1dari 23

ALDEHIDA DAN KETON

(Laporan Praktikum Kimia Organik)

Oleh
Harlina Elo Azizah
2117021023

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
Judul praktikum : Aldehidan dan Keton
Tanggal praktikum : 22 Oktober 2021

Tempat praktikum : Laboratorium Kimia Oraganik

Nama : Harlina Elo Azizah

NPM : 2117021023

Jurusan : Biologi

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Kelompok :3

Bandar lampung, 22 Oktober 2021

Mengetahui,

Asisten

Merriezka ismaini

1717011046
1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam dunia farmasi, aldehid digunakan untuk memproduksi resin, zat
bewarna dan obat-obatan. Salah satu contoh senyawa aldehid adalah
formaldehid.penggunaan terbesarnya adalah sebagai reaksi untuk
penyiapan senyawa organik seperti bakelit, formika, dan melmac.
Fomaldehid dapat mengubah sifat protein, sehingga protein tidak dapat
larut dalam air dan tahan terhadap bakteri pembusuk. Inilah yang
menyebabkan formaldehid digunakan sebagai pengawet. Formaldehid
juga digunakan sebagai antiseptik, pelarut, dan bahan campuran parfum.

Keton banyak digunakan dalam industry parfum, karena


baunyayang harum. Aseton adalah keton yang paling sederhana. Keton
utamanya digunakan sebagai pelarut dalam industry (untuk cat dan
pernis). Zat ini merupakan bahan utama pada beberapa merek penghapus
cat kuku. Aseton juga dapat digunakan sebagai pengering alat-alat
laboraturium, pembuatan kloroform, iodoform dan pewarna.

Aldehid dan keton juga merupakansenyawa organik yang sama-sama


memiliki gugus fungsi karbonil, yakni gugus fungsi yang terdiri dari
sebuah atom karbon yang berikatan rangkap dua dengan sebuah atom
oksigen. Meskipun sama-sama memiliki gugus karbonil, aldehid dan keton
dapat mengalami reaksi yang berbeda. Reaksi-reaksi spesifik tersebut
dapat digunakan untuk membedakan senyawa-senyawa aldehid dengan
keton, atau untuk mengidentifikasi apakah suatu senyawa tak dikenal
termasuk golongan aldehid atau keton.
B. Tujuan Percobaan

Tujuan pada percobaan kali ini adalah:

