Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY QUOTIENT (AQ)

DENGAN ADIKSI INTERNET PADA MAHASISWA


DI YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Oleh :
Rachmat Mirsuandi
14081003

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2018
HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY QUOTIENT DENGAN ADIKSI
INTERNET PADA MAHASISWA
DI YOGYAKARTA.

Rachmat Mirsuandi¹, Kondang Budiani², Nadya Anjani R³


¹²Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta
¹Rachmatmirsuandi811@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara AQ dengan adiksi internet pada
mahasiswa yang berkuliah di Yogyakarta. Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan
negatif antara antara AQ dengan adiksi internet pada mahasiswa yang berkuliah di Yogyakarta.
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang berkuliah di Yogyakarta dengan karakteristik
usia minimal 20 tahun. Data yang dikumpulkan menggunakan Skala Adiksi Internet dan Skala AQ.
Data dianalisis menggunakan korelasi product moment dengan program SPSS v.23. Berdasarkan
hasil analisis, diperoleh nilai korelasi sebesar -0.346 dengan p = 0.000 (p<0.005). Hasil tersebut
menunjukan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara AQ dengan adiksi internet.
Diterimanya hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan koefisien determinasi (R²) sebesar 0.119
yang berarti konsep diri memiliki kontribusi 11.9% terhadap kebermaknaan hidup dan sisanya
88.1% dipengaruhi oleh faktor lain seperti faktor sosial, psikologi, dan biologis.

Kata kunci : adversity quotient, adiksi internet

THE RELATIONSHIP BETWEEN ADVERSITY QUOTIENT WITH


INTERNET ADDICTION TO STUDENTS IN YOGYAKARTA

Rachmat Mirsuandi¹, Kondang Budiani², Nadya Anjani R³


¹²The Faculty Of Psychology Of The University Of Mercu Buana Yogyakarta
¹Rachmatmirsuandi811@gmail.com

Abstract

This study aims to determine the relationship between AQ with internet addiction to
students who lecture in Yogyakarta. The hypothesis in this study is that there is a negative
relationship between AQ with internet addiction in college students who study in Yogyakarta.
Subjects in this study are students who enrolled in Yogyakarta with characteristics of at least 20
years of age. Data collected using Internet Addiction Scale and AQ Scale. Data were analyzed
using product moment correlation with SPSS v.23 program. Based on the results of the analysis,
obtained correlation value of -0.346 with p = 0.000 (p <0.005). These results show that there is a
significant negative relationship between AQ with internet addiction. The acceptance of hypothesis
in this study shows the coefficient of determination (R²) of 0.119 which means the concept of self
has 11.9% contribution to the meaningfulness of life and the remaining 88.1% influenced by other
factors such as social factors, psychology, and biological.

Keywords: adversity quotient, internet addiction

1
PENDAHULUAN Penggunaan Internet pada
mahasiswa berpotensi paling besar
Internet merupakan media yang menyebabkan adiksi internet (Yahya
saat ini banyak digemari oleh remaja dalam Putri, 2012). Scherer (dalam
akhir (Ningtyas, 2012). Menurut Reinaldo & Sokang, 2016) menjelaskan
Hurlock (2002) masa remaja akhir bahwa tuntutan perkuliahan untuk
bermula dari usia 16 atau 17 tahun menggunakan media internet sebagai
sampai 18 tahun dan masa dewasa dini alat bantu dalam mengerjakan tugas
dimulai pada usia 18 tahun sampai 40 yang membuat mahasiswa menggunakan
tahun. Masa tersebut adalah masa ketika internet dalam aktivitas kesehariannya.
seseorang menjadi mahasiswa dan pada Menurut Young dan Rogers (dalam
saat tersebut seseorang disibukkan pada Gultom, 2018) mahasiswa dianggap
masalah-masalah yang berhubungan sebagai kelompok risiko tertinggi untuk
dengan penyesuaian diri dalam berbagai mengalami adiksi internet. Arisandy
aspek kehidupan (Hurlock, 2002). (2009) menambahkan seseorang
Penyesuaian diri ini adalah mengalami adiksi internet tidak
tuntutan yang ditanggung mahasiswa menyadari bahwa perilaku online-nya
untuk menyelesaikan studinya dalam berlebihan, sulit menghentikan
jangka waktu yang telah ditentukan, keinginan online, bahkan kehilangan
sehingga untuk mencapai tujuan kontrol diri mengakses internet.
mahasiswa harus tekun, proakif serta Young (2017) mendefinisikan
reaktif, mempunyai rasa ingin tahu yang adiksi internet sebagai ketidakmampuan
tinggi, bersifat yang kritis, berani individu untuk mengontrol penggunaan
mengemukakan pendapat, rajin internet, menghasilkan masalah berat
membaca, dan rajin belajar (Yahya dan/atau ketidaklengkapan kerja otak
dalam Putri, 2012). Menurut Erizka, atau mental fungsional dalam kehidupan
Nadjmir, & Usman, (2016) tidak semua sehari-hari. Kecanduan internet
mahasiswa dapat menyelesaikan merupakan sebuah sindrom yang
studinya dilingkup pendidikannya ditandai dengan menghabiskan sejumlah
dengan tepat waktu karena banyak waktu yang sangat banyak dalam
faktor yang dapat memicunya, salah menggunakan internet dan tidak mampu
satunya adalah kegiatan mengakses mengontrol penggunaanya saat online.
internet. Lebih lanjut, sebuah survey Menurut Orzack (2004) kecanduan
civitas akademik (dalam Erizka, internet merupakan suatu kondisi
Nadjmir, & Usman, 2016) menyebutkan dimana individu merasa bahwa dunia
bahwa 86% penggunaan internet dalam maya di layar komputernya lebih
lingkungan pendidikan (mahasiswa) menarik daripada kehidupan nyata
tidak memberikan efek positif terhadap sehari-hari yang dijalaninya.
performa akademik. Hal ini berkaitan Menurut Young (1996) adiksi
dengan banyaknya informasi dan internet terbagi menjadi enam aspek
fasilitas yang tersedia sehingga internet yang didasarkan Internet Addiction Test
dapat menjadi pengalih perhatian (IAT). Keenam aspek tersebut yakni
mahasiswa dari tujuan belajar. salience, excessive use, neglect to work,
anticipation, lack of control, dan neglect

