1. Pengertian
Hiperemesis gravidarum (vomitus yang merusak dalam kehamilan
adalah nausea dan vomitus dalam kehamilan yang berkembang
sedemikian luas sehingga terjadi efek sistemik, dehidrasi dan penurunan
berat badan.(kapita,1994:232)
Hiperemesis adalah muntah yang berlebihan pada orang hamil muda,
yang akan mengganggu aktivitas sehari-hari.(FK Unpad, 1981:84)
Hiperemesis adalah vomitus yang berlebihan atau tidak terkendali
selama masa kehamilan yang menyebabkan dehidrasi,
ketidakseimbangan elektrolit atau defisiensi nutrisi dan kehilangan berat
badan.(Bobak, 2005:721)
Hiperemesis adalah mualmuntah berlebih sehingga mengganggu
pekerjaan sehari-hari dan keadaan umum menjadi buruk.( mitayani,
2009:40)
Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan
muntah lebih dari sepuluh kali dalam 24 jam, sehingga mengganggu
kesehatan dan pekerjaan sehari-
hari.(http://id.scribd.com/doc/228437637/Askep-Hiperemesis-
Gravidarum-Nanda-Nic-Noc#scribd )
4. Patofisiologi (Hanifa.2007:277)
Ada yang menyatakan bahwa perasaan mual adalah akibat dari
meningkatnya kadar dari eksterogen, keluhan ini terjadi pada
trisemester pertama.Pengaruh fisiologi hormon eksterogen ini tidak jelas
mungkin berasal dari system syaraf pusat atau akibat berkurangnya
pengosongan lambung.Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita
hamil,meskipun demikian mualdan muntah dapat berlangsung berbulan-
bulan.
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan
muntah pada hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat terjadi
dehidrasi dan tidak imbanganya elektrolit dengan alkalosis
hipolokeremik. Belum jelas mengapa gejala-gejala ini hanya terjadi pada
sebafian kecil wanita tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama,
disamping faktor utama, disamping pengaruh utama.Yang jelas wanita
yang sebelum hamil sudah menderita lambung spastic dengan gejala
tak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang
leih berat.
Hyperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan
karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi, karena
oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dan tertimbunya
asam aseton-asetik, asam hidroksi buhnk dan aseton dlam
darah.Kurangnya cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena
muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan
plasma berkurang.Natrium dan klorida darah turun, demikian pula
klorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsetrasi,
sehingga aliran darah kejaringan berkurang. Hal ini menyebabkan
jumlah zat makan dan oksigen ke jaringan mengurang pula dan
tertimbunya zat metabolic yang toksik, kekurangan kalium sebagai
akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, menambah
frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak dan merusak hati dan
terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan. Disamping dehidrasi
dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dpat terjadi robekan pada
selaput lendir esophagus dan lambung (Sindroma Mallory Weiss)
dengan akibat pendarahan gastrointestinal.Pada umumnya robekan ini
ringan dan pendarahan dapat berhanti sendiri.Jarang sampai diperlukan
transfuse atau tindakan operatif.
5. Penatalaksanaan (Bobak:721)
Asuhan keperawatan wanita hamil yang mengalami hyperemesis
dilakukan dengan menetapkan rencana perawatan medis: pemberian
terapi intravena yang kemudian dipantau, pemberian agens farmokologi
dan suplemen nutrisi,dan pemantauan respons wanita terhadap
intervensi. Perawat mengobservasi wanita untuk mendeteksi adanya
tanda –tanda komplikasi , seperti asidosis metabolic, ikterik, atau
hemoragi dan member tahu tenaga perawat kesehatan begitu tanda-
tada tersebut muncul. Pengukuran masukan dan keluaran yang akurat,
termasuk jumlah emesis , merupakan asuhan keperawatan yang
penting. Hygine oral, yang diberikan saat wanita berada dalam status
NPo dan setelah episode vomitus , membantu meminimalkan
ketidaknyamanan yang dirasakan wanita saat wanita mulai berespons
terhadap terapi yang diberikan, cairan oral dalam jumlah terbatas dan
makan lunak. Upaya meningkatkan istirahat yang adekuat, penting
untuk wanita hyperemesis.Perawat dapat membantu mengordinasikan
tindakan terapi dan periode kunjunagan sehingga wanita tersebut
memiliki kesempatan untuk beristirahat. Perawat menangani kondisi
psikososial wanita tersebut karena kondisinya, baik secara fisik maupun
emosional, lemah.
