Disusun oleh :
2019
I. JUDUL : Skrining Fitokimia Daun Kangkung
II. TUJUAN :
Mengindentifikasi kandungan metabolit sekunder dalam tanaman kangkung.
III. PRINSIP :
Analisa kualitatif kandungan kimia dalam tumbuhan atau Batman
tumbuhan terutama kandungan metabolit sekunder bioaktif (alkaloid,
flavonoid, tanin) yang bertujuan untuk mendapatkan kandungan bioaktif.
Ekstraksi
- Maserasi
- Perkolasi
Metabolit Sekunder
1. Alkaloid
2. Tanin
Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh. Tanin dapat
bereaksi dengan protein membentuk kepolumer mantap yang tidak
larut dalam air. Secara kimia terdapat dua jenis utama tanin yang
tersebar tidak merata pada tumbuh-tumbuhan yaitu tanin terkondensasi
dan tanin yang terhidrolisis.
3. Saponin
Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstraksi tumbuhan
merupakan bukti adanya saponin. Cara yang paling sederhana untuk
mengidentifikasi adanya saponin dalam simplisia adalah dengan cara
mengocoknya kemudian diperhatikan apakah terbentuk busa atau
tidak.
4. Senyawa Polifenol
Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada
tumbuhan, merupakan senyawa kimia yang bersifat antioksidan kuat.
Senyawa ini memiliki ciri-ciri saat filtrat ditambahkan larutan
pereaksi besi (III) klroida terjadinya warna hijau – biru hitam hingga
hitam.
5. Flavonoid
Flavonoid adalah kelompok senyawa fenol terbesar yang
ditemukan dialam terutama pada jaringan tumbuhan tinggi. Identifikasi
dengan sejumlah kecil serbuk simplisia dalam tabung reaksi dicampur
dengan serbuk magnesium dan asam klorida 2 N. Campuran
dipanaskan di atas tangas air lalu disaring. Kepada filtrat dalam tabung
reaksi ditambahkan amil alkohol, lalu dikocok kuat – kuat.
Adanyawarna kuning hingga merah yang dapat ditarik oleh amil
alkohol
6. Steroid
Steroid yang terdapat dialam berasal dari triterpenoid. Steroid yang
terdapat dalam jaringan tumbuhan berasal dari triterpenoid
sikloartenol. Identifikasi kandungan steroid pada tumbuhan yaitu
ditandai dengan adanya endapan putih ketika ekstrak simplisia
ditambahkan HCl 2N + air + mayer.
Deskripsi Tumbuhan :
• Maserasi :
VI. BAHAN DAN ALAT
Alat :
- Beaker glass
- Tabung reaksi
- Spatula
- Pipet tetes
- Sendok tanduk
Bahan :
- Kangkung
- FeCl3
- HCl 2N
- Serbuk Mg
- HCl Pekat
- Amil alkohol
- Kloroform
2. Maserasi
- Timbang 25g serbuk kangkung
- Setelah ditimbang basahkan dengan 12,5ml etanol 70%
- Lakukan pembasahan lanjutan dengan 12,5ml etanol 70% berikutnya.
Kemudian masukkan kedalam gelas piala 500ml tutup dengan
alumunium foil. Biarkan selama 24 jam
- Setelah 24 jam panaskan diatas penangas air sampai terjadi ekstrak
kental yang siap digunakan.
3. Senyawa Polifenolat
- Serbuk kangkung yang telah dikeringkan ditambahkan larutan FeCl3.
Jika terjadi warna Hijau hingga kehitaman menunjukkan adanya
Senyawa Polifenolat.
- Ekstrak kangkung yang telah dimaserasi ditambahkan larutan FeCl3.
Jika terjadi warna hijau hingga kehitaman menunjukkan adanya
Senyawa Polifenolat.
4. Senyawa Flavonoid
- Serbuk kangkung yang telah dikeringkan ditambahkan larutan serbuk
magnesium lalu ditambahkan HCl pekat 12N lalu ditambahkan Amil
Alkohol. Jika terjadi warna kuning menunjukkan adanya senyawa
Flavonoid
- Ekstrak kangkung yang telah dimaserasi ditambahkan larutan serbuk
magnesium lalu ditambahkan HCl pekat 12N lalu ditambahkan Amil
Alkohol. Jika terjadi warna kuning menunjukkan adanya senyawa
Flavonoid
5. Senyawa Saponin
- Serbuk kangkung yang telah dikeringkan ditambahkan sedikit air
kemudian dipanaskan lalu dikocok secara vertikal selama beberapa
menit. Jika terjadi busa yang mantap menunjukkan adanya senyawa
saponin.