2
to social life. Aspek pertama salience responden menghabiskan waktu lebih
merupakan pikiran yang berlebihan dari 10 jam sehari untuk online, dan
terhadap internet, berikutnya aspek sekitar 13% responden mengaku
excessive use merupakan hilangnya menghabiskan waktu 6-10 jam sehari
penggunaan waktu atau mengabaikan untuk online. Di China, sekitar 6,4%
kebutuhan dasar kehidupannya, aspek mahasiswanya mengalami kecanduan
neglect to work merupakan internet. Rata-rata, mereka
mengabaikan pekerjaan karena aktivitas menghabiskan 38,5 jam dalam seminggu
internet, aspek anticipation merupakan untuk online. (Ningtyas, 2012). Selain
perilaku mengabaikan permasalahan itu, hasil penelitian pendahuluan yang
dikehidupan nyata, aspek lack of control dilakukan di lingkungan Fakultas
merupakan bertambahnya waktu untuk Kedokteran Universitas Andalas
melakukan aktivitas internet, dan aspek terhadap 30 orang mahasiswa angkatan
terakhir neglect to social life merupakan 2011 menunjukkan bahwa 96.7%
individu yang mengabaikan kehidupan responden memiliki akses pribadi
sosialnya demi mengakses internet. terhadap internet. 57% diantaranya
Menurut Brata (2016) dalam menggunakan internet lebih dominan
risetnya mengenai jumlah pengguna untuk kepentingan diluar pendidikan.
internet di Indonesia pada tahun 2014 Hasil lain yang didapatkan yaitu waktu
sebesar 88,1 juta jiwa dan di tahun 2016 akses rata-rata responden antara 6
sebesar 132,7 juta jiwa, dan di tahun hingga 7 jam dan beberapa diantaranya
2017 jumlahnya menjadi 143,26 juta mengakses internet dengan waktu lebih
jiwa. Artinya pengguna internet dari dari 12 jam dalam sehari (Erizka,
tahun ke tahun terus mengalami Nadjmir, & Usman, 2016).
peningkatan. Di Indonesia, pengguna Hasil penelitian lain yang
internet terbesar adalah remaja dengan dilakukan di Universitas Islam Negeri
rentang usia 15-24 tahun dengan kisaran Sunan Kalijaga Yogyakarta terhadap
rentang prosentase 26,7%-30%. 121 mahasiswa UIN dan 19 dari
Kemudahan akses internet ini tidak mahasiswa luar UIN, menunjukkan
selamanya berdampak positif. Hampir bahwa dari 56 subjek mengalami
80% remaja berusia 10-19 tahun yang kecanduan internet (Mutohharoh, &
tersebar di 11 provinsi di Indonesia Kusumaputri, 2014). Sementara
kecanduan internet, dan sebagian besar Penelitian lainnya di Universitas Gadjah
remaja menggunakan internet untuk hal- Mada Yogyakarta, ditemukan
hal yang tidak semestinya. 24% untuk mahasiswa yang mengalami kecanduan
berinteraksi dengan orang yang tidak internet sebanyak 206 orang mahasiswa.
dikenal, 14% mengakses konten Mereka terdiri dari 57,77% perempuan
pornografi, dan sisanya untuk game dan 42,23% laki-laki yang secara rutin
online dan kepentingan lainnya (Hapsari menggunakan internet selama 5 sampai
& Ariana, dalam Hakim & Raj, 2017). 10 jam per hari. 83,50% dari partisipan
Hasil survey yang dilakukan menggunakan laptop/komputer dan
internet provider di Jerman, yang diikuti handphone dalam mengakses internet
oleh sekitar 1900 responden, sedangkan sisanya mengakses salah satu
menyatakan bahwa sekitar 12% saja (Nugraini, & Ramdhan, 2016).

3
Menurut Young dan Rogers (1998) wawancara tersebut subjek tampak
durasi penggunaan internet terbagi memiliki adiksi internet karena
menjadi dua macam. Pertama menggunakan internet secara berlebihan.
penggunaan internet yang sehat, rata- Menurut Basri (2014) adiksi
rata penggunanya mengakses internet internet merupakan kajian yang penting
sebanyak 8 jam perminggu. Kedua, untuk diteliti karena seseorang yang
seseorang yang dianggap bermasalah memiliki adiksi internet akan
adalah pengguna yang menghabiskan menunjukan penggunaan internet yang
waktu untuk berinternet selama 38,5 jam berlebihan, yakni meliputi segala macam
perminggu (Young & Rogers, 1998). hal yang berhubungan dengan internet
Artinya, data tersebut menunjukan seperti jejaring sosial, email, pornografi,
bahwa mahasiswa memiliki adiksi judi online, game online, dan chatting.
internet, hal tersebut dapat dilihat dari Adiksi internet terlihat dari tingginya
durasi penggunaan internet yang selama intensi waktu yang digunakan di depan
38,5 bahkan penggunaanya lebih dari segala macam alat elektronik yang
durasi tersebut. memiliki koneksi internet. Menurut Siwi
Berdasarkan hasil wawancara (dalam Nigtyas, 2012) adiksi internet
yang dilakukan peneliti pada tanggal 2 juga dapat menyebabkan kriminalitas
Maret 2018 sampai 04 Maret 2018 sepeti pencurian hanya untuk
dengan mahasiswa di Yogyakarta. mendapatkan kuota internet. Ningtyas
Diperoleh 8 dari 10 subjek mengatakan (2012) menyatakan tanda-tanda
bahwa mengakses internet sudah seseorang yang kecanduan internet yaitu
menjadi gaya hidupnya. Setiap harinya merasa senang dengan internet, durasi
pasti bermain game online, menonton penggunaan terus meningkat, menjadi
film streaming, dan bermain media cemas dan bosan ketika beberapa hari
sosial. Waktu separuh harinya tanpa internet, sehinnga mahasiswa akan
digunakan untuk berselancar di dunia mengabaikan tugas-tugas kuliahnya dan
maya. Subjek dapat menghabiskan 1 cenderung bersosialissi dengan dunia
sampai 2 jam untuk bermain game maya.
online dalam sekali sesi. Subjek baru Seharusnya seseorang dapat
mengerjakan tugas kuliah ketika waktu menggunakan internet dengan
mendekati pengumpulan tugas bahkan memanfaatkan dampak positif yaitu
sampai mengabaikna tugasnya, karena menggunakannya untuk kemudahan
jauh lebih seru saat bermain game online dalam berkomunikasi seperti saling
dan sosial media. Subjek juga dapat bertukar kabar, mencari informasi,
membeli paket internet lebih dari sekali menambah ilmu pengetahuan dan
dalam sebulan. Penggunaan internet memperluas jaringan pertemanan
habis digunakan pada berbagai aplikasi (Hakim & Raj, 2017). Seseorang yang
dan media sosial yang dia miliki seperti dapat mengendalikan dirinya akan
instagram, whatshapp, facebook, mampu memandu, mengarahkan dan
youtube, dan line. Menurut subjek mengatur perilaku online atau
merasa tanpa internet maka akan mengakses internet. Hal terbebut
ketinggalan informasi dan membuatya membuatnya tidak tenggelam dalam
merasa tidak nyaman. Berdasarkan hasil mengakses internet yang berlebihan,

