Anda di halaman 1dari 8

Merdeka.

com - Indonesia menjadi salah satu sasaran peredaran narkoba yang didistribusikan dari
luar negeri. Salah satu alasannya, mereka melihat jumlah pecandu narkoba di Tanah Air terus
meningkat.

Dari data yang dimiliki Badan Narkotika Nasional (BNN), pengguna narkoba di Indonesia mencapai
4,2 juta jiwa.

"Penyalahgunaan (narkoba) di Indonesia cukup tinggi. Kalau diangkakan 4,2 juta jiwa, tentu 4,2 juta
ini memerlukan suplai narkoba," kata Kepala BNN, Komjen Anang Iskandar, di Gedung SMESCO
UKM, Pancoran, Jakarta, Minggu (23/11).

Untuk menekan peredaran narkoba di Indonesia, lanjutnya, para pengguna sebaiknya diberi
hukuman rehabilitasi bukan dipidana. "Karena tugas kita mencegah agar tidak ada pengguna baru,"
ujarnya.

Ke depan, tambah Anang, pihaknya juga akan mewaspadai jalur pengiriman narkoba lewat jalur laut.
Seperti diketahui, saat ini pengiriman narkoba lewat jalur darat dan udara sudah sangat biasa terjadi.

"Laut akan jadi perhatian kita ke depan, karena pelabuhan bisa dijadikan pengiriman barang. Kita
kerjasama Menhub dan AL, kita punya kerjasama dengan AL," tutup Jenderal Bintang tiga ini.

Darurat Narkoba di Indonesia: Data dan


Fakta yang Mengerikan
REP | 10 February 2015 | 15:28 Dibaca: 2018   Komentar: 45   24

Darurat Narkoba di Indonesia: Fakta dan Data yang Mengerikan

Sumber Gambar “Image” pada Google Search keywords “narkoba di Indonesia”


Pendahuluan
Artikel ini merupakan kelanjutan artikel saya sebelumnya yang berjudul “Surat dari USA
Tekan Jokowi Soal Eksekusi Mati “Bali Nine”. Dimana kemudian kompasianer lainnya,
Nararya memberikan suplemen yang menarik atas artikel saya tersebut dengan artikelnya
yang bertajuk “Membedah Surat AFSC untuk Presiden Joko Widodo”.

Atas dasar dua artikel tersebut, saya tergerak untuk melakukan penelitian sederhana terkait
kondisi peredaran narkoba di Indonesia, dimana Presiden Jokowi menyebut bahwa saat ini
Indonesia dalam situasi darurat narkoba. Situasi darurat tersebut sebagai dasar bagi
Pemerintah Indonesia untuk terus men”sukabumi”kan eksportir, importir, produsen, bandar
dan pengedar narkoba yang tertangkap dan sudah diputus dengan hukuman mati in kracht
dengan cari tembak mati (firing aquad) setelah permohonan grasi para terpidana mati kasus
narkoba itu ditolak oleh Presiden.

Diantaranya Mereka Berdua Penyebab Kehancuran Generasi Muda Indonesia

Sumber Gambar

Saya yakin pada dasarnya Pemerintah Indonesia saat ini yang jauh lebih tegas dibanding
pemerintah sebelumnya, menjalankan apa yang disebut dengan melindungi warga negaranya
dari kehancuran generasi mudanya dari kematian sia-sia yang mengenaskan akibat
mengkonsumsi narkoba. Dengan dieksekusinya para terpidana mati itu diharapkan bisa
membuat pelaku lainnya jerih atas ketegasan Pemerintah Indonesia, dan segera menghentikan
bisnis barang tersebut dari bumi Indonesia. Upaya eksekusi ini adalah salah satu upaya lain,
selain dengan sebisa mungkin Pemerintah merehabilitasi korban narkoba yang jumlahnya
meningkat secara signifikan. Artikel ini tidak membahas isu rehabilitasi termaksud.

