Anda di halaman 1dari 10

1

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1) Ekstrak Etanol 96% Daun Teh Hijau


Determinasi daun teh hijau dilakukan di Laboratorium Universitas Setia Budi. Daun teh
hijau diambil di Desa Kemuning, Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. Daun teh
hijau dipilih, dipisahkan dari material lainnya misalnya akar dan daun, kemudian
dicuci bersih dengan air mengalir, dipotong kecil-kecil kemudian dikering anginkan
selama kurang lebih 10 hari, setelah itu, daun teh hijau hasil pengeringan dihaluskan
menggunakan blender, kemudian diayak dengan ayakan mesh No 60. Penyerbukan
dilakukan untuk dapat memperluas partikel bahan yang kontak dengan pelarut
sehingga penyarian dapat berlangsung secara efektif.
Tabel 1. Hasil Susut Pengeringan Daun Teh Hijau
Berat Simplisia Hasil Susut Pengeringan
2g 5,02%
Hasil susut pengeringan diperoleh sebesar 5,02%. Penimbang 2 gram serbuk
simplisia kemudian dimasukkan pada alat Moisture Balance. Susut pengeringan
memenuhi persyaratan Farmakope Herbal Indonesia bila suatu serbuk simplisia tidak lebih
dari 10%, jika terlalu tinggi dapat merubah komposisi kimia dari simplisia sehingga
menurunkan kualitas simplisia dan mudah ditumbuhi bakteri.
Pembuatan ekstrak dibuat dengan metode maserasi. Simplisia dimasukkan
kedalam dua buah botol berwarna coklat sebanyak masing-masing 250 gram.
Kemudian ditambahkan cairan penyari yaitu etanol 96% hingga seluruh simplisia
terendam ditandai hingga terdapat selapis pelarut diatasnya (2,5 liter). Maserasi
dilakukan selama 5 hari sesekali sambil diaduk, setelah itu disaring dengan kain
flanel diperoleh hasil maserasi, kemudian hasil maserasi tadi disaring lagi
menggunakan kertas saring agar tidak ada endapan pada hasil maserasi akhir. Hasil
yang diperoleh dipekatkan dengan rotary evaporator sampai pelarutnya menguap dan
dilanjutkan proses pengeringan sisa pelarut pada ekstrak. Hasil dapat dilihat pada
2

tabel 2.
Tabel 2. Hasil Ekstrak Etanol 96% Daun Teh Hijau
Bobot Serbuk Bobot Ekstrak Randemen
Ekstrak
500 g 146,456 g 29,3%
Berdasarkan hasil pada tabel 2 menunjukkan persentase randemen ekstrak etanol
96% pada daun teh hijau diperoleh sebanyak 29,3%. Organoleptis ekstrak berwarna
hijau tua dan bentuk kental. Rendemen dikatakan baik jika nilainya lebih dari 10%.
Oleh karena itu rendemen ekstrak kental yang didapatkan dinyatakan baik karena
hasil rendemen >10%.
Tabel 3. Hasil Kadar Air Ekstrak Etanol 96% Daun Teh Hijau
Berat Ekstrak Kadar Air %
1,03%
2g 1,14%
1,19%

Hasil Uji kadar air didapatkan pada setiap pengulangan sampai berat konstan
adalah 1,03%, 1,14%, dan 1,19%. Hasil uji kadar air teh hijau memenuhi syarat yaitu
selisih setiap penimbangan < 0,25% (Departemen Kesehatan RI, 2000).
Tabel 4. Hasil Uji Bebas Etanol
Uji Bebas Etanol Hasil Uji
Ekstrak biji pepaya + H2SO4 + Tidak tercium bau ester yang khas dari
CH3COOH, dipanaskan etanol

Pada uji bebas etanol, ekstrak ditambahkan H2SO4 dan CH3COOH, dipanaskan,
tidak membentuk bau ester yang khas dari etanol. Pada percobaan ini menggunakan
ekstrak daun teh hijau tidak menimbulkan bau ester. kemudian dipanaskan. Tidak
adanya bau khas ester menunjukkan hasil negatif (Antarini et al., 2021). Uji bebas
3

etanol dilakukan untuk membebaskan ekstrak dari etanol sehingga didapatkan ekstrak yang
murni tanpa ada kontaminasi, selain itu etanol sendiri bersifat sebagai antibakteri dan
antifungi sehingga tidak akan menimbulkan positif palsu pada perlakuan sampel (Kurniawati,
2015).

