Anda di halaman 1dari 25

Konsep Dasar Medis

1. Pengertian
Hiperemesis gravidarum (vomitus yang merusak dalam kehamilan
adalah nausea dan vomitus dalam kehamilan yang berkembang
sedemikian luas sehingga terjadi efek sistemik, dehidrasi dan penurunan
berat badan.(kapita,1994:232)
Hiperemesis adalah muntah yang berlebihan pada orang hamil muda,
yang akan mengganggu aktivitas sehari-hari.(FK Unpad, 1981:84)
Hiperemesis adalah vomitus yang berlebihan atau tidak terkendali
selama masa kehamilan yang menyebabkan dehidrasi,
ketidakseimbangan elektrolit atau defisiensi nutrisi dan kehilangan berat
badan.(Bobak, 2005:721)
Hiperemesis adalah mualmuntah berlebih sehingga mengganggu
pekerjaan sehari-hari dan keadaan umum menjadi buruk.( mitayani,
2009:40)
Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan
muntah lebih dari sepuluh kali dalam 24 jam, sehingga mengganggu
kesehatan dan pekerjaan sehari-
hari.(http://id.scribd.com/doc/228437637/Askep-Hiperemesis-
Gravidarum-Nanda-Nic-Noc#scribd )

2. Etiologi ( Hanifa.el al.2007:275)


Penyebab hiperemesis gravidarum belum dikertahui pasti.Frekuensi
kejadian adalah 2 per 1000 kehamilan.Beberapa faktor predisposisi dan
faktor lain yang telah ditemukan olehbeberapa penulis sebagai berikut.
a. Faktor predisposisi yang sering ditemukan adalah primigravida,
molahidatidosa, dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa
faktor hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
b. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan
metabolik akibat hamil serta restitensi yang menurun dari pihak itu
terhadap perubahan ini merupakan faktor organic.
c. Alergi sebagi salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak juga
disebut sebagai salah satu faktor organik.
d. Faktor psikologik memegang peranan penting pada penyakit ini,
rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap
kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu,
dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan
muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keenganan menjadi hamil
atau sebagai pelarian kerusakan hidup.
e. Faktor endokrin lainnya: hipertiroid, diabetes dan lain- lain.
3. Tanda dan gejala (Hanifa.el.al.2007:277)
Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringanya gejala dapat dibagi
menjadi tiga tingkatan:
Tingkat 1: muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum
penderita ibu merasalemah, nafsu makan tidak ada, berat badan
menurun dan merasa nyeri pada epigastrium.Nadi meningkat sekitar
100x/menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit mengurang,
lidah mengering dan mata cekung.
Tingkat II: penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih
mengurang, lidah mongering dan Nampak kotor, nadi kecil dan cepat,
suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikteris. Berat badan turun
dan mata cekung, tensi turun, hemokonsentrasi oliguria dan
konstipasi.Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan, karena
mempunyai aroma khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.
Tingkat III: keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran
menurun dari samnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu
meningkat dan ensi menurun.Komplikasi fatal terjadi pada susunan
saraf yang dikenal seabagai ensefalopati Wernick, dengan
gejala:nistagmus, diplopia, dan perubahan mental.Keadaan ini adalah
akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B-kompleks.
Gejala-gejala yang khas (Unpad.1984:85)
- Muntah yang hebat
- Haus
- Dehydrasi
- Faktor ex ore
- Berat badan turun
- Keadaan umum mundur
- Kenaikan suhu
- Icterus
- Gangguan cerebral (kesadaran menurun, delirium)
- Laboratorium (protein, acceton, urobilirubilirogen, porphyrin dalam
urin bertambah, silinder +

