PENDAHULUAN
Tindak pidana Narkotika merupakan kejahatan yang terkategori extra
ordinary crime (kejahatan yang luar biasa). Extra Ordinary Crime adalah suatu
kejahatan yang berdampak besar dan multi dimensional terhadap sosial, budaya,
ekologi, ekonomi dan politik yang dapat dilihat dari akibat-akibat dari suatu
tindakan atau perbuatan yang ditemukan dan dikaji oleh berbagai lembaga
pemerintahan maupun lembaga non pemerintahan, nasional maupun internasional.
Artinya dampak yang ditimbulkan dari kejahatan tersebut tidak saja berdampak
1
Dosen Fakultas Hukum Universitas Panji Sakti.
Gambar 1
Sebaran Kasus Tindak Pidana Narkotika di Indonesia
Sumber: https://kompaspedia.kompas.id/baca/infografik/peta-tematik/tindak-
pidana-narkoba-di-indonesia
METODE
Jenis Penelitian yang digunakan adalah Jenis Penelitian Hukum Normatif atau
sering disebut Jenis Penelitian Hukum Doktrinal, karena yang diteliti adalah
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki,
menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I
bukan tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan memiliki, menyimpan, menguasai, atau
menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku
dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan
pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditambah 1/3 (sepertiga).
3. Pasal 117 menyatakan:
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki,
menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan II,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan memiliki, menyimpan, menguasai, menyediakan
Narkotika Golongan II sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya
melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana
denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3
(sepertiga).
4. Pasal 122 menyatakan:
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki,
menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan III,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan
paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
Norma Kabur (vage normen / vaque norm) merupakan istilah yang digunakan
untuk norma yang rumusannya tidak jelas atau kurang jelas atau samar. Dalam
penulisan ini, norma kabur yang dimaksudkan tidak saja kabur dalam redaksi
penulisan kata atau kalimat dalam suatu norma tetapi juga pemaknaan terhadap
kata atau kalimat yang ada pada suatu norma. Artinya bisa saja dalam penulisan
kata atau kalimat sudah tepat tetapi pemaknaan terhadap kata atau kalimat
tersebut oleh pembaca bersifat multitafsir atau masing-masing orang menafsirkan
berbeda makna terhadap suatu kata atau kalimat dalam norma tersebut. Hal inilah
terjadi dalam beberapa pasal pada UU NO. 35 Tahun 2009. Norma seperti ini,
dalam praktik penerapannya memerlukan interpretasi norma, yang tentu memiliki
dampak-dampak negatif. Penggunaan interpretasi norma bersifat subyektif, yang
dapat memberikan pengaruh besar dalam pemberian makna terhadap suatu norma.
REKOMENDASI
Solusi yang dapat penulis sampaikan dalam tulisan ini adalah melakukan
perubahan dalam rumusan pasal dalam Pasal 54, Pasal 112, Pasal 117, Pasal 122
dan Pasal 127, sebagai berikut:
1. Pasal 54 hendaknya dihapuskan
2. Pasal 112, 117 dan 122 hendaknya ditambahkan kata “untuk orang lain”,
sehingga menyatakan sebagai berikut:
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki,
menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I
bukan tanaman untuk orang lain, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun
dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar
rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan memiliki, menyimpan, menguasai, atau
menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman untuk orang lain,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 5 (lima) gram,
pelaku dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana
penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditambah 1/3 (sepertiga).
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki,
menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan II
untuk orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3
(tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan memiliki, menyimpan, menguasai, menyediakan
Narkotika Golongan II untuk orang lain, sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima
belas) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
c. Pasal 122 menyatakan:
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki,
menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan III
untuk orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2
(dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan memiliki, menyimpan, menguasai, menyediakan
Narkotika Golongan III untuk orang lain, sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10
(sepuluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
3. Pasal 127 menyatakan:
DAFTAR PUSTAKA
A’an Efendi, Freddy Poernomo dan NG Indra S. Ranuh, Teori Hukum, Kedua
(Jakarta: Sinar Grafika, 2017)
Amiruddin dan Zainan Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, kesebelas
(Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2020)
Elisabeth Nurhaini Butarbutar, Metode Penelitian Hukum (Langkah-Langkah
Untuk Menemukan Kebenaran Dalam Ilmu Hukum), Kesatu (Bandung: Refika
Aditama, 2018)
Ibrahim, Johnny, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Kedua
(Malang: Bayumedia Publishing, 2006)
Nawawie, Mahfud Fahrazi dan KH. A. Hasyim, Pengantar Ilmu Hukum, Kesatu
(Bandung: Refika Aditama, 2019)
Santoso, Topo, Hukum Pidana Suatu Pengantar (Depok: Rajawali Pers, 2020)
Swardhana, Gde Made, Pengendalian Kenakalan Anak Berbasis Kearifan Lokal
Masyarakat Bali, Pertama (Yogyakarta: Genta Publishing, 2016)
Wignjosoebroto, Soetandyo, Hukum Konsep Dan Metode, Pertama (Malang:
Setara Press, 2013)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 5062)
https://kompaspedia.kompas.id/baca/infografik/peta-tematik/tindak-pidana-
narkoba-di-indonesia