Kepada Yth :
Panitia Seleksi Bidang Mooting Pusat Studi Bantuan Hukum Universitas Lampung
di Lampung.
Hal : Pendapat Hukum terhadap kasus uji materiil Pasal 46 ayat (1) huruf e dan huruf f ke Mahkamah
Konstitusi karena dianggap bertentangan dengan Pasal 28C ayat (2), Pasal 28D ayat (1), dan Pasal 33
ayat (4) UUD NRI 1945.
A.Posisi Kasus
1. Diundangkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2009 tentang Sumber Daya Air (UU SDA)
ditolak oleh Asosiasi Pengusaha Air Minum Dalam Kemasan (APAMDK).
3. UU SDA dianggap menghambat peran masyarakat (dunia usaha) untuk berpartisipasi dalam
pemenuhan kebutuhan air minum yang baik bagi masyarakat. Ketentuan dalam UU SDA
yang dianggap oleh APAMDK memiliki masalah konstitusional, yaitu Pasal 46 UU SDA.
4. Menurut APAMDK, ketentuan Pasal 46 ayat (1) huruf e dan huruf f yang mengatur:
a) prioritas utama penggunaan sumber daya air untuk kegiatan usaha diberikan kepada
badan usaha milik negara (BUMN), badan usaha milik daerah (BUMND), atau badan
usaha milik desa (BUMDes)
b) Pemberian izin penggunaan sumber daya air untuk kebutuhan usaha kepada pihak
swasta dapat dilakukan dengan syarat tertentu dan ketat setelah prinsip sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf a sampai dengan huruf e dipenuhi dan masih
terdapat ketersediaan air
5. pelaku usaha swasta yang berkeinginan ingin terlibat dalam upaya-upaya pemenuhan
kebutuhan air minum bagi masyarakat dengan memperoleh keuntungan yang tetap dalam
koridor keekonomian tidak terpenuhi, karena:
a) pelaku usaha swasta menempati prioritas terakhir dalam pengusahaan penggunaan
sumber daya air, seteleh BUMN, BUMD, dan BUMDes yang hal ini bersifat diskriminatif
b) pelaku usaha swasta dipersyaratakan persyaratan yang berat dan berbeda (Pasal 46 ayat
(1) huruf a sampai dengan d) yang hal ini bersifat diskriminatif.
6. APAMDK mengajukan permohonan uji materiil Pasal 46 ayat (1) huruf e dan huruf f ke
Mahkamah Konstitusi karena dianggap bertentangan dengan Pasal 28C ayat (2), Pasal 28D
ayat (1), dan Pasal 33 ayat (4) UUD NRI 1945.
B. Permasalahan Hukum
1. Apakah pasal 46 ayat(1) huruf e dan huruf f bertentangan dengan pasal 28C ayat (2), pasal
28D ayat (1), dan pasal 33 ayat (4) UUD NRI 1945
1. Pasal 46 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2009 tentang Sumber Daya Air (UU SDA)
(1). Penggunaan Sumber Daya Air untuk kebutuhan usaha diselenggarakan dengan memperhatikan
prinsip:
a. tidak mengganggu, tidak mengesampingkan, dan tidak meniadakan hak rakyat atas Air;
b. pelindungan negara terhadap hak rakyat atas Air;
c. kelestarian lingkungan hidup sebagai salah satu hak asasi manusia;
d. pengawasan dan pengendalian oleh negara atas Air bersifat mutlak;
e. prioritas utama penggunaan Sumber Daya Air untuk kegiatan usaha diberikan kepada
badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau badan usaha milik desa; dan
f. pemberian izin penggunaan Sumber Daya Air untuk kebutuhan usaha kepada pihak swasta
dapat dilakukan dengan syarat tertentu dan ketat setelah prinsip sebagaimana dimaksud
pada huruf a sampai dengan huruf e dipenuhi dan masih terdapat ketersediaan Air.
“Setiap orang berhak memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif
untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya”.
