ABSTRAK
Kualitas ekstrak buah lada (Piper nigrum L.) dipengaruhi oleh komponen dan
kadar senyawa didalamnya. Piperin merupakan senyawa alkaloid utama dalam
buah lada. Banyaknya piperin yang larut selama proses ekstraksi dipengaruhi
oleh jenis pelarut yang digunakan. Penelitian ini didesain untuk mengetahui kadar
piperin dalam ekstrak buah lada hitam dan lada putih yang diekstraksi dengan
variasi konsentrasi etanol. Ekstraksi buah lada dilakukan dengan metode ekstraksi
sokhlet menggunakan variasi konsentrasi etanol (60%, 70% dan 96%) dan
kemudian dilanjutkan dengan teknik ekstraksi asam-basa untuk mendapatkan
ekstrak alkaloidnya. Ekstrak alkaloid masing-masing dianalisis pada plat KLT
silika gel 60 F254 sebagai fase diam dan campuran n-heksana:etil asetat (1:1)
sebagai fase gerak. Kadar piperin ditetapkan menggunakan metode KLT-
densitometri pada panjang gelombang 254 nm. Hasil menunjukkan bahwa kadar
piperin tertinggi diperoleh dari ekstrak buah lada hitam menggunakan pelarut
etanol 60% sebagai pelarut pengekstraksi dengan kadar 52,81±4,66 (%b/v)
terhadap ekstrak alkaloidnya. Kadar piperin tertinggi diperoleh dari ekstrak buah
lada putih menggunakan pelarut etanol dengan konsentrasi 96% sebagai pelarut
pengekstraksi dengan kadar 38,72±8,28 (%b/v) terhadap ekstrak alkaloidnya.
ABSTRACT
Quality of pepper fruit extracts (Piper nigrum L.) is influenced by its components
and concentration of compounds. Piperine is a major alkaloid compound in
pepper fruits.The level of piperine that dissolved during extraction process was
influenced by the type of solvent used.This research was designed to know the
174 Kandungan Piperidin dalam Ekstrak Ni Putu Ermi Hikmawanti, dkk
level of piperine in black and white pepper fruits extracted with variation of
ethanol concentrations. Extraction of pepper fruits was performed with soxhlet
apparatus using variation of ethanol concentration (60%, 70%, and 96%) and
then continued withacid-base extraction technique to get its alkaloids fraction.
Each of alkaloids fractions was analyzed on silica gel 60 F254 TLC plate as
stationary phase and mixture of n-hexane:etyl acetate (1:1) as mobile phase. The
level of piperine was determined using TLC-densitometry at wavelength 254 nm.
The results showed that highest level of piperine obtained from black pepper fruit
extract using ethanol 60% as extraction solvent with rate of 52.81±4.66(%w/v)
toward its alkaloids fraction. While highest level of piperine obtained from white
pepper fruit extract using ethanol 96% as extraction solvent with rate of
38.72±8.28(%w/v) toward its alkaloids fraction.
PENDAHULUAN
Lada atau yang disebut juga merica (Piper nigrum L.) berasal dari famili
Piperaceae (Vasavirama dan Upender, 2014). Pada umumnya lada hitam (black
pepper) dimanfaatkan sebagai bumbu dapur, sama halnya dengan lada putih
(white pepper). Lada putih diperoleh dari buah lada hitam yang buah-buahnya
dipetik selagi masih hijau atau hampir masak, direndam untuk memudahkan
pengupasan lapisan luar perikarp, lalu dijemur sampai kering (Kartasapoetra,
2004).
Buah lada hitam mengandung alkaloid dan minyak atsiri dengan komponen
felandren, dipenten, kariopilen, entoksilen, dan limonen (Depkes RI, 1980). Lada
hitam juga mengandung antara lain alkaloid piperin (5,3-9,2%), kavisin (sampai
1%) dan metil-pirolin; minyak atsiri (1,2-3,5%); lemak (6,5-7,5%); pati (36-37%)
dan serat kasar (±14%) (Loo, 1987). Buah lada putih mengandung alkaloid seperti
piperin, kavisin, dan metilpirolin, serta minyak atsiri, lemak dan pati. Kandungan
utama dalam lada adalah alkaloid piperin. Piperin memiliki rumus molekul
C17H19NO3 atau (E,E)-1-[5-(1,3-benzodioksol-5-il)-1-okso-2,4-pentadienil]
piperidin, diperoleh dalam bentuk prisma monosiklik dari alkohol dengan titik
lebur 130°C, 1 g piperin larut dalam 15 mL etanol, 36 mL eter dan hampir tidak
larut dalam air (Kar, 2014). Piperin berbentuk kristal berwarna putih kekuningan
dan merupakan alkaloid dari golongan piperidin yang memiliki sifat hampir tidak
Media Farmasi Vol. 13 No. 2 September 2016 : 173-185 175
larut dalam air (40 mg/L pada suhu 18°C), namun mudah larut dalam alkohol (1
g/15 mL) dan eter (1 g/1,7 mL) (Vasavirama dan Upender, 2014).
Piperin memiliki khasiat sebagai antiinflamasi, antimalaria, menurunkan
berat badan, menurunkan demam, menetralkan racun bisa ular, antiepilepsi,
membantu meningkatkan penyerapan vitamin tertentu (Kolhe et al., 2009).
Piperin memiliki aktivitas sebagai analgesik dan antipiretik pada tikus, dan
menunjukkan hasil yang sebanding dengan indometasin sebagai obat standar
(Sabina et al., 2013). Kualitas ekstrak buah lada dipengaruhi oleh kandungan dan
kadar senyawa kimia di dalamnya. Proses ekstraksi buah lada hitam dalam skala
industri digunakan pelarut etanol 60% (Agoes, 2009). Senyawa piperin
merupakan senyawa identitas yang paling banyak terkandung dalam buah lada
serta memiliki beragam khasiat pengobatan, maka perlu dipisahkan secara selektif
melalui penyarian atau ekstraksi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, metode ekstraksi
yang paling baik digunakan untuk mengisolasi piperin dari buah cabe jawa adalah
ekstraksi dengan alat sokhlet jika dibandingkan dengan metode maserasi yang
dianalisis menggunakan metode KLT-densitometri. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa kadar piperin pada ekstrak cabe jawa yang diekstraksi
dengan alat sokhlet dengan pelarut etanol 95% lebih tinggi yaitu 15,75%
dibandingkan dengan kadar piperin pada ekstrak cabe jawa menggunakan metode
maserasi yaitu sebesar 8,83% (Istiqomah, 2013).
Penelitian ini didesain untuk mengetahui kadar piperin dalam ekstrak buah
lada hitam dan lada putih yang diekstraksi dengan alat sokhlet menggunakan
variasi konsentrasi etanol sehingga diharapkan dapat diperoleh informasi
mengenai konsentrasi etanol yang dapat menghasilkan kadar piperin tertinggi
pada ekstrak buah lada dan bermanfaat untuk pengembangan obat tradisional.
METODE PENELITIAN
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah ayakan
mesh 40, timbangan analitik (PIONEER), perangkat alat soxhlet, rotary
evaporator (EYELA), water bath, indikator pH universal (NESCO), kertas saring,
mikropipet, plat KLT silika gel 60 F254 (MERCK), chamber, UV-Box (CAMAG),
176 Kandungan Piperidin dalam Ekstrak Ni Putu Ermi Hikmawanti, dkk
JalannyaPenelitian
pada plat KLT silika gel 60 F254 menggunakan pipa kapiler, kemudian dielusi
menggunakan fase gerak campuran n-heksana : etil asetat (1:1). Noda diamati di
bawah sinar UV pada panjang gelombang 254 nm. Keberadaan alkaloid dideteksi
dengan cara menyemprot plat menggunakan pereaksi Dragendorff dan dihitung
masing-masing nilai Rf-nya.
E. Pembuatan Larutan Baku Standar Piperin
Larutan induk (2000 µg/mL) dibuat dengan menimbang seksama 50,0 mg
standar piperin, kemudian dilarutkan dalam etanol p.a sampai tanda batas 25 mL.
Dibuat larutan deret standar piperin dengan 5 tingkat konsentrasi berbeda yaitu
200, 400, 600, 800 dan 1000 µg/mL dengan cara memipet sejumlah larutan dari
larutan induk standar piperin dan dicukupkan dengan etanol p.a dalam labu ukur
(Istiqomah, 2013).
F. Pembuatan Kurva Kalibrasi Standar Piperin
Larutan deret standar piperin kemudian ditotolkan masing-masing 5 µl
pada plat KLT silika gel 60 F254. Plat KLT selanjutnya dielusi dengan fase gerak
campurann-heksana : etil asetat (1:1) dan di-scanning sehingga dihasilkan data
area standar piperin. Berdasarkan area terukur (y) pada berbagai baku kerja
piperin (x), maka dapat dihitung harga koefisien korelasi (r). Bila ada hubungan
linear antara y dengan x maka dihitung persamaan garis regresi y= bx+a (Harmita,
2004).
G. Pembuatan Larutan Uji
Ditimbang seksama kurang lebih 50 mg ekstrak buah lada hitam,
dilarutkan dengan etanol dalam labu ukur 50 mL sehingga diperoleh konsentrasi
1000 µg/mL. Dibuat larutan uji konsentrasi 800 µg/mL, dengan memipet 20 mL
dalam labu terukur 25 mL lalu ditambahkan etanol p.a hingga tanda batas.
H. Pengukuran Kadar Piperin
Ditotolkan masing-masing 5 µL larutan standar yang telah diencerkan dan
larutan uji pada plat KLT silika gel 60 F254. Plat selanjutnya dielusi dengan fase
gerak n-heksana : etil asetat (1:1), dan diukur dengan densitometer pada panjang
gelombang 254 nm. Data luas area yang didapatkan dari baku standar piperin
kemudian dibuat persamaan kurva baku dengan bantuan Microsoft Excel 2007.
Persamaan kurva baku yaitu y= bx + a dengan y= luas area, x= kadar piperin
178 Kandungan Piperidin dalam Ekstrak Ni Putu Ermi Hikmawanti, dkk
(µg/mL). Luas area sampel yang didapatkan dari hasil scan pada alat densitometer
kemudian dimasukkan ke dalam persamaan garis kurva baku, maka didapatkan
masing-masing persentase kadar piperin pada ekstrak buah lada hitam
(Murrukmihadi dkk., 2013).
Tabel I. Hasil rendemen ekstrak etanol buah lada terhadap simplisia kering*
hitam, pelarut etanol 60% merupakan pelarut yang paling banyak menghasilkan
rendemen ekstrak, sedangkan pada ekstraksi buah lada putih, pelarut etanol 96%
merupakan pelarut yang paling banyak menghasilkan rendemen ekstrak.
Selanjutnya, pembuatan fraksi alkaloid dilakukan untuk menghindari
gangguan selama penetapan kadar piperin dari metabolit sekunder selain alkaloid
yang terdapat pada bahan. Fraksi alkaloid diperoleh melalui proses ekstraksi
dengan teknik ekstraksi asam-basa. Alkaloid mudah larut dalam air jika berupa
garam, dengan penambahan asam. Alkaloid dalam bentuk bebas atau bentuk
basanya mudah larut dalam pelarut organik namun sukar larut dalam air (Sirait
2007). Berdasarkan hasil pada Tabel II, baik pada buah lada hitam maupun buah
lada putih yang diekstraksi dengan pelarut pengesktraksi etanol 96%
menghasilkan rendemen fraksi alkaloid paling besar.
Tabel II. Hasil rendemen fraksi alkaloid dari ekstrak etanol buah lada*
Rerata rendemen fraksi alkaloid terhadap
Pelarut pengekstraksi ekstrak etanol (%) ± SD
Buah lada hitam Buah lada putih
60% 18,25±0,78 17,01±0,49
70% 20,46±1,69 18,46±0,48
96% 28,22±1,16 20,31±0,58
*pengujian dilakukan dengan 3 replikasi
(a) (b)
A B
(a) (b)
Pada penelitian ini, digunakan plat KLT silika gel 60 F254 sebagai fase
diam dan fase geraknya menggunakan n-heksana : etil asetat (1:1). Menurut
Rohman (2009) fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf solut
terletak antara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan. Fase gerak n-heksana :
etil asetat digunakan karena bersifat semi polar sehingga dapat memisahkan
piperin yang juga bersifat semipolar dari kandungan ekstrak lainnya. Selain itu, n-
heksana:etil asetat (1:1) memiliki nilai Rf yang memenuhi syarat sebagai fase
gerak yang optimal.
piperin maka semakin besar luas area yang terbaca pada alat densitometer.
Persamaan garis linear yang diperoleh adalah y = 19,0101x + 4143,14 dengan
nilai koefisien korelasi sebesar 0,9823, seperti yang terlihat pada Tabel III dan
Gambar 3.
Menggunakan persamaan tersebut, luas area sampel dari hasil pengukuran
masing-masing sampel dimasukkan ke dalam persamaan garis linear sehingga
diperoleh kadar piperin dalam fraksi alkaloid dari ekstrak etanol buah lada. Hasil
penetapan kadar piperin pada sampel ekstrak buah lada ditunjukkan pada Tabel
IV.
Tabel IV. Hasil kadar piperin dalam fraksialkaloid dari ekstrak etanol buah lada
Ekstrak etanol Rata-rata kadar Ekstrak etanol Rata-rata kadar
Buah lada hitam piperin (%) ± SD Buah lada putih piperin (%) ± SD
60% 52,81 ± 4,66 60% 27,12 ± 4,59
70% 47,06 ± 2,46 70% 30,57 ± 12,81
96% 36,97 ± 11,95 96% 38,72 ± 8,28
dalamnya, dimana lada putih diperoleh dari buah lada hitam yang buah-buahnya
dipetik selagi masih hijau atau hampir masak, direndam untuk memudahkan
pengupasan lapisan luar perikarp, lalu dijemur sampai kering (Kartasapoetra,
2004).
KESIMPULAN
Kadar piperin tertinggi diperoleh dari ekstrak buah lada hitam menggunakan
pelarut etanol 60% sebagai pelarut pengekstraksi dengan kadar 52,81±4,66 (%b/v)
terhadap fraksi alkaloidnya. Kadar piperin tertinggi diperoleh dari ekstrak buah
lada putih menggunakan pelarut etanol dengan konsentrasi 96% sebagai pelarut
pengekstraksi dengan kadar 38,72±8,28 (%b/v) terhadap fraksi alkaloidnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abraham, A., Fauziyah, B., Fasya, A.G., dan Adi, T.K., 2014, Uji
Antitoksoplasma Ekstrak Kasar Alkaloid Daun Pulai (Alstonia scholaris,
(L.) R. BR) terhadap Mencit (Mus musculus) BALB/C yang Terinfeksi
Toxoplasma Gondii Strain Rh. Alchemy. 3 (1): 67-75.
Agoes, G., 2007, Teknologi Bahan Alam, Penerbit ITB, Bandung, 32-35.
Agoes, G., 2009, Teknologi Bahan Alam, Edisi revisi, Penerbit ITB, Bandung, 37
dan 85.
Depkes RI., 1980, Materia Medika Indonesia. Jilid IV, Jakarta: Badan Pengawas
Obat dan Makanan, 99-108.
Loo, T., 1987, Ikhtisar Ringkas dari Dasar-Dasar Farmakognosi, Bunda Karya,
Jakarta, 181.
Murrukmihadi, M., Wahyuono, S., Marchaban, dan Martono, S., 2013, Penetapan
Kadar Alkaloid dari Ekstrak Etanolik Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus
rosa-sinensis L.), Traditional Medicine Journal, 18 (2): 118-120.
Redja, I.W., Aziz, Z., Yantih, N., 2009, Analisis Instrumental, Jakarta: Fakultas
Farmasi Universitas Pancasila, 133-140.
Rohman, A., 2009, Kromatografi Untuk Analisis Obat, Edisi Ke-1, Graha Ilmu,
Yogyakarta. 47, 49, 56.
Sabina, E.P., Nasreen, A., Vedi, M., and Rasool, M., 2013, Analgesic, Antipyretic
and Ulcerogenic Effects of Piperine: An Active Ingredient of Pepper,
Journal of Pharmaceutical Sciences and Research, 5 (10): 203-206.
Sirait, M., 2007, Penuntunan Fitokimia dalam Farmasi, Bandung: ITB, 60-61.
Vasavirama, K.and Upender, M., 2014, Piperine: A Valuable Alkaloid from Piper
Species, International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences,
6 (4): 34-38.
Jurnal Ilmiah : Biologi Eksperimen dan Keanekaragaman Hayati
Vol. 2 No. 1 Mei 2014 : hal. 1-5
ISSN : 2338-4344
Abstrak
Adanya efek merugikan dari pengobatan modern untuk masalah fungsi seksual, maka masyarakat
lebih memilih pengobatan tradisional dengan menggunakan tanaman yang berkhasiat afrodisiak.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek ekstrak lada hitam (Piper nigrum L.) terhadap
libido mencit (Mus musculus L.) jantan yang berbeda umur. Tiga puluh dua ekor mencit jantan dibagi
menjadi 2 kelompok umur, yaitu kelompok muda berumur 4 bulan (K1) dan kelompok tua berumur 6
bulan (K2). Masing-masing kelompok muda dan tua terdiri dari 5 individu. Masing-masing kelompok
diberi perlakuan, yaitu kontrol (P0), pakan dengan ekstrak air lada hitam (P1), pakan dengan ekstrak
etanol lada hitam (P2), pakan dengan ekstrak air dan etanol lada hitam (P3) selama 3 bulan. Perilaku
seksual diamati pada akhir waktu pemberian perlakuan. Parameter yang diukur adalah latensi
percumbuan, latensi penunggangan, dan frekuensi penunggangan. Data dianalisis menggunakan
ANARA dua jalur, kemudian dilanjutkan dengan uji BNT dengan α 0,05. Hasil analisis menunjukan
bahwa latensi percumbuan dari perlakuan P2 dan P3 pada kelompok umur tua berbeda nyata
dibandingkan dengan kontrol (p=0,013, p=0,046). Latensi penunggangan dan frekuensi
penunggangan dari perlakuan P2 pada kelompok muda berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol
(p=0,026, p=0,010) dan dengan kelompok tua (p=0,024, p=0,022). Simpulan penelitian ini adalah
ekstrak lada hitam dapat meningkatkan libido mencit jantan.
Kata kunci: lada hitam (Piper nigrum L.), afrodisiak, libido, mencit (Mus musculus L.) jantan
Abstract
There is adverse effect of modern treatment for sexual disfunction, so people prefer traditional
treatment by using herb with aphrodisiac effect. The purpose of this research is to analyze the effect
of black pepper (Piper nigrum L.) extract on male mice (Mus musculus L.) libido of different age.
Thirty two male mice were divided into 2 age groups, the younger group aged 4 months (K1) and the
older group aged 6 months (K2). Each group both younger and older was consisted of 5 mice. Each
group was given by four treatment, control (P0), feeding with black pepper aquous extract (P1),
feeding with black pepper ethanolic extract (P2), and feeding with black pepper aquous and ethanolic
extract (P3) for 3 months. Sexual behavior was observed at the end of treatment period. The
parameter measured was introducing latency, mounting latency, and mounting frequency. The data
were analyzed by using two ways ANOVA followed by LSD test with α 0,05. The results show that
introducing latency of treatment P2 and P3 in older group differ significantly compared to control
(p=0,013, p=0,046). Mounting latency and mounting frequency of treatment P2 in younger group differ
significantly compared to control (p=0,026, p=0,010) and to older group (p=0,024, p=0,022).
Therefore it is concluded that black pepper extract enhances libido of male mice.
Keywords: black pepper (Piper nigrum L.), aphrodisiac, libido, males mice (Mus musculus L.)
Majeed dan Prakash (2000) menyatakan bah- Estrak air dan etanol lada hitam dibuat dengan
wa salah satu jenis tanaman rempah yang telah cara mencampurkan ekstrak air dan ekstrak
lama digunakan sebagai ramuan obat tradisi- etanol de-ngan perbandingan berat yang sama.
onal dalam sistem pengobatan India kuno Ayur-
veda adalah lada hitam (Piper nigrum L.). Lada Rancangan Percobaan
hitam mengandung zat pedas, yaitu piperin Mencit jantan dibagi menjadi 2 kelompok umur,
yang berfungsi sebagai afrodisiak (Darling, yaitu kelompok muda berumur 4 bulan (K1) dan
2002). Lada hitam juga mengandung amida fe- kelompok tua berumur 6 bulan (K2). Perlakuan
nolat, asam fenolat, dan flavonoid yang ber- terdiri dari pakan murni sebagai kontrol (P0),
fungsi sebagai antioksidan (Meghwal dan pakan yang diberi ekstrak air (P1), pakan yang
Goswami, 2012). diberi ekstrak etanol (P2), dan pakan yang
diberi ekstrak air dan ekstrak etanol (P3).
Piperin telah dilaporkan dapat meningkatkan
kadar gonadotropin dalam serum dengan cara Cara Pemberian Ekstrak Lada Hitam
menghambat feedback negatif ke hipofisis pada Ekstrak lada hitam diberikan kepada mencit
tikus jantan (D’Cruz dan Mathur, 2005). Go- jantan melalui pakan. Pembuatan pakan dila-
nadotropin yang dihasilkan hipofisis, terutama kukan dengan cara menambahkan ekstrak lada
LH akan merangsang testis, dalam hal ini sel hitam sebanyak 0,3 g pada setiap 1 kg pakan
Leydig, untuk menghasilkan testosteron mencit. Ekstrak dicampur secara merata de-
(Molina, 2004). Telah diketahui bahwa ada ko- ngan pakan kemudian dicetak u-lang untuk
relasi antara libido dengan testosteron, maka memperoleh pelet dalam bentuk batangan.
sangat diharapkan bahwa kadar testosteron Pemberian ekstrak lada hitam dilakukan selama
yang tinggi dapat memperbaiki dorongan seks 3 bulan.
yang rendah (Nalbandov, 1990).
Cara Pengujian Libido
Pengujian libido dilakukan dengan cara uji
BAHAN DAN METODE kawin pada akhir waktu pemberian perlakuan.
Mencit jantan yang telah diberi perlakuan ber-
Persiapan Hewan Uji sama mencit betina yang sedang estrus dima-
Mencit jantan dan betina diperoleh dari Balai sukkan ke dalam bak uji dan keduanya dipi-
Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV) sahkan oleh sekat triplek. Setelah 5 menit, se-
Regional III Bandar Lampung. Sebelum pene- kat pemisah dilepas dan direkam aktivitas sek-
litian dimulai, terlebih dahulu dipersiapkan tem- sual yang terjadi dengan menggunakan kamera
pat pemeliharaan hewan uji, yaitu kandang be- digital dan stopwatch selama 10 menit.
rupa bak plastik segi empat ukuran 30-37 cm,
tutup kandang dari kawat screen yang ber- Data dan Analisis Data
fungsi juga sebagai tempat pemberian pakan, Data parameter libido diperoleh dengan cara
serbuk kayu sebagai alas kandang, dan tempat melihat hasil rekaman aktivitas seksual yang
minum mencit dari botol plastik yang disumbat meliputi:
pipa alumunium. Latensi percumbuan, yaitu waktu sejak mencit
jantan dan mencit betina dipertemu-kan (sekat
Pembuatan Ekstrak Lada Hitam (Piper dibuka) hingga terjadi percum-buan pertama.
nigrum L.) Latensi penunggangan, yaitu waktu sejak
Ekstrak air lada hitam dibuat dengan cara mencit jantan dan mencit betina dipertemu-kan
mencampurkan 50 g serbuk lada hitam dan 500 (sekat dibuka) hingga terjadi penung-gangan
ml aquades yang telah mendidih dan telah pertama.
diangkat dari pemanas. Kemudian dilanjutkan Frekuensi penunggangan, yaitu banyaknya
dengan proses pengadukan, penyaringan, dan penunggangan yang dilakukan mencit jan-tan
penguapan sampai diperoleh ekstrak air lada selama waktu 10 menit.
hitam dalam bentuk pasta.
Data dianalisis dengan menggunakan two ways
Ekstrak etanol lada hitam dibuat dengan cara Analysis of Variance (ANOVA) untuk me-
mencampurkan 50 g serbuk lada hitam dan ngetahui ada tidaknya perbedaan antar per-
sepertiga dari 500 ml etanol 95%. Kemudian lakuan dan umur. Apabila terdapat perbedaan
dilanjutkan dengan proses maserasi dengan yang nyata maka dilan-jutkan dengan uji beda
menggunakan shaker sebanyak 3 kali. Maserat nyata terkecil (BNT) pada taraf 5 %.
diambil untuk proses penyaringan dan peng-
uapan sampai diperoleh ekstrak etanol lada
hitam dalam bentuk pasta.
3 / Biologi Eksperimen dan Keanekaragaman Hayati Tia Wida Ekaputri
ngan kontrol. Hal ini menunjukan bahwa ada frekuensi penunggangan mencit jantan ke-
pengaruh perlakuan dan umur terhadap latensi lompok muda dibandingkan kelompok tua serta
penunggangan. Ekstrak etanol mampu secara mempersingkat frekuensi penunggangan men-
nyata mempersingkat latensi penunggangan cit jantan kelompok muda dibandingkan kontrol.
mencit jantan kelompok muda dibandingkan ke-
lompok tua serta mempersingkat latensi pe- Tabel 6. Rata-rata frekuensi penunggangan
nunggangan mencit jantan kelompok muda di- mencit jantan antara perlakuan
bandingkan kontrol. kontrol dengan perlakuan ekstrak lada
hitam
Ekstrak etanol buah lada hitam lebih banyak
mengandung piperin karena etanol adalah la-
rutan yang baik melarutkan piperin dibanding-
kan air (Kohle et al., 2011). Melalui penelitian
terdahulu diketahui bahwa piperin dapat mem-
pengaruhi sistem hormon reproduksi dengan
cara meningkatkan kadar hormon gonadotropin
dalam serum dengan cara menghambat feed-
back negatif ke hipofisis pada tikus jantan
(D’Cruz dan Mathur, 2005). Gonadotropin yang
dihasilkan hipofisis, terutama LH akan merang-
Telah di jelaskan sebelumnya bahwa ekstrak e-
sang testis, dalam hal ini sel Leydig, untuk
tanol buah lada hitam lebih banyak mengan-
menghasilkan testosteron (Molina, 2004).
dung piperin (Kohle et al., 2011). Piperin tidak
Testosteron akan meningkatkan NOS (Nitric
hanya memberi efek mempersingkat latensi
Oxide Synthase) dalam MPOA, sehingga terjadi
penunggangan, tetapi juga meningkatkan fre-
peningkatan kadar NO yang akan mengakibat-
kuensi penunggangan pada mencit jantan mu-
kan peningkatan pelepasan dopamin di bebera-
da. Hal tersebut dikarenakan piperin dapat me-
pa area integratif, sehingga timbul libido yang
ningkatkan sekresi testosteron sehingga terjadi
mendukung output motorik berupa penung-
peningkatan intensitas dorongan seksual men-
gangan (Hull et al., 2004). Namun pada dosis
cit jantan. Selain mengatur intensitas dorongan
piperin yang tinggi, piperin dapat menyebab-
seksual jantan, testosterone memiliki berbagai
kan penurunan aktivitas enzim antioksidan dan
pengaruh lain yang hanya berhubungan secara
level asam sialat pada epididimis, sehingga ter-
tidak langsung dengan aktivitas reproduksi.
jadi peningkatan kadar oksigen reaktif yang da-
Dengan adanya korelasi antara libido dengan
pat merusak lingkungan epididimis dan fungsi
testosteron, maka sangat diharapkan bahwa
sperma (D’Cruz dan Mathur, 2005).
kadar testosteron yang tinggi dapat memper-
baiki dorongan seks yang rendah ataupun
Frekuensi Penunggangan
impotensi pada jantan (Nalbandov, 1990).
Tabel 5. Rata-rata frekuensi penunggangan
mencit jantan antara kelompok umur
muda dan tua
SIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat
disimpulkan bahwa:
1. Ekstrak lada hitam mampu meningkatkan
libido dengan cara mempersingkat latensi
percumbuan pada mencit jantan tua dan
mampu mempersingkat latensi penung-
gangan serta meningkatkan frekuensi pe-
Hasil uji satatistik menunjukan bahwa rata-rata nunggangan pada mencit jantan muda.
frekuensi penunggangan mencit jantan P0, P1, 2. Perbedaan umur pada mencit jantan yang
P3 kelompok muda dengan kelompok tua tidak diberi ekstrak lada menunjukan ada perbe-
berbeda nyata. Rata-rata frekuensi penung- daan latensi dan frekuensi penunggangan.
gangan mencit jantan P2 kelompok muda de- 3. Pemberian ekstrak etanol lada hitam lebih
ngan kelompok tua berbeda nyata. baik dalam meningkatkan libido mencit jan-
tan.
Rata-rata frekuensi penunggangan mencit jan-
tan kelompok P2 berbeda nyata dibandingkan
dengan kontrol. Hal ini menunjukan bahwa ada DAFTAR PUSTAKA
pengaruh perlakuan dan umur terhadap fre- D’cruz S.C. dan P.P. Mathur. 2005. Effect of
kuensi penunggangan. Ekstrak etanol buah la- Piperine on the Epididymis of Adult Male
da hitam mampu secara nyata meningkatkan
5 / Biologi Eksperimen dan Keanekaragaman Hayati Tia Wida Ekaputri
Rats. Asian Journal of Andrology. 7(4): Majeed, M dan L. Prakash. 2000. The Medi-
363-8. cinal Uses of Pepper. International Pepper
News. 25 (1): 23-31.
Darling, L. M. 2002. Spices As Aphrodisiacs.
unitproj.library.ucla.edu/biomed/spice/inde Meghwal, M. dan T. K. Goswami. 2012. Nu-
x.cfm?spicefilename=aphrodisiacs.txt&ite tritional Constituent of Black Pepper as
msuppress=yes&displayswitch=0. (30 Ma- Medicinal Molecules: A Review. Open
ret 2013). Access Scientific Reports. 1: 1-7.
Hull, E.M., J.W. Muschamp, dan S. Sato. 2004. Molina, E. P. 2004. Endocrine Physiology.
Dopamine and Serotonin: Influences on McGraw-Hill Professional. New York.
Male Sexual Behavior. Physiology & Be-
havior. 83: 291–307. Nalbandov, A.V. 1990. Fisiologi Reproduksi
pada Mamalia dan Unggas. Universitas
Kolhe, S.R., P. Borole, dan U. Patel. 2011. Ex- Indonesia Press. Jakarta.
traction and Evaluation of Piperine from
Piper nigrum Linn. International Journal of Syamsul, E. S. 2011. Tumbuhan Obat Ber-
Applied Biology and Pharmaceutical Tech- khasiat Afrodisiaka Penambah Vitalitas
nology. 2 (2): 144-9. Pria. Jogja Mediautama. Yogyakarta.
Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat dengan tema
"Kesehatan Modern dan Tradisional"
Riyanto
Farmasi FMIPA Universitas Islam Indonesia
riyanto_biofarlab@uii.ac.id
ABSTRAK
Laboratorium merupakan salah satu sarana yang harus dimiliki perguruan tinggi
untuk memenuhi proses pembelajaran. Peralatan dan bahan laboratorium, selama ini
menggunakan produk dari luar negeri, salah satu contoh adalah standar piperin yang
digunakan sebagai bahan pembanding pada kegiatan praktikum Kimia Bahan Alam di
Laboratorium Biologi Farmasi FMIPA UII. Untuk mendapatkan standar piperin dari
supplier rmembutuhkan proses administrasi dan waktu yang lama atau indent, serta dengan
harga yang sangat mahal, sehingga kegiatan praktikum masih ada ketergantungan dengan
bahan tersebut.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi bahwa penggunaaan hasil isolate
piperin dari merica hitam (Pipernigrum,L) bisa digunakan sebagai bahan standar praktikum
Kimia BahanAlam di laboratorium Biologi Farmasi FMIPA UII.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu dengan cara ekstraksi merica
hitam (Pipernigrum, L), kemudian dilanjutkan dengan proses isolasi untuk mendapatkan
isolat piperin.
Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa profil KLT dan hasil pengukuran
isolate dan standar piperin yang dibaca menggunakan TLC Scanner dan FTIR. Berdasarkan
hasil pengujian dan pengukuran pada penelitian ini, didapatkan nilai Rf yang sama yaitu
Rf standar 0,77 sedangkan Rf isolate 0,77. Untuk profil kromatogram dan panjang
gelombang maksimal hasilnya juga sama yaitu 338 nm. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa untuk mendapatkan isolat senyawa piperin dari mericahitam ( Piper
nigrum, L) dapat dilakukan proses ekstraksi yang dilanjutkan dengan isolasi dengan cara
rekristalisasi.
ABSTRACT
Laboratory is one of the facilities that universities must have to fulfill the learning
process. Equipment and material laboratories, so far using products from abroad, one
example is the piperine standard which is used as a comparison material in Natural
Material Chemistry practicum activities at the Pharmaceutical Biology Laboratory of
FMIPA UII. To get piperine standards from suppliers requires an administrative process
and a long time or indent, and at a very expensive price, so that practicum activities are
still dependent on these materials.
This research is expected to provide a solution that the use of piperine isolation
results from black pepper (Pipernigrum, L) can be used as a standard material for Natural
Material Chemistry practicum in the Pharmaceutical Biology Laboratory of FMIPA UII.
The method used in this study, namely by extracting black pepper (Pipernigrum, L),
then manipulating it with the isolation process to obtain piperine isolate.
The data obtained from this study were in the form of TLC profiles and isolation
measurement results and piperine standards which were read using the TLC Scanner and
FTIR. Based on the results of measurements and measurements in this study, the Rf value
is the same, namely the standard Rf 0.77 while the Rf isolate is 0.77. For the chromatogram
profile and the maximum wavelength the results are the same, namely 338 nm. Based on
the research results, it can be ignored that to obtain piperine compound isolates from black
234
ISBN: 978-623-6572-15-3
Yogyakarta, 18 November 2020
pepper (Piper nigrum, L) an extraction process can be carried out which can be carried
out by isolation by recrystallizing.
Key words: isolate, piperine, black pepper (Piper nigrum, L), isolat.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Laboratorium merupakan salah satu standar sarana dan prasarana yang harus dimiliki
perguruan tinggi untuk memenuhi proses pembelajaran. Pada perguruan tinggi dan institusi
pendidikan lain, laboratorium ini disebut Laboratorium pendidikan.(1)
Laboratorium Pendidikan adalah unit penunjang akademik pada lembaga pendidikan,
berupa ruangan tertutup atau terbuka, bersifat permanen atau bergerak, dikelola secara
sistematis untuk kegiatan pengjuian, kalibrasi, dan/atau produksi dalam skala terbatas, dengan
menggunakan peralatan dan bahan berdasarkan metode keilmuan tertentu, dalam ragka
pelaksanaan pendidika, penelitian, dan/atau pengabdian kepada masyarakat.(2)Peralatan dan
bahan, selama ini menggunakan dari produk luar,salah satu contoh adalah standar piperin yang
digunakan sebagai bahan pembanding pada kegiatan praktikum Kimia Bahan Alam di
Laboratorium Biologi Farmasi. Piperin yang digunakan adalah standar piperin merek Sigma-
Aldrich Cat:38790 produk USA. Untuk mendapatkan standar piperin dari supplier
membutuhkan proses administrasi dan waktu yang lama atau indent, dan dengan harga yang
sangat mahal, sehingga kegiatan praktikum masih ada ketergantungan dengan bahan tersebut.
Keanekaragaman hayati Indonesia sangat besar artinya jika dimanfaatkan secara
maksimal, khususnya dalam usaha pengembangan potensi sumber daya alam. Sumber daya
alam hayati seperti tanaman yang berupa ekstrak umumnya digunakan dalam dunia kedokteran
dan industri. Salah satu tanaman yang banyak dimanfaatkan dalam dunia kedokteran dan
industri yaitu tanaman merica hitam ( Piper nigrum, L).
Senyawa aktif piperin bisa didapatkan dari merica hitam ( Piper nigrum, L) yang mudah
didapatkan. Tanaman merica hitam berupa tanaman yang memanjat, dengan akar pelekat,
batang 5-15 m. Daun berseling atau tersebar, bertangkai, dengan daun penumpu yang mudah
gugur dan meninggalkan berkas yang berupa suatu lingkaran. Helaian daun bulat telur,
memanjang dengan ujung meruncing, 5-15 cmx 8-20 cm, pada sisi buah pada kelenjar-kelenjar
yang tenggelam. Bulir terpisahpisah, bergantungan terdapat pada ujung atau berhadapan
dengan daun. Daun pelindung memanjang, 4-5 mm panjang. Buah berupa buah buni, bangun
bulat.(3)
235
Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat dengan tema
"Kesehatan Modern dan Tradisional"
Senyawa aktif pipern ini bisa didapatkan dengan proses ekstraksi dengan menggunakan
pelarut yang sesuai, kemudian dilanjutkan dengan isolasi untuk mendapatkan senyawa murni
atau isolat. Laboratorium Biologi Farmasi merupakan laboratorium di prodi Farmasi FMIPA
UII yang dapat melakukan proses kegiatan ekstraksi dan isolasi bahan alam. Hal ini karena
laboratorium ini sudah didukung dengan peralatan dan kemampuan laboran yang berkompeten.
Selain itu beberapa penelitian tentang ekstraksi dan isolasi bahan alam juga pernah dilakukan,
diantaranya isolasi senyawa andrographolid dari tanaman sambiloto, senyawa eurycomanon
dari tanaman pasak bumi dan senyawa pinostrobin dari tanaman rimpang temukunci.
Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai penggunaan hasil isolat piperin
dari merica hitam ( Piper nigrum, L). sebagai bahan alternatif praktikum di laboratorium Biologi
Farmasi FMIPA UII.
1.2 Rumusan Masalah
Penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan yang dirumuskan sebagai berikut:
Penggunaan hasil isolat piperin dari merica hitam ( Piper nigrum, L)sebagai bahan alternatif
praktikum di laboratorium Biologi Farmasi FMIPA UII.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan:
1.Isolasi senyawa piperin dari merica hitam ( Piper nigrum, L)
2.Membandingkan kualitas hasil isolat piperin dari merica hitam ( Piper nigrum, L)dengan
standar piperin dengan cara Kromatografi Lapis Tipis yang dibaca dengan TLC
Scanner.
3.Penggunaan hasil isolat piperinsebagai bahan alternatif praktikum Kimia Bahan Alam di
laboratorium Biologi Farmasi FMIPA UII.
1.4 Manfaat Penelitian
1.Penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi alternatif penggunaaan hasil isolat
piperin sebagai bahan alternatif praktikum Kimia Bahan Alam di laboratorium Biologi
Farmasi FMIPA UII.
2.Menghemat Biaya laboratorium,khususnya untuk pembelian bahan kimia standar
piperin
3.Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bahwa penggunaaan hasil isolat
piperin dari merica hitam ( Piper nigrum, L) bisa digunakan sebagai bahan alternatif
praktikum Kimia Bahan Alam di laboratorium Biologi Farmasi FMIPA UII.
4. Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan pemberdayaan alat laboratorium
Biologi Farmasi FMIPA UII dan kompetensi laborannya.
236
ISBN: 978-623-6572-15-3
Yogyakarta, 18 November 2020
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi, FMIPA UII.
3.2 Bahan dan Alat Penelitian
Bahan utama dalam penelitian ini menggunakan merica hitam yang diambil dari pasar
Beringharjo Yogyakarta. Bahan lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Serbuk
buah piper nigrum, Etanol 95%, KOH-Etanolik 10%, Silika gel GF 254, Benzen, Etil
asetat, Anisaldehida-asam sulfat, Serbuk silika gel 60.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini: Perangkat penyari soxhlet (volume
ekstraktor 100ml), Kompor dengan penangas air atau heating mantel, batang pengaduk,
cawan porselen, corong, TLC Scanner Densitometer, chamber KLT, gelas beker 100 ml,
237
Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat dengan tema
"Kesehatan Modern dan Tradisional"
rotary evaporator, timbangan, pipa kapiler, chamber, labu ukur 10 ml, labu ukur 100 ml,
labu ukur 1000 ml, mikrosyring.
3.3 Jalannya Penelitian
3.3.1 Preparasi sampel
Merica hitam dicuci bersih, kemudian dikeringkan di dalam cabinet drying dengan suhu
400C. Setelah kering dilakukan penyerbukan dengan alat penyerbuk milner. Serbuk ini
digunakan untuk bahan penelitian.
3.3.2 Ekstraksi serbuk merica hitam
Timbang 20 g serbuk buah merica hitam, masukkan ke dalam kantung yang terbuat
dari kertas saring dan kemudian letakkan di dalam alat penyari soxhlet. Tambahkan
terlebih dahulu batu didih di dalam labu alas bulat sebelum dirangkaikan dengan alat
soxhlet. Kemudian etanol 96% ditambahkan ke dalam alat soxhlet minimal cukup untuk
dua kali sirkulasi. Lakukan penyarian selama 1-2 jam dengan kecepatan 6-8 sirkulasi per
jam. Setelah penyarian selesai, dinginkan dan pisahkan sari dari bagian yang tidak larut
dengan penyaringan melalui kertas saring. Sisihkan sari jernih yang didapat sebanyak 3
ml dalam flakon dan tutup. Sisanya diuapkan menggunakan rotary evaporator sampai
didapatkan ekstrak kental .
3.3.3 Isolasi Piperin dengan metode rekristlisasi
Tambahkan 10 ml KOH-Etanolik 10 % pada ekstrak kental tersebut sambil diaduk-aduk
sehingga timbul endapan. Setelah mengendap, pisahkan sari dari bagian yang tak larut
melalui glasswool. Sari jernih yang didapat didiamkan di dalam almari pendingin
selama satu malam sampai diperoleh kristal.
3.3.4. Identifikasi isolat piperin menggunakan TLC-Densitometer
a. Totolkan sampel isolat yang diperoleh pada plat KLT silika gel 60 GF254 (ukuran plat
3x10cm)
b. Totolkan pula standar piperin di samping totolan sampel
c. Lakukan eluasi menggunakan fase gerak benzene : etil asetat ( 2 : 1 ) dalam bejana KLT
yang sudah dijenuhkan
d. Setelah tereluasi, keringkan dan baca pada TLC scanner densitometer
e. Lakukan analisis kromatogram isolat dan standar piperin yang diperoleh dan
bandingkan karakterisasi keduanya
238
ISBN: 978-623-6572-15-3
Yogyakarta, 18 November 2020
239
Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat dengan tema
"Kesehatan Modern dan Tradisional"
Keterangan :
S : Standar
I : Isolat
Fase diam : Silica gel F254
Fase gerak :
S I
Senyawa piperin di identifikasi dengan cara yang sederhana yaitu dengan menggunakan
Kromatografi Lapis Tipis. Data hasil KLT yang diperoleh berupa harga Rf dan warna bercak
dapat dilihat pada tabel 4.1.berikut.
Tabel 4.1. Nilai Rf dan warna noda hasil KLT
4.1.2. Hasil uji isolat piperin yang dibaca dengan alat TLC Densitometer.
Hasil isolat piperin setelah dilakukan uji KLT yang dibaca dengan TLC Scaner
Gambar 4.2. Profil kromatogram dibaca dengan TLC Scanner dengan 3 dimensi
240
ISBN: 978-623-6572-15-3
Yogyakarta, 18 November 2020
Gambar 4.3. Profil kromatogram dibaca dengan TLC Scanner dengan 2 dimensi
Gambar 4.4. Hasil Spektra piperin yang dibaca dengan TLC Scanner 3, menghasilkan panjang
maksimal 338 nm.
241
Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat dengan tema
"Kesehatan Modern dan Tradisional"
4.1.3. Hasil uji isolat piperin yang dibaca dengan alat FTIR
Hasil uji isolat dan standar piperin yang dibaca dengan alat FTIR.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Uji KLT senyawa Piperin
Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi senyawa piperin dari ekstrak etanol merica
hitam dan membandingkan kualitas hasil isolat piperin dari merica hitam ( Piper nigrum, L)
dengan standar piperin dengan cara Kromatografi Lapis Tipis yang dibaca dengan TLC Scaner.
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini meggunakan merica hitam ( Piper nigrum,
L) yang diambil dari Pasar Beringharjo Yogyakarta. Bahan lain yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Etanol 95%, KOH-Etanolik 10%, Silika gel GF 254, Benzen, Etil
asetat, Anisaldehida-asam sulfat, Serbuk silika gel 60, kertas saring dan standar piperin. Alat
yang digunakan dalam penelitian ini: perangkat penyari soxhlet ( volume ekstraktor 100 ml ),
heating mantel, batang pengaduk, cawan porselen, corong, chamber KLT, pipa kapiler.
Untuk mendapatkan ekstrak merica hitam mula-mula sampel diambil dan dicuci.
Setelah itu dikeringkan dengan diangin-anginkan dengan udara terbuka dan dimasukkan ke
dalam almari pengering selama 3 hari. Sampel yang telah dikeringkan diblender. Sampel yang
diperoleh ditimbang sebanyak 20 gram kemudian sokletasi dengan pelarut eatanol 96%. Hasil
yang didapat kemudian dipisahkan pelarutnya dengan menggunakan vacum rotary evaporator
dengan suhu 60 0 C. Filtrat ekstrak yang diperoleh kental berwarna cokelat.
242
ISBN: 978-623-6572-15-3
Yogyakarta, 18 November 2020
Selanjutnya ekstrak yang telah diperoleh diidentifikasi adanya senyawa piperin, dengan
cara yang sederhana yaitu menggunakan Kromatografi Lapis Tipis yang disinari di bawah
lampu UV 254 nm. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa Rf standar sebesar 0,77 sedangkan
Rf sampel sebesar 0,77 sedangkan warna bercak atau noda pada sampel dengan standar sama
yaitu warnanya ungu. Hal ini menujukkan bahwa ekstrak merica hitam mengandung senyawa
piperin karena Rf sampel dengan Rf standar sama. Selain itu warna noda pada sampel dengan
standar sama yaitu warnanya ungu di bawah lampu UV 254 nm.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan isolat
senyawa piperin dari merica hitam ( Piper nigrum, L) dapat dilakukan proses ekstraksi yang
dilanjutkan dengan isolasi dengan metode rekristalisasi.
UCAPAN TERIMAKASIH
Assalamu’alaikum wr.wb.
Alhamdulillahi robbil ‘alamin, Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat,karunia dan hidayah-Nya,sehingga peneliti dapat menyelasaikan
penelitian ini yang berjudul : ISOLASI SENYAWA PIPERIN DARI MERICA HITAM (
Pipernigrum, L) SEBAGAI BAHAN STANDAR PRAKTIKUM DI LABORATORIUM
BIOLOGI FARMASI FMIPA UII
Peneliti mengucapkan terimakasih kepada :
1. Direktorat Penelitian & Pengabdian Masyarakat Universitas Islam Indonesia (DPPM
UII) yang telah mendanai penelitian ini.
2. Laboratorium Biologi Farmasi yang telah menyediakan sarana untuk penelitian ini.
3. Istri dan anak-anakku yang telah memberikan dukungan sehingga dapat menyelesaikan
penelitian ini.
4. Teman-teman laboran farmasi FMIPA UII atas masukan dan sarannya.
244
ISBN: 978-623-6572-15-3
Yogyakarta, 18 November 2020
DAFTAR PUSTAKA
Permendikbud no.49/2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi
Permenpan dan Reformasi Birokrasi No 3,tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pranata
Laboratorium dan angka kreditnya.
Tjitrosoepomo, 2005, Morfologi Tumbuhan, Yogyakarta: UGM Press.
Anonim, 2008, Farmakope Herbal Indonesia Edisi I, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Anwar, Chairil & Hasmi, 2005, Pengantar Praktikum Kimia Organik, Jakarta, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Heinrich, M.J.&Gibbons,S., 2003, Fundamentals of Pharmacognosy and
Phitotherapy,Churchill Livingstone, USA.
Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia, Penerbit ITB,Bandung
245
Isolasi Senyawa Aktif Lignan dari Buah Lada Hitam (Piper nigrum L.) dan
Daun Sirih (Piper betle L.)
Abstrak
Buah lada hitam (Piper nigrum L.) dan daun sirih (Piper betle L.) telah banyak digunakan secara tradisional untuk mengobati
beberapa jenis penyakit. Beberapa senyawa metabolit sekunder yang terkandung pada kedua tanaman tersebut diduga
bertanggungjawab terhadap efek farmakologi, salah satu golongan metabolit sekunder tersebut adalah lignan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengisolasi senyawa lignan dari buah lada dan daun sirih. Serbuk simplisia dari daun sirih dan buah lada
hitam diekstraksi dengan ekstraksi sinambung menggunakan pelarut metanol. Ekstrak difraksinasi dengan ekstraksi cair-cair
menggunakan pelarut air-diklorometan (1:1) dan kromatografi cair vakum. Pemurnian dilakukan dengan menggunakan metode
kromatografi lapis tipis preparatif. Isolat dikarakterisasi dengan menggunakan kromatografi gas-spektroskopi massa (KG-SM).
Dari buah lada hitam telah berhasil diisolasi dan diidentifikasi dua senyawa lignan berupa hinokinin dan satu senyawa lignan
lain yang memiliki ciri fragmen 135 dan 286 pada KG-SM. Sedangkan daun sirih memberikan data kromatografi untuk
golongan lignan tetapi belum dapat dikonfirmasi dengan data KG-SM.
Kata kunci : buah lada hitam, daun sirih, lignan, tanaman obat Indonesia
Abstract
Black pepper fruits and betel leaves are widely used traditionally to cure several illnesses. Secondary metabolites of both
plants are believed to be responsible for their pharmacological effect; one of the secondary metabolites groups is lignan. The
goal of this research is to isolate lignans from betel leaves and black pepper fruits. Crude drugs of betel leaves and pepper
fruits were extracted with Soxhlet apparatus, using methanol. The extract was fractionated by liquid-liquid extraction using
dichloromethane-water (1:1) and vacuum liquid chromatography. Purification was conducted by preparative thin layer
chromatography. Isolated compounds were characterized by gas chromatography-mass spectra (GC-MS). Two lignans were
isolated from black pepper fruits and identified with GCMS. First known as hinokinin, and another has MS fragment 135 and
268, which are specific for lignan compounds. Betel leaves showed chromatography data to lignan groups but cannot confirm
yet by GC-MS.
Keywords: black pepper fruits, betel leaves, lignan, Indonesian Medicinal Plant
Ekstrak metanol dan ekstrak diklorometana dari kedua toluena-aseton (50:1) untuk subfraksi lada, serta
simplisia dipantau secara KLT. Hasil pemantauan pengembang toluena-aseton (7:3) untuk subfraksi
ekstrak ini tidak digunakan penampak bercak spesifik sirih. Pada pita yang diinginkan dikerok dan
lignin, namun dilakukan penyemprotan dengan asam dilarutkan ke dalam metanol kemudian disaring.
sulfat 10% dalam methanol yang bertujuan untuk Diperoleh beberapa isolat yang siap untuk
mengetahui berapa senyawa yang terdapat dalam dikarakterisasi.
ekstrak. Bercak yang diduga senyawa lignan adalah
bercak yang memberikan warna gelap pada UV λ 254 Karakterisasi isolat dilakukan menggunakan
nm dan UV λ 366 nm serta memberikan warna ungu kromatografi gas-spekroskopi massa (KG-SM) varian
setelah disemprot dengan penampak bercak H2SO4 3900 Saturn 2000 dengan kolomkapiler VF-5ms 30m
dan vanilin sulfat. x 0,25mm ID. Dipilihnya metode KG-SM untuk
karakterisasi senyawa lignan karena senyawa lignan
Ekstrak diklorometana dilanjutkan dengan kromato- memiliki spektrum massa, m/z, yang khas yaitu
grafi cair vakum (KCV). Dari hasil pemantauan fragmen massa, m/z, 135, 151, 165, 181. Dari hasil
fraksinasi kedua terlihat bercak berwarna ungu pada karakterisasi, diperoleh subfraksi no. 10 buah lada
fraksi ke-11 sampai fraksi ke-13 pada daun sirih, serta diduga mengandung dua senyawa lignan yaitu
pada fraksi ke-8, 10, 13 pada buah lada. Kemudian hinokinin yang memiliki spektrum massa khas dengan
fraksi-fraksi ini dimurnikan menggunakan KLT fragmen (m/z) 135 dan 354, serta senyawa lignan
prepatatif dengan fasa diam silika gel GF254 dengan fragmen khas 135 dan 286. Kromatogram
menggunakan penyangga kaca dan pengembang dapat dilihat pada Gambar 1.
(b)Gambar 1. Kromatogram hasil KG-SM: (a) salah satu senyawa lignandengan fragmen massa khas 135 dan
286, (b) senyawa hinokinindengan fragmen massa khas (m/z) 135 dan 354.
Kesimpulan
Isolat buah lada hitam yang diperoleh merupakan
senyawa hinokinin yang memilikifragmen khas 135
dan 354, serta senyawa lignan dengan fragmen khas
135 dan 286. Sedangkan daun sirih memberikan data
kromatografi untuk golongan lignan tetapi belum
dapat dikonfirmasi dengan KG-SM.
Daftar Pustaka
Ditjen POM Depkes RI, 2000, Inventaris Tanaman
Obat Indonesia, Depkes RI, Jakarta,183–184, 273-274.
Uji Toksisitas dan Fitokimia Jamu Pelancar Menstruasi Berbahan Dasar Jahe
(Zingiberis rhizome)
2
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
Abstrak
Jamu merupakan salah satu obat tradisional asli Indonesia yang telah digunakan secara turun-temurun. Salah satu
contoh jamu yang banyak digunakan dan beredar di masyarakat adalah jamu pelancar mentruasi. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui nilai toksisitas jamu pelancar mentruasi yang berbahan dasar rimpang jahe dengan
menggunan metode brine shrimp lethality test (BSLT) dan melakukan analisis fitokimia dengan metode Harbone.
Uji toksisitas terhadap larva udang Artemia salina Leach dilakukan dengan tiga konsentrasi, yaitu 2.000 ppm,
4.000 ppm dan 6.000 ppm. Hasil penelitian menunjukkan semua konsentrasi jamu pelancar mentruasi memiliki
daya bunuh terhadap larva udang. Nilai Lethal Concentration 50% (LC50) jamu pelancar mentruasi berbahan dasar
rimpang jahe terhadap larva udang Artemia salina Leach. sebesar 3.131 ppm. Jamu pelancar mentruasi tersebut
mengandung senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, fenol, saponin, steroid dan triterpenoid
Toxicity and Phytochemical Test of Jamu for Normalizing Menstruation Rich of Ginger
(Zingiberis rhizome)
Abstract
“Jamu” is Indonesia’s traditional medicine which has been used for generations. One of the widely used and
sold jamu in Indonesia is indicated for normalizing menstruation. The aim of this study was to know the lethal
concentration 50% value (LC50) and to screen phytochemical compounds of jamu for normalizing menstruation
which rich of of ginger (Zingiberis rhizome). The toxicity test was done using the brine shrimp lethality test
(BSLT) and phytochemical compounds were screened using the Harbone methods. The toxicity test for larvae
Artemia salina Leach was done at three concentration levels: 2,000 ppm; 4,000 ppm; and 6,000 ppm. The results
of the BSLT showed that all concentration levels exhibited the activity of Artemia salina Leach, with a LC50 value
of 3,131 ppm. Phytochemical screening revealed the presence of alkaloids, flavonoids phenol, saponins, steroids
and triterpenoid in jamu for normalizing menstruation.
126
Pendahuluan dan rasa nyeri saat mentruasi. Cara kerja
jamu tersebut adalah dengan meluruhkan
Penggunaan obat tradisional di lapisan endometrium uterus. Sering kali
Indonesia sudah berlangsung lama, jauh penggunaaan jamu pelancar mentruasi
sebelum obat modern ditemukan dan disalahgunakan oleh masyarakat untuk aborsi
dipasarkan. Penggunaan obat tradisional tanpa indikasi medis sehingga keamanannya
sudah menjadi budaya bangsa dan tidak terjamin. Penelitian ini bertujuan untuk
dimanfaatkan oleh masyarakat secara mendapatkan data ilmiah keamanan salah
turun-temurun. Salah satu obat tradisional satu jamu pelancar menstruasi yang berbahan
Indonesia yang telah digunakan oleh dasar rimpang jahe dengan metode brine
masyarakat untuk menjaga kesehatan dan shrimp lethality test (BSLT) dan melakukan
mengobati berbagai penyakit adalah jamu. analisis fitokimia dengan metode Harbone.
Jamu merupakan ramuan bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian Bahan dan Cara
(galenik) atau campuran bahan tersebut yang
digunakan masyarakat untuk pengobatan.1 Penelitian ini bersifat eksperimental
Sekarang jamu telah berkembang luas dan laboratorium dengan metode kuantitatif
semakin populer di masyarakat. Industri dan kualitatif. Penelitian ini dilakukan
jamu masuk ke dalam 10 produk prospektif di Laboratorium Biokimia FMIPA-IPB
yang perlu dikembangkan karena memiliki selama bulan Oktober 2016. Uji toksisitas
pangsa pasar yang menjanjikan. Permintaan dilakukan dengan metode BSLT, merupakan
jamu mengalami peningkatan; pertumbuhan tahap awal menguji efek toksik akut suatu
pangsa pasarnya lebih baik dari pada bahan alami. Metode BSLT dilakukan
pertumbuhan industri farmasi. Masyarakat dalam waktu singkat yaitu rentang waktu
semakin menyadari pentingnya penggunaan selama 24 jam setelah pemberian dosis
bahan alami untuk kesehatan. Selain itu uji. Uji toksisitas dengan metode BSLT
harganya lebih murah, mudah diperoleh dan memiliki spektrum aktivitas farmakologi
diyakini memiliki efek samping yang kecil. Di yang luas, prosedurnya sederhana, cepat
sisi lain, pelaku industri jamu masih menemui dan tidak membutuhkan biaya yang besar,
banyak kendala, salah satunya yang terkait serta hasilnya dapat dipercaya. Hewan uji
dengan peraturan dan prosedur pengujian yang digunakan adalah larva udang Artemia
laboratorium.2 Menurut keputusan Badan salina Leach, yaitu udang primitif sederhana
Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)3, namun efektif dalam ilmu biologi dan
jamu harus memenuhi kriteria: aman sesuai toksikologi. Sampel yang digunakan adalah
dengan persyaratan yang ditetapkan, klaim jamu pelancar mentruasi yang mengandung
khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris jahe (Zingiberis rhizomeyang) sebagai bahan
dan memenuhi persyaratan mutu. Selain itu, utama pada jamu tersebut. Selain jahe jamu
pada beberapa tahun terakhir banyak beredar pelancar mentruasi yang digunakan juga
jamu mengandung bahan kimia, sehingga mengandung lengkuas (Languatis rhizome),
untuk efektivitas dan keamanan penggunaan meniran (Phyllanthus niruri L), pakis
jamu dibutuhkan uji keamanan (praklinik) (Achilleae folium), lada hitam (Piperis nigri
sebelum digunakan dan dipasarkan ke Fructus) dan kunyit (Curcuma domesticae
masyarakat. Rhizoma). Konsentrasi jamu uji dibuat
Jamu yang banyak digunakan oleh kaum dalam tiga konsentrasi berdasarkan konversi
wanita adalah jamu pelancar menstruasi aturan pakai yang dianjurkan pada sampel
untuk mengatasi masalah keterlambatan jamu mentruasi, yaitu 2 000 ppm, 4 000 ppm
127
dan 6.000 ppm. Pengaruh konsentrasi jamu antara log konsentrasi dengan nilai probit
pelancar mentruasi berbahan dasar rimpang dari kematian larva udang. Hal tersebut
jahe terhadap kematian larva udang Artemia dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi
salina Leach dianalisis menggunakan (R2) dari persamaan regresi sebesar 0,996
metode analisis probit untuk menentukan (mendekati 1,0). Diperoleh persamaan Y =
nilai lethal dose concentration 50% (LC50). 3,5522X + (-7,4173) dan nilai LC50 sebesar
Dilakukan analisis regresi hubungan antara 3.131 ppm, artinya pada konsentrasi tersebut,
log konsentrasi dan nilai probit kematian 50% larva udang Artemia salina Leach mati.
larva udang dengan persamaan linear Y = Hasil analisis fitokimia pada jamu
mX + b yang menunjukkan hubungan Y pelancar menstruasi berbahan dasar rimpang
(nilai probit dari % kematian larva udang) jahe menunjukkan bahwa jamu tersebut
dengan X (log konsentrasi jamu pelancar positif mengandung senyawa alkaloid,
mentruasi). Nilai LC50 diperoleh dari flavonoid, fenol, saponin, steroid dan
antilog X. Selain melakukan uji toksisitas, triterpenoid.
juga dilakukan analisis fitokimia terhadap
jamu pelancar mentruasi yang digunakan Diskusi
dengan menggunakan metode Harbone.4
Analisis fitokimia yang dilakukan meliputi Berdasarkan nilai LC50 yang diperoleh
uji flavonoid, alkaloid, fenol, saponin, maka jamu pelancar menstruasi berbahan
steroid dan triterpenoid. dasar rimpang jahe tidak toksik pada larva
udang, karena memiliki nilai LC50 lebih
Hasil besar dari 1000 ppm. Menurut Meyer et
al.5 bahwa tingkat toksisitas suatu ekstrak
Hasil penentuan nilai LC50 pada adalah sebagai berikut: LC50 ≤ 30 mg/L =
berbagai konsetrasi jamu pelancar mentruasi sangat toksik; LC50 ≤ 1.000 mg/L = toksik;
berbahan dasar rimpang jahe terhadap LC50 > 1.000 mg/L = tidak toksik (1 ppm =
persen (%) kematian larva udang Artemia 1 mg/L).
salina Leach disajikan pada Grafik 1. Hasil analisis fitokimia terhadap jamu
Hasil analisis yang dilakukan pelancar mentruasi diketahui bahwa jamu
menunjukkan terdapat hubungan yang kuat tersebut mengandung senyawa metabolit
Grafik 1. Hasil uji toksisitas jamu pelancar mentruasi berbahan dasar rimpang jahe terhadap
nilai probit kematian larva udang
128
sekunder berupa alkaloid, flavonoid, fenol, memiliki aktivitas antipiretik, analgesik,
saponin, steroid dan triterpenoid. Senyawa anti inflamasi dan immunostimulan.10
metabolit sekunder yang terdapat di dalam
jamu pelancar mentruasi yang digunakan Kesimpulan
berasal dari bahan-bahan alami yang
terdapat di dalam jamu tersebut yaitu jahe, Uji toksisitas akut jamu pelancar
lengkuas, meniran, pakis, lada hitam dan mentruasi berbahan dasar rimpang jahe
kunyit. Berdasarkan penelitian Kemenkes6 sampai dengan dosis 6.000 ppm tidak bersifat
bahwa jahe, lengkuas, dan kunyit telah toksik dengan nilai LC50 sebesar 3.131 ppm.
terbukti memiliki khasiat untuk mengatasi Analisis fitokimia jamu pelancar mentruasi
keterlambatan haid karena darah tidak mengandung senyawa metabolit sekunder
lancar dan nyeri saat haid. Ketiga tumbuhan berupa senyawa alkaloid, flavonoid, fenol,
berakar rimpang tersebut sering digunakan saponin, steroid dan triterpenoid. Untuk
dalam pengobatan yang berhubungan penelitian lebih lanjut perlu dilakukan uji
dengan sistem pencernaan (mual, muntah, praklinis akut dengan menggunakan hewan
diare), berhubungan dengan kewanitaan uji yang memiliki fisiologi lebih dekat
(nyeri haid, haid tidak lancar dan setelah dengan manusia dan uji klinis pada manusia.
melahirkan), dan obat demam. Jahe adalah
bahan dasar utama yang terdapat dalam jamu Daftar Pustaka
pelancar mentruasi yang diuji. Senyawa aktif
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
utama dari jahe segar adalah gingerol yang tahun 2009 tentang kesehatan.
merupakan senyawa turunan fenolik yang 2. Murdopo. Obat herbal tradisional. Warta Ekspor.
memberikan rasa pedas pada jahe. Gingerol Ditjen PEN/MJL/005/9/2014 September.
bersifat tidak stabil karena panas, maka jika 3. BPOM RI. Memilih obat tradisional dan suplemen
jahe dikeringkan gingerol akan mengalami makanan yang baik. BPOM RI 2010. Diunduh
dari: http://perpustakaan.pom.go.id/ 25 juni 2015
dehidrasi menjadi shogaol. Gingerol pada 4. Harbone JB. Metode fitokimia: Penentuan Cara
jahe telah terbukti mempunyai aktivitas Modern Menganalisa Tumbuhan. Terjemahan
anti inflamasi dan analgesik.7 Meniran Padmawinata K dan Soediro I. Bandung: ITB
merupakan jenis tumbuhan liar yang mudah Press; 1996.
ditemukan dan memiliki banyak khasiat. 5. Meyer BN, Ferrigni NR, P utnam JE, Jacobsen
LB, Nichols DE, Mc Laughlin JL. Brine shrimp:
Senyawa aktif meniran adalah filantin A convenient general bioassay for active plant
dan hipofilantin yang berperan sebagai constituents. J Planta Medica 1982; 45(5): 31-45.
immunostimulan dan hepatoprotektor. 6. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 121/
Senyawa turunan alkaloid yang terdapat di Menkes/SK/11/2008 tentang Standar Pelayanan
dalam meniran berperan sebagai antipiretik, Medik Herbal. Jakarta.
7. Kim EC, Min JK, Kim TY, Lee SJ, Yang HO,
anti radang, antidiare dan diuretik. Di Han S, et al. 6-Gingerol, a pungent ingredient of
India, meniran secara luas digunakan untuk ginger, inhibits angiogenesis in vitro and in vivo.
gangguan mentruasi, diare, kencing nanah Biochem. Biophys Res Commun. 2005; 335:
dan terbukti mengatasi hepatitis B.8 Buah 300-8.
lada dikenal sebagai bumbu masak, namun 8. Kardinan A Kusuma FR. Meniran penambah
daya tahan tubuh. Depok: Agromedia Pustaka.
juga bisa digunakan untuk mengobati 2004.
berbagai macam penyakit seperti disentri, 9. Soedibyo MB. Alam Sumber Kesehatan dan
kolera, kaki bengkak, nyeri haid, reumatik kegunaannya. Jakarta: Balai Pustaka. 1998.
(nyeri otot) dan sakit kepala.9 Senyawa aktif 10. Nisar A, Hina F, Bilal H. A, Shahid F, Muhammad
dalam buah lada adalah piperin, merupakan A, Mubarak A K, et al. Biological role of Piper
nigrum L. (Black pepper): A review. Asian Pacific
turunan senyawa alkaloid. Dilaporkan bahwa J Trop Biomed. 2012; S1945-S53.
piperin yang terdapat di dalam lada hitam
129
See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/273701148
CITATIONS READS
8 3,811
1 author:
Dara Aziz
University of Raparin
9 PUBLICATIONS 25 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Chemical composition, antibacterial and antioxidant activities of alkaloids from aerial parts of raspberry View project
All content following this page was uploaded by Dara Aziz on 18 September 2019.
ORIGINAL PAPER
123
D. M. Aziz et al.
peppercorns lies within the range of 3–8 g/100 g [2]. It is HPLC grade solvents such as acetic acid, methanol,
responsible for many pharmacological activities of the ethanol, diethyl ether, ethyl acetate, hexane, toluene,
black pepper [24, 25]. Piperine is medicinally used as anti- Dimethylformamide (DMF) and d-chloroform were ob-
inflammatory [26], anti-malarial, cure for stomach ache, tained from Merck (Germany). Pure standard substances
weight loss [20, 27], anti-leukemia and fever reducer [28]. piperine, piperic acid, were purchased from Sigma-Aldrich
Pharmacological studies on piperine have revealed that (Taufkirchen, Germany). The other reagents were used
this compound elicited diverse pharmacological activities without further purification.
[29].
At least five other alkaloids, structurally related to Extraction of piperine
piperine found in Black pepper, which are in smaller
amounts [2, 30]. Whereas the content of the minor alka- Dried fruit of black pepper (500 g) was extracted with
loids piperyline and piperettine have been estimated as glacial acetic acid (1000 ml) at room temperature for
0.2–0.3 and 0.2–1.6 g/100 g, respectively [2]. Studies have 1 day, because glacial acetic acid extracted higher per-
demonstrated that piperine and its derivatives present centage of piperine compare to other solvents such as
sedative-hypnotic [26], tranquilizing, and muscle-relaxing methanol, ethanol, chloroform and ethyl acetate. This ex-
actions and can intensify the depressive action of other tract was filtered to remove any particle from the solution.
depressants [15, 31]. Finally, the solvents were removed by rotary evaporator
Isolation of natural products is an important aspect of (Buchi R-114 Rotavapor, Switzerland) with water bath,
organic chemistry, as many new drugs derived from them. temperature set to 40 °C. Under high vacuum all residual
Thus it is more important than ever to be able to isolate solvent was removed.
piperine from its natural habitat, which is black pepper [5,
32]. Various methods were used for isolating the pure al- Instrumentation
kaloid piperine and other content form black pepper, such
as solvent extraction [6], soxhlet apparatus extraction, ul- Melting point was determined on a PERFIT melting point
trasound techniques [33] and supercritical fluid extraction apparatus. The UV spectra were scanned in methanol sol-
[34, 35]. Then different chemical techniques were per- vent on a lambdaBio 20 spectrometer. MS was used to find
formed to characterize the contents of black pepper, in- the molar mass of the extracts, using a Perkin Elmer Clarus
cluding thin layer chromatography (TLC), UV, FT-IR [2], 600 MS. The FT-IR spectra were recorded on KBr (Po-
higher performance liquid chromatography (HPLC) [32, tassium Bromide) pellets using a JASCO FT/IR-5000 in-
36] and (NMR) [5]. strument. The FT-IR spectra of the pellet were recorded
The present study is focused on isolation and charac- from 4000 to 400 cm-1. The 1H NMR data were recorded
terization of piperine from the fruits of black pepper. For on an advance DRY 400, Bruker Spectrospin, using CDCl3
piperine isolation, glacial acetic acid was used because the as solvent. The 1H NMR was performed at an operating
yield of piperine was increased compare to use other sol- frequency of 400 MHz. All processing and analysis was
vents. Then, some modifications were performed to prepare performed on software of MestReNova LITE v 5.2.5. Silica
several derivatives of piperine. The structures of piperine gel (Qualigens) was used for analytical TLC, spots were
and the derivatives of piperine were elucidated by UV, MS, visualized by exposure to iodine vapors, UV radiation, and
FT-IR and 1H NMR. by spraying reagents.
Isolation of piperine
Materials and methods
The extracted was diluted with equal amount of deionized
Plant material water. The diluted extract fractionated with 1000 ml
chloroform in a separator funnel (twice). The chloroform
Dried black pepper fruits were purchased from local mar- extracts were combined and washed with 10 % sodium
ket in Kerala, India. The plant was identified by the Botany bicarbonate and water. The extraction was dried on anhy-
Department of Jamia Hamdard (Hamdard University) and drous sodium sulfate then the solvents were removed by
Biology Department of Raparin University in Iraq. rotary evaporator with water bath, temperature set to
The fruit was cleaned to be free from stones and other 40 °C. Finally the outcome residue was dissolved in
undesirable matters and sun dried. Then the sun dried minimum amount of chloroform followed by directly
fruits were ground in an electrically operated grinder to adding diethyl ether then, soon after that the piperine
fine particle size, using a Thomas-Willey milling started to precipitate in a yellow greenish colour. Purified
machine. piperine was recrystallized in diethyl ether.
123
Synthesising a novel derivatives of piperine from Piper nigrum L.
123
D. M. Aziz et al.
123
Synthesising a novel derivatives of piperine from Piper nigrum L.
Compound (3) (Scheme 1) was identified to be ((2E, In the UV spectrum (Fig. 6), a single peak was observed at
4E)-5-(1,3-benzodioxol-5-yl)-N-(1,3-benzothiazol-2-yl) (k-max of 359 nm), which is prove the compound (4) is
penta-2,4-dienamide), as several chemical analysis were pure. Also UV spectra confirm the tow derivatives are
used to ensure the chemical structure. Compound (3) has different as they have different k-max. In the MS spectrum,
a sharp melting point at 245 °C. In the TLC, a spot with the molecular ion peak at m/z 365.4 corresponding to
Rf = 0.75 was separated with a mixed solvent system of molecular formula, C19H15O3N3S. Compound (4) is pre-
ethyl acetate:hexane:toluene (1:1:1). The solution of dicted as a novel derivative, because its structure is dif-
compound (3) was also prepared (100 mg/ml) in methanol for ferent from piperine and compound (3), as the chemical
UV scanning. In the UV spectrum, a single peak was observed analysis showed. Also as far as authors concerned no match
at (k-max of 374 nm), which is prove the compound (3) is of this derivative has been found and prepared elsewhere.
pure (Fig. 4). The MS spectrum of compound (3) clearly In the FT-IR spectrum (Fig. 7) of compound (4), the
showed a molecular ion peak at m/z 350.4 corresponding to peaks are corresponded for functional groups and bond
molecular formula, C19H14O3N2S. The MS spectrum shows environments as: (neat, cm-1) is (3201)(NH),
that compound (3) is different derivative of piperine.
In the 1H NMR spectrum, (500 MHz, d corrected for
shifted CDCl3 peak) the peaks are corresponded to:
(s 2H = 6.08 Hz) (1,3-dioxole), (1H = 7.07 Hz, 1H =
7.08 Hz, 1H = 7.09 Hz)(benzene), (2H = 7.35 Hz, 1H =
7.77 Hz, 1H = 8.01 Hz) (benzothiazole), (1H = 6.45 Hz,
1H = 6.92 Hz, 1H = 7.45 Hz, 1H = 7.55 Hz) (ethylene), as
shown in Fig. 5.
Compound (4) is a derivative of piperine and it is de-
termined as ((2E, 4E)-5-(1,3-benzodioxol-5-yl)-N-(1,3-
benzothiazol-2-yl)penta-2,4-dienehydrazide). Several che-
mical analysis were performed to ensure the chemical
structure of compound (4). Compound (4) has a sharp
melting point at 240 °C. In the TLC, a spot with Rf = 0.88
was separated with a mixed solvent system of ethyl ac-
etate:hexane:toluene (1:1:1). A solution of compound (4)
was prepared in methanol (100 mg/m1) for UV scanning. Fig. 6 UV spectrum of compound (4), k-max of 359 nm
123
D. M. Aziz et al.
(1592)(C=O), (14420)(C=C), (1520)(C=C Ar), (1550)(C– (1H = 7.1 Hz)(1H = 7.39 Hz)(benzene), (1H = 6.85 Hz)
N), (3100)(CH), (2915)(C=C–H). (1H = 6.91 Hz)(1H = 7.35 Hz)(1H = 7.42 Hz)(ethylene),
In the 1H NMR spectrum of compound (4) (Fig. 8), (2H = 7.58 Hz)(1H = 7.88 Hz)(1H = 7.77 Hz)(benzo-
(500 MHz, d corrected for shifted CDCl3 peak) the peaks thiazole).
were analysed as: (1H = 4.0 Hz)(amide), (1H = 7.45 Hz) In short, piperine isolated from the fruit of black pepper.
(ArCNH), (2H = 5.92 Hz)(1,3 dioxole), (1H = 6.91 Hz) Two new derivatives were prepared from piperic acid as
123
Synthesising a novel derivatives of piperine from Piper nigrum L.
starting material, one of the derivatives (compound 3) is a requiring less amount of solvent. Large number of samples can
new compound, but the other derivative (compound 4) is a be suitably employed for routine quality control analysis.
novel compound. Finally, their biogenesis, isolation procedures, and
laboratory syntheses fall within the general patterns for
other natural products and general organic compounds. It is
Conclusion apparent that piperine has the potential health and medical
uses, further studies are needed to explore such combina-
The use of natural medicines has undeniably increased. The tion effects and further investigations should focus on the
suspicion raised by conventional health care professionals is development of piperine analogues.
due to the lack of legislation and control. The genus Piper has
one of the largest membership in the plant kingdom and one Acknowledgments The authors would like to thank technical staff
of Chemistry Department at Raparin University and Jamia Hamdard
of the most widely distributed globally, covering all the (Hamdard University) to let do the practical work in their chemical
continents, but most commonly found in Asia (India) and laboratories. This work was financed with grants from HCDP pro-
Tropical Africa. A number of the species have been scien- gramme in Ministry of Higher Education and Scientific Research of
tifically investigated for their chemical constituents and Kurdistan – Iraq.
bioactivity. The results of the investigations have shown that Conflict of interest The authors declare that they have no conflict
their predominant constituents are the piper amides, which of interest. This article does not contain any studies with human or
have gradually become a very important class of alkaloids. animal subjects.
The new method for isolation of piperine was used to be
extracted with glacial acetic acid and recrystallization with
solvent ether. The solvent proved to be effective in isolating
References
piperine with higher yield and purity. Then the piperine ex- 1. R.K. Saxena, P. Venkaiah, L. Anitha, R.M. Venu, Int. J. Food Sci.
traction used to prepare piperic acid. The piperic acid with Nutr. 58, 250–260 (2007)
different substituted aromatic amines were used to prepare a 2. S. Hartwig, B. Malgorzata, Q. Rolf, S. Wolfgang, L. Gerd, J.
new derivatives of piperine which is ((2E, 4E)-5-(1,3-benzo- Agric. Food Chem. 53, 3358–3363 (2005)
3. A.C. Nisar, F. Hina, H.A. Bilal, F. Shahid, A. Mohammad, A.K.
dioxol-5-yl)-N-(1,3-benzothiazol-2-yl)penta-2,4-dienamide) Mubarak, Asian Pac. J. Trop. Biomed. 2, S1945–S1953 (2012)
and novel derivative of piperine which is ((2E, 4E)-5-(1,3- 4. T. Jagella, W. Grosch, Eur. Food Res. Technol. 2091, 22–26
benzodioxol-5-yl)-N-(1,3-benzothiazol-2-yl)penta-2,4-diene- (1999)
hydrazide). Isolated piperine and the derivatives were identi- 5. M. Meghwal, T.K. Goswami, Open Access Scientific Reports 1,
129 (2012). doi:10.4172/scientificreports.129
fied by various methods such as melting point, TLC, UV, MS, 6. U. Parimi, D. Kolli, V.R.V. Durvasula, Med. Chem. Res. 22,
FT-IR and 1H NMR. The proposed method for extraction and 5466–5471 (2013)
characterization lead to rapid, accurate and sensitive method 7. I. Gulcin, Int. J. Food Sci. Nutr. 56, 491–499 (2005)
123
D. M. Aziz et al.
8. Y. Liu, V.R. Yadev, B.B. Aggarwal, M.G. Nair, Nat. Prod. 24. V. Badmaev, M. Majeed, P.N. Edward, Nutr. Res. 19, 381–388
Commun. 5, 1253–1257 (2010) (1999)
9. H.J. Dorman, S. Deans, J. Appl. Microbiol. 88, 308–316 (2000) 25. B. Vladimir, M. Muhammed, P. Lakshmi, J. Nutr. Biochem.
10. M. Vachana, J.P. Samuel, K. Geema, P.S. Evan, KhR Mahaboob, 11(2), 109–113 (2000)
Inflammation 35, 1348–1356 (2012) 26. R.K. Bhardwaj, H. Glaesser, L. Becquemont, U. Klotz, S.K.
11. R. El-Hamas, M. Idaomar, A. Alonso-Moraga, S.A. Munoz, Food Gupta, M.F. Fromm, J. Pharmacol. Exp. Ther. 302, 645–650
Chem. Toxicol. 41, 41–47 (2003) (2002)
12. G.A. Agbor, J.A. Vinson, J.E. Oben, J.Y. Ngogang, Nutr. Res. 12, 27. R.S. Vijayakumar, N. Nalini, J. Food Biochem. 30, 405–421
659–663 (2006) (2006)
13. E.S. Sunila, G. Kuttan, J. Ethnopharmacol. 90, 339–346 (2004) 28. T. Velpandian, R. Jasuja, R.K. Bhardwaj, J. Jaiswal, S.K. Gupta,
14. O. Dong-yun, Z. Long-hui, P. Hao, X. Li-hui, W. Yao, L. Kun- Eur. J. Drug Metab. Pharmacokinet. 26, 241–247 (2001)
peng, H. Xian-hui, Food Chem. Toxicol. 60, 424–430 (2013) 29. T. Anette, B. Carin, W. Tina, E. Stéphane, S. Ankie, F. Markus,
15. R.S. Vijayakumar, D. Surya, N. Nalini, Redox Rep. 9, 105–110 B. Paul, Food Chem. Toxicol. 66, 350–357 (2014)
(2004) 30. P.V. Srinivas, J.M. Rao, Phytochemistry 52, 957–958 (1999)
16. N. Pathak, S. Khandlewal, Eur. J. Pharmacol. 576, 160–170 31. R. Capasso, A.A. Izzo, F. Borrelli, A. Russo, L. Sautebin, A.
(2007) Pinto, F. Capasso, N. Mascolo, Life Sci. 71, 2311–2317 (2002)
17. C.R. Pradeep, G. Kuttan, Clin. Exp. Metastasis 19, 703–708 32. K.V. Padalkar, V.G. Gaikar, Sep. Sci. Technol. 43(12–11),
(2002) 3097–3118 (2008)
18. S. Panda, A. Kar, Hormon. Metab. Res. 35(9), 523–526 (2003) 33. S.R. Sachin, K.R. Virendra, Ind. Crops Prod. 58, 259–264 (2014)
19. N. Pathak, S. Khandelwalm, Environ. Toxicol. Pharmacol. 28, 34. C. Perakis, V. Louli, K. Magoulas, J. Food Eng. 71(4), 386–393
52–60 (2009) (2005)
20. K. Srinivasan, Food Res. Int. 38, 77–86 (2005) 35. A.C. Kumoro, S. Harcharan, H. Masitah, Chin. J. Chem. Eng.
21. D. Acharaporn, I. Kornkanok, P. Sakonwun, L. Nanteetip, J. Nat. 17(6), 1014–1020 (2009)
Med. 67, 303–310 (2013) 36. A.B. Wood, L.B. Maureen, D.J. James, Flavour Fragr. J. 3, 55–64
22. M.H. Mehmood, A.H. Gilani, J. Med. Food 13, 1086–1096 (1988)
(2010)
23. R.A. Clery, C.J. Hammond, A.C. Wright, J. Essent. Oil Res. 18,
1–3 (2006)
123