Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

“SKRINING FITOKIMIA DAUN KANGKUNG”

Disusun oleh :

1. Mia Dwi Rokhmawati 16330091


2. Dina Lestari Putri 16330093
3. Alisya Riefla Indriyani 16330094
4. Maisya Rivita 16330096
5. Nadia Putri Lestari 16330097
6. Widiya Septina Veronika 16330099
7. Rizal Adhitya 16330101

Kelas : Praktikum Fitokimia C

Dosen : Dra. Herdini, M.Si

Asisten : Mely Sulistyaningrum., S. Farm

PROGRAM STUDI FARMASI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

2019
I. JUDUL : Skrining Fitokimia Daun Kangkung

II. TUJUAN :
Mengindentifikasi kandungan metabolit sekunder dalam tanaman kangkung.

III. PRINSIP :
Analisa kualitatif kandungan kimia dalam tumbuhan atau Batman
tumbuhan terutama kandungan metabolit sekunder bioaktif (alkaloid,
flavonoid, tanin) yang bertujuan untuk mendapatkan kandungan bioaktif.

IV. TEORI DASAR :


Skrining fitokimia merupakan analisis kualitatif terhadap senyawa-
senyawa metabolit sekunder. Skrining fitokimia merupakan tahap
pendahuluan dalam suatu penelitian fitokimia yang bertujuan untuk
memberikan gambaran tentang golongan senyawa yang terkandung dalam
tanaman yang sedang di identifikasi. Metode skrining fitokimia dilakukan
dengan melihat reaksi pengujian warna dengan menggunakan suatu pereaksi
warna. Halyang berperan sangat penting dalam metode skrining fitokimia
adalah pemilihan pelarut dan metode ekstraksi.
Skrining fitokimia merupakan analisis kualitatif terhadap senyawa-
senyawa metabolit sekunder. Suatu ekstrak dari bahan alam terdiri atas
berbagai macam metabolit sekunder yang berperan dalam aktivitas
biologinya. Contoh metabolit sekunder yang terkandung dalam tumbuhan
yaitu alkaloid, flavonoid, senyawa fenolat, terpenoid, kumarin, quinon, tannin
dan saponin.

Ekstraksi

Ekstraksi merupakan penarikan senyawa kimia dari jaringan tumbuhan


dengan menggunakan penyari tertentu.Ekstrak adalah sediaan kering, kental
atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara
yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung, dan ekstrak kering
harus mudah digerus menjadi serbuk. Sebagai cairan, penyari yang dapat
digunakan yaitu air, eter atau campuran etanol dan air. Metode ekstraksi
dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya :

- Maserasi
- Perkolasi

Metabolit Sekunder

Tumbuhan menghasilkan berbagai macam senyawa kimia organik,


senyawa kimia ini dapat berupa metabolit primer dan metabolit sekunder.
Kebanyakan tumbuhan menghasilkan metabolit sekunder yang dikenal juga
sebagai hasil alamiah metabolisme. Hasil dari metabolit sekunder lebih
kompleks dibandingkan dengan metabolit primer. Adapun jenis-jenis
metabolit sekunder, yaitu :

1. Alkaloid

Merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar, umumnya


alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau
lebih atom nitrogen. Alkaloid dapat dideteksi dengan beberapa pereaksi
pengendap. Pereaksi mayer mengandung kalium iodida dan merkuri
klorida dengan pereaksi ini alkaloid akan memberikan endapan berwarna
putih. Pereaksi Dragendorff mengandung bismuth nitrat dan merkuri
klorida, senyawa positif mengandung alkaloid jika setelah menggunakan
pereaksi Dragendorff membentuk warna jingga.

2. Tanin
Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh. Tanin dapat
bereaksi dengan protein membentuk kepolumer mantap yang tidak
larut dalam air. Secara kimia terdapat dua jenis utama tanin yang
tersebar tidak merata pada tumbuh-tumbuhan yaitu tanin terkondensasi
dan tanin yang terhidrolisis.
3. Saponin
Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstraksi tumbuhan
merupakan bukti adanya saponin. Cara yang paling sederhana untuk
mengidentifikasi adanya saponin dalam simplisia adalah dengan cara
mengocoknya kemudian diperhatikan apakah terbentuk busa atau
tidak.

