Oleh:
I Gede Sri Agus Putrawan (1905010198)
I. Tujuan
Memahami dan melakukan identifikasi senyawa golongan alkaloid, fenolik,
flavonoid, saponin dan tanin dalam tumbuhan.
B. Fenolik
Fenolik merupakan senyawa yang banyak ditemukan pada tumbuhan. Fenolik
memiliki cincin aromatic dengan satu atau lebih gugus hidroksil (OH-) dan gugus-
gugus lain penyertanya. Senyawa ini diberi nama berdasarkan nama senyawa
1
induknya, fenol. Senyawa fenol kebanyakan memiliki gugus hidroksil lebih dari
satu sehingga disebut sebagai polifenol. Ekstrak positif mengandung fenolik
apabila menghasilkan warna hijau, merah, ungu, biru atau hitam pekat.
Fenol biasanya dikelompokan berdasarkan jumlah atom karbon pada kerangka
penyusunnya. Kelompok terbesar senyawa fenolik adalah flavanoid. Merupakan
senyawa yang secara umum dapat ditemukan pada semua jenis tumbuhan. Kuinon
adalah senyawa turunan fenolikyang berwarna dan mempunyai kromofor kasar.
C. Flavonoid
Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran, jarang sekali dijumpai
hanya flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan. Disamping itu,sering terdapat
campuran yang terdiri atas flavonoid yang berbeda kelas. Penggolongan jenis
flavonoid dalam jaringan tumbuhan mula – mula didasarkanpada telaah sifat
kelarutan dan reaksi warna. Kemudian diikuti dengan pemeriksaan ekstrak
tumbuhan yang telah dihidrolisis secara kromatografi.
D. Tanin
Tanin adalah senyawa organik yang terdiri dari campuran senyawa
polifenol kompleks, dibangun dari elemen C, H dan O serta sering membentuk
molekul besar dengan berat molekul lebih besar dari 2000. Tanin yang terdapat
pada kulit kayu dan kayu dapat berfungsi sebagai penghambat kerusakan akibat
serangan serangga dan jamur, karena memilki sifat antiseptik. Dari
struktur kimianya, tanin dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu tanin
terhidrolisis dan tanin terkondensasi.
Identifikasi Tanin dapat dilakukan dengan cara :
1. Diberikan larutan FeCl3, berwarna biru tua/hijau violet/hitam kehijauan.
2. Ditambahkan Kalium Ferrisianida + amoniak,berwarna coklat.
3. Diendapkan dengan garam Cu, Pb, Sn, dan larutan Kalium Bikromat,
berwarna coklat.
2
E. Saponin
Saponin merupakan triterpena atau steroid yang terutama terdapat sebagai
glikosida. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti
sabun, dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan
menghemolisis sel darah.
Sifat-sifat Saponin :
1. Mempunyai rasa pahit
2. Dalam larutan air membentuk busa yang stabil
3. Menghemolisa eritrosit
4. Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi
5. Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidroksisteroid lainnya
6. Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi
7. Berat molekul relatif tinggi, dan analisis hanya menghasilkan formula
empiris yang mendekati
Uji saponin yang sederhana ialah dengan mengocok ekstrak alkohol-air dari
tumbuhan dalam tabung reaksi, kemudian amati apakah ada terbentuk busa tahan
lama pada permukaan cairan.
F. Steroid/Triterpenoid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuanisoprene dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik
yaitu skualen.Senyawa ini berstruktur siklik yang nisbi rumit, kebanyakan berupa
alkohol, aldehid atauasam karboksilat. Uji yang banyak digunakan adalah reaksi
Lieberman-Buchard (anhidridaasetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan
triterpen dan sterol memberikan warna hijau- biru.Sterol atau steroid adalah
triterpenoid yang kerangka dasarnya cincin siklopentana perhidrofenantren.
Senyawa sterol pada tumbuhan disebut dengan fitosterol yang umum terdapat
pada tumbuhan tinggi adalah sitosterol, stigmasterol dan kampesterol.
3
G. Kuinon
Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti
kromofor pada benzokuinon, yang terdiri atas dua gugus karbonil
yangberkonjugasi dengan dua ikatan rangkap karbon – karbon. Untuk tujuan
identifikasi, kuinon dapat dipilah menjadi empat kelompok : benzokuinon,
naftokuinon, antrakuinon, dan kuinon isoprenoid. Tiga kelompok pertama
biasanya terhidroklisasi dan bersifat senyawa fenol serta mungkin terdapat in
vivo dalam bentuk gabungan dengan gula sebagai glikosida atau dalam bentuk
kuinol. Untuk memastikan adanya adanya suatu pigmen termasuk kuinon atau
bukan, reaksi warna sederhan masih tetap berguna.Reaksi yang khas ialah
reduksi bolak balik yang mengubah kuinon menjadi senyawa warna, kemudian
warna kembali lagi bila terjadi oksidasi oleh udara.
4
Prosedur Kerja Cara Skrining Fitokimai
Skrining fitokimia dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Uji alkaloid
1. Sebanyak 20 mg sampel ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambah
2 tetes pereaksi dragendroff terbentuk endapan coklat menandakan adanya
senyawa alkaloid.
2. Sebanyak 20 sampel ekstrak dimasukkam ke dalam tabung reaksi, ditambahkan
2 tetes pereaksi mayer terbentuk endapan putih atau kuning yang larut dalam
metanol itu menandakan adanya senyawa alkaloid (Sastrawan et al. 2013).
b. Uji flavonoid
Sebanyak 20 mg ekstrak + 0,3 g serbuk (lempeng) mg + ml alcohol klohidrat
(campuran HCL 37% dan etanol 95% dengan volume yang sama). Tambahkan
2 ml amil alcohol, kocok kuat – kuat biarkan memisah. Jika terbentuk warna
dalam amil alcohol (merah, kuning, atau jingga) itu menendakan adanya
senyawa Flavonoid (Sastrawan et al. 2013).
c. Uji saponin
Sebanyak 40 mg sampel ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
ditambahkan 10ml air kemudian dikocok vertical selama 10 detik. Jika
terbentuk busa yang stabil selama tidak kurang dari 10 menit tinggi 1 cm
sampai 10 cm. pada penambahan 1 tetes HCl 1 N, busa tidak hilang itu
menandakan adanya senyawa saponin (Wijaya et al. 2013).
d. Uji tannin
Sebanyak 20 mg sampel ekstrak ditambahkan 2-3 tetes larutan FeCL3 1% jika
terbentuk larutan berwarna hijau violet/ hijau kecoklatan (tanin terkondensasi)
atau biru kehitaman (tanin terhidrolisis) itu menandakan adanya senyawa tanin
(Sastrawan et al. 2013).
5
V. Hasil Pengamatan
Senyawa Perlakuan Reaksi Simplisia Hasil
Golongan Positif
Pengamatan
Alkaloid Gerusan daun, + HCl Terbentuk Daun Jarak
2N dan air, panaskan endapan (endapan coklat)
dengan air panas dan coklat
dinginkan. Daun X
Mengkudu (tidak jelas)
larutan pada tabung
reaksi ditambah 2 Daun X
tetes pereaksi Belimbing (tidak jelas)
Dragendorff.
Daun
Dapdap (endapan coklat)
Daun X
Dapdap (tidak jelas)
6
Tanin Gerusan daun + air Terbentuk Daun Jarak
dan dipanaskan. warna hijau (warna violet)
violet
Ke masing- masing Daun X
filtrat tambahkan Mengkudu (tidak jelas)
beberapa tetes :
Larutan FeCl31% Daun
Belimbing (warna violet)
Daun X
Dapdap (tidak jelas)
Daun
Dapdap (terbentuk busa)
7
- Senyawa Fenolat dapat dilihat jelas pada Daun Jarak, Daun Belimbing.
Sedangkan Pada Daun Mengkudu dan Daun Dapdap kurang jelas.
6.2 Kesimpulan
Hampir semua tanaman mempunyai senyawa kimia (Fitokimia) yang
dapat diamati dengan perlakuan tertentu serta penambahan zat Pereaksi.
Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan terhadap senyawa Alkaloid,
Fenolat, Flavanoid, Saponin dan Tanin.
Keterbatasan perlakuan hanya dengan penggerusan bahan simplisia
daun dan pemanasan bukan dengan cara ekstraksi menyebabkan ada
senyawa yang diamati kurang jelas.
6.3 Saran
Pada praktikum kali ini pengujian senyawa kimia Steroid/Triterpenoid
dan senyawa Kuinon tidak dapat dilakukan karena keterbatasan bahan zat
pereaksi untuk melakukan pengamatan. Kedepannya semoga dapat
dilengkapi untuk pengamatan pada kedua senyawa tersebut.
Praktikum ini setidaknya memberi gambaran umum dan pemahaman
kepada mahasiswa bahwa tanaman yang berkhasiat obat dapat diketahui
dengan menguji kandungan fitokimia yang terkandung di dalamnya. Maka
praktikum sederhana dengan berbagai keterbatasan alat dan bahan untuk
dapat terus dilakukan dan ditingkatkan.
8
DAFTAR PUSTAKA
9
LAMPIRAN FOTO PRAKTIKUM
10
Foto 04 : Filtrat Daun Belimbing, jelas warna kuning, endapan kurang jelas,
warna violet hijau, warna merah, busa tidak jelas.
11