Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada zaman era globalisasi yang penuh tantangan sekarang ini, mobilisasi

di berbagai sektor tidak dapat dihindarkan, termasuk tindak kejahatan. Kemudian

Tindak kejahatan juga dilakukan dengan berbagai macam pola yang beragam

dalam melakukan hal tersebut, salah satunya ialah Tindak Pidana Pencucian Uang

(TPPU) dan Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika.

Tindak Pidana Pencucian Uang menurut istilah yaitu “money laundering”

yang dalam bahasa indonesia dapat diterjemahkan sebagai “pencucian uang” atau

dahulu juga dikenal dengan istilah “pemutihan uang”.1 Pada perkembangan dalam

regulasinya, Pemerintah menerbitkan Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian

uang yang pertama, yaitu UU No.15 tahun 2002 yang kemudian dirubah dengan

UU No.25 tahun 2003 dan terakhir dirubah dengan menerbitkan UU No.8 tahun

2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Sedangkan dari lembaga BI menerbitkan PBI NO.3/10/PBI, tanggal 18 Juni 2001

dan PBI NO.3/23/PBI/2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah/Know

Your Costumer Principles (KYC) dan terakhir dikeluarkannya PBI

no.11/28/PBI/2009.2

Pada kemunculan perdananya, UU No.15 tahun 2002 ini tidak memberikan

definisi pencucian uang secara tegas, hanya saja dalam penjelasan UU tersebut
1
https://jurnal.kpk.go.id/Dokumen/SEMINAR_ROADSHOW/Bentuk-praktik-dan-modus-
tppu-Joni-Emirzon.pdf diakses pada tanggal 06 Januari 2022.
2
Ibid.

1 Universitas Bung Karno


2

dijelaskan bahwa pencucian uang adalah upaya untuk menyembunyikan atau

menyamarkan asal usul harta kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana

sebagaimana dimaksud dalam UU No.15 tahun 2002.

Kemudian Selanjutnya pada UU No.25 tahun 2003 pasal 1 ayat 1

bertuliskan: “Pencucian uang adalah perbuatan menempatkan, mentrasfer,

membayarkan, membelanjakan, menyumbangkan, menitipkan, membawa ke luar

negeri, menukarkan, atau perbuatan lainnya atas harta kekayaan yang

diketahuinya atau patut diduga merupakan tindak pidana dengan maksud untuk

menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan sehingga seolah-

olah menjadi harta kekayaaan yang sah.” Terakhir yakni UU No.8 tahun 2010

pasal 1 ayat 1 yang merupakan penyempurnaan dari UU no.25 tahun 2003 yang

pada redaksinya: Pencucian uang adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-

unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam UU ini.3

Pada tindak pidana pencucian uang haruslah ada suatu tindak pidana asal,

sebagaimana pada pasal 2 ayat (1) UU TPPU yang hasil kejahatannya berasal dari

tindak pidana korupsi, penyuapan, Narkoba, Psikotropika, Penyelundupan Tenaga

Kerja, Penyelundupan Tenaga Kerja, Penyelundupan Migran, Perbankan, Pasar

Modal, Perasuransian, Kepabeanan, ………., dan tindak pidana lain yang diancam

dengan Pidana Penjara 4 (empat) tahun atau lebih, yang dilakukan di wilayah

NKRI atau di luar wilayah NKRI dan tindak pidana tersebut juga merupakan

tindak pidana menurut hukum Indonesia.

Tindak Pidana Pencucian Uang merupakan salah satu Kejahatan yang

dikategorikan sebagai Extraordinary Crime yaitu kejahatan luar biasa dan lingkup
3 ?
Ibid.
Universitas Bung Karno
3

kejahatan ini bersifat transnasional. Dampak yang ditimbulkan dari tindak

kejahatan ini berakibat fatal, yakni merugikan sendi-sendi kehidupan bernegara.

Tindak Pidana Pencucian Uang terjadi karena adanya mens rea di awal, yakni

penyamaran uang dari hasil tindak pidana korupsi, penipuan, perdagangan orang

(Human Traficking), narkotika, terorisme, cukai, dll.

