Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : DODY WIJAYA

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 041869473

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4305/HUKUM PIDANA INTERNASIONAL

Kode/Nama UPBJJ : 79/KUPANG

Masa Ujian : 2022/23.1 (2022.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Berdasarkan kutipan di atas, jelaskan tentang money loundry dan kemukakan pendapat anda
kenapa money loundry dikategorikan sebagai kejahatan yang berskala tansnasional?

Jawaban :
pengertian dari money laundry itu sendiri adalah suatu tindakan kejahatan berupa
penggelapan ataupun menyamarkan dana ataupun aset yang memang bukan menjadi hak
nya dan dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Tujuan mereka dalam
melakukan tindak kriminal ini adalah untuk memperkaya diri sendiri dan juga melipat
gandakan harta kekayaan yang sudah dimilikinya. Tindak kejahatan ini dilakukan dengan
cara menyamarkan asal ataupun sumber dana maupun aset, yang seolah-olah berasal dari
suatu kegiatan yang legal dan juga resmi. Padahal kenyataannya, aset ataupun uang yang
bukan miliknya tersebut dikaburkan dan tidak terlihat lagi seperti sudah digunakan sesuai
dengan keperluan. Sehingga, pihak yang melakukan tindak money laundry ini mampu
mengakuisisi ataupun aset tersebut secara penuh.
Money laundry ini termasuk dalam kegiatan yang ilegal dan juga sudah memiliki payung
hukumnya tersendiri, yakni pada UU No. 6 Tahun 2010. Bahkan, tindakan kejahatan dari
money laundry ini bisa disetarakan dengan kegiatan korupsi, terorisme, perampokan,
perdagangan manusia, illegal fishing, narkoba, dan juga tindakan kriminal berat lainnya.

2. Kemukakan hal membedakan antara kejahatan transnasional dan internasional, bagaimana


dengan money loundry, dapatkah dikategorikan kejahatan internasional ?

Jawaban :
Kejahatan Transnasional berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan
Istilah ‘transnasional’ digunakan dalam United Nations Convention Against Transnational
Organized Crime (“UNCATOC”), yang dalam bahasa indonesia terdapat dalam Lampiran
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pengesahan United Nations Convention
Against Transnational Organized Crime (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Menentang
Tindak Pidana Transnasional yang Terorganisasi).

Pasal 3 ayat (2) UNCATOC menerangkan bahwa:

Untuk tujuan ayat 1 dari Pasal ini, tindak pidana adalah bersifat transnasional jika:

a. dilakukan di lebih dari satu Negara;


b. dilakukan di satu Negara namun bagian penting dari kegiatan persiapan, perencanaan,
pengarahan atau kontrol terjadi di Negara lain;
c. dilakukan di satu Negara tetapi melibatkan suatu kelompok penjahat terorganisasi yang
terlibat dalam kegiatan kriminal di lebih dari satu negara; atau
d. dilakukan di satu Negara namun memiliki akibat utama di Negara lain.

Peng Wang dan Jingyi Wang, sebagaimana dikutip James N. Mitchell dalam artikel di
Brawijaya Law Journal berjudul Transnational Organised Crime in Indonesia – The Need for
International Cooperation (hal. 176), menggunakan istilah ‘transnational organised crime’
(kejahatan transnasional terorganisir), yaitu:
behaviour of ongoing organizations that involves two or more nations, with such behaviour
being defined as criminal by at least one of these nations.
Jika diterjemahkan secara bebas, kejahatan transnasional terorganisasi adalah perbuatan
kelompok yang melibatkan dua negara atau lebih yang perbuatan tersebut merupakan tindak
pidana, setidak-tidaknya menurut salah satu negara.