4
mampu menggunakan internet sesuai Menurut Stoltz (2005) kontrol diri
kebutuhan, dan mampu memadukan merupakan bagian dari dimensi AQ,
aktivitas online dengan aktivitas- dimana seseorang yang memiliki AQ
aktivitas lain dalam kehidupannya (Siwi pasti dapat mengontrol dirinya dalam
dalam Nigtyas, 2012). bersikap untuk dapat menghadapi dan
Menurut Montag dan Reuter menyelesaikan kesulitan
(2015) terdapat faktor-faktor yang dikehidupannya. Sejauh yang peneliti
mempengaruhi adiksi internet yaitu tahu, bahwa belum ada yang mengaitkan
sosial, psikologi, dan biologis. hubungan antara AQ dengan adiksi
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, internet atau mungkin saja penelitian
maka peneliti memilih untuk tersebut tidak dipublikasikan. Oleh
menggunakan faktor psikologis yaitu karena itu, AQ akan menjadi satu faktor
faktor yang disebabkan karena individu dominan yang mempengaruhi adiksi
mengalami permasalahan psikologis internet dalam penelitian ini.
seperti depresi, stres, dan kecemasan, AQ merupakan kemampuan
yang disebabkan permasalahan hidupnya seseorang dalam mengamati kesulitan
sehingga menyebabkan individu mencari dan mengolah kesulian tersebut dengan
pelarian dalam hal ini internet sebagai kecerdasan yang dimiliki sehingga
pelampiasannya dan berakhir kecanduan. menjadi sebuah tantangan untuk
Young (2017) menyatakan bahwa menyelesaikannya. AQ juga merupakan
internet dapat menjadi pelarian kemampuan individu untuk
psikologis yang mendistraksi pengguna menggerakan tujuan hidup kedepan, dan
dari masalah atau situasi sulit didalam pengukuran bagaimana respons terhadap
kehidupan nyatanya. Menurut Stoltz kesulitan (Stoltz, 2005). Leman (2007)
(2005) seseorang dapat melarikan diri mendefinisikan AQ secara ringkas, yaitu
atau tidak mampu bertahan menghadapi sebagai kemampuan seseorang untuk
kesulitan tergatung dengan seberapa menghadapi berbagai masalah yang
besar Adversity Quotien (AQ) yang dialami dalam menjalani berbagai
dimilikinya. AQ dapat meramalkan aktivitas kehidupannya. Nashori (2007)
siapa yang dapat bertahan atau hancur, menyatakan AQ adalah kemampuan
dan memprediksi siapa yang dapat seseorang dalam menggunakan
melebihi harapan dari potensi yang kecerdasannya untuk mengarahkan,
dimiliki, sehingga AQ dapat mengubah cara berfikir dan tindakannya
menunjukan siapa saja yang akan ketika menghadapi hambatan yang bisa
melarikan diri dan tidak akan melarikan menyengsarakan dirinya.
diri dari setiap hambatan dalam Stoltz (2005) menyatakan
menjalani kehidupannya. bahwa aspek-aspek dari AQ mencakup
beberapa komponen yang disingkat
Hal tersebut didukung hasil menjadi CO2RE, yaitu control yang
penelitian sebelumnya yang dilakukan merupakan kemampuan mengendalikan
(Ariyanto, 2017; Widiana, Retnowati, & dan mengelola peristiwa yang
Hidayat, 2004; Ningtyas, 2012) menimbulkan kesulitan. Aspek origin
mengungkapkan bahwa kontrol diri dan ownership merupakan sejauh mana
dapat mempengaruhi kecanduan internet. seseorang mempermasalahkan dirinya

