Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

MATERI 5 : IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN ALKALOID

(DEF4232P)

DISUSUN OLEH KELOMPOK A3

ANGGOTA:

DEVI RATNASARI (NIM. 155070501111001)

NUR ISHMAH (NIM. 155070501111003)

NI PUTU JUNITA SARI (NIM. 155070501111007)

AZIZAH FITRIANI (NIM. 155070501111009)

BAIQ MAULINA SRI RAHAYU (NIM. 155070501111011)

NI MADE DIAH PRAMESTI D. (NIM. 155070501111013)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

TA 2016/2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu mengidentifikasi


senyawa golongan alkaloid pada tanaman menggunakan pereaksi warna dan KLT.

1.2 Tinjauan pustaka

Alkaloid merupakan suatu golongan senyawa alkaloid yang terbanyak


ditemukan di alam hamper seluruh senyawa alkaloid berasal dari tumbuh-
tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Lebih dari 5000
senya alkaloid ditemukan dalam tumbuhan mempunyai keaktifan fisiologis
tertentu yang dapat berguna sebagai obat. Semua alkaloid mengandung paling
sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa. Ditinjau dari strukturnya,
alkaloid merupakan cincin heterosiklik yang dalam kebanyakan kasus nitrogen
berada dalam cincin heterosikliknya. Alkaloid memiliki aktivitas biologis yang
signifikan, seperti tindakan meringankan asma yaitu efedrin, analgesik yaitu
morfin, dan efek antikanker dari vinblastine . Alkaloid adalah salah satu
komponen aktif yang paling penting dalam ramuan alami, dan beberapa senyawa
ini ada sudah berhasil berkembang menjadi kemoterapi, obat-obatan seperti
camptothecin (CPT) yang terkenal penghambat topoisomerase I (TopI) dan
vinblastine, yang berinteraksi dengan tubulin. Beberapa senyawa alkaloid dapat
diklasifikasikan berdasarkan jalur biosintesisnya (Pradip,dkk, 2014).

Alkaloid dapat diisolasi pada tanaman sehingga dapat dipisahkan dengan


senyawa dalam metabolit sekunder lainnya dengan berbagai cara. Salah satu cara
yang dapat digunakan adalah dengan uji pereaksi warna dengan langkah yaitu :
(Swapna, dkk, 2012)
 Uji Mayer: Untuk 1ml ekstrak ditambahkan ke 2ml reagen Mayer,
terbentuknya endapan putih kusam menunjukkan adanya alkaloid
 Reagen Dragendroff: Untuk 1ml ekstrak ditambahkan 1ml Reagen
Dragendroff, terbentuknya endapan merah oranye menunjukkan adanya
alkaloid
 Uji Hager: Untuk 1ml ekstrak ditambahkan 3ml reagen Hager,
terebntuknya endapan kuning menunjukkan adanya Alkaloid
 Uj Wagner: Untuk 1ml ekstrak ditambahkan ke 2ml reagen Wagner,
terbentuknya endapan coklat kemerahan menunjukkan adanya alkaloid

Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia (Aksara,dkk, 2013)

Kromatografi lapis tipis menggunakan plat tipis yang dilapisi dengan


adsorben seperti silika gel, aluminiumoksida (alumina) maupun selulosa.
Adsorben tersebut berperan sebagai fasa diam. Fasa gerak yang digunakan dalam
KLT sering disebut dengan eluen. Pemilihan eluen didasarkan pada polaritas
senyawa dan biasanya merupakan campuran beberapa cairan yang berbeda
polaritas, sehingga didapatkan perbandingan tertentu. Eluen KLT dipilih dengan
cara trial and error. Kepolaran eluen sangat berpengaruh terhadap Rf
(faktorretensi) yang diperoleh. Faktor retensi (Rf) adalah jarak yang ditempuh
oleh komponen dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh eluen. Rumus factor
retensi adalah (Ewing Galen Wood, 1985):

