Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

POTENSIAL OSMOTIK

TANGGAL PRAKTIKUM : Kamis, 13 Februari 2020

DOSEN ASISTENSI : Prof. Dr. Edy Setiti Wida Utami, MS.

DISUSUN OLEH :

1. Fani Risfandi Cahyanto 081811433061


2. Wahyu Adriansyah 081811433062
3. Abima Setya Ramadhana 081811433070
4. Michael Ronaldi Kusuma 081811433075
5. Nabila Desiana Permatasari081811433081

PROGRAM STUDI S-1 BIOLOGI

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

TAHUN AJARAN 2019/2020


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Semua makhluk hidup termasuk tumbuhan membutuhkan pasokan energi bebas
secara kontinyu untuk menjaga, memperbaiki dan mempertahankan keberlangsungan
struktur “hidup” yang terorganisir serta untuk pertumbuhan dan reproduksi. Berbagai
macam proses dan aktivitas seperti reaksi biokimia, akumulasi solut (zat terlarut), dan
transportasi jarak jauh digerakkan oleh masukan energi bebas tersebut (Mauseth, 2017).

Salah satu bentuk konsep energi bebas yang penting terhadap aktivitas fisiologis
tumbuhan yakni energi bebas yang terdapat pada air sebagai solven (zat pelarut) universal.
Seperti halnya zat-zat atau senyawa lainnya, air memiliki energi bebas yang dalam
termodinamika merupakan suatu ukuran kapasitas kemampuan melaksanakan “kerja” atau
usaha. Potensial kimia dari air merupakan pernyataan kuantitatif dari energi bebas yang
terdapat dalam air tersebut. Perlu ditekankan bahwa potensial kimia merupakan ukuran
kuantitas yang bersifat relatif, yang mana dinyatakan sebagai perbedaan antara potensial
suatu zat dalam keadaan tertentu dengan potensial zat tersebut dalam keadaan standar (Taiz,
2010). Satuan unit dari potensial kimia adalah energi per mol zat tersebut (J mol-1).

Dikarenakan alasan historis serta mengingat betapa pentingnya faktor pembatas air
bagi tumbuhan dan dunia botani secara keseluruhan, para ahli fisiologis tumbuhan telah
menetapkan parameter potensial kimia dari air sebagai potensial air, yang dapat
didefinisikan sebagai potensial kimia air dibagi dengan volume molal parsial dari air
(volume 1 mol air yakni sebesar 18 x 10-6 m3 mol-1) (Bidlack, 2018). Dengan ini maka
potensial air merupakan ukuran dari energi bebas air per unit volume (J m-3). Satuan-satuan
unit tersebut ekuivalen dengan satuan-satuan unit dari tekanan yakni Pascal dsb.

Beberapa faktor utama yang mempengaruhi potensial air pada tumbuhan adalah
antara lain konsentrasi solut, tekanan, gravitasi, serta efek matriks. Potensial air disimbolkan
dengan 𝜓w (abjad Yunani psi), dan secara matematis dapat dirumuskan menjadi komponen-
komponen yang disatukan menjadi persamaan berikut:

𝜓 w = 𝜓s + 𝜓p + 𝜓g + 𝜓 m
Simbol 𝜓s, 𝜓p, 𝜓g, dan 𝜓m masing-masing menyatakan efek dari konsentrasi solut,
tekanan, gravitasi, dan efek matriks terhadap energi bebas air. Dikarenakan nilai potensial
air bersifat relatif seperti yang telah disebutkan maka keadaan standar yang dijadikan titik
acuan untuk mengukur potensial air adalah air murni (aquades) pada suhu dan tekanan
atmosfer standar (25°C dan 1 atm) (Mauseth, 2017).

Simbol 𝜓s yang menyatakan potensial solut atau potensial osmotik, yakni efek zat
terlarut pada potensial air. Adanya solut mengurangi jumlah energi bebas yang terkandung
dalam suatu air dengan “mengencerkan” air itu sendiri. Pengurangan energi bebas ini terjadi
karena efek entropi dimana dengan bercampurnya solut dan partikel-partikel air
meningkatkan “ketidakteraturan” atau disorder suatu sistem (larutan) sehingga menurunkan
jumlah energi bebas yang tersedia (Taiz, 2010). Hal ini berarti potensial osmotik tidak
bergantung pada jenis zat yang terlarut namun bergantung pada jumlah partikel solut
(konsentrasi solut).