Adapun tahap-tahap dari pencucian uang yaitu Placement, tahap pertama

pencucian uang, adalah menempatkan (mendepositokan) uang haram tersebut ke

dalam sistem keuangan. Kedua Layering, dalam tahap ini pencuci uang berusaha

untuk memutuskan hubungan hasil kejahatan itu dari sumbernya. Ketiga

Integration, pada tahap ini uang yang telah dicuci dibawa kembali ke dalam

sirkulasi dalam bentuk pendapatan yang bersih, bahkan merupakan objek pajak

(taxable).4

Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika, yang mana merupakan suatu

tindakan penggunaan narkotika yang bersifat melawan hukum dan biasanya

penggunaan dosis narkotika tidak diawasi oleh dokter atau tenaga ahli yang

berwenang sehingga mengakibatkan ketergantungan secara terus – menerus dan

kerusakan fisik-psikis. Keuntungan yang dihasilkan dari transaksi narkotika

sangatlah menjanjikan. Perdagangan narkotika dan obat-obatan terlarang di dunia

dalam satu tahun mencapai lebih dari US$. 400 miliar atau hampir setara dengan

Rp. 4.000, - triliun. Berarti roda perputaran transaksi narkoba setiap hari mencapai

lebih dari Rp.1 triliun.5 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan Badan

4 ?
Sutan Remi Sjahdeini, Seluk Beluk Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pembiayaan
Terorisme, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 2007, hal. 33-37.
5 ?
World Development Report, Laporan Pembangunan Dunia 2011: Konflik Keamanan, dan
Pembangunan, The World Bank, Washington DC, 2011, hal. 62.
Universitas Bung Karno
4

Narkotika Internasional mengkalkulasikan ada sekitar 4% penduduk dewasa ini di

dunia yang menggunakan narkoba.

Banyak negara yang menjadikan narkoba sebagai pendapatan petani dan

penduduk setempat, seperti kokain di Amerika Selatan, opium di Afghanistan, dan

wilayah pegunungan di Asia Tengah serta negara-negara di wilayah segitiga emas.

Narkoba seperti heroin, morphin, dan kokain berasal dari negara-negara yang

sering disebut Golden Crescent (negara-negara daerah Bulan Sabit) yaitu Iran,

Pakistan, dan Afghanistan dan negara-negara Segitiga Emas (Golden Triangle)

seperti Birma, Thailand, Laos yang peredarannya melalui Hongkong. Untuk jalur

distribusi psikotropika seperti shabu-shabu, bahan baku pembuat ekstasi dan obat-

obatan terlarang lainnya, berasal dari China yang kemudian diedarkan ke Belanda

dan Australia.6

Berdasarkan informasi dari Badan Narkotika Nasional (BNN), jalur

peredaran narkotika secara ilegal ke Indonesia itu berasal dari 3 (tiga) tempat yang

disebut Segitiga Emas (Golden Triangle) yaitu Thailand, Laos, dan Myanmar.

Negara-Negara ini dideteksi memiliki ladang tanaman opium sejak zaman dulu.

pemasok opium lainnya yang terekam dari data BNN adalah Iran, Pakistan, dan

Afganistan yang produksinya mencapai 4.000 Ton (Empat Ribu Ton) per tahun.

Sementara di dalam negeri, ganja dari Aceh yang dikenal kualitasnya yang

paling baik, banyak beredar dan barang-barang ilegal itu akhirnya masuk ke Bali

melalui jalur darat hingga ke Lampung untuk dibawa ke Jakarta dan cukup

bervariatif, pelaku membawanya baik melalui jalur darat (bus, kereta api), jalur

6 ?
Libertus Jehani, Mencegah Terjerumus Narkoba, Visimedia, Tangerang, 2006, hal. 25.
Universitas Bung Karno
5

laut melalui yacht (kapal pesiar ukuran kecil) dan juga jalur udara. 7 Adapun

Sanksi Tindak Pidana Narkotika tidak hanya menyasar pada satu pihak saja,

melainkan banyak pihak yang mana menyasar Produsen, Exportir, Importir,

pengedar, hingga pengguna.

Adapun dalam kasus pada permasalahan tersebut, terdakwa bertindak

sebagai pengedar narkotika yang sanksi pidananya, yakni:“Membawa, mengirim,

mengangkut atau mentransito, menawarkan untuk dijual, menjual, membeli,

menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar atau menyerahkan

narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III”.