1. Mempelajari reaksi kimia aldehid dan keton


2. Mengidentifikasi senyawa dengan menggunakan beberapa pereaksi
II. TINJAUAN PUSTAKA

Aldehid dan keton keduanya mengandung gugus karbonil dan sering disebut
sebagai senyawa karbonil. Gugus karbonil menentukan sifat-sifat kimia aldehida
dan keton. Aldehida dan keton menunjukan sifat-sifat mirip. Perbedaan struktur
memberikan akibat sifat-sifat yang berbeda pula, yaitu aldehid sangat mudah
teroksidasi, aldehida biasanya lebih reaktif daripada keton terhadap adisi nukleofil
(Sastrohadmijojo, 2011)
Aseton adalah keton yang paling penting. Ia merupakan cairan volatil (titik didih
56o C) dan mudah terbakar. Aseton adalah pelarut yang baik untuk macam-
macam senyawa organik, banyak digunakan sebagai pelarut pernis, lak dan
plastik. Tidak seperti kebanyakan pelarut organik lain, aseton bercampur dengan
air dalam segala perbandingan. Sifat ini digabungkan dengan volatilitasnya,
membuat aseton sering digunakan sebagai pengering alat-alat laboratorium. Alat-
alat gelas laboratorium yang masih basah dibilas dengan aseton, dan lapisan
aseton yang menempel kemudian menguap dengan mudah. Salah satu metode
pembuatan aseton adalah melalui dehidrogenasi isopropil alkohol dengan bantuan
katalis tembaga (Achmadi, 1989).
Ada beberapa perbedaan antara aldehid dan keton pada sifat dan struktur yang
mempengaruhinya:
a.Aldehid sangat mudah untuk beroksidasi, sedangkan keton mengalami
kesukaran dalam beroksidasi.
b.Aldehid biasanya lebih reaktif dari keton, terhadap suau reagen yang sama. Hal
ini disebabkan karena atom karbonil dari aldehid kurang dilindungi dibandingkan
dengan keton, begitu pula aldehid lebih mudah dioksidasi dari keton.
c.Aldehid kalau teroksidasi akan menghasilkan asam karboksilat dengan jumlah
atom yang sama tetapi untuk keton tidak,dikarenakan pada keton sering
mengalami pemutusan ikatan yang menghasilkan 2 ikatan asamkarboksilat dengan
jumlah atom karbon dari keton mula-mula (akibat putusnya ikatan karbon), keton
siklik menghasilkan asam karboksilat dengan jumlah atom karbon yang sama
banyak. (Fessenden, 1992)
Aldehid dan keton mengandung gugus karbonil C = O. Jika dua gugus ini
menempel pada gugus karbonil adalah gugus karbon, maka senyawa itu
dinamakan keton. Jika salah satu dari kedua gugus tersebut adalah hidrogen, maka
senyawa tersebut adalah golongan aldehid. Oksida parsial dari alkohol
menghasilkan aldehid. Oksidasi alkohol sekunder menghaslkan keton. Oksidasi
bertahap dari etanol menjadi asetaldehida kemudian menjadi asam asetat yang
diilustrasi dengan model molekul (Petrucci, 1999).
Aldehid mempunyai paling sedikit satu atom hidrogen yang melekat pada gugus
karbonil. Gugus lainnya dapat berupa gugus hidrogen, alkil atau aril.
Dalam sistem IUPAC, aldehida diberi akhiran –al (berasal dari suku pertama
aldehida). Dalam sistem IUPAC, keton diberi akhiran –on (dari suku terakhir kata
keton). Penomoran dilakukan sehingga gugus karbonil mendapat nomor terkecil.
Biasanya keton diberi nama dengan menambahkan kata keton setelah nama-nama
gugus alkil atau aril yang melekat pada gugus karbonil. Sama halnya dengan
aldehida, nama umum sering digunakan (Hart, 1998).
Saat ini, senyawa aldehid dan keton sering digunakan sebagai bahan parfum. Hal
ini karena kedua senyawa ini memiliki aroma yang wangi. Pada pembuatan
parfum sebelumnya, bahan yang banyak dipakai adalah minyak esensial.Namun
di abad kesembilan belas, ahli kimia laboratorium sudah mengembangkan kimia
organic sintetik. Dari pengembangan ini, mereka menghasilkan kreativitas yang
berupa parfum berbahan kimiawi (Solomon, 2011)
III.METODE PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan


Adapun alat alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu erlenmayer,
gelas ukur, batang pengaduk, corong buchner, pipet tetes, tabung reaksi,
dan pemanas.

Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu aseton, heptanal,
benzaldehid, 3-pentanon, asetofenon, 2-propanol, fenilhidrazin, asam
cuka, air, metanol, 2,4-dinitrofenilhidrazin, dietil keton, etanol, HCL,
larutan piridina, sinamaldehida, Na bisulfit, NaOH, asam fosfat-metanol,
semikarbazida, larutan iodium, dan n-butildehida

B. DiagramAlir
FENILHIDRAZON
Pembuatan larutan fenilhidrazin

1 mmol fenilhidrazin

Dipipet kedalam erlemayer 25 ml


Ditambahkan 3 ml asam cuka
Diguncangkan
Diencerkan larutan dengan 4-5 ml air
Dituangkan kedalam gelas ukur 10 ml dan
ditambahkan air kembali hingga volume 10
ml
Disimpan larutan dalam erlenmayer

Hasil
Proses uji
Zat yang akan di uji

Diperiksa kelarutannya dalam air dengan melarutkan 8-10


tetes dalam 1 ml air
Jika larut dalam air, sampel diuji dengan melarutkan 1
mmol cuplikan dalam 1 ml air + 1 ml larutan fenilhidrazin
Diamati perubahan (terpisahnya gumpalan minyak, atau
terjadi endapan menunjukan bahwa cuplikan mempunyai
gugus karbonil)
Dilakukan tes yang sama pada seton sejumlah 1 mmol
dalam 1 ml air
Ditambahkan beberapa tetes metanol untuk melarutkan
lapisan minyak
Ditambahkan 1 ml fenilhidrazin
Digosok dengan batang pengaduk pada dinding tabung bila
terjadi butiran minyak, dan perhatikan apakah terjadi
kristalisasi

