Fisiologi Tumbuhan
Sumber:5.Data
Gambar Primer
Grafik setelahKonsentrasi
Hubungan diolah, 2022
Sukrosa dengan Panjang Kentang.
Gambar 5.Data
Sumber: Grafik Hubungan
Primer setelahKonsentrasi Sukrosa dengan Panjang Kentang.
diolah, 2022
4.2 Pembahasan
Berdasarkan grafik di atas, pada konsentrasi 0 M terjadi penambahan ukuran
panjang pada umbi kentang. Penambahan ukuran umbi terjadi karena kondisi
hipotonis. Hipotonis keadaan dimana konsentrasi larutan rendah dan konsentrasi
air tinggi sehingga air masuk ke dalam sukrosa. Hal ini sesuai dengan pendapat
Maulana et al (2019) yang mengatakan bahwa konsentrasi pelarut (air) di dalam
sel kentang lebih rendah (hipotonis) daripada di luar sel sehingga air masuk dari
dalam sel ke larutan sukrosa.
Pada konsentarasi 0,25 M, tidak terjadi pengurangan maupun penambahan
ukuran panjang umbi kentang. Tidak berubahnya ukuran panjang umbi kentang
ini karena pada larutan tersebut memiliki konsentrasi yang sama dengan larutan di
dalam sel. Hal ini sesuai dengan pendapat Lailia et al (2020), yang mengatakan
bahwa sel yang terletak pada larutan isotonik, maka volumenya akan konstan.
Dalam hal ini, sel akan mendapat dan kehilangan air yang sama.
Pada grafik terlihat bahwa terjadi penurunan grafik pada larutan konsentrasi
0,50 M, 0,75 M, dan 1 M, yang menandakan bahwa terjadinya pengurangan
ukuran panjang pada umbi kentang. Terjadi pengurangan ukuran panjang umbi
kentang ini dapat disebabkan oleh perbedaan konsentrasi. Hal ini sesuai dengan
pendapat Dary et al (2016), yang mengatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi
sukrosa, maka panjang silinder umbi kentang semakin berkurang ukuran
panjangnya. Hal ini terjadi karena konsentrasi air di dalam kentang lebih besar
bila dibandingkan dengan konsentrasi air pada lingkungan sel umbi kentang,
sehingga sel melakukan penyesuaian kesetimbangan molekul air yang
mengakibatkan molekul air yang berada pada sel umbi kentang tertarik keluar
menuju lingkungan di luar sel. Hal inilah yang menyebabkan ukuran silinder umbi
kentang semakin berkurang panjangnya.
Pada nilai potensial osmotik dan potensial air jaringan tanaman terdapat
perbedaan yang dapat berpengaruh terhadap proses pergerakan air di dalam sel.
Hal ini sesuai dengan pendapat Hamim (2018) bahwa pergerakan air dalam
jaringan tumbuhan tergantung pada perbedaan potensial air antara sel satu dengan
yang lain. Air akan bergerak dari sel yang memiliki potensial air tinggi menuju ke
sel yang berpotensial rendah. Pergerakan air berhenti jika keseimbangan diantara
kedua sel tercapai. Sel yang mendapat tambahan air turgiditas akan naik, potensial
tekanan (turgor) juga menjadi lebih besar, dan potensial air naik.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Potensial osmotik merupakan zat cair dalam vakuola dan bagian-bagian sel
lainnya yang mengandung zat-zat terlarut di dalamnya.
2. Fakta mengenai gejala potensial osmotik dapat dilihat dari perubahan panjang
selinder kentang yang dipengaruhi dengan adanya plasmolisis dengan durasi
yang ditentukan.
5.2 Saran
Sebaiknya para praktikan memperhatikan betul setiap proses yang dilakukan
agar dapat paham dengan jelas materi dari praktikum ini, serta sebaiknya asisten
menjelaskan terlebih dahulu tentang praktikum yang akan dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Advinda, 2018. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Yogyakarta. CV Budi Utama.
Agustina, N. 2015. The Effect of Immersion Temperature on the Diffusion
Coefficient and Physical Properties of Red Beans. Journal of Agricultural
Engineering Lampung, 2(1): 37-44.
Dary, A. A., Jarwati., Fauziyah, S., Prettysia, N. 2016. Laporan Praktikum
Fisiologi Tumbuhan Potensial Osmotik. Surabaya: Universitas Airlangga.
Furnawanthi, I., Jumroh, S. D., Nauly, D., Mardiyanto, R., Elya, M. 2017. Respon
Pertumbuhan Eskplan Kentang (Sulanum tuberosum L.) Varietas AP-4
terhadap Manitol sebagai Media Konservasi secara In Vitro. Prosiding
Seminar Nasional Fakultas Pertanian UMJ, Hal 245-252.
Hamim. 2018. Fisiologi Tumbuhan. Bogor: IPB Press.
Harijati, N., Mastuti, R., dan Widoretno, W. 2020. Penuntun Praktikum Fisiologi
Tumbuhan. Malang: Universitas Brawijaya.
Kurniawan, B. A., Fajriani, S., dan Ariffin. 2014. Pengaruh Jumlah Pemberian Air
terhadap Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tembakau (Nicotiana
tabaccum l.). Jurnal Produksi Tanaman, 2(1): 59-64.
Lailia, H. U., Falahiyah, R., dan Singgih, S. 2020. Uji Osmosis pada Kentang dan
Wortel menggunakan Larutan NaCl. Jurnal Sainsmat, 9(2): 110-116.
Maulana, A. A., Rahmah, A., Dwi, A. R., Siti, N. F., Naura, S. F. 2019. Potensial
Osmosis Jaringan Tumbuhan. Jurnal Lentera Bio, 2(3): 42-48.
Nio, S. A, dan Torey, P. 2013. Karakter Morfologi Akar sebagai Indikator
Kekurangan Air pada Tanaman. Jurnal Bios Logos, 3(1): 31-39.
Purnomo, E., Sri, W. A. S., Sry, H. 2014. Perubahan Morfologi Umbi Kentang
Konsumsi (Solanum tuberosum L) setelah Perlakuan Cara dan Waktu
Penyimpanan yang Berbeda. Jurnal Biologi, 3(1): 40-48.
Sakinatuz, B. U. 2017. Pengukuran Potensial Osmotik dan Potensial Air Jaringan
Tumbuhan. Skripsi. Universitas Negeri Malang: Malang.
Yahya. 2015. Perbedaan Tingkat Laju Osmosis antara Umbi Solonum Tuberosum
dan Doucus carota. Jurnal Biology Education, 4(1): 196-206.
LAMPIRAN
a. Lampiran Tabel
Tabel 5. Panjang silinder umbi kentang setelah direndam dalam berbagai
seri larutan sukrosa selama 40 menit
No Panjang Potongan Silinder Kentang (cm)
0M 0,25 M 0,50 M 0,75 M 1M
1 3.1 3 2.8 2.8 2.8
2 3.1 3 2.8 2.9 2.8
3 3.1 3 2.8 2.9 2.7
Rerata 3.1 3 2.8 2.9 2.8
b. Lampiran Gambar