Anda di halaman 1dari 5

Legal Opinion

Lampung, 27 Juni 2021

Kepada Yth :

Panitia Seleksi Bidang Mooting Pusat Studi Bantuan Hukum Universitas Lampung

di Lampung.

Hal : Pendapat Hukum terhadap kasus uji materiil Pasal 46 ayat (1) huruf e dan huruf f ke Mahkamah
Konstitusi karena dianggap bertentangan dengan Pasal 28C ayat (2), Pasal 28D ayat (1), dan Pasal 33
ayat (4) UUD NRI 1945.

A.Posisi Kasus

1. Diundangkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2009 tentang Sumber Daya Air (UU SDA)
ditolak oleh Asosiasi Pengusaha Air Minum Dalam Kemasan (APAMDK).

2. APDMDK menyatakan bahwa UU SDA menghambat investasi di bidang penggunaan sumber


daya air untuk kepentingan usaha, padahal investasi di bidang penggunaan sumber daya air
untuk air minum dalam kemasan merupakan bagian dari pemenuhan kebutuhan air minum
bagi kepentingan umum.

3. UU SDA dianggap menghambat peran masyarakat (dunia usaha) untuk berpartisipasi dalam
pemenuhan kebutuhan air minum yang baik bagi masyarakat. Ketentuan dalam UU SDA
yang dianggap oleh APAMDK memiliki masalah konstitusional, yaitu Pasal 46 UU SDA.

4. Menurut APAMDK, ketentuan Pasal 46 ayat (1) huruf e dan huruf f yang mengatur:
a) prioritas utama penggunaan sumber daya air untuk kegiatan usaha diberikan kepada
badan usaha milik negara (BUMN), badan usaha milik daerah (BUMND), atau badan
usaha milik desa (BUMDes)
b) Pemberian izin penggunaan sumber daya air untuk kebutuhan usaha kepada pihak
swasta dapat dilakukan dengan syarat tertentu dan ketat setelah prinsip sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf a sampai dengan huruf e dipenuhi dan masih
terdapat ketersediaan air

5. pelaku usaha swasta yang berkeinginan ingin terlibat dalam upaya-upaya pemenuhan
kebutuhan air minum bagi masyarakat dengan memperoleh keuntungan yang tetap dalam
koridor keekonomian tidak terpenuhi, karena:
a) pelaku usaha swasta menempati prioritas terakhir dalam pengusahaan penggunaan
sumber daya air, seteleh BUMN, BUMD, dan BUMDes yang hal ini bersifat diskriminatif
b) pelaku usaha swasta dipersyaratakan persyaratan yang berat dan berbeda (Pasal 46 ayat
(1) huruf a sampai dengan d) yang hal ini bersifat diskriminatif.
6. APAMDK mengajukan permohonan uji materiil Pasal 46 ayat (1) huruf e dan huruf f ke
Mahkamah Konstitusi karena dianggap bertentangan dengan Pasal 28C ayat (2), Pasal 28D
ayat (1), dan Pasal 33 ayat (4) UUD NRI 1945.
B. Permasalahan Hukum

1. Apakah pasal 46 ayat(1) huruf e dan huruf f bertentangan dengan pasal 28C ayat (2), pasal
28D ayat (1), dan pasal 33 ayat (4) UUD NRI 1945

C. Penelusuran Bahan Hukum

1. Pasal 46 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2009 tentang Sumber Daya Air (UU SDA)

(1). Penggunaan Sumber Daya Air untuk kebutuhan usaha diselenggarakan dengan memperhatikan
prinsip:

a. tidak mengganggu, tidak mengesampingkan, dan tidak meniadakan hak rakyat atas Air;
b. pelindungan negara terhadap hak rakyat atas Air;
c. kelestarian lingkungan hidup sebagai salah satu hak asasi manusia;
d. pengawasan dan pengendalian oleh negara atas Air bersifat mutlak;
e. prioritas utama penggunaan Sumber Daya Air untuk kegiatan usaha diberikan kepada
badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau badan usaha milik desa; dan
f. pemberian izin penggunaan Sumber Daya Air untuk kebutuhan usaha kepada pihak swasta
dapat dilakukan dengan syarat tertentu dan ketat setelah prinsip sebagaimana dimaksud
pada huruf a sampai dengan huruf e dipenuhi dan masih terdapat ketersediaan Air.

2. Pasal 28C ayat (2)

“Setiap orang berhak memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif
untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya”.

3. Pasal 28D ayat (1)


“Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang
adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum”.

4. Pasal 33 ayat (4)


“Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian,
serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”.

D. Analisis Hukum (Legal Analysis)

1. Pasal 46 ayat(1) huruf e dan huruf f UU No 17 Tahun 2009 bertentangan dengan pasal 28C
ayat (2), pasal 28D ayat (1), dan pasal 33 ayat (4) UUD NRI 1945

Undang-Undang Dasar 1945 merupakan dasar hukum fundamental dan paling pokok yang
mengatur semua aspek kehidupan masyarakat dalam pelaksanaan ketatanegaraan dan
kehidupan berbangsa bernegara. Oleh karena itu sepatutnya setiap peraturan perundang-
undangan tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung Di dalamnya. Namun
dengan dikeluarkannya Undang-Undang No 17 Tahun 2009 Tentang Sumber Daya Air
terdapat ketidak sesuaian pada beberapa pasal di dalamnya yang dianggap melanggar hak-
hak sebagian besar warga negara terkait usaha memenuhi kebutuhan air minum yang baik
bagi masyarakat .