4. Senyawa Polifenol
Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada
tumbuhan, merupakan senyawa kimia yang bersifat antioksidan kuat.
Senyawa ini memiliki ciri-ciri saat filtrat ditambahkan larutan
pereaksi besi (III) klroida terjadinya warna hijau – biru hitam hingga
hitam.

5. Flavonoid
Flavonoid adalah kelompok senyawa fenol terbesar yang
ditemukan dialam terutama pada jaringan tumbuhan tinggi. Identifikasi
dengan sejumlah kecil serbuk simplisia dalam tabung reaksi dicampur
dengan serbuk magnesium dan asam klorida 2 N. Campuran
dipanaskan di atas tangas air lalu disaring. Kepada filtrat dalam tabung
reaksi ditambahkan amil alkohol, lalu dikocok kuat – kuat.
Adanyawarna kuning hingga merah yang dapat ditarik oleh amil
alkohol

6. Steroid
Steroid yang terdapat dialam berasal dari triterpenoid. Steroid yang
terdapat dalam jaringan tumbuhan berasal dari triterpenoid
sikloartenol. Identifikasi kandungan steroid pada tumbuhan yaitu
ditandai dengan adanya endapan putih ketika ekstrak simplisia
ditambahkan HCl 2N + air + mayer.
Deskripsi Tumbuhan :

Kangkung merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih


dari satu tahun. Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang
dan cabang-cabangnya akar menyebar kesemua arah, dapat menembus
tanah sampai kedalaman 60 hingga 100 cm, dan melebar secara mendatar
pada radius 150 cm atau lebih, terutama pada jenis kangkung air

Kangkung memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku batang


dan di ketiak daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi
percabangan baru. Bentuk daun umumnya runcing ataupun tumpul,
permukaan daun sebelah atas berwarna hijau tua, dan permukaan daun
bagian bawah berwarna hijau muda. Selama fase pertumbuhanya tanaman
kangkung dapat berbunga, berbuah, dan berbiji terutama jenis kangkung
darat. Bentuk bunga kangkung umumnya berbentuk “terompet” dan daun
mahkota bunga berwarna putih atau merah lembayung .

V. GAMBAR DAN RANGKAIAN ALAT :

• Maserasi :
VI. BAHAN DAN ALAT

Alat :

- Beaker glass

- Tabung reaksi

- Rak tabung reaksi

- Spatula

- Pipet tetes

- Sendok tanduk

Bahan :

- Kangkung

- FeCl3

- HCl 2N

- Serbuk Mg

- HCl Pekat

- Amil alkohol

- Kloroform

VII. PROSEDUR KERJA


1. Pengeringan Kangkung
- Pisahkan daun kangkung dengan batangnya. Kemudian dicuci hingga
bersih
- Kemudian daun kangkung dijemur dibawah sinar matahari hingga
benar-benar kering
- Setelah daun kangkung kering, masukkan kedalam blender hingga
menjadi serbuk.

2. Maserasi
- Timbang 25g serbuk kangkung
- Setelah ditimbang basahkan dengan 12,5ml etanol 70%
- Lakukan pembasahan lanjutan dengan 12,5ml etanol 70% berikutnya.
Kemudian masukkan kedalam gelas piala 500ml tutup dengan
alumunium foil. Biarkan selama 24 jam
- Setelah 24 jam panaskan diatas penangas air sampai terjadi ekstrak
kental yang siap digunakan.

3. Senyawa Polifenolat
- Serbuk kangkung yang telah dikeringkan ditambahkan larutan FeCl3.
Jika terjadi warna Hijau hingga kehitaman menunjukkan adanya
Senyawa Polifenolat.
- Ekstrak kangkung yang telah dimaserasi ditambahkan larutan FeCl3.
Jika terjadi warna hijau hingga kehitaman menunjukkan adanya
Senyawa Polifenolat.

