Anda di halaman 1dari 11

Kewenangan Kepolisian dan BNN Dalam Kasus Narkotika

Mata Kuliah: Etika Dan Tanggung Jawab Profesi

Dosen Pengampu : Ndaru Satrio, S.H., M.H.

Disusun oleh :

Buya Al Kahfi

Hisbullah

4012011088

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG


BAB I

LATAR BELAKANG

A. PENDAHULUAN

Pada saat ini penyalahgunaan narkotika di Indonesia sudah mencapai pada tahap yang
sangat mengkhawatirkan. Narkotika tidak lagi mengenal batas usia, orang tua, muda,
remaja bahkan anak-anak ada yang menjadi pengguna dan pengedar gelap Narkotika.
Peredaran ilegal Narkotika di Indonesia tidak kalah mengkhawatirkannya, narkotika
tidak hanya beredar di kota–kota besar di Indonesia, tetapi juga sudah merambah
sampai kedaerah-daerah kecil.

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan. Hal tersebut dijelaskan pada Pasal 1 ayat (1) Undang-
undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. Kata narkotika pada dasarnya berasal
dari bahasa yunani “Nar-koun” yang membuat lumpuh atau mati rasa dan
Permasalahan Narkoyika saat ini jelas bukan suatu masalah yang kecil, dalam hal
penangannyan Indonesia sangat Memperhatikan dengan khusus narkotika ini.
Masalahnya terus menerus meningkat.

Dan tugas dari pihak penegak hukum kepolisian salah satunya memang adalah
melakukan penyelidikan terhadap suatu kasus. Namun dalam hal narkoba BNN juga
memiliki kewajiban untuk melakukan penyelidikan terhadap kasus narkoba yang
kemudian hal ini ditegaskan dalam peraturan UU No 35 Tahun 2009 dan juga tugas
mengenai kewajiban seorang polisi untuk melakukan penyelidikan ditegaskan dalam
aturan KUHP.
B. RUMUSAN MASALAH
1. apa saja upaya yang dilakukan pihak kepolisan dalam kasus narkotika?
2. Dalam penegakan kasus narkotika ini apa saja yang menjadi kewengan
dari pihak KEPOLISIAN dan BNN?

BAB II

PEMBAHASAN

Dalam pembuatan makalah kali ini penulis menggunakan metode hukum


normatif (normative law research). Pembuatan makalah ini menggunakan
pengamatan nyata dalam proses berlangsungnya penegakan hukum normatif berupa
produk dari perilaku hukum, sehingga dalam penelitian hukum normatif ini memiliki
fokus pada keberlakukan dari kumpulan hukum positif, terdapat penemuan hukum
dalam perkara hukum, sistematik hukum. Pada penelitian hukum normatif, dalam
mengolah bahan hukum dengan cara meng sistematika bahan hukum tertulis. Setelah
tersistematis selanjutnya dilakukan klasifikasi bahan hukum agar memudahkan
dalam menganalisis serta merekonstruksi, kemudian dianalisis secara deskriptif
analitis.

Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), ada 766 kasus penyalahgunaan
narkotika dan obat-obatan (narkoba) di Indonesia sepanjang 2021. Jumlah itu turun
8,04% dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebanyak 833 kasus. Sementara,
jumlah tersangka dalam kasus narkoba sebanyak 1.184 orang sepanjang tahun lalu.
Dan jika kita lihat dari turunnya kasus penyalah gunaan narkotika ini memiliki makna
yang dimana pemerintah sangat memperhatikan kasus ini dan beberapa upaya yang
telah dilakukan pemerintah Indonesia dalam kasus narkotika ini ialah:

Upaya pihak kepolisian mengatasi kasus narkotika dengan membentuknya kerjasama


antara kepolisian dengan beberapa organisasi, lembaga, instansi, dan/atau tokoh
masyarakat merupakan langkah kepolisian guna peningkatan kesadaran dan ketaatan
masyarakat terhadap hukum dan ketentuan perundang-undangan serta terpeliharanya
keamanan dan ketertiban dan upaya pertama mengajak seluruh elemen masyarakat
karena sesuai dengan undangundang masyarakat ikut berperan didalam
penangulangan, pencegahan, dan peredaran narkotika. Perlu adanya penambahan
tenaga sumber daya manusia dengan kualifikasi kompetensi yang lebih baik lagi.
Selain adanya penambahan tenaga sumber daya manusia kepolisian juga memerlukan
adanya penambahan sarana dan prasarana pendukung yang diperlukan dalam
penanggulangan narkoba dan Upaya dalam menanggulangi penyalahgunaan narkoba
dengan dilakukannya operasi rutin yang dilakukan diberbagai tempat, bahkan di
sekolah, dan tempat hiburan malam dimana terdapat anak atau remaja yang dalam hal
ini sangat rentan menjadi sasaran penyalahgunaan narkoba