2) Uji Fitokimia Daun Teh Hijau


Tabel 5. Hasil Uji Fitokimia Daun Teh Hijau
Kandungan Penampakan
Rf UV 254 UV 366 Ket
Kimia Noda

Alkaloid 0,75 Jingga Hijau Jingga +


muda kekuningan

Saponin 0,525 Merah ungu - Merah +


ungu

Katekin 0,875 Biru kehitaman Hitam Hitam +

Fenol 0,95 Biru kehitaman Hitam Hitam +

Hasil dari uji fitokimia daun teh hijau pada uji alkaloid, warna yang dihasilkan adalah
berwarna jingga yang menandakan uji positif pada golongan alkaloid dalam ekstrak.
Memberikan hasil positif yang ditandai dengan timbulnya noda berwarna jingga (Rf = 0,75),
setelah plat KLT disemprot dengan pereaksi dragendorff. Selanjutnya pengamatan dengan
sinar tampak, berwarna jingga pada UV 254 nm dan berwarna hijau muda pada UV 366 nm
menegaskan adanya kandungan alkaloid pada ekstrak etanol teh hijau (Endarini, 2019).
Alkaloid positif bila timbul noda berwarna coklat atau jingga setelah penyemprotan
Dragendorff. Pada pengujian senyawa golongan katekin, Jika timbul warna hitam setelah
penyemprotan pereaksi FeCl 3 menunjukkan adanya senyawa katekin dalam ekstrak
(Marliana, 2007). Terdapat noda dengan Rf 0,875 Dugaan adanya katekin ditunjukkan
dengan adanya warna hijau kehitaman atau biru tinta (Harborne, 1987). Pada kromatografi
4

lapis tipis (KLT) senyawa saponin akan membentuk warna merah muda hingga ungu atau
violet setelah disemprot dengan senyawa saponin akan membentuk warna merah muda
hingga ungu atau violet setelah disemprot dengan H2SO4 10% dan dipanaskan (Endarini,
2019). Terdapat timbul noda dengan Rf 5,25 berwarna merah ungu pada pengamatan dengan
sinar tampak berwarna merah pada UV 366 nm. Jika timbul warna ungu-merah atau ungu
setelah penyemprotan pereaksi anisaldehid asam sulfat menunjukkan adanya saponin,
terpenoid/steroid dalam ekstrak (Endarini, 2019). Pada pengujian senyawa golongan fenol
dan tanin, Jika timbul warna hitam setelah penyemprotan pereaksi FeCl menunjukkan adanya
senyawa polifenol dalam ekstrak (Marliana, 2007). Terdapat noda dengan Rf 0,95 Dugaan
adanya gugus fenol ditunjukkan dengan adanya warna hijau kehitaman atau biru tinta
(Harborne, 1987).

3) Fraksinasi Ekstrak Daun Teh Hijau


Fraksinasi dilakukan dengan menggunakan pelarut etil asetat, n-heksan dan
air dilakukan 3 kali repliasi. Hasil perhitungan persentase randemen fraksinasi
dari fraksi n-heksan
4) Hasil Isolasi dan Indentifikasi Bakteri

Berdasarkan hasil isolasi bakteri P.aeruginosa ATCC 27853 menunjukkan


koloni berbentuk bulat, halus, permukaan rata, dan membentuk pigmen yang
berwarna kehijau-hijauan (pigmen vioverdin).
5) Hasil Pewarnaan Gram Negatif
5

Hasil pewarnaan gram menunjukkan bahwa bakteri P.aeruginosa ATCC 27853


adalah bakteri Gram negatif dengan ciri sel bakteri bewarna merah, berbentuk batang
(bacil), dengan susunan menyebar.
A. Hasil Uji Biokimia SIM, LIA, KIA dan CITRAT
Tabel Hasil Uji Biokimia SIM, LIA, KIA dan CITRAT pada bakteri
P.aeruginosa
Media Hasil Uji
SIM 0d0
KIA K/K S:0
LIA K/K S:0
CITRAT +

Kia Sim Lia Citrat

Pada media SIM bakteri P. aeruginosa tidak menghasilkan H2S (S-). Setelah
6

penambahan erlich A (paradimethil amino benzaldehid) dan erlich B (kalium per


sulfat) tidak menghasilkan enzim triptophanase sehingga tidak membentuk cincin
merah (I-). Sedangkan motilitas terjadi kekeruhan pada bekas inokulasi ditandai
dengan adanya pertumbuhan bakteri (M+).
P. aeruginosa pada media KIA menghasilkan warna merah (K/K S-). P.
aeruginosa pada media KIA terlihat berwarna merah pada lereng dan dasar
tabung, hal ini disebabkan karena bakteri bersifat basa, suasana basa
menunjukkan glukosa telah dilakukan fermentasi oleh bakteri sebagai sumber
energi, sehingga bakteri menggunakan pepton sebagai sumber energinya.
Pengujian dengan menggunakan Pada media LIA bakteri P. aeruginosa
menghasilkan warna ungu pada dasar dan lereng media yang bersifat basa.
Kemudian Pseudomonas aeruginosa tidak mengkasilkan H2S (K/K S-). Hal ini
disebabkan karena P. aeruginosa tidak mampu mendeaminasi lisin.
Pada pengujian dengan media Simmon’s Citrate Agar, P. aeruginosa
menghasilkan warna biru atau positif. Menurut Hadioetomo Simmon’s Citrate
Agar digunakan untuk mengetahui bakteri menggunakan sitrat sebagai satu-
satunya sumber carbon. Terjadinya warna biru disebabkan karena bakteri mampu
memfermentasi Na citrate sebagai sumber karbon
B. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri
1) Tes Zona Hambat Bakteri Metode Difusi Cakram
Fraksi n-heksana, etil asetat, dan air dari ekstrak etanol daun teh hijau memiliki
aktivitas antibakteri terhadap P. aeruginosa. Hasil diameter zona hambat dapat dilihat
pada tabel 3. Berdasarkan hasil pada tabel dapat diketahui bahwa fraksi n-heksana,
etil asetat, dan air ekstrak etanol daun teh hijau memiliki aktivitas antibakteri. Zona
hambat yang dihasilkan meningkat dengan meningkatnya konsentrasi. Fraksi etil
asetat dari ekstrak daun teh hijau pada konsentrasi 25% mampu menghambat
pertumbuhan bakteri paling optimum dibandingkan dengan seri konsentrasi lainnya.
Pelarut Konsentrasi Hasil Zona Hambat Rata-rata
I II III
7

