Anda di halaman 1dari 23

STRATEGI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DALAM MENANGANI PENYELUNDUPAN TINDAK PIDANA


NARKOTIKA
(Studi di Polresta Bandara Soekarno Hatta)

Proposal Skripsi Ini Dibuat Guna Memenuhi Tugas Dalam

Mata Kuliah “Metode Penelitian Hukum”

Disusun Oleh :
Nama : Ikhwan Alamsyah
NIM : 167.4201.161
Semester : VII (Genap)

Program Studi Ilmu Hukum


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
TAHUN 2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya yang adil,

makmur, sejahtera, tertib dan damai berdasarkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945. Untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang

sejahtera tersebut perlu peningkatan secara terus-menurus Sumber Daya

Manusia (SDM). SDM Indonesia tersebut merupakan modal utama dalam

mendukung usaha pembangunan nasional. Oleh karena itu dibutuhkan SDM

yang berkualitas.

Narkotika merupakan salah satu penyebab penurunan kualitas SDM di

Indonesia yang secara tidak langsung menghambat pembangunan nasional.

Ketersedian narkoba bisa bermanfaat sebagai obat dan pengembangan ilmu

pengetahuan. Tetapi disisi lain dapat menimbulkan ketergantungan yang

sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa pengendalian dan pengawasan

yang ketat dan seksama.

Narkotika berasal dari bahasa Inggris "narcotics" yang artinya obat bius.

Narkotika adalah bahan yang berasal dari 3 jenis tanaman Papaper

Somniferum (Candu), Erythroxyion coca (kokain), dan cannabis sativa

(ganja) baik murni maupun bentuk campuran.

1
2

Narkotika digolongkan dalam obat – obatan atau zat yang berbahaya

bagi kesehatan bila di salahgunakan, maka mengenai produksi, pengadaan,

peredaran, penyaluran, penyerahan ekspor impor obat – obatan tersebut diatur

dalam undang – undang nomor 35 tahun 2009 jo undang – undang nomor 22

tahun 1997 tentang narkotika. Tujuan dari pengaturan undang – undang

tersebut, selain untuk menjamin ketersediaan narkotika guna kepentingan

pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan juga untuk mencegah terjadinya

penyalahgunaan narkotika, dan memberantas peredaran gelap narkotika, juga

menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi

penyalahgunaan dan pecandu narkotika.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 35 tahun 2009

tentang narkotika pasal 1 ayat (1), (2) dan (3) menyatakan:

1. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman, baik sintesis maupun semisintesis yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesaradaran, hilang rasa, mengurangi sampai

menghilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang

dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam

Undang-Undang ini.

2. Prekusor narkotika adalah zat atau bahan kimia yang dapat digunakan

dalam pembuatan narkotika yang dibedakan dalam tabel sebagaimana

terlampir dalam Undang-Undang ini.

3. Produksi adalah kegiatan atau proses menyiapkan, mengolah, membuat

dan menghasilkan narkotika secara langsung atau tidak langsung melalui


3

ekstraksi atau nonekstraksi dari sumber alami atau sintesis kimia atau

gabungannya termasuk mengemas dan/atau mengubah bentuk narkotika.

Cara kerja narkotika mempengaruhi susunan saraf yang dapat membuat

kita tidak merasakan apa-apa, bahkan bila bagian tubuh kita disakiti

sekalipun. Ada banyak bahaya narkoba bagi hidup dan kesehatan, di

antaranya dehidrasi, halusinasi, menurunnya tingkat kesadaran, gangguan

kualitas hidup hingga kematian. Peredaran dan dampak narkoba saat ini

sudah sangat meresahkan. Mudahnya mendapat bahan berbahaya tersebut

membuat penggunanya semakin meningkat. Tak kenal jenis kelamin dan

usia, semua orang berisiko mengalami kecanduan jika sudah mencicipi zat

berbahaya ini.

Indonesia merupakan salah satu pangsa pasar narkotika terbesar di dunia.

