Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI TUMBUHAN

PRAKTIKUM III

PENGARUH OSMOTIK KONSENTRASI GARAM

HARA TERHADAP ABSORPSI AIR DAN

PERTUMBUHAN TANAMAN

NAMA : LUSIANA

NIM : H041191026

KELOMPOK : II (TIGA)

HARI/TANGGAL : RABU/ 11 NOVEMBER 2020

LABORATORIUM BOTANI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Air merupakan sumber kehidupan, tidak hanya bagi manusia, makhluk hidup

yang lain juga sangat membutuhkan air. Air adalah faktor yang menentukan

kehidupan tumbuhan. Tanpa adanya air, tumbuhan tidak bisa melakukan berbagai

macam proses kehidupan apapun. Kira-kira 70% atau lebih daripada berat

protoplasma sel hidup terdiri dari air. Air juga merupakan salah satu komponen fisik

yang sangat vital dan dibutuhkan dalam jumlah besar untuk pertumbuhan dan

perkembangan tanaman. Ketersediaan air dalam tubuh tanaman diperoleh melalui

proses fisiologis absorbsi. Sedangkan hilangnya air dari permukaan bagian-bagian

tanaman melalui proses fisiologi, evaporasi dan transpirasi. Peranan air yang sangat

penting menimbulkan konsekuensi bahwa langsung atau tidak langsung kekurangan

air pada tanaman akan mempengaruhi semua proses metaboliknya sehingga dapat

menurunkan pertumbuhan tanaman (Muliana, 2011).

Tumbuhan memperoleh bahan dari lingkungan untuk hidup berupa O2, CO2,

air dan unsur hara. Mekanisme proses penyerapan dapat belangsung karena adanya

proses imbibisi, difusi, osmosis dan transpor aktif. Proses osmosis yang terjadi

merupakan proses perpindahan air dari daerah yang berkonsentrasi rendah ke daerah

yang berkonsentrasi tinggi melalui membran semipermiabel. Membran

semipermiabel adalah selaput pemisah yang hanya bisa ditembus oleh air dan zat

tertentu yang larut di dalamnya (Dwidjoseputro, 1980).


Oleh karena itu kami akan melakukan percobaan ini agar lebih mengetahui

pengaruh osmotik konsentrasi garam hara terhadap absorpsi air dan pertumbuhan

tanaman.

I.2 Tujuan Percobaan

Melihat pengaruh osmotik dan konsentrasi garam hara terhadap absorpsi air

dan pertumbuhan tanaman.

I.3 Waktu dan Tempat Percobaan

Percobaan ini dilakukan pada hari Rabu, 11 November 2020 pukul 14:00-

16:00 WITA bertempat di Makassar Provinsi Sulawesi Selatan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sebagian besar unsur yang dibutuhkan tanaman diserap dari larutan tanah

melalui akar, kecuali karbon oksigen yang diserap dari udara oleh daun. Penyerapan

unsur hara secara umum lebih lambat dibandingkan dengan penyerapan air oleh akar

tanaman. Sistem perakaran tanaman lebih dikendalian oleh sifat genetik dari tanaman

yang bersangkutan, tetapi telah pula dibuktikan bahwa sistem perakaran tanaman

tersebut dapat dipengaruhi oleh kondisi tanah atau media tumbuh tanaman. Factor

yang mempengaruhi pola penyuburan akar antara lain adalah penghalang mekanis,

suhu tanah, aerasi, ketersediaan air dan ketersediaan unsur hara (Kimball, 1983).

Akar mengabsorbsi air dengan cara osmosis. Oleh karena itu, absorbsi air oleh

tumbuhan mungkin dilakukan dengan mengnedalikan potensial air larutan dimana

akar itu berada. Jika potensial osmotik larutan luar lebih rendah dari potensial

osmotik sel-se akar, maka air dapat masuk dari larutan di luar akar ke dalam sistem

akar. Dengan meningkatnya konsentrasi zat-zat terlarut maka masukny air ke dalm

akar menjadi lebih lambat sampai arah pergerakkan air mungkin akan terbalik

(Johannes, dkk., 2013).

