BLOK MATERNITAS II
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2022
KASUS
Ny. A usia 17 tahun, pendidikan SD, IRT, Suku Jawa datang ke puskesmas
diantar suaminya Tn. B, dengan keluhan badan lemas, pusing, mual dan muntah,
jika dipaksakan untuk makan akan keluar kembali, keluhan bertambah jika
mencium bau bawang juga bau keringat suami, dengan kondisinya tersebut hanya
banyak berbaring di tempat tidur dan tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari
seperti sebelumnya. Berdasarkan anamnesa diketahui menikah 5 bulan yang lalu,
terlambat haid beberapa minggu, HPHT 1 Desember 2021. Riwayat menarche
klien usia 13 tahun, riwayat gastritis semenjak sebelum menikah, BB sebelum ada
keluhan 55 kg, riwayat KB tidak menggunakan alat kontrasepsi, pasien merasa
mammae membesar, telah dilakukan imunisasi TT menjelang menikah, tidak ada
riwayat aborsi. Ny. B mengatakan tidak tahu cara mengatasi masalahnya.
LO:
1. Mengapa wanita hamil dengan gastritis, lebih rentan mengalami mual muntah
berlebihan atau hipermesis gravidarum ? (G1B120063_Fanesa Angela)
2. Apa saja pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada kasus tersebut?
(G1B120051_Ahmad Syahdad)
5. Apa penyebab kondisi ansietas pada kasus diatas tersebut? (G1B120060_ Ayu
Prasetya Pratiwi)
6. Sebagai perawat, sebaiknya apa yang kita lakukan jika melihat kondisi klien
yang mual dan muntah saat makan sedangkan kondisinya semakin lemas?
(G1B120059_Stefi Maizuputri)
Wanita saat hamil muda yang sebelumnya mempunyai riwayat penyakit maag,
sangat beresiko kambuh, apalagi saat mengidam. Saat mengidam, terkadang ibu
hamil muda tidak berselera makan, mual dan muntah akibat pengaruh hormone
chorionic gonadotropin. Karena perut sering dalam keadaan kosong, maka sakit
tidak bisa dihindari. Begitupun sebaliknya, penyakit maag yang diderita
sebelumnya bisa memperburuk masa mengidam wanita hamil, yaitu mual muntah
berlebihan hiperemesis gravidarum. Wanita hamil dengan gastritis lebih rentan
terhadap mual dan muntah berlebihan (hiperemesis gravidarum). Muntah akan
menghalangi ibu dan bayi untuk mendapatkan asupan nutrisi yang cukup. Jika ibu
tidak mendapatkan asupan nutrisi yang cukup, maka akan berpengaruh pada janin.
Misalnya kemungkinan janin mengalami BBLR. Bahwa salah satu faktor yang
menyebabkan kejadian hiperemesis gravidarum adalah kondisi psikosomatik.
Kondisi psikosomatik yaitu gangguan psikologis yang berubah menjadi bentuk
gangguan fisik. Gangguan psikologis yang terimplikasi pada gejala fisik ini dapat
berupa mual dan muntah, kelelahan yang berat dan sebagainya. Hiperemesis
gravidarum merupakan salah satu keadaan gangguan psikologis yang diubah
dalam Mitayani14 yang menyebutkan bahwa faktor psikologis yang meliputi
pengetahuan, sikap, umur, paritas, pekerjaan, stress, peningkatan hormon
progesteron, estrogen dan hCG, alergi, infeksi dan diabetes melitus ikut menjadi
penyebab kejadian hiperemesis gravidarum. Kondisi psikologis ibu yang
menjalani proses kehamilan dapat menyebabkan terjadinya stres. Ibu yang dalam
keadaan stres ini dapat meningkatkan tekanan darah dan peningkatan denyut
jantung sehingga dapat meningkatkan HCG. HCG adalah hormone yang
dihasilkan selama kehamilan, yang dapat dideteksi dari darah atau air seni wanita
hamil kurang lebih 10 hari sesudah pembuahan. HCG ini dapat menstimulasi
terjadinya mual dan muntah pada ibu hamil.
4. → (G1B120059_Stefi Maizuputri)
Beberapa ibu hamil menjadi sangat peka terhadap bau atau hiperosmia merupakan
salah satu tanda awal kehamilan. Secara medis, alasan pasti ibu hamil lebih
sensitif terhadap bau hingga saat ini belum ditemukan. Akan tetapi, pemicu utama
gejala ini diduga terkait dengan 2 hal
Tidak hanya mual dan muntah, perubahan kadar hormon estrogen dan
hormon human chorionic gonadotropin (hCG) di trimester pertama diduga
juga dapat memengaruhi persarafan yang bertugas untuk menghantarkan
sinyal bau ke otak. Kondisi inilah yang membuat penciuman ibu hamil
menjadi lebih sensitif terhadap bau tertentu.
