KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A.Latar Belakang.......................................................................................................................1
B.Rumusan Masalah..................................................................................................................3
C.Tujuan....................................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................4
A.Pengertian...............................................................................................................................4
B.Etiologi...................................................................................................................................4
D.Klasifikasi..............................................................................................................................8
E. Penatalaksanaan.....................................................................................................................9
BAB IV....................................................................................................................................26
PENUTUP................................................................................................................................26
A.Kesimpulan..........................................................................................................................26
B.Saran.....................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................27
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kunci keberhasilan seseorang dalam menjalani hidup adalah ketika seseorang mampu
mempertahankan kondisi fisik, mental dan emosionalnya dalam suatu kondisi yang
optimal melalui pengendalian diri, peningkatan aktualisasi diri serta selalu menggunakan
mekanisme koping yang efektif dalam menyelesaikan masalah. Setiap individu memiliki
kekuatan, martabat, tumbuh kembang, kemandirian dan merealisasikan diri, potensi untuk
berubah, kesatuan yang utuh mulai dari bio psiko sosial dan spiritual, perilaku yang
berarti, serta persepsi, pikiran, perasaan dan gerak. Keseluruhannya merupakan suatu
rangkaian yang tidak terpisahkan (Jaya, 2015).
Menurut WHO kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan
mengandung berbagai karakteristik yang positif yang menggambarkan keselarasan dan
keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 tentang
kesehatan jiwa dalam pasal 1 menyebutkan bahwa kesehatan jiwa adalah kondisi dimana
seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga
individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja
secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk kelompoknya.
Kesehatan jiwa adalah suatu keadaan sejahtera dikaitkan dengan kebahagiaan,
kegembiraan, kepuasan, pencapaian, optimisme, atau harapan. Kesehatan jiwa melibatkan
sejumlah kriteria yang terdapat dalam suatu rentang. Kriteria sehat jiwa yaitu, sikap positif
terhadap diri sendiri, berkembang aktualisasi diri dan ketahanan diri, integrasi, otonomi,
persepsi sesuai realitas, dan penguasaan lingkungan (Stuart, 2017).
Gangguan jiwa adalah pola perilaku atau psikologis yang ditunjukkan oleh individu
yang menyebabkan distres, disfungsi, dan menurunkan kualitas kehidupan. Hal ini
mencerminkan disfungsi psikobiologis dan bukan sebagai akibat dari penyimpangan sosial
atau konflik dengan masyarakat (Stuart, 2017).
Menurut Purnama, Yani, & Titin (2016) mengatakan gangguan jiwa adalah seseorang
yang terganggu dari segi mental dan tidak bisa menggunakan pikirannya secara normal.
1
2
Stres dan harga diri rendah sangat berhubungan dan harus segera ditangani. Apabila
stres dan harga diri rendah sudah terjadi pada seorang individu, ini akan mempengaruhi
seseorang dalam berpikir dan akan mempengaruhi terhadap koping individu tersebut
sehingga menjadi tidak efektif. Bila kondisi seorang individu dengan stres dan harga diri
tidak ditangani lebih lanjut, akan menyebabkan individu tersebut tidak mau bergaul
dengan orang lain, yang menyebabkan mereka asik dengan dunia dan pikirannya sendiri
sehingga dapat muncul risiko perilaku kekerasan. Selain dapat membahayakan diri sendiri,
lingkungan, maupun orang lain juga dapat terjadi percobaan bunuh diri pada individu yang
mengalami stres dan harga diri rendah.
Perawat sebagai profesi yang berorientasi pada manusia mempuyai andil dalam
memberikan pelayanan kesehatan di LP dalam bentuk “Correctional setting” . perawat
memberikan pelayanan secara menyeluruh. Warga binaan memiliki hak untuk
mendapatkan kesejahteraan kesehatan baik fisik mauapun mental selama masa pembinaan.
Namun hal tersebut kurang mendapatkan perhatian. Kenyataannya banyak narapidana
yang mengalami gangguan psikologis seperti cemas, stress, depresi dari ringan sampai
berat (Butler, dkk. 2005).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pada narapidana ?