Untuk suatu larutan dengan solut yang tidak terdisosiasi seperti larutan sukrosa,
potensial osmotik dapat ditentukan dengan persamaan van’t Hoff :

𝜓s= −𝑅𝑇𝑐 s

dimana 𝑅 merupakan konstanta gas ideal (8,32 J mol-1 K-1), 𝑇 adalah suhu/temperatur

absolut (dalam satuan Kelvin), dan 𝑐 s merupakan konsentrasi solut dari larutan yang
dinyatakan sebagai osmolalitas (mol zat solut per liter air atau mol L-1). Untuk zat solut yang
berdisosiasi menjadi dua atau lebih partikel dalam larutan (bersifat ionik seperti garam NaCl)
maka 𝑐 s harus dikalikan dengan jumlah partikel yang berdisosiasi agar sesuai dengan
peningkatan jumlah partikel terlarut sebenarnya (Bidlack, 2018).

Adapun tanda “minus” pada persamaan van’t Hoff menunjukkan bahwa solut
mengurangi potensial air suatu larutan relatif terhadap keadaan standar air murni. Hal ini
juga menunjukkan bahwa nilai potensial osmotik selalu negatif. Lain halnya dengan 𝜓p
(tekanan hidrostatik) yang dapat bernilai positif ataupun negatif. Hal ini sesuai dengan
definisi tekanan yakni besar gaya yang diaplikasikan terhadap suatu luasan tertentu yang
bernilai positif apabila gaya tersebut menekan terhadap suatu benda, dan bernilai negatif
apabila gaya tersebut menarik atau meregangkan suatu benda tersebut (dalam hal ini tidak
lagi disebut tekanan atau pressure namun lebih tepat disebut tension atau tegangan).
Kebanyakan zat cair tentunya tidak dapat terlalu diregangkan namun dikarenakan sifat air
yang kohesif (cenderung tarik-menarik antar sesama partikel air akibat adanya ikatan
hidrogen yang ekstensif), maka air sebenarnya dapat menahan tegangan atau tekanan negatif
yang cukup besar yang biasanya dapat dijumpai dalam fenomena-fenomena seperti
kapilaritas dan tegangan permukaan air (Evert, 2013).

Potensial tekanan umumnya diukur dalam satuan megapascal (MPa) atau bar. Satu
MPa setara dengan 10 bar atau 10 atm tekanan. Potensial tekanan positif menaikkan
potensial air sedangkan potensial tekanan negatif menurunkan potensial air. Potensial
tekanan hidrostatik diukur sebagai penyimpangan dari titik acuan keadaan standar air murni
yang terpapar atmosfer terbuka yakni 0 MPa (meskipun tekanan absolut sebenarnya adalah
0,1 MPa atau setara dengan 1 atm). Dalam ranah fisiologi tumbuhan, 𝜓p positif yang

umumnya terjadi pada sel tumbuhan yang turgid disebut tekanan turgor sedangkan 𝜓p
negatif yang umumnya terjadi pada proses transportasi air dan larutan pada bagian xylem
dan antar dinding sel tumbuhan disebut tegangan kapilaritas atau tegangan kohesi air (Taiz,
2010).

Potensial tekanan positif pada kandungan air sel tumbuhan sangat penting bagi
kelangsungan aktivitas fisiologis sel tumbuhan. Sel tumbuhan mampu menahan potensial
tekanan positif akibat masukan air yang berlebih tersebut dikarenakan adanya struktur
dinding sel, lain halnya dengan sel hewan yang apabila mengalami kondisi turgid akan pecah
atau lisis karena tidak mampu menahan tekanan turgor yang meningkat. Sel tumbuhan yang
turgid juga berperan dalam menegakkan bagian tumbuhan yang tidak berkayu (Mauseth,
2017). Dinding sel tumbuhan secara umum dibedakan menjadi dinding sel primer dan
dinding sel sekunder. Perbedaan antara kedua macam dinding ini terletak pada fleksibilitas,
ketebalan, susunan mikrofibril dan pertumbuhannya (Istanti, 1999). Seluruh aktivitas sel
tumbuhan sangat tergantung dengan keberadaan dinding sel ini. Dinding sel selain berfungsi
untuk proteksi isi sel juga berperan sebagai jalan keluar masuknya air, makanan dan garam-
garam mineral ke dalam sel. Berbagai macam zat seperti makanan, zat mineral, air dan gas
bergerak dari sel ke sel dalam bentuk molekul atau partikel. Tentunya dalam keseluruhan
proses transportasi jarak jauh zat-zat hara dan air tersebut membutuhkan adanya potensial
tekanan negatif.
Kemudian ada efek gravitasi yang disimbolkan dengan 𝜓g dimana gaya gravitasi
menyebabkan air untuk bergerak ke bawah menuju pusat bumi kecuali jika gaya gravitasi
diimbangi dengan gaya yang besarnya sama dan arahnya berlawanan. Potensial gravitasi
bergantung pada ketinggian air relatif diatas titik acuan tinggi keadaan standar air murni
(permukaan air laut), densitas air (𝜌w), dan percepatan gravitasi (𝑔) yang dirumuskan
sebagai berikut :