Hasil

Dilakukan uji yang sama pada cairan yang sukar larut dalam air,
contohnya asetofenon. Digunakan pelarut metanol sebagai pengganti air,
lalu kristal yang dihasilkan dicocokkan dengan titik leleh turunan yang
murni yaitu 105 derajat celcius.
2,4-DINITROFENILHIDRAZIN

1 mmol dietil keton

Ditambahkan 10 ml, reagen (1mmol larutan 2,4-


dinitrofenilhidrazin dalam asam fosfat-etanol 0,1 m)
Dipanaskan beberapa menit dan dibiarkan mengkristal
Disaring dengan corong buchner yang dilengkapi penghisap
Dikeringkan dan ditentukan titik lelehnya

Hasil

Bila turunan 2,4-dinitrofenilhidrazin diketahui sukar larut dalam etanol,


maka dapat dilakukan prosedur berikut:

1 mmol sinamaldehid

Ditambahkan 1 mmol larutan 2,4-dinitrofenilhidrazin +30


ml etanol 95%, dipanaskan
Ditambahkan 3-6 tetes HCL segera apabila tidak terjadi
perubahan pada saat pemanasan
Diamati, dipanaskan kembali beberapa menit, didinginkan
dan disaring

Hasil
SEMIKARBAZON
0,5 ml larutan semikarbazida

Ditambahkan 1 mmol asetofenon dan 1 mmol metanol


sampai terjadi larutan bening
Ditambahkan 10 tetes larutan piridina, dipanaskan perlahan
selama beberapa menit
Disaring kristal yang terbentuk dan dikeringkan, lalu
ditentukan titik lelehnya

Hasil

Lakukan percobaan yang sama dengan sinamaldehida


0,5 ml larutan semikarbazida

Ditambahkan 1 mmol sinamaldehida dan 1 mmol metanol


sampai terjadi larutan bening
Ditambahkan 10 tetes larutan piridina, dipanaskan perlahan
selama beberapa menit
Disaring kristal yang terbentuk dan keringkan, lalu
ditentukan titik lelehnya

Hasil
TES BISULFIT
5 tetes sampel

Dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan


larutan natrium bisulfit tetes demi tetes
Dikocok masing masing tabung reaksi berkali kali, setelah
10 menit diamati dan dicatat hasilnya. (bila tes ini
diterapkan pada cairan atau padatan yang sukar larut dalam
air, maka penambahan sedikit methanol sebelum
penambahan bisulfit akan sangat menolong)

Hasil

Sampel yang diuji : benzaldehida, 4-metilpenta-2-on, sinamaldehid,


dietilketon, dan asetofenon

TES IODOFORM
Tes pada zat yang larut dalam air
4 tetes larutan (terbuat dari 50 mg zat padat + 2 ml
air)

Dimasukkan ke tabung reaksi dan ditambahkan 2 ml larutan


NaOH 10%
Ditambahkan perlahan lahan 3:1 reagen/larutan iodium.bila
tes positif : warna coklat reagen hilang dan iodoform
mengendap warna kuning

Hasil
Bila zat tidak larut dalam air

4 tetes larutan ( terbuat dari 50 mg zat padat + 2 ml dioksan)

Dimasukkan kedalam tabung reaksi dan


ditambahkan 2 ml larutan NaOH 10%
Ditambahkan perlahan lahan 3:1 reagen/larutan
iodium
Diencerkan dengan 10 ml air, disaring hasil kristal
yang diperoleh lalu dikristalisasikan dengan
metanol-air
Dikeringkan dan ditentukan titik lelehnya

Hasil
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:


1. Pengujian 2,4-dinitrofenilhidrazin
No Perlakuan +Na.bisulfit Keterangan
1 Aseton Terbentuk minyak/endapan Positif
2 Heptanal Terbentuk 2 lapisan seperti minyak Positif
dengan bagian bawah keruh
3 Benzaldehida Terbentuk endapan dan larutan Positif
sangat keruh
4 3-pentanon Terbentuk endapan Positif
5 2-propanol Larutan berwarna jingga dan tidak Negatif
ada endapan
6 Asetofenon Terbentuk minyak/endapan Positif

2. Tes Bisulfit

No Perlakuan +Na.bisulfit Keterangan


1 Aseton Terbentuk endapan berwarna putih Positif
2 Heptanal Terbentuk endapan berwarna putih Positif
3 Benzaldehida Terbentuk endapan berwarna putih Positif
4 3-pentanon Hanya berbentuk lapisan seperti Negatif
minyak/ tidak ada endapan
5 2-propanol Hanya berbentuk lapisan seperti Negatif
minyak/ tidak ada endapan
6 Asetofenon Hanya terbentuk lapisan seperti Negatif
minyak
3. Tes Iodoform

No Perlakuan I2 dalam KI Keterangan


1. Asetaldehida Terbentuk endapan kuning dan Positif
larutan tidak berwarna
2. Aseton Terbentuk endapan kuning dan Positif
larutan keruh

B. PEMBAHASAN

Aldehid berasal dari alkohol primer yang teroksidasi. Aldehid adalah senyawa
organik yang karbon karbonilnya selalu berikatan dengan paling sedikit satu atom
hidrogen. Aldehid sudah dikenal sejak lama sehingga penataan nama
menggunakan nama IUPAC aldehyde diturunkan dari nama senyawa alkana.
Aldehida diberi nama menurut nama trivial asam karboksilat induknya dengan
mengubah imbuhan asam-oat atau asam-at menjadi akhiran aldehid. Contohnya
asam asetat menjadi asetaldehid.

keton merupakan senyawa karbon dengan rumus umum R–CO–R'. Keton disebut
juga sebagai senyawa karbonil karena memiliki gugus fungsi C= O. Keton dapat
dibuat dari oksidasi alkohol sekunder.

(struktur umum aldehid dan keton)


Aldehida lebih reaktif daripada keton. Hal itu terlihat dari sifat reduktor kuat yang
dimiliki oleh aldehida. Keton merupakan reduktor yang sangat lemah. Mengapa
demikian karena aldehid atau alkanal memiliki gugus fungsi aldehid (
COH). Dengan sifat fisika dan sifat kimia yang dimiliki senyawa aldehid yaitu
seperti Metanal (HCOH) pada suhu kamar berwujud gas, aldehid dengan jumlah
atom C yang lebih tinggi berwujud cair dan padat, Aldehid dengan jumlah atom C
sedikit bersifat polar contohnya metanal dan etanal, Aldehid dapat dibuat dari
oksidasi alkohol primer dengan oksidator KMnO₄ atau K₂Cr₂O₇ dalam suasana
asam, Aldehid mudah teroksidasi dengan oksidator lemah contohnya
dengan pereaksi Tollens dan Fehling yang digunakan untuk mengenali aldehid.
Reaksi antara aldehid dengan Tollens akan menghasilkan cermin perak sedangkan
reaksi aldehid dengan Fehling menghasilkan endapan merah. Jika aldehid
dioksidasi dalam kondisi asam akan membentuk asam karboksilat (R-COOH) dan
dalam kondisi basa akan membentuk garam dari asam karboksilat (R-COO-).

Sedangkan pada senyawa Keton atau alkanon memiliki gugus karbonil (- CO-
). Berikut dalah sifat fisika dan sifat kimia yang dimiliki senyawa keton yaitu
seperti Aseton atau propanon (CH₃-CO-CH₃) dalam suhu kamar berwujud cair
sedangkan keton dengan jumlah atom C lebih tinggi berwujud padat, Aseton dan
butanon dapat larut dalam air sedangkan keton dengan jumlah atom C lebih
banyak tidak dapat larut dalam air, Keton dapat dibuat dari oksidasi alkohol
sekunder, Dapat bereaksi adisi dengan hidrogen (H₂) menghasilkan alkohol
sekunder, Keton tidak mudah teroksidasi dengan oksidator seperti pereaksi Tollen
dan Fehling bahkan oksidator kuat KMnO₄.