2. Apa faktor penyebab pada narapidana ?
3. Bagaimana klasifikasi pada narapidana
4. Apa masalah kesehatan pada narapidana
5. Bagaimana penatalaksanaan gangguan jiwa pada narapidana?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada narapidana ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pada narapidana
2. Untuk mengetahui faktor penyebab pada narapidana
3. Untuk mengetahui klasifikasi pada narapidana
4. Untuk mengetahui masalah kesehatan pada narapidana
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan gangguan jiwa pada narapidana?
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada narapidana
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Narapidana adalah orang-orang sedang menjalani sanksi kurungan atau sanksi
lainnya, menurut perundang- undangan. Pengertian narapidana menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah orang hukuman (orang yang sedang menjalani hukuman karena
tindak pidana) atau terhukum.
Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di lembaga
pemasyarakatan, yaitu seseorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum (UU No.12 Tahun 1995). Narapidana yang diterima
atau masuk kedalam lembaga pemasyarakatan maupun rumah tahanan negara wajib
dilapor yang prosesnya meliputi: pencatatan putusan pengadilan, jati diri ,barang dan
uang yang dibawa, pemeriksaan kesehatan, pembuatan pasphoto, pengambilan sidik jari
dan pembuatan berita acara serah terima terpidana. Setiap narapidana mempunyai hak dan
kewajiban yang sudah diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Narapidana yang
ditahan dirutan dengan cara tertentu menurut Undang-Undang No. 8 tahun 1981 tentang
hukum acara pidana (KUHAP) pasal 1 dilakukan selama proses penyidikan, penuntutan
dan pemeriksaan untuk disidangkan di pengadilan.Pihak-Pihak yang menahan adalah
Penyidik, Penuntut Umum, Hakim dan mahkamah agung. Pada pasal 21 KUHAP
Penahanan hanya dapat dilakukan terhadap tersangka yang melakukan tindak pidana
termasuk pencurian. Batas waktu penahanan bervariasi sejak ditahan sampai dengan 110
hari sesuai kasus dan ketentuan yang berlaku.
D. Etiologi
Faktor-faktor penyebab kejahatan sehingga sesorang menjadi narapidana adalah:
a. Faktor ekonomi
1. Sistem Ekonomi
Sistem ekonomi baru dengan produksi besar-besaran, persaingan
bebas, menghidupkan konsumsi dengan jalan periklanan, cara
4
5
F. Klasifikasi
Berdasarkan populasi narapidana yang mempunyai masalah kesehatan pada lembaga
pemasyarakatan, yaitu :
a. Wanita
Masalah kesehatan yang ada mungkin lebih komplek misalnya tahanan wanita
yang dalam keadaan hamil, meninggalkan anak dalam pengasuhan orang lain
(terpisah dari anak), korban penganiayaan dan kekerasan social,
penyalahgunaan obat terlarang. Tetapi pelayanan kesehatan yang selama ini
diberikan belum cukup maksimal untuk memenuhi kebutuhan mereka seperti
pemeriksaan ginekologi untuk wanita hamil dan korban kekerasan seksual.
NCCHC menawarkan ketentuan-ketentuan berikut untuk pemenuhan
pelayanan kesehatan :
1. LP memberikan pelayanan lengkap secara rutin termasuk pemeriksaan
ginekologi secara koprehensif.
2. Pelayanan kesehatan komprehensif meliputi kesehatan reproduksi,
korban dari penipuan, konseling berkaitan dengan peran sebagai orang
tua dan pemakaian obat- obatan dan alcohol.
b. Remaja
Meningkatnya jumlah remaja yang terlibat tindak kriminal membuat mereka
harus ikut dihukum dan ditahan seperti orang dewasa. Hal ini akan menghalagi
pemenuhan kebutuan untuk berkembang seperti perkembangan fisik, emosi
dan nutrisi yang dibutuhkan. Para remaja ini akan mempunyai masalah-
masalah kesehatan seperti kekerasan seksual, penyerangan oleh tahanan lain
atau tindakan bunuh diri. Disini perawat harus memantau tingkat
perkembangan dan pengalaman mereka dan perlu waspada bahwa pada usia
ini paling rentan terkena masalah kesehatan.