𝜓g = 𝜌w𝑔ℎ

dimana 𝜌w𝑔 mempunyai nilai sebesar 0,01 MPa m-1. Sehingga tiap jarak vertikal sejauh 10
misalkan pada batang suatu tumbuhan menyebabkan kenaikan sebesar 0,1 MPa pada
potensial airnya (Evert, 2013).

Dan yang terakhir adalah efek matriks atau potensial matrik yang dilambangkan
dengan 𝜓m merupakan ukuran seberapa besar gaya adhesi air terhadap struktur yang tidak
larut dalam air seperti dinding sel, membran sel, partikel tanah, dan biji. Adanya adhesi
mengurangi besar potensial air dengan menghambat pergerakan partikel air sehingga nilai
potensial efek matriks selalu negatif. Nilai potensial efek matriks terutama penting sebagai
salah satu parameter fisik tanah dikarenakan partikel tanah yang beragam mampu mengikat
air dengan baik.

Pada transportasi air tingkat seluler, umumnya efek gravitasi dan efek matriks dapat
diabaikan dikarenakan nilai potensial gravitasi dan potensial efek matriks yang terlampau
kecil jika dibandingkan dengan nilai potensial osmotik dan potensial tekanan sehingga
persamaan potensial air bagi suatu sel tumbuhan hidup dan turgid menjadi :

𝜓 w = 𝜓s + 𝜓p

Pergerakan air sendiri bergantung pada potensial air; zat-zat solut berdifusi dari area dengan
konsentrasi tinggi menuju area dengan konsentrasi rendah; hal yang sama juga dapat
dinyatakan untuk air dimana air bergerak dari daerah dengan potensial air yang relatif positif
menuju daerah dengan potensial air yang lebih negatif (Bidlack, 2018).
Salah satu metode pengukuran potensial air dalam sel hidup salah satunya dengan
merendam jaringan tumbuhan yang diinginkan ke dalam suatu seri larutan dengan ragam
konsentrasi yang diketahui (umumnya larutan sukrosa, sorbitol, mannitol, dsb.). Adapun
pelarut yang digunakan tentunya berupa air meskipun tak jarang digunakan jenis pelarut lain
seperti alkohol dan eter dengan syarat pelarut untuk pengukuran semacam ini haruslah yang
tidak mudah melintasi membran sel dan merusak jaringan sel hidup. Tujuan dari pengukuran
dengan metode ini yakni mendapatkan larutan dengan konsentrasi yang tidak mengubah
volume, panjang, lebar, ataupun berat jaringan yang artinya pergerakan osmosis air antara
jaringan dan larutan sudah dalam kesetimbangan dimana potensial air sel hidup pada
jaringan tumbuhan sama dengan potensial air larutan yang digunakan (Salisbury, F.B., Cleon
W.R. 2006), dirumuskan :

saat 𝜓w = 0 maka 𝜓w = 𝜓s , dimana 𝜓s merupakan nilai untuk larutan

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana cara mengukur potensial air pada sel hidup umbi kentang ?

1.3 Tujuan
1. Mengukur potensial air umbi kentang
BAB II

METODOLOGI PRAKTIKUM

2.1 Alat dan bahan


2.1.1 Alat
1. Alat pengebor gabus
2. Pisau silet
3. Kertas aluminium foil
4. Botol bermulut besar (50 mL)
5. Gelas ukur 50 mL atau 100 mL

