TIK
DEPOK
ii
DAFTAR ISI
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................1
1.2 PERUMUSAN MASALAH...........................................................................3
1.3 TUJUAN.........................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................5
PEMBAHASAN............................................................................................................5
2.1 ISI....................................................................................................................5
2.2.1 Tanggapan...............................................................................................5
2.2.2 Dampak terhadap masyarakat..................................................................6
2.2.3 Upaya yang dapat dilakukan....................................................................8
BAB III........................................................................................................................10
PENUTUP...................................................................................................................10
3.1 KESIMPULAN.............................................................................................10
3.2 SARAN.........................................................................................................11
Bibliography................................................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Terorisme merupakan suatu tindak pidana atau kejahatan luar biasa yang
menjadi perhatian dunia sekarang ini terutama di Indonesia. Terorisme yang terjadi di
Indonesia akhir-akhir ini memiliki keterkaitan ideologis, sejarah dan politis serta
merupakan bagian dari dinamika lingkungan strategis pada tataran global dan
regional. Kendatipun aksi terorisme yang terjadi di berbagai daerah dalam beberapa
tahun terakhir ini kebanyakan dilakukan oleh orang Indonesia dan hanya sedikit
aktor-aktor dari luar. Namun tidak dapat dibantah bahwa aksi terorisme saat ini
merupakan suatu gabungan antara pelaku domestik dengan mereka yang memiliki
jejaring trans-nasional.
Terorisme adalah segala perbuatan yang dengan sengaja menggunakan
kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan atau dengan maksud
menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas, menimbulkan korban
yang bersifat massal, dan/atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap
obyek-obyek vital yang strategis, lingkungan hidup, fasilitas publik, atau fasilitas
internasional yang disertai dengan tujuan ideologi, tujuan politik, dan/atau ancaman
terhadap keamanan negara.
Demikian teks yang tertulis sebagai usulan definisi terorisme pada RUU
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang (RUU Anti Terorisme) per
tanggal 17 April 2018.
Dalam rangka mencegah dan memerangi Terorisme tersebut, sejak jauh
sebelum marakanya kejadian-kejadian yang digolongkan sebagai bentuk terorisme
terjadi di dunia, masyarakat internasional maupun regional serta berbagai negara
telah berusaha melakukan kebijakan kriminal (criminal policy) disertai kriminalisasi
1
2
Oleh sebab itu, berdasarkan pemikiran diatas, maka penulis merasa tertarik untuk
membahas lebih lanjut dan mengambil topik: “PENGARUH PERISTIWA
TERORISME TERHADAP KEMANUSIAAN DI INDONESIA”.
1.3 TUJUAN
1. Memperlihatkan tanggapan masyarakat mengenai peristiwa-peristiwa
terorisme yang telah terjadi.
2. Memperlihatkan dampak yang dirasakan oleh masyarakat secara umum
terhadap peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.
3. Menyarankan upaya yang dapat dilakukan untuk menghidari radikalisme
sehingga tidak jatuh kedalam terorisme.