Dalam uji KLT dengan sampel Piper retrofractum untuk identifikasi


piperine. Selain dengan uji warna identifikasi piperine dapat dilakukan dengan
melakukan uji dengan KLT dengan melihat nilai Rf yang didapatkan. Biasanya
nilai Rf untuk menunjukan adanya piperine adalah 0,25 dan dalam literature
ditemukan nilai Rf untuk piperine adalah 0,245 seperti yang ditunjukan pada
gambar dibawah ini (Swapna, dkk, 2012).
Gambar 1. Isolasi Piperine dengan KLT

1.3 Alat dan Bahan

1.3.1 Alat Praktikum

Alat yang digunakan pada praktikum identifikasi senyawa aromatik yaitu


Corong pisah (1), Tabung reaksi (4), Vial (3), Gelas Ukur 10 ml (2), Pipet volume
1 ml (1), Filler (1), Batang pengaduk (1), Chamber (1), Pipet tetes (1), Rak tabung
reaksi (1), Pinset (1), Erlenmeyer 50 ml (1), Plat KLT (1), dan Kertas pH (1).

1.3.2 Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan pada praktikum identifikasi senyawa aromatik


yaitu Ekstrak Piper retrofractum (40 mg) HCl 2N (5 ml), NaCl (0,15 gram), NH3
(22 tetes), Kloroform (9,5 ml), Etil asetat (3 ml), Pereaksi warna mayer’s,
Pereaksi warna Wagner’s, dan Pereaksi warna Dragendroff.

1.4 Prosedur Kerja


1.4.1 Preparasi Sampel

Ekstrak Piper retrofractum

Ditimbang ekstrak sebanyak 40


mg
Dilarutkan dalam 4 ml
metanol dibagi 2 masing-masing 2 ml ( 1 untuk uji
Larutan
tanpa preparasi dan 1 untuk uji dengan preparasi

Larutan Ekstrak
1.4.2 Sampel dengan Preparasi

Larutan Ekstrak

Dimasukkan 2,5 ml HCl 2 N

Dipanaskan di atas penangas air selama 2-3 menit sambil diaduk

Didinginkan, ditambah 0,15 gram NaCl, diaduk rata, disaring

Ditambah 2,5 HCl 2 N

Ditambahkan NH3 pekat 20-40 tetes sampai larutan menjadi basa

Dicek dengan meneteskan larutan pada kertas lakmus merah, yang


warnanya berubah menjadi biru setelah penetasan

Diekstraksi larutan dengan 2,5 ml kloroform bebas air


menggunakan corong pisah

Diambil fase kloroform

Dibagi filtrat menjadi 4 dalam tabung reaksi, 3 sampel untuk uji


dengan pereaksi warna, dan 1 sampel untuk KLT

Filtrat dengan Preparasi


(Ep)
1.4.3 Sampel Tanpa Preparasi

Larutan Ekstrak

Dibagi filtrat menjadi 4 dalam tabung reaksi, 3 sampel untuk uji


dengan pereaksi warna, dan 1 sampel untuk KLT

Sampel tanpa
Preparasi (Et)

1.4.4 Deteksi Alkaloid dengan Pereaksi Warna


1.4.4.1 Tes Mayer’s

1 ml Ep dan 1 ml Et

Ditambahkan pereaksi Mayer’s sedikit demi sedikit pada


masing-masing sampel

Terbentuk endapan
kuning pada Ep dan tidak
terbentuk endapan pada Et

1.4.4.2 Tes Wagner

1 ml Ep dan 1 ml Et

Ditambahkan pereaksi Wagner’s sedikit demi sedikit


pada masing-masing sampel

Terbentuk endapan coklat


kemerahan pada Ep dan
tidak terbentuk endapan
pada Et
1.4.4.3 Tes Dragendroff

1 ml Ep dan 1 ml Et

Ditambahkan pereaksi Wagner’s sedikit demi sedikit


pada masing-masing sampel

Tidak terbentuk
endapan pada Ep
dan Et

1.4.5 Identifikasi Senyawa piperin pada Piper retrofractum

Eluen

Disiapkan eluen kloroform : etil asetat (70 : 30)