Kejahatan Internasional
Sedangkan pengertian kejahatan internasional dapat dilihat dalam uraian Robert Cryer, et.al.
dalam buku An Introduction to International Criminal Law and Procedure (hal. 4), yang
menerangkan bahwa:
Another, and more substantive, approach to determining the scope of ‘international criminal
law’ is to look at the values which are protected by international law’s prohibitions. Under this
approach international crimes are considered to be those which are of concern to the
international community as a whole (a description which is not of great precision), or acts
which violate a fundamental interest protected by international law.
Jika diterjemahkan secara bebas, kejahatan internasional adalah kejahatan yang
menimbulkan keresahan komunitas internasional atau perbuatan yang melanggar
kepentingan mendasar yang dilindungi oleh hukum internasional.
Bentuk-Bentuk Kejahatan Transnasional dan Internasional
Robert Cryer, et.al dalam buku yang sama menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan jelas di
antara hukum pidana transnasional dan hukum pidana internasional (hal. 4). Namun menurut
hemat kami, perbedaannya, setidak-tidaknya dapat dilihat melalui klasifikasi tindak pidananya.
Robert Cryer, et.al. dalam buku yang sama memberikan beberapa bentuk tindak pidana
transnasional, di antaranya perdagangan narkotika, pembajakan kapal, perbudakan,
terorisme, penyiksaan, perdagangan senjata ilegal, dan perdagangan manusia (hal. 281).
Sementara itu, dalam buku yang sama dijelaskan pula bahwa klasifikasi kejahatan internasional
dapat merujuk pada Rome Statute of the International Criminal Court 2002 (“Statuta Roma
2002”) yang menjadi dasar pembentukan Mahkamah Pidana Internasional (hal. 4). Dalam
Statuta Roma 2002 diterangkan berbagai jenis kejahatan, yaitu:

1. Genosida (Pasal 6 Statuta Roma 2002);


2. Kejahatan terhadap kemanusiaan (Pasal 7 Statuta Roma 2002);
3. Kejahatan perang (Pasal 8 Statuta Roma 2002); dan
4. Agresi (Pasal 8bis Statuta Roma 2002).

Dalam Statuta Roma 2002, kami tidak menemukan bahwa kejahatan internasional sebagaimana
telah diterangkan harus selalu dilakukan lintas batas negara, dilakukan orang yang bukan warga
negara terkait, atau melibatkan dua negara atau lebih dalam perbuatannya. Perbuatan yang
dilakukan oleh warga negara sendiri di dalam suatu negara dapat pula dikategorikan sebagai
kejahatan internasional. Sebagai contoh, Pasal 8 ayat (1) Statuta Roma 2002 mengatur bahwa:

The Court shall have jurisdiction in respect of war crimes in particular when committed as part of
a plan or policy or as part of a large-scale commission of such crimes.

Apabila diterjemahkan secara bebas, bagian ini berarti Mahkamah Internasional memiliki
wewenang berkaitan dengan kejahatan perang, apabila dilakukan secara terencana dan
dilaksanakan dalam skala besar. Menurut hemat kami, hal ini menunjukkan bahwa kejahatan
perang yang dilakukan dalam satu negara pun tetap dapat dikategorikan sebagai kejahatan
internasional, karena menjadi wewenang Mahkamah Internasional.

3. Jelaskan tahap-tahap suatu tindakan sehingga dapat dikategorikan money loundry ?

Jawaban :

