Anda di halaman 1dari 5

PERAN PANCASILA DALAM MENANGKAL RADIKALISME DAN

TERORISME

Artikel Tentang Peran Pancasila sebagai Penangkal


Radikalisme dan Terorisme
Dosen Pengampu: Teguh Wibowo, S.Pd.,I, M.Pd.
Disusun oleh:
          Dwi Apriliyani   (1608036007)
            Mata Kuliah : Pancasila

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN WALISONGO SEMARANG
         TAHUN 2016          
A. Radikalisme

a.  Definisi Radikalisme
            Radikalisme itu adalah suatu perubahan sosial dengan jalan kekerasan, meyakinkan dengan satu
tujuan yang dianggap benar tapi dengan menggunakan cara yang salah. Radikalisme dalam artian bahasa
berarti paham atau aliran yang mengingikan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara
kekerasan atau drastis. Namun, dalam artian lain, esensi radikalisme adalah konsep sikap jiwa dalam
mengusung perubahan. Sementara itu radikalisme menurut pengertian lain adalah inti dari perubahan itu
cenderung menggunakan kekerasan. Yang dimaksud dengan radikalisme adalah gerakan yang
berpandangan kolot dan sering menggunakan kekerasan dalam mengajarkan keyakinan mereka.

b.  Faktor-faktor penyebab munculnya gerakan radikalisme


      1. Faktor internal
     Faktor internal adalah adanya legitimasi Teks keagamaan, dalam melakukan “perlawanan” itu sering
kali menggunakan legitimasi teks (baik teks keagamaan maupun teks “cultural”) . Faktor internal lainnya
adalah dikarenakan gerakan ini mengalami frustasi yang mendalam karena belum mampu mewujudkan
cita-cita berdirinya ”negara islam internasional”    sehingga pelampiasannya dengan cara anarkis;
mengebom fasilitas publik dan terorisme.
    2.Faktor eksternal
     Faktor eksternal  terdiri dari beberapa sebab di antaranya : pertama, dari aspek ekonomi-
politik,   kekuasaan depostik pemerintah yang menyeleweng dari nilai-nilai fundamental islam. Kedua,
faktor budaya, faktor ini menekankan pada budaya barat yang mendominasi kehidupan saat ini, budaya
sekularisme yang dianggap sebagai musuh besar yang harus dihilangkan dari bumi. Ketiga, faktor sosial
politik, pemerintah yang kurang tegas dalam mengendalikan masalah teroris ini juga dapat dijadikan
sebagai salah satu faktor masih maraknya radikalisme di kalangan umat islam.
c.  Hubungan radikalisme dengan pancasila
     Pancasila merupakan sumber dari segala segala sumber hukum di Indonesia, sehingga berbagai
perundangan dan peraturan baik di pemerintahan maupun pemerintahan daerah seharusnya tidak boleh
keluar dari koridor Pancasila dan UUD 1945. Namun demikian, sampai sejauh ini masih banyak
perundangan yang tidak mengedepankan nilai-nilai sebagaimana terkandung dalam pancasila dan UUD
1945. Bahkan uji materiil perundangan di Mahkamah Konstitusi hanya diuji pada batang tubuh (pasal-
pasal) tetapi tidak diuji dari Pembukaan UUD1945. Alhasil pancasila sebagai ‘pusat kekuatan‘ kurang
berdampak pada kehidupan bangsa dan negara secara keseluruhan.             
    Menagkal ideologi radikalisme global antara lain : 
   1). Upaya mendasar yang paling efektif utuk menanngkal ideologi radikalisme global adalah dengan
memperkuat ketahanan nasional dalam bidang ideologi., antara lain dengan meningkatkan relevansi
Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat , berbangsa dan bernegara, sehingga rakyat bukan  saja
memahaminya secara efektif dan menindaklanjutinya secra psikomotoris. Dengan cara demikian, bukan
saja kewibawaan Pancasila semakin meningkat oleh karena didukung oleh kenyataan, tetapi juga daya
tarik ideologi radikalisme global semakin menurun. 
   2). Upaya mendasar berikutnya untuk menangkal ideologi radikalisme global adalah dengan mengkaji
pola pikir yang paling dalam dari ideologi radikalisme global tersebut dan membuktikan kekeliruan dan
kelemahan dalil-dalil yang dianutnya, bukan saja dari aspek internal tetapi juga dari aspek eksternalnya.
  3). Upaya pencegahan yang sangat efektif yang dalam mencegah timbulnya minat terhadap ideologi
radikalisme global adalah dengan meniadakan kondisi yang memungkinkan tumbuh dan bekembangnya
ideoloi tersebut, antara lain dengan menegakkan keadilan kebenaran, menghargai harkat dan martabat
manusia, mencegah terjadinya diskriminasi dan mencegah dan mengambil tindakan terhadap pelanggaran
hak asasi manusia. 
  4). Mengambil tindakan preventif serta represif yang tepat dan cepat terhadap indikasi telah adanya aksi-
aksi radikalisme di dalam masyarakat.
   B.  Terorisme
a. Definisi terorisme
      Terorisme secara kasar merupakan suatu istilah yang digunakan untuk penggunaan kekerasan
terhadap penduduk sipil/non kombatan untuk mencapai tujuan politik, dalam skala lebih kecil daripada
perang. Dari segi bahasa, istilah teroris berasal dari Perancis pada abad 18. Kata Terorisme yang artinya
dalam keadaan teror ( under the terror ), berasal dari bahasa latin ”terrere”yang berarti gemetaran dan
”detererre” yang berarti takut.
Istilah terorisme pada awalnya digunakan untuk menunjuk suatu musuh dari sengketa teritorial atau
kultural melawan ideologi atau agama yang melakukan aksi kekerasan terhadap publik. Istilah terorisme
dan teroris sekarang ini memiliki arti politis dan sering digunakan untuk mempolarisasi efek yang mana
terorisme tadinya hanya untuk istilah kekerasan yang dilakukan oleh pihak musuh, dari sudut pandang
yang diserang. 
     Aksi terorisme dapat dilakukan oleh individu, sekelompok orang atau negara sebagai alternatif dari
pernyataan perang secara terbuka.

