A. Latar Belakang
Hasil survey data statistika yang dilakukan oleh APJII (Asosiasi Penyelenggara
Jasa Internet Indonesia, 2016) menjelaskan bahwa jumlah pengguna Internet di
Indonesia tahun 2016 adalah 132,7 juta user atau sekitar 51,5% dari total jumlah
penduduk Indonesia sebesar 256,2 juta. Pengguna internet terbanyak ada di Pulau
Jawa dengan total pengguna 86.339.350 user atau sekitar 65% dari total penggunan
Internet. Jika dibandingkan penggunana Internet Indonesia pada tahun 2014 sebesar
88,1 juta user, maka terjadi kenaikkan sebesar 44,6 juta dalam waktu 2 tahun (2014 –
2016). Dirjen Sumberdaya Perangkat Pos dan Informatika Kemen Kominfo
menyatakan bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia menguasai Asia sebesar
22,4 persen. Penggunanya sebanyak 55 juta orang dari 245 juta penduduk Indonesia.
Jumlah pengguna ini semakin meningkat terutama pada usia muda mulai dari 15-20
tahun dan 10-14 tahun. Indonesia juga tercatat sebagai negara kelima terbesar
pengguna Twitter di bawah Inggris. Untuk situs jejaring tercatat sebanyak 44,6 juta
pengguna Facebook dan sebanyak 19,5 juta pengguna Twitter di Indonesia
(http://tekno.kompas.com/read/xml/2012/11/01).
Kecanduan media social di semua kalangan saat ini merupakan sesuatu yang
tidak dapat dihindari lagi. Hampir setiap hari pengguna mengakses media sosial
hanya untuk sekedar mencari informasi di facebook atau instagram. Hasil dari survey
yang dilakukan APJII pada tahun 2016 pengguna internet paling sering mengunjungi
web onlineshop sebesar 82,2 juta atau 62%. Konten media sosial yang paling banyak
dikujungi adalah Facebook sebesar 71,6 juta pengguna atau 54% dan urutan kedua
adalah Instagram sebesar 19,9 juta pengguna atau 15%. Menurut hasil penelitian
Baidu (dalam Soliha, 2015) media sosial memberi kebutuhan untuk bersosialisasi,
mengakses informasi sampai kepada pemenuhan kebutuhan hiburan. Kini,
kehadirannya lebih dimanfaatkan sebagai media sosial oleh masyarakat.
Isu lain yang berdampak pada penggunaan internet adalah frekuensi dan durasi
penggunaan internet semakin lama dan intens. Menurut Horrigan, 2015 (dalam
Rochmawati) penggunaan internet diamati berdasarkan intensitas penggunaan
internet yaitu dari frekuensi berapa lama dan berapa kali menggunakan internet. The
Graphic, Visualization & Usability Center, the Georgia Institute of Technology telah
menetapkan indikator seseorang dapat dikatakan sebagai Internet Addiction pada
golongan Heavy Users ( ≥ 40 jam/bulan) atau 6 jam/hari dalam menggunakan
internet. Menurut data dari ICCA (Indonesian Contact Center Association)
menyimpulkan bahwa pengguna media sosial di Indonesia menghabiskan waktunya
sebanyak 3 jam dalam sehari untuk berkomunikasi di media sosial. Maka dalam
seminggu pengguna internet menggunakan waktunya rata-rata sebanyak 21 jam.
Intensitas penggunaan internet tersebut termasuk memiliki kecenderungan Heavy
Users.
Facebook & twitter dalam sarana komunikasi justru dijadikan sebagai proses
penggantian komunikasi secara langsung. Tahapan komunikasi dimulai dari kontak,
keakraban, hingga pemutusan justru dilakukan lebih intens dalam media sosial. Hasil
eksperimen menunjukkan para penguna menganggap bahwa mereka menggunakan
komputer itu sebagai media yang ‘nyata’. Itu berarti apa yang muncul dalam berbagai
media sosial di jejaring internet dari hasil eksperimen seolah-olah nyata. Intensitas
dan frekuensi kecanduan media sosialsecara tidak langsung (aplikasi chatting) tidak
dapat mencapai kedalaman dan keluasan dalam komunikasi interpersonal sehingga
penggunaan tidak akan maksimal karena keterbatasan penulisan karakter yang
mempengaruhi (Moon & Nass dalam Werner (dalam Maulana&Gumelar, 2013:145).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Abadi, Sukmawan & Utari (2013)
mengatakan bahwa remaja yang mengalami kecanduan media sosial dapat
memengaruhi perkembangan komunikasi menunjukkan bahwa hubungan sosial di
dunia maya dalam sarana media sosial memberikan pengaruh bagi komunikasi
masyarakat pada komunikasi tatap muka mereka. Secara negatif fenomena yang
muncul menandakan bahwa komunikasi bersarana komputer/smartphone mengurangi
tingkat keintiman hubungan sosial di dunia nyata (komunikasi tatap muka). Menurut
teori Budyatna (dalam Utaminingsih, 2016) menjelaskan bahwa penggunaan ponsel
dapat memberikan pengaruh yang bersifat transaksional dimana komunikasi secara
timbal balik mengalami penurunan sehingga kurang terjalinnya interaksi tatap muka.
Abadi , T. W., Sukmawan, F., & Utari, D. A. (September 2013). Media Sosial dan
Pengembangan Hubungan Interpersonal Remaja di Sidorejo. Kanal, Vol 2 No 1, Hal
1-106.
Anugrah, A. (2014, Desember 04). Sosial Media : Overdosis. Diambil kembali dari
Indonesian Contact Center Association (ICCA): https://icca.co.id/social- media-
overdosis/
APJII. (2017). Penetrasi & Perilaku Pengguna Internet di Indonesia 2017. Diambil
kembali dari Kominfo Teknoprener:
https://web.kominfo.go.id/sites/default/files/Laporan%20Survei%20APJII_20
17_v1.3.pdf