4. Senyawa Flavonoid
- Serbuk kangkung yang telah dikeringkan ditambahkan larutan serbuk
magnesium lalu ditambahkan HCl pekat 12N lalu ditambahkan Amil
Alkohol. Jika terjadi warna kuning menunjukkan adanya senyawa
Flavonoid
- Ekstrak kangkung yang telah dimaserasi ditambahkan larutan serbuk
magnesium lalu ditambahkan HCl pekat 12N lalu ditambahkan Amil
Alkohol. Jika terjadi warna kuning menunjukkan adanya senyawa
Flavonoid
5. Senyawa Saponin
- Serbuk kangkung yang telah dikeringkan ditambahkan sedikit air
kemudian dipanaskan lalu dikocok secara vertikal selama beberapa
menit. Jika terjadi busa yang mantap menunjukkan adanya senyawa
saponin.
- Ekstrak kangkung yang telah dimaserasi ditambahkan sedikit air
kemudian dipanaskan lalu dikocok secara vertikal selama beberapa
menit. Jika terjadi busa yang mantap menunjukkan adanya senyawa
saponin.

6. Senyawa Tanin
- Serbuk kangkung yang telah dikeringkan ditambahkan HCl 2N lalu
ditambahkan Amil Alkohol. Jika terjadi warna merah menunjukkan
adanya senyawa tanin.
- Ekstrak kangkung yang telah dimaserasi ditambahkan HCl 2N lalu
ditambahkan Amil Alkohol. Jika terjadi warna merah menunjukkan
adanya senyawa tanin.

7. Senyawa Steroid
- Serbuk kangkung yang telah dikeringkan ditambahkan Kloroform
0,5ml lalu ditambah Asam Asetat Anhidrida 0,5ml kemudian
ditambahkan Asam Sulfat 2ml. Jika terjadi warna hijau kebiruan
menunjukkan adanya Senyawa Steroid sedangkan jika terjadi adanya
cincin violet/coklat menunjukkan adanya senyawa Triterpenoid.
- Ekstrak kangkung yang telah dimaserasi ditambahkan Kloroform
0,5ml lalu ditambah Asam Asetat Anhidrida 0,5ml kemudian
ditambahkan Asam Sulfat 2ml. Jika terjadi warna hijau kebiruan
menunjukkan adanya Senyawa Steroid sedangkan jika terjadi adanya
cincin violet/coklat menunjukkan adanya senyawa Triterpenoid.
8. Senyawa Alkaloid
- Serbuk kangkung yang telah dikeringkan ditambahkan HCl 2N lalu
ditambahkan air dan larutan Mayer. Jika terjadi adanya endapan putih
menungkukkan adanya Senyawa Alkaloid.
- Ekstrak kangkung yang telah dimaserasi ditambahkan HCl 2N lalu
ditambahkan air dan larutan Mayer. Jika terjadi adanya endapan putih
menungkukkan adanya Senyawa Alkaloid.

VIII. PENGAMATAN DAN HASIL :


• Maserasi

Sebelum 24 jam Sesudah 24 jam


Sebelum diberikan etanol, Setelah diberikan etanol, dan
berbentuk serbuk kangkung ditutup dengan aluminium foil
kering serta agak kasar. serbuk berubah menjadi cairan
berwarna hijau dan terdapat
endapan dibawahnya.

