Anda di halaman 1dari 8

MARET 2016, VOLUME 8 NOMOR 1

KONSEP PENYALAHGUNAAN WEWENANG DALAM UNDANG-UNDANG


TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA

Satriya Nugraha

Fakultas Hukum, Universitas PGRI Palangka Raya


Jln. Hiu Putih km.7 Tjilik Riwut Palangka Raya

Abstract: Research on the concept of abuse of authority in the Constitution


Corruption in Indonesia, elaborating the issue along with the concept of abuse of
authority in court decisions. Elaboration with normative research methods, in the
end produce shows that the formulation of the offense in Article 3 of Law PTPK
any inconsistency. Location of inconsistency is an element of the 1st offense
("with the intention of enriching themselves, others, or a corporation") formulated
in the material, while the 3rd element ("can harm the state finance or economy")
formulated formiel. On the basis of this thought, the elements of offense "abusing
authority, opportunity, or means at its disposal because position/his post". As a
solution, presumably with a given trait in haeren between the concept of
"unlawful" with the concept of "abuse of authority" and in the practice of
evidence of abuse of authority is a difficult thing, because to assess the abuse of
authority related to the factual, it is advisable to Article 3 of Law No. 31 Year
1999 jo. Law No. 20 of 2001 removed only. The other reason is: the element of
unlawfulness in Article 2 of Law No. 31 Year 1999 jo. Law No. 20 of 2001 has
been able to accommodate elements of "abuse of authority", because "abuse of
authority" is a "species" of the "genus" of the element "unlawful”.

Keywords: abuse, authority, corruption, inconsistency

PENDAHULUAN hun 2000 yang menyeret anggota DPRD


karena menafsirkan kata “dan lain-lain” un-
Perkara korupsi saat ini merupakan suatu tuk membayarkan premi asuransi para ang-
hal yang sangat menarik untuk dibicarakan. gota DPRD tersebut.
Apalagi jika tindak pidana korupsi dilakukan Dimana jika terjadi kerugian keuangan
oleh pejabat pemerintahan yang terkenal dan negara maka sudah dapat dikualifikasikan
memiliki image bersih dan merakyat. Tindak sebagai tindak pidana korupsi.
pidana korupsi oleh pejabat pemerintah Kedua adalah mengenai pertanggungja-
kebanyakan diawali dengan adanya penyim- waban terhadap penyalahgunaan wewenang
pangan administratif. Patokan untuk melihat yang menyebabkan terjadinya tindak pidana
hal tersebut yang pertama adalah apakah ada korupsi. Pertanggungjawaban tersebut menu-
samenhang antara klausula yang menye- rut Hukum Administrasi merupakan tang-
babkan terjadinya penyimpangan adminis- gungjawab yang bersifat tunggal yang artinya
tratif dengan kerugian yang menjadi kon- top leaderlah yang menjadi pelaku utama-
sekuensinya. Sebagai contoh PP No. 10 Ta- nya.

