Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH QURRA DAN QIRA’AT AL-QURAN

Makalah Ini Disusun Dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas

Pada Mata Kuliah Ulmul Qur’an

Dosen pengajar:

GUSTI MAULANA IZHAR S.Th.I.M.A

Disusun Oleh :

BAGAS SAKTIAWAN PRATAWA PUTRA

2023140388

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Qira’at dan Qurra’

A. Pengertian Qira’at

Berdasarkan pengertian emitologi (bahasa), Kata Qira’at merupakan kata jadian (masdar) dari kata kerja
“Qara’a” (membaca). Sedangkan berdasarkan pengertian etimologi (istilah), maka ada beberapa definisi yang
diintrodusir ulama.

Menurut Az-Zaqrani

“suatu madzhab yang dianut seorang imam Qira’at yang berdeda dengan yang lainnya pengucapan Al-
Qur’an serta sepakat riwayat riwayat dan jalur-jalurnya, baik perbedaan itu dalam pengucapan huruf-huruf
apapun dalam pengucapan bentukbentuknya.

Definisi ini mengandung tiga unsur pokok. Pertama, Qira’at dimaksudkan menyangkut bacaan ayat-ayat
Al-Qur’an. Cara membaca Al-Qur’an berbeda dari satu imam dengan imam Qira’at yang lainnya. Kedua, cara
bacaan yang dianut dala, satu madzhab Qira’at didasarkan atas riwayat dan bukan atas qiyas atau ijtihad.
Ketiga, perbedaan antara Qira’at - Qira’at bisa terjadi dalam pengucapan huruf-huruf dan pengucapan nya dalam
berbagai keadaan.

Menurut imam Al-Zaskasyi mengemukakan sebagai berikut : Qira’at yaitu : perbedaan lafal-lafal Al-
Qur’an, baik menyangkut huruf-hurufnya maupun cara pengucapan huruf-huruf tersebut seperti takhfif, tasyidid
dan lain-lain.Tampaknya, pengertian Qira’at yang dikemukan oleh Imam Al-Zarkasyi diatas hanya terbatas
lafal- lafal Al-Qur’an yang memiliki perbedaan Qira’at. Sementara itu sebagian ulama mendefinisikan dalam
lingkup yang lebih luas, yaitu mencakup pula lafal-lafal Al-Qur’an yang memiliki perbedaan Qira’at . Artinya
lafal-lafal Al-Qur’an tersebut muttafag ‘alayh(disepakati) bacaannya oleh para ahli Qira’at.

Sedangkan menurut Al-Qasthalani mengemukakan bahwa “suatu ilmu yang mempelajari hal-hal yang disepakati
atau diperselisihkan ulama yang menyangkut Persoalan lughat,badhaf,I’rab,itsbat, fashl dan washyang
kesemuanya diperoleh secara periwayatan.

1
Amroeni Drajat, Ulumul Qur’an, prenadamedia group,Jakarta,2018,105.
2
Rosihan Anwar,Ulumul Qur’an,CV.Pustaka Setia,Bandung,2015.141

Perbedaan cara pendevinisian diatas sebenarnya berada pada satu kerangka yang sama bahwa ada beberapa cara
melafalkan alqur’an walaupun sama-sama berasal dari satu sumber yaitu Muhammad. Adapun definisi yang
dikemukakan Al-Qasthalani menyangkut ruang lingkup perbedaan diantara beberapa qira’at yang ada.
Dengan demikian, ada tiga unsur qira’at yang dapat ditangkap dari definisi-definisi diatas yaitu ;

1. Qira’at berkaitan dengan cara pelafala ayat 0 ayat Alqur’an yang dilakukan salah seorang imam
dan berbeda dengan cara yang dilakukan di imam-imam lainnya
2. Cara pelafalan ayat-ayat Al-Qur’an itu berdasarkan atas riwayat yang bersambung kepada nabi
.Jadi, bersifat Tauqifi, bukan Ijtihadi.
3. Ruang lingkup pe5rdenaan qira’at itu menyangkut persoalan lughat,hadzha,i’rob itsbath fashl dan washl.