5
ketika kesalahan berasal darinya. Aspek dapat dilihat melalui penggunaan
reach merupakan sejauh mana kesulitan internet dengan alokasi waktu yang terus
dapat mengganggu aktivitas lainnya. bertambah demi mengejar kepuasan,
Aspek endurance merupakan kecepatan sehingga seseorang akan gagal untuk
dan ketepatan dalam memecahkan mengendalikan, mengurangi atau
masalah. berhenti untuk menggunakannya. Hal ini
Menurut Stoltz (2005) AQ dapat didukung berdasarkan hasil penelitian
membantu seseorang dalam mengelola Ariyanto (2017) yang menunjukan
dan mengatasi ketika dihadapkan pada bahwa kontrol diri dapat memberikan
berbagai peristiwa yang menyulitkan sumbangan efektif sebesar 23.4%
dirinya. Lebih lanjut, seseorang yang terhadap kecanduan internet. Menurut
memiliki AQ yang tinggi cenderung Stoltz (2005) kontrol diri merupakan
berpikiran positif dalam menghadapi bagian dari dimensi AQ, dimana
situasi yang dialaminya (Stoltz, 2005). seseorang yang memiliki AQ
Shoimah (2010) juga menyatakan bahwa memungkinkan seseorang dapat
AQ yang tinggi membuat seseorang mengontrol dirinya dalam bersikap,
dapat menghadapi berbagai masalah di sehingga dapat menghadapi dan
kehidupannya, sehingga tidak mudah menyelesaikan berbagai kesulitan
merasa tertekan dan terhindar dari dikehidupannya.
perilaku melarikan diri dari masalah Berdasarkan uraian di atas maka
yang sedang dihadapinya. Salah satunya rumusan masalah dalam penelitian ini
tidak melarikan diri dengan adalah: “apakah terdapat hubungan
menggunakan internet secara berlebihan. antara AQ dengan adiksi internet pada
Lebih lanjut, seseorang akan mahasiswa di Yogyakarta?”
menganggap setiap aktivitasnya
berharga, sehingga dapat mengontrol METODE
waktu penggunaan internet yang sesuai Metode pengumpulan data
dengan kebutuhannya bahkan penelitian ini dengan menggunakan
memanfaatkannya dengan mencari skala yaitu Skala AQ yang di adaptasi
bahan-bahan pelajaran tertentu dari Stolts (2005) dan Skala Internet
(Rahardiyan, 2010). Addiction Test (IAT) yang mengacu
Seseorang dapat melarikan diri pada aspek-aspek dari Young (1998).
dari kesulitan dalam hidup tergatung Subjek dalam penelitian ini adalah di
dengan seberapa besar AQ yang Yogyakarta yang berusia minimal 20
dimilikinya. Santoso (2015) tahun. Jumlah subjek dalam penelitian
menjelaskan jika AQ yang dimiliki ini yang sesuai kriteria adalah 109
seseorang rendah, maka ketika mahasiswa. Analisis data dilakukan
menghadapi masalah seseorang dengan metode korelasi Product
cenderung mudah menyerah, pasrah Moment yang di kembangkan oleh Karl
begitu saja pada keadaan dan senantiasa Pearson (Sugiyono, 2016). Keseluruhan
bersikap negatif terhadap masalah data dianalisis dengan menggunakan
hidupnya. Menurut Beard dan Wolf program SPSS v.23 (Statistical Product
(dalam Soetjipto, 2005) sikap negatif and Service Solution version 23).
yang ditunjukan seseorang salah satunya

6
HASIL DAN PEMBAHASAN menunjukan bahwa subjek yang berada
Penelitian ini bertujuan untuk dalam katagori sangat tinggi sebesar 4%
Hasil analisis Product moment (4 subjek), tinggi sebesar 27% (29
menunjukkan koefisien korelasi korelasi subjek), sedang sebesar 63% (69
(rxy) sebesar -0.346 (p = 0.000). Hal ini subjek), rendah sebesar 5% (6 subjek),
menunjukkan bahwa terdapat hubungan dan sangat rendah sebesar 1% (1 subjek).
negatif yang signifikan antara AQ Dari data tersebut dapat disimpulkan
dengan adiksi internet. Artinya, semakin bahwa dalam penelitian ini sebagian
tinggi AQ maka akan semakin rendah besar subjek memiliki adiksi internet
adiksi internet pada mahasiswa. dalam kategori normal dan AQ dalam
Sebaliknya semakin rendah AQ maka kategori sedang. Hal tersebut bisa saja
semakin tinggi adiksi internet pada terjadi karena adanya faking good yaitu
mahasiswa. Diterimanya hipotesis dalam keinggnan seseorang untuk dapat terlihat
penelitian ini sesuai dengan hasil baik di mata orang lain (peneliti),
penelitian sebelumnya yang dilakukan sehingga subjek cenderung mengisi
Ariyanto (2016) yaitu terdapat hubungan skala pada pernyataan yang baik dimata
antara kontrol diri dengan kecanduan orang lain dan tidak sesuai dengan yang
internet. Selain itu, hasil penelitian sebenarnya terjadi pada diri subjek.
Widiana, Retnowati, dan Hidayat (2004) Menurut Stoltz (2005) AQ yang
juga mengungkapkan bahwa kontrol diri diklasifikasikan dalam kategori sedang
dapat mempengaruhi kecanduan internet. menunjukan bahwa biasanya seseorang
Menurut Stoltz (2005) kontrol cenderung baik dalam menempuh liku-
diri merupakan bagian dari dimensi AQ, liku hidup sepanjang sesuatunya
dimana seseorang yang memiliki AQ berjalan relatif lancar, namun seseorang
pasti dapat mengontrol dirinya dalam mungkin mengalami penderitaan yang
bersikap untuk dapat menghadapi dan tidak perlu akibat kemunduran-
menyelesaikan kesulitan di kemunduran yang lebih besar atau
kehidupannya. Mahasiswa yang mungkin menjadi kecil hati dengan
memilikki AQ yang tinggi mampu menumpuknya beban frustasi dan
menghadapi berbagai masalah yang tantangan-tantangan hidup. Lebih lanjut,
dihadapi, sehingga semakin tinggi AQ seseorang akan menunjukan
mahasiswa maka semakin rendah tingkat kemampuannya dalam menjalani
adiksi internet dan sebaliknya semakin kehidupan yaitu dapat bertahan dengan
tinggi adiksi internet semakin rendah mencari peluang lainnya untuk dapat
AQ yang dimiliki (Stoltz, 2005). berdiri kembali ketika kesulitan
Berdasarkan hasil kategorisasi menghampirinya. Akan tetapi, Stoltz
Skala Adiksi Internet menunjukkan (2005) juga menyatakan bahwa disituasi
bahwa subjek yang berada dalam tertentu AQ yang sedang
katagori normal sebesar 49% (54 subjek), memungkinkan seseorang sulit
kecanduan ringan sebesar 33% (36 mengendalikan dirinya, sehingga
subjek), kecanduan yang moderat 14% menjadikannya mudah menyerah,
(15 subjek), dan kecanduan berat merasa bahwa peristiwa buruk berada di
sebesar 4% (4 subjek). Selanjutnya, luar kendali, dan sering menjadi tidak
berdasarkan hasil kategorisasi Skala AQ berdaya saat menghadapi kesulitan.