15
JURNAL SOCIOSCIENTIA KOPERTIS WILAYAH XI

Ketiga adalah kata “dapat” dalam frasa Dalam konsep hukum administrasi, se-
“dapat menimbulkan kerugian keuangan ne- tiap pemberian wewenang kepada suatu ba-
gara dan perekonomian negara”. Penjelasan dan atau kepada pejabat administrasi negara
diatas dirumuskan sebagai delik formil, yaitu selalu disertai dengan “tujuan dan maksud“
adanya tindak pidana korupsi terjadi karena diberikannya wewenang itu, sehingga penera-
sudah dipenuhi unsur-unsur yang sudah di- pan wewenang itu harus sesuai dengan “tuju-
rumuskan oleh delik, tidak didasarkan pada an dan maksud“ diberikannya wewenang itu.
timbulnya akibat. Penjelasan ini berarti, ada- Dalam hal penggunaan wewenang tersebut
nya potensial loss saja sudah memiliki unsur tidak sesuai dengan “tujuan dan maksud“
yang cukup untuk membuktikan terjadinya pemberian wewenang itu maka telah me-
tindak pidana korupsi. lakukan penyalahgunaan wewenang (“détour-
Kewenangan atau wewenang memiliki nement de pouvoir”).
kedudukan penting dalam kajian hukum tata Parameter “tujuan dan maksud“ pembe-
negara dan hukum administrasi. Begitu pen- rian wewenang dalam menentukan terjadinya
tingnya kedudukan wewenang ini sehingga penyalahgunaan wewenang dikenal dengan
F.A.M. Stroink dan J.G. Steenbeek menyata- asas spesialitas (specialialiteitsbeginsel).
kan: “Het begrip bevoegdheid is dan ook Asas ini dikembangkan oleh Mariette Kobus-
een kernbegrip in het staats en administratief sen dalam bukunya yang berjudul De Vrij-
recht” (F.A.M. Stroink, 1985:26). heid Van De Overheid. Secara substansial
Istilah wewenang atau kewenangan dise- specialialiteitsbeginsel mengandung makna
jajarkan dengan “authority” dalam bahasa bahwa setiap kewenangan memiliki tujuan
Inggris dan “bevoegdheid” dalam bahasa Be- tertentu. Dalam kepustakaan hukum adminis-
landa. Authority dalam Black `S Law Dic- trasi sudah lama dikenal asas zuiverheid van
tionary diartikan sebagai Legal power; a oogmerk (ketajaman arah atau tujuan). Me-
right to command or to act; the right and nyimpang dari asas ini akan melahirkan “dé-
power of public officers to require obedience tournement de pouvoir”.
to their orders lawfully issued in scope of Penyalahgunaan wewenang dalam terdi-
their public duties (Henry Campbell Black, ri dari:
1990:133). "Bevoegdheid" dalam istilah Hu- 1. Diskresi
kum Belanda, Phillipus M. Hadjon memberi- Philipus M. Hadjon menyatakan untuk
kan catatan berkaitan dengan penggunaan memudahkan memberikan pemahaman ten-
istilah “wewenang” dan “bevoegdheid”. Isti- tang kekuasaan bebas atau kekuasaan diskresi
lah "bevoegdheid" digunakan dalam konsep dengan cara melihat ruang lingkupnya. Ke-
hukum privat dan hukum publik, sedangkan kuasaan bebas atau kekuasaan diskresi me-
"wewenang" selalu digunakan dalam konsep liputi: (a) kewenangan untuk memutus sen-
hukum publik. diri, (b) kewenangan interpretasi terhadap
Penyalahgunaan wewenang dianggap sa- norma-norma tersamar atau vage normen
ma dengan unsur melawan hukum. Seperti ki- (Philipus M. Hadjon, 2004:6).
ta ketahui bahwa Unsur "melawan hukum" Pendapat Indriyanto Seno Adji yang me-
merupakan "genus"nya, sedangkan unsur "pe- ngutip dari W. Konijnenbelt menyatakan bah-
nyalahgunaan wewenang" adalah "species" wa untuk mengukur penyalahgunaan wewe-
nya. "Penyalahgunaan wewenang" subjek nang dengan menggunakan parameter seba-
deliknya adalah pegawai negeri atau pejabat gai berikut: (a) unsur menyalahgunakan ke-
publik, berbeda dengan unsur "melawan hu- wenangan dinilai ada tidaknya pelanggaran
kum" subjek deliknya setiap orang. terhadap peraturan dasar tertulis atau asas ke-