Dijenuhkan Eluen dalam Chamber

Ditotolkan standar piperin, Ep dan Et pada lempeng KLT

Dieluasi plat KLT dalam chamber

Direndam plat KLT pada penampak noda Dragendroff

Diamati pada sinar visible

Tampak noda
berwarna orange
BAB II
HASIL DATA PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
2.1 Tabel Data Pengamatan
No Perlakuan Pengamatan
I. Praparasi Sampel
1 Ekstrak Piper retrofractum Ekstrak telah ditimbang 40 mg,
ditimbang 40 mg dimasukkan berwarna coklat, di dalam botol vial
dalam vial
2 Ekstrak dilarutkan dalam 4 mL Ekstrak belum sepenuhnya larut
methanol di dalam vial dalam 4 mL methanol di dalam vial,
masih terdapat partikel-partikel
ekstrak
3 Dilakukan sonikasi selama 5 menit Larutan ekstrak telah larut sempurna
berwarna kuning emas
4 Larutan ekstrak dibagi dua untuk Larutan ekstrak telah dibagi menjadi 2
digunakan uji dengan preparasi dan bagian dalam tabung reaksi
tanpa preparasi
II. Pengujian Tanpa Preparasi
1 Larutan ekstrak 2 mL dibagi 2 mL larutan ekstrak berwarna kuning
menjadi 4 dalam tabung reaksi emas telah terbagi 4 dalam tabung
reaksi
2 3 tabung digunakan untuk Diperoleh hasil pengujian
a. Uji Mayer’s a. Uji Mayer’s = Terbentuk endapan
(Sampel ditambahkan pereaksi berwarna kuning (setelah
Mayer’s sedikit demi sedikit, ditambahkan 20 tetes reagen
apabila terbentuk endapan Mayer’s)
kuning (+ alkaloid)) b. Uji Wagner’s = Terbentuk endapan
b. Uji Wagner’s berwarna coklat kemerahan (setelah
(Sampel ditambahkan pereaksi ditambahkan 10 tetes reagen
Wagner’s sedikit demi sedikit, Wagner’s)
apabila terbentuk endapan c. Uji Dragendroff = Tidak terbentuk
coklat kemerahan (+ alkaloid)) endapan (setelah ditambahkan 20
c. Uji Dragendroff tetes reagen Dragendroff)
(Sampel ditambahkan pereaksi
Dragendroff sedikit demi
sedikit, apabila terbentuk
endapan merah (+ alkaloid))
3. 1 tabung reaksi yang lain Larutan ekstrak ditotolkan 2 totolan
digunakan untuk uji KLT pada plat KLT menggunakan pipa
kapiler
II. Pengujian Dengan Preparasi
1 Larutan ekstrak 2 mL ditambahkan 2 mL larutan ekstrak telah ditambah
2,5 mL HCl 2,5 mL HCl dan berubah warna dari
kuning emas menjadi kuning cerah
serta volume larutan bertambah
2 Larutan ekstrak + HCl dipanaskan Larutan ekstrak + HCl telah
menggunakan waterbath selama ± dipanaskan selama 2 menit
2 menit
3 Larutan didinginkan Larutan telah dingin
4 Ditambahkan NaCl 0,15 g ke Larutan telah ditambah NaCl dan
dalam larutan tersebut telah larut. Larutan menjadi berwarna
kuning
5 Campuran larutan disaring Campuran larutan telah disaring dan
ditampung dalam tabung reaksi
6 Ditambahkan HCl 2,5 mL ke dalam Larutan yang telah disaring telah
larutan yang telah disaring ditambah 2,5 mL HCl, tidak terjadi
perubahan warna, volume larutan