Hal tersebut dapat dilihat dari transaksi narkotika di Indonesia setiap

tahunnya sangat besar, bahkan mencapai puluhan triliun. Di tahun 2018,

BNN (Badan Narkotika Nasional) mengindentifikasi adanya 83 jaringan

sindikat yang beroperasi mengedarkan narkotika, sedangkan di tahun 2017

sebanyak 99 jaringan. Secara umum permasalahan narkotika dapat dibagi

menjadi tiga bagian yang saling berkaitan, yaitu adanya produksi gelap

narkotika, perdagangan gelap narkotika dan penyalahgunaan narkotika.

Ketiga hal tersebut mempunyai dampak negatif bagi masyarakat secara

multidimensi, baik kesehatan, ekonomi, sosial, hukum bahkan keamanan

nasional.
4

Indonesia menjadi target operasi dari jaringan narkotika internasional

dan menjadi sasaran dalam bisnis perdagangan narkotika. Hal tersebut

dikarenakan Indonesia memiliki tingkat permintaan yang tinggi terhadap

narkotika. Berbagai cara dilakukan oleh pengedar narkotika agar dapat

memperjualbelikan barang tersebut, baik di dalam maupun di luar negeri.

Upaya penyaluran narkotika secara ilegal dengan menggunakan orang

sebagai perantara penyaluran tersebut atau disebut kurir kerap dilakukan

untuk dapat mengedarkan secara luas narkotika ini, dan biasanya dilakukan

lalui bandara–bandara udara dan pelabuhan–pelabuhan kedatangan

internasional dari luar negeri ke Indonesia maupun pengiriman melalui jalur-

jalur transportasi umum dalam negeri. Dalam beberapa tahun terakhir, aparat

telah menangkap jaringan pemasok narkoba, termasuk kurir obat terlarang

yang berasal dari berbagai kebangsaan, termasuk warga Indonesia sendiri.

Kasus yang sering ditemui adalah penyelundupan narkotika yang

merupakan tindak pidana narkotika. Tindak pidana merupakan suatu tindakan

atau perbuatan yang dilakukan oleh manusia yang mana perbuatan tersebut

dilarang oleh ndang-undang hukum pidana. Secara umum, penyelundupan

adalah pelanggaran atas syarat impor yang telah diatur dalam undang-undang

dan dikenakan sanksi pidana. Definisi penyelundupan (smuggling atau

smokkle) menurut Baharuddin Lopa dalam bukunya Tindak Pidana Ekonomi

adalah mengantar pulaukan barang dengan tidak memenuhi peraturan

perundang-undangan yang berlaku, atau tidak memenuhi formalitas pabean

(douaneformaliteiten) yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.


5

Penyelundupan narkotika jaringan internasional, selain lincah dalam

menjalankan operasinya, mereka sangat peduli terhadap perkembangan pasar,

dengan semakin beragam produk yang dipasarkan. Dalam hal ini petugas

setempat harus lebih teliti memeriksa calon penumpang yang dicurigai. Pihak

bandara atau pengelola pelabuhan sebaiknya juga memiliki anjing pelacak

yang dapat mengedus keberadaan obat terlarang tesebut.

Meskipun Indonesia telah memiliki berbagai produk Undang-undang

yang memberikan hukuman bagi pelaku tindak pidana penyelundupan

narkotika, namun tetap saja tindak pidana ini terus dilakukan karena

merupakan „bisnis‟ yang menguntungkan pada tingkat global. Dan bisnis ini

menggunakan cara-cara yang sulit dideteksi oleh aparat tindak pencegahan.

Walaupun telah disahkan satu pengaturan tindak pidana penyelundupan

narkotika telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 yaitu

mengimpor Narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana penjara paling

singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana

denda paling sedikit Rp.1.000.000.000,00 (satumiliar rupiah) dan paling

banyak Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), dimana pelaku

diberikan sanksi pidana cukup berat, namun tindak pidana ini tetap ada.

Menurut undang-undang di atas, pada pelaku dapat dikenakan hukuman

badan dan juga dikenakan pidana denda. Akan tetapi dalam kenyataanya

kegiatan penyelundupan dan jumlah pelaku justru semakin meningkat. Hal

ini disebabkan oleh faktor penjatuhan sanksi pidana tidak memberikan efek

jera kepada para pelakunya.