2.1.2 Bahan
1. Umbi kentang
2. Seri larutan sukrosa (0,0 M ; 0,4 M; 0,8 M ; 1,2 M ; 1,6 M)

2.2 Cara kerja


1. Pilih umbi kentang yang besar dan buatlah silinder umbi dengan menggunakan alat
pengebor gabus.
2. Potong silinder umbi sama panjang dengan ukuran 3 cm
3. Siapkan botol-botol yang sudah diisi 30 ml larutan sukrosa yang konsentrasinya telah
ditentukan. Untuk tiap botol diisi satu konsentrasi.
4. Masukkan potongan umbi tersebut ke dalam botol, masing-masing botol diisi 4
potongan umbi
5. Bekerjalah dengan cepat untuk memperkecil terjadinya penguapan air dari
permukaan silinder.
6. Tutup rapat botol tersebut selama percobaan berlangsung dengan menggunakan
kertas aluminium foil.
7. Biarkan silinder umbi dengan larutan selama 45 menit untuk memberi kesempatan
pada umbi melakukan kesetimbangan dengan larutan sukrosa.
8. Setelah 45 menit, ambil silinder umbi dari masing-masing botol dan ukur kembali
panjangnya
9. Hitung harga rata-rata panjang silinder umbi dari tiap konsentrasi sukrosa yang
digunakan.
10. Data yang diperoleh dari tiap kelompok ditabulasi dalam tabel data kelas.
11. Buat grafik dari data kelas tadi dengan molaritas larutan sebagai sumbu X dan rata-
rata panjang silinder umbi kentang sebagai sumbu Y, lalu buat pula garis sejajar
sumbu X pada jarak 3 cm.
12. Tentukan dengan menggunakan grafik tersebut, pada konsentrasi berapa molar
silinder umbi tidak lagi mengalami perubahan panjangnya. Konsentrasi tersebut
merupakan potensial air umbi tersebut.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil pengamatan


Berdasarkan percobaan terhadap silinder umbi kentang yang telah dilaksanakan
diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 1. Panjang awal dan panjang akhir silinder kentang percobaan kelompok

No Konsentrasi Sukrosa Panjang Awal Kentang Panjang Akhir Kentang


(M) (cm) (cm)
1. 0,0 3 3,025
2. 0,4 3 2,97
3. 0,8 3 2,90
4. 1,2 3 2,75
5. 1,6 3 2,70

Tabel 2. Data kelas panjang awal dan panjang akhir silinder kentang
No Konsentrasi Rata-rata panjang awal Rata-rata panjang akhir (cm)
Sukrosa (M) (cm)
Kelompok Rata- Kelompok Rata-
1 2 3 4 5 rata 1 2 3 4 5 rata
1. 0,0 3 3 3 3 3 3 3 3,23 2,95 3,025 3,1 3,061
2. 0,4 3 3 3 3 3 3 2,85 2,9 2,825 2,97 2,975 2,904
3. 0,8 3 3 3 3 3 3 2,98 2,93 2,75 2,90 2,75 2,862
4. 1,2 3 3 3 3 3 3 2,95 3 2,725 2,75 2,725 2,83
5. 1,6 3 3 3 3 3 3 2,8 2,86 2,725 2,70 2,675 2,752
Korelasi Panjang Silinder Kentang X
Molaritas Larutan Sukrosa
3,1
PANJANG SILINDER KENTANG (CM)
3,05
3
2,95
y = -0,173x + 3,0202
2,9
2,85
R² = 0,9116
2,8
2,75
2,7
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8
MOLARITAS LARUTAN SUKROSA (M)

Grafik 1. Data kelas perubahan panjang silinder kentang terhadap molaritas larutan
sukrosa

3.2 Pembahasan
3.2.1 Analisis data
22,4𝑀𝑇
Digunakan rumus 𝑃𝑂 = ,
273

Keterangan :

M = Konsentrasi sukrosa

T = Suhu (30˚𝐶 + 273 = 303˚𝐾)

Lalu dicari nilai potensial osmotik untuk tiap konsentrasi larutan sukrosa :

22,4 × 0,0 × 303


1. = 0 bar
273
22,4 × 0,4 × 303
2. = 9,94 bar
273
22,4 × 0,8 × 303
3. = 19,88 bar
273
22,4 × 1,2 × 303
4. = 29,83 bar
273
22,4 × 1,6 × 303
5. = 39,77 bar
273
Diketahui panjang awal silinder kentang adalah 3 cm lalu dicari pada konsentrasi
larutan sukrosa berapakah dimana panjang silinder kentang tetap sama 3 cm untuk
memenuhi persamaan :

saat 𝜓w = 0 maka 𝜓w = 𝜓s , dimana 𝜓s merupakan nilai untuk larutan yang digunakan

yakni pada larutan sukrosa dengan konsentrasi di antara 0 M dan 0,2 M dimana setelah data
diinterpolasi melalui perhitungan di software Ms. Excel didapatkan konsentrasi larutan
sukrosa sebesar 0,177146 molar yang mengakibatkan kesetimbangan potensial air antara
silinder kentang dengan larutan (tidak ada pertambahan atau pengurangan panjang silinder
kentang). Nilai potensial osmotik sel umbi kentang :