Pada Pasal 46 ayat (1) huruf e dan f menyebutkan bahwa adanya hierarki prioritas utama
dalam penggunaan sumber daya air untuk kegiatan usaha yang diberikan kepada badan
usaha milik negara (BUMN), badan usaha milik daerah (BUMND), atau badan usaha milik
desa (BUMDes) dimana hal ini melanggar hak-hak warga negara khususnya pelaku usaha
swasta yang berkeinginan untuk terlibat dalam upaya-upaya pemenuhan kebutuhan air
minum bagi masyarakat dengan memperoleh keuntungan yang tetap dalam koridor
keekonomian tidak terpenuhi karena menempati prioritas terakhir dalam pengusahaan
penggunaan sumber daya air, seteleh BUMN, BUMD, dan BUMDes. Selain itu disebutkan
juga berupa syarat-syarat tertentu dan ketat setelah prinsip sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 46 ayat (1) huruf a sampai dengan huruf e harus dipenuhi dan masih terdapat
ketersediaan air yang mana hal ini bersifat diskriminatif tentunya hal ini bertentangan
dengan :

Pasal 28C ayat (2)


“Setiap orang berhak memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif
untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya”

Pada pasal 28C ayat (2) di atas terdapat unsur setiap orang yang mana sudah jelas berlaku
bagi seluruh warga negara tanpa terkecuali termasuk dalam usaha memajukan,
memperjuangkan dan membangun masyarakat dengan cara turut berpartisipasi dalam
usaha menyediakan sumber daya air minum yang layak.

Pasal 28D ayat (1)


“Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang
adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum”.
Salah satu yang tidak kalah penting pada pasal ini menjelaskan secara jelas bahwa setiap
orang berhak mendapatkan pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang
adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Maka dengan adanya hierarki prioritas
pengusahaan penggunaan sumber daya air sangat jelas sekali bertentangan dengan pasal
tersebut, terlebih lagi dengan adanya syarat-syarat yang harus dipenuhi menunjukan adanya
diskriminatif dalam usaha penggunaan sumber daya air.

Pasal 33 ayat (4)


“Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian,
serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”.
Pada pasal ini terdapat poin-poin penting yang harus digarisbawahi yakni demokrasi
ekonomi, dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, dan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional. Sistem Demokrasi Ekonomi pada dasarnya kegiatan dilakukan oleh semua, untuk
semua, dan dibawahi pimpinannya atau kepemilikannya berdasarkan kepentingan rakyat.
Dengan demikian dengan adanya pembatasan berupa persyaratan yang sifatnya
diskriminatif pada pasal 46 ayat (1) huruf e dan f UU No 17 Tahun 2009 dinilai bertentangan
dengan pasal ini yang mengedepankan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan tanpa ada
hierarki prioritas yang dikhawatirkan justru menimbulkan praktek ekonomi kapitalis yang
mana berputarnya roda perekonomian hanya bagi segelintir orang saja dan justru
menimbulkan masalah baru dalam sistem perekonomian nasional.
E. Kesimpulan

Terdapat ketidaksesuaian antara pasal 46 ayat (1) huruf e dan f Undang-Undamg Nomor 17 Tahun
2007 dengan Pasal 28C ayat (2), pasal 28D ayat (1), dan Pasal 33 ayat (4) UUD NRI 1945.

1. Pada pasal 28C ayat (2) di atas terdapat unsur setiap orang yang mana sudah jelas berlaku
bagi seluruh warga negara tanpa terkecuali termasuk dalam usaha memajukan,
memperjuangkan dan membangun masyarakat dengan cara turut berpartisipasi dalam
usaha menyediakan sumber daya air minum yang layak dimana hal ini bertentangan dengan
pasal 46 ayat (1) yang menyebutkan adanya hierrarki prioritas utama dalam penggunaan
sumber daya air untuk kegiatan usaha.
2. Selanjutnya pada pasal 28D ayat (1) menjelaskan secara jelas bahwa setiap orang berhak
mendapatkan pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di hadapan hukum. Maka dengan adanya hierarki prioritas
pengusahaan penggunaan sumber daya air sangat jelas sekali bertentangan dengan pasal
tersebut, terlebih lagi dengan adanya syarat-syarat yang harus dipenuhi menunjukan adanya
diskriminatif dalam usaha penggunaan sumber daya air.
3. Pada pasal 33 ayat (4) terdapat poin-poin penting yang harus digarisbawahi yakni demokrasi
ekonomi, dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, dan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional. Sistem Demokrasi Ekonomi pada dasarnya kegiatan dilakukan oleh semua, untuk
semua, dan dibawahi pimpinannya atau kepemilikannya berdasarkan kepentingan rakyat.
Dengan demikian dengan adanya pembatasan berupa persyaratan yang sifatnya
diskriminatif pada pasal 46 ayat (1) huruf e dan f UU No 17 Tahun 2009 dinilai bertentangan
dengan pasal ini yang mengedepankan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan tanpa ada
hierarki prioritas yang dikhawatirkan justru menimbulkan praktik ekonomi kapitalis yang
mana berputarnya roda perekonomian hanya bagi segelintir orang saja dan justru
menimbulkan masalah baru dalam sistem perekonomian nasional.

Anda mungkin juga menyukai