Anda di halaman 1dari 23

TINDAK PIDANA

TERORISME DAN
PENGATURANNYA DALAM
PERUNDANG-UNDANGAN
DI INDONESIA
Pengertian

 Black’s law dictionary: “the use of threat of violence to intimidate or cause panic,
especially as a means of affecting political conduct”
 Konvensi PBB tahun 1973: terorisme adalah segala bentuk tindak kejahatan yang
ditujukan langsung kepada Negara dengan maksud menciptakan bentuk terror
terhadap orang-orang tertentu atau untuk kelompok orang atau masyarakat luas
 Terrorism is not an ideology or movement, but a tactic or a method for attaining
political goals (EU Terrorism Situation and Trend Report)
 Segala bentuk kejahatan dalam bentuk kekerasan untuk menimbulkan rasa
ketakutan untuk melawan kepentingan-kepentingan sipil dan ditujukan langsung
kepada negara, atau terhadap orang-orang tertentu, dan atau kepada masyarakat
luas untuk mencapai tujuan-tujuan politik tertentu. (Ahmad Mukri)
Faktor-Faktor Penyebab Terorisme
Tipologi
• Muladi (mengutip National advisory committee dalam
the report of the task force on disorder and terrorism):
State Terrorism
• Istilah: state terrorism or terrorism directed, supported
or tolerated by states
• State terrorism adalah kegiatan terorisme yang
disponsori oleh negara atau dilakukan atas nama negara
yang berupa aksi terror yang dilakukan oleh negara
terhadap individu atau kelompok-kelompok masyarakat
tertentu ataupun terhadap bangsa-bangsa atau negara-
negara tertentu. (King Faisal Sulaiman)
• Involves the deliberate targeting of individuals that the
state has a duty to protect to invoke terror in a wider
audience. (R. Blakeley)
• Terorisme yang dilakukan oleh negara atau aparatnya
dilakukan untuk dan atas nama kekuasaan, stabilitas
politik, dan kepentingan ekonomi elite.
• Dilakukan secara terang-terangan
Four levels of state involvement (René Värk)

State direction → a state actively controls or State support → a state does not control
directs terrorists and uses terrorism as an the terrorists, but it encourages their
alternative to conventional military methods in activities and provides active support such as
order to avoid responsibility and disregard the law money, equipment, raining and transport,
of armed conflict, e.g., Libya directing the terrorists e.g., Iran giving substantial support to
who bombed the Berlin discotheque (1986) Hezbollah that has become its main tool for
carrying out terrorist strategies

State toleration → a state does not actively support


or direct terrorists, but it makes no effort either to State inaction → a state is simply unable to
arrest or suppress them, e.g., the Taliban regime deal effectively with terrorist due to political
allowing terrorists in 1994-2001 to use Afghanistan as factors or inherent weakness, e.g., the
a training ground and base of operations, and refusing Lebanon lacking control over a large portion of
to co-operate in the capture of Osama bin Laden and its southern territory where terrorists operated
his associates against Israel.
Tindak Pidana Terorisme
di Indonesia
• Peristiwa 11 September 2001
• Bom Bali I
• Perppu No. 1 Tahun 2002 ttg Pemberantasan
Tindak Pidana Terorisme
• UU No 15 tahun 2003 tentang Penetapan Perpu
No 1 tahun 2002 tentang Pemberantasan tindak
pidana terorisme menjadi Undang-undang
• UU No 5 tahun 2012 tentang Pengesahan ASEAN
Convention on Counter Terrorism (ACCT)

• UU No 9 tahun 2013 tentang Pencegahan dan


Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan
Terorisme
Undang-Undang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme
➢ Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018
➢ Pasal 1 Angka 2: Terorisme yaitu perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman
kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas, yang dapat
menimbulkan korban yang bersifat massal, dan/atau menimbulkan kerusakan atau
kehancuran terhadap objek vital yang strategis, Iingkungan hidup, fasilitas publik, atau
fasilitas internasional dengan motif ideologi, politik, atau gangguan keamanan
➢ Tindak Pidana Terorisme: kejahatan serius yang dilakukan dengan menggunakan
Kekerasan atau Ancaman Kekerasan dengan sengaja, sistematis, dan terencana, yang
menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas dengan target aparat negara,
penduduk sipil secara acak atau tidak terseieksi, serta Objek Vital yang Strategis,
lingkungan hidup, dan Fasilitas Publik atau fasilitas internasional dan cenderung tumbuh
menjadi bahaya simetrik yang membahayakan keamanan dan kedaulatan negara,
integritas teritorial, perdamaian, kesejahteraan dan keamanan manusia, baik nasional,
regionai, maupun internasional (Penjelasan UU PTPT).
 Beberapa materi muatan yang diatur dalam Undang-Undang
ini, antara lain:
a. Kriminalisasi baru terhadap berbagai modus baru tindak pidana
terorisme seperti jenis bahan peledak, mengikuti pelatihan
militer/ paramiliter/ pelatihan lain, baik di dalam negeri maupun
di luar negeri dengan maksud melakukan tindak pidana terorisme;
b. Pemberatan sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana
terorisme, baik permufakatan jahat, persiapan, percobaan, dan
pembantuan untuk meiakukan tindak pidana terorisme;
c. Perluasan sanksi pidana terhadap korporasi yang dikenakan
kepada pendiri, pemimpin, pengurus, atau orang yang
mengarahkan korporasi;
d. Penjatuhan pidana tambahan berupa pencabutan hak untuk
memiliki paspor dalam jangka waktu tertentu;
e. Kekhususan terhadap hukum acara pidana seperti
penambahan waktu penangkapan, penahanan, dan
perpanjangan penangkapan dan penahanan untuk
kepentingan penyidik dan penuntut umum, serta
penelitian berkas perkara tindak pidana terorisme
oleh penuntut umum;
f. Pelindungan korban sebagai bentuk tanggung jawab
negara;
g. Pencegahan tindak pidana terorisme dilaksanakan
oleh instansi terkait sesuai dengan fungsi dan
kewenangan masing-masing yang dikoordinasikan
oleh badan nasional penanggulangan terorisme; dan
h. Kelembagaan badan nasional penanggulangan
terorisme, peran tentara nasional indonesia, dan
pengawasannya.
Tindak Pidana Terorisme
Pasal 6