b. Hubungan antara Terorisme dan Ideologi Pancasila


     Keberadaan Pancasila sebagai ideologi bangsa yang dapat menjadi filter bagi masuknya
berbagai ancaman dari luar dirasa kurang berhasil.
     Keberhasilan membuat perangkat hukum yang baik belum tentu memberikan dampak positif dalam
mewujudkan maksud dan tujuan hukum. Sebagus apapun produk hukum formal yang ada tidak akan ada
artinya tanpa disertai penerapan yang baik. Ironisnya, Indonesia dipandang sebagai negara yang pandai
membuat perangkat hukum namun masih lemah penerapannya. Hal ini jika dibiarkan akan mempengaruhi
tingkat kepercayaan masyarakat terhadap hukum itu sendiri.
     Sumber pokok kesalahan tidak terletak pada Pancasila. Tak ada yang salah dengan Pancasila karena isi
Pancasila tidak melenceng dari nilai-nilai yang ada. Kesalahan yang sesungguhnya terletak pada
penerapan Pancasila sebagai ideologi. Hal itu terjadi karena banyaknya orang Indonesia tidak dapat
menerapkan nilai-nilai Pancasila dengan benar. Terlebih para teroris, mereka adalah orang-orang yang
tidak konsisten dalam melaksanakan isi Pancasila. Mereka mengerti dan memahami Pancasila namun
tidak menerapkannya dalam kehidupan mereka.
     Terorisme di Indonesia muncul di saat yang sama dengan dekade, di mana bangsa ini melupakan
Pancasila.  Tidak pernah lagi Pancasila benar-benar dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Padahal para pendiri NKRI sejak awal menyatakan bahwa penyelamat,  pemersatu, dan dasar Negara kita
adalah Pancasila.
          Terorisme di Indonesia tumbuh subur karena didukung oleh perilaku sebagian masyarakat yang
bertentangan dengan filosofi Pancasila. Setiap sila telah diselewengkan: Ketuhanan Yang Maha Esa yang
memberikan kebebasan kepada setiap orang untuk memeluk agama menurut keyakinan dan
kepercayaannya, telah diracuni oleh pemikiran-pemikiran salah yang hanya mengistimewakan agama
tertentu saja. 
     Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, berupa penghargaan akan harkat dan martabat kemanusiaan,
yang diwujudkan dengan penghargaan terhadap hak azasi manusia diabaikan. 
     Ideologi Pancasila menjunjung tinggi persatuan bangsa dengan menempatkan terwujudnya persatuan
bangsa itu di atas kepentingan pribadi, kelompok, atau golongan. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, kini tercabik-cabik ditarik ke sana kemari demi
kepentingan politik praktis.
     Dan terakhir, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, tinggal slogan kosong karena adanya
jurang pemisah yang amat dalam antara si-kaya dan si-miskin, yang menimbulkan kecemburuan sosial.
     Namun sebagai sebuah bangsa yang besar, kita wajib menyadari bahaya ini. Jika dibiarkan, tak ayal
bangsa Indonesia akan terpecah-pecah dan akhirnya musnah. Belum terlambat benar untuk berbenah.
Kembali pada kekeramatan Pancasila.
     Dari aspek kualitas ancaman, terorisme berpotensi merusak segala-galanya, mulai dari jiwa manusia
(korban maupun pelaku), otak dan nurani (pelaku), bangunan fisik serta bangunan ideologi bangsa kita.
Mereka bekerja sangat rahasia dan radikal, dengan menolak sebagian besar premis yang melandasi
lembaga-lembaga yang sudah ada dalam masyarakat. Bahkan pemerintah pun dianggap sebagai
pemasung rakyat. Karena itu terorisme digolongkan ke dalam jenis kejahatan luar biasa.
C.  Peran pancasila penangkal masalah radikalisme dan terorisme
       Bunyi Pancasila →
                                 Pancasila
            1.     Ketuhanan Yang Maha Esa
      2.     Kemanusiaan yang adil dan beradab
      3.     Persatuan Indonesia
      4.     Kemanusiaan yang dipimpin oleh hikmat, kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan
perwakilan
      5.     Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia
        