bertambah
7 Ditambahkan NH3 beberapa tetes Larutan telah ditambah 22 tetes NH3
ke dalam larutan sampai terbentuk
larutan basa
8 Diukur pH dari larutan Diperoleh pH larutan = 9, sehingga
menggunakan kertas indikator pH larutan telah berada dalam kondisi
basa
9 Larutan dimasukkan ke dalam Larutan ekstrak telah masuk ke dalam
corong pisah untuk dilakukan corong pisah
ekstraksi
10 Disiapkan kloroform 2,5 mL dan 2,5 mL kloroform telah siap dan telah
dimasukkan ke dalam corong pisah dimasukkan ke dalam corong pisah
11 Campuran larutan dikocok selama Campuran larutan + kloroform telah
2 menit dikocok dan tercampur merata
12 Dibiarkan agar campuran memisah Campuran telah memisah dan
terbentuk dua lapisan, yakni lapisan
atas berwarna putih agak kekuningan
dan keruh sedangkan lapisan bawah
tidak berwarna atau bening
13 Diambil fase kloroform (fase Fase kloroform (bening) telah diambil
bawah)
14 Larutan (fase kloroform) dibagi Larutan (fase kloroform) telah dibagi
menjadi 4 bagian dalam tabung menjadi 4 dalam tabung reaksi secara
reaksi merata
15 1 tabung digunakan sebagai blanko Larutan telah ditotolkan pada plat
dan ditotolkan pada plat KLT KLT menggunakan pipa kapiler
menggunakan pipa kapiler sebanyak 2 totolan
16 3 tabung yang lain digunakan Diperoleh hasil pengujian
untuk uji pereaksi warna a. Uji Mayer’s = Tidak terbentuk
a. Uji Mayer’s endapan (setelah ditambahkan 30
(Sampel ditambahkan pereaksi tetes reagen Mayer’s)
Mayer’s sedikit demi sedikit, b. Uji Wagner’s = Tidak terbentuk
apabila terbentuk endapan endapan (setelah ditambahkan 6
kuning (+ alkaloid)) tetes reagen Wagner’s)
b. Uji Wagner’s c. Uji Dragendroff = Tidak terbentuk
(Sampel ditambahkan pereaksi endapan (setelah ditambahkan 15
Wagner’s sedikit demi sedikit, tetes reagen Dragendroff)
apabila terbentuk endapan
coklat kemerahan (+ alkaloid))
c. Uji Dragendroff
(Sampel ditambahkan pereaksi
Dragendroff sedikit demi
sedikit, apabila terbentuk
endapan merah (+ alkaloid))
17 Disiapkan eluen yang terdiri dari Eluen yang terdiri dari kloroform 9,6
kloroform : etil asetat = 70:3, mL dan etil asetat 0,4 mL (tidak
sebanyak 10 mL berwarna atau bening) telah disiapkan
18 Larutan standar piperin di totolkan Larutan standar piperin yang tidak
pada plat KLT (yang sebelumnya berwarna atau bening telah ditotolkan
telah ditotolkan sampel) pada plat KLT
19 Dieluasi plat KLT dalam eluen Plat KLT telah tereluasi
yang telah disiapkan
20 Plat KLT direndam dalam Plat KLT telah direndam dalam
penampak noda dragendroff penampak noda dragendroff
21 Plat KLT diamati pada sinar Diperoleh hasil
tampak a. 1 noda pada standar
b. 3 noda pada larutan ekstrak tanpa
preparasi
c. 1 noda pada larutan ekstrak dengan
preparasi

