Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PROYEK

“ALDEHID DAN KETON”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
1. FAIZA AMALIA SAFERA (4203331034)
2. LEDY PAULINA SIMORANGKIR (4203131053)
3. MEIFI WULANDARI (4203331007)
4. RAHEL RONAULI KURNIAASIH NAPITUPULU
(4203131064)

DOSEN PENGAMPU : Drs. JAMALUM PURBA, M.Si


NORA SUSANTI, S.Si. Apt, M.Sc
MATA KULIAH : HIDRO KARBON DAN TURUNANNYA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
APRIL 2021
TUGAS PROYEK I
PEMBUATAN ALDEHID DAN KETON

• Tujuan Praktikum
1. Menentukan kelarutan aldehid dan keton didalam air.
2. Menentuka reaksi antara aldehid dan keton dengan KMnO4.
3. Untuk membedakan aldehid dan keton menggunakan pereaksi Tollens dan pereaksi
Fehling.

• Teori Umum
Aldehid dan keton merupakan kelompok senyawa organik yang mengandung gugus
karbonil (C = O). Rumus umum struktur aldehid dan keton seperti tertulis dibawah ini
dengan R adalah alkil atau aril.
O O
║ ║
R-C-H R-C-R
aldehid keton
Aldehid keton berubah dua dari sekian banyak kelompok senyawaan organik yang
mengandung gugus karbonil. Suatu keton mempunyai dua gugus alkil (aril) yang terikat
pada karbon karbonil, sedangkan aldehida mempunyai satu gugus alkil(aril) dan satu
hidrogen yang terikat pada karbon karbonil itu (A. Hadyana Pudjaatmaka, 1982).
Sifat-sifat unik gugus karbonil mempengaruhi sifat fisika aldehida dan keton.
Karena senyawaan ini polar, dan karena itu melakukan tarik-menarik dipol-dipol
antarmolekul, aldehida dan keton mendidih pada temperatur yang lebih tinggi dari pada
senyawaan nonpolar yang bobot molekulnya bersamaan. Secara terbatas aldehid dan keton
dapat mensolvasi ion (A. Hadyana Pudjaatmaka, 1982).
Aldehid dan keton suatu senyawa yang tersusun dari unsur-unsur karbon, hidrogen
dan oksigen. Keduanya dapat diperoleh dari oksidasi alkohol, aldehida dari alkohol
primair, sedangkan keton dari alkohol sekunder (Ismail Besari, 1982)
Aldehid dan keton mempunyai gugus fungsional (gugus karbonil) yang sama, maka
sifat kimianya hampir sama, tetapi sifat fisikanya berlainan (Ismail Besari, 1982).

1
Jika kedua gugus yang menempel pada gugus karbonil adalah gugus-gugus karbon,
maka senyawa itu dinamakan keton. Jika salah satu dari kedua gugus tersebut adalah
hidrogen, senyawa tersebut termasuk golongan aldehid (Suminar Achmadi, 1989).
Formaldehida, suatu gas tidak berwarna, mudah larut dalam air. Larutan 40 % dalam
air dinamakan formalin, yang digunakan dalam pembuatan resin sintetik. Polimer dari
formaldehida, yang disebut paraformaldehida, digunakan sabagai antiseptik dan
insektisisda. Aldehida adalah bahan baku penting dalam pembuatan asam asetat, anhidrida
asetat dan esternya, yaitu etil asetat (Suminar Achmadi, 1989).
Aseton adalah keton yang paling penting. Ia merupakan cairan volatil (titik didih 56o
C) dan mudah terbakar. Aseton adalah pelarut yang baik untuk macam-macam senyawa
organik, banyak digunakan sebagai pelarut pernis, lak dan plastik. Tidak seperti
kebanyakan pelarut organik lain, aseton bercampur dengan air dalam segala perbandingan.
Sifat ini digabungkan dengan volatilitasnya, membuat aseton sering digunakan sebagai
pengering alat-alat laboratorium. Alat-alat gelas laboratorium yang masih basah dibilas
dengan aseton, dan lapisan aseton yang menempel kemudian menguap dengan mudah.
Salah satu metode pembuatan aseton adalah melalui dehidrogenasi isopropil alkohol
dengan bantuan katalis tembaga (Suminar Achmadi, 1989).
Ada beberapa perbedaan antara aldehid dan keton pada sifat dan struktur yang
mempengaruhinya:
a. Aldehid sangat mudah untuk beroksidasi, sedangkan keton mengalami kesukaran dalam
beroksidasi.
b. Aldehid biasanya lebih reaktif dari keton, terhadap suau reagen yang sama. Hal ini
disebabkan karena atom karbonil dari aldehid kurang dilindungi dibandingkan dengan
keton, begitu pula aldehid lebih mudah dioksidasi dari keton.
c. Aldehid kalau teroksidasi akan menghasilkan asam karboksilat dengan jumlah atom
yang sama tetapi untuk keton tidak, dikarenakan pada keton sering mengalami
pemutusan ikatan yang menghasilkan 2 ikatan asamkarboksilat dengan jumlah atom
karbon dari keton mula-mula (akibat putusnya ikatan karbon), keton siklik
menghasilkan asam karboksilat dengan jumlah atom karbon yang sama banyak.
(Fessenden, 1992)
Jadi perbedaan kereaktifan antara aldehid dan keton melalui oksidator dapat
digunakan untuk membedakan kedua senyawa tersebut. (Fessenden, 1992)
Uji Tollens merupakan salah satu uji yang digunakan untuk membedakan mana yang
termasuk senyawa aldehid dan mana yang termasuk senyawa keton. Selain dengan