KONSEP PENYALAHGUNAAN WEWENANG DALAM UNDANG-UNDANG TINDAK PIDANA KORUPSI


DI INDONESIA
16
Satriya Nugraha
MARET 2016, VOLUME 8 NOMOR 1

patutan yang hidup dalam masyarakat dan dana jika dengan penyalahgunaan wewenang
negara ini. Kriteria dan parameternya bersifat menimbulkan kerugian negara.
alternatif. (b) Asas kepatutan dalam rangka
melaksanakan suatu kebijakan atau zorgvul- PEMBAHASAN
digheid ini diterapkan apabila tidak ada per-
aturan dasar ataupun Asas Kepatutan ini di- Delik penyalahgunaan wewenang dalam
terapkan apabila ada peraturan dasar, sedang- tindak pidana korupsi diatur dalam Pasal 3
kan peraturan dasar (tertulis) itu nyatanya UU PTPK, yang dinyatakan sebagai berikut:
tidak dapat diterapkan pada kondisi dan ke- Setiap orang yang dengan tujuan mengun-
adaan tertentu yang mendesak sifatnya (Indri- tungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
yanto Seno Adji, 2009:75-76). korporasi, menyalahgunakan kewenangan,
Parameter penyalahgunaan wewenang kesempatan, atau sarana yang ada padanya
pada jenis wewenang terikat menggunakan karena jabatan atau kedudukan yang dapat
peraturan perundang-undangan (written ru- merugikan keuangan negara atau perekono-
les), atau menggunakan parameter asas lega- mian negara, dipidana dengan pidana seumur
litas; sedangkan pada kewenangan bebas (dis- hidup atau pidana penjara paling singkat 1
kresi) parameter penyalahgunaan wewenang (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
menggunakan asas-asas umum pemerintahan tahun dan atau denda paling sedikit Rp
yang baik, karena asas “wetmatigheid” tidak- 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan
lah memadai. paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
2. Cacat Prosedur milyar rupiah).
Di dalam hukum administrasi asas legali- Pasal 3 UU PTPK dapat diuraikan unsur-
tas/keabsahan (legaliteit beginsel/wetmati- unsur deliknya adalah sebagai berikut: (a)
gheid van bestuur) mencakup 3 (tiga) aspek dengan tujuan menguntungkan diri sendiri
yaitu: wewenang, prosedur dan substansi. atau orang lain atau suatu korporasi; (b) me-
Artinya wewenang, prosedur maupun sub- nyalahgunakan kewenangan, kesempatan,
stansi harus berdasarkan peraturan perun- atau sarana yang ada padanya karena jabatan
dang-undangan (asas legalitas), karena pada atau kedudukan; (c) yang dapat merugikan
peraturan perundang-undangan tersebut su- keuangan negara atau perekonomian negara
dah ditentukan tujuan diberikannya wewe- (K. Wantjik Saleh, 1983:51).
nang kepada pejabat administrasi, bagaimana Unsur yang khas dari tindak pidana ko-
prosedur untuk mencapai suatu tujuan serta rupsi dibandingkan dengan KUHP yaitu:
menyangkut tentang substansinya. ”memperkaya atau menguntungkan diri sen-
Di dalam praktik peradilan sering diper- diri atau orang lain atau suatu badan, me-
tukarkan/dicampur adukan antara penyalah- nyalahgunakan jabatan atau kedudukan dan
gunaan wewenang dengan cacat prosedur merugikan keuangan Negara.”
yang seolah-olah cacat prosedur itu in haeren Sehubungan dengan perumusan “dengan
dengan penyalahgunaan wewenang (Nur Ba- tujuan menguntungkan...” yang ditentukan
suki Minarno, 2009:82-85). dalam Pasal 3 UU PTPK, Andi Hamzah ber-
Terbuktinya penyalahgunaan wewenang pendapat bahwa rumusan tersebut dimaksud-
membawa implikasi yang lebih luas diban- kan mempermudah dalam segi pembuktian-
dingkan dengan adanya cacat prosedur, yaitu nya, bila dibandingkan dengan “memperka-
di samping berakibat pada pencabutan ke- ya diri sendiri, .... “seperti yang tercantum
tetapan (beschikking) bisa berimplikasi pi- dalam Pasal 2 UU PTPK ex Pasal 1 ayat (1)