- Ekstrak kangkung yang telah dimaserasi ditambahkan sedikit air
kemudian dipanaskan lalu dikocok secara vertikal selama beberapa
menit. Jika terjadi busa yang mantap menunjukkan adanya senyawa
saponin.
6. Senyawa Tanin
- Serbuk kangkung yang telah dikeringkan ditambahkan HCl 2N lalu
ditambahkan Amil Alkohol. Jika terjadi warna merah menunjukkan
adanya senyawa tanin.
- Ekstrak kangkung yang telah dimaserasi ditambahkan HCl 2N lalu
ditambahkan Amil Alkohol. Jika terjadi warna merah menunjukkan
adanya senyawa tanin.
7. Senyawa Steroid
- Serbuk kangkung yang telah dikeringkan ditambahkan Kloroform
0,5ml lalu ditambah Asam Asetat Anhidrida 0,5ml kemudian
ditambahkan Asam Sulfat 2ml. Jika terjadi warna hijau kebiruan
menunjukkan adanya Senyawa Steroid sedangkan jika terjadi adanya
cincin violet/coklat menunjukkan adanya senyawa Triterpenoid.
- Ekstrak kangkung yang telah dimaserasi ditambahkan Kloroform
0,5ml lalu ditambah Asam Asetat Anhidrida 0,5ml kemudian
ditambahkan Asam Sulfat 2ml. Jika terjadi warna hijau kebiruan
menunjukkan adanya Senyawa Steroid sedangkan jika terjadi adanya
cincin violet/coklat menunjukkan adanya senyawa Triterpenoid.
8. Senyawa Alkaloid
- Serbuk kangkung yang telah dikeringkan ditambahkan HCl 2N lalu
ditambahkan air dan larutan Mayer. Jika terjadi adanya endapan putih
menungkukkan adanya Senyawa Alkaloid.
- Ekstrak kangkung yang telah dimaserasi ditambahkan HCl 2N lalu
ditambahkan air dan larutan Mayer. Jika terjadi adanya endapan putih
menungkukkan adanya Senyawa Alkaloid.
Pada praktikum kali ini bahan baku yang digunakan adalah kangkung
(Ipomoea reptana poir). Sampel yang telah diambil segera dipreparasi dan
dikurangi kadar airnya melalui proses pengeringan. Pengeringan dilakukan
untuk menambah daya awet produk sebelum dianalisis dan mempermudah
penyimpanan. Kangkung yang telah kering memiliki bobot yang lebih ringan
dibandingkan kangkung air segar. Hal ini terjadi karena sebagian air dalam
kangkung telah teruapkan oleh panas saat proses pengeringan. Kadar air
tersebut merupakan air bebas yang mudah dihilangkan, misalnya dengan
proses pengeringan. Ketiga bagian tersebut masing-masing dihancurkan
sehingga diperoleh bentuk serbuk halus. Bahan baku yang berbentuk serbuk
halus tersebut dapat mempermudah saat proses analisis maupun proses
ekstraksi. Permukaan bahan baku yang dapat kontak langsung dengan pelarut
lebih luas. Serbuk halus tersebut kemudian disimpan dalam wadah tertutup
untuk melindungi bahan baku dari pengaruh lingkungan sekitar.
Setelah dilakukan pengeringan kemudian bahan yang berbentuk serbuk
halus kemudian di maserasi menggunakan etanol 70% kemudian bahan di
ekstraksi menggunakan water bath hingga di dapatkan ekstrak kental untuk
dilakukan pengujian. Pengujian dilakukan menggunakan serbuk dan ekstrak
kental, ada beberapa uji yang dilakukan, yaitu :
a) Senyawa Polifenolat
Dari analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa sampel daun
Kangkung (Ipomoea reptana poir) positif mengandung polifenolat.