2
menggunakan Uji Tollen untuk membedakan senyawa aldehid dan keton dapat juga
menggunakan Uji Fehling. Aldehid lebih mudah dioksidasi dibanding keton. Oksidasi
aldehid menghasilkan asam dengan jumlah atom karbon yang sama ( Hart, 1990).
Reaksi-reaksi aldehid dan keton (Ir. Respati, 1986)
a. Oksidasi
Dipergunakan untuk membedakan aldehid dan keton. Aldehid mudah sekali
dioksidasi, sedangkan keton tahan terhadap oksidator. Aldeid dapat dioksidasi
dengan oksidator yang sangat lemah misalnya larutan Ag-amoniakal (reaksi
cermin perak) dan dengan reagen fehling.
b. Reduksi
1) Reduksi menjadi alohol
2) Reduksi menjadi hidrokarbon
3) Reduksi pinakol
c. Addisi senyawa grignard
Aldehid membentuk alkohol sekunder, sedangkan keton menghasilkan alkohol
tersier.
d. Addisi sianida pembentukan sianohidrin
Senyawa ini berguna pembuatan asam alfa hidroksi.
e. Addisi NaHSO3
Aldehid keton yang sederhana, dapat mengaddisi NaHSO3 menghasilkan
senyawa yang berbentuk Kristal.

• Prosedur Kerja (Anonim, 2015)


A. Kelarutan dalam air
1. Siapkan 2 buah tabung reaksi
2. Tabung (1) diisi dengan 0,5 ml formaldehid dan tabung (2) dengan 0,5 ml aseton.
3. Perhatikan warna dan baunya.
4. Selanjutnya tambahkan setetes demi setetes air dan kocok (+ 10 tetes)
5. Catat pengamatan saudara (larutan jangan dibuang)
B. Dengan KMnO4 0,1 N
1. Ambil larutan A d iatas
2. Tiap tabung ditambah 1-2 tetes KMnO4 0,1 N
3. Perhatikan warna KMnO4 tersebut

3
4. Catat pengamatan saudara
C. Dengan AgNO3 0,1 N dan NH4OH 0,5 N
1. Siapkan 2 buah tabung reaksi
2. Masing-masing diisi dengan tabung reaksi 1 ml AgNO3 0,1 N
3. Tambahkan setetes demi setetes NH4OH 0,5 N sampai endapan yang terbentuk
larut kembali (NH4OH berlebih = pereaksi Tollens)
4. Ke dalam tabung (1) tambahkan 0,5 ml formaldehid dan tabung (2) dengan 0,5 ml
aseton.
5. Panaskan beberapa menit di atas penangas air
6. Perhatikan dan catat pengamatan saudara
D. Dengan Fehling A dan B
1. Siapkan 2 buah tabung reaksi
2. Masing–masing diisi dengan 1 ml larutan Fehling A dan 1 ml lsrutan Fehling B
3. Ke dalam tabung (1) tambahkan 0,5 ml formaldehid dan tabung (2) dengan 0,5 ml
aseton, kocok
4. Panaskan beberapa menit di atas penangas air
5. Perhatikan perubahan yang terjadi dan catat pengamatan saudara

• Alat dan Bahan Yang Digunakan


Alat yang digunakan
Pada praktikum ini alat-alat yang digunakan yaitu tabung reaksi, rak tabung, pipit
skala, pipet tetes, botol semprot, gegep kayu, dan lampu spiritus.
Bahan yang digunakan
Pada praktikum ini bahan yang digunakan yaitu aldehid (formaldehid), keton
(aseton),aquades, KMnO4 0,1 N, AgNO3 0,1 N, NH4OH 0,5 N, pereaksi fehling A dan B.

• Cara Kerja
Pada percobaan pertama yaitu penentuan kelarutan aldehid dan keton dalam air,
langkah pertama yang dilakukan adalah disiapkan tabung reaksi sebanyak 2 buah, lalu
pada tabung (1) diisi dengan formaldehid 0,5 ml dan tabung (2) diisi dengan aseton 0,5
ml, kemudian diperhatikan warna dan baunya, selanjutnya ditambahkan setetes demi
setetes air dan kocok , kemudian catat perubahan yang terjadi.

4
Pada percobaan kedua yaitu reaksi antara aldehid dan keton dengan KMnO4,
langkah pertama yang dilakukan yaitu ambil larutan yang telah dibuat pada percobaan
pertama tadi,kemudian tiap-tiap tabung ditambahkan 1-2 tetea KMnO4 0,1 N, lalu
diperhatikan warna KMnO4 tersebut dan dicatat hasilnya.
Selanjutnya percobaan ketiga yaitu reaksi antara aldehid dan keton dengan NH4OH,
langkah pertama yang dilakukan adalah disiapkan 2 buah tabung reaksi, yang kemudian
masing-masing tabung diisi dengan 1 ml AgNO3 0,1 N, lalu ditambahlan setetes demi
setetes NH4OH 0,5 N sampai endapan yang terbentuk larut kembali, kemudian pada
tabung (1) ditambahkan 0,5 ml formaldehid dan pada tabung (2) ditambahkan 0,5 ml
aseton, lalu dipanaskan beberapa menit kemudian diperhatikan di catat perubahan yang
terjadi.
Pada percobaan terakhir yaitu reaksi antara aldehid dan keton dengan pereaksi
fehling, langkah pertama yang dilakukan yaitu disiapkan 2 buah tabung reaksi, kemudian
masing-masing tabung diisi dengan 1 ml larutan fehling A dan fehling B, lalu ke dalam
tabung (1) ditambahkan 0,5 ml formaldehid dan tabung (2) 0,5 ml aseton lau dikocok,
kemudian panaskan beberapa menit lalu diperhatikan perubahan yang terjadi dan dicatat.