4. Patofisiologi (Hanifa.2007:277)
Ada yang menyatakan bahwa perasaan mual adalah akibat dari
meningkatnya kadar dari eksterogen, keluhan ini terjadi pada
trisemester pertama.Pengaruh fisiologi hormon eksterogen ini tidak jelas
mungkin berasal dari system syaraf pusat atau akibat berkurangnya
pengosongan lambung.Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita
hamil,meskipun demikian mualdan muntah dapat berlangsung berbulan-
bulan.
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan
muntah pada hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat terjadi
dehidrasi dan tidak imbanganya elektrolit dengan alkalosis
hipolokeremik. Belum jelas mengapa gejala-gejala ini hanya terjadi pada
sebafian kecil wanita tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama,
disamping faktor utama, disamping pengaruh utama.Yang jelas wanita
yang sebelum hamil sudah menderita lambung spastic dengan gejala
tak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang
leih berat.
Hyperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan
karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi, karena
oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dan tertimbunya
asam aseton-asetik, asam hidroksi buhnk dan aseton dlam
darah.Kurangnya cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena
muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan
plasma berkurang.Natrium dan klorida darah turun, demikian pula
klorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsetrasi,
sehingga aliran darah kejaringan berkurang. Hal ini menyebabkan
jumlah zat makan dan oksigen ke jaringan mengurang pula dan
tertimbunya zat metabolic yang toksik, kekurangan kalium sebagai
akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, menambah
frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak dan merusak hati dan
terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan. Disamping dehidrasi
dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dpat terjadi robekan pada
selaput lendir esophagus dan lambung (Sindroma Mallory Weiss)
dengan akibat pendarahan gastrointestinal.Pada umumnya robekan ini
ringan dan pendarahan dapat berhanti sendiri.Jarang sampai diperlukan
transfuse atau tindakan operatif.

5. Penatalaksanaan (Bobak:721)
Asuhan keperawatan wanita hamil yang mengalami hyperemesis
dilakukan dengan menetapkan rencana perawatan medis: pemberian
terapi intravena yang kemudian dipantau, pemberian agens farmokologi
dan suplemen nutrisi,dan pemantauan respons wanita terhadap
intervensi. Perawat mengobservasi wanita untuk mendeteksi adanya
tanda –tanda komplikasi , seperti asidosis metabolic, ikterik, atau
hemoragi dan member tahu tenaga perawat kesehatan begitu tanda-
tada tersebut muncul. Pengukuran masukan dan keluaran yang akurat,
termasuk jumlah emesis , merupakan asuhan keperawatan yang
penting. Hygine oral, yang diberikan saat wanita berada dalam status
NPo dan setelah episode vomitus , membantu meminimalkan
ketidaknyamanan yang dirasakan wanita saat wanita mulai berespons
terhadap terapi yang diberikan, cairan oral dalam jumlah terbatas dan
makan lunak. Upaya meningkatkan istirahat yang adekuat, penting
untuk wanita hyperemesis.Perawat dapat membantu mengordinasikan
tindakan terapi dan periode kunjunagan sehingga wanita tersebut
memiliki kesempatan untuk beristirahat. Perawat menangani kondisi
psikososial wanita tersebut karena kondisinya, baik secara fisik maupun
emosional, lemah.
Biasanya hyperemesis gravidarum berespons terhadap terapi dan
proknosisnya baik.Wanita dipulangakan kerumah bila keseimbangan
cairan dan elektrolit dicapao dan berat badan mulai meningkat.

B. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian( Mitayani.2009:41-43)
Pengkajian merupakan pendekatan yang sistematis untuk
mengumpulkan data, mengelompokkan, dan menganalisis. Sehingga
didapatkan masalah dan kebutuhan untuk perawatan ibu. Tujuan utama
untuk pengkajian adalah untuk memberikan gambaran secara terus
menerus mengenai keadaan kesehatan ibu yang memungkinkan
perawat merencanakan asuhan keperawatan.
Langkah pertama dalam pengkajian ibu hyperemesis gravidarum
adalah mengumpulkan data . Data- data yang akan dikumpulkan adalah
sebagai berikut:
a. Data riwayat kesehatan
1) Pada riwayat kesehatan sekarang, terdapat keluhan yang dirasakan
oleh ibu sesuai dengan gejala –gejala pada hyperemesis gravidarum,
yaitu: mual dan muntah yang terus menerus.
2) Riwayat kesehatan dahulu , kemungkinan ibu pernah mengalami
hyperemesis gravidarum sebelumnya dan kemungkinan ibu pernah
mengalami penyakit yang berhubungan dengan saluran pencernaan
3) Riwayat kesehatan keluarga, kemungkinan adanya riwayat
kehamilan ganda pada keluarga.
b. Data fisik biologis
Data yang dapat ditemukan pada ibu dengan hyperemesis garvidarum
adalah mamae yang membengkak, hiperpigmentasi pada areola
mamae, terdapat kloasma gravidarum, mukosa membaran dan bibir
kering, turgor kulit buruk, mata cekung dan sedikit ikterik, ibu tampak
pucat dan lemah.
c. Riwayat menstruasi
1) Kemungkinan manarce usia 12-14 tahun
2) Siklus 28-30 hari
3) Lamanya 5-7 hari
4) Banyaknya 2-3 kali ganti duk per hari
5) Kemungkinan ada keluhan waktu haid seperti nyeri
d. Riwayat perkawinan
Kemungkinan terjadi pada perkawinan usia muda
e. Riwayat kehamilan dan persalinan
1) Hamil muda: ibu pusing, mual dan muntah
2) Hamil tua: pemeriksaan umum terhadap ibu
f. Data psikologi
Riwayat psikologi sangat penting diksji agar dapat diketahui keadaan
jiwa ibu sehubungan dengan perilaku terhadap kehamilan.Keadaan jiwa
ibu yang labil, mudah marah, cemas, takut akan kegagalan persalinan,
mudah menangis, sedih, serta kecewa dapat memperberat mual dan
muntah.
g. Data social ekonomi
Hyperemesis gravidarum bisa terjadi pada semua golongan ekonomi,
namun umumnya terjadi pada tingkat ekonomi menengah kebawah. Hal
ini diperkirakan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang dimiliki.
h. Data penunjang
Didapat dari hasil laboratorium, yaitu pemeriksaan darah dan
urin.Pemeriksaan darah yaitu hemoglobin dan hematokrit yang
meningkat menunjukan hemokonsentrasi yang berkaitan dengan
dehidrasi.

2. Diagnosa Keperawatan
yang dapat muncul pada kasus wanita hyperemesis adalah:
Menurut bobak
a. Defisit volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan
akibat vomitus dan asupan cairan yang tidak adekuat.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan nausea dan vomitus yang menetap.
c. Ketakutan yang berhubungan dengan efek hyperemesis pada
kesejahteraan janin
Menurut Mitayani
d. Nyeri pada epigastrum berhubungan dengan muntah yang berulang
e. Tidak efektifnya pola pertahanan diri berhubungan dengan efek
psikologis terhadap kehamilan dan perubahan peran sebagai ibu.

3. Intervensi
a. Defisit volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan
akibat vomitus dan asupan cairan yang tidak adekuat.
1) Kaji dan dokumentasikan turgor kulit, kondisi membrane mukosa
Rasional : menjadikan dasar penyusunan rencana tindakan
2) Timbang berat badan
Rasional: untuk menentukan jenis diet yang akan diberi
3) Pertahankan intake dan output
Rasional: memantau perkembangan dan keadaan hyperemesis
4) Beri agens antiemetic sesuai program
Rasioanl: untuk member terapi dan penyembuhan keadaan
hyperemesis
5) Anjurkan untuk mengonsumsi cairan dan makan dengan perlahan
tapi sering
Rasional: untuk mempertahankan asupan nutrisi
6) Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya
Rasional: mencegah komplikasi yang sangat berat

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan


dengan nausea dan vomitus yang menetap.
1) Kaji rasa takut, dan tingkat rasa takut
Rasional: menetukan tindakan yang akan dilakuakan
2) Dorong pasien untuk mengungkapakan rasa takut
Rasional: agar pasien tidak merasa sendiri dan dengan mengungkapkan
rasa takut pasien dapat tenang.
3) Bantu pasien melihat kekuatan yang ada pada diri pasien
Rasional: agar pasien sadar dan mampu beradaptasi dengan
keadaanya
4) Beri informasi tentang keadaan hyperemesis
Rasional: agar pasien mengetahui dan mengerti dengan keadaanya
5) Anjurkan pasien untuk berkonsultasi
Rasional: memampukan pasien untuk mengatasi rasa takut

c. Ketakutan yang berhubungan dengan efek hyperemesis pada


kesejahteraan janin
1) Kaji pola nutrisi
Rasional: untuk mengetahui asupan nutrisi
2) Edukasi pentingnya nutrisi yang adekuat selama masa hamil
Rasional: untuk mempertahankan keseimbangan nutrisi
3) Monitor berat badan setiap hari
Rasional: untuk mengetahiu sesuai atau tidakanya
peningkatan/penurunan berat badan selama kehamilan