Metode dan Tujuan


Bagaimanakah situasi Indonesia yang diklaim Pemerintah sebagai darurat narkoba?
Pertanyaan inilah yang hendak kita cermati. Saya mencoba menjawab pertanyaan itu dengan
sebuah penelitian. Penelitian tersebut saya lakukan dengan mencari, membaca, melihat dan
mempelajari data dari Badan Narkoba Nasional (BNN), POLRI, Kementrian Huku dan
HAM, Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan serta sumber lainnya melalui
pemberitaan di media massa baik daring ataupun audio visual dari dalam negeri maupun luar
negeri. Data yang saya peroleh, saya olah kembali agar pembaca bisa memahami lebih
mudah dan bisa mengerti lebih cepat. Tentu saja ada data yang saya sajikan sebagaimana
asalnya.

Semoga artikel ini bermanfaat memberikan gambaran dan pemahaman latar belakang
pelaksanaan hukuman mati yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia akhir-akhir ini,
khususnya para pegiat HAM yang aktif menghambat pelaksanaan hukuman mati itu dengan
berbagai alasan. Silakan menyimak hasilnya sebagai berikut.

Indonesia: Great Market dan Good Price


Wilayah Indonesia yang luas yang terdiri dari 17ribu pulau yang tersebar dari Sabang sampai
Merauke dan jumlah populasi Indonesia yang besar sekitar 250 juta orang bagi pasar narkoba
adalah pasar yang luar biasa menjanjikan.

Ceruk pasar yang luar biasa inilah yang menarik para mafia narkoba luar negeri beramai-
ramai menyerbu Indonesia dengan berbagai cara. Didukung oleh Indonesia sebagai negara
yang berkembang ke arah kemajuan, pertumbuhan ekonomi yang baik menyebabkan tingkat
hidup yang lebih baik, daya beli yang meningkat, namun sekaligus memberikan peluang gaya
hidup masyarakatnya yang hedonis yang mampu membeli berapapun harga barang haram itu.

Ribuan pulau yang tersebar yang dimiliki Indonesia rupanya dimanfaatkan menjadi titik
masuk yang strategis bagi mafia narkoba untuk memasukkan barang haram tersebut ke dalam
wilayah Indonesia. Setelah banyak digagalkan melalui bandara-bandara yang ada oleh para
penegak hukum Indonesia, para mafia itu saat ini mengalihkan rute pasokan barang melalui
laut dan wilayah perbatasan.

Para mafia narkoba itu tak masuk ke dalam wilayah Indonesia begitu saja. Sebelum memasok
anggota mereka terlebih dahulu mempelajari dan menyelidiki situasi baik keamanan,
personal, hukum dan perundang-undangan negara Indonesia, bahkan peralatan yang dimiliki
oleh aparat penegak hukum Indonesia. Disamping mereka menyamar dan berbaur dengan kita
semua, misalnya sebagai nelayan yang rutin melaut untuk memancing dan menangkap ikan,
dan sebagainya. Yang paling sering dilakukan adalah dengan cara menikahi wanita-wanita
setempat agar tidak dicurigai dan bisa berbaur secara sosial. Dari anggotanya yang menyamar
itulah para mafia itu mendapatkan pasokan informasi yang penting untuk membuat strategi
pemasaran barang haram ke Indonesia. Aktivitas penyamaran dan peredaran ini dilakukan
selama bertahun-tahun, sehingga para mafia itu berhasil “panen raya” dari hasil kerja keras
itu dalam waktu beberapa tahun belakangan ini.
S
umber Gambar

Data dan Fakta yang Mengerikan


Menurut Kabag Humas BNN Sumirat Dwiyanto pada 19 Januari 2015 dalam acara Primetime
Talk di Beritasatu TV, serbuan mafia narkoba ke wilayah Indonesia mencatat transaksi
barang haram itu sekitar total 48 triliun. Transaksi yang fantastis. Bandingkan dengan
keseluruhan transaksi yang terjadi di ASEAN yang sejumlah 160 triliun. Para mafia narkoba
yang berasal dari Indonesia sendiri, juga Malaysia, Australia, Iran, Perancis, Taiwan, Nigeria
dan lain-lain. Para mafia tersebut berpesta pora dengan total peredaran sebesar 30% ada
hanya di Indonesia.