2.2 Tabel Data Hasil Pengamatan


Reagen Et (Larutan ekstrak tanpa Ep (Larutan ekstrak dengan
preparasi) preparasi)
Mayer’s Endapan : Kuning Tidak terbentuk endapan
(+) (-)
Wagner’s Endapan : Coklat Kemerahan Tidak terbentuk endapan
(+) (-)
Dragendroff Tidak terbentuk endapan Tidak terbentuk endapan
(-) (-)
Standar Ep (Larutan ekstrak Et (Larutan ekstrak tanpa
dengan preparasi) preparasi)
X1 = 1,5 cm X1 = 0,8 cm X1 = 0,9 cm
Rf1 = Rf1 = Rf1 =
= 0,1875 = 0,1 = 0,1125
X2 = 1,5 cm
Rf2 =
= 0,1875
X3 = 2 cm
Rf3 =
= 0,25

2.2 Pembahasan
Pada praktikum Identifikasi Senyawa Golongan Alkaloid digunakan
ekstrak Piper retrofractum yang berwarna kecoklatan yang dilarutkan dalam
metanol. Larutan ekstrak dalam metanol tersebut kemudian dibagi menjadi 2
bagian sama banyak, kemudian salah satu bagian ekstrak diberi perlakuan berupa
penambahan NH4OH, HCl, dan NaCl. Larutan ekstrak tersebut pertama – tama
ditambahkan 2,5 ml HCl 2 N. Senyawa golongan alkaloid di alam kebanyakan
berada dalam bentuk basa. Penambahan HCl 2 N tersebut yaitu agar alkaloid yang
terkandung dalam larutan ekstrak bereaksi dengan asam untuk membentuk garam.
Pada Piper retrofractum terkandung senyawa golongan alkaloid yaitu piperin.
Piperin ini merupakan senyawa alkaloid yang bersifat basa lemah, untuk
membentuk garam dibutuhkan asam kuat. Oleh karena itu, untuk membentuk
garam piperin ditambahkan HCl 2 N yang merupakan asam kuat. Alkaloid yang
bersifat basa lemah seperti piperin akan membentuk garam yang tidak stabil.
Kemudian dilakukan pemanasan dengan menggunakan water bath. Setelah
dipanaskan, larutan ekstrak yang telah ditambahkan HCl didiamkan hingga dingin
dan ditambahkan dengan NaCl sebanyak 0,15 g. Penambahan NaCl ini ditujukan
agar garam alkaloid untuk menjenuhkan larutan. Kemudian ditambahkan lagi 2,5
ml HCl. Sama seperti penambahan HCl pada pertama kali yang berfungsi untuk
menggaramkan senyawa alkaloid. Kemudian ditambahkan NH4OH sebanyak 1
ml. Penambahan NH4OH merupakan basa lemah yaitu agar bereaksi dengan
garam alkaloid dan melepaskan alkaloid dari bentuk garamnya. Kemudian larutan
diekstraksi dengan menggunakan kloroform. Pemilihan pelarut kloroform
dikarenakan kloroform merupakan pelarut yang sesuai untuk mengekstraksi
alkaloid dalam bentuk alkaloid bebas dari pelarut yang sebelumnya. Dengan
demikian dapat diperoleh senyawa alkaloid bebas yang digunakan untuk evaluasi
selanjutnya (El-Sakka, 2010).

Tes kimia yang sering digunakan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi


alkaloid terdapat 2 tipe reaksi yaitu reaksi presiipitasi dan reaksi warna. Pada
reaksi presipitasi akan menghasilkan endapan amorf atau kristal dengan warna
yang bervariasi dengan penambahan reagen pengendap ke dalam larutan garam
alkaloid netral atau sedikit asam. Reagen yang digunakan mengandung logam
berat seperti Hg, Pt, dan Bi. Pada reaksi warna, biasanya dilakukan dengan
penambahan reagen warna ke dalam larutan yang mengandung alkaloid dalam
bentuk basa bebas bukan dalam bentuk garam untuk menghasilkan larutan dengan
karakteristik warna tertentu (El-Sakka, 2010).

Pada praktikum yang telah dilakukan identifikasi alkaloid dilakukan


dengan pereaksi warna dan dengan KLT. Pereaksi warna yang digunakan ada 3
yaitu Mayer’s test, Wagner’s test, dan Dragendroff test. Dari hasil identifikasi
dengan pereaksi warna diperoleh hasil sebagai berikut:

Uji Et Ep
Tes Mayer’s + -
Tes Wagner’s + -
Tes Dragendroff - -
Keterangan:

Tes wagner: +  terbentuk endapan coklat kemerahan

Tes mayer : +  terbentuk endapan kuning

Tes dragedroff : +  terbentuk endapan merah


Gambar 1. (Kanan) Test mayer (kiri) Test wagner (Jha dkk., 2012).