9
G. Penatalaksanaan
a. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang
lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak
mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk
kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau
latihan bersama. (Maramis,2005,hal.231).
b. Keperawatan
Terapi aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok
stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi
aktivitas kelompok stimulasi realita dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi
(Keliat dan Akemat,2005,hal.13). Dari empat jenis terapi aktivitas kelompok
diatas yang paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan konsep
diri harga diri rendah adalah terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi.Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi
yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman
atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok
dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.(Keliat
dan Akemat,2005).
c. Terapi kerja
Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan
partisipasi seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah ditetapkan.
Terapi ini berfokus pada pengenalan kemampuan yang masih ada pada
seseorang, pemeliharaan dan peningkatan bertujuan untuk membentuk
seseorang agar mandiri, tidak tergantung pada pertolongan orang lain (Riyadi
dan Purwanto, 2009).
1. Terapi kerja pada narapidana laki laki
1) Pelatih binatang
Bekerja sebagai pelatih sekaligus merawat binatang- binatang
dianggap dapat membantu narapidana untuk mendapatkan
terapi secara psikologis dan menjadi lebih terlatih secara
emosional. Binatang yang dilatih tidak hanya binatang
peliharaan, namun juga binatang yang ditinggalkan atau
dibuang oleh pemiliknya. Diharapkan nantinya binatang-
10
TINJAUAN KASUS
12
13
d. Intervensi
keperawatan
Diagnosa 1. Harga Diri Rendah
15
Tujuan umum: klien tidak terjadi gangguan interaksi sosial, bisa berhubungan
dengan orang lain dan lingkungan.
Tujuan khusus:
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1.1 Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan
diri,
2.1 Jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang,
3.1 Buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
4.1 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaannya
5.1 Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
6.1 Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang
berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong
dirinya sendiri
2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
Tindakan :
2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2.2 Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien,
2.3 Utamakan memberi pujian yang realistis
2.4 Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
Tindakan :
d.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
d.2 Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang
ke rumah
4) Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
4.1 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari sesuai kemampuan
4.2 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
4.3 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
16
a. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn. A
Umur : 24 Tahun
Alamat : Singkawang
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Melayu / Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak ada
Penanggung Jawab
17
Nama : Ny. P
Hubungan dengan Klien : Ibu Kandung
Alamat : Singkawang
2. Alasan Masuk
Dua bulan sebelum masuk lapas klien melakukan tindakan pencurian.
3. Faktor Predisposisi
1) Klien belum pernah melakukan kejahatan sebelumnya.
2) Klien dan keluarga memiliki ekonomi yang susah
3) Klien mempunyai pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu
ketika sekolah selalu di bully.
4. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda – tanda vital
1.1 Tekanan darah : 130/80 mmHg
1.2 Nadi : 84 x/menit
1.3 Suhu : 36,5 ºC
1.4 Pernafasan : 26 x/menit
2) Ukuran
2.1 Tinggi badan : 169 cm
2.2 Berat badan : 62 Kg
3) Kondisi Fisik
Klien tidak mengeluh sakit apa – apa, tidak ada kelainan fisik.
5. Psikososial
1) Konsep Diri
1.1 Citra Tubuh : Klien mengatakan bagian tubuh yang paling disukai
adalah mata karena bisa melihat.
1.2 Identitas : Klien mengatakan anak ke-2 dari 3 bersaudara.
18
4.10 Memori : Daya ingat jangka panjang klien masih ingat masa
lalunya.
4.11 Tingkat konsentrasi dan berhitung : Klien berhitung lancar, contoh
20 – 15= 5
4.12 Kemampuan Penilaian : Klien mampu menilai antara masuk
kamar setelah makan atau membiarkan kursi tidak rapi, klien
memilih membereskan kursi.