Biasanya hyperemesis gravidarum berespons terhadap terapi dan
proknosisnya baik.Wanita dipulangakan kerumah bila keseimbangan
cairan dan elektrolit dicapao dan berat badan mulai meningkat.
2. Diagnosa Keperawatan
yang dapat muncul pada kasus wanita hyperemesis adalah:
Menurut bobak
a. Defisit volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan
akibat vomitus dan asupan cairan yang tidak adekuat.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan nausea dan vomitus yang menetap.
c. Ketakutan yang berhubungan dengan efek hyperemesis pada
kesejahteraan janin
Menurut Mitayani
d. Nyeri pada epigastrum berhubungan dengan muntah yang berulang
e. Tidak efektifnya pola pertahanan diri berhubungan dengan efek
psikologis terhadap kehamilan dan perubahan peran sebagai ibu.
3. Intervensi
a. Defisit volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan
akibat vomitus dan asupan cairan yang tidak adekuat.
1) Kaji dan dokumentasikan turgor kulit, kondisi membrane mukosa
Rasional : menjadikan dasar penyusunan rencana tindakan
2) Timbang berat badan
Rasional: untuk menentukan jenis diet yang akan diberi
3) Pertahankan intake dan output
Rasional: memantau perkembangan dan keadaan hyperemesis
4) Beri agens antiemetic sesuai program
Rasioanl: untuk member terapi dan penyembuhan keadaan
hyperemesis
5) Anjurkan untuk mengonsumsi cairan dan makan dengan perlahan
tapi sering
Rasional: untuk mempertahankan asupan nutrisi
6) Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya
Rasional: mencegah komplikasi yang sangat berat
4. Implementasi
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat dapat langsung
memberikan pelayanan kepada klien atau dapat juga didelegasikan
kepada orang lain yang dipercaya di bawah pengawasan yang masih
seprofesi dengan perawat.(Mitayani.2009:46)
5. Evaluasi
Merupakan hasil perkembangan klien dengan berpedoman kepada
hasil dan tujuan yang hendak dicapai. Evaluasi dari proses keperawatan
adalah menilai hasil yang diharapkan terhadap perubahan perilaku ibu
dan mengetahui sejauh mana maslah klien dapat teratasi. Disamping itu
perawat juga melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika yang
ditetapkan belum tercapai dan proses keperawatan segara
domodikasi.(Mitayani.2009:47)
Daftar Pustaka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.1.1 Kehamilan
Kehamilan adalah suatu masa dari mulai terjadinya
pembuahan dalam rahim wanita sampai bayinya dilahirkan.
Kehamilan terjadi ketika seorang wanita melakukan hubungan
seksual pada masa ovulasi. Telur yang telah dibuahi sperma
kemudian akan menempel pada dinding rahim, lalu tumbuh dan
berkembang selama kira-kira 40 minggu (280 hari) dalam rahim
pada kehamilan normal (Suririnah, 2008).
Kehamilan adalah hasil dari “kencan” sperma dan sel telur.
Dalam prosesnya perjalanan sperma untuk menemui sel telur
(ovum) betul-betul penuh perjuangan (Maulana, 2009).
2.3 Etiologi
Sebab pasti belum diketahui frekuensi kejadian 2 per 1000
kehamilan.