Dan melaksanakan operasi-operasi tangkap tangan terhadap tindak pidana narkotika


dan razia-razia yang akan lebih sering dilaksanakan di daerah-daerah yang dicurigai
sebagai daerah yang rawan terhadap penyebaran atau adanya penyalahgunaan
narkotika. Agar tidak hanya diperkotaan namun didesa-desa angka penyalahgunaan
narkotika dapat ditekan. Dengan cara ini sebenarnya sangat ampuh untuk menekan
angka peredaran narkotika, razia yang rutin di daerah yang rawan mengakibatkan
oknum-oknum merasa takut untuk mengedarkan narkotika lagi.

Dan upaya dari pihak BNN antara lain dengan cara memberikan pemaparan tentang
bahaya dan pengobatan bagi masyarakat yang terkena narkoba. Lalu dengan
memberikan edukasi kepada masyarakat dengan secara langsung dan dengan
menggunakan media sosial, dan banyak kegiatan pencegahan yang dilakukan oleh
BNN. Namun tidak hanya upaya pencegahan yang harus dilakukan semaksimal
mungkin oleh BNN melainkan juga upaya untuk menangkap atau memberantas bagi
yang telah terkena narkoba.
Dan pihak BNN Juga melakukan rehabilitasi bagi para pengguna narkoba yang
melaporkan dirinya menggunakan narkoba kepihak BNN dan Rehabilitasi ditujukan
untuk memberikan jaminan penanganan kepada korban
penyalahgunaan narkoba melalui aspek hukum, aspek medis, aspek sosial, aspek
spiritual dan pengembangan pendidikan dan pelatihan dalam bidang NAPZA secara
terpadu agar terhindar dari kerusakan mental dan masa depan efek dari penggunaan
narkotika. Dan bagi para pengguna narkotika yang tidak melakukan pelaporan diri
jika tertangkap maka akan ditangani sesuai dengan hukum yang berlaku.

Kewenagan Kepolisian sebagaimana telah diatur Pada pasal 30 ayat (4) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Polisi merupakan alat negara sebagai
aparat penegak hukum yang bertugas dalam menjaga keamanan negara, menegakkan
hukum serta bertugas untuk mengayomi masyarakat. kepolisian Negara Republik
Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat
bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum”.
Pasal 5 ayat (1) UU Nomor 2 Tahun 2002, memberikan pengertian polisi sebagai
berikut “Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat Negara yang
berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan
hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.

Polisi merupakan penyidik dalam acara pidana, hal ini sebagaimana amanat dari
KUHAP sebagai sumber utama acara pidana dalam tata hukum Indonesia. Pada pasal
1 ayat (1) KUHAP “Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau
pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-
undang untuk melakukan penyidikan”. Wewenang penyidikan yang bisa dilakukan
oleh polisi dalam penyidikan diatur dalam UU Narkotika sebagai berikut :
Pasal 81

Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia dan penyidik BNN berwenang


melakukan penyidikan terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika berdasarkan Undang-Undang ini.

Pasal 84

Dalam melakukan penyidikan terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap


Narkotika dan Prekursor Narkotika, penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia
memberitahukan secara tertulis dimulainya penyidikan kepada penyidik BNN begitu
pula sebaliknya.

Pasal 87

(1) Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia atau penyidik BNN yang
melakukan penyitaan Narkotika dan Prekursor Narkotika, atau yang diduga Narkotika
dan Prekursor Narkotika, atau yang mengandung Narkotikadan Prekursor Narkotika
wajib melakukan penyegelan dan membuat berita acara penyitaan pada hari penyitaan
dilakukan, yang sekurang-kurangnya memuat:

a. Nama, jenis, sifat, dan jumlah;

b. Keterangan mengenai tempat, jam, hari, tanggal, bulan,

dan tahun dilakukan penyitaan;

c. Keterangan mengenai pemilik atau yang menguasai

Narkotika dan Prekursor Narkotika; dan

d. Tanda tangan dan identitas lengkap penyidik yang

melakukan penyitaan.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memberitahukan penyitaan
yang dilakukannya kepada kepala kejaksaan negeri setempat dalam waktu paling
lama 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam sejak dilakukan penyitaan dan
tembusannya disampaikan kepada ketua pengadilan negeri setempat, Menteri, dan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Pasal 90

Untuk keperluan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di siding pengadilan,


penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, penyidik BNN, dan penyidik
pegawai negeri sipil menyisihkan sebagian kecil barang sitaan Narkotika dan
Prekursor Narkotika untuk dijadikan sampel guna pengujian di laboratorium tertentu
dan dilaksanakan dalam waktu paling lama 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam
sejak dilakukan penyitaan.