B. Pengertian Qurra’

Qurra’ adalah jamak dari qari’, yang artinya orang yang membaca, secara istilah yaitu seorang ulama atau
imam yang terkenal mempunyai mazhab tertentu dalam suatu qira’ah yang mutawatir (secara bahasa,mutawartir
bermakna banyak,terkenal atau umum). Qurra’bisa juga dartikan secara mudah sebagai para imam qira,at.

Banyaknya qurra” dan sebab yang dibatasi ada 7 yaitu :

1. Nafi’al-Madani
Nama lengkapnya adalah Abu Ruwaim Nafi, bin Abdulrahman bin Abu Nu”aim al-Laitsi, mala Ja’unah
bin Syu’ub al-Laitsi. Berawal dari Isfahan Wafat di Madinah pada tahun 177 H. Ia mempelajari qira’at
dari AbuJa’afar Yazid bin Qa’da Abdurahman bin Hurmuz,Abdullah bin Abbas,Abdulah bin Iyasy bin
Abi Rabi’ah al-Makhzumi,mereka semua menerim qira’at yang mereka ajarkan dari Ubay bin Ka,ab
dari Rasulullah.
2. Ibn Kasih al Makki
Nam lengkapnya adalah Abdullah Ibn Kasir bin Umar bin Abdullah bin Zada bin Fairu bin Hurmusz al-
Makki. Lahir di Makkah tahun 45 H. Dan juga wafatnya di Makkah tahun 120 H.
3. Abu’Amar al-Bashri
Nama lengkapnya adalah Zabban bin ‘Aallaa’bin ‘Ammar bin’Aryan al-Mazani at-Tamimi al-Basha.
Ada yang mengatakan bahwa namanya adalah yahya. Beliau adalah Imam Bashrah sekaligus ahli qira’at
Bashrah,kemudian bersama ayahnya berangkat ke Makkah dan Madinah Wafat di Kufah pada Tahun
154 H.
4. Abdullah bin ‘Amr-al Syami
Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Amr bin Tamim bin Rabi’ah al-Yahshabi.Nama panggilannya
adalah Abu Amr, Ia termasuk golongan Tabi’in.Beliau adalah imam qira’at negeri Syam.Lahir pada
tahun 118 H di Damasyik.
5. ‘Ashim al-Kufi
Nama lengkapnya adalah Ashim bin Ammarah bin Abu Abu al-Nijud. Nama panggilan Ashim
sendiriadalah Abu Bakar, Ia masih tergolong Tabi’in Beliau wafat tahun 127 H
6. Hamzah Al-Kufi
Nama lengkapnya adalah Hamzah bin Habib bin Ammarah bin Ismail al-Kufi. Beliau adalah imam
qira’at di Kufah setelah imam Ashim.Lahir pada tahun 80 H. Wafat pada tahun 156 H. Di Halwan,suatu
kota di Irak
7. Al-Kisa’i al-Kufi
Nama lengkapnya adalah Ali bin Hamzah bin Abdullah bin Usman al-Nahwi,nama panggilannya Abil
Hasan dan Ia bergelar al-Kisa’i Beliau wafat tahun 189 H.

Sebab yang dibatasi atas 7 (Sab’atul Ahruf)

Alqur’an diturunkan dalam Bahasa Arab. Dalam sejarahh pemeliharaan Alqur;an dimasa sahabat, tabi’in
dan tabi’it tabi’in. Ada beberapa tahjah,pembecaan dan dialekyang berbeda dalam pengucapan kata
maupun kalimat dalam membaca Alqur’an diantara suku dan kabilah Arab.Diantara lahjah bahasa Arab
yang mashur ialah lahjah-lahjah Quraisy,Hudzail,Tamim,Asad,Rabi’ah,Hawazin dan Sa’ad. Yang dalam
tarikh melahirkan qira’ah sab’ah (tujuh) yang termashur itu.
Agar Al-qur’an mudah dibaca sebagian kabilah arab yang kenyataannya pada masa itu mereka
mempunyai tingkat yang berbeda-beda maka Rasullulah membuat legimitasi bacaan al-Qur’an dari
Allah SWT untuk dialek bahasa yang mereka miliki.Banyak hadis-hadis Nabi yang menerangkan
bahwa Allah telah mengizinkan bacaan al-Qur’an dengan tujuh wajah umat Islam mudah membacanya.

