Oleh :
Rima Marta Ajeng Septiana
2012011143
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2022
A. JUDUL
DISKRESI KEPOLISIAN TERKAIT METODE PEMBELIAN TERSELUBUNG
(UNDERCOVER BUY) DALAM UPAYA PENYELIDIKAN TINDAK PIDANA
NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA DI POLDA LAMPUNG.
B. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Peredaran gelap narkotika di Indonesia kian mengkhawatirkan, saat ini
narkotika bukan menjadi hal yang hanya bisa dikonsumsi bagi masyarakat di
kota besar saja, melainkan bagi masyarakat di pedalaman-pun narkotika tidak
lagi menjadi barang langka. Ironisnya, tidak hanya di kalangan dewasa saja
narkotika begitu dikenal dan di konsumsi, tetapi di kalangan remaja dan anak di
bawah umur pun juga sudah mengenal barang tersebut. Narkotika adalah
masalah nasional dan internasional karena penyalahgunaannya akan berdampak
negatif terhadap kehidupan masyarakat, masa depan bangsa dan negara. Hukum
Pidana juga menegaskan bahwa penyalahgunaan obat-obatan dan narkotika ini,
baik menggunakan atau memakai, merupakan suatu tindak kejahatan yang oleh
karena itu tindakan tersebut bisa dikenai sanksi pidana. Pencegahan dan
pemberantasan kejahatan narkotika agar tidak semakin meluas, maka sejak
tahun 1997 diberlakukan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1997 tentang
Narkotika. Kemudian seiring dengan kejahatan narkotika yang sudah
berkembang pesat, diperbaharuilah dengan perturan baru yakni Undang-Undang
Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika1.
Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara dan penegak hukum
yang diberikan kewenangan untuk menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat
Indonesia serta bertugas melindungi, mengayomi, menegakkan hukum
dilingkungan masyarakat serta juga melayani masyarakat demi keamanan dan
ketentraman dalam bermasyarakat dimana ini terdapat didalam ketentuan pada pasal
30 ayat (4) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Polisi,
kepolisian dan perpolisian memang merupakan profesi yang sungguh unik dan
kompleks. Untuk sebagian penting hal itu disebabkan polisi benar-benar terjun
3
Zulhariki Putra, Pertanggung Jawaban Pidana Terhadap Penyidik Undercover Buy atau Perdagangan
terselubung Narkotika (UU No.35 tahun 2009) Di Wilayah Hukum Kalimantan Barat.Universitas Tanjungpura
Pontianak. 2016
langsung dan bergulat dengan masyarakat dalam upaya pemberantasan tindak
pidana penyalahgunaan narkotika.
Dalam PERKAP Nomor 6 tahun 2019 pada pasal 6 angka 1 dan 2 menjelaskan
sebagai berikut 4:
(1) Kegiatan penyelidikan dilakukan dengan cara :
a. Pengelolahan TKP;
b. Pengamatan (observasi);
c. Wawancara (interview);
4
Peraturan Kepala Kepolisian Nomor 6 tahun 2019 tentang Penyidikan Tindak Pidana
d. Pembuntutan (surveillance);
e. Penyamaran ( under cover);
f. Pelacakan (tracking); dan /atau
g. Penelitian dan analisis dokumen.
(2) Sasaran penyelidikan meliputi :
a. Orang;
b. Benda atau barang;
c. Tempat;
d. Peristiwa/kejadian; dan /atau
e. e. Kegiatan.
5
Haryiono, Bambang . Kebijakan Formulasi Sanksi Pidana terhadap Pelaku Tindak Pidana Narkkoba di
Indonesia. Universitas Diponegoro. 2009
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dan untuk membatasi
kajian agar tidak meluas, maka diambil pokok bahasan yang akan dibahas
dalam penulisan skripsi ini, yaitu:
a. Apa latar belakang dan dasar hukum penyidik POLRI menggunakan
diskresi terkait teknik atau metode “undercover buy” dalam menangani
masalah narkotika?
b. Bagaimana pelaksanaan prosedur diskresi terkait teknik atau metode
“undercover buy” dalam menangani masalah narkotika?
c. Apasaja kendala POLRI ketika menggunakan teknik atau metode
“undercover buy” dalam menangani masalah narkotika ?