     Pancasila adalah Ideologi dari negara Indonesia untuk mempersatukan rakyat Indonesia
namun belakangan hari Pancasila mulai pudar karena mulai sedikit orang yang mengetahui
makna dari Pancasila tersebut, di samping itu muncunlah beberapa faktor radikalis yang di buat
segelintir orang untuk mencapai tujuan tertentu tetapi dengan menggunakan cara yang salah
bahkan menggunakan dengan kekerasan.  Di situ lah sebenarnya peran Pancasila  untuk
menyelesaikan masalah radikalis, tetapi untuk menyelesaikan masalah tersebut  tidak
sesederhana yang kita pikirkan. Kita membutuhkan kerja keras dan konsistensi yang cukup
untuk membumikan kembali ideologi Pancasila. Sebab, dalam konteks kekinian ideologi
Pancasila telah dihimpit (berada dalam saingan) oleh berbagai ideologi alternatif lain.
     Penanaman nilai-nilai pancasila harus terus dibumikan, karena pancasila merupakan dasar
negara yang harus tertanam dan dapat diimplementasikan dalam kehidapan sejak dini. 
     Makna Sila Pertama, menuntut setiap warga negara mengakui Tuhan Yang Maha Esa
sebagai pencipta dan tujuan akhir, baik dalam hati dan tutur kata maupun dalam tingkah laku
sehari-hari. Konsekuensinya adalah Pancasila menuntut umat beragama dan kepercayaan
untuk hidup rukun walaupun berbeda keyakinan.
      Selanjutnya pada sila kedua yaitu kemanusian yang adil dan beradab. Menjadi warga
indonesia yang adil dan beradap merupakan keharusan. Beradap dapat dimaknai memiliki
karakter yang baik, tentunya dengan menjadi manusia yang adil dan memiliki karakter yang
baik, kesejahteraan dan kenyamanan hidup rakyat indonesia akan tercapai. Adil dapat dimaknai
dengan menempatkan segala sesuatu pada tempatnya, tidak melanggar aturan, menjaga
tingkah laku agar sesuai dengan norma agama, adat istiadat, dan budaya. Maka faham
terorisme dan radikalisme sangat bertentangan dengan nilai kemanusiaan yang adil dan
beradap, karena tindakannya telah keluar dari norma agama, adat istiadat, dan budaya. Tidak
ada budaya membunuh orang yang tidak bersalah itu dihalalkan, tidak ada norma agama yang
menyuruh pengikutnya untuk membunuh. Begitu juga dengan islam, dimana salah satu prinsip
hukumnya adalah menjaga nyawa (hifdzun naf). Maka tindakan terorisme sangat bertentangan
dengan pancasila sebagai falsafah negara dan dan agama islam. Faham inilah yang harus
ditanam sejak dini agar supaya generasi penerus bangsa memiliki basic yang kuat dalam
menangkal terrorism dan radikalisme. 
     Bersatu menjadi warga indonesia dengan berbagai macam budaya, etnis, agama,
kepercayaan, bahasa, pulau dan lain merupakan kewajiban. Hal ini merupakan bunyi sila ke
tiga yaitu persatuan Indonesia. Atas nama indonesia, mempertahankan negara kesatuan
indonesia merupakan kewajiban, Maka menjaga dan mempertahankan Negara Kesatuan
Republik Indonesia merupakan bentuk cinta terahadap tanah air.
    Nliai sila ke empat adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan. Dalam kontek keindonesiaan, menaati pemerintah dan
perangkatnya merupakan kewajiban, begitu juga dengan mengikuti aturan yang berlaku. Jadi,
anggapan bahwa pemerintah adalah thoghut merupakan persepsi atau faham yang sangat
bertentangan dengan agama islam, norma, dan adat-istiadat indonesia, khususnya pancasila. 
    Selanjutnya, sila ke lima adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia menujukkan
bahwa rakyat indonesia harus menjadi rakyat yang adil. Keadilan ini tidak memandang ras,
agama, kepercayaan, budaya, dan lain-lain. Dengan satu tujuan bahwa rakyat Indonesia harus
menjadi rakyat yang adil, berjiwa sosial dengan saling membantu satu sama lain, saling
menerima dan menghargai, tidak diskrimaninasi, toleransi, karena rakyat indonesai memilik hak
yang sama, hak untuk hidup, hak berkreasi dan berkarya, tanpa melihat dan membeda-
bedakan warna kulit dan asal usul sehingga menjadi rakyat yang sejahtera.

DAFTAR PUSTAKA
http://rakanurwahyudi.blogspot.co.id/2016/02/makalah-radikalisme-di-tinjau-dari.html
http://daffodilousme.blogspot.co.id/2010/08/terorisme-dan-hubungannya-dengan.html
http://adeovictor.blogspot.co.id/2015/12/peran-pancasila-sebagai-ideologi-negara.html
http://afin85.damai.id/2016/06/18/penanaman-nilai-pancasila-sejak-dini-penangkal-radikalisme
http://rubik.okezone.com/read/16285/pancasila-penangkal-paham-radikalisme

Anda mungkin juga menyukai