22,4 × 0,177146 × 303


𝑃𝑂 = = 4,4 𝑏𝑎𝑟
273

3.2.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini bertujuan mengukur potensial air pada sel umbi kentang yang
dilakukan menggunakan metode pertambahan panjang tetap dimana silinder kentang
sepanjang 3 cm direndam dalam seri larutan sukrosa pada botol jar dengan berbagai macam
konsentrasi (0,0 M ; 0,4 M ; 0,8 M ; 1,2 M ; 1,6 M) lalu ditutup menggunakan aluminium
foil. Prosedur pembuatan silinder kentang harus dilakukan dengan cepat dan segera
direndam dalam larutan sukrosa. Hal tersebut bersama dengan penutupan menggunakan
aluminium foil untuk mencegah terjadinya dehidrasi atau menguapnya air dari sel-sel umbi
kentang saat terpapar udara bebas yang memiliki kelembapan relatif rendah sehingga mudah
untuk menarik air dari sel umbi kentang.

Selanjutnya silinder kentang dibiarkan terendam selama 45 menit untuk menunggu


hingga peristiwa osmosis yang terjadi antara sel-sel jaringan umbi kentang dengan larutan
sukrosa mencapai kesetimbangan sesuai dengan perbedaan potensial air yang terjadi antara
cairan dalam sel umbi kentang dengan larutan sukrosa. Tiap konsentrasi larutan sukrosa
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap perubahan panjang pada silinder kentang
akibat adanya proses osmosis tersebut.

Dari percobaan didapatkan data panjang akhir silinder kentang setelah direndam
dalam larutan sukrosa dengan konsentrasi 0,0 M ; 0,4 M ; 0,8 M ; 1,2 M ; 1,6 M masing-
masing secara berurutan adalah 3,025 cm; 2,97 cm; 2,9 cm; 2,75 cm; 2,7 cm untuk data
kelompok sedangkan untuk rata-rata data kelas yakni 3,061 cm; 2,904 cm; 2,862 cm; 2,83
cm; 2,752 cm. Dari data tersebut dibuat sebuah grafik yang menunjukkan seiring dengan
makin tingginya konsentrasi larutan sukrosa maka cenderung terjadi pengurangan panjang
silinder kentang akibat adanya osmosis air yang keluar dari dalam sel umbi kentang
(potensial air relatif lebih positif) menuju larutan sukrosa (potensial air lebih negatif karena
zat solut yang lebih banyak) kecuali pada data panjang akhir silinder kentang yang direndam
pada larutan sukrosa dengan konsentrasi 0 M dimana terjadi pertambahan panjang silinder
kentang akibat pergerakan masuk osmosis air ke dalam sel umbi kentang (potensial airnya
lebih negatif dibandingkan potensial air lingkungan larutan di sekitarnya).

Dari data hasil percobaan tidak ditemukan secara diskrit konsentrasi larutan yang
menunjukkan tidak adanya perubahan panjang silinder kentang namun dapat dipastikan
konsentrasi larutan yang menyebabkan adanya kesetimbangan potensial air (saat 𝜓w = 0

maka 𝜓w = 𝜓s , dimana 𝜓s merupakan nilai untuk larutan yang digunakan) antara sel umbi
kentang dengan larutan sukrosa terdapat pada rentang konsentrasi 0 M hingga 0,2 M. Setelah
dianalisis menggunakan metode interpolasi menggunakan bantuan software Ms. Excel
ditemukan konsentrasi larutan sukrosa yang tepat tidak mengakibatkan perubahan panjang
pada silinder kentang yakni pada konsentrasi 0,177146 molar.

Dari nilai konsentrasi tersebut dapat dihitung besar nilai potensial osmotik sel pada
jaringan umbi kentang yakni sebesar 4,4 bar.