4.13 Daya Tilik Diri : Klien tahu dan sadar bahwa dirinya dirumah
sakit jiwa.
Klien makan 3x sehari, pagi, siang, sore, minum ± 6 gelas / hari, mandiri.
2) BAB / BAK
Klien BAB 1x sehari, BAK ± 4x sehari, mandiri.
3) Mandi
Klien mandi 2x sehari, pagi dan sore, gosok gigi setiap kali mandi,
mandiri.
4) Berpakaian / berhias
Klien mampu berpakaian sendiri tanpa bantuan orang lain.
5) Istirahat dan Tidur
7. Mekanisme Koping
1) Klien mampu berbicara dengan orang lain,terlihat malu
2) Klien mampu menjaga kebersihan diri sendiri
3) Klien mampu jika ada masalah tidak menceritakan kepada orang lain,lebih
suka diam.
9. Aspek Medik
1) Diagnosa Medis : Schizofrenia
2) Terapi
Haloperidol 2x5 mg
Trihexiperidine 2x2 mg
3) Masalah Keperawatan
3.1 Harga Diri Rendah
3.2 Menarik Diri
3.3 Koping Individu Tidak Efektif
4) Pohon Masalah
Menarik Diri
21
b. Analisa Data
Do :
o Klien tampak malu saat
berbicara
c. Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah b/d koping individu tidak efektif
22
d. Intervensi
tidak janggung.
S:
20 3. Mengidentifikasi
Februari kemampuan dan Klien mengatakan cara penilaian
aspek
2019 positif yang dimiliki positif tidak boleh berfikir jelek
Jam dengan : terhadap orang lain,sopan santun dan
17.00 Membantu ramah yang diutamakan.
mengidentifikasi O:
dengan aspek yang
positif Klien dapat mengungkapkan
Mendorong agar perasaannya
berpenilaian positif A : SP 3 teratasi sebagian
Membantu P :
mengungkapkan lanjutkan SP 1 keluarga
perasaannya
PENUTUP
A. Kesimpulan
Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di lembaga
pemasyarakatan, yaitu seseorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum (UU No.12 Tahun 1995). Seseorang yang terpaksa
tinggal di lembaga pemasyarakatan karena menjalani hukuman akan mempengaruhi
kondisi psikologisnya. Mereka akan mengalami kesulitan untuk menyesuaikan
kehidupannya di lembaga pemasyarakatan, tetapi mereka harus tetap mengikuti aturan-
aturan yang berlaku di lembaga pemasyarakatan. Selain itu, mereka juga harus terpisah
dari keluarganya, kehilangan barang dan jasa, kehilangan kebebasan untuk tinggal diluar,
atau kehilangan pola seksualitasnya.
Faktor-faktor yang menyebabkan seorang menjadi narapidana adalah faktor ekonomi,
faktor mental, dan faktor pribadi. Masalah kesehatan yang muncul pada narapidana yang
berada di lapas yaitu kesehatan mental dan fisik. Kebanyakan masalah kesehatan terjadi
pada narapidana wanita dan remaja karena adanya koping tidak efektif. Penatalaksanaan
pada narapidana yang mengalami gangguan jiwa yaitu terapi psikoterapi, keperawatan,
terapi kerja.
Perawat sebagai profesi yang berorientasi pada manusia mempuyai andil dalam
memberikan pelayanan kesehatan berupa asuhan keperawatan kepada semua masyarakat
bahkan narapidana sekalipun, karena banyak narapidana yang mengalami gangguan
psikologis seperti cemas, stress, depresi dari ringan sampai berat (Butler, dkk. 2005).
I. Saran
Sebagai tenaga profesional tindakan perawat dalam penangan masalah keperawatan
khusunya pada narapidana harus memiliki pengetahuan yang luas dan tindakan yang
dilakukan harus rasional sesuai gejala penyakit dan asuhan keperawatan hendaknya
diberikan secara komprehensif, biopsikososial cultural dan spiritual.
27
DAFTAR PUSTAKA