4) Anjurkan makan selagi hangat


Rasional: mengurangi mual
5) Anjurkan untuk oral hygine sebelum makan dan sesudah makan
Rasioanal: untuk meningkatkan nafsu makan
6) Beri sajian makanan yang menarik
Rasional: menarik keinginan untuk makan
7) Kolaborasi dengan tim medis
Rasional: mencegah terjadinya kesalahan dalam pemberian diet

d. Nyeri pada epigastrum berhubungan dengan muntah yang berulang


1) Kaji tingkat nyeri
Rasional: mengetahui tingkat nyeri pada ibu dan menentukan tindakan
selanjutnya
2) Atur posisi dengan kepala lebih tinggi selama 30 menit setelah
makan
Rasional: mengurangi tekanan pada gastrointestinal, mencegah muntah
yang berulang
3) Perhatikan oral hygine sebelum dan sesudah makan
Rasional: menimbulkan rasa nyaman dan mengurangi mual muntah
4) Alihkan perhatian ibu pada hal yang menyenangkan
Rasional: dengan mengalihkan perhatian diharapkan ibu dapat
melupakan rasa nyeri yang timbul akibat muntah yang berulang
5) Anjurkan ibu untuk beristirahat dan membatasi pengunjung
Rasional: dengan istirahat yang cukup dapat menambah ketenagan
6) Kolaborasi dalam pemberian antiemetik dan sedative dengan dokter
Rasional: terapi dan mengurangi rasa nyeri yang timbul

e. Tidak efektifnya pola pertahanan diri berhubungan dengan efek


psikologis terhadap kehamilan dan perubahan peran sebagai ibu.
1) Bantu klien utuk mengungkapkan perasaannya secara langsung
terhadap kehamilan
Rasional: dengan mengunkapakan perasaanya secara langsung
terhadap kehamilanya , bisa diketahui lansung maslahnya
2) Dengarkan keluhan ibu dengan penuh perhatian
Rasional: ibu merasa diperhatikan dan tidak sendiri dalam mengatasi
masalah.
3) Diskusikan bersama ibu mengenai masalah yang dihadapi dan
pemecah masalah yang dapat dilakuakan
Rasional: melalui diskusi dapat diketahui koping ibu dlam menghadapi
masalahnya
4) Bantu ibu untuk memecahkan masalahnya terutama yang
berhubungan dengan kehamilan
Rasional: dengan membantu memecahkan masalah ibu, maka perawat
dapat menemukan polakoping ibu yang efektif
5) Dukung ibu dalam menemukan pemecahan masalah yang
konstruktif
Rasional: dukungan dapat menambah rasa percaya diri ibu dalam
menemukan pemecah masalah
6) Libatkan keluarga dalam kehamilan ibu
Rasional: keluarga dapat diajak bekerjs sama dlam memberiksn
dukungan pada ibu terhadap kehamilan
7) Kolaborasi dengan ahli psikiatri jika diperlukan
Rasional: untuk mengetahui adanya kemungkinan faktor psikologis yang
lebih berat sebagai penyebab masalah.

4. Implementasi
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat dapat langsung
memberikan pelayanan kepada klien atau dapat juga didelegasikan
kepada orang lain yang dipercaya di bawah pengawasan yang masih
seprofesi dengan perawat.(Mitayani.2009:46)

5. Evaluasi
Merupakan hasil perkembangan klien dengan berpedoman kepada
hasil dan tujuan yang hendak dicapai. Evaluasi dari proses keperawatan
adalah menilai hasil yang diharapkan terhadap perubahan perilaku ibu
dan mengetahui sejauh mana maslah klien dapat teratasi. Disamping itu
perawat juga melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika yang
ditetapkan belum tercapai dan proses keperawatan segara
domodikasi.(Mitayani.2009:47)