• Hasil Praktikum
A. Tabel Hasil Pengamatan
A. Kelarutan dalam air
Kelarutan
Zat Warna Bau
dalam air
Air kelapa
Formaldehid Bening Larut
muda

Aseton Bening Balon tiup Larut

B. Dengan KMnO4 0,1 N

Zat Perubahan warna KMnO4

Formaldehid Endapan coklat, tidak larut

Aseton Ungu, larut

5
C. Dengan AgNO3 0,1 N dan NH4OH 0,5 N

Zat Pereaksi Tollens

Formaldehid Cermin perak

Aseton Tidak ada perubahan

D. Dengan Fehling A dan B

Zat Pereaksi Fehling

Formaldehid Endapan merah bata

Tidak ada perubahan (biru tua


Aseton
tetap)

B. Reaksi
• Dengan KMnO4
O + MnO4- + 2H+
O + 2MnO + H O
2 2

H C H H C H
Formaldehid Asam Metanoat

O
HC3 C HC3 + KMnO4 Tidak Bereaksi

• DENGAN PEREAKSI TOLLENS

6
• DENGAN PEREAKSI FEHLING

• Pembahasan
Aldehid dan keton adalah senyawa organik yang mengandung salah satu dari gugus-
gugus penting dalam kimia organik,yaitu gugus karbonil C=O. Perbedaan gugus karbonil
antara aldehid dan keton,menimbulkan adanya dua sifat kimia yang menonjol perbedaanya
dari kedua senyawa tersebut yaitu:
a. Aldehid cukup mudah teroksidasi sedangkan keton sulit.
b. Aldehid lebih reaktif daripada keton terhadap adisi nukleofilik,yang mana reaksi ini
karakteristik terhadap gugus karbonal.
Suatu keton dengan dua gugus alkil lebih stabil daripada aldehid yang memiliki satu
gugus alkil.Salah satu cara sederhana untuk membedakannya adalah melalui reaksi
oksidasi reduksi.Hampir semua reagensia apa saja yang mengoksidasi suatu alkohol dapat
juga mengoksidasi alehid.

7
Pada percobaan ini untuk formaldehid digunakan aldehid, sedangkan pada aseton
digunakan keton. Pereaksi yang digunakan untuk yaitu KMnO4, pereaksi tollens dan
fehling A dan B, digunakan pereaksi ini untuk membedakan antara aldehid dan keton.
A. Uji kelarutan dalam air
Pada uji kelarutan dalam air, diisi tabung (1) dengan formaldehid dan pada tabung
(2) dengan aseton kemudian ditambah 10 tetes air. Setelah itu diamati, keduanya mudah
larut dalam air dan memiiki bau yang khas. Dilakukan percobaan ini untuk melihat sifat
fisik keduanya.
B. Uji dengan KMnO4
Uji dengan pereaksi kalium permanganat yaitu dengan menggunakan larutan
pertama, tiap tabung ditambah 1-2 tetes KMnO4 0,1 N, kemudian diperhatikan warna
KMnO4 tersebut dan catat hasil pengamatan. Larutan pada formaldehid dan aseton
adalah berwarna putih. Setelah dipanaskan larutan pada tabung (1) yang berisi
formaldehid yang ditambahkan KMnO4, larutannya berubah membentuk endapan
coklat, sedangkan pada tabung (2) yang berisi aseton dan KMnO4 membentuk endapan
berwarna ungu. Hal ini menunjukkan bahwa aldehid lebih reaktif dari pada keton.
Aldehid teroksidasi terbentuk endapan coklat sedangkan pada aseton teroksidasi tetapi
dengan cara yang tidak sempurna.
C. Uji dengan pereaksi Tollens
Uji dengan pereaksi tollens yaitu diisi 2 buah tabung reaksi, yang diisi dengan
masing-masing 1 ml AgNO3. Setelah itu, tambahkan setetes demi setetes NH4OH 0,5 N
sampai endapan yang terbentuk larut kembali (NH4OH berlebih = pereaksi tollens).
Pada tabung (1) tambahkan 0,5 ml formaldehid, setelah dipanaskan dalam penangas air
terbentuk endapan cermin perak karena aldehid dapat mereduksi pereaksi tollens
sehingga membebaskan unsur perak (Ag) sehingga terbentuk cermin perak pada
dinding tabung sedangkan pada aseton tabung (2) tidak terjadi perubahan karena telah
diketahui bahwa aseton sulit teroksidasi dengan ion-ion perak dari perak nitrat dan
ammonium pengoksidasi, dan mampu mereduksi dari Ag3+ menjadi Ag+. Fungsi dari
penambahan amoniumhidroksida sendiri adalah sebagai mediumpembentuk basa dab
jugas ebagai donor proton atom oksigen untuk pembentukan senyawa karboksilat
D. Uji dengan pereaksi Fehling A dan B
Pada percobaan ini digunakan fehling A dan fehling B, formaldehid yang ditetesi
dengan fehling A warn biru muda ditambah fehling B warnanya menjadi biru tua dan
setelah dipanaskan terbentuk endapan berwrna merah bata, hal ini dikarenakan aldehid

8
mampumereduksi Cu2+ menjadi Cu+ sehingga terbentuk endapan merah bata.
Sedangkan pada aseton yang ditambahkan pereaksi fehling setelah dipanaskan tidak
terjadi perubahan warna (tetap berwarna biru tua). Hal ini disebabkan karena aseton
dengan dua gugus alkil lebih stabil dibandingkan formaldehid yang tidak memiliki ggus
alkil. Aseton tidak bereaksi dengan pereaksi fehling karena gugus karbonil distabilkan
oleh alkil didekatnya yang sifatnya menolak elektron. Menurut teori pereaksi fehling
adalah zat pengoksidasi lemah, hanya aldehid yang dapat bereaksi dengan pereaksi
fehling sehingga untuk membedakan antara aldehid dan keton digunakan pereaksi
tollens dan pereaksi fehling yaitu fehling A dan B.

• Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dalam percobaan ini,dapat disimpulkan bahwa:
1. Formaldehid dan aseton memiliki kelarutan yang baik dalam air
2. Aldehid (formaldehid) teroksidasi oleh pereaksi KmnO4 dalam bentuk endapan,
pereaksi tollens dalam bentuk cermin perak dan pereaksi fehling membentuk endapan
merah bata.
3. Keton (aseton) tidak teroksidasi dengan pereaksi KmnO4, peraksi tollens dan pereaksi
fehling.

9
TUGAS PROYEK II
IDENTIFIKASI ALDEHID DAN KETON

• TUJUAN PRAKTIKUM :
1. Membedakan senyawa aldehid dan keton dengan menggunakan uji Tollens dan
Fehling
2. Memahami reaksi yang terjadi selama uji Tollens dan Fehling

• TEORI UMUM
1. Pengertian Aldehid
Aldehid merupakan sebuah senyawa organik yang memiliki gugus karbonil
terminal yang mana gugus ini terletak pada ujung rantai karbon induk yang diakhiri
sebuah atom hidrogen dan berikatan rangkap dengan atom oksigen. Aldehid atau
alkanal adalah golongan metanoil atau formil dengan alkohol yang terhidrogenasi.
Golongan ini umumnya memiliki sifat yang polar. Golongan Aldehida seperti
formaldehida, dan asetaldehida yang memiliki 1-2 atom C umumnya memiliki sifat
fisik berwujud gas dengan aroma tidak sedap dan berbeda dengan golongan Aldehida
yang memiliki 3-12 atom C dimana dalam keadaan fasa cair memiliki aroma yang
sedap. Sifat kimia dari Aldehida adalah oksidasi oleh larutan Fehling
yang dapat mereduksi larutan Fehling menghasilkan endapan merah bata dari senyawa
tembaga(I) oksida, Oksidasi oleh larutan Tollens
yang dapat mereduksi larutan Tollens menghasilkan cermin perak dan Oksidasi
aldehida dengan campuran kalium bikromat dan asam sulfat yang menghasilkan asam
karboksilat (Acton, 2013). Contoh dari senyawa Aldehida :

2. Pengertian Keton
Keton merupakan senyawa organik yang memiliki sebuah gugus karbonil yang
terikat pada dua gugus alkil dengan rumus R-CO-R’, dimana R adalah alkil dan -CO-
adalah gugus fungsi keton (karbonil). Karakteristik dari sebuah keton ialah berupa
cairan tak berwarna, umumnya larut dalam air, bersifat polar, lebih mudah menguap
daripada alkohol dan asam karboksilat, mempunyai titik didih yang relatif lebih tinggi
daripada senyawa non polar serta dapat direduksi oleh gas H2 menghasilkan alkohol
sekundernya. Keton memiliki sifat yang sulit teroksidasi dan kurang reaktif terhadap
adisi nukleofilik. Keton dapat digunakan sebagai pelarut (Acton, 2013). Contohnya
adalah:

10
3. Tinjauan Bahan
a. Aseton
Merupakan senyawa yang memiliki nama lain prapanon. Senyawa ini memiliki
wujud cairan yang tidak memiliki warna, berbau sengit, bersifat polar serta mudah
larut dalam air. Larutan ini memiliki titik didih 56°C serta titik beku -95°C. Aseton
bersifat tidak dapat dioksidasai melainkan dengan kondisi tertentu, dimana rantai
karbon pecah (Acton, 2013).
b. Glukosa
Glukosa adalah monosakarida yang sering ditemukan pada tanaman. Glukosa
memiliki rumus molekul C6H12O6. Glukosa memiliki kemampuan dalam memutar
cahaya terpolarisasi ke arah kanan disebabkan Glukosa merupakan suatu
Aldoheksosa. Glukosa dapat dibentuk dari formaldehida pada keadaan biotik
maupun fotosintesis (Sumardjo, 2008).
c. Fruktosa
Fruktosa (levulosa/gula buah) adalah isomer gula yang merupakan salah satu
dari gula darah. Fruktosa merupakan polihidroksiketon yang memiliki atom karbon
6 dengan rumus C6H12O6 yag sama dengan glukosa namun berbeda dari segi
strukturnya. Tingkat kemanisan gula ini sekitar 120-180% dari gula sukrosa.
Fruktosa dapat diperoleh dari proses hidrolisis inulin dan sakarosa (Sumardjo,
2008).
d. Formalin
Formalin atau Formaldehida merupakan larutan senyawa gugus aldehida.
Formalin tersedia sebagai hasil 40% gas formaldehid. Larutan ini memiliki titik
didih -19°C. Formalin biasa digunakan sebagai disinfektan, pengawet biologis dan
juga untuk pembuatan resin sintetis. Formalin umumnya mengandung methanol
sebanyak 10 – 15 % yang berfungsi sebagai stabilator agar struktur formaldehida
pada formalin tidak mengalami polimerisasi dan bersifat reaktif dibandingkan
senyawa aldehida lainnya (Acton, 2013).
e. Tollens (AgNO 3 )
Tollen adalah perak nitrat yang memiliki karakteristik berupa padatan putih
yang tidak memiliki bau dan mudah larut dalam etanol dan aseton. Senyawa ini
memiliki titik didih 444oC, berat molekul 169,87 gram/mol, tidak berbau,
merupakan oksidator kuat, gelap jika terkena cahaya, beracun, korosif, dan dapat
larut dalam air, aseton, ammonia, eter dan glikol. Perak nitrat sangat berbahaya
apabila bereaksi dengan etanol (Acton, 2013).
f. NH4OH
Merupakan larutan basa amonium hidroksida yang tidak memiliki warna serta
bau yang tidak sedap. NH4OH memiliki titik didih 33,5°C dan titik lebur sebesar -
78°C. Larutan amonium hidroksida bersifat tidak stabil dan mudah larut dalam air
serta mudah mengalami autoionisasi. (Subandi, 2010).
g. NaOH
NaOH adalah senyawa ionik basa kuat yang memiliki wujud serbuk putih.
Senyawa ini memiliki titik didih 1360°C dan titik lebur 318°C dan sangat mudah