Dikenakan ketentuan pidana:

1. Golongan I.

Diancam pidana penjara paling singkat empat tahun dan maksimum

pidana penjara seumur hidup atau pidana mati. Denda paling sedikit delapan

ratus juta rupiah dan paling banyak sepuluh miliar rupiah, apabila beratnya

melebihi satu kilogram atau melibihi lima batang pohon (untuk tanaman) dan

melebihi lima gram (bukan tanaman), maka pidana denda maksimum ditambah

sepertiga (Pasal 114 dan 115).

2. Golongan II.

Diancam pidana penjara paling singkat tiga tahun dan maksimum pidana

penjara seumur hidup atau pidana mati. Denda paling sedikit enam ratus juta
7 ?
http://www.bnn.or.id , diakses pada tanggal 30 Desember 2021.
Universitas Bung Karno
6

rupiah dan paling banyak delapan miliar rupiah. Apabila beratnya melebihi

lima gram, maka pidana denda maksimum ditambah sepertiga (Pasal 119 dan

120).

3. Golongan III.

Diancam dengan pidana penjara paling singkat dua tahun dan paling lama

lima belas tahun. Denda paling sedikit enam ratus juta rupiah dan paling

banyak lima miliar rupiah. Apabila beratnya melebihi lima gram, maka pidana

denda maksimum ditambah sepertiga (Pasal 124 dan 125).”

Hubungan keselarasan yang terjadi antara Tindak Pidana Pencucian Uang

dengan Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika ialah uang hasil penjualan

tindak pidana Narkotika tersebut agar dianggap halal dan legal. Narkoba yang

diedarkan sudah jelas akan dijual kepada pemakai, setelah dijual barulah uang

yang didapat akan dibuat suatu usaha atau apapun bentuknya untuk melegalkan

uang tersebut, sehingga tersamarlah uang hasil penjualan narkoba tadi, oleh sebab

itulah disebut pencucian uang.8 Kejahatan peredaran barang haram tersebut sejak

lama memang berkaitan erat dengan tindak pidana pencucian uang. Seringkali

beberapa sindikat kejahatan menggunakan metode pencucian uang ini untuk

menyembunyikan, menyamarkan atau mengaburkan hasil bisnis haram itu agar

nampak seolah-olah merupakan hasil dari kegiatan yang sah. Selanjutnya, uang

hasil jual beli narkoba yang telah dicuci itu digunakan lagi untuk melakukan

kejahatan serupa atau mengembangkan kejahatan-kejahatan baru.

8
Lucky Nurhadiyanto, Pola Pencucian Uang Hasil Perdagangan Narkoba dan
Pembalakan Liar, Jurnal Kriminologi Indonesia, 2010, Vol. 6 No. 2, hal. 161.
Universitas Bung Karno
7

Kegiatan pencucian uang hampir selalu melibatkan perbankan karena

adanya globalisasi perbankan sehingga melalui sistem pembayaran terutama yang

bersifat elektronik (electronic funds transfer), dana hasil kejahatan yang pada

umumnya dalam jumlah besar akan mengalir atau bahkan bergerak melampaui

batas negara dengan memanfaatkan faktor rahasia bank yang umumnya dijunjung

tinggi oleh perbankan.9

Pada studi kasus pada penelitian ini, yaitu terhadap putusan Pengadilan

Negeri Bireuen No.14/Pid.Sus/2020/PN. Bir pada hari Kamis, tanggal 18 Juni

2020, juga menggunakan modus kejahatan dalam bidang perbankan. Modus

kejahatan dalam bidang perbankan, dalam hal ini, menggunakan rekening pihak

lain dalam tipologi Asian Pasific Group On Money Laundering (APG) disebut

sebagai use of nominess trusts, family members or third parties etc, yang

bertujuan juga untuk mengaburkan identitas pelaku yang memiliki atau menguasai

hasil tindak pidana. Predicate crime (kejahatan asal)-nya adalah tindak pidana

narkoba, yaitu shabu-shabu. Perdagangan shabu-shabu ini dilakukan antar lintas

daerah, yakni dari Aceh menuju Jakarta.