1. Pasal 46 ayat(1) huruf e dan huruf f UU No 17 Tahun 2009 bertentangan dengan pasal 28C
ayat (2), pasal 28D ayat (1), dan pasal 33 ayat (4) UUD NRI 1945
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan dasar hukum fundamental dan paling pokok yang
mengatur semua aspek kehidupan masyarakat dalam pelaksanaan ketatanegaraan dan
kehidupan berbangsa bernegara. Oleh karena itu sepatutnya setiap peraturan perundang-
undangan tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung Di dalamnya. Namun
dengan dikeluarkannya Undang-Undang No 17 Tahun 2009 Tentang Sumber Daya Air
terdapat ketidak sesuaian pada beberapa pasal di dalamnya yang dianggap melanggar hak-
hak sebagian besar warga negara terkait usaha memenuhi kebutuhan air minum yang baik
bagi masyarakat .
Pada Pasal 46 ayat (1) huruf e dan f menyebutkan bahwa adanya hierarki prioritas utama
dalam penggunaan sumber daya air untuk kegiatan usaha yang diberikan kepada badan
usaha milik negara (BUMN), badan usaha milik daerah (BUMND), atau badan usaha milik
desa (BUMDes) dimana hal ini melanggar hak-hak warga negara khususnya pelaku usaha
swasta yang berkeinginan untuk terlibat dalam upaya-upaya pemenuhan kebutuhan air
minum bagi masyarakat dengan memperoleh keuntungan yang tetap dalam koridor
keekonomian tidak terpenuhi karena menempati prioritas terakhir dalam pengusahaan
penggunaan sumber daya air, seteleh BUMN, BUMD, dan BUMDes. Selain itu disebutkan
juga berupa syarat-syarat tertentu dan ketat setelah prinsip sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 46 ayat (1) huruf a sampai dengan huruf e harus dipenuhi dan masih terdapat
ketersediaan air yang mana hal ini bersifat diskriminatif tentunya hal ini bertentangan
dengan :
Pada pasal 28C ayat (2) di atas terdapat unsur setiap orang yang mana sudah jelas berlaku
bagi seluruh warga negara tanpa terkecuali termasuk dalam usaha memajukan,
memperjuangkan dan membangun masyarakat dengan cara turut berpartisipasi dalam
usaha menyediakan sumber daya air minum yang layak.
Terdapat ketidaksesuaian antara pasal 46 ayat (1) huruf e dan f Undang-Undamg Nomor 17 Tahun
2007 dengan Pasal 28C ayat (2), pasal 28D ayat (1), dan Pasal 33 ayat (4) UUD NRI 1945.
1. Pada pasal 28C ayat (2) di atas terdapat unsur setiap orang yang mana sudah jelas berlaku
bagi seluruh warga negara tanpa terkecuali termasuk dalam usaha memajukan,
memperjuangkan dan membangun masyarakat dengan cara turut berpartisipasi dalam
usaha menyediakan sumber daya air minum yang layak dimana hal ini bertentangan dengan
pasal 46 ayat (1) yang menyebutkan adanya hierrarki prioritas utama dalam penggunaan
sumber daya air untuk kegiatan usaha.
2. Selanjutnya pada pasal 28D ayat (1) menjelaskan secara jelas bahwa setiap orang berhak
mendapatkan pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di hadapan hukum. Maka dengan adanya hierarki prioritas
pengusahaan penggunaan sumber daya air sangat jelas sekali bertentangan dengan pasal
tersebut, terlebih lagi dengan adanya syarat-syarat yang harus dipenuhi menunjukan adanya
diskriminatif dalam usaha penggunaan sumber daya air.
3. Pada pasal 33 ayat (4) terdapat poin-poin penting yang harus digarisbawahi yakni demokrasi
ekonomi, dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, dan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional. Sistem Demokrasi Ekonomi pada dasarnya kegiatan dilakukan oleh semua, untuk
semua, dan dibawahi pimpinannya atau kepemilikannya berdasarkan kepentingan rakyat.
Dengan demikian dengan adanya pembatasan berupa persyaratan yang sifatnya
diskriminatif pada pasal 46 ayat (1) huruf e dan f UU No 17 Tahun 2009 dinilai bertentangan
dengan pasal ini yang mengedepankan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan tanpa ada
hierarki prioritas yang dikhawatirkan justru menimbulkan praktik ekonomi kapitalis yang
mana berputarnya roda perekonomian hanya bagi segelintir orang saja dan justru
menimbulkan masalah baru dalam sistem perekonomian nasional.