Daftar Pustaka

Bobak .2005.Keperawatan Maternitas.ed.4.Jakarta;EGC


Hanifa.2007.Ilmu Kebidanan ed.3.Jakarta;Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Rustam .1998.Obstetri Fisiologi dan Patologi.Jakarta;EGC
UnPad .1981.1984.Obstetri Patologi, Bagian Obstetri dan Genekologi.
Mitayani.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin
adalah masalah besar bagi Negara-negara berkembang. Di Negara
miskin, sekitar 20-50% kematian wanita usia subur disebabkan hal
yang berkaitan dengan kehamilan. Menurut data statistik yang
dikeluarkan WHO sebagai badan PBB yang menangani masalah
bidang kesehatan, tercatat angka kematian ibu dalam kehamilan dan
persalinan di dunia mencapai 515.000 jiwa setiap tahun (Iskandar,
2008).
Angka kematian ibu di Negara tetangga tahun 2003 tercatat 95
per 100.000 kelahiran hidup. Negara anggota ASEAN lainnya,
Malaysia tercatat 30 per 100.000 dan Singapura 9 per 100.000
(Siswono, 2003).
Sebab pasti belum diketahui frekuensi kejadian 2 per 1000
kehamilan (Esti, 2009). Penyebab kematian ibu cukup kompleks,
dapat digolongkan atas faktor-faktor reproduksi, komplikasi
obstetrik langsung telah banyak diketahui dan dapat ditangani,
meskipun pencegahannya terbukti sulit. Menurut SKRT 2001,
penyebab obstetrik langsung sebesar 90% sebagian besar
perdarahan (28%) dan infeksi (11%) penyebab tidak langsung
kematian ibu berupa kondisi kesehatan yang di derita misalnya
kurang energi kronis (37%) (Inayah, 2008).
Penyebab terpenting kematian maternal di Indonesia adalah
perdarahan 40-60%, infeksi 20-30% dan keracunan kehamilan 20-
30%, sisanya sekitar 5% disebabkan penyakit lain yang memburuk
saat kehamilan (Inayah, 2008).
Hasil Survey Demografi Indonesia (SDKI) tahun 2007 menyatakan
bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia mencapai 248 per
100.000 kelahiran hidup. Sedangkan di kota Medan jumlah Angka
Kematian Ibu (AKI) diperkirakan 330/100.000 kelahiran hidup ini
menunjukkan angka kematian ibu masih lebih besar jika
dibandingkan dengan angka kematian ibu di tingkat nasional
(Menkes, 2007).
Hasil pengumpulan data Tingkat Pusat, Subdirektorat kebidanan
dan kandungan Subdirektorat Kesehatan Keluarga dari 325
Kabupaten/Kota menunjukan bahwa pada tahun 2003 presentase
ibu hamil resiko tinggi dengan hiperemesis gravidarum berat yang
dirujuk dan mendapatkan pelayanan kesehatan lebih lanjut sebesar
20,44%. Provinsi dengan presentase tertinggi adalah provinsi
Sulawesi Tengah (96,53%) dan di Yogyakarta (76,60%) sedangkan
yang terendah adalah provinsi Maluku Utara (3,66%) dan Sumatera
Selatan (3,81%) (Profil Kesehatan Indonesia, 2003).
Mual (nause) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang
wajar dan sering didapatkan pada kehamilan trimester I. Mual
biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat
dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi setelah 6
minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama
kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60-80%
primigravida dan 40-60% terjadi pada multigravida. Satu diantara
seribu kehamilan gejala-gejala lain menjadi berat (Sarwono, 2005).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
2.1.1 Kehamilan
Kehamilan adalah suatu masa dari mulai terjadinya
pembuahan dalam rahim wanita sampai bayinya dilahirkan.
Kehamilan terjadi ketika seorang wanita melakukan hubungan
seksual pada masa ovulasi. Telur yang telah dibuahi sperma
kemudian akan menempel pada dinding rahim, lalu tumbuh dan
berkembang selama kira-kira 40 minggu (280 hari) dalam rahim
pada kehamilan normal (Suririnah, 2008).
Kehamilan adalah hasil dari “kencan” sperma dan sel telur.
Dalam prosesnya perjalanan sperma untuk menemui sel telur
(ovum) betul-betul penuh perjuangan (Maulana, 2009).