Pada potensial air, air akan meninggalkan sel itu dengan cara osmosis,

sehingga sel itu akan mengalami plasmolisis/mengkerut dan menjauh dari

dindingnya. Sel lembek ini memiliki potensial air yang lebih kecil karena kehadiran

zat terlarut dan akan memasuki sel melalui osmosis. Sel tersebut akan mulai

mengembang dan memberikan dorongan melawan dinding selnya menghaslkan


tekanan turgor. Ketika tekanan dinding ini cukup besar untuk mengembangi

kecenderungan air untuk masuk karena zat-zat terlarut dalam sel, maka Ψp dan Ψs

akan sama besar dan dengan demikian Ψ = 0. Besar potensial ini akan menyamai

potensial air dari lingkungan ekstraseluler (Campbell, 2004).

Potensial/tekanan osmotik (Ψs,π,PO) ini merupakan istilah yang sudah lama

digunakan untuk menguraikan osmosis. Larutan dengan konsentrasi lebih tinggi

mempunyai tekanan osmotic (PO). Berati bahwa air berpindah dari larutan dengan

PO rendah (hipotonis, PA tinggi) ke larutan PO tinggi (hipertonis, PA rendah) lebih

sering digunakan symbol Ψ sebanding dengan PO. Potensial osmotik (PO) lebih

menyatakan status larutan, dan status larutan dapat kita nyatakan dalam satuan

konsetrasi, tekanan atau energi, Po air murnni sama dengan nol atm atau 0 bar

(Ismail, 2011).

Osmosis merupakan difusi air melintasi membran semipermeabel dari daerah

dimana air lebih banyak ke daerah dengan air yang lebih sedikit. Osmosis sangat

ditentukan oleh potensial kimia air atau potensial air, yang menggambarkan

kemampuan molekul air untuk dapat melakukan difusi. Sejumlah besar volume air

akan memiliki kelebihan energi bebas daripada volume yang sedikit, di bawah

kondisi yang sama. Energi bebas zuatu zat per unit jumlah, terutama per berat gram

molekul (energi bebas mol-1) disebut potensial kimia. Potensial kimia zat terlarut

kurang lebih sebanding dengan konsentrasi zat terlarutnya. Zat terlarut yang berdifusi

cenderung untuk bergerak dari daerah yang berpotensi kimia lebih tinggi menuju

daerah yang berpotensial kimia lebih kecil (Ismail, 2011).


Di dalam proses osmosis, disamping komponen Potensial Air (PA) dan

Potensial Tekanan (PT), komponen lain yang juga berperan adalah Potensial Osmotik

(PO). Potensial osmotik dari suatu larutan lebih menyatakan status larutan, dan status

larutan dapat kita nyatakan dalam satuan konsentrasi, satuan tekanan atau satuan

energi. Potensial osmotik air murni memiliki nilai sama dengan nol, sehingga kalau

digunakan satuan tekanan maka nilainya menjadi 0 atm atau 0 bar. Kalau status suatu

larutan tidak berubah, maka nilainya pun tidak akan berubah. Hal ini perlu dipahami

karena kalau terhadap suatu larutan kita beri tekana, berapapun besarnya tekanan itu

tidak akan mengubah status larutan tadi, yang berarti tidak akan mengubah

konsentrasinya dan nilainyapun akan tetap. Adapun yang berubah di dalam larutan

tersebut adalah potemsial airnya. Nilai potensial osmotik suatu larutan dapat diukur

dengan suatu alat yang disebut osmometer. Tekanan yang timbul pada osmometer

merupakan tekanan yang nyata (Sasmitamihardja, 1996).

Apabila PA larutan luar sangat rendah sehingga menghambat absorbsi air oleh

akar maka akibatnya pertumbuhan tumbuhan akan terhambat. Mengembangnya sel

selama proses pembesaran terjadi akibat tekanan air yang masuk sebagai respon

terhadap perbedaan potensial air. Air yang masuk ini akan menekan dinding sel ke

arah luar, sehingga dinding sel merentang menjadi lebuh besar (Johannes, dkk.,

2013).

