Anda di halaman 1dari 5

Nama : Esy Dwi Aprilia

Nim : 5021611020
Prodi : Ilmu Politik

Radikalisme Agama di Indonesia

Radikalisme berasal dari bahasa Latin radix yang berarti akar. Pernyataan
tersebut memiliki arti berpikir secara mendalam terhadap sesuatu sampai ke akar-
akarnya. Radikalisme merupakan paham yang menghendaki adanya suatu
perubahan dan pergantian terhadap suatu sistem dalam masyarakat sampai ke
akarnya. Di dalam Cambridge Advanced Learnes Dictionary; radical is believing
or expressing the belief that there should be great or extreme social or political
change. Radikal adalah percaya atau mengekspresikian keyakinan bahwa harus
ada perubahan sosial atau politik yang besar atau secara ekstrim.

Dilihat dari pengertian diatas, dapat dikatakan bahwa Radikalisme Agama


adalah suatu paham yang menghendaki adanya perubahan dan pergantian dalam
sistem agama di dalam kehidupan masyarakat melalui cara-cara yang ekstrim atau
sangat berbahaya. Radikalisme Agama di Indonesia cendrung berbentuk aksi teror
yang menggunakan cara-cara kekerasan, intimidasi, dan semacamnya yang
menimbulkan kecemasan dan ketakutan, bahkan terjadinya korban jiwa dan harta
untuk mencapai tujuan baik secara individu maupun secara berkelompok atau
dalam sebuah organisasi yang memiliki jaringan baik skala nasional maupun
internasional.

` Di Indonesia, hampir 19 tahun muncul gerakan Radikalisme Agama. Salah


satu faktor munculnya Radikalisme Agama di Asia Tenggara khsusnya di
Indonesia adalah perbedaan ideologi antara baik ideologi kelompok satu maupun
dengan ideologi kelompoknya atau perbedaan ideologi antara individu satu
dengajn ideologi individu lainnya. Selain itu, munculnya gerakan Radikalisme
Agama juga disebabkan oleh tidak adanya toleransi atau mutual understanding
diantara umat beragama maupun yang tidak beragama. Hal tersebut dapat
menyebabkan munculnya konflik yang mana terdapat satu kelompok ingin terjadi
perubahan terkait agama melalui aksi teror terhadap kelompok agama yang lain.
Mutual understanding juga berdampak buruk bagi suatu bangsa dan negara
dampak terburuk dari adanya mutual understanding adalah dapat merusak
integrasi nasional, jika integrasi nasional suatu bangsa sedang engalai kekacauan
otomatis akan menimbulkan konflik berkepanjangan baik dalam skala nasional
maupun internasional dan akan banyak pihal yang akan dirugikan dalam
fenomena mutual understanding dalam masyarakat antar beragama ini.

Radikalisme Agama paham yang menghendaki adanya perubahan dan pergantian


dapat diibaratkan dengan sebuah komputer yang mulai eror yang bisa diatasi
dengan cara di shut down dulu. Individu atau kelompok yang berpahamkan
Radikalisme menganggap suatu masyarakat seperti komputer yang sedikit eror
dan perlu dilakukannya proses dimatikan agar dapat melahirkan generasi yang
diharapkan oleh kelompok penganut Radikalisme. Seperti yang terjadi pada
tanggal 24 Desember Tahun 2000 yakni terdapat 36 gereja yang diledakkan secara
bersamaan oleh kelompok Islam radikal, peristiwa yang dikenal dengan sebutan
Christmas Evening Booming merupakan gerakan Radikalisme Agama yang
pertama kali muncul di Indonesia. Gerakan Radikalisme Agama kembali muncul
pada tahun 2002 di Bali. Peristiwa yang dikenal dengan sebutan Bom Bali
tersebut dilakukan melalui aksi teror dan berhasil membuat ketakutan pada
masyarakat. Selain dua kasus diatas, gerakan Radikalisme Agama yang berbentuk
aksi teror juga muncul di Sibolga, Tapanuli Tengah yang menunjukkan bahwa
eksistensi kelompok radikan semakin berkembang.

Dalam serangkaian aksi teror oleh kaum radikal yang cendrung berbentuk bom
bunuh diri setidaknya memerlukan alat peledak yang cukup canggih dalam aksi
peledakan, mengingat sasaran yang dibidik adalah tempat-tempat keramaian.
Seperti yang kita ketahui, alat peledak yang biasa digunakan oleh kelompok
militer ini tentu saja tidak mudah untuk didapatkan bahkan mustahil didapatkan
secara resmi karena peralatan buatan Indonesia sendiri masih belum memadai dan
Indonesia juga masih bergatung pada negara luat dalam hal tersebut. Namun,
berhasilnya aksi teror yang dilakukan dan berhasilnya pula penangkapan pada
pelaku aksi teror menguak fakta bahwa alat peledak yang dijelaskan diatas
didapatkan dari adanya pasar gelap yakni pasar gelap Mindanau yang merupakan
pasar yang berdekatan dengan Kalimantan Utara dan Sulawesi Utara dan pasar
Gelap yang berposisikan di perbatasan Myanmar dan India. Melihat hal tersebut,
bahwasannya terdapat oknum yang mendukung adanya gerakan radikal melalui
perdagangan senjata.

Adanya perdagangan senjata yang dilakukan di pasar gelap sangat


memungkinkan bahwa terdapat suatu kelompok yang memang sengaja
memelihara konflik di Indonesia yang mengatas namakan agama. Mengingat
Indonesia sendiri merupakan negara yang memiliki keanekaragaman agama,
keyakinan, suku, ras dan etnis yang saling menjunjung toleransi satu sama lain.
Dari toleransi tersebut, terdapat kelompok yang ingin mencari keuntungan dengan
memperjual belikan senjata secara ilegal dan menggunakan strategi sengaja
memelihara konflik agar keuntungan yang didapatkan dapat dihasilkan secara
optimal.

Radikalisme Agama yang dituangkan melalui gerakan radikal atau melalui


aksi teror muncul dari beberapa faktor. Faktor yang dimaksud secara garis besar
adalah Faktor Ekonomi dan Faktor ketidakpuasan. Faktor ekonomi yang yang
memuat angka kemiskinan di Indonesia tinggi sering dan kurangnya pendidikan
yang didapatkan oleh masyarakat cendrung lebih mudah dimanfaatkan dan
dipengaruhi untuk bergabung dalam kelompok Radikaslisme dan memilih jalan
yang salah demi menghidupi keluarga. Ideologi yang berbeda pula juga dapat
menjadi salah satu faktor munculnya Radikalisme yakni para kaum radikal
beranggapan bahwa seseorang yang bukan pemeluk agama yang dimaksud
dianggap bukanlah manusia. Sedangkan, faktor ketidakpuasan disebabkan oleh
banyaknya orang yang tidak puas atau kecewa terhadap suatu hal seperti tidak
puas terhadap kebijakan pemerintah sehingga muncul pemberontakan oleh kaum
radikal. Selain itu, faktor ketidakpuasan juga memuat bahwa kelompok-kelompok
yang kecewa terhadap suatu hal seperti kecewa dengan kebijakan pemerintah
memiliki referensi kekerasan dari pengalaman hidup sehingga dapat
mennyebabkan individu atau kelompok yang kecewa dapat melakukan tindakan
gerakan radikal.
Gerakan radikal oleh kelompok radikal membawa dampak buruk bagi
kelompok agama yang lain khususnya kelompok beragama muslim karena
radikalisme agama sendiri cendrung pada agama islam. Jadi, tak heran gerakan
radikal yang dilakukan oleh kaum radikal membuat warga negara lain memberi
lebel buruk kepada umat beragama islam dan muncul istilah islam fobia. Adanya
gerakan radikal yang mengatasnamakan agama islam membuat umat beragama
islam tidak bebas untuk mengunjungi negara satu dengan yang lan karena adnya
stereotype negatif dari masyarakat luar seperti masyarakat suatu negara yang aneh
dan takut apabila melihat seseorang di bandara yang mengenakan pakaian panjang
muslim dengan jilbab dan cadar panjang serta merasa aneh ketika melihat laki-laki
dengan penampilan jenggot panjang diwajah. Dan tak heran, jika apabila terdapat
seseorang yang berpenampilan seperti penjelasan tersebut sengaja diisolasi oleh
pihak bandara.

Namun, bukankah dari setiap maslah pasti ada cara atau solusi yang dapat
mengatasi permasalah tersebut. Tidak terkecuali untuk radikalisme agama. Saya
yakin dan percaya bahwa Radikalisme agama terdapat suatu ide dam gagasan
untuk meminimalisir gerakan radikal dan mengurangi kelompok-kelompok yang
memiliki paham radikalisme. Indonesia merupakan negara berkembang atau
negara ketiga yang tidak terlepas dari pengaruh negara pertama. Hal tersebut,
menjadikan bahwa radikal agama di Indonesia juga dipengaruhi oleh negara maju
dan bahkan dapat dikatakan bahwa Amerika menjadi dalang dalam geraka radikal
di Insonesia karena seperti yang kita ketahui bahwa di Amerika sendiri merupakan
suatu negara yang memang sengaja memelihara konflik untuk meraup keuntungan
dari adannya perdagangan senjata yang dilakukan oleh Amerika terhadapnegara
berkembang seperti Indonesia.

Di Indonesia sendiri, radikalisme agama dapat diminimalisir atau diatasi


dengan cara negasi dan identifikasi. Yang dimaksudkan negasi adalah istilah yang
memiliki makna menolak suatu hal yang tidak diinginkan, misalkan masyarakat
Indonesia yang tidak menginginkan adanya gerakan radikal atau radikalisme.
Sedangkan identifikasi adalah istilah yang memastikan individu atau kelompok
menginginkan situasi dan kondisi seperti apa yang diinginkan dari Indonesia,
seperti masyarakat Indonesia yang menolak radikalisme dan gerakan radikal di
Indonesia.

Selain itu, terdapat beberapa faktor yang dapat mengurangi radikalisme dan
gerakan radikal di Indonesia, berikut adalah faktor-faktor tersebut :
a. Berbagi referensi yang baik.
Saling mengingatkan dan berbagi referensi organisasi yang baik dan
positif akan membuat individu dan kelompok terhindar dari organisasi
yang radikal dan referensi kekerasan.
b. Kelola orang kecewa
Saling perduli dan saling memotivasi antar umat bearagama menjadi salah
satu solusi untuk membuat orang-orang kecewa tidak terjerumus dalam
organisasi yang radikal.
c. Kebijakan pro masyarakat yang kecewa.
Kebijakan yang diputuskan oleh pemerintah diharapkan mampu
mengayomi dan dapat mendukung kehidupan masyarakat yang kecewa.
Karena masyarakat kecewa merupakan masyarakat yang sanagat rentan
dan sangat mudah dipengaruhi dalam melakukan perlawanan terhadap
pemerintah melalui gerakan radikal.

Anda mungkin juga menyukai