Setiap Orang yang dengan sengaja menggunakan


Kekerasan atau Ancaman Kekerasan yang menimbulkan
suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara
meluas, menimbulkan korban yang bersifat massal
dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya
nyawa dan harta benda orang lain, atau mengakibatkan
kerusakan atau kehancuran terhadap Objek Vital yang
Strategis, lingkungan hidup atau Fasilitas Publik atau
fasilitas internasional dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh) tahun, pidana penjara seumur hidup, atau pidana
mati.
Pasal 7

Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan


kekerasan atau ancaman kekerasan bermaksud untuk
menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap
orang secara meluas atau menimbulkan korban yang
bersifat massal dengan cara merampas kemerdekaan atau
hilangnya nyawa atau harta benda orang lain, atau untuk
mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap
obyek-obyek vital yang strategis, atau lingkungan hidup,
atau fasilitas publik, atau fasilitas internasional, dipidana
dengan pidana penjara paling lama seumur hidup.
Permufakatan jahat, persiapan,
Actor intelectualis tindak pidana percobaan, atau pembantuan
terorisme..? untuk melakukan tindak pidana
terorisme..?

Tindak pidana terorisme


Tindak pidana terorisme
dilakukan oleh atau atas nama
melibatkan anak..?
suatu korporasi..?
Hukum Pidana Formil UU PTPT
Perlindungan Hukum
 Pasal 33
Penyidik, penuntut umum, hakim, advokat, pelapor, ahli, saksi, dan petugas
pemasyarakatan beserta keluarganya dalam perkara Tindak Pidana Terorisme wajib
diberi pelindungan oleh negara dari kemungkinan ancaman yang membahayakan diri,
jiwa, dan/atau hartanya, baik sebelum, selama, maupun sesudah proses pemeriksaan
perkara.
 Bentuk perlindungan → penyidik, penuntut umum, hakim, dan petugas
pemasyarakatan beserta keluarganya (Pasal 34):
a. pelindungan atas keamanan pribadi dari ancaman fisik dan mental
b. kerahasiaan identitas; dan
c. bentuk pelindungan lain yang diajukan secara khusus oleh penyidik, penuntut
umum, hakim dan petugas pemasyarakatan.
➢ pelapor, ahli, dan saksi beserta keluarganya (Pasal 34A):
a. pelindungan atas keamanan pribadi dari ancaman fisik dan mental;
b. kerahasiaan identitas;
c. pemberian keterangan pada saat pemeriksaan di sidang pengadilan
tanpa bertatap muka dengan terdakwa; dan
d. pemberian keterangan tanpa hadirnya saksi yang dilakukan secara
jarak jauh melalui alat komunikasi audio visual
➢ Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 77 Tahun 2019 tentang Pencegahan
Tindak Pidana Terorisme dan Pelindungan terhadap Penyidik, Penuntut
Umum, Hakim, dan Petugas Pemasyarakatan
 Korban (langsung dan tidak langsung) merupakan tanggung jawab negara.
"Korban langsung" adalah korban yang langsung mengalami dan merasakan akibat
tindak pidana terorisme, misalnya korban meninggal atau luka berat karena ledakan
bom. "Korban tidak langsung" adalah mereka yang menggantungkan hidupnya kepada
korban langsung, misalnya istri yang kehilangan suami yang merupakan korban
langsung atau sebaliknya
 Bentuk tanggung jawab tsb (Pasal 35A):
a. bantuan medis;
b. rehabilitasi psikososial dan psikologis;
c. santunan bagi keluarga dalam hal Korban meninggal dunia; dan
d. kompensasi.
 Restitusi (Pasal 36A)
Pencegahan Tindak Pidana Terorisme

Anda mungkin juga menyukai