3
Rosihan Anwar,Ulumul Qur’an,CV Pustaka Setia,Bandung,2015,141.142

1.
Latar Belakang Historis

Qira’at sebenarnya telah muncul semenjak Nabi SAW masih ada walaupun pada masa itu qira’at
bukan merupakan sebuah disiplin ilmu. Ada beberapa riwayat yang dapat mendukung asumsi diatas :

Suatu ketika Umar Al-Khattab berbeda pendapat dengan Hisyam bin Hakim ketika membaca ayat al-
Qur’an. Umar tidak puas dengan bacaan Hisyam sewaktu Ia membaca surah alfurqon.Menurut Umar
bacaan Hisyam tidak benar dan bertentangan dengan apa yang diajarkan Nabi
kepadanya.Namun,Hisyam menegaskan pula bahwa bacaannya pun berasal dari Nabi.Seusai sholat
Hisyam diajak menghadap Nabi seraya melaporkan peristiwa diatas.
Nabi menyuruh Hisyam mengulang bacaannya sewaktu sholat tadi, setelah
Hisyam melakukannya, nabi bersabda yang artinya “memang begitulah Al-
Qur’an diturunkan. Sesungguhnya Al-Qur’an diturunkan dalam tujuh huruf,
Maka bacalah oleh kalian apa yang kalian anggap mudah mudah dari tujuh huruf
Itu.”

2. Qira’at yang diterima dan ditolak

Ada beberapa pertimbangan mengapa Ibn Mujahit hanya memilih tujuh qira’at dari sekian

Banyak qira’at. Ketujuh tokoh qira’at itu dipilihnya dengan pertimbangan bahwa merekalah

Yang paling terkemuka, paling masyhur, paling bagus bacaannya, dan memiliki kedalaman

Ilmu dan usia panjang. Yang tak kalah penting adalah bahwa mereka dijadikan imam qira’at

Oleh para masyarakat mereka masing-masing.

Dengan demikian, bila hanya tujuh tokoh yang diturunkan Ibn Mujahid. Tidaklah hanya

Ulama-ulama itu yang menguasai qira’at. Masih banyak ulama lain yang sangat

berkompeten Dalam hal ini, misalnya khalaf bin hisyam dan yazid Al-Qa’qa. Usaha Ibn

Mujahid untuk Sampai pada imam yang tujuh. Menurut subhi Ash-Shalih. Hanya merupakan

kebetulan saja,

Oleh karena itu,menurut Al-Zarqani, seseorang tidak harus terpaku pada jumlah itu saja. Tetapi ia pun
harus menerima setiap qira’at yang sudah memenuhi persyaratan,yakni sesuai

Dengan salah satu rasm utsmani .sesuai dengan kaidah arab, dan sanadnya shahih.

Ada beberapa faktor yang membuat sebagian ulama merasa keberatan atas inisiatif Ibn Mujahid diatas,
yakni :

a. Inisiatif Ibn Mujahid menginventarisasi qira’at menjadi tujuh memancing kekacauan dengan
timbulnya tendensi uat untuk memahami kata :sab’ah ahrul dalam hadis Nabi sebagai qira,’at sab’ah
itu. Dari sekian pendapat mengenai kata “ ahrufin” tidak ditemukan pendapat bahwa yang dimaksud
kata itu adalah “qira’ah sab’ah. Bila kemudian ada pendapat bahwa yang adalah qira’ah sab’ah. Hal iti
muncul setelah dilakukan invetarisasi qira’ah oleh Ibn Mujahid.
b. Inisiatif Ibn Mujahid menginventarisasikan qira’ah sab’ah tak pelak membuat sebagian ulama
merasa keberatan. Mengapa hanya tujuh? Padahal; kajian tentang pertumbuhan qira’at yang sudsh
muncul semenjak masa Nabi yang kemudian melalui jalur periwayatan tersebar keberbagai pelosok,
akan itu, keberatan sebagian ulamadiatas dilihat dari konteks diatas memang cukup beralasan.
c. Istilah qira’ah sab’ah sebelum masyhur sampai pada masa Ibn Mujahid. Padalah qira’at itu sendiri
sebenarnya sudah akrab semenjak abad II H. Ada kecenderungan dari qira’at lainnya kalau tidak
dianggap salah ditinggalkan.

5
Rosihan Anwar, Ulumul Qur’an,CV. Pustaka Setia.Bandung,2015.142

Anda mungkin juga menyukai