6

Salah satu unsur penegak hukum yang ada di Indonesia adalah

Kepolisian Republik Indonesia, Kepolisian Republik Indonesia (POLRI)

selalu alat negara penegak hukum dituntut untuk mampu melaksanakan tugas

penegakan hukum secara profesional dengan memutus jaringan sindikat

narkoba melalui kerjasama dengan instansi terkait dalam memberantas

kejahatan penyelundupan narkotika. Kepolisian Daerah dengan seluruh pihak

aparatnya bekerjasama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) dan

Direktorat Jenderal Bea Cukai, yang bertugas menjaga pintu gerbang

Indonesia harus selalu siap dan siaga dalam menangkal penyelundupan

narkotika. Semua aparat yang terkait akan terus ditingkatkan baik dari segi

alat yang digunakan sampai mental aparat yang harus terus diperbaiki.

Metode operasi pengungkapan penyeludupan barang terlarang ini juga harus

terus diubah demi menanggulangi penyelundupan narkotika yang juga terus

merubah modusnya.

Tantangan yang dihadapi oleh jajaran pemberantas jaringan narkoba

dalam membasmi perdagangan gelap narkoba ini adalah modus perdagangan

narkoba lintas batas. Modus perdagangan narkoba yang semakin berkembang

harus diantisipasi secara tepat. Untuk itu, harus dicegah dengan

meningkatkan jumlah personil yang masih terkendala dengan keterbatasan

jumlah dan kualitas sumber daya manusia serta sarana pendukung. Salah satu

strategi yang dilakukan oleh POLRI di wilayah polresta bandara soekarno-

hatta adalah dengan melakukan kerjasama dengan Direktorat Jenderal Bea

dan Cukai (DJBC) bandara soekarno-hatta. Koordinasi ini bertujuan untuk


7

menjaga sinergitas pelaksanaan tugas Polresta Bandara Soekano-Hatta dalam

penyelundupan, pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkotika.

Fenomena penyelundupan narkotika masih sering terjadi dan berhasil

digagalkan oleh Polresta Bandara Soekarno-Hatta dan Bareskrim Polri

bersama Bea Cukai Soekarno Hatta. Menteri keuangan menyebutkan narkoba

banyak masuk lewat Bandara Soekarno-Hatta. Berikut kasus yang terjadi

selama 2019.

1. Pada Juli 2019, Bea Cukai Soekarno-Hatta bersama Polresta Bandara

Soekarno-Hatta dan Bareskrim Polri menggagalkan 4 kasus

penyelundupan narkoba berupa sabu dengan total berat 4.651,75 gram.

Tersangka 5 orang yang berasal dari Pantai Gading, Benin, dan

Indonesia. Modus yang digunakan antara lain, disembunyikan di dalam

perut sebanyak empat puluh tujuh butir kapsul dengan cara ditelan,

disembunyikan di dalam sisi dinding kemasan paket dan yang menjadi

perhatian adalah modus baru yaitu disembunyikan di dalam kancing

pakaian tradisional Afrika.

2. Bulan Agustus 2019, Bea Cukai-Polri Gagalkan Penyelundupan

Narkotika Sindikat Internasional. Petugas Bea Cukai Soekarno Hatta dan

pihak kepolisian berhasil menggagalkan upaya penyelendupan narkotika

jaringan internasional. Petugas menyita 5 kilogram sabu dan 13.900 butir

pil ekstasi, total tersangka sebanyak 16 orang yang berasal dari India,

Nigeria, Malaysia, Hong Kong dan WNI.