7
Young & Rogers (1998) waktu penggunaan internet yang sesuai
berpendapat bahwa penggungaan dengan kebutuhannya bahkan
internet dalam kategori normal maka memanfaatkannya dengan mencari
seseorang akan mengakses internet bahan-bahan pelajaran tertentu
sebanyak 8 jam perminggu. Menurut (Rahardiyan, 2010).
Hakim dan Raj (2017) penggunaan Pada hasil penelitian ini juga
internet yang tidak berlebihan membuat telah memberikan sumbangan efektif
seseorang dapat memanfaatkan dampak dari variabel AQ terhadap variabel
positif internet yaitu untuk kemudahan adiksi internet sebesar 11.9% dan
dalam berkomunikasi seperti saling sisanya 88.1% dipengaruhi oleh faktor-
bertukar kabar, mencari informasi, faktor lainnya yang tidak diteliti dalam
menambah ilmu pengetahuan dan penelitian ini. Menurut Montag &
memperluas jaringan pertemanan Reuter (2015) faktor-faktor lain yang
(Hakim & Raj, 2017). Seseorang juga dapat mempengaruhi adiksi internet
akan dapat mengendalikan dirinya akan yaitu faktor sosial, psikologi, dan
mampu memandu, mengarahkan dan biologis.
mengatur perilaku online atau
mengakses internet. Hal terbebut SARAN
membuatnya tidak tenggelam dalam 1. Bagi subjek dan masyarakat
mengakses internet yang berlebihan, Bagi para mahasiswa yang
mampu menggunakan internet sesuai mengalami adiksi internet
kebutuhan, dan mampu memadukan diharapkan untuk meningkatkan
aktivitas online dengan aktivitas- adversity-nya dalam menghadapi
aktivitas lain dalam kehidupannya (Siwi permasalahan. Bagi mahasiswa yang
dalam Nigtyas, 2013). mengalami adiksi internet dalam
Menurut Ningtyas (2012) kategori sedang agar tidak sampai
seseorang yang mampu mengendalikan pada taraf candu, harus mampu
dirinya dengan baik akan dapat menurunkan adiksi internet tersebut
menggunakan atau mengakses internet dengan cara menaikkan adversity
sesuai kebutuhan hidupnya sehingga quotient.
seseorang tidak berlebihan dalam 2. Bagi peneliti selanjutnya
menggunakannya. Shoimah (2010) juga Bagi peneliti selanjutnya diharapkan
menyatakan bahwa adanya AQ dapat meneliti dengan
membuat seseorang dapat menghadapi mempertimbangkan faktor-faktor
berbagai masalah di kehidupannya, lainnya yang tidak diteliti dalam
sehingga tidak mudah merasa tertekan penelitian ini seperti faktor sosial,
dan terhindar dari perilaku melarikan psikologi, dan biologis. Bagi peneliti
diri dari masalah yang sedang selanjutnya juga diharapkan untuk
dihadapinya (Stoltz, 2005). Salah meneliti dengan subjek yang
satunya tidak melarikan diri dengan berbeda dari penelitian ini seperti
menggunakan internet secara berlebihan. siswa Sekolah Dasar (SD), Sekolah
Lebih lanjut, seseorang akan Menengah Pertama (SMP), dan
menganggap setiap aktivitasnya Sekolah Menengah Atas (SMA).
berharga, sehingga dapat mengontrol Selain itu peneliti selanjunya juga

