Disusun Oleh:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dilihat dari sudut bahasa, fiqih berasal dari kata faqaha yang berarti
“memahami” dan “mengerti”. Dalam peristilahan syar’i, ilmu fiqih dimaksudkan
sebagai ilmu yang berbicara tentang hukum-hukum syar’i amali (praktis) yang
penetapannya diupayakan melalui pemahaman yang mendalam terhadap dalil-
dalilnya yang terperinci (al-tafsili) dalam Al quran dan hadits. Sedangkan fiqih
menurut istilah adalah himpunan hukum syara’ tentang perbuatan manusia yang
diambil dari dalil-dalilnya yang terperinci.
1
yang berjudul “Objek Kajian Ilmu Fiqih” disusun guna memenuhi tugas mata
kuliah Ilmu Fiqih dan memperkaya referensi mengenai objek kajian ilmu fiqih.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Objek fiqih
Ilmu fiqh ini, dinamai juga dengan ilmu hal, ilmu halal wal haram,
ilmusy syari’ah wal ahkam. (Teungku, 1999)
3
Seorang ahli fiqh membahas tentang bagaimana seorang mukalaf
melaksanakan shalat, puasa, naik haji dan lain-lain yang berkaitan dengan
fiqh ibadah mahdhah, bagaimana melaksanakan kewajiban-kewajiban
rumah tangganya, apa yang harus dilakukan terhadap harta anggota
keluarga yang meninggal dunia dan sebagainya, yang menjadi objek
pembahasan al-Ahwal al-Syakhshiyah (hukum keluarga).
Mereka juga membahas bagaimana cara melakukan mu’amalah dalam arti
sempit (hukum perdata), seperti jual beli, sewa-menyewa, patungan, dan
lain sebagainya. Maksiat apa saja yang dilarang serta sanksinya apabila
larangan itu dilanggar, atau bila kewajiban tidak dilaksanakan oleh
seorang mukalaf dan lain-lain pembahasan yang berkaitan dengan fiqih
jinayah (hukum pidana). Ke lembaga mana saja seorang mukalaf bisa
mengadukan maalahnya apabila dia merasa dirugikan dan atau
diperlakukan secara tidak adil, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan
ahkam al-qadh’a (hukum acara). Bagaimana perbuatan mukalaf di dalam
melakukan hubungan hukum dengan masyarakatnya, lembaga-lembaga
yang ada di dalam masyarakatnya, dengan pemimpinnya, dan lain-lain
yang berhubungan dengan fiqh siyasah.
Pokok pembahasan di atas hanya merupakan garis besar gambaran
betapa luasnya objek pembahasan ilmu fiqh itu. Itu semua dibahas oleh
para fuqaha dalam kitab-kitab fiqh yang ribuan judul banyaknya. Setiap
judul ada yang 1 jilid, 2 jilid, bahkan ada yang sampai puluhan jilid. Setiap
jilidnya ada yang terdiri dari 400 sampai dengan 600 halaman, tapi tidak
jarang yang ribuan halaman. Ada juga kitab fiqh yang hanya puluhan
halaman saja.
Beberapa judul kitab fiqh itu antara lain :
1. Al-Mabsuth karangan Syams al-Din al-Syarkhasi
2. Al-Kharaj karangan Imam Abu Yusuf
3. Bada’i al-Shani f Tartib al-Syar’i karangan A’la al-Din al-Kasani
4. Radd al-Mukhtar ‘ala Dur al-Mukhtar karangan Ibn ‘Abd al-Din
5. Al-Siyar al-Kabir karangan Muhammad bin Hasan al-Syaybani
6. Al-Mudawannah al-Kubra karangan Sahnun
4
7. Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtashid karya Ibn Rusyd
8. Al-Umm karangan Imam al-Syafi’i
9. Tuhfah al-Muhaj ‘ala Syarh al-Minhaj, karya Ibn Hajar al-Haytami
10. Al-Muhadzdzab karangan Abi Ishaq al-Syirazi.
11. Al-Mughni karangan Ibn Quddamah
12. I’lam al-Muwaqi’in ‘an Rabb al-‘Alamin karangan Ibn al-Qayim
Sebagai contoh sederhana: Shalat itu wajib seperti dalam firman Allah
Q.S. Al-Baqarah : 43
َ ص
...... َ َل ة َّ ال َو أ َق ِ ي ُم وا
Artinya : “ maka, dirikanlah shalat “
Dan jual beli itu boleh, seperti dalam firman Allah Q.S. Al-Baqarah : 275
Jadi, melakukan shalat itu (maksudnya yang lima waktu) adalah wajib,
melakukan jual beli itu boleh. “Aqimu al-shalah” dan ‘ahalla Allah al-bay”
disebut dalil tafshili. Arrtinya, menunjuk kepada satu perbuatan tertentu, yaitu
perbuatan shalat dan perbuatan jual beli. (Djazuli, 2010)
5
seperti ketentuan-ketentuan jual- beli, sewa-menyewa, perkawinan, jinayah dan
lain-lain. (Hafsah, 2013)
Sementara itu, musthafa A. Zarqa membagi kajian fiqih menjadi 6 bidang,
yaitu:
Ketentuan-ketentuan hukum yang berkaitan dengan bidang ubudiyyah,
seperti sholat, puasa, dan ibadah haji, inilah yang disebut fiqih ibadah.
Ketentuan-ketentuan hukum yang berkaitan dengan kehidupan
keluarga, seperti perkawinan, perceraian, nafkah, dan ketentuan nasab.
Inilah yang kemudian disebut ahwal as-syakhsiyah.
Ketentuan-ketentuan hukum yang berkaitan dengan hubungan sosial
antara umat islam dalam konteks hubungan ekonomi dan jasa. Seperti
jual-beli, sewa-menyewa, dan gadai. Bidang ini kemudian fiqih
muamalah.
Ketentuan-ketentuan hukum yang berkaitan dengan sangsi-sangsi
terhadap tindak kejaatan kriminal. Misalkan qiyas, diyat, hudud. Bidang
ini disebut dengan fiqih jinayah.
Ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur hukuman warga negara
dengan pemerintahannya. Misalnya, politik dan birokrasi. Pembahasan
ini dinamakan fiqih siasah.
Ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur etika pergaulan antara
seorang muslim dengan yang lainnya dalam tatanan kehidupan sosial.
Bidang ini disebut ahkam khuluqiyah. (Dede, 1992)
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Objek fiqih
Objek pembahasan dalam ilmu fiqih adalah perbuatan mukallaf
dilihat dari sudut hukum syara’. Perbuatan tersebut dapat dikelompokkan
dalam 3 kelompok besar: Ibadah, muamalah, dan ‘uqubah.
Objek Bahasan Ilmu Fiqih
Objek pembahasan ilmu fiqh adalah aspek hukum setiap perbuatan
mukalaf serta dalil dari setiap perbuatan tersebut (dalil tafshili).
Ruang Lingkup Fiqih
Ruang lingkup fiqih secara umum mencakup dua bidang yaitu,
fiqih ibadah yang mengatur hubungan manusia dengan tuhannya, seperti
sholat, zakat, haji, memenuhi nazar, dan membayar kafarat terhadap
pelanggaran sumpah.
B. Saran
7
DAFTAR PUSTAKA
Koto, Alaiddin, 2017. Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh. Depok : Rajawali Pers