11
larut dalam air. Senyawa NaOH umumnya berbentuk padatan bewarna putih
(Saputro, 2015).
h. Fehling A
Pereaksi fehling ialah oksidator lemah yang merupakan pereaksi khusus untuk
mengenali aldehida. Fehling A adalah CuSO4 yang kondisi anhidratnya memiliki
bentuk serbuk/bubuk hijau pucat atau abu-abu putih, sedangkan dalam bentuknya
yang pentahidrat (CuSO4·5H2O) ia bewarna biru terang. (McMurry, 2012).
i. Fehling B
Fehling B adalah senyawa campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartrat.
Laurtan ini juga digunkan untuk menguji kandungan gula tereduksi dalam suatu
sampel (McMurry, 2012).
j. Aquades
Aquades ialah air hasil penyulingan yang tidak memiliki mineral. Molekul pada
aquades memiliki bentuk asimetris yang menyebabkan elektronegatifannya lebih
tinggi dari atom hidrogen. Aquades memiliki berat molekul 18,02. Aquades
merupakan cairan bening dan tidak berwarna, namun memiliki bau menyengat yang
ringan.Titik lebur dari aquades yaitu -52ᵒC dan titik didihnya adalah 114ᵒC.
Aquades dapat didekomposisi pada suhu lebih dari 100ᵒC. Aquades merupakan
bahan kimia yang tidak berbahaya bagi tubuh manusia karena memiliki pH netral
sehingga tidak menimbulkan efek samping. Aquades ini biasanya berfungsi sebagai
pelarut (Sharifuddin, 2008).
DIAGRAM ALIR
1. Uji Tollens
1 mL larutan AgNO3 5%

Dimasukkan kedalam tabung reaksi

NH4OH 6M 5-10 tetes

Ditambah hingga endapan hilang

1 ml sampel

Ditambahkan pada tabung reaksi

Dipanaskan sekitar 2 menit

Diamati perubahan yang terjadi

12
Hasil
2. Uji Fehling

5 tetes Fehling A

Dimasukkan kedalam 5 tabung reaksi berbeda

5 tetes NaOH

10 tetes Fehling B

Dipanaskan ± 2 menit dalam water bath 1 mL sampel

Diamati perubahan yang

Hasil

• HASIL PERCOBAAN DAN PENGAMATAN :


1. Uji Tollens
Sampel +
Reagen Sampel + Reagen Reagen
Hasil uji
No. Nama Sampel Tollens + Tollens (tanpa Tollens
(+)/(-)
NH4OH pemanasan) (setelah
pemanasan)

1. Glukosa Bening Bening Kehitaman -

13
2. Sukrosa Bening Bening Bening -

3. Fruktosa Bening Coklat Bening Kehitaman -

Bening
4. Aseton Bening Bening -
Kecoklatan

5. Formalin Bening Cermin perak Cermin perak +

2. Uji Fehling
Sampel + Sampel +
Reagen
Reagen Fehling Reagen Fehling Hasil uji
No. Nama Sampel Fehling +
(tanpa (setelah (+)/(-)
NaOH
pemanasan) pemanasan)

Sedikit endapan
1. Glukosa Biru Biru +
merah bata

2. Sukrosa Biru Biru Biru -

Kuning Hijau Endapan Merah


3. Fruktosa Biru +
Biru bata

4. Aseton Biru Biru Biru -

14
Terdapat endapan
5. Formalin Biru Biru -
merah bata

• PEMBAHASAN
1. Uji Tollens
a. Prinsip Uji Tollens
Prinsip dari uji Tollens ini adalah digunakan untuk membedakan senyawa
aldehid dan keton dalam suatu sampel dengan menambahkan reagen Tollens yaitu
AgNO3 dimana akan terjadi reaksi reduksi oksidasi. Aldehid dioksidasi menjadi
anion karboksilat, ion Ag+ dalam reagensia Tollens direduksi menjadi logam Ag.
Uji positf ditandai dengan terbentuknya cermin perak pada dinding dalam tabung
reaksi (Pavia, 2015).