6,25% 12,8 13,1 12,5 12,8


Etil Asetat 12,5% 14,7 16,5 15,5 15,5
25% 19,8 21 20,6 20,4
6,25% 6 6,5 6,3 6,2
N-Heksan 12,5% 8,8 8,5 8,5 8,6
25% 10,5 12,3 12,5 11,7
6,25% 6,3 7,5 7,7 7,1
Air 12,5% 9 9,4 9 9,1
25% 14 15 15,5 14,8
6,25% 0 0 0 0
Kontrol (-)
12,5% 0 0 0 0
DMSO 1%
25% 0 0 0 0
Kontrol (+)
27 27,5 27 27,1
ciprofloxacin

Hasil uji normalitas menggunakan uji One-Sample Kolmogorove-Sminov diperoleh


signifikansi 0,266 > 0,05 maka H0 diterima, data tersebut terdistribusi normal sehingga dapat
dilanjutkkan uji ANOVA one way. Hasil signifikasi dari data uji ANOVA adalah 0,00 < 0,05
yang artinya ketiga sampel ada perbedaan dalam diameter zona hambat.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa fraksi etil asetat 25% terbukti paling aktif terhadap
aktivitas antibakteri, karena mempunyai daya hambat yang paling besar diantara fraksi lain.
2) Hasil Metode Dilusi
Pengujian aktivitas antibakteri secara dilusi ini menggunakan hasil yang diperoleh
dari uji difusi yaitu fraksi etil asetat yang paling aktif. Pengujian aktivitas antibakteri
metode dilusi untuk mengetahui Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan
Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM). Konsentrasi Hambat Minimum dapat
ditentukan dari kadar terendah larutan uji yang terlihat jernih, setelah diinkubasi
selama 24 jam pada suhu 37℃ hasil menunjukkan terdapat larutan uji yang terlihat
jernih yaitu pada konsentrasi %, % dan %. Hasil pengujian aktivitas antibakteri dari
fraksi etil asetat daun teh hijau dengan metode dilusi dapat dilihat pada tabel 5.
Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) yang menunjukkan adanya aktivitas
antibakteri dapat diketahui dengan menginokulasikan sediaan dari tabung uji pada
media MHA pada cawan petri, kemudian diinkubasi selama 24 jam dengan suhu
8

37℃. Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) ditentukan pada media MHA dengan
konsentrasi minimum yang tidak menunjukkan pertumbuhan P.aeruginosa ATCC
27853. Hasil menunjukkan bahwa fraksi etil asetat memiliki konsentrasi bunuh
minimum adalah 6,25%.
Tabel 5. Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri Fraksi Etil Asetat Secara
Dilusi Terhadap Pseoudomonas aeruginosa ATCC 27853
Replikasi
Konsentrasi
I II III
Kontrol (+) - - -
6,25% - - -
3,125% + + +
1,56% + + +
0,78% + + +
Kontrol (-) + + +
Keterangan : (+) ada pertumbuhan bakteri
(-) tidak ada pertumbuhan bakteri
Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) ditentukan pada medium Muller Hinton Agar
dengan konsentrasi minimum yang tidak menunjukkan pertumbuhan Escherichia coli
P.aeruginosa ATCC 27853. Konsentrasi fraksi yang digunakan yaitu 6,25%, 3,12%;
1,56% dan 0,78%. Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dapat ditentukan dari kadar
terendah larutan uji yang terlihat jernih. Hal ini sulit diamati karena fraksi yang digunakan
terlihat pekat, sehingga perlu dilakukan inokulasi dalam medium selektif pada masing-
masing tabung untuk mengetahui konsentrasi bunuh minimum (KBM). Kemudian, diinkubasi
pada suhu 370C selama 24 jam. Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa fraksi etil asetat memiliki
Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) sebesar 6,25%.
9
10

BAB IV
KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai