Anda di halaman 1dari 20

Laporan Praktikum

Fisiologi Tumbuhan

POTENSIAL OSMOTIK DAN POTENSIAL AIR JARINGAN

NAMA : ANDI NADIFAH ZATA DINI


NIM : G011211238
KELAS : FISIOLOGI TUMBUHAN A
KELOMPOK : 1
ASISTEN : 1. MOH. NUR FAIZ
2. ANDI NURSAFITRI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air adalah senyawa kehidupan yang sangat penting. Demikian juga bagi
tumbuhan, air merupakan bagian yang penting dari sel dan jaringan. Sebagian
besar dari jaringan tumbuhan terdiri dari air. Secara umum, jaringan tumbuhan
mengandung air dengan kisaran 60-85%. Air sangat penting bagi organisme,
termasuk tumbuhan, yaitu karena organisme tersusun oleh sel-sel dan jaringan,
sementara komponen utama dari sel itu sendiri adalah air. Perbedaan kadar air
dari masing-masing jaringan dan organ tumbuhan, terjadi karena adanya
perbedaan dari sel-sel penyusunnya. Pergerakan air pada jaringan tanaman dapat
terjadi dengan peristiwa osmosis (Hamim, 2018).
Osmosis adalah proses perpindahan atau pergerakan molekul zat pelarut,
dari larutan yang konsentrasi zat pelarutnya tinggi menuju larutan yang
konsentrasi zat pelarutnya rendah melalui selaput atau membran selektif
permeabel. Osmosis sangat ditentukan oleh potensial kimia air atau potensial air.
Larutan yang konsentrasi zat terlalutnya lebih tinggi dibandingkan dengan larutan
di dalam sel dikatakan sebagai larutan hipertonis. Sedangkan larutan yang
konsentrasinya sama dengan larutan di dalam sel disebut larutan Isotonik. Larutan
yang terdapat di luar sel, konsentrasi zat terlarutnya lebih rendah daripada di
dalam sel dikatakan sebagai larutan hipotonis. Dalam jaringan tanaman terdapat
kandungan air pada selnya yang disebut potensial air (Nur, 2020).
Potensial air merupakan konsep yang sangat penting dalam fisiologi
tumbuhan. Potensial air adalah energi yang dimiliki air untuk bergerak untuk
mengadakan reaksi. Apabila tekanan di sekitar sistem ditingkatkan atau
diturunkan, maka secara otomatis potensial air akan naik atau turun sesuai dengan
perubahan tekanan tersebut. Di dalam sel, potensial air memiliki dua komponen,
yaitu potensial tekanan dan potensial osmotik. Potensial osmotik adalah sifat
larutan yang diukur dengan tekanan osmosis untuk mengukur jumlah air yang
terkandung dalam suatu sel atau jaringan tumbuhan. Semakin tinggi potensial,
maka semakin besar kemampuan jaringan untuk memberikan cairan kepada sel
(Advinda, 2018).

Potensial osmotik terjadi karena adanya unsur terlarut. Semakin tinggi


konsentrasi larutan sukrosanya, maka semakin banyak sel yang mengalami
plasmolisis. Salah satu yang mempengaruhi nilai potensial osmotik adalah
konsentrasi larutan, meningkatnya konsentrasi larutan akan menurunkan nilai
potensial osmotiknya. Jika sel tumbuhan diletakkan pada lingkungan hipertonik,
maka tumbuhan akan kehilangan air dan tekanan turgor, yang mengakibatkan sel
tumbuhan layu bahkan nantinya akan mati. Potensial air merupakan alat yang
memungkinkan penentuan secara tepat keadaan status air dalam sel atau jaringan
tumbuhan. Semakin rendah potensial pada suatu sel atau jaringan tumbuhan maka
semakin besar kemampuan jaringan untuk memberikan air kepada sel yang
mempunyai kandungan air lebih rendah (Agustina, 2015).
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan praktikum potensial
osmotik dan potensial air jaringan tanaman agar dapat mengetahui dan memahami
fakta tentang potensial osmotik serta dapat mengetahui potensial air jaringan
tanaman.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum potensial osmotik dan potensial air jaringan tanaman,
yaitu:
1. Mendeskripsikan potensial osmotik
2. Mengetahui dan memahami fakta tentang potensial osmotik
Kegunaan dari praktikum ini, yaitu agar dapat menjadi bahan referensi dan
informasi bagi pihak yang membutuhkan, serta menjadi sarana pembelajaran
dalam mendeskripsikan potensial osmotik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kentang
Kentang (Solanum tuberosum L) adalah tumbuhan yang termasuk dalam
kelompok umbi-umbian, yaitu umbi batang. Kelemahan dari kentang adalah
ketahanan penyimpanan yang tidak lama dan mudah mengalami browning yang
disebabkan oleh kadar air yang tinggi. Dehidrasi osmotik merupakan metode yang
tepat untuk mengatasi masalah pada kentang tersebut untuk mengurangi kadar air
di dalam kentang sampai pada tingkat yang rendah tanpa mengubah tekstur dan
kandungan protein pada kentang (Lailia et al., 2020).
Kentang merupakan jenis tanaman semusim dan berumur pendek karena
hanya sekali berreproduksi, setelah itu mati, berbentuk perdu dan semak. Kadar
air dalam umbi kentang merupakan indikasi dari tingkat kesegaran sehingga
berpengaruh terhadap mutu, terutama fisik. Kadar air umbi kentang berkisar
antara 83,38–86,28%. Cahaya berperan sangat penting dalam proses fisiologi
pertunasan pada umbi kentang (Purnomo et al., 2014).
Kentang merupakan salah satu jenis tanaman yang mengalami peristiwa
difusi dan osmosis. Tanaman kentang memiliki umbi yang merupakan bagian
tanaman yang terbentuk di dalam tanah. Tanaman kentang memiliki karakteristik
tumbuh, yaitu sangat menyukai daerah dingin dan lembab sebagai tempat
tumbuhnya, kisaran suhu antara 15,5 – 21o C dan membutuhkan pH 5,5 – 6,5
(Yahya, 2015).
2.2 Potensial Osmotik
Potensial osmotik adalah sifat larutan yang diukur dengan tekanan osmosis
untuk mengukur jumlah air yang terkandung dalam suatu sel atau jaringan
tumbuhan. Potensial osmotik memungkinkan penentuan secara tepat keadaan air
di dalam sel, di mana jika semakin rendah potensial osmotik dari suatu sel, maka
semakin besar kemampuan tanaman untuk menyerap air. Sebaliknya, semakin
tinggi potensial, maka semakin besar kemampuan jaringan untuk memberikan
cairan kepada sel yang memiliki kandungan air rendah (Harijari et al., 2020).
Potensial osmotik sangat berperan penting disamping potensial air dan
tekanan. Potensial osmotik merupakan potensial kimia yang disebabkan adanya
materi yang terlarut atau dengan kata lain kontribusi dari potensial air pada zat
terlarut disebut dengan potensial osmotik, yang selalu bernilai negatif.
Meningkatnya konsentrasi suatu larutan akan menurunkan nilai potensial
osmotiknya. Sehingga potensial osmotik larutan tersebut bernilai negatif, karena
air sebagai pelarut dalam larutan itu melakukan kerja kurang dari air murni. Kalau
tekanan pada larutan meningkat, maka kemampuan larutan untuk melakukan kerja
juga meningkat (Advinda, 2018).
Di dalam sel, potensial air memiliki dua komponen, yaitu potensial tekanan
dan potensial osmotik. Potensial tekanan dapat menambah dan mengurangi
potensial air, sedangkan potensial osmotik menunjukkan status larutan di dalam
sel tersebut. Dengan memasukkan suatu jaringan tumbuhan kedalam seri larutan
yang telah diketahui potensial airnya, maka potensial air jaringan tersebut dapat
diketahui. Potensial tekanan air dapat bernilai positif, negatif, bukan nol. Tetapi
secara umum nilai potensial air tekanan ini bernilai positif, karena setiap sel
tumbuhan memiliki tekanan turgo. Terkait dengan kemampuan air berasosiasi
dengan partikel koloid, makam muncullah istilah potensial matriks. Potensial
matriks bernilai kecil, sehingga seringkali diabaikan (Advinda, 2018).
2.3 Potensial Air Jaringan
Potensial air atau potensial kimia air adalah energi bebas yang dimiliki oleh
suatu cairan atau larutan tertentu yang dapat mempengaruhi perpindahan air dari
satu bagian ke bagian lainnya. Potensial air dari suatu sel atau jaringan ditentukan
oleh banyaknya air murni yang dikandung oleh sel atau jaringan tersebut.
Semakin tinggi kandungan air murni dari suatu jaringan akan semakin tinggi
potensial airnya. Oleh karena itu, potensial air sel dan jaringan tumbuhan
umumnya bernilai negatif (kurang dari nol) (Hamim, 2018).
Potensial air merupakan alat diagnosis yang memungkinkan penentuan
secara tepat keadaan status air dalam sel atau jaringan tumbuhan. Keseimbangan
air dalam tumbuh-tumbuhan dikendalikan oleh tiga jenis potensial yang secara
alamiah bekerja dan saling berinteraksi dalam sel jaringan tumbuhan yaitu
potensial air total, potensial osmotik, dan potensial turgor. Potensial air dikontrol
oleh suhu dan konsentrasi solute (bahan terlarut) (Harijati et al., 2020).
Air akan bergerak dari tempat/jaringan dengan potensial air yang tinggi ke
tempat/jaringan dengan potensial air yang rendah. Potensial air dari tumbuhan
adalah lebih rendah daripada air di dalam media atau di dalam tanah maka air
dapat bergerak dari media tanam ke dalam sel dan jaringan tumbuhan. Potensial
air penting artinya untuk mengetahui status air dalam sel atau jaringan tumbuhan,
apakah suatu tumbuhan cukup air atau mengalami defisit air. Perbedaan antara
potensial air tumbuhan dengan potensial air dari lingkungan merupakan
penggerak masuknya air ke dalam tumbuhan (Hamim, 2018).
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Potensial Osmotik dan Potensial Air
Jaringan
Menurut Dary et al (2017), terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi potensial osmotik adalah sebagai berikut:
1. Konsentrasi
Meningkatnya konsentrasi suatu larutan akan menurunkan potensial
osmotiknya. Apabila zat terlarut bukan elektrolit dan molekulnya tidak
mengikat air hidrasi, maka potensial osmotik larutan tersebut hampir pasti
akan sebanding dengan konsentrasi molekulnya.
2. Ionisasi Molekul Zat Terlarut
Poternsial osmotik suatu larutan ditentukan oleh jumlah potensial partikel
yang terdapat dalam larutan tersebut. Partikel yang dimaksud dapat berbentuk
ion, molekul, atau partikel koloid (micelle).
3. Hidrasi Molekul Zat Terlarut
Air yang berasoasi dengan partikel zat terlarut disebut sebagai air hidrasi. Air
dapat berasosiasi dengan ion, molekul atau partikel koloid. Dampak air hidrasi
terhadap suatu larutan dapat menyebabkan larutan menjadi lebih pekat dari
yang diperkirakan, sehingga nilai potensial osmotik lebih rendah.
4. Suhu
Potensial osmotik suatu larutan nilainya akan menurun bila ada kenaikan
suhu. Pada larutan sukrosa 1 molal pada 0°C nilai potensial osmotiknya -
24,85 atm atau pada suhu suhu 40°C turun menjadi -27,70 atm dan pada ssuhu
80°C turun lagi menjadi -28,82 atm.
2.5 Peranan Potensial Osmotik untuk Tanaman
Potensial osmotik berperan dalam membuka dan menutup stomata.
Perubahan-perubahan nilai potensial osmotik di dalam sel penutup disebabkan
oleh perubahan kimia yang terjadi di dalam sel penutup tersebut, yang selanjutnya
akan mengubah potensial airnya. Adanya zat-zat terlarut di dalam air
menyebabkan terjadinya penurunan energi bebas dan potensial kimia air
(Sakinatuz, 2017).
Penyesuaian osmotik diketahui sebagai suatu komponen efektif pada
resistensi terhadap kekeringan di beberapa tanaman. Penyesuaian osmotik
meliputi akumulasi bersih dari larutan dalam sel sebagai respon terhadap
perubahan potensial air dari lingkungan sel. Sebagai konsekuensi dari akumulasi
ini, potensial osmotik sel lebih rendah dan cenderung untuk menjaga tekanan
turgor. Tanaman yang mengalami cekaman kekeringan akan berusaha untuk
melakukan perubahan-perubahan fisiologi sebagai bentuk adaptasinya. Salah satu
bentuk adaptasi tersebut adalah kemampuan tanaman untuk mempertahankan
tekanan turgor. Metabolisme yang terjadi pada saat tanaman mengalami stress
kekeringan menyebabkan perubahan pada konstituen kimiawi selular. Proline
bebas sering terakumulasi selama tanaman mengalami kekeringan (Kurniawan et
al., 2014).
Dalam menjalankan fungsinya dalam sel, jaringan, dan organ tumbuhan
maka diperlukan air untuk melakukan pergerakan atau perpindahan dari satu
tempat ke tempat yang lain. Perpindahan itu disebabkan oleh perbedaan potensial.
Jumlah air yang diserap oleh akar sangat bergantung pada kandungan air tanah,
kemampuan partikel tanah untuk menahan air serta kemampuan akar untuk
menyerap air. Berbagai karakter fisiologi, anatomi dan morfologi, diketahui
respons terhadap kekurangan air. Salah satu karakter penting untuk dievaluasi
adalah morfologi akar, karena kemampuan akar mengabsorbsi air (Nio dan Torey,
2013).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Potensial Osmotik dan Potensial Air Jaringan Tanaman,
dilaksanakan di Laboratorium Agroklimatologi dan Statistika, Universitas
Hasanuddin, Makassar pada Sabtu, 10 September 2022 pukul 09.50-10.30 WITA.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu lab kasar, lap halus, tissue
kering, pisau atau cutter, pelubang umbi (sedotan stainless boba), penggaris, 5
gelas plastik mineral kecil, dan pinset.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu sukrosa, aquades, air
PDAM, 5 kentang berukuran besar, dan alumunium foil.
3.3 Prosedur Praktikum
Prosedur kerja pada praktikum kali ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Mencuci bersih kentang yang akan digunakan, kemudian lap sampai kering
dengan menggunakan lap halus dan tissue.
2. Menghitung gram sukrosa yang diperlukan menggunakan rumus:
g 1000
M= :
Mr V
Ket: M = Molaritas (M)
g = Massa zat terlarut (gram)
Mr = Massa molekul relatif zat terlarut (M)
V = Volume larutan (mL)
3. Menghitung pengenceran larutan sukrosa menggunakan rumus:
M1 . V1 = M2 . V2
Ket: M1 = Molaritas awal (M)
V1 = Volume awal dalam liter (mL)
M2 = Molaritas akhir (M)
V2 = Volume akhir dalam liter (mL)
4. Membuat silinder umbi kentang dengan menggunakan pipet stainless,
kemudian potong silinder umbi tersebut dengan ukuran 30 mm (3 cm)
sebanyak 15 buah.
5. Memasukkan 3 potong silinder umbi kentang ke dalam masing-masing seri
larutan sukrosa di dalam wadah.
6. Menutup rapat wadah dengan menggunakan aluminium foil dan biarkan
selama 30 menit.
7. Mengambil menggunakan pinset dan mengukur panjang potongan-potongan
kentang tadi.
8. Menghitung rata-rata panjang silinder umbi dari tiap kelompok perlakuan
sukrosa.
9. Membuat grafik hubungan antara ukuran panjang umbi dengan konsentrasi
larutan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan maka didapatkan hasil yaitu
sebagai berikut:

Sumber:5.Data
Gambar Primer
Grafik setelahKonsentrasi
Hubungan diolah, 2022
Sukrosa dengan Panjang Kentang.
Gambar 5.Data
Sumber: Grafik Hubungan
Primer setelahKonsentrasi Sukrosa dengan Panjang Kentang.
diolah, 2022
4.2 Pembahasan
Berdasarkan grafik di atas, pada konsentrasi 0 M terjadi penambahan ukuran
panjang pada umbi kentang. Penambahan ukuran umbi terjadi karena kondisi
hipotonis. Hipotonis keadaan dimana konsentrasi larutan rendah dan konsentrasi
air tinggi sehingga air masuk ke dalam sukrosa. Hal ini sesuai dengan pendapat
Maulana et al (2019) yang mengatakan bahwa konsentrasi pelarut (air) di dalam
sel kentang lebih rendah (hipotonis) daripada di luar sel sehingga air masuk dari
dalam sel ke larutan sukrosa.
Pada konsentarasi 0,25 M, tidak terjadi pengurangan maupun penambahan
ukuran panjang umbi kentang. Tidak berubahnya ukuran panjang umbi kentang
ini karena pada larutan tersebut memiliki konsentrasi yang sama dengan larutan di
dalam sel. Hal ini sesuai dengan pendapat Lailia et al (2020), yang mengatakan
bahwa sel yang terletak pada larutan isotonik, maka volumenya akan konstan.
Dalam hal ini, sel akan mendapat dan kehilangan air yang sama.
Pada grafik terlihat bahwa terjadi penurunan grafik pada larutan konsentrasi
0,50 M, 0,75 M, dan 1 M, yang menandakan bahwa terjadinya pengurangan
ukuran panjang pada umbi kentang. Terjadi pengurangan ukuran panjang umbi
kentang ini dapat disebabkan oleh perbedaan konsentrasi. Hal ini sesuai dengan
pendapat Dary et al (2016), yang mengatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi
sukrosa, maka panjang silinder umbi kentang semakin berkurang ukuran
panjangnya. Hal ini terjadi karena konsentrasi air di dalam kentang lebih besar
bila dibandingkan dengan konsentrasi air pada lingkungan sel umbi kentang,
sehingga sel melakukan penyesuaian kesetimbangan molekul air yang
mengakibatkan molekul air yang berada pada sel umbi kentang tertarik keluar
menuju lingkungan di luar sel. Hal inilah yang menyebabkan ukuran silinder umbi
kentang semakin berkurang panjangnya.
Pada nilai potensial osmotik dan potensial air jaringan tanaman terdapat
perbedaan yang dapat berpengaruh terhadap proses pergerakan air di dalam sel.
Hal ini sesuai dengan pendapat Hamim (2018) bahwa pergerakan air dalam
jaringan tumbuhan tergantung pada perbedaan potensial air antara sel satu dengan
yang lain. Air akan bergerak dari sel yang memiliki potensial air tinggi menuju ke
sel yang berpotensial rendah. Pergerakan air berhenti jika keseimbangan diantara
kedua sel tercapai. Sel yang mendapat tambahan air turgiditas akan naik, potensial
tekanan (turgor) juga menjadi lebih besar, dan potensial air naik.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Potensial osmotik merupakan zat cair dalam vakuola dan bagian-bagian sel
lainnya yang mengandung zat-zat terlarut di dalamnya.
2. Fakta mengenai gejala potensial osmotik dapat dilihat dari perubahan panjang
selinder kentang yang dipengaruhi dengan adanya plasmolisis dengan durasi
yang ditentukan.
5.2 Saran
Sebaiknya para praktikan memperhatikan betul setiap proses yang dilakukan
agar dapat paham dengan jelas materi dari praktikum ini, serta sebaiknya asisten
menjelaskan terlebih dahulu tentang praktikum yang akan dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Advinda, 2018. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Yogyakarta. CV Budi Utama.
Agustina, N. 2015. The Effect of Immersion Temperature on the Diffusion
Coefficient and Physical Properties of Red Beans. Journal of Agricultural
Engineering Lampung, 2(1): 37-44.
Dary, A. A., Jarwati., Fauziyah, S., Prettysia, N. 2016. Laporan Praktikum
Fisiologi Tumbuhan Potensial Osmotik. Surabaya: Universitas Airlangga.
Furnawanthi, I., Jumroh, S. D., Nauly, D., Mardiyanto, R., Elya, M. 2017. Respon
Pertumbuhan Eskplan Kentang (Sulanum tuberosum L.) Varietas AP-4
terhadap Manitol sebagai Media Konservasi secara In Vitro. Prosiding
Seminar Nasional Fakultas Pertanian UMJ, Hal 245-252.
Hamim. 2018. Fisiologi Tumbuhan. Bogor: IPB Press.
Harijati, N., Mastuti, R., dan Widoretno, W. 2020. Penuntun Praktikum Fisiologi
Tumbuhan. Malang: Universitas Brawijaya.
Kurniawan, B. A., Fajriani, S., dan Ariffin. 2014. Pengaruh Jumlah Pemberian Air
terhadap Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tembakau (Nicotiana
tabaccum l.). Jurnal Produksi Tanaman, 2(1): 59-64.
Lailia, H. U., Falahiyah, R., dan Singgih, S. 2020. Uji Osmosis pada Kentang dan
Wortel menggunakan Larutan NaCl. Jurnal Sainsmat, 9(2): 110-116.
Maulana, A. A., Rahmah, A., Dwi, A. R., Siti, N. F., Naura, S. F. 2019. Potensial
Osmosis Jaringan Tumbuhan. Jurnal Lentera Bio, 2(3): 42-48.
Nio, S. A, dan Torey, P. 2013. Karakter Morfologi Akar sebagai Indikator
Kekurangan Air pada Tanaman. Jurnal Bios Logos, 3(1): 31-39.
Purnomo, E., Sri, W. A. S., Sry, H. 2014. Perubahan Morfologi Umbi Kentang
Konsumsi (Solanum tuberosum L) setelah Perlakuan Cara dan Waktu
Penyimpanan yang Berbeda. Jurnal Biologi, 3(1): 40-48.
Sakinatuz, B. U. 2017. Pengukuran Potensial Osmotik dan Potensial Air Jaringan
Tumbuhan. Skripsi. Universitas Negeri Malang: Malang.
Yahya. 2015. Perbedaan Tingkat Laju Osmosis antara Umbi Solonum Tuberosum
dan Doucus carota. Jurnal Biology Education, 4(1): 196-206.
LAMPIRAN

a. Lampiran Tabel
Tabel 5. Panjang silinder umbi kentang setelah direndam dalam berbagai
seri larutan sukrosa selama 40 menit
No Panjang Potongan Silinder Kentang (cm)
0M 0,25 M 0,50 M 0,75 M 1M
1 3.1 3 2.8 2.8 2.8
2 3.1 3 2.8 2.9 2.8
3 3.1 3 2.8 2.9 2.7
Rerata 3.1 3 2.8 2.9 2.8
b. Lampiran Gambar

Gambar 19. Alat dan bahan Gambar 20. Mengambil larutan


sukrosa sebanyak 12,5 ml.

Gambar 21. Mengambil aquades Gambar 22. Menuangkan seri larutan


sampai mencapai ukuran 50 ml. sukrosa kedalam gelas plastik.

Gambar 23. Larutan seri sukrosa. Gambar 24. Membuat selinder


kentang.
Gambar 25. Mengukur kentang. Gambar 26. Memasukkan kentang
kedalam seri larutan sukrosa.

Gambar 27. Menutup delas dengan Gambar 28. Membiarkan kentang


aluminuim foil. selama 40 menit.

Gambar 29. Mengambil kentang dari Gambar 30. Mengukur kentang


dalam gelas plastik. setelah dikeluarkan.
c. Lampiran perhitungan
Perhitungan Larutan Sukrosa dengan Konsentrasi 1 M
g 1000
M= :
Mr V
g 1000
1 M= :
342 100
1000
g=1 x 342 :
100
g=34,2 gram
Perhitungan Pembuatan Sukrosa dengan Konsentrasi 0,25 M
Diketahui : M1 = 1 M
M2 = 0,25 M
V2 = 50 mL
Ditanya : V1 …… ?
Penyelesaian : M1 . V1 = M2 . V2
1 M . V1 = 0,25 M . 50 mL
V1 = 12,5 Ml
Perhitungan Pembuatan Sukrosa dengan Konsentrasi 0,50 M
Diketahui : M1 = 1 M
M2 = 0,50 M
V2 = 50 mL
Ditanya : V1 …… ?
Penyelesaian : M1 . V1 = M2 . V2
1M . V1 = 0,50 M . 50 mL
V1 = 25 mL
Perhitungan Pembuatan Sukrosa dengan Konsentrasi 0,75 M
Diketahui : M1 = 1 M
M2 = 0,75 M
V2 = 50 mL
Ditanya : V1 …… ?
Penyelesaian : M1 . V1 = M2 . V2
1 M . V1 = 0,75 M . 50 mL
V1 = 37,5 mL
d. Lampiran buku

Anda mungkin juga menyukai