8
dapat menggunakan metode yang Azwar, S. (2015). Reliabilitas dan
berbeda untuk melakukan penelitian validitas (edisi keempat).
seperti metode eksperimen dengan Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
meningkatkan AQ dapat
menurunkan kecanduan internet.
Azwar, S. (2016). Penyusunan skala
psikologi. Yogyakarta: Pustaka
Disarankan untuk peneliti
Pelajar.
selanjutnya, diharapkan untuk
melakukan screening terlebih Basri, S. H. (2014). Kecenderungan
dahulu yaitu cara untuk mengetahui internet addiction disorder
apakah subjek mengalami adiksi mahasiswa fakultas dakwah
atau tidak, sehingga peneliti dan komunikasi ditinjau dari
disarankan untuk mengambil subjek religiositas. Jurnal Dakwah,
penelitian yang memiliki adiksi 65(2), 407-432.
internet untuk mengetahui seberapa
Brata, T. (2016). Saatnya jadi pokok
lama subjek menggunakan internet
perhatian pemeritah dan
per harinya.
industri. Buletin APJII. Diakses
8 Februari 2018.
DAFTAR PUSTAKA https://apjii.or.id/downfile/file/
BULETINAPJIIEDISI05Nove
Alder, H. (2001). Boost your
mber2016.pdf
intelligence. Jakarta: Erlangga.
Erizka, R., Nadjmir, & Usman, E.
Arisandy, D. (2009). Hubungan
(2016). Hubungan kejadian
antara kontrol diri dengan
internet addiction dengan
kecanduan internet pada
prestasi belajar pada
mahasiswa universitas bina
mahasiswa FK Unand. Jurnal
darma tahun 2009 Palembang.
Kesehatan Andalas, 5(3), 625-
Jurnal Imiah, 2(2), 35-50.
629.
Ariyanto, A. (2017). Hubungan
Griffiths, M. (2015). Internet abuse
antara kontrol diri dengan
and internet addiction in the
kecanduan internet. Diakses
workplace. Journal of
tanggal 28 Febuari 2018 dari
Workplace Learning, 22(7),
eprints.ums.ac.id/58994/1/nask
463–472.
ah-%20publikasi.pdf.
Gani, I. & Amalia, S. (2015). Alat
Ayas, T. & Horzum, M. B. (2013).
analisis data: Aplikasi statistik
Relation between depression,
untuk penelitian bidang
loneliness, self- esteem and
ekonomi dan sosial.
internet addiction. Education,
Yogyakarta: PT. Andi Offset.
133(3), 283-290.
Ghozali, Imam. (2012). Aplikasi
Amalia, L. (2013). Menjelajahi diri
analisis multivariate dengan
dengan teori kepribadian (Carl
program (IBM SPSS).
Rogers). Jurnal Muaddib,
Yogyakarta: Universitas
03(01), ISSN: 2088-3390.
Diponegoro.

9
Gultom, S. A., Wardani, N. D., & yogyakarta. Jurnal Intervensi
Fitrikasari, A. (2018). Psikologi, 6(2), 102-124.
Hubungan adiksi internet
dengan prokrastinasi akademik. Nashori. (2007). Pelatihan adversity
Jurnal Kedokteran Diponegoro, intellegence untuk
7(1), 330-347. meningkatkan kebermaknaan
hidup. Jurnal Psikologika.
Hakim, S. N. & Raj, A. A. (2017). Diakses tanggal 28 Febuari
Dampak kecanduan internet dari
(internet addiction) pada https://www.researchgate.net/p
remaja. Jurnal Empati, 4(4), ro-
282-286. file/irwan_kurniawan2/publicat
ion/319649154_pelatihan_adve
Hurlock, E. B. (2002). Psikologi rsity_intelligence_untuk_meni
perkembangan: suatu ngkatkan_kebermaknaan_hidu
pendekatan sepanjang rentang p_remaja_panti_asuhan/links/5
kehidupan. Jakarta: Erlangga. 9db31660f7e9b12b36fbbda/pel
atihan-adversity-intelligence-
Hadi, S. (2015). Metodologi riset.
untuk-meningkatkan-
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
kebermaknaan-hidup-remaja-
Khairuni, N. (2016). Dampak positif panti-asuhan.pdf.
dan negatif sosial media
Ningtyas, S. D. Y. (2012). Hubungan
terhadap pendidikan akhlak
antara self control dengan
anak. Jurnal Edukasi, 2(1),
internet addiction pada
ISSN: 2460-4917, E-ISSN :
mahasiswa. Educational
2460-5794.
Psychology Journal, 1(1), 25-
Leman. (2007). The best of chinese 30.
life philosophies. Jakarta:
Nugraini, I. & Ramdhan, N. (2016).
Gramedia Pustaka Utama.
Keterampilan sosial menjaga
Lopez, S. J., & Snyder, C. R. (2003). kesejahteraan psikologis
Handbook of positive pengguna internet. Jurnal
psychology. New York: Oxford Psikologi, 43(3), 183 – 193.
University Press.
Orzack, M. H. (2004). The simptom
Montag, C. & Reuter, M. (2015). of computer addiction. Diakses
Molecular genetics, personality tanggal 28 Febuari 2018 dari
and internet addiction. London: http://
Springer International www.computeraddiction.com.
Publishing.
Putri, A. S. (2012). Hubungan
Mutohharoh, A. & Kusumaputri, E. kecanduan game online dengan
S. (2014). Teknik pengelolaan kecemasan pada remaja
diri perilakuan dalam pengunjung game centre di
menurunkan kecanduan kelurahan Jebres Surakarta
internet pada mahasiswa (skripsidipublikasikan).
Diakses tanggal 28 febuari