b. Analisa Prosedur
Dalam melakukan praktikum identifikasi gugus fungsi aldehid dan keton
pertama tama persiapkan alat dan bahan. Alat dan bahan yang digunakan dalam
praktikum ini adalah pipet tetes, pipet ukur, tabung reaksi, rak tabung reaksi,
penjepit tabung, bunsen, AgNO3 , NH4OH , glukosa, fruktosa, sukrosa,
formaldehid, aseton. Alat dan bahan memiliki fungsi masing masing pipet tetes
untuk mengambil larutan NH4OH yang digunakan sebagai pembentuk suasana basa
dalam reagen tollenssehingga tidak terjadi pengendapan pada reagen karena AgNO3
harus ditambah amonia agar membentuk ion kompleks sehingga tidak terjadi
pengendapan, pipet ukur digunakan untuk mengambil reagen AgNO3, tabung reaksi
digunakan sebagai wadah dari sampel dan reagen yang akan direaksikan, penjepit
digunakan untuk menjepit tabung reaksi yang akan dipanaskan di bunsen, bunsen
digunakan sebagai sumber api atau sumber panas sebagai sumber panas untuk
mempercepat reaksi dan reagen. Glukosa, fruktosa, sukrosa, formaldehid, aseton
digunakan sebagai sampel untuk mengidentifikasi gugus aldehid/keton pada
sampel.
Setelah mempersiapkan alat dan bahan. Selanjutnya adalah memberi nama /
label pada tabung reaksi untuk menghindari kesalahan dalam pengamatan. Setelah
itu masukkan 1 ml larutan AgNO3 5% kedalam tabung reaksi menggunakan pipet
ukur. Kemudian, tambahkan beberapa tetes NH4OH diperhatikan bebertapa tetes
adlah yang mampu menghilangkan endapan yang terjadi pada reagen AgNO3 .
setelah endapan hilang masukkan sampel berupa glukosa, fruktosa, sukrosa,
formaldehid dan aseton kedalam masing masing tabung sesuai label. Setelah itu
amati perubahan apa yang terjadi sebelum pemanasan. Setelah diamati catat hasil,
kemudian nyalakan bunsen, jepit tabung reaksi dengan penjepit kayu. Panaskan
tabung reaksi diatas bensen selama kurang lebih 2 menit dan lakukan hal yang sama

15
pada seluruh tabung. Cara memanaskannya adalah dengan mengguyang goyangkan
tabung agar pas dr bunsen tidak memusat pada dasar tabung reaksi. Amati
perubahan yang terjadi pada sampel setelah dipanaskan dan catat hasilnya.
• Analisa Hasil
1. Glukosa
Sampel yang digunakan dalam uji Tollens ini adalah adalah glukosa.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dibutuhkan 3 tetes NH4OH agar
larutan AgNO3 kembali bening. Reagen Tollens + NH4OH saat sebelum ditambah
sampel berwarna bening. Setelah diberi sampel (tanpa pemanasan) warna larutan
tetap bening, setelah melalui proses pemanasan selama kurang lebih 2 menit
terbentuk warna kehitaman. Pada hasil uji di dapat sampel negatif glukosa adalah
negatif. Menurut literatur glukosa termasuk aldehid. Glukosa merupakan sampel
yang mengandung unsur karbon dan termasuk aldehid sehingga dapat bereaksi
dengan AgNO3 dengan membentuk endapan cermin perak (Oxtoby, 2007). Pada
praktikum kali ini terdapat kesalahan dikarenakan pemanasan yang kurang lama
dan tidak telitinya praktikan
2. Sukrosa
Sampel yang digunakan dalam uji Tollens ini adalah adalah sukrosa.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dibutuhkan 3 tetes NH4OH agar
larutan AgNO3 kembali bening. Warna reagen Tollens + NH4OH saat sebelum
ditambah adalah berwarna bening. Setelah diberi sampel (tanpa pemanasan) tidak
terjadi perubahan warna pada larutan yaitu tetap berwarna bening. Selanjutnya
dilakukan pemanasan selama lebih dari 2 menit dan larutan tidak mengalami
perubahan. Sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa sukrosa termasuk
disakarida dan tidak bereaksi dalam uji tollens karena sukrosa terdiri dari fruktosa
dan glukosa, dimana gugus OH bebas dari fruktosa dan gugus H bebas dari glukosa
berikatan sehingga sukrosa tidak memiliki gugus OH atau H bebas (Footer, 2008).
3. Fruktosa
Sampel yang digunakan dalam uji Tollens ini adalah fruktosa. Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan dibutuhkan 3 tetes NH4OH agar larutan AgNO3
kembali bening. Reagen Tollens + NH4OH saat sebelum ditambah sampel
berwarna bening, kemudian setelah diberi sampel (tanpa pemanasan) terjadi
perubahan warna coklat bening, pada larutan dan setelah dilakukan pemanasan
selama kurang lebih 2 menit perubahannya hanya berwarna kehitaman dan hasil uji
negatif. Kesalahan terjadi dikarenakan tidak telitinya praktikan dan kurang lamanya
pemasan. Menurut literatur meskipun fruktosa termasuk keton, tetapi fruktosa
merupakan pereduksi kuat dan memiliki gugus OH bebas atau disebut dengan
gugus pereduksi sehingga dapat bereaksi dalam uji ini dan membentuk endapan
cermin perak (Debajyoti, 2011).
4. Formalin
Sampel yang digunakan dalam uji Tollens ini adalah formalin. Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan dibutuhkan 1 tetes NH4OH agar larutan AgNO3
kembali bening. Warna reagen Tollens + NH4OH saat sebelum ditambah sampel
adalah berwarna bening. Selanjutnya setelah penambahan 1 ml formalin (tanpa
pemanasan) sudah terbentuk endapan cermin perak. Sehingga tidak dilakukan