• Hasil Penapisan Fitokimia

Kandungan Senyawa Literatur (Jurnal) Pengamatan


Kimia
Polifenolat + +
Flavonoid + +
Saponin - +
Tannin - -
Steroid - -
Alkaloid - -
Ket : (+) terdeteksi, (-) tidak terdeteksi
IX. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini bahan baku yang digunakan adalah kangkung
(Ipomoea reptana poir). Sampel yang telah diambil segera dipreparasi dan
dikurangi kadar airnya melalui proses pengeringan. Pengeringan dilakukan
untuk menambah daya awet produk sebelum dianalisis dan mempermudah
penyimpanan. Kangkung yang telah kering memiliki bobot yang lebih ringan
dibandingkan kangkung air segar. Hal ini terjadi karena sebagian air dalam
kangkung telah teruapkan oleh panas saat proses pengeringan. Kadar air
tersebut merupakan air bebas yang mudah dihilangkan, misalnya dengan
proses pengeringan. Ketiga bagian tersebut masing-masing dihancurkan
sehingga diperoleh bentuk serbuk halus. Bahan baku yang berbentuk serbuk
halus tersebut dapat mempermudah saat proses analisis maupun proses
ekstraksi. Permukaan bahan baku yang dapat kontak langsung dengan pelarut
lebih luas. Serbuk halus tersebut kemudian disimpan dalam wadah tertutup
untuk melindungi bahan baku dari pengaruh lingkungan sekitar.
Setelah dilakukan pengeringan kemudian bahan yang berbentuk serbuk
halus kemudian di maserasi menggunakan etanol 70% kemudian bahan di
ekstraksi menggunakan water bath hingga di dapatkan ekstrak kental untuk
dilakukan pengujian. Pengujian dilakukan menggunakan serbuk dan ekstrak
kental, ada beberapa uji yang dilakukan, yaitu :
a) Senyawa Polifenolat
Dari analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa sampel daun
Kangkung (Ipomoea reptana poir) positif mengandung polifenolat.
Hal ini diketahui dari perubahan warna yang terjadi pada saat
penambahan larutan FeCl3 1% yaitu warna hijau kehitaman. Hasil
ini diperkuat dengan penelitian Anna dan Albert (2013), yang
menujukkan bahwa hasil identifikasi senyawa polifenolat pada
tanaman tersebut juga positif mengandung polifenol.
Pada identifikasi senyawa tersebut, perubahan warna disebabkan
oleh reaksi penambahan FeCl3 dengan salah satu gugus hidroksil
yang ada pada senyawa polifenolat. Penambahan FeCl3 menghasilkan
warna hijau kehitaman. Terbentuknya warna hijau kehitaman atau
biru tinta pada ekstrak setelah ditambahkan dengan FeCI3 karena
senyawa ini akan membentuk senyawa kompleks dengan FeCI3.

b) Senyawa Flavonoid
Dari analisis ini diketahui bahwa sampel daun Kangkung (Ipomoea
reptana poir) positif mengandung flavonoid. Hasil ini ditunjukkan
dengan adanya perubahan warna pada tabung yaitu berwarna kuning.
Hasil ini diperkuat oleh jurnal penelitian sebelumnya oleh Anna dan
Albert (2013) yang menunjukkan bahwa pada ekstrak etanol tanaman
tersebut juga berhasil teridentifikasi kandungan senyawa flavonoid.
Penambahan HCI pekat dalam uji falvonoid digunakan untuk
menghidrolisis flavonoid menjadi aglikonya, yaitu dengan
menghidrolisis O-glikosil. Glikosil akan tergantikan oleh H+ dari asam
karena sifatnya yang elektrofilik. Glikosida berupa gula yang biasa
dijumpai yaitu glukosa, galaktosa dan raminosa.

c) Senyawa Saponin
Dari hasil analisis diketahui bahwa sampel daun Kangkung
(Ipomoea reptana poir) positif mengandung saponin yang ditandai
dengan terbentuknya busa setelah pengockan. Menurut Robinson
(1995) senyawa yang memiliki gugus polar dan nonpolar bersifat
aktif permukaan sehingga saat saponin dikocok dengan air dapat
membentuk misel. Pada struktur misel, gugus polar menghadap ke
luar sedangkan gugus nonpolarnya menghadap ke dalam, keadaan
inilah yang tampak seperti busa. Sementara itu penelitian oleh Anna
dan Albert (2013) menyatakan saponin daun kangkung tidak
ditemukan senyawa saponin, dikarenakan bahan sampel yang tidak
stabil sehingga senyawa saponin pada sampel tersebut rusak.
d) Senyawa Tanin
Hasil uji fitokimia alkaloid menunjukkan bahwa sampel daun
Kangkung (Ipomoea reptana poir) negatif mengandung tanin. Hai ini
dibuktikan tidak terjadi perubahan warna merah setelah ditambahkan
HCL 2N dan amil alkohol.

e) Senyawa Steroid
Uji senyawa steroid masing – masing bahan serbuk maupun
ekstrak kangkung ditambahkan kloroform 0,5 ml lalu ditambahkan
asam asetat anhiddrida 0,5 ml kemudian ditambahkan asam sulfat 2
ml tidak mengalami perubahan warna hijau kebiruan dan tidak adanya
cincin violet atau coklat yang menandakan tidak terdapat senyawa
steroid, dan pada jurnal penelitian didapatkan hasil negative tidak
mengalami perubahan warna hijau kebiruan dan tidak adanya cincin
violet atau coklat yang menandakan tidak terdapat senyawa steroid
pada bahan tersebut.

f) Senyawa Alkaloid
Hasil uji fitokimia alkaloid menunjukkan bahwa sampel daun
Kangkung (Ipomoea reptana poir) negatif mengandung alkaloid. Hai
ini tidak dibuktikan dengan terbentuknya endapan pada tabung reaksi
setelah ditetesi pereaksi Meyer, yang menunjukkan bahwa sampel
tersebut mengandung alkaloid. Reaksi dengan pereaksi Mayer
terbentuk endapan putih.