3.2.3 Diskusi
1. Mengapa penguapan cepat terjadi pada sel-sel umbi kentang yang telah diiris?

Jawaban :
Umbi kentang yang diiris menyebabkan perlindungan utama dari penguapan yaitu
kulit kentang hilang sehingga penguapan lebih cepat terjadi terlebih dengan
permukaan yang luas dan kondisi udara laboratorium yang kering (kelembapannya)
menyebabkan kandungan air pada sel umbi kentang yang terekspos udara bebas
mudah menguap
2. Apakah fungsi dari larutan sukrosa dengan berbagai konsentrasi pada percobaan
ini?

Jawaban :

Larutan sukrosa sebagai lingkungan yang cenderung hipertonik (dapat pula


hipotonik, tergantung konsentrasi yang digunakan) bagi sel umbi kentang untuk
memastikan terjadinya proses osmosis air antara sel jaringan umbi kentang dengan
larutan sukrosa. Diharapkan dengan berbagai konsentrasi menyebabkan hasil yang
berbeda pada umbi kentang sehingga dapat diketahui efek dari semakin tingginya
konsentrasi larutan sukrosa juga dapat diketahui potensial osmotik dari sel umbi
kentang saat keadaan setimbang tercapai.
3. Bagaimanakah hubungan molaritas larutan sukrosa dengan perubahan pada silinder
umbi kentang?

Jawaban :

Semakin tinggi konsentrasi sukrosa menyebabkan panjang silinder umbi kentang


semakin pendek. Hal ini terjadi karena konsentrasi air di dalam umbi kentang lebih
besar bila dibandingkan dengan konsentrasi air pada lingkungan sel umbi kentang,
sehingga sel melakukan penyesuaian kesetimbangan molekul air menyebabkan
molekul air yang berada pada sel umbi kentang tertarik keluar menuju lingkungan di
luar sel (menuruni gradien potensial airnya menuju larutan sukrosa dengan potensial
air yang lebih negatif). Hal inilah yang menyebabkan ukuran silinder umbi kentang
cenderung semakin kecil dan memendek.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa salah satu
metode yang dapat digunakan untuk mengukur nilai potensial osmotik cairan sel hidup
(dalam praktikum sel jaringan umbi kentang) yakni dengan merendam bagian jaringan dalam
suatu seri larutan tertentu dengan beragam konsentrasi sehingga dapat dicari konsentrasi
berapakah yang setimbang dengan konsentrasi cairan dalam sel yang akan ditentukan nilai
potensial osmotiknya. Didapatkan nilai potensial osmotik untuk sel jaringan umbi kentang
yang digunakan dalam percobaan yakni sebesar 4,4 bar.

4.2 Saran
 Hendaknya praktikan lebih cermat dan teliti dalam mengukur panjang silinder umbi
kentang yang digunakan.
 Pembuatan silinder umbi kentang haruslah lebih presisi sehingga didapatkan silinder
kentang yang utuh dan sekiranya memiliki kemungkinan kecil menyebabkan
penyimpangan pada data yang didapat.
 Praktikan harus bekerja lebih cepat dan sigap untuk menghindari terjadinya dehidrasi
pada silinder kentang yang digunakan yang juga dapat memengaruhi data dari hasil
praktikum.
 Pada data hasil praktikum, baik data kelompok maupun data kelas belum didapatkan
secara pasti dan diskrit konsentrasi larutan sukrosa yang setimbang dengan
konsentrasi pada cairan dalam sel jaringan umbi kentang yang dapat diakibatkan
faktor-faktor kesalahan yang telah disebutkan diatas.
DAFTAR PUSTAKA

Bidlack, James E. & Shelley H. Jansky. 2018. Stern's Introductory Plant Biology 14th
Edition. New York: McGraw-Hill

Evert, Ray F. & Susan Eichhorn. 2013. Raven Biology of Plants 8th Edition. New York:
W. H. Freeman and Company

Istanti, Annie; Prasetyo, Triastono I. dan Dwi Listyorini. 1999. Biologi Sel. Malang: FMIPA
UM.

Mauseth, James D. 2017. Botany An Introduction to Plant Biology 6th Edition.


Massachusettes: Jones & Bartlett Learning

Salisbury, F.B., Cleon, W.R. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Bandung : Penerbit ITB.

Taiz, Lincoln & Eduardo Zeiger. 2010. Plant Physiology 5th Edition. Sunderland: Sinauer
Associates Inc.
LAMPIRAN

Gambar 1. Sebelum terendam selama 45 menit dalam larutan sukrosa

Gambar 3. Ini yang


Gambar 2. Silinder umbi kentang
siap digoreng direndam dalam sesudah perlakuan
larutan sukrosa

Anda mungkin juga menyukai