Adapun kronologis kejadian tindak pidana narkoba yang dikaitkan dengan

pencucian uang berdasarkan putusan tersebut di atas yakni sebagai berikut:

Bahwa terungkapnya Terdakwa AMRIZAL Alias ESCOBAR dalam

menjalankan bisnis narkotika sebagai bandar sabu-sabu berawal dari

tertangkapnya saksi ZULKIFLI Alias PAK WA, saksi HERI FADLI yang

bertugas membawa Narkotika jenis sabu sebanyak kurang lebih 3.139,8 gram

9
Yunus Husein, Bunga Rampai Anti Pencucian Uang, Teras Buku & Perpustakaan,
Bandung, 2007, hal.210.
Universitas Bung Karno
8

dengan upah Rp.15.000.000,-(Lima belas juta rupiah) dari Terdakwa AMRIZAL

Alias ESCOBAR dari Aceh menuju Jakarta dengan menggunakan kendaraan yang

di kemudikan saksi ZULKIFLI Alias PAK WA berupa Colt Disel No pol BL-

8599 AG pada hari rabu tanggal 19 September 2018 untuk diserahkan kepada

saksi HERI FADLI di Jakarta;

Bahwa selanjutnya pada Selasa tanggal 25 September 2018 sekira pukul

22.00 Wib ketika saksi ZULKIFLI Alias PAK WA sewaktu sudah memasuki Jl

Tol Tangerang- Jakarta dimana telah di ikuti oleh petugas BNN pusat Jakarta,

pada Rest Area Km 14 kota Tanggerang kemudian langsung dilakukan

Penggeledahaan dan penangkapan dan di dapati barang berupa Narkotika jenis

sabu yang oleh saksi ZULKIFLI Alias PAK WA barang narkotika tersebut ditaruh

di dalam sela-sela muatan jahe, kunyit untuk di bawa ke pasar Induk Cibitung

Bekasi dan barang tersebut saksi ZULKIFLI Alias PAK WA terima dari

Terdakwa, selajutnya dilakukan pengembangan kasus kepada calon penerima

barang tersebut yaitu saksi HERI FADLI yang telah memesan sabu sabu kepada

Terdakwa, setelah menerima tas berwarna Hitam yang berisi Narkotika tersebut

kemudian saksi HERI FADLI ditangkap pada tanggal 26 September 2018 di

warung makan Barokah SPBU JL Taman Mini Indonesia Pintu 1 Jakarta Timur,

Yang membeli sabu dari Terdakwa AMRIZAL Alias ESCOBAR dengan harga

sekitar 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) dengan cara di transfer dalam

rekening yang digunakan oleh Terdakwa dan saksi HERI FADLI membeli Sabu

sabu kepada Terdakwa sudah 3 kali pertama bulan Agustus 2018 sebanyak 1 kg

dengan Harga Rp.400.000.000 (Empat ratus juta rupuah), kedua kali petengahan

Universitas Bung Karno


9

Agustus 2018 dengan harga Rp.780.000.000,-(Tujuh ratus delapan puluh juta

rupiah) dan yang ketiga saksi HERI FADLI tertangkap, dan Terdakwa sudah

melakukan bisnis Narkotika sejak tahun 2013, dimana uang hasil kejahatan

penjualan Narkotika tersebut Terdakwa AMRIZAL Alias ESCOBAR belikan

barang berupa Mobil, Tanah, dan rumah;

Bahwa Terdakwa AMRIZAL Alias ESCOBAR dalam melakukan transaksi

jual beli Narkotika tersebut membuka beberapa rekening atas nama Terdakwa ,

yaitu pada tahun 2017, Terdakwa membuka Rekening BNI dengan nomor :

01910199253 a.n Amrizal, yang terdakwa buka di Kantor Kas Bank BNI Matang

Glumpang Dua, Bireuen pada tanggal 10 Maret 2017 dan pada tahun 2018

membuka Rekening BRI Nomor : 334001028060532 atas nama AMRIZAL

dibuka tanggal 02 Agustus 2018 di BRI Unit Seutui (Banda Aceh) dimana kedua

rekening tersebut di pergunakan untuk menyimpan, membayarkan dan

membelanjakan hasil jual beli narkotika jenis Sabu;

Bahwa keuntungan yang diperoleh Terdakwa AMRIZAL Alias ESCOBAR

dari hasil bisnis gelap narkotika selama ini dilakukannya telah dibelikan beberapa

aset baik bergerak maupun yang tidak bergerak;

Bahwa sejak tahun 2013, Terdakwa Amrizal alias Escobar sudah melakukan

jual beli narkotika jenis sabu sejak dari kota Batam dengan penjualan per minggu

10 gram dengan harga Rp 900.000,- (Sembilan Ratus Ribu Rupiah) per

gramnya,yang oleh Terdakwa, uang hasil penjualan sabu pada tahun 2013

dibelikan honda Jazz NOPOL BL-121 ZL di wilayah Aceh Timur kepada

seseorang yang bernama Busra dengan harga Rp.180.000.000,- (seratus delapan

Universitas Bung Karno


10

puluh juta rupiah) dan dibelikan juga mobil Toyota Fortuner dengan Plat BP-9

US;