3. Tujuan Penelitian
4. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuannya, penulis mengharapkan tugas akhir ini memiliki manfaat
sebagai berikut :
a. Secara Teoritis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan hukum pidana,
khususnya mengenai pengaturan hukum tentang diskresi terhadap
penyidikan tindak pidana narkoba melalui pembelian terselubung
(undercover buy) serta mekanisme dan kendala yang dialami oleh penyidik
dalam penerapan teknik pembelian terselubung.
b. Secara Praktis
1) Bagi Penulis, Penelitian ini dapat memperluas pengetahuan tentang
penerapan ilmu yang didapat selama perkuliahan di lapangan, serta
menambah wawasan Ilmu Hukum Pidana tentang diskresi penyidik
kepolisian terkait tindak pidana narkotika melalui teknik pembelian
terselubung.
2) Bagi Masyarakat, Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan
tentang kewenangan penyidikan terhadap tindak pidana narkotika
melalui teknik pembelian terselubung oleh pihak kepolisian.
5. Kegunaan Penelitian
a. Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah wawasan dalam
memecahkan suatu masalah baik bagi penulis maupun orang-orang atau
instansi yang menerapkan hasil penelitian.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam membantu menentukan
kebijakan-kebijakan atau keputusan yang nantinya akan diambil dalam
menyelesaikan suatu permasalahan.
C. TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan Umum Tentang Penyidik Menurut Undang-Undang
a. Menurut Kitab Undang – Undang Hukum Acara Pidana
Sebagaimana yang disebutkan di dalam Ketentuan Umum Pasal 1 angka 1
KUHAP "Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau
pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh
undang-undang untuk melakukan penyidikan". Tugas Penyidik adalah
melaksanakan penyidikan6. Sedangkan definisi dari Penyidikan diatur
dalam Ketentuan Umum Pasal 1 angka 2 KUHAP 7"Serangkaian tindakan
penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang
ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan
tersangkanya."
Wewenang penyidik yang dari pejabat Kepolisian negara diatur di dalam
Pasal 7 Ayat (1) KUHAP: "(1) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (1) huruf a karena kewajibannya mempunyai wewenang:
1) menerima Iaporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak
pidana;
2) melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;
6
Ngani Nico,I. Nyoman Budi Jaya dan Hasan Madani. 1984. Mengenal Hukum Acara Pidana: Bagian Umum
dan Penyidikan. Yogyakarta: Liberty.
7
Prodjohamidjojo, Martiman. 1990. Komentar Atas KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana).
Jakarta: Pradnya Paramita.
3) menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal
diri tersangka;
4) melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan;
5) melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
6) mengambil sidik jari dan memotret seorang
b. Menurut Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 6
tahun 2019 tentang Penyidikan Tindak Pidana
Dalam melaksanakan tugas penegakan hukum, Penyidik Kepolisian Negara
Republik Indonesia mempunyai tugas, fungsi, dan wewenang di bidang
penyidikan tindak pidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
yang dilaksanakan secara profesional, transparan dan akuntabel terhadap
setiap perkara pidana guna terwujudnya supremasi hukum yang
mencerminkan kepastian hukum, rasa keadilan dan kemanfaatan. Berikut
pengertian penyidik dan penyidikan menurut Peraturan Kepala Kepolisian
Republik Indonesia : Pasal 1 ayat (3) “Penyidik adalah pejabat Polri yang
diberi wewenang oleh undang – undang untuk melakukan penyidikan”
Pasal 1 ayat (2) 16 “Penyidikan adalah serangkaian tindakan Penyidik
dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang – undang untuk
mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang
tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya”
8
Tolib Efendi. 2014 . Dasar-Dasar Hukum Acara Pidana ; Perkembangan Dan Pembaharuanya di Indonesia,
Malang : Setara Press, 2014, Hlm 69.
berasal dari laporan atau pengaduan, diketahui sendiri oleh penyidik atau karena
tertangkap tangan sedang melakukan tindak pidana.9
Kata “pembelian” cukup jelas artinya yaitu suatu keadaan dimana suatu
pihak membeli sesuatu dari pihak lain. Sama halnya dengan “penyerahan yang
diawasi” maka disini pula diperjelas tentang siapa yang membeli, siapa yang
menjual, dan benda ada yang menjadi barang traksaksinya. Kemudian kata
“terselubung” mengandung arti tersembungi. Dalam hal ini penyidik
9
7 Andi Hamzah. 1989 . Pengantar Hukum Acara Pidana di Indonesia, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1989, Hlm
123.
10
HMA Kuffal. 2010. Penerapan KUHAP Dalam Praktik Hukum, Malang : UMM Press, 2010, Hlm 53.