16
proses pemanasan pada sampel, pemanasan sendiri bertujuan untuk mempercepat
reaksi. Hal ini menunjukkan bahwa formalin bereaksi dengan reagen AgNO3
sehingga hasil ujinya adalah positif. Sehingga hasil praktikum yang kami peroleh
sudah sesuai literatur, yang menyatakan bahwa formalin merupakan gugus aldehid
dan memiliki gugus OH bebas sehingga bereaksi dalan uji tollens ini dan
membentuk cermin perak. Formalin mengalami oksidasi dimana terbentuknya asam
karboksilat dan hasilnya menjadi cermin perak (Pavia, 2015).
5. Aseton
Sampel yang digunakan dalam uji Tollens ini adalah aseton. Ketika pemberian
reagen Tollens + NH4OH terbentuk endapan coklat namun kembali jernih. Setelah
ditambahkan sampel tanpa melakukan pemanasan tidak terjadi perubahan tetap
berwarna bening dan setelah dilakukan pemanasan selama kurang lebih 2 menit
warnanya bening kecoklatan. Hal ini menunjukkan hasil negatif, sehingga aseton
bukan termasuk aldehid tetapi keton. Hasil yang kami dapat sudah sesuai dengan
literatur yang menyatakan bahwa aseton merupakan gugus keton dan aseton tidak
bisa bereaksi dalam uji tollens. Keton tidak memiliki gugus H atau OH bebas, O
yang memiliki gugus alkil sangat kuat ikatannya sehingga susah untuk dioksidasi,
diperlukan reagen dengan kemampuan oksidasi yang tinggi misalnya kalium
permanganat (Footer, 2008).
c. Reaksi Uji Per Sampel
1. Glukosa

(Oxtoby, 2007).

2. Fruktosa

(McMurry, 2011).

3. Sukrosa

(Footer, 2008).

17
Namun karena pemanasan terlalu lama, sukrosa terpecah menjadi Glukosa dan
fruktosa

4. Formalin

(Footer, 2008).

5. Aseton

(Footer, 2008).

2. Uji Fehling
a. Prinsip Uji Fehling
Prinsip dari uji fehling ini adalah membedakan gugus aldehid dan keton dalam
suatu sampel dengan menambahkan reagen Fehling A dan Fehling B, dimana
Fehling A adalah CuSO4 dan Fehling B adalah campuran dari NaOH dan Na-K-
tatrat. Dalam reaksi ini terjadi reaksi reduksi dan oksidasi. Aldehid dioksidasi
membentuk asam karboksilat, sementara ion Cu2+ akan tereduksi menjadi Cu+.
Hasil uji positif apabila dalam suatu sampel terbentuk endapan merah bata (Pavia,
2015).

b. Analisa Prosedur
Langkah pertama adalah menyiapkan alat dan bahan. Alat yang digunakan
dalam praktikum ini adalah tabung reaksi, rak tabung reaksi, penjepit tabung reaksi,
bunsen, korek api, pipet tetes, pipet ukur dan bulp. Bahan yang dibutuhkan dalam
praktikum ini antara lain larutan Fehling A, Fehling B, NaOH dan lima sampel yaitu
glukosa, fruktosa, aseton, formaldehid dan sukrosa. Setelah alat dan bahan
disiapkan, selanjutnya Fehling A sebanyak lima tetes dimasukkan dalam tabung
18
reaksi menggunakan pipet tetes. Selanjutnya ditambahkan lima tetes NaOH
menggunakan pipet tetes, tujuannya adalah untuk membuat suasana basa.
Selanjutnya ditambahkan sepuluh tetes Fehling B menggunakan pipet tetes.
Kemudian ditambahkan sampel sebanyak 1 ml dan kemudian dipanaskan dengan
api bunsen dan diamati perubahan warnanya. Selanjutnya diperoleh hasil uji dan
dicatat pada tabel data hasil percobaan. Dalam melakukan praktikum ini tidak bisa
lima sampel sekaligus seperti yang dilakukan pada uji Tollens, namun dalam uji
Fehling ini harus dilakukan satu per satu sampel sampai menemukan hasil. Hal ini
dikarenakan larutan Fehling tidak boleh disimpan lama, karena mudah teroksidasi
sehingga harus dilakukan dengan cepat supaya hasilnya akurat.
c. Analisa Hasil
1. Glukosa
Sampel yang digunakan dalam uji Fehling ini adalah adalah glukosa.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan bahwa saat pemberian reagen fehling
dan ditambah NaOH warna yang terjadi adalah biru. Setelah ditambahkan sampel
yaitu 1 ml glukosa tanpa melakukan pemanasan yang terjadi adalah terbentuk warna
biru dan setelah dilakukan pemanasan selama kurang lebih 2 menit terbentuk
sedikit endapan warna merah bata. Hal ini menujukkan bahwa glukosa bereaksi
positif dengan reagen fehling. Hasil yang kami dapat sudah sesuai dengan literatur
yang menyatakan bahwa glukosa merupakan gugus aldehid, memiliki gugus OH
bebas yag dapat berikatan dengan reagen fehling sehingga pengikatan atom oksigen
pada glukosa terjadi oksidasi dan pelepasan atom O oleh CuO menyebabkan CuO
tereduksi mendjai Cu2O sehingga terbentuk endapan merah bata (Bettelheim,
2009).
2. Sukrosa
Sampel yang digunakan dalam uji Fehling ini adalah adalah sukrosa.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan bahwa saat pemberian reagen fehling
dan ditambah NaOH warna yang terjadi adalah biru. Setelah ditambahkan sampel
tanpa melakukan pemanasan yang terjadi larutan menjadi biru (tidak ada reaksi).
Setelah dilakukan pemanasan, tidak terjadi perubahan pada larutan, sehingga
sukrosa bereaksi negatif dengan reagen fehling. Hal ini sudah sesuai dengan
literatur yang menyatakan bahwa sukrosa merupakan gugus keton dan tidak
memiliki gugus OH atau H bebas sehingga tidak bereaksi dalam uji fehling
(Clugston, 2010).
3. Fruktosa
Sampel yang digunakan dalam uji Fehling ini adalah fruktosa. Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan bahwa saat pemberian reagen fehling dan ditambah
NaOH warna yang terjadi adalah biru. Setelah ditambahkan sampel tanpa
melakukan pemanasan yang terjadi adalah terbentuk warna kuning kehijauan
kebiruan dan setelah dilakukan pemanasan selama lebih dari 2 menit terbentuk
endapan dan berwarna merah bata. Jika pemanasan hanya 2 menit tidak terjadi
perubahan. Hal ini sama dengan literartur yang mengatakan bahwa fruktosa
bereaksi dengan reagen fehling (positif). Sifat fruktosa yang istimewa, yaitu
meskipun fruktosa adalah keton tetapi fruktosa merupakan pereduksi kuat dan