10
2018 dari Santoso, P. S. A. (2015). Hubungan
https://digilib.uns.ac.id/dokume adversity quotient dengan
n/detail/29248/hubungan- produktivitas kerja pada
kecanduan-online-game- karyawan marketing di kota
dengan-kecemasan-pada- samarinda. Skripsi. Fakultas
remaja-pengunjung-game- Psikologi, Universitas
centre-di-kelurahan-jebres- Muhammadiyah Malang.
surakarta.
Santrock, J. W. (2002). Life-Span
Qodratilah, M. T. (2011). Kamus Development: Perkembangan
bahasa indonesia untuk pelajar. Masa Hidup (Edisi Kelima).
Jakarta: Badan (Penerj. Achmad Crusairi, Juda
Pengembangan dan Damnik; Ed. Herman Sinaga,
pembinaan Bahasa. Yati Sumiharti). Jakarta:
Erlangga.
Rachmawati, J. W. (2007). Adversity
intelligence dan prestasi belajar Widiana, H. S., Retnowati, S., &
siswa. Jurnal Psikologi Hidayat, R. (2004). Kontrol
Proyeksi, 2(2), 35-48. diri dan kecenderungan
kecanduan internet.
Rahardiyan, E. K. (2012). Psychologycal Journal, 1(1), 6-
Pemanfaatan internet dan 16.
dampaknya pada pelajar
sekolah menengah atas di Widiana, H. S., Retnowati, S., &
Surabaya. Skripsi. Hidayat R. (2004). Kontrol diri
http://journal.unair.ac.id/filerP dan kecenderungan kecanduan
DF/ln5ba2011865full.pdf internet. Humanitas: Indonesia
Psychologycal Journal, 1(1), 6-
Reinaldo, & Sokang, Y. A. (2016). 16.
Mahasiswa dan internet: dua
sisi mata uang? Problematic Young, K. S. (2004). Internet
internet use pada mahasiswa. addiction: A new clinical
Jurnal Psikologi, 43(2), 107- phenomenon and its
120. consequences. American
Behavioral Scientist, 48(4),
Stoltz, P. G. (2005). Adversity 402–415.
quotient mengubah hambatan
menjadi peluang. Jakarta: Young, K. S. (1996). Internet
Grasindo. addiction: the emergence of a
new clinical disorder.
Sugiyono. (2016). Metode penelitian Cyberpsychology and Behavior,
kuantitatif, kualitatif, dan R&D. 1(3), 237-244.
Bandung: Alfabeta.
Young, K. S. & Rogers, R. C. (1998).
Soetjipto, H. P. (2005). Pengujian The relationship between
validitas konstruk kriteria depression and internet
kecanduan internet. Jurnal addiction. Cyberpsychology
Psikologi, 32(2), 74-91. and Behavior, 1(3), 25-28.

11
Young, K. S. (1996). Addictive use
of the Internet: A case that
breaks the stereotype.
Psychology of computer use:
XL. Psychological Reports, 79,
899-902.
Young, K. S. (2010). Internet
addivtion: a handbook and
guide to evaluation and
treatment. Canada: John Wiley
& Sons, Inc.
Young, K. S. & Abreu, C. N. D.
(2017). Kecanduan internet:
panduan konseling dan
petunjuk untuk evaluasi dan
penanganan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

12

Anda mungkin juga menyukai