Hal ini diketahui dari perubahan warna yang terjadi pada saat
penambahan larutan FeCl3 1% yaitu warna hijau kehitaman. Hasil
ini diperkuat dengan penelitian Anna dan Albert (2013), yang
menujukkan bahwa hasil identifikasi senyawa polifenolat pada
tanaman tersebut juga positif mengandung polifenol.
Pada identifikasi senyawa tersebut, perubahan warna disebabkan
oleh reaksi penambahan FeCl3 dengan salah satu gugus hidroksil
yang ada pada senyawa polifenolat. Penambahan FeCl3 menghasilkan
warna hijau kehitaman. Terbentuknya warna hijau kehitaman atau
biru tinta pada ekstrak setelah ditambahkan dengan FeCI3 karena
senyawa ini akan membentuk senyawa kompleks dengan FeCI3.
b) Senyawa Flavonoid
Dari analisis ini diketahui bahwa sampel daun Kangkung (Ipomoea
reptana poir) positif mengandung flavonoid. Hasil ini ditunjukkan
dengan adanya perubahan warna pada tabung yaitu berwarna kuning.
Hasil ini diperkuat oleh jurnal penelitian sebelumnya oleh Anna dan
Albert (2013) yang menunjukkan bahwa pada ekstrak etanol tanaman
tersebut juga berhasil teridentifikasi kandungan senyawa flavonoid.
Penambahan HCI pekat dalam uji falvonoid digunakan untuk
menghidrolisis flavonoid menjadi aglikonya, yaitu dengan
menghidrolisis O-glikosil. Glikosil akan tergantikan oleh H+ dari asam
karena sifatnya yang elektrofilik. Glikosida berupa gula yang biasa
dijumpai yaitu glukosa, galaktosa dan raminosa.
c) Senyawa Saponin
Dari hasil analisis diketahui bahwa sampel daun Kangkung
(Ipomoea reptana poir) positif mengandung saponin yang ditandai
dengan terbentuknya busa setelah pengockan. Menurut Robinson
(1995) senyawa yang memiliki gugus polar dan nonpolar bersifat
aktif permukaan sehingga saat saponin dikocok dengan air dapat
membentuk misel. Pada struktur misel, gugus polar menghadap ke
luar sedangkan gugus nonpolarnya menghadap ke dalam, keadaan
inilah yang tampak seperti busa. Sementara itu penelitian oleh Anna
dan Albert (2013) menyatakan saponin daun kangkung tidak
ditemukan senyawa saponin, dikarenakan bahan sampel yang tidak
stabil sehingga senyawa saponin pada sampel tersebut rusak.
d) Senyawa Tanin
Hasil uji fitokimia alkaloid menunjukkan bahwa sampel daun
Kangkung (Ipomoea reptana poir) negatif mengandung tanin. Hai ini
dibuktikan tidak terjadi perubahan warna merah setelah ditambahkan
HCL 2N dan amil alkohol.
e) Senyawa Steroid
Uji senyawa steroid masing – masing bahan serbuk maupun
ekstrak kangkung ditambahkan kloroform 0,5 ml lalu ditambahkan
asam asetat anhiddrida 0,5 ml kemudian ditambahkan asam sulfat 2
ml tidak mengalami perubahan warna hijau kebiruan dan tidak adanya
cincin violet atau coklat yang menandakan tidak terdapat senyawa
steroid, dan pada jurnal penelitian didapatkan hasil negative tidak
mengalami perubahan warna hijau kebiruan dan tidak adanya cincin
violet atau coklat yang menandakan tidak terdapat senyawa steroid
pada bahan tersebut.
f) Senyawa Alkaloid
Hasil uji fitokimia alkaloid menunjukkan bahwa sampel daun
Kangkung (Ipomoea reptana poir) negatif mengandung alkaloid. Hai
ini tidak dibuktikan dengan terbentuknya endapan pada tabung reaksi
setelah ditetesi pereaksi Meyer, yang menunjukkan bahwa sampel
tersebut mengandung alkaloid. Reaksi dengan pereaksi Mayer
terbentuk endapan putih.
X. KESIMPULAN
1. Uji Polifenolat
2. Uji Flavonoid
4. Uji Tanin
6. Uji Alkaloid