Perakaran dari tanaman yang ditanam di lapangan biasanya tumbuh dalam

voum tanah yang besar. Terjadi kerapatan perakaran yang tinggi dalam profil tanah

sebelah atas tempat terjadinya pengambilan air dengan cepat, tetapi apabila air

menjadi terbatas dalm profil tanah sebelah atas, perakaran meluas ke profil tanah
yang lebih bawah yang airnya lebih banyak. Jadi pada tanaman yang ditanam di

lapangan perkembangan tekanan selama daur kekeringan itu jauh lebih gradual,

kemungkinan untuk mengembalikan Ψw, dalam semalam juga besar, dan tanaman

mempunyai waktu untuk beradaptasi terhadap kekurangan air yang muncul (Fried,

2005).

Menurut Muliana (2011), kalsium diserap dalam bentuk ion Ca2+ untuk

menyokong pertumbuhan dengan baik. Kalsium tidak ditranslokasikan ke floem

sehingga terjadi defisiensi, dan akibatnya terjadi kekahatan pada jaringan yang masih

muda, sehingga jaringan mengerut dan berubah bentuk disebabkan oleh kekurangan

kalsium, dan daerah meristematik mati lebih awal. Begitupun klorin diserap dalam

bentuk ion Cl-, biasanya Cl diserap sangat banyak dari apa yang tumbuhan butuhkan,

sehingga pemakaiannya berlebihan. Fungsi Cl adalah pembelahan sel daun dan

linarut aktif dalam mengendalikan osmosis.


BAB III

METODE PERCOBAAN

III.1.1 Alat

Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah botol You-C,

erlenmeyer, kamera, sandal bekas, sendok tanduk, neraca, gelas kimia dan penggaris.

III.1.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah kecambah kacang

merah Phaseolus vulgaris yang berumur tujuh hari, garam dapur NaCl , akuades dan

kertas label.

III.2 Tahapan Kerja

1. Dibuat larutan NaCl dengan konsentrasi berbeda-beda yaitu 0,125%, 0,25%,

0,5% dan 1%, 2,5%, 5%, 10% dan kontrol. NaCl murni ditimbang seberat 2

gram lalu ditambahkan dengan akuades sebanyak 200 mL sehingga

menghasilkan larutan baku 1%.

2. Diambil larutan baku NaCl 1% sebanyak 100 mL dan ditambahkan akuades

sebanyak 100 mL sehingga menghasilkan larutan CaCl2 dengan konsentrasi

0,5%.

3. Diambil larutan baku NaCl 0,5% sebanyak 100 mL dan ditambahkan akuades

sebanyak 100 mL sehingga menghasilkan larutan NaCl dengan konsentrasi

0,25%.

4. Diambil larutan baku NaCl 0,25% sebanyak 100 mL dan ditambahkan

akuades sebanyak 100 mL sehingga menghasilkan larutan NaCl dengan


konsentrasi 0,125%.

5. Ditimbang NaCl murni seberat 20 gram lalu tambahkan dengan akuades

sebanyak 200 mL sehingga menghasilkan larutan baku berkonsentrasi 10%.

6. Diambil larutan baku NaCl 10% sebanyak 100 mL dan ditambahkan akuades

sebanyak 100 mL sehingga menghasilkan larutan NaCl dengan konsentrasi

5%.

7. Diambil larutan baku NaCl 5% sebanyak 100 mL dan ditambahkan akuades

sebanyak 100 mL sehingga menghasilkan larutan NaCl dengan konsentrasi

2,5%.

8. Dimasukkan larutan dengan konsentrasi NaCl 0,125%, 0,25%, 0,5%, 1%,

2,5% dan 5% ke masing-masing botol dan berikan label. Berikan satu botol

akuades sebagai kontrol.

9. Dimasukkan kecambah ke dalam masing-masing botol dan pastikan akar

mengenai larutan.

10. Ditutup botol dengan sandal bekas yang telah dilubangi agar kecambah dapat

tegak.

11. Ditandai tinggi larutan pada botol.

12. Diukur dan dicatat panjang kotiledon ke ujung daun pada hari pertama, kedua

dan keenam.

13. Diamati keadaan tanaman dan total perpanjangan tanaman pada masing-

masing perlakuan.

Anda mungkin juga menyukai