2.2 Hiperemesis Gravidarum


Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang
berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan
sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi memburuk, karena
terjadi dehidrasi (Esti, 2009).
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai
usia kehamilan 20 minggu, begitu hebat dimana segala apa yang
dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi
keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun,
dehidrasi, terdapat aseton dalam urine, bukan karena penyakit
(Maidun, 2009).
Salah satu masalah yang terjadi pada masa kehamilan atau
penyakit yang bisa meningkatkan derajat kesakitan adalah
terjadinya gestosis pada masa kehamilan atau penyakit yang khas
terjadi pada masa kehamilan, dan salah satu gestosis dalam
kehamilan adalah hiperemesis gravidarum (Rukiyah, 2010).
Mual dan muntah tampaknya disebabkan oleh kombinasi
hormon estrogen dan progesteron, walaupun hal ini tidak diketahui
dengan pasti dan hormon HCG (human chorionic gonadotropin)
juga berperan dalam menimbulkan mual dan muntah (Sarwono,
2008).
Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering
terjadi pada kehamilan trimester I, kurang lebih pada 6 minggu
setelah haid terakhir selama 10 minggu (Mansjoer, 2001).

2.3 Etiologi
Sebab pasti belum diketahui frekuensi kejadian 2 per 1000
kehamilan.
Faktor predisposisi antara lain :
2.3.1 sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes,
kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG dan wanita
yang sebelum hamil sudah menderita gangguan lambung
spesifik (Sarwono, 2005).
2.3.2 Faktor organik karena masuknya villi khoriales dalam
sirkulasi maternal dan perubahan metabolik.
2.3.3 Faktor psikologik keretakan rumah tangga, kehilangan
pekerjaan, rasa takut terhadap kehamilan dan pesalinan.
2.3.4 Faktor endokrin lainnya hipertiroid, diabetes (Esti, 2009).
Hormon yang terbentuk dalam tubuh ibu saat minggu-minggu
awal kehamilan membuat ibu merasa menderita saat hormon-
hormon tersebut mempengaruhi perut, selera makan dan pusat
khusus diotak yang dapat memicu respon muntah (Esti, 2009).

2.4 Gejala dan Tingkat Pada Hiperemesis Gravidarum


Menurut berat ringannya gejala hiperemesis
gravidarum dibagi dalam 3 tingkat, yaitu :
2.4.1 Tingkat I : Ringan
a. Mual muntah
b. Nafsu makan berkurang
c. Berat badan turun
d. Rasa nyeri di epigastrium
e. Turgor kulit kurang
f. Lidah kering
2.4.2 Tingkat II : Sedang
a. Mual dan muntah
b. Lemah
c. Apatis
d. Turgor kulit mulai jelek
e. Nadi kecil dan cepat
f. Suhu badan naik (dehidrasi)
g. Ikterus ringan
h. Mata cekung
i. Tensi turun
j. Hemokonsentrasi
k. Oliguri dan konstipasi
2.4.3 Tingakat III : Berat
a. Keadaan umum jelek
b. Kesadaran sangat menurun
c. Samnolen sampai koma
d. Nadi kecil, halus dan cepat
e. Dehidrasi hebat
f. Suhu badan naik
g. Tensi turun sekali
h. Ikterus (Esti, 2009).

2.5 Diagnosis
Umumnya tidak sukar untuk menegakkan
diagnosa hiperemesis gravidarum. Harus ditentukan adanya
kehamilan muda dengan mual dan muntah yang terus-menerus,
sehingga berpengaruh terhadap keadaan umum dan menyebabkan
kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan
janin sehingga pengobatan perlu segera diberikan. Namun harus
pikirkan kemungkinan kehamilan muda dengan penyakit
pielonefritis, hepatitis, ulkus ventrikuli dan tumor serebri yang bisa
memberikan gejala muntah (Rukiyah, 2010).
2.6 Prognosis
Dengan penanganan yang baik, prognosis sangat memuaskan,
namun pada tingkat yang berat dapat menyebabkan kematian ibu
dan janin (Mansjoer, 2001).