8

3. Tanggal 18 September 2019 hingga 8 Oktober 2019 dalam operasi Nila

Jaya, Satresnarkoba Polresta Bandara Soekarno-Hatta mengungkap 12

kasus upaya penyelundupan narkoba jenis sabu-sabu di Bandara

Soekarno-Hatta, Tangerang. Dari 12 kasus itu, polisi menangkap 15

pelaku dengan menyita barang bukti sabu total seberat 3,867 gram. 15

pelaku yang diamankan di antaranya 11 warga negara Indonesia (WNI)

dan 4 warga negara asing (WNA). Dari belasan kasus itu, dua kasus di

antaranya sangat menonjol karena terlibat dalam jaringan narkoba

internasional, dari Nigeria dan Iran. Pelaku berupaya menyelundupkan

sabu seberat 1,084 gram ke Indonesia melalui Bandara Soekarno-Hatta

yang didapat dari jaringan Nigeria. Namun, berhasil digagalkan. Petugas

juga berhasil menggagalkan upaya penyelundupan yang dilakukan

pelaku jaringan Iran berinisial AR, ZT, dan HA yang juga membawa

sabu seberat 2,570 gram dengan cara dikemas dalam kapsul.

4. Bulan Oktober 2019, Seorang kurir narkoba berinisial MT ditangkap

polisi di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang. Pelaku menyelundupkan 2

ons sabu dengan modus swallow. Modus pelaku ini menyelundupkan

narkoba dengan cara dimasukkan ke dalam tubuh melalui anus atau

dikenal modus swallow. Setelah diamankan di Terminal 1B Bandara

Soetta, tersangka dibawa ke Bidang Kedokteran dan Kesehatan

(Biddokkes) Polda Metro Jaya untuk mengeluarkan narkotika yang

dimasukkan ke dalam bagian tubuhnya. Dikeluarkan dokter ada tiga

bungkus plastik berisolasi hitam berbentuk kapsul, beratnya 226 gram.


9

Dalam memberantas penyelundupan narkotika, polisi harus mempunyai

strategi-strategi yang lain agar memberikan efek jera kepada para pemain

narkotika. Selain sinergi yang baik antar instansi pemerintah dibutuhkan juga

peran aktif masyarakat dalam membendung peredaran narkotika demi

melindungi generasi penerus bangsa dari penyalahgunaan narkotika itu

sendiri.

Berdasarkan banyaknya kasus diatas, maka penulis melakukan penelitian

yang berkaitan dengan Strategi Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam

menangani tindak pidana penyelundupan narkotika di wilayah Polresta

Bandara Soekarno-Hatta.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan Latar Belakang, penulis mengidentifikasi beberapa masalah

yang akan dijadikan bahan penelitian selanjutnya, yaitu:

1. Peraturan hukum di Indonesia belum mampu memberikan efek jera bagi

pengguna dan pengedar narkotika, bahkan jaringan bisa sampai luar

negeri.

2. Masih banyak kasus terkait dengan penyelundupan Narkotika di

Kawasan Bandara Soekarno Hatta.

3. Strategi yang dilakukan pemerintah masih perlu dibahas lebih lanjut

karena modus yang dilakukan oleh para penyelundupan semakin banyak.


10

C. Rumusan Masalah Penelitian

Bertolak dari uraian latar belakang masalah maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah dinamika penyelundupan narkotika di wilayah Bandara

Internasional Soekarno-Hatta?

2. Apakah faktor-faktor yang menjadi kendala atau hambatan Kepolisian

Negara Republik Indonesia (POLRI) dalam menangani masalah

penyelundupan narkotika di wilayah Bandara Internasional Soekarno-

Hatta?

3. Bagaimana strategi Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI)

dalam menangani masalah penyelundupan narkotika di wilayah Bandara

Internasional Soekarno-Hatta?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian serta rumusan masalah yang ada,

maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mendeskripsikan dinamika penyelundupan narkotika di wilayah

Bandara Soekarno-Hatta.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi kendala atau hambatan

Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) dalam menangani

masalah penyelundupan narkotika di wilayah Bandara Internasional

Soekarno-Hatta.
11

3. Untuk memahami dan menjelaskan tentang strategi Kepolisian Negara

Republik Indonesia (POLRI) dalam menangani masalah penyelundupan

narkotika di wilayah Bandara Soekarno-Hatta.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini bisa diperuntukan untuk berbagai macam pihak

yang terkait, diantaranya:

1. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan ilmu

pengetahuan bagi masyarakat, akademi dan kalangan pemerintah

mengenai narkotika, terutama hukum pidana atas fenomena

penyelundupan narkotika.

2. Manfaat akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan masukan

pengetahuan bagi penegak hukum dan masyarakat dalam pelaksanaan

tindak pidana penyelundupan narkotika di wilayah Soekarno-Hatta.

F. Kerangka Konseptual

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Narkotika

adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik

sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau


12

perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan

rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Pengertian tindak pidana menurut Prof. Moeljatno, SH, yang berpendapat

bahwa tindak pidana adalah “Perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan

hukum larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu,

bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut.” Terdapat 3 (tiga) hal

yang perlu di perhatikan:

a) Perbuatan pidana adalah perbuatan oleh suatu aturan hukum dilarang dan

diancam pidana.

b) Larangan ditujukan kepada perbuatan (yaitu suatu keadaan atau kejadian

yangditimbulkan oleh kelakuan orang), sedangkan ancaman pidana

ditujukan kepadaorang yang menimbulkan kejadian itu.

c) Antara larangan dan ancaman pidana ada hubungan yang erat, oleh

karena antara kejadian dan orang yang menimbulkan kejadian itu ada

hubungan erat pula. “Kejadian tidak dapat dilarang jika yang

menimbulkan bukan orang, dan orang tidak dapat diancam pidana jika

tidak karena kejadian yang ditimbulkan olehnya”.

Menurut Adam Smith dalam terjemahannya “penyelundupan adalah

seseorang yang melanggar hukum suatu negara, meskipun dia buta hukum

dan tidak diragukan lagi sebagai warganegara yang baik, yang tidak pernah

dihukum suatu kejahatan dan tidak bermaksud berbuat untuk itu”. Pengertian

penyelundupan juga terdapat di dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor

73 Tahun 1967, pada pasal 1 ayat (2), yang berbunyi: “Tindak Pidana
13

Penyelundupan ialah tindak pidana yang berhubungan dengan pengeluaran

barang atau uang dari Indonesia ke luar negeri (ekspor) atau pemasukan

barang atau uang dari luar negeri ke Indoneisa (impor)”.

Penyeludup adalah orang yang membawa barang atau orang secara ilegal

dan tersembunyi, seperti keluar dari sebuah bangunan, ke dalam penjara, atau

melalui perbatasan antarnegara, bertentangan dengan undang-undang atau

peraturan lain.

Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia Kepolisian adalah segala hal-ihwal yang

berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia

merupakan pegawai negeri pada Polri.

Polri merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan

dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan

perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka

terpeliharanya keamanan dalam negeri. Tujuan adanya polri adalah untuk

mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan

dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya

perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta

terbinanya ketenteraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi

manusia.
14

G. Kerangka Teori

Kerangka teoritis adalah susunan dari beberapa anggapan, pendapat, cara,

aturan, asas, keterangan sebagai satu kesatuan logis yang menjadi landasan,

acuan dan pedoman untuk mencapai tujuan dalam penelitian atau penulisan.

Pada umumnya, teori bersumber dari Undang-undang, buku/karya tulis

bidang ilmu, dan laporan penelitian.

1. Teori Tindak Pidana

. Tindak Pidana adalah Perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan

hukum larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana

tertentu, bagi barang siapa melanggar larangan tersebut.

Setiap tindak pidana yang terdapat di dalam Kitab Undang-undang

Hukum Pidana (KUHP) pada umumnya dapat dijabarkan ke dalam

unsur-unsur yang terdiri dari unsur subjektif dan unsur objektif.

Unsur subjektif adalah unsur-unsur yang melekat pada diri si

pelaku atau yang berhubungan dengan diri si pelaku, dan termasuk ke

dalamnya yaitu segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya.

Sedangkan unsur objektif adalah unsur-unsur yang ada hubungannya

dengan keadaan-keadaan, yaitu di dalam keadaan-keadaan mana

tindakan-tindakan dari si pelaku itu harus di lakukan.