17
JURNAL SOCIOSCIENTIA KOPERTIS WILAYAH XI

sub a UU Nomor 3 Tahun 1971 (Andi Ham- karena itu penuntut umum tidak perlu pula
zah, 2006:103-104). secara eksplisit membuktikan bahwa per-
Unsur “dengan tujuan menguntungkan buatan “dengan tujuan menguntungkan ....”
diri sendiri atau orang lain atau suatu korpo- disengaja atau karena kealfaan. Hal yang ter-
rasi” menurut Andi Hamzah adalah sengaja penting untuk dibuktikan adalah dengan per-
tingkat I (sengaja sebagai maksud atau opzet buatan penyalahgunaan wewenang bertujuan
met oogmerk). Berbeda halnya dengan Pasal dengan maksud untuk menguntungkan diri
2 UU PTPK yang dengan frasa “memperkaya sendiri, orang lain atau suatu korporasi. Frasa
diri sendiri, orang lain, atau suatu korporasi” “dengan tujuan menguntungkan....” secara
berarti sengaja dalam 3 (tiga) bentuk yaitu implisit sudah terkandung unsur kesenga-
kesengajaan dengan maksud, kesengajaan de- jaan. Unsur dolus atau sengaja ditempatkan di
ngan kepastian, dan kesengajaan dengan ke- depan maka dolus/kesengajaan mencakup
mungkinan (dolus eventualis). unsur-unsur delik berikutnya, termasuk juga
Inilah penyebab rancunya dakwaan ter- penyalahgunaan wewenang.
hadap Neloe dan kawan-kawan (kasus Bank Apakah arti “dengan tujuan mengun-
Mandiri) karena penuntut umum mengikuti tungkan ...”? P.A.F. Lamintang memberikan
pendapat BPK bahwa kekurang hati-hatian pengertian memperoleh keuntungan atau me-
dalam perbankan adalah perbuatan melawan nguntungkan adalah memperoleh atau me-
hukum dalam arti materiel, padahal seluruh nambah kekayaan dari yang sudah ada
perbuatan korupsi termasuk Pasal 2 dan Pasal (P.A.F. Lamintang, 1991:276). Perolehan ke-
3 UU PTPK harus dilakukan dengan sengaja. untungan atau bertambahnya kekayaan pe-
Kesukaran yang ada dalam menentukan laku (diri sendiri), orang lain, atau suatu kor-
corak kesengajaan sebagai kemungkinan, porasi secara materiel harus terjadi. Dimak-
Moeljatno mengusulkan penggunaan teori sud dengan kekayaan adalah tidak semata-
“inkauf nehmen” (teori “apa boleh buat”). mata berupa benda atau uang saja, tetapi se-
Dalam teori ini diperlukan adanya dua syarat: gala sesuatu yang dapat dinilai dengan uang.
(a) terdakwa mengetahui kemungkinan ada- Dari perumusan tersebut mengandung arti de-
nya akibat/keadaan yang merupakan delik; ngan perbuatan penyalahgunaan wewenang,
(b) sikapnya terhadap kemungkinan itu andai- kesempatan, atau sarana yang ada padanya
kata sungguh timbul, ialah apa boleh buat, karena jabatan atau kedudukan mengakibat-
dapat disetujui dan berani pikul risikonya kan pelaku, orang lain atau korporasi mem-
(Frank dan Von Hippel, 1983:175-176). peroleh keuntungan atau kekayaannya ber-
Dari paparan teori yang telah dikemuka- tambah, di sisi lain keuangan negara atau per-
kan di atas dapat diambil suatu kesimpulan ekonomian negara dirugikan.
bahwa “dengan tujuan menguntungkan: ....” Selanjutnya Unsur “menyalahgunakan
adalah kesalahan (schuld) dalam bentuk kese- kewenangan, kesempatan atau sarana yang
ngajaan (dolus/opzet). Lebih khusus lagi se- ada padanya karena kedudukan atau jabatan”.
bagai kesengajaan yang bercorak sebagai Penyalahgunaan wewenang termasuk sebagai
maksud penyalahgunaan wewenang tidak delik (bestanddeel delict) tindak pidana ko-
akan terjadi karena kealfaan, karena pada da- rupsi sejak Peraturan Penguasa Militer tahun
sarnya penyalahgunaan wewenang dilakukan l957 sampai sekarang (Hermianti Hadiati
dengan sadar atau sengaja (Amir Syamsu- Koeswadji, 2009). Hanya saja dalam peratu-
ddin, 2004:212-213). ran atau undang-undang yang pernah berlaku
Dalam Pasal 3 UU PTPK tidak secara tersebut tidak sekalipun memberikan penjela-
eksplisit merumuskan kata “sengaja”, oleh san yang memadai. Tidak adanya penjelasan