19
memiliki gugus OH bebas atau disebut dengan gugus pereduksi sehingga dapat
bereaksi dalam uji ini dan membentuk endapan merah bata (Bettelheim, 2009)
4. Aseton
Sampel yang digunakan dalam uji Fehling ini adalah aseton. Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan bahwa saat pemberian reagen fehling dan ditambah
NaOH warna yang terjadi adalah biru. Setelah ditambahkan sampel yaitu 1 ml
aseton tanpa melakukan pemanasan yang terjadi adalah terbentuk warna biru dan
setelah dilakukan pemanasan selama 2 menit tidak terjadi perubahan warna larutan
pada sampel. Hal ini menujukkan bahwa aseton tidak bereaksi dengan reagen
fehling (negatif), sehingga aseton bukan termasuk aldehid tetapi keton. Hasil yang
kami dapat sudah sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa aseton
merupakan gugus keton sehingga tidak bereaksi dalam uji fehling (Madan, 2013).
5. Formalin
Sampel yang digunakan dalam praktikum ini adalah formalin. Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan bahwa saat pemberian reagen fehling dan ditambah
NaOH warna yang terjadi adalah biru . Setelah ditambahkan 1 ml formalin, tanpa
pemanasan warna larutan menjadi biru. Setelah dilakukan pemanasan selama
kurang lebih 2 menit terbentuk sedikit endapan warna merah bata. Sehingga
formalin bereaksi positif dengan reagen fehling. Hasil yang kami dapat sudah sesuai
dengan literatur, yang menyatakan bahwa apabila formalin direaksikan dengan
reagen fehling akan membentuk endapan merah bata (Oxtoby, 2007).
d. Reaksi Uji per Sampel
• Glukosa

(Madan, 2013).
• Sukrosa

(Footer, 2008).

• Fruktosa

20
(Clugston, 2010).
• Formalin

(Pavia, 2015).
• Aseton

(Pavia, 2015).

• KESIMPULAN
Prinsip dari uji Tollens ini adalah digunakan untuk membedakan senyawa aldehid dan
keton dalam suatu sampel dengan menambahkan reagen Tollens yaitu AgNO3 dimana akan
terjadi reaksi reduksi oksidasi. Uji positf ditandai dengan terbentuknya cermin perak pada
dinding dalam tabung reaksi.
Prinsip dari uji fehling ini adalah membedakan gugus aldehid dan keton dalam suatu
sampel dengan menambahkan reagen Fehling A dan Fehling B, dimana Fehling A adalah
CuSO4 dan Fehling B adalah campuran dari NaOH dan Na-K-tatrat. Hasil uji positif apabila
dalam suatu sampel terbentuk endapan merah bata. Keduanya memakai prinsip reduksi dan
oksidasi
Tujuan dari praktikan mampu membedakan dan mengindentifikasi gugus fungsi
aldehid dan keton ini adalah membedakan senyawa aldehid dan keton dengan menggunakan
uji Tollens dan Fehling dan memahami reaksi yang terjadi selama uji Tollens dan Fehling.
Dari praktikum ini dapat diketahui dan dibedakan senyawa aldehid dan keton. Serta
dapat digambarkan reaksi yang terjadi pada tiap sampel. Hasilnya dapat diketahui bahwa dalam
uji fehling bereaksi positif adalah glukosa, fruktosa, dan formalin dan uji tollens yang bereaksi
positif adalah formalin. Sedangkan yang hasil ujinya negatif adalah pada uji fehling adalah
sukrosa dan aseton. Pada uji tollens adalah aseton, fruktosa, sukrosa, dan glukosa. Terdapat
perbedaan dengan literatur dikarenakan faktor pemanasan kurang lama, human error,
pencucian alat yang tidak bersih, dan tertukar saat penuangan larutan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Bettelheim, Frederick A. 2009. Laboratory Experiments for Introduction to General, Organic


and Biochemistry. Berlin: Springer-Verlag

Clugston, Michael. 2010. Advanced Chemistry. Oxford: Oxford University Press

Debajyoti, Das. 2011. Biochemistry Part 2. New York: Unity Press

Footer, Christopher. 2008. Organic Chemistry Fifth Edition. California: Brooks/Cole Cengage
Learning

Madan, Nugraha. 2013. Percobaan Reaksi Aldehid dan Keton. Bandung: Institut Teknologii
Bandung

Marliana, Pratiwi. 2012. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelola Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Yogyakarta: Kanisius

McFurry, Robert. 2011. Chemistry 8th Edition. New York: McGraw Hill

Oxtoby, Miller. 2007. Comprehensive Experimental Chemistry. London: New Age


International

Pavia, Donald L. 2015. Organic Laboratory Techniques: A Small-Scale Approach. Toronto:


Thomson Brooks/Cole Learning

22

Anda mungkin juga menyukai