11
Sapto Winengku, Umar Ma’ruf. Teknik Pembelian Terseluubung dalam Penyidikan Tindak Pidana
Narkotika. Jurnal Hukum Khaira Ummah Vol12.No 4 Desember 2017
menyembunyikan kedudukan sebenarnya sebagai penyidik dan berlaku sebagai
pecandu narkotika ataupun sebagai codistributior dalam penyaluran narkotika.12
tindak pidana Narkotika dapat kita lihat pengertiannya yaitu : Proses penyidikan
tindak pidana disebutkan: “pembelian terselubung” adalah suatu teknis khusus
dalam penyelidikan kejahatan narkotika dimana seorang informan atau anggota
polisi (dibawah selubung), bertindak sebagai pembeli dalam suatu transaksi gelap
jual beli narkotika dan psikotropika, dengan maksud pada saat terjadi hal tersebut,
si penjual atau perantara atau orang-orang yang berkaitan dengan supply narkotika
dan psikotropika dapat ditangkap berserta barang bukti yang apa padanya.14
D. METODE PENELITIAN
Metodologi penelitian adalah ilmu mengenai jenjang-jenjang yang harus dilalui
dalam suatu proses penelitian, atau ilmu yang membahas metode ilmiah dalam
mencari, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. Metode
penelitian merupakan hal yang mempunyai peran yang sangat penting dan
merupakan blueprint suatu penelitian, yang berarti segala gerak dan aktivitas
penelitian tercermin di dalam metode penelitian.15
12
Frankiano B.Randang, SH,MH . Teknik Penyidikan dalam Pasal 68 UU Narkotika dan Pasal 55 Huruf A UU
psitropika 2010
13
13 Ibid, hlm 25
14
Ana Marito Ompusunggu. 2019 . Teknik Pembelian Terselubung pada Tindak Pidana Narkotika .
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Universitas Borneo Tarakan .
15
Sri Mamudji dan dkk, Metode Penelitian dan Penulisan Hukum (Badan Penerbit Falkutas Hukum
Universitas Indonesia, 2005), hlm. 21.
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan penelitian
hukum normatif. Metode Pendekatan Penelitian ini menggunakan metode
pendekatan Yuridis sosiologis , artinya “suatu penelitian yang berusaha
memberikan gambaran secara menyeluruh, mendalam, tentang suatu keadaan
atau gejala yang diteliti”. Dalam hal ini memberikan gambaran serta uraian
secara terperinci tentang bagaimana peran penyidik kepolisian dalam
menangani kasus narkotika. Selain itu dalam penelitian ini juga dijelaskan
tentang prosedur dalam penanganan kasus narkotika dalam pelaksanaan
teknik khusus penyidik kepolisian dalam menangani kasus narkotika.
2. Tipe Penelitian
Tipe penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif, yang memaparkan
pengaturan hukum mengenai diskresi penyidik kepolisian terkait penerapan
metode pembelian terselubung dalam melakukan penyidikan terhadap tindak
pidana narkotika dan psikotropika
3. Pendekatan Masalah
Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan konseptual
(conceptual approach). Pendekatan perundang-undangan yang dilakukan
dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut
dengan diskresi penyidik kepolisian terkait penerapan metode pembelian
terselubung dalam melakukan penyidikan terhadap tindak pidana narkotika
dan psikotropika.
6. Pengolahan Data
Teknik pengolahan terhadap bahan hukum yang telah terkumpul dilakukan
dengan tahapan inventarisasi, identifikasi, klasifikasi dan melakukan
sistematisasi :
a. Inventarisasi, yaitu kegiatan pendahuluan bersifat dasar yang dilakukan
dengan membedakan antara bahan hukum primer, sekunder dan tersier yang
didasarkan pada relevansi isu hukum penelitian.
b. Identifikasi, yaitu proses melakukan pengorganisasian bahan hukum melalui
prosedur seleksi yang didasarkan pada 3 konsepsi pokok, yaitu bahan
hukum harus mempunyai kesesuaian atau relevansi dengan isu hukum,
bahan hukum primer harus dapat diinterpretasikan atau dikonstruksikan dan
bahan hukum harus mempunyai nilai atau standar baik dalam teori maupun
konsep hukum.
c. Klasifikasi bahan hukum dilakukan secara logis dan sitematis didasarkan
pada hakikat, jenis, dan sumbernya.
d. Sistematisasi, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis isi dan struktur
bahan hukum berdasarkan uraian masalah penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Sri Mamudji dan dkk. Metode Penelitian dan Penulisan Hukum. Depok.
(Badan Penerbit Falkutas Hukum Universitas Indonesia). 2005
B. Peraturan Perundang-Undangan
C. Jurnal