2.7 Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengobati mual dan muntah agar
tidak terjadi hiperemesis gravidarum dengan cara yaitu :
2.7.1 Terapi nutrisi makan sedikit tapi sering agar perut tidak
terlalu penuh dengan hanya sekali makan tapi banyak, seperti
roti beras, roti gandum.
2.7.2 Hindari makanan yang dapat membuat anda merasa sakit,
seperti makanan gorengan, berlemak atau berbumbu.
2.7.3 Hindari minum teh atau kopi berlebihan.
2.7.4 Hindari memakai pakaian ketat.
2.7.5 Konsultasi ke dokter kandungan jika muntah berlanjut.
2.7.6 Suplemen B6 dan zinc juga khrom dapat sangat efektif,
khususnya bagi wanita yang baru menggunakan pil
kontrasepsi Karena pil ini merusak kemampuan tubuh dalam
menyerap nutrisi-nutrisi tersebut dari makanan yang anda
santap.
2.7.7 Pengobatan herbal, coba the kamomil atau spearmint, atau
teh jahe parut yang direbus dalam air mendidih, atau kapsul
jahe yang tersedia di gerai-gerai makanan sehat.
2.7.8 Pengobatan bach flower gunakan rescue remedy jika anda
merasa cemas, khususnya jika kecemasan tersebut membuat
mual dan muntah semakin parah.
2.7.9 Aromaterapi minyak esensial seperti minyak sitrus (jeruk,
jeruk mandarin, limau) aman dan lembut digunakan pada saat
ini.
2.7.10 Aksepresur coba kenakan gelang tangan ‘sea sickness’ yang
tersedia di toko farmasi atau gerai makanan sehat di daerah
anda (Tiran, 2007).

2.8 Penatalaksanaan
Pengobatan yang baik pada mual dan muntah sehingga dapat
mencegah hiperemesis gravidarum. Dalam keadaan muntah
berlebihan dan dehidrasi ringan, penderita emesis
gravidarum sebaiknya dirawat sehingga dapat
mencegah hiperemesis gravidarum.
2.8.1 Melakukan isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan
peredaran udara yang baik tidak diberikan makan/minum selama
24-28 jam. kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan
berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
2.8.2 Therapy psikologik
Perlu diyakini pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,
hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang
berat serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat
menjadi latar belakang penyakit ini.
2.8.3 Pemberian cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat
dan protein dengan linger lactat 5% dengan cairan garam
fisiologik sebanyak 2-3 liter per hari. Bila perlu dapat
ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B
kompleks. Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula
asam amino secara intra vena.
2.8.4 Obat-obat yang diberikan
Sedativa yang sering digunakan adalah Phenobarbital.
Vitamin yang dianjurkan vitamin B1 dan B6 tablet keadaan
yang lebih berat diberikan antiemetik seperti disiklomin
hidrokhloride atau khlorpromasin. Anti histamin ini juga
dianjurkan seperti mediamen, avomin (Maidun, 2009).
2.8.5 Penghentian kehamilan
Pada sebagian kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan
mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan
psikiatri bila keadaan memburuk delirium, kebutaan
tachikardi, ikterus, anuria dan perdarahan merupakan
manifestasi komplikasi organik, dalam keadaan demikian
perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan.
Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit
diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan
terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu
sampai terjadi gejala irreversibel ada organ vital (Windy,
2009).
2.8.6 Diet
a. Diet hiperemesis I diberikan ada hiperemesis tingkat III
makanan hanya berupa roti kering dan buah-buhan. Cairan
tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya.
Makanan ini kurang dalam semua zat-zat gizi, kecuali vitamin
C, karena itu hanya diberikan Selama beberapa hari.
b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah
berkurang. Secara berangsur mulai diberikan makanan yang
bergizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan.
Makanan ini rendah dalam semua zat-zat gizi kecuali vitamin
A dan D.
c. Diet hieremesis III diberikan kepada penderita
dengan hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan penderita.
Minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini
cukup dalam semua zat gizi kecuali kalsium (Rukiyah, 2010).
2.9 Faktor-faktor Ibu Yang Mengalami Hiperemesis
Gravidarum
2.9.1 Jumlah Paritas
Jumlah kehamilan yang berpengaruh
terhadap hiperemesis gravidarum. Hiperemesis sering terjadi
pada multigravida dari pada primigravida. Hal ini disebabkan
karena kerja hormon, meningkatnya kadar estrogen dan HCG
dalam serum yang dapat menyebabkan perasaan mual hingga
muntah (Sarwono, 2005).
Jumlah paritas memberikan pengaruh yang nyata
terhadap kesehatan ibu hamil (Notoatmodjo, 2003).
a. Primigrvida adalah seorang wanita yang pertama kali hamil.
b. Multigravida adalah seorang wanita yang pernah dua kali atau
lebih hamil sampai usia viabilitas (Cunningham, 2006).
2.9.2 Usia Kehamilan
Usia kehamilan adalah jumlah minggu lengkap dari hari
pertama menstruasi sampai terakhir bayi lahir, biasanya tanggal
persalinan diperoleh dengan menambahkan 7 hari ke hari pertama
menstruasi terakhir dan menghitung mundur 3 bulan. Biasanya
kehamilan dibagi menjadi 3 trimester setara yang masing-masing
berlangsung selama 3 bulan kalender. Secara historis, trimester
pertama berlangsung sampai selesainya minggu ke 0-14, trimester
ke dua sampai minggu ke >14-28, dan trimester tiga mencakup
minggu ke >28-42, kehamilan. Dengan kata lain, trimester dapat
diperoleh dengan membagi 42 menjadi tiga periode yang masing-
masing lamanya 14 minggu (Cunningham, 2006).
2.9.3 Pekerjaan Ibu
Pekerjaan merupakan kegiatan formal yang dilakukan dalam
kehidupan sehri-hari. Pekerjaan ibu hamil juga berpengaruh
terhadap hiperemesis gravidarum. Wanita yang bekerja sering
mengalami gangguan psikologi sehubungan dengan masalah yang
dihadapi dalam bidang pekerjaan dan lingkungan kerja yang kurang
baik (Manuaba, 2003).