Pasal 92

Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia dan penyidik BNN


wajibmemusnahkan tanaman Narkotika yang ditemukan dalam waktu paling lama 2 x
24 (dua kali dua puluh empat) jam sejak saat ditemukan, setelah disisihkan sebagian
kecil untuk kepentingan penyidikan, penuntutan, pemeriksaan di sidang pengadilan,
dan dapat disisihkan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta untuk kepentingan pendidikan dan pelatihan.

Kewenangan BNN diatur dalam UU Narkotika Pasal 75, Dalam rangka melakukan
penyidikan, penyidik BNN berwenang yaitu:

a. Melakukan penyelidikan atas kebenaran laporan serta keterangan tentang adanya


penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;

b. Memeriksa orang atau korporasi yang diduga melakukan penyalahgunaan dan


peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;

c. Memanggil orang untuk didengar keterangannya sebagai saksi;


d. Menyuruh berhenti orang yang diduga melakukan penyalahgunaan dan peredaran
gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika serta memeriksa tanda pengenal diri
tersangka;

e. Memeriksa, menggeledah, dan menyita barang bukti tindak pidana dalam


penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;

f. Memeriksa surat dan/atau dokumen lain tentang penyalahgunaan dan peredaran


gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;

g. Menangkap dan menahan orang yang diduga melakukan penyalahgunaan dan


peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;

h. Melakukan interdiksi terhadap peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika


di seluruh wilayah juridiksi nasional;

i. Melakukan penyadapan yang terkait dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap


Narkotika dan Prekursor Narkotika setelah terdapat bukti awal yang cukup;

j. Melakukan teknik penyidikan pembelian terselubung dan penyerahan di bawah


pengawasan;

k. Memusnahkan Narkotika dan Prekursor Narkotika;

l. Melakukan tes urine, tes darah, tes rambut, tes asam dioksiribonukleat (DNA),
dan/atau tes bagian tubuh lainnya;

m. Mengambil sidik jari dan memotret tersangka;

n. Melakukan pemindaian terhadap orang, barang, binatang, dan tanaman;

o. Membuka dan memeriksa setiap barang kiriman melalui pos dan alat-alat
perhubungan lainnya yang diduga mempunyai hubungan dengan penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
p. Melakukan penyegelan terhadap Narkotika dan Prekursor Narkotika yang disita;

q. Melakukan uji laboratorium terhadap sampel dan barang bukti Narkotika dan
Prekursor Narkotika;

r. Meminta bantuan tenaga ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan tugas
penyidikan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
dan Menghentikan penyidikan apabila tidak cukup bukti adanya dugaan
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Dan peran penting dari pihak
kepolisian dan BNN dalam menangani kasus narkotika di Indonesia yakni
dengan adanya pihak penegak hukum ini maka dapat melakukan pencegahan
agar tidak terjadinya penybarluasan narkotika di Indonesia dan dapat menekan
kasus narkotika agar masyarakat Indonesia dapat sadar akan bahayanya
narkotika itu sendiri.

dan apabila setelah diberikannya pemaparan dan edukasi tentang bahaya


narkoba tetapi tetap menggunkannya maka akan di lakukan penangkapan dan
pemberantasan bagi yang telah terkena narkoba dan akan diproses sesuai
dengan hukum yang berlaku. Kecuali pengguna narkotika itu melaporkan
dirinya sendiri ke pihak BNN maka akan diberikan rehabilitasi untuk
memberikan jaminan penanganan kepada korban penyalahgunaan narkoba
melalui aspek hukum, aspek medis, aspek sosial, aspek spiritual dan
pengembangan pendidikan dan pelatihan dalam bidang NAPZA secara
terpadu agar terhindar dari kerusakan mental dan masa depan efek dari
penggunaan narkotika.

B. Saran
Dalam penegakan hukum tentang kasus narkotika ini diharapkan pihak
kepolisian dan BNN selalu kompak dalam berkerja sama memberantas
narkotika ini demi menyelamatkan masa depan masyarakat Indonesia dan
supaya masyarakat Indonesia tidak terjerumus kedalam bahanya narkotika itu
sendiri.

Anda mungkin juga menyukai