Dengan demikian, berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Bireuen

No.14/Pid.Sus/2020/PN. Bir pada hari Kamis, tanggal 18 Juni 2020, Afrizal alias

Escobar telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana

“Menerima penempatan, pembayaran atau pembelanjaan, penitipan, penukaran,

penyembunyian atau penyamaran investasi simpanan atau transfer uang yang

diketahuinya berasal dari tindak pidana narkotika”.

Adapun ketentuan pidana yang diterapkan pada perkara tersebut di atas

adalah Pasal 3 jo Pasal 10 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan

dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana yang

didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum dalam Dakwaan Kedua Primair , yang

menyatakan bahwa : “Setiap Orang yang menempatkan, mentransfer,

mengalihkan, membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan,

membawa ke luar negeri, mengubah bentuk menukarkan dengan mata uang atau

surat berharga atau perbuatan lain atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau

patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 2 ayat (1) dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul

Harta Kekayaan dipidana karena tindak pidana Pencucian Uang dengan pidana

penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling banyak Rp.

10.000.000.000,00 (Sepuluh Miliar Rupiah)”.

Pada Putusan Pengadilan Negeri Bireuen No.14/Pid.Sus/2020/PN. Bir,

Terdakwa Amrizal alias Escobar tersebut dihukum oleh Majelis dengan

Universitas Bung Karno


11

menerapkan pasal 3 jo Pasal 10 Undang-Undang no.8 tahun 2010 tentang

Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dengan Terdakwa

haruslah dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak

pidana “Turut Serta Melakukan Pembantuan Atau Permufakatan Jahat Untuk

Melakukan Tindak Pidana Pencucian Uang Dengan Cara Menempatkan,

Mentransfer Atau Perbuatan Lain Atas Harta Kekayaan Yang Diketahuinya Atau

Patut Diduganya Merupakan Hasil Tindak Pidana Narkotika” sebagaimana

didakwakan dalam dakwaan Alternatif Kedua Primair;

Ini sangat menarik karena pada kronologis kasus diatas, bahwa Afrizal alias

Escobar merupakan pelaku utama dalam tindak pidana pencucian uang yang

seharusnya dapat dikenakan hukuman yang lebih berat bahkan maksimal yakni

hukuman penjara 20 tahun dan denda sejumlah 10 miliar rupiah, juga berdasarkan

data statistik PPATK, perkara TPPU yang telah diputus oleh pengadilan sejak

Januari 2005 sampai dengan Juni 2022 yakni sebanyak 205 perkara, yang mana

membuat penulis tertarik untuk membahas permasalahan tersebut.10

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti

lebih lanjut mengenai hubungan antara Tindak Pidana Pencucian Uang dengan

Tindak Pidana Korupsi serta penjatuhan pidana tersebut secara tepat dengan

menulis skripsi yang berjudul: “Analisis Yuridis Terhadap Tindak Pidana

Pencucian Uang (Money Laundering) yang berasal dari Tindak Pidana Narkotika

(Studi Kasus Putusan No.14/Pid.Sus/2020/PN. Bir)”.

10
Buletin Statistik APUPPT (Anti Pencucian Uang & Pencegahan Pendanaan Terorisme)
vol. 148 - Edisi Juni 2022 ISSN: 89997 hal. 46.
Universitas Bung Karno
12

B. Pokok Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis memfokuskan

penelitian ini berdasarkan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses terjadinya tindak pidana pencucian uang yang berasal dari

tindak pidana narkotika?