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, Gary.F.2006. Obstetri Williams. Jakarta : EGC.


Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculapius.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2003. Kepaniteraan Klinik Obstetri dan
Ginekologi. Jakarta : EGC
Maulana, Mirza. 2009. Reproduksi Kehamilan dan Merawat Anak.
Jogyakarta : Tunas Pubishing.
Notoatmodjo, Sokiedjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta
: Puspa Swara.
Notoatmodjo, sokiedjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan.
Jakarta : Rineke Cipta.
Nugraheny, Esti. 2009. Asuhan Kebidanan Pathologis. Jogyakarta :
Pustaka Rihama.
Prawirohardjo, S. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka.
Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka.
Rukiyah, Aiyeyeh. 2010. Asuhan Kebidanan 4 Pathologis. Jakarta :
Trans Info Media.
Suririnah, dr. 2008. Buku Pintar Kehamilan & Persalinan. Jakarta :
GM.
Tiran, Denise. 2007. Mengatasi Mual dan Gangguan Selama
Kehamilan. Jakarta : Diglossia.
Anonymous.
2003. KesehatanIndonesia.com http://profil.Kesehatan.com/200
3/10/seputar_masalah_kesehatan. diakses Maizar Handayani 24
mei 2010 jam 12.00 Wib.
Gsianturi. 2007. Menkes angka kematian ibu melahirkan masih
tinggi di
Indonesia. http://www.kompas.co.id/utama/news/0307/07/064243
.html diakses Maizar Handayani 30 mei 2010 jam 10.00 Wib.
Hapsari, R. Windy.
2009. Mediague.com http://mediague.com diakses Maizar
Handayani 24 mei 2010 jam 09.00 Wib.
Inayah. 2008. Penyakit
infogue.com http://penyakitinfogue.com/2008/12/seputar_masala
h_kemtian_maternal diakses Maizar Handayani 20 mei 2010 jam
15.00 Wib.
Iskandar, Joko. 2008. KTI dan Skripsi.com diakses Maizar
Handayani 02 mei 2010 jam 10.00 Wib.
Maidun. 2009. hiperemesis-
gravidarum.com http://maidunggleekpay.com/2009/05/hiperemes
is-gravidarum.html diakses Maizar Handayani 16 mei 2010 jam
10.00 Wib.
Siswono.2003. Kematian ibu Indonesia tertinggi di
ASEAN http://www.suarapembaruan.com/News/2003/09/02/Inde
x.html diakses Maizar Handayani 28 mei 2010 jam 12.00 Wib.

Anda mungkin juga menyukai