X. KESIMPULAN

Pada praktikum skrining fitokimia kangkung kemarin dapat disimpulkan


bahwa, skrining fitokimia adalah suatu tahap awal untuk mengidentifikasi
kandungan dari suatu senyawa dalam simplisia atau tanaman yang yang akan
diuji. Sebelum melakukan skrining fitokimia, pertama serbuk kangkung
dilakukan proses maserasi dan hasil maserasi tersebut diuapkan diatas
waterbath sampai didapat ekstrak kental. Setelah itu dilakukan dua kali
skrining, yang pertama dilakukan skrining terhadap serbuk kangkung dan
yang kedua dilakukan skrining dengan ekstrak kental kangkung yang telah
diuapkan.
Hasil skrining fitokimia yg didapat pada paraktikum tersebut pada bahan
serbuk kangkung dan ekstrak kental kangkung yang telah diuapkan
menunjukan bahwa didalam kangkung terdapat senyawa metabolit sekunder
yakni senyawa polifenolat, flavonoid dan saponin karena pada pengujiannya
menunjukkan hasil yang positif. Hal ini sesuai dengan teori, di mana
kangkung memang memiliki senyawa metabolit sekunder flavonoid, saponin
dan senyawa fenolat.

XI. DAFTAR PUSTAKA

o Anggarwulan, E. dan Solichatun. 2001. Fisiologi


Tumbuhan. FMIPA, UNS. Surakarta.
o Harbone, J.B., 1987, Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern
Menganalisis Tumbuhan, Terbitan Kedua. Bandung: ITB
o Kristianti, A. N, N. S. Aminah, M. Tanjung, dan B. Kurniadi. 2008.
Buku Ajar Fitokimia.Surabaya: Jurusan Kimia Laboratorium Kimia
Organik FMIPA Universitas
o Sabirin, M., Hardjono S., dan Respati S., 1994. Pengantar Praktikum
Kimia Organik II. UGM-Yogyakarta.
o Yuliana A, Albert. 2013. Aktivitas Kangkung Air (Ipomoea Aquatica)
Terhadap Jamur Pityrosporum Ovale Hasil Isolasi Secara In Vitro.
Jurnal Kesehatan Bakti tunas Husada. 9(1) : 1-6
LAMPIRAN FOTO SKRINING FITOKIMIA DAUN KANGKUNG

1. Uji Polifenolat

- Ekstrak + FeCl3  hijau kehitaman (+)


- Serbuk + FeCl3  hijau kehitaman (+)

2. Uji Flavonoid

- Ekstrak + lar.serbuk Mg + HCl pekat 12 N + amil alkohol  warna


kuning (+)
- Serbuk + lar.serbuk Mg + HCl pekat 12 N + amil alkohol  warna
kuning (+)
3. Uji Saponin

- Ekstrak + air  dikocok (menghasilkan busa mantap ) (+)


- Serbuk + air  dikocok (menghasilkan busa mantap ) (+)

4. Uji Tanin

- Ekstrak + HCl 2N + amil alkohol  tidak terjadi warna merah (-)


- Serbuk + HCl 2N + amil alkohol  tidak terjadi warna merah (-)
5. Uji Steroid

- Ekstrak + kloroform + as.asetat anhidra + asam sulfat  tdk ada hijau


kebiruan dan tidak ada cincin violet (-)
- Serbuk + kloroform + as.asetat anhidra + asam sulfat  tdk ada hijau
kebiruan dan tidak ada cincin violet (-)

6. Uji Alkaloid

- Ekstrak + HCl 2N + air + mayer  tidak ada endapan putih (-)


- Serbuk + HCl 2N + air + mayer  tidak ada endapan putih (-)
Keterangan : (+) terdeteksi, (-) tidak terdeteksi

Anda mungkin juga menyukai