Abstract
Nowadays, majority of Muslims have less awareness about meaning and real
substance of prayer. According to Quraish Shihab, a Muslim who has
understood about meaning and educational values in prayer, actually his
attitude, character, and the way of thinking should be based on Al- Qur’an
and Hadith as well. This paper tries to assess how important the sense and
meaning of prayer for a servant to Allah SWT. Prayer is said as a greatest
thing because prayer involves three components of human as well; first is
body movement, second is oral speech, and third is instinct in the heart that
are intended to Allah SWT. All of these components can create good
character to Muslim in interaction of Allah and interaction of others.
41
42 Jurnal Ulunnuha Vol.6 No.2/Desember 2016
tidak boleh diabaikan, tapi pada saat beragama yang populer di definisikan
yang sama memiliki substansi yang oleh sebagian orang sebagai mereka
harus selalu menyertainya. Tanpa yang tidak mengerjakan ibadah formal-
substansi itu maka pelaksanaan ceremonial, tapi apa yang dinyatakan
perintahnya tidak memberikan bekas di oleh ayat ini merupakan salah satu
dalam jiwa. hakikat dan substansi yang terlupakan
Shalat apabila dilihat dari sudut dari beragama.
pandang hukum Islam adalah ucapan Hakikat pembenaran agama
dan perbuatan yang di mulai dengan bukan hanya diucapkan dengan lidah,
takbir dan diakhiri dengan salam, tetapi tetapi perubahan positif yang ada
ia juga memiliki substansi yang apabila dalam jiwa, perubahan itu mendorong
diabaikan akan mengancam pelakunya kita untuk berbuat baik kepada
dengan kecelakaan seperti yang saudara-saudara kita yang
terdapat dalam QS al-Ma’un 4-5 membutuhkan pelayanan dan
“celakalah orang-orang yang shalat, perlindungan. Allah tidak menghendaki
yaitu mereka yang lengah terhadap dari manusia perkataan-perkataan
substansi sholatnya”. Substansi sholat formal, tetapi Allah menghendaki
adalah perwujudan makna kelemahan karya nyata dari manusia yang
manusia dan kebutuhannya kepada membenarkan kalimat yang
Allah, substansi ini juga diucapkannya itu sebab kalau tidak, itu
menggambarkan keagungan dan hanya akan menjadi hampa dan tidak
kebesaran-Nya yang jika bias berarti apa-apa.
bergabung dengan jiwa manusia maka Membaca dan menyimak
ia (manusia) memperoleh kekuatan pendapat Quraish dalam tulisan di atas
besar yang bersumber dari-Nya. Kalau menjadi keunikan tersendiri di tengah-
seperti itu adanya, maka tidak mungkin tengah banyaknya pendapat para pakar
manusia akan bermuka dua dalam yang melihat ibadah hanya dari aspek
melaksanakannya, meraka yang formalnya saja, Quraish melihat shalat
bermuka dua berarti tidak menghayati merupakan ibadah yang tidak akan
arti shalatnya dan lalai dari tujuannya.10 bernilai apa-apa jika dikerjakan tanpa
Lebih lanjut menurut Quraish diiringi dengan kepekaan sosial
Shihab kita seringkali menduga bahwa terhadap sesama manusia. Inilah alasan
hanya mereka yang tidak melaksanakan rasional argumentatif kenapa penulis
tuntunan-Nya yang formal dalam tertarik melihat pentingnya ibadah
ibadah-ritual yang tidak beragama, shalat dalam membentuk karakter dan
padahal Alquran menyatakan kepribadian seorang Muslim dari
“Tahukah kamu orang yang perspektif M. Quraish Shihab. sebagai
mendustakan agama? Itulah orang sumber utama dalam mencari nilai-
yang menghardik anak yatim, dan tidak nilai pendidikan dalam ibadah shalat.
menganjurkan memberi makan orang
miskin”. QS al-Ma’un 1-3. Ayat ini Awal Perintah Shalat
membalikkan pengertian tidak
Perintah untuk melaksanakan
shalat dimulai ketika Nabi Muhammad
10
Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi, Saw Isra’ Mi’raj. Peristiwa ini
Alquran dan dinamika masyarakat (Ciputat: terjadi lima tahun sebelum Nabi
Lentera Hati, 2006), 24-27.
Anggi Wahyu Ari, Urgensi Shalat Dalam Membentuk Karakter…45
Banyak ayat yang memerintahkan jiwa dengan syarat apabila dzikir itu
untuk melaksanakan shalat di saat kita dimaksudkan untuk mendorong hati
sedang berada dalam kesempitan.15 menuju kesadaran akan kebesaran dan
Menurut Quraish Shihab di keagungan Allah SWT bukan sekedar
dalam Alquran banyak terdapat ayat ucapan dengan lidah.16
yang mengindikasikan hal demikian, Shalat adalah ibadah yang penuh
diantaranya QS al-Ra’d: 28 yang dengan ucapan-ucapan yang membuat
artinya “(yaitu) orang-orang yang hati kita untuk mengingat Allah, maka
beriman dan hati mereka manjadi shalat termasuk dari ibadah dzikrullah
tenteram dengan mengingat Allah. dan akan membawa ketentraman hati
Ingatlah, Hanya dengan mengingati apabila shalat tersebut dilakukan
Allah-lah hati menjadi tenteram”. dengan khusu’ yang mampu
Dalam tafsirnya, Quraish Shihab mendorong hati menuju kesadaran
memaparkan perdebatan ulama tentang akan rahmat dan kasih sayang Allah,
arti dari al-Dzikir, ada yang bukan sekedar ucapan seremonial lidah
berpendapat bahwa yang dimaksud belaka. Orang yang merasakan kasih
dengan mengingat Allah (al-Dzikr) sayang Allah akan merasakan
dalam ayat ini adalah Alquran, hal ini kedekatan dan taat padaNya,
karena memang salah satu nama lain Kedekatan dan ketaatan ini akan
dari Alquran adalah al-dzikr. Ada juga membangun pribadi yang baik dan
yang memahami kata ini secara jujur.
tekstual dan berpendapat bahwa al-
dzikr artinya menyebut nama Allah 2. Shalat membangun pribadi yang
yang mencakup keagungan-Nya, surga bersih dan tertib
atau neraka-Nya, rahmat dan siksa- Shalat itu adalah suatu cara untuk
Nya, perintah atau larangan-Nya, dan membersihkan diri. Karena
wahyu-wahyuNya. membiasakan shalat itu berarti
Menurut Quraish kedua pendapat mendidik hati dan pikiran seseorang
di atas bisa diterima, ia menjelaskan
untuk membangkitkan dan
bahwa kata dzikr sendiri pada mulanya menggerakkan amal kebaikan,
berarti mengucapkan dengan lidah, dan mendorong dan memberikan semangat
makna tersebut kemudian berkembang untuk beramal baik, melarang dan
menjadi “mengingat”, namun demikian mempertakuti untuk berbuat jahat.
mengingat sesuatu sering diiringi Salah satu syarat untuk sahnya shalat
dengan pengucapan dengan lidah dan adalah thaharah yang harus dilakukan
sebaliknya mengucapkan dengan lidah sesuai dengan peraturan-peraturan
seringkali mengantarkan hati untuk cermat yang ditetapkan dalam hadis.
mengingat sesuatu jadi menurutnya Para sufi sangat menekankan
memang kedua makna tersebut saling pentingnya kecermatan pelaksanaan
berkaitan. Ayat ini menyebutkan wudhu’ dan mereka menjadikan
bahwa dzikrullah (mengingat Allah) lambang penyucian jiwa. Orang
mengantarkan kita kepada ketenangan Mukmin yang telah kokoh
15 16
Imam Musbikin, Melogikakan M. Quraish Shihab, Tafsir al-
Rukun Islam: Bagi Kesehatan Fisik dan Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
Psikologi Manusia, hlm. 69-70. Qur’an, volume 6, hlm. 273.