KONSEP PENYALAHGUNAAN WEWENANG DALAM UNDANG-UNDANG TINDAK PIDANA KORUPSI


DI INDONESIA
18
Satriya Nugraha
MARET 2016, VOLUME 8 NOMOR 1

tentang penyalahgunaan wewenang dalam tangan dengan UU atau kepentingan hukum


peraturan atau undang-undang akan memba- (perbuatan maupun akibat) yang disebut da-
wa implikasi interpretasi yang beragam. Hal lam UU (hukum tertulis atau sumber hukum
tersebut sangat berbeda sekali dengan penje- formal). Jadi “hukum” diartikan sama dengan
lasan tentang “melawan hukum” (weder- UU (“wet”). Oleh karena itu SMH formal
rechtelijkheid) yang dirasakan sudah cukup identik dengan “onwetmatige daad” (b) Sifat
memadai, meskipun demikian dalam penera- Melawan Hukum Materiel: identik dengan
pannya masih “debateble”. melawan/bertentangan dengan hukum tidak
Di dalam referensi hukum sering dijum- tertulis atau hukum yang hidup (unwritten
pai penggunaan istilah “melawan hukum” law the living law), bertentangan dengan
(wederrechtelijkheid) dan “melanggar hu- asas-asas kepatutan atau nilai-nilai (dan nor-
kum” (onrechtmatige daad). Penggunaan dua ma) kehidupan sosial dalam masyarakat (ter-
istilah tersebut sering kali dipertukarkan. masuk tata susila dan hukum kebiasaan/adat).
Istilah “melanggar hukum” lazim diperguna- Jadi singkatnya, “hukum” tidak dimaknai se-
kan dalam ranah hukum perdata, sedangkan cara formal sebagai “wet”, tetapi dimaknai
“melawan hukum” lazim dipergunakan dalam secara materiel ”recht”. Oleh karena itu SMH
ranah hukum pidana. Dalam hukum pidana Materiel identik dengan “onrechtmatige
unsur “melawan hukum” dibatasi daya ber- daad”. (Arief, 2004:2-4).
lakunya oleh “Asas Legalitas” (Pasal 1 ayat Penyalahgunaan wewenang merupakan
(1) KUHP), sedangkan “melanggar hukum” salah satu bentuk dari “onrechtmatige daad”.
mempunyai cakupan yang lebih luas, tidak Penyalahgunaan wewenang merupakan “spe-
hanya terbatas pada “writtenlaw” tetapi juga cies” dari “genus”nya “onrechtmatige daad”.
“unwritten law”/“the living law”. Sementara Bagian inti delik (“bestanddelen”) de-
itu dalam UU PTPK pengertian unsur me- ngan unsur delik (element delict) merupakan
lawan hukum meliputi formil dan materil, hal yang berbeda. Hal tersebut dinyatakan
yang identik dengan pengertian “onrechtma- oleh Van Bemmelen dengan mengartikan
tige daad”. Sapardjaja (2002) menyatakan “bestanddelen” sebagai unsur yang secara
Onrechtmatigheid atau wederrechtelijkheid tegas dalam perumusan delik, sedangkan
atau unlawfulness dapat diterjemahkan sifat “element” sebagai yang terbenih (in haerent)
melawan hukum atau bersifat melawan hu- didalam rumusan delik. Sedangkan, Haze-
kum. Selanjutnya dikatakan dengan mengu- winkel Suringa menggunakan istilah “Samen-
tip pendapat Rutten, perubahan BW pada ta- stellen de elementen” sama dengan “Be-
hun 1824 perkataan “wederrechtelijk” diubah standdelen”, sedangkan “Kenmerk” sama de-
ke dalam perkataan “Onrechtmatigheid” (Sa- ngan “element” (Hazewinkel-Suringa, 2006:
pardjaja, 2006: 90-91). Barda Nawawi Arief 103-104). Adji (2001) menguraikan unsur-
melakukan identifikasi adanya pemahaman unsur Pasal 3 sebagai berikut “menyalah-
sifat melawan hukum materil. Pandangan gunakan kewenangan” sebagai “bestanddeel
pertama melihat makna materil dari sifat/ha- delict” dan “dengan tujuan menguntungkan
kikat perbuatan terlarang dalam undang-un- .....” sebagai “element delict”. “Bestanddeel
dang, untuk pandangan kedua dari sudut sum- delict” selalu berhubungan dengan perbuatan
ber hukum. Menurut pandangan kedua, mak- yang dapat dipidana (strafbare handeling),
na atau pengertian Sifat Melawan Hukum sedangkan elemen delik itu tidak menentukan
Formal dan Sifat Melawan Hukum Materil suatu perbuatan dapat dipidana atau tidak
sebagai berikut: (a) Sifat Melawan Hukum (Adji, 2009:23). Oleh karenanya jika penya-
Formal: identik dengan melawan/berten-