Faktor predisposisi antara lain :
2.3.1 sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes,
kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG dan wanita
yang sebelum hamil sudah menderita gangguan lambung
spesifik (Sarwono, 2005).
2.3.2 Faktor organik karena masuknya villi khoriales dalam
sirkulasi maternal dan perubahan metabolik.
2.3.3 Faktor psikologik keretakan rumah tangga, kehilangan
pekerjaan, rasa takut terhadap kehamilan dan pesalinan.
2.3.4 Faktor endokrin lainnya hipertiroid, diabetes (Esti, 2009).
Hormon yang terbentuk dalam tubuh ibu saat minggu-minggu
awal kehamilan membuat ibu merasa menderita saat hormon-
hormon tersebut mempengaruhi perut, selera makan dan pusat
khusus diotak yang dapat memicu respon muntah (Esti, 2009).
2.5 Diagnosis
Umumnya tidak sukar untuk menegakkan
diagnosa hiperemesis gravidarum. Harus ditentukan adanya
kehamilan muda dengan mual dan muntah yang terus-menerus,
sehingga berpengaruh terhadap keadaan umum dan menyebabkan
kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan
janin sehingga pengobatan perlu segera diberikan. Namun harus
pikirkan kemungkinan kehamilan muda dengan penyakit
pielonefritis, hepatitis, ulkus ventrikuli dan tumor serebri yang bisa
memberikan gejala muntah (Rukiyah, 2010).
2.6 Prognosis
Dengan penanganan yang baik, prognosis sangat memuaskan,
namun pada tingkat yang berat dapat menyebabkan kematian ibu
dan janin (Mansjoer, 2001).
2.7 Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengobati mual dan muntah agar
tidak terjadi hiperemesis gravidarum dengan cara yaitu :
2.7.1 Terapi nutrisi makan sedikit tapi sering agar perut tidak
terlalu penuh dengan hanya sekali makan tapi banyak, seperti
roti beras, roti gandum.
2.7.2 Hindari makanan yang dapat membuat anda merasa sakit,
seperti makanan gorengan, berlemak atau berbumbu.
2.7.3 Hindari minum teh atau kopi berlebihan.
2.7.4 Hindari memakai pakaian ketat.
2.7.5 Konsultasi ke dokter kandungan jika muntah berlanjut.
2.7.6 Suplemen B6 dan zinc juga khrom dapat sangat efektif,
khususnya bagi wanita yang baru menggunakan pil
kontrasepsi Karena pil ini merusak kemampuan tubuh dalam
menyerap nutrisi-nutrisi tersebut dari makanan yang anda
santap.
2.7.7 Pengobatan herbal, coba the kamomil atau spearmint, atau
teh jahe parut yang direbus dalam air mendidih, atau kapsul
jahe yang tersedia di gerai-gerai makanan sehat.
2.7.8 Pengobatan bach flower gunakan rescue remedy jika anda
merasa cemas, khususnya jika kecemasan tersebut membuat
mual dan muntah semakin parah.
2.7.9 Aromaterapi minyak esensial seperti minyak sitrus (jeruk,
jeruk mandarin, limau) aman dan lembut digunakan pada saat
ini.
2.7.10 Aksepresur coba kenakan gelang tangan ‘sea sickness’ yang
tersedia di toko farmasi atau gerai makanan sehat di daerah
anda (Tiran, 2007).
2.8 Penatalaksanaan
Pengobatan yang baik pada mual dan muntah sehingga dapat
mencegah hiperemesis gravidarum. Dalam keadaan muntah
berlebihan dan dehidrasi ringan, penderita emesis
gravidarum sebaiknya dirawat sehingga dapat
mencegah hiperemesis gravidarum.
2.8.1 Melakukan isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan
peredaran udara yang baik tidak diberikan makan/minum selama
24-28 jam. kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan
berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
2.8.2 Therapy psikologik
Perlu diyakini pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,
hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang
berat serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat
menjadi latar belakang penyakit ini.