Menurut penjelasan pangamat hukum Asep Iwan Iriawan, para mafia itu berpikir bahwa
vonis hukuman di Indonesia adalah hukuman yang ringan dan seumur hidup, hukuman mati
di Indonesia hanya di atas kertas. Hukuman mati hanya berlaku untuk kejahatan teroris dan
pembunuhan berencana. Bahkan di dalam penjara pun para mafia yang tertangkap dan
diputus hukuman mati pun masih bisa mengendalikan dan menjalankan bisnis narkoba. Tak
ada eksekusi mati di Indonesia. Itu pikiran mafia terhadap hukum yang berlaku di Indonesia.

Tabel-1. Tersangka Narkoba Berdasarkan Jenis Kelamin dan Kewarganegaraan

Sumber Gambar: Infodatin 2014 Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia
Juga, penjelasan dari Sumirat, menurut pengakuan salah satu anggota mafia narkoba yang
tertangkap yang akhirnya bekerjasama dengan penegak hukum bahwa di Indonesia bisa
melakukan pencucian uang dalam bentuk pemberian donasi pada lembaga atau aktivis
tertentu yang berkampanye anti hukuman mati untuk mengganggu dan mempengaruhi
kebijakan pemerintah.

Direktur PLRIP-BNN Ida Utari pada Rakernis Terapi Rehabilitasi Napza pada 20 Maret 2014
di Kementrian Kesehatan menyebut di seluruh dunia pecandu berat narkoba berjumlah antara
15.5 juta - 38.6 juta. Prevalensi pengguna narkoba dunia adalah sekitar 5%, sedangkan
Indonesia pada 2015 diperkirakan sebesar 2.8%, ada kenaikan hampir dua kali lipat dalam 10
tahun terakhir (tahun 2004 prevalensi 1.75%). Tak ada penururan sama sekali selama 10
tahun terakhir. Lihat Tabel-2.

Tabel-2. Prevalensi Pengguna Narkoba di Indonesia

Mencermati angka prevalensi dalam unit juta orang (Tabel-3) di tahun 2015, dimana apabila
tidak ada penghambat peredaran narkoba, maka di Indonesia akan diperkirakan sekitar 5.1
juta orang akan menjadi pengguna narkoba atau di antara 50 orang WNI ada satu pengguna
narkoba. Asumsi penduduk Indonesia 250 juta orang. Bisa jadi setiap lembaga yang
mempunyai staf lebih dari 50 orang dipastikan ada diantaranya pengguna narkoba. Jika
demikian lembaga penegak hukum (kepolisian, kejaksaan, KPK, kehakiman), lembaga
hankam, lembaga tinggi negara lain, perusahaan swasta dan milik negara di Indonesia
dipastikan terdapat pengguna narkoba. Ini sungguh amat gila, sekaligus cepat atau lambat
bisa menghancurkan kelangsungan bangsa Indonesia.

Tabel-3. Pengguna Narkoba di Indonesia

Selain itu, hasil penelitian bersama antara BNN dan Puslitkes-UI yang dilakukan pada 2012,
Kapuslitdatin BNN Darwin Butar Butar mengungkap bahwa pengguna narkoba menurut
tingkat ketergantungan adalah sekitar 3.8 juta - 4.2 juta orang dengan rincian sebagaimana
ditunjukkan dalam Tabel-4. Diungkapkan pula dalam dialog yang dipandu oleh presenter
Beritasatu TV Veronica Moniaga, Sumirat menyebut bahwa setiap hari tercatat 50 orang
meninggal karena narkoba, sebagaimana juga disebut oleh Presiden Jokowi dalam
wawancaranya dengan wartawan CNN Christine Amanpour 27 Januari 2015.

Tabel-4. Pengguna Narkoba Menurut Tingkat Ketergantungan Tahun 2011


Demikian lah situasi Indonesia terkait dengan peredaran narkoba. Hal yang paling menonjol
adalah tingginya prevalensi Indonesia di tahun 2015 sebagaimana diuraikan di atas, jika
peredaran tidak dihentikan, bisa jadi lambat laun, bahkan bisa cepat, prevalensi akan semakin
meningkat, berarti di setiap 50 orang terdapat pengguna narkoba lebih dari satu orang.

Oleh karena, kita semua tidak menghendaki situasi yang demikian, maka tentu saja kita harus
mendukung upaya pemerintah untuk memutus peredaran narkoba dengan memberikan
hukuman mati kepada penyalahguna narkoba.