19
JURNAL SOCIOSCIENTIA KOPERTIS WILAYAH XI

lahgunaan wewenang tidak terbukti maka un- konsep-konsep dan parameter-parameter ya-
sur yang lain tidak perlu untuk dibuktikan. ng berlaku dalam hukum administrasi.
Andi Hamzah tidak sependapat dengan Selanjutnya Darwan Prist (2002:34)
Indriyanto Seno Adji dengan menyatakan mengartikan kewenangan sebagai kekuasaan
bahwa: “menyalahgunakan kewenangan, ke- atau hak sehingga penyalahgunaan wewe-
sempatan, atau sarana yang ada padanya ka- nang adalah penyalahgunaan kekuasaan atau
rena jabatan atau kedudukan” dan “dengan penyalahgunaan hak. Selanjutnya dikatakan,
tujuan menguntungkan diri sendiri, orang menyalahgunakan kesempatan berarti me-
lain, atau suatu korporasi” keduanya adalah nyalahgunakan waktu yang ada padanya da-
bagian inti delik (“bestanddeel delict”) ka- lam kedudukan atau jabatannya itu. Semen-
rena tertulis dalam rumusan delik, yang oleh tara menyalahgunakan sarana berarti menya-
karenanya menjadi elemen delik, menurut lahgunakan alat-alat atau perlengkapan yang
Schaffmeister menyebut “melawan hukum ada padanya karena jabatan atau kedudukan
secara khusus”(Schaffmeister, 2009:43). Ber- itu (Darwan Prist, 2002:34). Pendapat dari
beda halnya dengan unsur “melawan hukum” Darwan Prinst mencampur adukan antara ke-
(wederrechtelijk), tidak secara eksplisit diten- wenangan dengan kekuasaan, padahal konsep
tukan sebagai unsur delik dalam Pasal 3 UU kewenangan dengan kekuasaan merupakan
PTPK, menurut Schaffmeister menyebut hal yang sangat berbeda (Bagir Manan,2009).
“melawan hukum secara umum,” (Schaff- Kewenangan akan melahirkan kekuasaan,
meister, 2009:43) jaksa tidak perlu men- tetapi tidak selalu untuk sebaliknya. Selanjut-
cantumkan dalam dakwaan dan tidak perlu nya, kewenangan diartikan sebagai hak pada-
pula untuk dibuktikan. Jika terdakwa/pena- hal keduanya merupakan hal yang berbeda
sehat hukumnya membuktikan bahwa tidak karena kewenangan berkonotasi publik (kon-
ada unsur (element) melawan hukum dalam sep hukum publik/hukum administrasi atau
Pasal 3 UU PTPK dan hal tersebut dapat di- hukum tata negara) sedangkan hak berkono-
buktikan, maka putusannya adalah lepas dari tasi privat (konsep hukum privat/hukum per-
segala tuntutan hukum (ontslaag). Berbeda data).
halnya dengan pembuktian unsur “melawan Pada Frasa berikutnya “.... kesempatan,
hukum” dalam Pasal 2 UU PTPK. Jika unsur atau sarana yang ada padanya karena jabatan
“melawan hukum” dalam Pasal 2 UU PTPK atau kedudukan”, Darwan Prinst mengartikan
tidak terbukti, maka putusannya berupa pem- kesempatan terkait dengan waktu sedangkan
bebasan (vrijspraak), karena unsur “melawan sarana terkait dengan alat-alat perlengkapan
hukum” bagian inti delik dan hal itu dican- (Bagir Manan, 2009), pendapat tersebut ter-
tumkan dalam dakwaan. Dari penelusuran re- lalu sederhana. Dari frasa tersebut harus di-
ferensi yang telah dilakukan, sarjana atau pa- tafsirkan secara komprehensif, tidak boleh
kar yang terkelompokkan dalam hukum pida- sepotong-sepotong. Dalam Pasal 3 UU PTPK
na tidak memberikan definisi atau batasan tersebut harus dipahami bahwa dengan ja-
pengertian tentang penyalahgunaan wewe- batan atau kedudukan akan melahirkan suatu
nang secara memadai. Selain dari pada itu kewenangan, kesempatan dan mendapatkan
tidak ada satupun pernyataan dari pakar hu- sarana. Jadi kesempatan atau sarana cakupan-
kum pidana bahwa penyalahgunaan wewe- nya lebih luas dari apa yang telah dipaparkan
nang merupakan ranah hukum administrasi, oleh Darwan Prinst. Leden Marpaung mem-
tetapi di dalam praktik peradilan pembuktian berikan pengertian menyalahgunakan kewe-
penyalahgunaan wewenang dikaitkan dengan nangan, kesempatan atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukan ada-