4.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ISI
Dinamika sosial memang terkadang membawa hal positif dan negatif yang
akan masuk dalam lingkungan sosial budayamasyarakat, meliputi sosial, politik,
budaya bahkan agama, itulah tatanan kehidupan manusia di dunia, tak pernah terlepas
dari aspek sosial tersebut. Perubahan sosial yang terjadi, kadang dapat mengakibatkan
disintegrasi dalam kehidupan masyarakat. Banyak sekali cara masyarakat
menunjukkan pola perilaku yang mencerminkan persepsinya terhadap perubahan
sosial. Dampak dari perubahan sosial atau dinamika sosial itu sendiri tak jarang
mendatangkan konflik sosial dalam kehidupan masyarakat, dan dari konflik tersebut,
sering pula terbentuk kelompok sosial yang mempunyai pendapat berbeda – beda
dalam menyikapi perubahan sosial itu sendiri, antarakelompok yang pro dan
kelompok yang kontra terhadap perubahan sosial tersebut. [2]
Belakangan ini, negara kita Indonesia kerap kali terjadi aksi anarkis dari
sekelompok orang – orang tertentu yang berusaha merusak ketentraman masyarakat
Indonesia. Seperti yang sering kita dengar dan lihat di media masa, bahwa saat ini
banyak sekali terjadi peledakan bom di tempat – tempat umum yang merupakan
fasilitas publik bahkan di tempat – tempat ibadah yang sering mengundang rasa resah
bagi masyarakat sekitar. Tindakan – tindakan anarkis yang menebarkan ketakutan
lewat teror bom tersebut sudah pasti dilakukan oleh oknum – oknum tertentu yang
punya tujuan tertentu dalam melancarkan aksinya. Tindakan berbahaya yang terkesan
sukar dilakukan tersebut sudah pasti terorganisir lebih dahulu. [2]
Menrut Karl Marx, “agama adalah candu bagi rakyat”, menurutnya karena
ajaran agamalah maka rakyat menerima saja nasib buruk dan tidak tergerak untuk
melakukan sesuatu untuk memperbaiki keadaan. Pandangan ini ditentang oleh ahli
sosiologi lain, yang menunjukkan bahwa dalam masyarakat kaum agama merupakan
5
6
2.2.1 Tanggapan
Rangakaian kejadian teror bom yang melanda tanah air Indonesia yang
beruntun tersebut banyak menimbulkan persepsi di lingkungan kita. Diantaranya ada
yang berpendapat bahwa teror bom yang ditebarkan adalah bentuk aksi yang
dimunculkan dalam masyarakat dalam rangka mengalihkan perhatian masyarakat
Indonesia dari situasi politik yang sedang runyam saat ini. Namun, mayoritas orang
berpendapat bahwa aksi bom yang telah terjadi tersebut adalah karena isu – isu agama
yang sudah lama terdengar selentingannya di masyarakat. [2]
Sikap antipati masyarakat terhadap Islam radikal adalah bentuk dari pola
pikirnya terhadap apa yang dilihat tampak oleh mata kasatnya. Hal inilah yang
menjadi konflikbagi masyarakat dalam hidup antar kelompok. Dalam teori konflik itu
sendiri, Dahrendorf mengemukakan bahwa asumsi – asumsi utama teori konflik
adalah;
Hal tersebut terjadi karena sering kali terjadi pengeboman yang berlokasi di
tempat – tempat ibadah. Contohnya adalah, aksi teror bom yang baru – baru ini
terjadi di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) di Solo. Aksi tersebut menimbulkan
persepsi bagi masyarakat umum bahwa pelaku pengeboman tersebut dilakukan oleh
umat Islam Radikal yang bertujuan menghancurkan ketentraman agama lain. Aksi
tersebut mengakibatkan banyak orang – orang berpendapat bahwa Islam adalah
agama yang bertindak keras terhadap perbedaan yang terjadi dalam hal kepercayaan.
Hal ini mengakibatkan nama Islam tercoreng dan seringkali dianggap sebagai agama
teroris, apalagi memang setelah kasus ini diselidiki lebih dalam, sindikat teroris yang
berkeliaran saat ini adalah orang – orang Islam yang menentang keras terhadap
liberalisme, sekularisme, kapitalisme dan globalisasi yang menurut aliran Islam
radikal sangat bertentangan dengan ajaran Islam dan menganggap perubahan tersebut
sebagai ancaman bagi agama Islam. [2]
Dalam beberapa pandangan kelompok Islam Radikal, perubahan yang saat ini
terjadi merupakan hal yang dianggap bid’ah, tidak sesuai dengan apa yang diajarkan
oleh Nabi Muhammad. Hal ini merupakan salah satu alasan yang dijadikan tujuan
golongan Islam Radikal dalam melancarkan aksinya melakukan tindakan
pengeboman. Tindakan yang telah dilakukan oleh anggota Islam radikal tersebut
cenderung memunculkan statement yang buruk terhadap agama Islam itu sendiri,
8
khususnya bagi orang Islam yang berpakaian serba tertutup yang diklaim masyarakat
sebagai ciri khas umat Islam yang mempunyai radikalisme terhadap globalisasi saat
ini. Banyak sekali muslimah yang memakai baju yang serba besar dan menutup muka
atau bercadar dianggap sebagai anggota teroris atau penganut Islam radikal,
muslimah seperti ini sering sekali dikucilkan dan dijauhi oleh masyarakat sekitar.