2. Apakah Putusan Pidana yang dijatuhkan pada terdakwa dalam Perkara

No.14/Pid.Sus/2020/PN. Bir sudah sesuai dengan tujuan pemidanaan dan

keadilan masyarakat?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui proses terjadinya tindak pidana pencucian uang yang

berasal dari tindak pidana narkotika.

b. Mengetahui dan mengkaji Putusan Pidana yang dijatuhkan pada

terdakwa dalam Perkara No.14/Pid.Sus/2020/PN.Bir apakah sudah

sesuai dengan tujuan pemidanaan dan keadilan masyarakat.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan masukan

pemikiran di bidang ilmu pengetahuan hukum, khususnya Tindak

Pidana Ekonomi dalam Pencucian Uang dari Hasil Tindak Pidana

Narkotika.Secara Praktis

b. Manfaat Praktis

Universitas Bung Karno


13

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan Pemikiran

kepada kalangan akademisi kampus, praktisi hukum, serta lembaga

pemerintah, termasuk aparatur penegak hukum dalam rangka

menerapkan dan menegakkan Undang-Undang Tindak Pidana

Pencucian Uang dan Penyalahgunaan Narkotika dan juga kepada

khalayak umum agar dapat lebih memahami tentang tindak pidana

tersebut.

D. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian Hukum

Untuk menganalisa pokok permasalahan yang diajukan, penelitian ini

menggunakan jenis penelitian hukum normatif yaitu cara penulisan yang

berdasarkan pada analisis terhadap asas hukum dan teori hukum serta

peraturan perundang-undangan yang sesuai dan juga berkaitan dengan

permasalahan dalam penelitian hukum tersebut. Penelitian hukum normatif

adalah suatu prosedur untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika

keilmuan hukum dari segi normatifnya. Pendekatan yang dilakukan adalah

pendekatan perundang-undangan (statute approach) serta pendekatan kasus

(case approach).

Penelitian dengan menggunakan statute approach merupakan suatu

penelitian yang mengutamakan bahan hukum berupa peraturan perundang-

undangan sebagai bahan acuan dasar dalam melakukan penelitian.

Pendekatan perundang-undangan (statute approach) biasanya digunakan

Universitas Bung Karno


14

untuk meneliti peraturan perundang-undangan yang dalam penormaannya

masih ditemukan kekurangan atau justru menimbulkan praktek

penyimpangan baik itu dalam tataran teknis maupun dalam pelaksanaan

dilapangan. Pendekatan ini dilakukan dengan menelaah seluruh peraturan

perundang-undangan yang berhubungan dengan permasalahan (isu hukum)

yang sedang dihadapi. Pendekatan perundang-undangan ini misalnya

dilakukan dengan mempelajari konsistensi atau kesesuaian antara Undang-

Undang Dasar dengan Undang-Undang, antara Undang-Undang yang satu

dengan Undang-Undang yang lain, serta antara Undang-Undang dengan

peraturan lainnya. Penelitian dengan menggunakan case approach

dilakukan dengan menelaah kasus-kasus yang berkaitan dengan isu hukum

yang dihadapi. Kasus-kasus yang ditelaah merupakan kasus-kasus yang

telah memperoleh putusan pengadilan dan berkekuatan hukum tetap. Hal-

hal pokok yang dikaji pada setiap putusan tersebut adalah seluruh

pertimbangan hakim untuk sampai pada suatu keputusan sehingga dapat

digunakan sebagai dasar argumentasi dalam memecahkan isu hukum yang

dihadapi.

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang dipakai adalah penelitian deskriptif analisis

yang ditujukan untuk menggambarkan secara tepat, akurat, dan sistematis

gejala-gejala hukum terkait penerapan tindak pidana Pencucian Uang

Universitas Bung Karno


15

dalam dimensi penyalahgunaan narkotika di Indonesia berdasarkan

Penelitian deskriptif analisis, dikaitkan dengan penelitian ini yaitu

menggambarkan modus operandi yang digunakan oleh Terdakwa untuk

melakukan tindak pidana pencucian uang.

3. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah studi kepustakaan (library research) atau studi dokumen, yaitu

suatu alat pengumpulan data yang dilakukan melalui data tertulis.

Analisis data adalah tahap yang sangat penting dan menentukan

dalam setiap penelitian. Dalam tahap ini penulis harus melakukan

pemilahan data-data yang telah diperoleh. Penganalisisan data pada

hakekatnya merupakan kegiatan untuk mengadakan sistematisasi bahan-

bahan hukum tertulis untuk memudahkan pekerjaan analisis dan

konstruksi.11

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan metode normatif

kualitatif karena penulis bertitik tolak dari norma hukum positif. Kemudian

dilanjutkan dengan menganalisa putusan terkait dari segi yuridis. Kemudian

pembahasannya dilakukan dengan pencarian data-data terkait hukum positif

yang mempunyai hubungan dengan permasalahan yang sedang diteliti.

4. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan adalah data sekunder, yang terdiri dari:

a. Bahan Hukum Primer

11 ?
Soerjono Soekanto, “Pengantar Penelitian Hukum”, Universitas Indonesia, Jakarta, 2006,
hal. 251-252
Universitas Bung Karno
16

Adalah bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum yang

mengikat, terdiri dari Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Undang

Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2010 Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Narkotika, dan Putusan No. 14/Pid.Sus/2020/PN. Bir.

b. Bahan Hukum Sekunder

Adalah bahan hukum yang berupa tulisan-tulisan ilmiah di bidang

hukum yang dapat memberikan penjelasan terhadap bahan hukum

primer, terdiri dari buku-buku ilmiah, seminar dan hasil karya, serta

jurnal tentang Tindak Pidana Pencucian Uang yang kaitannya dengan

Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika.

c. Bahan Hukum Tersier

Adalah bahan-bahan atau tulisan-tulisan yang dapat menambah

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, terdiri dari

Kamus Hukum, Kamus Bahasa Indonesia dan Kamus Bahasa Inggris.

5. Metode Pengolahan Data

Metode Pengolahan Data menjelaskan prosedur pengolahan dan

analisis data sesuai dengan pendekatan yang dilakukan karena penelitian

ini menggunakan metode kualitatif, maka metode pengolahan data

dilakukan dengan menguraikan data dalam bentuk kalimat teratur, runtun,

Universitas Bung Karno


17

logis, tidak tumpang tindih, dan efektif sehingga memudahkan

pemahaman dan interpretasi data.

Tahap-tahap yang dilakukan yaitu: pemeriksaan data (editing),

klasifikasi (classifying), verifikasi (Verifying), analisis (analyzing), dan

pembuatan kesimpulan (concluding).

a. Editing (Pemeriksaan Data)

Editing adalah meneliti data-data yang telah diperoleh, terutama dari

kelengkapan jawaban, keterbacaan tulisan, kejelasan makna,

kesesuaian dan relevansinya dengan data yang lain.

b. Classifying (Klasifikasi)

Classifying adalah proses pengklasifikasian data yang diperoleh agar

lebih mudah dalam melakukan pembacaan data sesuai dengan yang

dibutuhkan. Dalam proses ini, peneliti memisahkan atau memilah-

milah data yang telah diedit sesuai dengan pembagian-pembagian

yang dibutuhkan.

c. Verifying (verifikasi)

Verifying adalah Proses memeriksa data dan informasi yang telah

didapat dari sumber literatur yang ada agar validitas data dapat diakui

dan digunakan dalam penelitian.

d. Concluding (Kesimpulan)

Universitas Bung Karno


18

Concluding adalah suatu langkah terakhir dalam proses pengolahan data

dan hal inilah yang nantinya akan menjadi sebuah data terkait dengan

objek penelitian peneliti

E. Sistematika Penulisan

Dalam melakukan penyusunan skripsi ini, Penulis memberikan gambaran

tentang apa yang akan dibahas terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, pokok

permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TENTANG TINDAK PIDANA

Bab ini menguraikan tentang Pengertian Tindak Pidana dan Unsur

Tindak Pidana, Jenis-Jenis Tindak Pidana, Pembagian Hukum Pidana,

Tujuan Hukum Pidana, Alasan dan Maksud Pemidanaan.

BAB III TINJAUAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA SEBAGAI TINDAK

PIDANA ASAL PENCUCIAN UANG

Bab ini menguraikan tentang tindak pidana narkotika, pengertian

tindak pidana pencucian uang, penggabungan tindak pidana narkotika

dengan tindak pidana pencucian uang, penegakan hukum tindak

pidana pencucian uang yang berasal dari tindak pidana narkotika,

tujuan penerapan tindak pidana pencucian uang pada tindak pidana

narkotika.

Universitas Bung Karno


19

BAB IV ANALISIS HUKUM PUTUSAN NOMOR:14/PID.SUS/2020/PN.BIR.

Bab ini menjelaskan tentang kasus posisi, dakwaan dan tuntutan

penuntut umum, pertimbangan hukum dan putusan hakim, dan analisis

hukum Putusan Nomor: 14/Pid.Sus/2020/PN.Bir.

BAB V PENUTUP

Merupakan bagian kesimpulan dan saran.

Universitas Bung Karno

Anda mungkin juga menyukai