KONSEP PENYALAHGUNAAN WEWENANG DALAM UNDANG-UNDANG TINDAK PIDANA KORUPSI


DI INDONESIA
20
Satriya Nugraha
MARET 2016, VOLUME 8 NOMOR 1

lah bahwa yang bersangkutan melakukan per- suatu korporasi” maka delik tersebut merupa-
buatan yang bertentangan dengan hak dan ke- kan delik kesengajaan (dolus), delik ke-
wajibannya. Selanjutnya untuk menggambar- sengajaan dalam bentuk kesengajaan tingkat I
kan apa yang dimaksud, yang bersangkutan (kesengajaan dengan maksud), berbeda hal-
memberikan contoh: (1) A diwajibkan melak- nya dengan ”memperkaya diri sendiri, orang
sanakan suatu pekerjaan. Ternyata pekerjaan lain, atau suatu korporasi” dalam Pasal 2 UU
baru selesai 40% telah dinyatakan selesai PTPK adalah 3 (tiga) bentuk kesengajaan
100%; (2) B ditugaskan membeli 100 mesin yaitu kesengajaan dengan maksud, kesengaja-
baru. Ternyata yang dibeli 100 mesin bekas an dengan kepastian/keharusan, dan kesenga-
(Leden Marpaung, 2004:45). jaan dengan kemungkinan (dolus eventualis).
Contoh yang telah diberikan oleh Leden Atas dasar pendirian tersebut, delik dalam
Marpaung terlalu sumir karena A dan B tidak Pasal 3 UU PTPK tidaklah terjadi delik dilak-
jelas kapasitas sebagai pejabat atau tidak. Jika sanakan dengan kealfaan (culpa).
subjeknya adalah pejabat maka perbuatan Kata ”dapat” dalam frasa ”dapat merugi-
tersebut dapat diklasifikasikan penyalahgu- kan Negara atau perekonomian negara” me-
naan wewenang, sebaliknya kalau subjeknya nunjukkan bahwa unsur delik tersebut diru-
bukan pejabat masuk dalam klasifikasi per- muskan secara formil, hal tersebut dinyata-
buatan melawan hukum. kan secara tegas dalam Penjelasan Pasal 2
Pemberian wewenang kepada pejabat UU PTPK. Pada delik formil akibat yang
akan melahirkan hak dan kewajiban untuk dilarang tidak perlu terjadi, berbeda halnya
mencapai tujuan dan maksud yang telah di- dengan delik yang dirumuskan secara mate-
tentukan dalam peraturan perundang-unda- riel. Kata ”dapat” mempunyai pengertian
ngan. Penyimpangan terhadap maksud dan ”potensi”, potensi adanya kerugian Negara
tujuan yang telah ditentukan dikategorikan atau perekonomian Negara sudahlah cukup
sebagai penyalahgunaan wewenang. Sudarto untuk membuktikan bahwa unsur ke-3 dari
mengingatkan istilah “kedudukan” disamping Pasal 3 UU PTPK terpenuhi.
perkataan “jabatan” adalah meragukan. Kalau Kata ”dapat” dalam Pasal 3 UU PTPK,
“kedudukan” ini diartikan “fungsi” pada demikian pula dalam Pasal 2 UU PTPK,
umumnya, maka seorang direktur bank menimbulkan inkonsistensi dalam perumusan
swasta juga mempunyai kedudukan”(Sudarto, deliknya. Letak inkonsistensi adalah unsur
1997:142). Demikian pula Andi Hamzah delik ke-1 (”dengan tujuan menguntungkan
mempertanyakan bahwa: apakah kedudukan diri sendiri, orang lain, atau suatu korporasi”)
di sini meliputi swasta?, selanjutnya dikata- dirumuskan secara materil, sedangkan unsur
kan “kedudukan” sama dengan “position” da- ke-3 (”dapat merugikan keuangan Negara
lam bahasa Inggris. atau perekonomian negara”) dirumuskan se-
cara formil.
PENUTUP Unsur delik ”Menyalahgunakan Kewe-
nangan, Kesempatan, atau Sarana yang Ada
Perumusan delik dalam Pasal 3 UU Padanya Karena Kedudukan/Jabatannya”.
PTPK terjadi inkonsistensi. Dalam satu delik Détournement de pouvoir atau a bus de droit
terdapat unsure delik yang dirumuskan se- dalam kepustakaan hukum administrasi diter-
bagai delik materiel, untuk unsure delik yang jemahkan dengan penyalahgunaan wewe-
lain dirumuskan sebagai delik formil. Di- nang, oleh karenanya dalam penulisan ini
rumuskannya unsure delik ”dengan tujuan istilah yang dipergunakan adalah penyalah-
menguntungkan diri sendiri, orang lain, atau gunaan wewenang, sedangkan dalam UU