——-mw——-

*) Penulis adalah Jokowi Lover yang lebih cinta Indonesia


**) Sumber bacaan
1. BNN: Pengguna Narkoba di Indonesia Capai 4,2 Juta Orang. 26 Juni 2014. Lesthia
Kertopati, Nila Chrisna Yulika. www.viva.co.id. Web. 9 Februari 2015.
2. Kondisi Narkoba Pada Akhir Tahun 2011. 2012. Darwin Butar Butar. Badan Narkotika
Nasional. Web. 10 Februari 2015.
3. Infodatin. 2014. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
PDF. Web. 10 Februari 2014.
4. Efek Hukuman Mati. 19 Januari 2015. Primetime Talk. Beritasatu TV. www.youtube.com.
Web. 10 Februari 2015
5. Tabel tanpa keterangan sumber gambar adalah dokumen pribadi.
TEMPO Interaktif, Jakarta:70 persen dari 4 juta pecandu narkoba tercatat sebagai anak usia
sekolah, yakni berusia 14 hingga 20 tahun. “Bahkan sudah menyusup ke anak usia SD,” ujar
Muchlis Catyo, Kepala Subdit Kesiswaan Direktorat Pendidikan Menengah Umum
Departemen Pendidikan Nasional kepada wartawan di kantornya, Jumat (30/7). Data tersebut,
menurut Muchlis, merupakan temuan Tim Kelompok Kerja Pemberantasan Penyalahgunaan
Narkoba Depdiknas tahun 2004. Data tersebut menunjukkan bahwa angka persentase
pengguna telah mencapai 4 persen dari seluruh pelajar Indonesia. Prediksi lain, menurutnya,
bahkan menyebutkan bahwa jumlah siswa sekolah yang terkena narkoba ada 4 hingga 6 juta
anak. Angka-angka tersebut, katanya, adalah data yang tercatat. “Bisa dibayangkan berapa
pengguna sesungguhnya yang ada di Indonesia,” ujarnya. Anak sekolah, menurut dia,
biasanya mencoba memakai narkoba dengan anggapan narkoba itu keren. “Selain itu di masa
remaja yang labil biasanya mereka butuh tempat untuk mencurahkan masalah mereka. Ketika
tidak ada, larinya ke narkoba,” papar Muchlis. Namun, khusus untuk pengguna narkoba di
anak usia SD, biasanya diawali karena ketidaksengajaan. Narkoba, jelas dia, biasanya masuk
lewat permen, bakso, bahkan melalui obat di rumah sakit ketika mereka harus dirawat.
Berdasarkan hal tersebut, Muchlis menyimpulkan bahwa penyalahgunaan narkoba telah
menjadi ancaman terhadap kemanusiaan. “Bukan saja di Indonesia, tetapi di seluruh dunia,”
tandasnya. Muchlis mengaku bahwa pihak Depdiknas sendiri telah melakukan berbagai
upaya untuk menanggulangi mesalah ini, seperti lewat lomba poster, workshop, gerak jalan
massal, dan piloting project berupa pembinaan khusus di sekolah-sekolah. “Tercatat, tahun
ini ada 45 sekolah dari seluruh provinsi yang ikut piloting project,” jelas dia. Selain pihak
Diknas, siswa sekolah sendiri juga ikut berperan dalam menyukseskan gerakan antimadat ini.
Hal ini dibuktikan dengan diadakannya gerakan anti-penyalahgunaan narkoba. Acara ini akan
digelar 2-3 Agustus mendatang, dan rencananya akan dibuka oleh Menteri Pendidikan A.
Malik Fajar. Menurut salah satu panitia, Zairiny Zaki Karmiaji, yang membedakan acara ini
dengan acara antinarkoba yang lain adalah gerakan ini dicetuskan dan dimulai dari siswa dan
untuk siswa. Bentuk acara yang disajikan, kata Zairiny dari SMA Al Azhar BSD, layaknya
sebuah demonstrasi. Lebih kurang 50 SMA di wilayah Jakarta dan sekitarnya akan
berpartisipasi dalam acara ini.

Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ

Anda mungkin juga menyukai