A B C
Gambar 2. Hasil Pengamatan Larutan Ekstrak tanpa preparasi dengan pereaksi
warna A. Tes Dragendroff B. Tes Wagner C. Tes Mayer

A B C
Gambar 3. Hasil Pengamatan Larutan Ekstrak dengan preparasi dengan pereaksi
warna A. Tes Mayer B. Tes Dragendroff C. Tes Wagner

Dari hasil tersebut dapat dilihat pada gambar 2 bahwa pada sampel tanpa
preparasi menunjukkan hasil postif pada tes wagner, mayer, dan dragendroff.
Sedangkan pada sampel dengan preparasi tidak menunjukkan hasil yang positif.
Pada tes dragendroff larutan ekstrak tanpa preparasi dihasilkan endapan berwarna
kuning. Reagen dragendroff terdiri dari (Nitrooxy)oxobismuthine (BiNO 4.H2O),
asam tartarat, dan KI. Reagen ini digunakan untuk mendeteksi alkaloid dengan
mekanisme coupling antara logam berat yang terkandung dalam reagen dengan
nitrogen pada lakaloid untuk membentuk ion pair. Pada kompleks endapan yang
terbentuk mempunyai warna yang bervariasi antara jingga-merah, kuning-jingga,
merah-hitam, merah muda-ungu tergantung pada spesies. Pada ekstrak yang diuji
terbentuk endapan berwarna kuning kemerahan sehingga sudah sesuai dengan
literatur yang diperoleh (Swapna dkk., 2012).

Pada tes wagner larutan ekstrak tanpa preparasi diperoleh hasil endapan
berwarna cokelat kemerahan. Dari hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh
warna endapan sesuai dengan hasil uji alkaloid dengan tes mayer pada gambar 1
bagian kiri. Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil ekstrak tanpa preparasi positif
mengandung alkaloid. Pada tes dengan reagen mayer larutan ekstrak tanpa
preparasi diperoleh hasil endapan berwarna putih kekuningan. Hal ini sesuai
dengan gambar 1 bagian kanan yang menunjukkan hasil uji alkaloid dengan
reagen mayer dimana terbentuk endapan yang sesuai dengan hasil endapan yang
diperoleh pada waktu praktikum. Mekanisme reaksi antara alkaloid dengan reagen
mayer yaitu (HgI4)- bereaksi dengan ion pair dari nitrogen yang ada pada
alkaloid, sehingga membentuk komplek endapan berwarna putih-kuning. Sama
seperti pereaksi warna lainnya, reaksi antara pereaksi dengan alkaloid didasarkan
pada coupling antara logam berat yang terkandung dalam reagen dengan nitrogen
yang terkandung dala alkaloid sehingga membentuk endapan yang berwarna khas
(Swapna, 2012).

Pada gambar 3 menunjukkan bahwa pada sampel dengan preparasi


menunjukkan hasil negatif pada semua tes dengan pereaksi warna. Pada larutan
dengan preparasi antara sampel dan pereaksi warna tidak dapat bercampur.
Keduanya membentuk 2 lapisan yang terpisahkan. Hal ini dapat disebabkan oleh
sedikitnya kandungan alkaloid bebas pada larutan ekstrak dengan preparasi. Pada
larutan dengan preparasi dilakukan beberapa penambahan HCl, NH4OH, dan
NaCl, pada reaksi dengan pereaksi warna senyawa alkaloid yang terkandung harus
dalam bentuk basa bebas bukan dalam bentuk garam, sehingga pada hasil dengan
pereksi warna ditunjukkan hasil negatif karena kandungan alkaloid bebas yang
sangat terbatas atau bahkan tidak tersedua dalam larutan.
Untuk menentukan banyaknya senyawa alkaloid yang terekstraksi,
dilakukan uji KLT dengan eluen kloroform : etanol (70:3), lalu keberadaan
alkaloid dideteksi secara kualitatif dengan menyemprotkan pereaksi Dragendorf
pada kromatogram. Hasil positif akan ditunjukkan oleh noda jingga yang
tertinggal pada kromatogram, kemudian dihitung nilai Rfnya. Dibawah ini
merupakan gambar dari hasil uji alkoloid dengan KLT setelah direndam dalam
pereaksi dragendorf.