21
JURNAL SOCIOSCIENTIA KOPERTIS WILAYAH XI

PTPK mempergunakan istilah menyalahgu- Moeljatno. 1983. Asas-Asas Hukum Pidana.


nakan kewenangan. Sebenarnya antara istilah Jakarta: Bina Aksara.
penyalahgunaan wewenang dengan menya- Prinst, Darwan. 2002. Pemberantasan Tindak
lahgunakan wewenang tidak ada perbedaan Pidana Korupsi. Bandung: Citra Aditya
pengertian. Bakti.
Sapardjaja, Komariah Emong. 2002. Ajaran
DAFTAR PUSTAKA Sifat Melawan Hukum Materil dalam
Hukum Pidana Indonesia. Bandung:
Adji, Indriyanto Seno Adji. 2001. Korupsi Alumni.
dan Hukum Pidana. Jakarta: Kantor -------. 2004. Discretionary Power dan Asas-
Pengacara & Konsultasi Hukum “Prof. Asas Umum Pemerintahan yang Baik
Oemar Seno Adji, S.H. & Rekan”. (AAUPB). Makalah, Disampaikan da-
Algra, N.E., et al. 1977. Kamus Istilah Hu- lam Seminar Nasional “Aspek Pertang-
kum. Fockema Andreae Belanda- gungjawaban Pidana Dalam Kebijakan
Indonesia, H.D. Tjeenk Willink, Publik Dari Tindak Pidana Korupsi”,
Alphen aan den Rijn. Semarang, 6-7 Mei 2004.
Arief, Barda Nawawi. 1996. Bunga Rampai
Kebijakan Hukum Pidana. Bandung: Peraturan Perundang-undangan
Citra Aditya Bakti. Undang-undang Dasar Republik Indonesia
Atmasasmita, Romly, 2003. Pengantar Hu- Tahun 1945.
kum Kejahatan Bisnis, Jakarta, Prenada Kitab Undang-undang Hukum Pidana.
Media. Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.
Bruggink, J.J.H. 1996. Recht sreflecties. Alih Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
Bahasa Arief Sidharta. Bandung: Citra Undang-undang Tindak Pidana Korupsi No.
Aditya Bakti. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan
Hamzah, Andi. 2005. Asas-Asas Hukum Pi- Tindak Pidana Korupsi sebagaimana
dana. Jakarta: Yarsif Watampone. telah dirubah dengan Undang-undang
------. 1991. Korupsi di Indonesia, Masalah No. 20 tahun 2001 tentang Perubahan
dan Pemecahannya. Cetakan ke-3 atas Undang-undang No.31 tahun 1999
Jakarta: Gramedia Pustaka. tentang Pemberantasan Tindak Pidana
-------. 2005. Pemberantasan Korupsi Mela- Korupsi.
lui Hukum Pidana Nasional dan Undang-undang No.17 tahun 2003 tentang
Interna-sional. Jakarta: Raja Grafindo Keuangan Negara.
Persada. Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tentang
-------. 2005. Perbandingan Pemberantasan Pembendaharaan Negara.
Korupsi di Berbagai Negara. Jakarta: Undang-undang No. 12 tahun 2011 tentang
Sinar Grafika. Pembentukan Peraturan Peraturan Per-
Lamintang, P.A.F. 1997. Dasar-Dasar Hu- undang-undangan.
kum Pidana Indonesia. Bandung: Citra Undang-undang No. 15 tahun 2004 tentang
Aditya Bakti. Pemeriksaan Pengelolaan Pertanggung
Marpaung, Leden. 2004. Tindak Pidana Ko- Jawaban Keuangan Negara.
rupsi Pemberantasan dan Pencegahan.
Edisi Revisi. Jakarta: Djambatan.

KONSEP PENYALAHGUNAAN WEWENANG DALAM UNDANG-UNDANG TINDAK PIDANA KORUPSI


DI INDONESIA
22
Satriya Nugraha

Anda mungkin juga menyukai