Padahal, kalau ditelusuri lebih lanjut, mereka belum tentu termasuk penganut faham
jihad yang keras. Pandangan tersebut saat ini telah mengakar di lingkungan
masyarakat umum yang belum tahu menahu seluk beluknya. Sebenarnya, kaum
muslim yang berpakaian seperti itu sendiri adalah orang – orang muslim yang
konsisten terhadap apa yang diajarkan Nabi Muhammad, namun perlu diketahui
bahwa Islam itu sendiri tidak mengekang umatnya untuk terus apatis terhadap
perubahan, namun mengajarkannya untuk terus berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman dengan tetap berpegang teguh pada akidah Islam yang telah
diajarkan. [2]
Dalam setiap agama pasti mendorong umatnya untuk terus berubah dan
berkembang sesuai dengan kaidah nilai – nilai yang berlaku dalam kehidupan
masyarakat, khususnya kaidah nilai dan norma beragama. Agama tidak pernah
melarang umatnya untuk berubah dan bekembang, karena pada hakekatnya agama
menyadari bahwa manusia adalah pelaku kehidupan yang menciptakan banyak
budaya hasil dari berpikirnya.
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan analisis dan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis
menarik kesimpulan bahwa berbagai upaya telah dilakukan dalam penanggulangan
aksi terorisme di Indonesia dengan kebijakan kriminal, yaitu dengan sarana penal
(Undang-undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme) maupun dengan
sarana non-penal (deradikalisasi, dan upaya-upayalain). Kedua upaya tersebut
ternyata kurang efektif untuk dilakukan dalam menanggulangi aksi terorisme yang
terjadi di Indonesia. Upaya penanganan aksi terorisme dengan kebijakan kriminal
(kebijakan penanggulangan kejahatan) setidaknya ditempuh dengan
pendekatan/kebijakan yang integral, baik dengan menggunakan sarana penal maupun
dengan sarana non-penal, baik dengan melakukan “pembinaan” maupun
“penyembuhan” terpidana/ pelanggar hukum. Adanya pengintegrasian/penyatuan
antara sarana penal dan non-penal. Jika cara ini dilakukan, masalah terorisme akan
dapat diatasi dan penanggulangan aksi terorisme di Indonesia dapat berjalan secara
efektif. Tentunya juga harus didahului dengan adanya perbaikan pada masing-masing
caranya baik penal maupun non-penal. Apabila upaya-upaya tersebut dilakukan,
maka angka terorisme dapat menurun, sehingga masyarakat tidak lagi merasa
ketakutan karena ancaman terorisme dan dapat membuat kehidupan bangsa Indonesia
semakin maju dan memiliki nilai positif dimata Internasional.
10
11
3.2 SARAN
Dalam rangka meningkatkan efektifitas penanggulangan aksi terorisme di
Indonesia, maka cara-cara yang sebaiknya dilakukan adalah:
Bibliography
[1] A. Rozali, Perkembangan Hak Asasi Manusia dan Keberadaan Peradilan Hak
Asasi, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002.
[2] L. Zaen, "Persepsi Masyarakat terhadap Teroris Indonesia," Kompasiana, 9
Oktober 2011. [Online]. Available:
https://www.kompasiana.com/langit_biru/550e5d2d813311be2cbc6490/persepsi-
masyarakat-terhadap-teroris-indonesia. [Accessed 30 6 2020].
[3] M. A. Manan, "Membedah Islam Radikal dan Moderat," Koran-Jakarta, 17
Desember 2019. [Online]. Available: https://www.koran-jakarta.com/membedah-
islam-radikal-dan-moderat/. [Accessed 30 6 2020].