48 Jurnal Ulunnuha Vol.6 No.2/Desember 2016
cobaan atau tugas yang berat. ingin teratasi penyebab kesedihan atau
Demikian shalat membantu manusia kesulitannya, jika ia ingin berhasil
menghadapi segala tugas dan bahkan memperjuangkan kebenaran dan
petaka. Ayat di atas dapat keadilan, maka ia harus menyertakan
bermakna: mintalah pertolongan Allah Swt dalam setiap langkahnya. Ia
kepada Allah dengan jalan tabah dan harus bersama Allah Swt dalam
sabar mengghadapi segala tantangan kesulitannya, dan dalam
serta dengan melaksanakan shalat. Bisa perjuangannya. Ketika itu, Allah Yang
juga bermakna, jadikanlah sabar dan Maha Mengetahui, Maha Perkasa, lagi
shalat sebagai penolong kamu, dalam Maha Kuasa pasti membantunya,
arti jadikanlah ketabahan menghadapi karena Dia pun telah bersama
segala tantangan bersama dengan hamba-Nya. Tanpa kebersamaan itu,
shalat, yakni doa dan permohonan kesulitan tidak akan tertanggulangi
kepada Allah sebagai sarana untuk bahkan tidak mustahil kesulitan
meraih segala macam kebajikan.”18 diperbesar oleh setan dan nafsu amarah
Pada surah yang sama di ayat manusia sendiri. Karena kesabaran
yang berbeda juga menjelaskan shalat membawa kepada kebaikan dan
mendidik umat Muslim sabar telah kebahagian, maka manusia tidak
disebutkan dalam firman-Nya di Q.S boleh berpangku tangan, atau terbawa
Al-Baqarah [2]: 153 yang artinya: “Hai kesedihan oleh petaka yang
orang-orang yang beriman, jadikanlah dialaminya, ia harus berjuang dan
sabar dan shalat sebagai penolongmu, berjuang. Memperjuangkan
Sesungguhnya Allah beserta orang- kebenaran, dan menegakkan keadilan,
orang yang sabar”. Dalam dapat mengakibatkan kematian. Puncak
penafsirannya, Quraish Shihab petaka yang memerlukan kesabaran
menjelaskan bahwa Ayat ini mengajak adalah kematian, maka ayat selanjutnya
orang-orang yang beriman untuk mengingatkan setiap orang untuk tidak
menjadikan shalat seperti yang menduga yang gugur dalam perjuangan
diajarkan Allah Swt di atas dan dengan di jalan Allah telah mati. Mereka
mengarah ke kiblat dan kesabaran hidup, walau tidak didasari oleh yang
sebagai penolong untuk menghadapi menarik dan menghembuskan nafas.19
cobaan hidup. Kata ash-shabr / sabar Penjelasan dari M. Quraish
yang dimaksud mencakup banyak hal; Shihab, memaknai kata sabar dan
sabar menghadapi ejekan dan rayuan, shalat secara rinci yang dapat dijadikan
sabar melaksanakan perintah dan suatu formula baru dalam menghadapi
menjauhi larangan, sabar dalam petaka tantangan kehidupan sehari-hari. Jika
dan kesulitan, serta sabar dalam sabar tidak diimplementasikan dalam
berjuang menegakkan kebenaran dan kehidupan sehari-hari niscaya akan
keadilan. Penutup ayat yang selalu terjadi kekacauan, sedangkan
menyatakan sesungguhnya Allah shalat yang dilakukan secara terus-
bersama orang-orang yang sabar menerus akan mendidik umat Muslim
mengisyaratkan bahwa jika seseorang menjadi sabar sehingga menghadapi
18 19
M. Quraish Shihab, Tafsir al- M. Quraish Shihab, Tafsir Al-
Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al- Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
Qur’an, volume 1, hlm. 181-182 Qur’an, volume 1 , hlm. 362-363
Anggi Wahyu Ari, Urgensi Shalat Dalam Membentuk Karakter…51
permasalahan akan selalu tenang dan tersebut agar rutinitas ibadah shalat
terus berusaha untuk memperbaiki yang kita lakukan bukan tanpa makna
keadaan. dan nilai sehingga seharusnya Muslim
Jika demikian, sabar bukan yang shalat memiliki pribadi dan
berarti ‘lemah’ atau ‘menerima apa karakter yang hebat, namun itu semua
adanya’, tetapi ia merupakan juga tergantung akan daya serap kita
perjuangan yang menggambarkan terhadap nilai shalat itu sendiri.
kekuatan jiwa pelakunya sehingga
mampu mengalahkan (mengendalikan) Daftar Kepustakaan
keinginan nafsu. Dari sini, tidak heran Al-Fahd, Qasim bin Shalih, 10 Duruus
kalau ‘puasa’ dinamai ‘sabar’, karena fii Tadabbur Ma’aani Aqwaal
esensi pokok dari ibadah ini adalah Ash- Sholaah, Terj. Ahmad
pengendalian diri yang berakhir Hotib, Menyikap Makna
dengan kemenangan. Shalat Dari Takbiratul Ihram
Sabar dan shalat merupakan Sampai Salam, Cet. I.
media untuk menetramkan jiwa yang Bandung: Irsyad Baitus Salam,
sedang mengalami kegelisahan, 2007
kesusahan dalam berbagai permasalah Musbikin, Imam, Melogikakan Rukun
kehidupan. Jika seseorang mengalami Islam: Bagi Kesehatan Fisik
hal tersebut maka bersikap sabar dan dan Psikologi Manusia,
lakukanlah shalat, sehingga dapat Yogyakarta: DIVA Press,
mendidik jiwa menjadi tentram, 2008.
tenang dalam menjalani kehidupan. Mustafa, Bisri, Rahasia Keajaiban
Jiwa yang tentram akan memberikan Shalat dan Dzikir, Surakarta:
efek yang sangat luar biasa ketika Qaula, 2007.
seseorang muslim menghadap Allah
Qudamah, Ibnu, Minhajul
atau berkomunikasi dengan cara shalat.
Qashidin; Jalan Orang-
orang Yang Mendapat
Kesimpulan petunjuk, Terj. Kathur
Sebagai sebuah kewajiban shalat suhardi, Cet. II. Jakarta:
merupakan ibadah yang penuh dengan Pustaka Al-Kautsar, 2003.
makna yang apabila kita renungi dan Shihab, M. Quraish Membumikan Al-
praktekkan mampu membuat kita Quran: Fungsi dan Peran
menjadi pribadi yang hebat dan Wahyu dalam Kehidupan
penjelasan di atas adalah sedikit dari Masyarakat, Bandung: Mizan,
nilai-nilai positif yang dapat kita ambil 1993.
dari ibadah shalat, tidak hanya Shihab, Muhammad Quraish,
mendidik dan mencetak karakter yang Wawasan al-Qur’an: Tafsir
spiritual, disiplin, bersih, dan sabar tapi Mawdu’iy atas Berbagai
nilai-nilai yang ada di dalam ibadah Persoalan Umat, Bandung:
shalat sangatlah banyak yang tidak Mizan, 1996.
mungkin bisa kita tuangkan di dalam
Shihab, M. Quraish, Secerah Cahaya
artikel ini, maka sebagai muslim yang
Ilahi: Hidup Bersama Al-
taat dan mengerjakan shalat tentu kita
Qur’an, Cet. I. Bandung:
harus pandai mengambil nilai-nilai
Mizan, 2000.
52 Jurnal Ulunnuha Vol.6 No.2/Desember 2016