2.8.3 Pemberian cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat
dan protein dengan linger lactat 5% dengan cairan garam
fisiologik sebanyak 2-3 liter per hari. Bila perlu dapat
ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B
kompleks. Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula
asam amino secara intra vena.
2.8.4 Obat-obat yang diberikan
Sedativa yang sering digunakan adalah Phenobarbital.
Vitamin yang dianjurkan vitamin B1 dan B6 tablet keadaan
yang lebih berat diberikan antiemetik seperti disiklomin
hidrokhloride atau khlorpromasin. Anti histamin ini juga
dianjurkan seperti mediamen, avomin (Maidun, 2009).
2.8.5 Penghentian kehamilan
Pada sebagian kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan
mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan
psikiatri bila keadaan memburuk delirium, kebutaan
tachikardi, ikterus, anuria dan perdarahan merupakan
manifestasi komplikasi organik, dalam keadaan demikian
perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan.
Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit
diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan
terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu
sampai terjadi gejala irreversibel ada organ vital (Windy,
2009).
2.8.6 Diet
a. Diet hiperemesis I diberikan ada hiperemesis tingkat III
makanan hanya berupa roti kering dan buah-buhan. Cairan
tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya.
Makanan ini kurang dalam semua zat-zat gizi, kecuali vitamin
C, karena itu hanya diberikan Selama beberapa hari.
b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah
berkurang. Secara berangsur mulai diberikan makanan yang
bergizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan.
Makanan ini rendah dalam semua zat-zat gizi kecuali vitamin
A dan D.
c. Diet hieremesis III diberikan kepada penderita
dengan hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan penderita.
Minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini
cukup dalam semua zat gizi kecuali kalsium (Rukiyah, 2010).
2.9 Faktor-faktor Ibu Yang Mengalami Hiperemesis
Gravidarum
2.9.1 Jumlah Paritas
Jumlah kehamilan yang berpengaruh
terhadap hiperemesis gravidarum. Hiperemesis sering terjadi
pada multigravida dari pada primigravida. Hal ini disebabkan
karena kerja hormon, meningkatnya kadar estrogen dan HCG
dalam serum yang dapat menyebabkan perasaan mual hingga
muntah (Sarwono, 2005).
Jumlah paritas memberikan pengaruh yang nyata
terhadap kesehatan ibu hamil (Notoatmodjo, 2003).
a. Primigrvida adalah seorang wanita yang pertama kali hamil.
b. Multigravida adalah seorang wanita yang pernah dua kali atau
lebih hamil sampai usia viabilitas (Cunningham, 2006).
2.9.2 Usia Kehamilan
Usia kehamilan adalah jumlah minggu lengkap dari hari
pertama menstruasi sampai terakhir bayi lahir, biasanya tanggal
persalinan diperoleh dengan menambahkan 7 hari ke hari pertama
menstruasi terakhir dan menghitung mundur 3 bulan. Biasanya
kehamilan dibagi menjadi 3 trimester setara yang masing-masing
berlangsung selama 3 bulan kalender. Secara historis, trimester
pertama berlangsung sampai selesainya minggu ke 0-14, trimester
ke dua sampai minggu ke >14-28, dan trimester tiga mencakup
minggu ke >28-42, kehamilan. Dengan kata lain, trimester dapat
diperoleh dengan membagi 42 menjadi tiga periode yang masing-
masing lamanya 14 minggu (Cunningham, 2006).
2.9.3 Pekerjaan Ibu
Pekerjaan merupakan kegiatan formal yang dilakukan dalam
kehidupan sehri-hari. Pekerjaan ibu hamil juga berpengaruh
terhadap hiperemesis gravidarum. Wanita yang bekerja sering
mengalami gangguan psikologi sehubungan dengan masalah yang
dihadapi dalam bidang pekerjaan dan lingkungan kerja yang kurang
baik (Manuaba, 2003).
DAFTAR PUSTAKA