Gambar 4. Hasil uji dengan KLT dan setelah direndam dalam pereaksi
dragendorf

Dari hasil uji tersebut diperoleh Rf sebagi berikut :

Standar Ep Et
X1 = 1.5 cm X1 = 0.8 cm X1 = 0.9 cm
Rf = 1.5/8 = 0.1875 Rf = 0.8/8 =0.1 Rf = 0.9/8 = 0.1125
X2 = 1.5 cm
Rf = 1.5/8 = 0.1875
X3 = 2 cm
Rf = 2/8 = 0.25

Pada standar terdapat satu noda dengan Rf 0.1875, nilai Rf tersebut sama dengan
nilai Rf2 dari ekstrak tanpa preparasi. Pada ekstrak tanpa preparasi terdapat 3 noda
dengan Rf secara berturut-turut adalah 0.1125; 0,1875; dan 0.25. Sedangkan pada
ekstrak dengan preparasi didapatkan satu noda dengan Rf 0.1. Berdasarkan
Harborne (1987) nilai Rf dari standar, ekstrak dengan preparasi, dan ekstrak tanpa
preparasi masuk dalam kisaran 12 alkaloid yang paling umum yaitu 0,07 – 0,62.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari prraktikum ini dapat ditarik kesimpulan bahwa


hasil deteksi positif dengan menggunakan pereaksi warna mayers dan wagner
tanpa preparasi. Sedangkan menunjukkan hasil negatif pada pereaksi warna
mayers, wagner, dan dragendorf dengan preparasi. Dari hasil tersebut dapat
dikatakan bahwa ekstrak tersebut terbukti mengandung alkaloid yang didukung
denganhasil uji dengan KLT yang menunjukkan positif alkaloid.
DAFTAR PUSTAKA

Aksara, Riska, Weny J.A. Musa, La Alio. 2013. Identifikasi Senyawa Alkaloid
Dari Ekstrak Metanol Kulit Batang Mangga (Mangifera indica L) . Jurnal
Entropi, Volume Viii, Nomor 1, Februari 2013.
El-Sakka, M.A. 2010. Phytochemistry (3) Alkaloids. Third Edition. Al Ahzar
University, Kairo.
Ewing, Galen Wood. 1985. Instrumental of Chemical Analysis Fifth edition.
McGraw-Hill. Singapore.
Harborne,J.B. 1987. Metode Fitokimia. ITB, Bandung.
Jha, D.K., Panda, L., Lavanya, P. 2012. Detection and Confirmation of Alkaloids
in Leaves of Justica adhatoda and Bioinformatics Approachh to Elicit Its
Anti-tuberculosis Activity. Journal of Application Biochemichal
Biotechnology. 168: 980-990.
Pradip, Ghogare, Chavan Vijay, Singh Priya, Lambe Sujata, Hembade
Mahendra,Lukkad Harish.2014. Recent Alkaloids From Dalbergia Sissoo And
Various Herbs As Anticancer Agents. International Journal of Traditional
System of Medicine.
Swapna P R, Deepthi , Junise , Shibin , Senthila , Rajesh R.2012. Isolation,
identification and antimycobacterial evaluation of piperine from Piper
longum. Der Pharmacia Lettre, 2012, 4 (3):863-868.
Swapna, D.P.R., Junise, V., Shibin, P., Senthila, S., Rajesh, R.S. 2012. Isolaton,
Identification, and Antimicrobacterial Evaluation of Piperine from Piper
longum. Journal of Der Pharmacia Lettre. Vol 4(3): 863-868.

Anda mungkin juga menyukai