Unsur-unsur subjektif dari suatu tindak pidana itu adalah:

a. Kesengajaan atau ketidaksengajaan (dolus atau Culpa);

b. Maksud atau Voornemen pada suatu percobaan atau pogging seperti

yang dimaksud dalam Pasal 53 ayat 1 KUHP;


15

c. Macam-macam maksud atau oogmerk seperti yang terdapat misalnya

di dalam kejahatan-kejahatan pencurian, penipuan, pemerasan,

pemalsuan dan lain-lain;

d. Merencanakan terlebih dahulu atau voorbedachte raad seperti yang

terdapat di dalam kejahatan pembunuhan menurut Pasal 340 KUHP;

e. Perasaan takut yang antara lain terdapat di dalam rumusan tindak

pidana menurut Pasal 308 KUHP.

Unsur-unsur objektif dari sutau tindak pidana itu adalah:

a. Sifat melanggar hukum atau wederrechtelicjkheid;

b. Kwalitas dari si pelaku, misalnya kedaan sebagai seorang pegawai

negeri di dalam kejahatan jabatan menurut pasal 415 KUHP atau

keadaan sebagai pengurus atau komisaris dari suatu Perseroan

Terbatas di dalam kejahatan menurut Pasal 398 KUHP.

c. Kausalitas yakni hubungan antara suatu tindak pidana sebagai

penyebab dengan sesuatu kenyataan sebagai akibat.

H. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara yang dilakukan dalam

penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan yang diharapakan. Metode

sangat penting karena metode yang digunakan penyusun dapat menganalisis

masalah dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu

tujuan. Sedangkan penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari,

merumuskan dan menganalisa serta menyusun laporan.


16

Dengan demikian metode penelitian sebagai cara yang dipakai untuk

mencari, merumuskan dan menganalisa serta menyusun laporan guna

mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai sasaran yang tepat dalam penelitian

ini, penyusun menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang diangkat dalam skripsi ini adalah dengan

menggunakan metode pendekatan yuridis empiris. Pendekatan yuridis

empiris dalam penelitian ini adalah menganalisis permasalahan

dilakukan dengan cara memadukan bahan-bahan hukum (yang

merupakan data sekunder) dengan data primer yang diperoleh di

lapangan yaitu tentang strategi Kepolisian Republik Indonesia (POLRI)

dalam menangani tindak pidana penyelundupan narkotika.

Penelitian ini lebih bersifat deskriptif analisis, adapun pengertian

dari metode deskriptif analitis menurut (Sugiono: 2009; 29) adalah

suatu metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi

gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang

telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan

membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

2. Sumber Data

Di dalam Penelitian ini, penulis mengumpulkan data yang terdiri

dari:
17

a. Data Primer

Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari

lapangan penelitian yang bersumber dari sumber pertama di lapangan

yaitu baik responden maupun informan yang berkaitan dengan

penelitian khususnya data yang diperoleh langsung dari pelaku yang

bersangkutan (Yuliartini,2014:37). Sebagai contoh adalah observasi

dan wawancara.

b. Data Sekunder

Data yang bersumber dari penelitian kepustakaan yaitu data

yang diperoleh langsung dari sumber pertama yang bersumber dari

data-data yang terdokumenkan dalam bentuk bahan-bahan hukum.

Jenis data sekunder dalam penulisan skripsi ini terdiri dari bahan

hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.

1) Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat

dan terdiri dari:

a) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1946.

b) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun

2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 10

Tahun 1995 tentang Kepabeanan.

c) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun

2009 tentang Narkotika.


18

2) Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan yang akan memberikan

penjelasan tentang bahan hukum primer, terdiri dari :

a) Berbagai tulisan pakar hukum pidana dan kriminologi yang

berkaitan dengan narkotika yang dituangkan dalam bentuk

buku, paper atau makalah serta tulisan-tulisan ilmiah

lainnya.

b) Berbagai hasil penelitian yang pernah dilakukan berkaitan

dengan narkotika, baik dari perspektif hukum, maupun non-

hukum.

3) Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan

petunjuk ataupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan

bahan hukum skunder, terdiri kamus bahasa Indonesia, kamus

hukum dan kamus bahasa Inggris, berita di koran, serta

penelusuran website.

3. Teknik Pengumpulan Data

Penulis menggunakan teknik sebagai berikut:

a. Studi Pustaka

Tahapan yang dilakukan pada saat studi pustaka adalah sebagai

berikut.