Reaksi yang terjadi pada senyawa aldehid yang pertama adalah reaksi oksidasi
dimana merupakan reaksi yang mengandung gugus karbonil yang mengikat atom
hidrogen sehingga dapat mengalami oksidasi. Reaksi oksidasi aldehida
menggunakan oksidator yang akan menghasilkan asam karboksilat.
(reaksi oksidasi asetaldehida menjadi asam asetat)
Lalu ada reaksi reduksi pada reaksi ini aldehid tergantung reduktornya bila
reduktornya lemah misalnya H2 , katalisator Ni atau LiAlH4 dihasilkan alkohol
Bila reduktornya kuat misalnya Zn (Mg) dalam asam halida pekat akan terbentuk
alkana (reduksi Clemmensen).

(gambar reaksi reduksi pada aldehid)

Lalu ada reaksi adisi, pada reaksi ini aldehid adalah dimana Suatu pereaksi juga
dapat masuk ke dalam ikatan rangkap karbonil. Misalnya pada senyawa karbonil
dapat terjadi hidrogenasi. Adisi aldehid bisa terjadi karena adanya air, alkohol.

(gambar reaksi adisi pada aldehid)

Pada senyawa keton reaksi yang pertama yaitu reaksi adisi dimana keton kurang
reaktif dibandingkan dengan aldehida. Ada beberapa alasannya yaitu yang
pertama karena hambatan sterik yang artinya atom karbon karbonil lebih tertutup
atau sesak karena adanya dua gugus organik lalu alasan yang berikutnya adalah
elektronik dimana gugus alkil biasanya bersifat pendonor elektron dibandingkan
hidrogen. Sehingga gugus alkil cenderung lebih menetralkan muatan positif
parsial pada karbon karbonil, kemudian menurunkan reaktivitasnya terhadap
nukleofil.

(reaksi adisi senyawa keton)


Selanjutnya ada reaksi haloform dimana senyawa keton yang memiliki gugus
metil keton, dapat mengalami halogenasi dalam susana basa. Gugus metil keton
memiliki tiga proton . yang akan mengalami halogenasi sebanyak tiga kali,
menghasilkan trihalo metil keton. Trihalo metil keton jika bereaksi dengan basa
atau on hidroksida akan menghasilkan asam karboksilat. Pergantian proton yang
cepat akan menghasilkan ion karboksilat dan haloform(kloroform,bromoform,atau
iodoform). Keseluruhan reaksi tersebut dinamakan reaksi haloform.

Lalu ada reaksi oksidasi keton dimana keton dapat dioksidasi dengan
menggunakan asam peroksi yang menghasilkan ester dan asam karboksilat.
Reaksi menggunakan asam peroksi dikenal dengan nama oksidasi baeyer-villeger.

Selanjutnya ada reaksi reduksi pada senyawa keton dimana keton dapat direduksi
menjadi alkohol sekunder menggunakan hibrida logam. Hibrida logam yang
sering digunakan adalah litium aluminium hibrida(LiAlH4) dan natrium hibrida
(NaBH4).

Pada percobaan pertama, larutan 2,4-dinitrofenilhidrazin diuji dengan beberapa


senyawa seperti aseton, heptanal, benzaldehida, 3-pentanon, 2-propanol dan
asetofenon. Langkah pertama adalah menambahkan beberapa tetes larutan 2,4-
dinitrofenilhidrazin ke dalam 6 tabung yang berbeda. Selanjutnya, isi tabung
dengan 6 larutan berbagai senyawa dan kocok. Kemudian diperoleh hasil setelah
dikocok dan diaduk dengan pengaduk. Hasil pertama berupa tabung aseton
dengan endapan jingga dan hasil uji positif.