1. Penempatan atau Placement


Proses pertama yang dilakukan di dalam kegiatan money laundry adalah placement atau
penempatan. Proses ini adalah suatu usaha dalam menempatkan suatu dana maupun aset yang
diperoleh dari suatu tindakan kriminal menuju sistem keuangan yang dianggap legal.
Sistem keuangan tersebut bisa saja berupa penempatan pada suatu bank, atau memberikan
sejumlah modal usaha pada suatu bisnis tertentu.
Lalu, kemudian kegiatan tersebut diciptakan seolah-olah legal seperti memberikan kredit atau
pembiayaan dengan menjadikan kas sebagai kreditnya. Contoh sederhana dari proses penempatan
pada kegiatan kriminal money laundry ini adalah membeli suatu barang dengan harga yang sangat
tinggi untuk mampu memenuhi keperluan pribadinya.
2. Transfer atau Layering
Setelah melakukan kegiatan pertama, yaitu penempatan, maka para oknum pencucian ini umumnya
akan melakukan kegiatan transfer ataupun layering. Proses ini dikerjakan dengan cara memisahkan
sejumlah dana hasil pencucian uang dari sumbernya.
Nah, proses keduan ini dapat dilakukan dengan sejumlah tahapan transaksi finansial untuk
menyembunyikan ataupun menyamarkan sumber dana ataupun aset yang sudah diperolehnya.
Dalam aktivitas layering ini, setiap pelaku akan mengerjakan proses pemindahan aset ataupun dana
dari suatu rekening ataupun lokasi sebagai suatu hasil dari placement ke tempat lain.
Hal tersebut dapat dilakukan melalui sekumpulan transaksi yang sangat kompleks dan dilakukan
dengan tujuannya untuk menyamarkan dan juga menghilangkan jejak sumber dana hasil
penggelapan tersebut.
Contoh sederhana dari kegiatan proses layering ini adalah transfer dana dari salah satu bank
menuju bank lain di suatu wilayah ataupun negara yang berbeda.
Proses transfer ini juga bisa dilakukan dengan cara memindahkan suatu dana lintas batas negara
dengan menggunakan suatu jaringan kegiatan usaha yang sah ataupun shell company ataupun
perusahaan cangkang.

3. Menggunakan Harta Kekayaan atau Integration


Proses yang paling akhir dari tindakan money laundry adalah integration. Proses integrasi ini akan
menggunakan harta kekayaan sebagai bentuk upaya menggunakan aset maupun dana yang sudah
terlihat legal dari tindakan pencucian uang.
Penggunaan harta kekayaan ini bisa dilakukan dengan cara menikmatinya secara langsung,
melakukan kegiatan investasi pada beberapa instrumen, maupun dalam bentuk kekayaan materi
maupun keuangan lain.
Selain itu, kegiatan integration ini pun bisa dilakukan oleh para pelaku money laundry dengan
menggunakan dana yang diperoleh dalam membiayai berbagai kegiatan usaha yang legal. Para
pelaku juga bisa memberikan dana pada suatu tindak kriminal lainnya yang dianggap sangat sulit
untuk dilacak.
Namun pada umumnya, para pelaku tindak pidana money laundry tidak banyak mempertimbangkan
hasil ataupun dana yang nanti akan diperolehnya. Mereka kerap kali menganggap kecil nilai biaya
yang harus dikucurkannya agar niatan buruknya bisa dilakukan dan juga menghapus jejak sumber
kekayaan yang sudah diperolehnya tersebut.
Karena, tujuan utama dalam kegiatan money laundry memang untuk menggelapkan ataupun
menghilangkan jejak atau sumber aset atau uang yang sudah diperolehnya. Sehingga, hasil
kegiatan tersebut bisa dinikmati dan digunakan sesuka hati tanpa khawatir ada pihak yang
mengetahuinya.

Modus dalam Melakukan Pencucian Uang


Selain banyaknya proses yang dilakukan, money laundry juga mempunyai beberapa motivasi atau
modus. Modus money laundry ini mencakup loan back, kegiatan jual beli di perdagangan
internasional, c-chase, akuisisi, perdagangan saham, investasi pada instrumen tertentu, identitas
palsu, serta deposit taking.
Modus money laundry yang paling banyak dilakukan di Indonesia adalah akuisisi. Modus ini adalah
berupa pengambilalihan suatu saham dengan modus perusahaan yang hendak diakuisisi adalah
perusahaan milik pribadinya.
Contoh sederhana dari kegiatan money laundry dengan modus akuisisi adalah pebisnis asal
Indonesia yang memiliki perusahaan gelap di Cayman Island pada negara Tax Haven. Keuntungan
yang diperoleh di Cayman lalu didepositokan dengan menggunakan nama perusahaan sendiri yang
berada di Indonesia.
Lalu, perusahaan yang berada di Cayman Island tersebut akan membeli suatu saham perusahaan
yang berlokasi di Indonesia dengan mengaku sisinya. Dengan modus ini, pebisnis tersebut memiliki
dana yang dianggap legal. Karena, dana tersebut sudah dicuci dengan kegiatan jual beli saham
perusahaan Cayman pada perusahaan yang berlokasi di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai