Anda di halaman 1dari 6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Mutu Simplisia Daun Harendong


Tabel 1 Hasil pengamatan uji organoleptik, makroskopik, dan mikroskopik
Uji
Organoleptik
Makroskopik

Parameter
Bau
Rasa
Morfologi
Warna

Pengamatan
Seperti daun pada umumnya
Agak pahit
Halus
Hijau

Preparat native

Mikroskopik
Preparat berwarna (iod)

Salah satu uji yang dilakukan ialah uji organoleptik. Uji organoleptik dilakukan untuk
mengetahui tingkat kesukaan masyarakat atau panelis dan penerimanya terhadap mutu. Uji
ini meliputi warna, aroma, rasa dan kekentalan (Askar dan Sugiarto 2005). Warna daun
harendong yang dianalisis berwarna hijau tua, aromanya khas daun seperti aroma teh hijau.
Rasanya pahit, dan tekstur yang didapat tidak terlalu halus. Secara mikroskopik dapat dilihat
pada Tabel 1 yang native dan diwarnai dengan iod.
Tabel 2 Data pengukuran penentuan kadar air sampel daun tapak dara
Ulangan
1
2
3

Bobot
cawan
kosong (g)
32.73
29.83
34.40

Bobot contoh
sebelum
dikeringkan (g)
2.01
2.01
2.00

Bobot cawan +
sampel sebelum
dikeringkan (g)
34.74
31.84
36.40

Bobot cawan +
sampel sesudah
dikeringkan (g)
34.60
31.66
36.22

Kadar air
(%)
6.97
8.96
9.00

Contoh perhitungan :
Kadar air =

( bobot contoh+cawan sebelum dikeringkan ) - (bobot cawan+sampel setelah dikeringkan)


x 100 %
bobot contoh sebelum dikeringkan
(34.74-34.60)g
x 100 =6.97
= 2.01 g
Pemeriksaan kadar air dilakukan untuk mengetahui umur simpan dan daya tahan
simplisia terhadap mikroba ( Samosir et al. 2006 ). Berdasarkan hasil perhitungan Tabel 1
didapatkan kadar air sebesar 8.14 %. Menurut DEPKES RI (1995) kadar air harendong yang
baik kurang dari 10%. Jadi hasil yang didapat dapat dikatakan bagus karena kurang dari 10%.

Ekstraksi Daun Harendong


Tabel 3 Data ekstraksi
Prosedur
Bobot simplisia yang digunakan
Lama shaker
Kecepatan shaker
Bobot ekstrak kering yang diperoleh
Rendemen
Contoh perhitungan :
Rendemen =

Hasil
50.02 g
24 jam
120 rpm
10.9172 g
21.83%

bobot esktrak kering


10.9172 g
x 100% =
x 100% = 21.83%
bobot simplisia
50.02 g

Analisis Fitokimia Ekstrak Daun Harendong

Gambar 2 Persamaan reaksi uji Meyer (Risky & Suyatno 2014)

Gambar 3 Persamaan reaksi uji Wagner (Risky & Suyatno 2014)

Gambar 4 Persamaan reaksi uji Dragendorf (Risky & Suyatno 2014)


Mg + 2HCl
MgCl2 + 6 ArOH

MgCl2 + H2
[ Mg (OAr)6]4- + 6H+ + 2ClKompleks berwarna
merah

Gambar 5 Persamaan reaksi uji flavonoid (Risky & Suyatno 2014)

Gambar 6 Persamaan reaksi uji tanin (Sangi et al 2012)

Gambar 7 Persamaan reaksi uji steroid dan triterpenoid (Sangi et al 2012)


Tabel 4 Data pengamatan uji fitokimia ekstrak kasar Daun Harendong
Uji

Simplisia
Hasil

Flavonoid

Negatif
(hijau)

Tanin

Positif
(biru tua)

Saponin

Positif
(buih stabil)

Steroid

Negatif
(hijau)

Triterpenoid

Negatif
(hijau)

Alkaloid Wagner

Positif
(coklat)

Alkaloid
Dragendorf

Negatif
(endapan hijau)

Alkaloid Meyer

Positif
(endapan putih)

Gambar

Uji fitokimia dilakukan dengan ekstrak kasar dan ekstrak halus. Untuk mengetahui
kandungan golongan senyawa aktif yang terkandung didalam Harendong. Hasil yang
didapatkan positif mengandung alkaloid, tanin, dan saponin. Berdasarkan Kusumowati et al.
(2014), senyawa yang terkandung didalam harendong ialah polifenol, flavonoid, tanin, dan
saponin. Terdapat perbedaan hasil pengujian yaitu harendong seharusnya tidak mengandung
senyawa alakaloid, dan mengandung senyawa flavonoid. Hal tersebut dapat disebabkan
karena beberapa hal, seperti kesalahan pada saat ekstraksi, pelarut yang sudah terkontaminasi
akibat penyimpanan yang terlalu lama.
Untuk uji alkaloid terhadap ekstrak kasar dan ekstrak dari masing-masing fraksi
dengan menggunakan pereaksi dragendroff (campuran Bi(NO3)2.5H2O dalam asam nitrat
dan larutan KI) setelah ditotolkan di kertas saring dan disemprotkan dengan pereaksi
dragendroff ekstrak kasar tersebut memberikan hasil negatif dengan terbentuknya endapan
hijau, sedangkan ekstrak halus memberrikan hasil positif dengan terbentuknya bercak merah.
Untuk uji flavonoid dengan menggunakan pita Mg (magnesium) dan HCl pekat
diperoleh hasil negatif pada kedua ekstrak menghasilkan hasil yang negative.
Untuk uji steroid menggunakan pereaksi Liebermann Burchard (asam asetat glacial +
H2SO4 pekat) diperoleh hasil negatif pada kedua ekstrak
Terakhir untuk uji saponin diperoleh hasil positif untuk kedua ekstrak dengan
terbentuknya buih dengan ketinggian 1-3 cm dan tahan dalam waktu lama serta tidak hilang
setelah ditambahkan HCl pekat sedangkan hasil negatif pada fraksi n-heksana dan etil asetat,
dimana buih yang dihasilkan hilang setelah penambahan HCl pekat.
Tabel 5 Data pengamatan uji fitokimia ekstrak halus Daun Harendong
Uji

Etil Asetat
Hasil

n-Heksana
Gambar

Hasil

Flavonoid

Negatif
(kuning)

Tanin

Positif
(merah)

Negatif
(tak berwarna)

Saponin

Positif
(buih stabil)

Positif
(buih stabil)

Steroid

Triterpenoid

Alkaloid Wagner

Positif
(coklat)

Positif
(coklat pekat)

Gambar

Alkaloid Dragendorf

Positif
(merah)

Positif
(merah)

Alkaloid Meyer

Positif
(endapan putih)

Positif
(endapan putih)

Pengujian Potensi Farmakologi Ekstrak Daun Harendong


Tabel 5 Pengujian BSLT
No

Konsentrasi
ekstrak (ppm)

1
0
2
100
3
200
4
400
5
600
6
800
7
1000
Contoh perhitungan:
Konsentrasi 250 ppm

Persentase kematian (%)

Rata-rata persen kematian

Jumlah Artemia
salina L. yang mati
(ekor)
1
2
3
0
1
0
1
0
0
1
1
2
1
0
0
1
0
1
2
1
0
0
2
2

Persentase kematian (%)


1
0
10
10
10
10
20
0

2
10
0
10
0
0
10
20

3
0
0
20
0
10
0
20

Rata-rata persentase
kematian (%)
3.33
3.33
13.33
3.33
6.66
10/00
13.33

Jumlah Artemia salina L. yang mati


x 100%
Jumlah artemia salina L. total

1
x 100%
= 10%
10

ulangan 1+ulangan 2+ulangan 3


= 3
0 + 10 + 0
= 3

x 100% = 3.33%

LC50

Persentase kematian = 50% % kematian = y = 50


Y = 171.43x 242.86
50 = 171.43x 242.86
X = 1.7083 ppm

Berdasarkan hasil uji BSLT diatas, nilai ini menunjukkan bahwa pada konsentrasi
1.7083 ppm ekstrak sampel mampu membunuh larva udang sampai 50% populasi. Nilai
LC50 dari uji mortalitas larva udang. Semakin kecil nilai LC50 (Lethal Concentration 50
%) dari suatu sampel maka semakin tinggi bioaktivitasnya. Nilai-nilai di atas menunjukkan
kematian populasi larva udang hingga 50% populasi. Berdasarkan studi yang dilakukan
Meyer (1982), senyawa kimia dikatakan berpotensi aktif bila mempunyai nilai LC50 kurang

dari 1.000 ppm. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ekstrak


berpotensi aktif karena nilai LC50 yang dihasilkan lebih dari 1.000 ppm.

harendong tidak

Gambar 8 Hubungan antara [ekstrak] dan % rerata kematian pada uji BSLT

Daftar Pustaka
Askar S, Sugiarto. 2005. Uji Kimia dan Organoleptik sebagai Uji Mutu Yogurt. Prosiding.
Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional
Samosir AP, Runtuwene MRJ, Citraningtyas G. 2006. Uji aktivitas dan total flavonoid pada
ekstrak etanol pinang Yaki. J.Farmasi. 7(3):7-10
Rizky TA, Suyatno. 2014. Aktivitas antioksidan dan antikanker ekstrak metanol tumbuhan
paku Adiantum philippensis L. UNESA J. Chem. 3(1): 89-95
Kusumowati ITD, Melannisa R, Prasetyawan A. 2014. Daya antibakteri ekstrak etanol daun
senggani (Melastoma affine D. Don). J. Biomed. 6(2): 22-25
Meyer LF. 1982. Brine shrimp: convenient general bioassay for active constituent. Planta
Medica. 45: 31 34.
Sangi MS, Momuat LI, Kumaunang M. 2012. Uji toksisitas dan skrining fitokimia tepung
gabah pelepah aren (Arenga pinnata). J. Ilmiah S. 12: 128-134.

Anda mungkin juga menyukai