Heptanal membentuk larutan kuning kental berminyak di bagian atas, tetapi hasil
tes positif karena di bagian bawah berwarna putih dan tidak memiliki endapan.
Benzaldehida memberikan endapan dan larutan yang sangat keruh, dan hasil uji
negatif. Pada 3-pentanon larutan jingga tidak mengendap dan hasil tes negatif.
Tidak terbentuk endapan dengan 2-propanon dan hasil uji negatif. Setelah itu,
akhirnya terbentuk endapan keruh berwarna jingga tua pada asetofenon dengan
hasil uji negatif.

Pada percobaan kedua dilakukan uji bisulfit. Metode ini mirip dengan 2,4-
dinitrofenilhidrazin, yaitu memasukkan larutan natrium bisulfit ke dalam 6 tabung
yang berbeda dan memasukkan larutan yang berbeda seperti aseton, heptanal,
benzaldehida, 3-pentanon, 2-propanon, dan asetofenon disetiap tabung. Endapan
putih terbentuk dalam aseton dan hasil tes positif. Endapan putih sedikit
berminyak terbentuk di atas heptanal dan hasil tesnya positif. Untuk benzaldehida,
endapan putih sedikit berminyak di bagian bawah dengan hasil tesnya positif.

Pada 3-pentanon dan 2-propanol berwarna jernih, tidak ada endapan, dan kedua
hasil ujinya negatif. Pada asetofenon hanya lapisan berminyak yang terbentuk dan
hasil tes negatif. Pada percobaan ketiga dilakukan uji iodoform. I2 dimasukkan
ke dalam KI dua tabung yang sudah berisi sampel. Beberapa tetes NaOH
ditambahkan ke dalam tabung pertama sampai iodine berwarna cokelat hilang.

Lakukan hal yang sama untuk tabung kedua. Tambahkan secukupnya hingga
membentuk larutan kuning jernih lalu panaskan dengan water handler. Terbentuk
endapan kuning dalam asetaldehida, larutan tidak berwarna, dan hasil uji positif.
Sebaliknya, aseton membentuk endapan kuning, larutan keruh, dan hasil uji
positif

Penggunaan aldehid dalam kehidupan sehari-hari diantaranya adalah Formalin.


Formalin atau yang biasa kita kenal dengan pengawet mayat yang juga sempat
heboh karena penyimpangan kegunaannya untuk mengawetkan beberapa bahan
makanan. Formalin adalah nama umum untuk larutan 33% formaldehid, yaitu
senyawa aldehid yang dikenal juga dengan nama metanal. Senyawa ini umum
digunakan untuk mengawetkan organisme yang sudah mati. Selain untuk
pengawetan specimen organik.

formaldehid juga digunakan sebagai disinfektan, antiseptic (pembunuh kuman,


jamur dan virus), pembuatan polimer seperti bakelit. Formaldehid juga digunakan
dalam industri kayu lapis atau triplek karena formaldehid merupakan bahan baku
pembuatan resin untuk lem permanen. Kemudian pada beberapa aldehid yang
lebih kompleks banyak digunakan sebagai pemberi aroma karena aldehid dan
keton mempunyai aroma yang menarik, sebagai contoh adalah vanilin .

Alkanon atau keton yang paling banyak dikenal adalah aseton. Senyawa ini
biasanya digunakan sebagai cairan pembersih cat kuku. Asetofenon (metil fenil
keton, C7H8CO) merupakan cairan tak berwarna dan berhablur. Senyawa ini
sering digunakan sebagai zat hipnotik. Asetofenon juga digunakan sebagai bahan
wewangian dalam sabun, deterjen, krim, losion. Beberapa senyawa keton atau
alkanon banyak yang berbau harum (seperti aseton dan keton siklik) sehingga
digunakan sebagai campuran pembuatan kosmetik dan parfum. Uji 2,4
dinitrofenilhidrazin biasanya digunakan untuk mengkristalkan produk-produk.
Banyak semilarbazon adalah padatan kristal, berguna untuk identifikasi aldehid
dan keton induk dengan cara titik lebur.
V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah sebagai berikut :