1) Melakukan inventarisasi terhadap perundang-undangan.

2) Melakukan penggalian berbagai asas-asas dan konsep-konsep

hukum yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti.


19

3) Melakukan penelitian terhadap dokumen-dokumen yang erat

kaitannya dengan permasalahan penulisan hukum ini dengan

menelaah berbagai dokumen dengan tujuan untuk

mengumpulkan fakta maupun teori-teori dan konsep yang

berkaitan.

b. Studi Lapangan

Studi lapangan yaitu dengan melakukan observasi dan

wawancara dengan anggota Kepolisian Republik Indonesia di

Polresta Bandara Soekano-Hatta yang berhubungan dengan tindak

pidana penyelundupan narkotika. Wawancara dilakukan untuk

mendapatkan keterangan lisan melalui percakapan dan tanya jawab

secara langsung antara peneliti dengan pihak-pihak yang

bersangkutan.

4. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data digunakan untuk mempermudah analisis yang telah

diperoleh sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Pengolahan data

dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Seleksi data, yaitu kegiatan pemeriksaan untuk mengetahui

kelengkapan data, selanjutnya data dipilih sesuai dengan permasalahan

yang diteliti dalam penelitian ini.

b. Klasifikasi data, yaitu kegiatan penempatan data menurut kelompok-

kelompok yang telah ditetapkan dalam rangka memperoleh data yang

benar-benar diperlukan dan akurat untuk dianalisis lebih lanjut.


20

c. Penyusunan data, yaitu kegiatan menyusun data yang saling

berhubungan dan merupakan satu kesatuan yang bulat dan terpadu

pada subpokok bahasan sehingga mempermudah untuk interpretasi

data.

d. Sistematika, yaitu data yang telah di klasifikasikan kemudian

ditempatkan sesuai dengan posisi pokok permasalahan secara

sistematis.

5. Teknik Analisis Data

Dalam mengelola dan menganalisis data yang diperoleh selama

penelitian akan menggunakan analisis kualitatif, yaitu analisis yang

dilakukan dengan merangkai data yang dikumpulkan secara sistematis

sehingga di dapat gambaran dari obyek yang diteliti. Tujuan penelitian

kualitatif menurut Kriyantono adalah untuk menjelaskan suatu fenomena

dengan sedalam-dalamnya dengan cara pengumpulan data sedalam-

dalamnya pula, yang menunjukkan pentingnya kedalaman dan detail suatu

data yang diteliti. Metode kualitatif berusaha untuk menjelaskan tentang

faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya berbagai fenomena. Fenomena

yang dijadikan objek penelitian ini adalah Strategi Kepolisian Negara

Republik Indonesia (POLRI) dalam Menangani Tindak Pidana

Penyelundupan Narkotika.
21

I. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan digunakan untuk memberikan gambaran secara

jelas dan menyeluruh tentang arah tujuan penelitian ini. Adapun sistematika

penulisan ini terdiri dari lima bab yang didalam tiap babnya terbagi dalam

tiap sub-sub bagian yang dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman

terhadap hasil penelitian. Sistematika penulisan secara garis besar adalah

sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah,

identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, kerangka konseptual, kerangka teori, metode penelitian

dan sistematika penelitian.

BAB II Tinjauan Pustaka

Dalam bab ini diuraikan teori-teori yang mempunyai keterkaitan

dengan masalah Strategi Kepolisian Republik Indonesia (POLRI)

dalam menangani tindak pidana penyelundupan narkotika (Studi

Polresta Bandara Soekarno-Hatta).

BAB III Hasil Penelitian

Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu

strategi Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) dalam menangani

tindak pidana penyelundupan narkotika (Studi Polresta Bandara

Soekarno-Hatta).

BAB IV Analisis Hasil Penelitian


22

Dalam bab ini diuraikan tentang analisis dari penelitian tentang

strategi Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) dalam menangani

tindak pidana penyelundupan narkotika (Studi Polresta Bandara

Soekarno-Hatta).

BAB V Penutup

Dalam bab ini diuraikan kesimpulan dan saran.

Anda mungkin juga menyukai