1. Aldehid dan keton juga merupakansenyawa organik yang sama-sama


memiliki gugus fungsi karbonil, yakni gugus fungsi yang terdiri dari
sebuah atom karbon yang berikatan rangkap dua dengan sebuah atom
oksigen.
2. Pada perlakuan 2,4-dinitrofenilhidrazin + Na bisulfit pada sampel aseton,
heptanal, benzaldehida, 3-pentanon, dan asetofenon menghasilkan minyak
/endapan(positif), sementara pada sampel 2-propanol tidak menghasilkan
endapan(negatif)
3. Pada perlakuan tes bisulfit+ Na bisulfit pada sampel aseton, heptanal,
benzaldehida menghasilkan endapan bewarna putih(positif) sedangkan
pada sampel 3-pentanon, 2-propanol, dan asetofenon menghasilkan lapisan
seperti minyak dan tidak ada endapan( negatif)
4. Pada perlakuan tes iodoform + I2 dalam KI pada sampel asetaldehida
menghasilkan endapan kuning dan larutantidak berwarna(positif)
5. Pada perlakuan tes iodoform + I2 dalam KI pada sampel aseton
menghasilkan endapan kuning dan larutannya keruh(positif)
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, S. 1989. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi keempat Jilid
3. Erlangga. Jakarta.

Fessenden.1992. Kimia Organik Edisi III. Erlangga. Jakarta.

Hart, H. 1998. Kimia Organik. Erlangga. Jakarta.

Petrucci,R. H. 1999. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Erlangga.


Jakarta.

Sastrohadmijojo, H. 2011.Kimia Organik Dasar. Gadjah Mada University Press.


Yogyakarta.

Solomon, M. R. (2011). Consumer Behavior : Buying, Having and Being, 9th


ed.Pearson Addison Wesley.New Jersey.
LAMPIRAN

PERTANYAAN SETELAH PRAKTIK


1. Mengapa pada uji 2,4-dinitrofenilhidrazin, sampel 2-propanol tidak
mebentuk gumpalan seperti minyak ataupun menbentuk endapa?
2. Mengapa pada tes bisulfit, sampel 3-pentanon dan asetofenon
menunjukkan hasil negatif/tidak terbentuk endapan bewarna putih?
3. Mengapa semua aldehid akan negatif pada uji iodoform, sedangkan
asetaldehid menunjukkan hasil yang positif?
JAWAB :
1. Uji 2,4 dinitrofenilhidrazin dilakukan untuk menentukan adanya ikatan
rangkap antara O dengan C. Senyawa akan membentuk warna merah,
jingga, atau kuning dan membentuk endapan jika terdapat ikatan rangkap
antara O dengan C dan merupakan senyawa aldehid atau keton.Pada uji
2,4-dinitrofenilhidrazin, sampel 2-propanol tidak membentuk gumpalan
seperti minyak ataupun terbentuk endapan,karena tidak ada ikatan rangkap

2. Reaksi adisi natrium bisulfit ini bekerja dengan baik hanya pada senyawa
aldehida. Sedangkan pada senyawa keton, reaksi adisi natrium bisulfit
akan berlangsung jika salah satu gugus hidrokarbon yang terikat pada
gugus karbonil adalah gugus metil. Dari percobaan yang dilakukan,
sampel aldehida menunjukkan reaksi positif, baik pada suhu kamar
maupun pada suhu rendah. Untuk sampel 3-pentanon dan asetofenon
hasilnya negatif karena memiliki gugus metil yang terikat pada gugus
karbonil, tetapi tidak terjadi reaksi bila dicampur dengan pereaksi natrium
bisulfit, baik pada suhu kamar maupun pada suhu rendah. Ini karena keton
memiliki reaktivitas yang rendah terhadap serangan nukleofilik.

3. Dalam uji iodoform, uji iodoform positif untuk asetaldehida karena


adanya campuran heterogen berwarna kuning dan pembentukan endapan
setelah pemanasan. Uji iodoform dapat menunjukkan hasil positif jika
suatu senyawa mengandung metilketon. Metilketon teroksidasi dengan
iodida dalam larutan hidroksida. Metilketon akan teroksidasi menjadi
asam karboksilat, juga akan terbentuk endapan kuning yang menunjukkan
uji positif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel aldehida negatif
karena bukan metilketon.

Anda mungkin juga menyukai