Ny. A 17
tahun
Puskesmas
Do ; Ds :
Jawaban :
I. Pengkajian
A. Data Umum Klien
1. Nama/Inisial : Ny. A
2. Usia : 17 Tahun
3. Status perkawinan : Menikah
4. Pekerjaan : IRT
5. Pendidikan Terakhir : SMP
6. Suku : Jawa
B. Riwayat Ginekologi
1. Masalah ginekologi : tidak terkaji
2. Riwayat KB : Tidak menggunakan alat kontrasepsi
DO :
Mual muntah
- Penampilan tampak
lemah
- Konjungtiva anemis
- Tampak nausea dan
vomitus
- Mukosa bibir kering
dan pecah – pecah
- TTV :
BB : 48 kg
TB : 156 cm
TD : 90/70 mmHg
Ketidakseimbangan
R : 22x/menit
nutrisi kurang dari
Suhu : 36ᵒC
kebutuhan tubuh
- Pemeriksaan test pack
: posistif
- Hb : 10 gr/dl
- Leukosit : 19.500/mm₃
- Trombosit :
587.000/mm₃
DO :
- Tampak lemah
A. DEFINISI
Emesis gravidarum adalah gejala yang wajar atau sering terdapat
pada kehamilan trimester pertama. Mual biasanya terjadi pada pagi hari,
tetapi ada yang timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gajala ini
biasanya terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terahir dan
berlangsung kurang lebih 10 minggu (Wiknjosastro, 2009 hal 98).
Hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual dan muntah hebat
lebih dari 10 kali sehari dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan
kekurangan cairan, penurunan berat badan, atau gangguan elektrolit,
sehingga menganggu aktivitas sehari-hari dan membahayakan janin dalam
kandungan. Mual dan muntah berlebihan yang terjadi pada wanita hamil
sehingga menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan kadar elektrolit,
penurunan berat badan (lebih dari 5% berat badan awal), dehidrasi,
ketosis, dan kekurangan nutrisi. Hal tersebut mulai terjadi pada minggu
keempat sampai kesepuluh kehamilan dan selanjutnya akan membaik pada
usia kehamilan 20 minggu, namun pada beberapa kasus dapat terus
berlanjut sampai pada kehamilan tahap berikutnya (Runiari, 2010 hal 65).
Pada umumnya hiperemesis gravidarum terjadi pada minggu ke 6-
12 masa kehamilan, yang dapat berlanjut sampai minggu ke 16-20 masa
kehamilan. Mual dan muntah merupakan gejala yang wajar ditemukan
pada kehamilan triwulan pertama. Biasanya mual dan muntah terjadi pada
pagi hari sehingga sering dikenal dengan morning sickness. Sementara
setengah dari wanita hamil mengalami morning sickness, antara 1,2 - 2%
mengalami hiperemesis gravidarum, suatu kondisi yang lebih serius
(Huliana, 2001 hal 78)
B. ETIOLOGI
Etiologi hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti.
Dulu penyakit ini dikelompokkan ke dalam penyakit toksemia gravidarum
karena diduga adanya semacam “racun” yang berasal dari janin atau
kehamilan. Penyakit ini juga digolongkan ke dalam gestosis bersama pre-
eklampsi dan eklampsi. Nama gestosis dini diberikan untuk hiperemesis
gravidarum dan gestosis lanjut untuk hipertensi (pre-eklampsi dan
eklampsi) dalam kehamilan (Runiari, 2010 hal 63).
Runiari (2010) dan Guyton (2007) menjelaskan beberapa teori
penyebab terjadinya hiperemesis gravidarum namun tidak ada satupun
yang dapat menjelaskan proses terjadinya secara tepat. Teori tersebut
antara lain adalah (Runiari, 2010 hal 63):
1. Teori Endokrin
Teori endokrin menyatakan bahwa peningkatan kadar
progesteron, estrogen, dan Human Chorionic Gonadotropin
(HCG) dapat menjadi faktor pencetus mual muntah.
Peningkatan hormon progesteron menyebabkan otot polos pada
sistem gastrointestinal mengalami relaksasi, hal itu
mengakibatkan penurunan motilitas lambung sehingga
pengosongan lambung melambat. Refleks esofagus, penurunan
motilitas lambung dan penurunan sekresi dari asam hidroklorid
juga berkontribusi terhadap terjadinya mual dan muntah.
Selain itu HCG juga menstimulasi kelenjar tiroid yang
dapat mengakibatkan mual dan muntah. Hormon progesteron
ini dihasilkan oleh korpus luteum pada masa awal kehamilan
dan mempunyai fungsi menenangkan tubuh ibu hamil selama
kehamilan, termasuk saraf ibu hamil sehingga perasaan ibu
hamil menjadi tenang. Hormon ini berfungsi untuk
membangun lapisan di dinding rahim untuk menyangga
plasenta di dalam rahim. Hormon ini juga dapat berfungsi
untuk mencegah gerakan kontraksi atau pengerutan otot-otot
rahim. Hormon ini dapat "mengembangkan" pembuluh darah
sehingga menurunkan tekanan darah, itu penyebab mengapa
Anda sering pusing saat hamil. Hormon ini juga membuat
sistem pencernaan jadi lambat, perut menjadi kembung atau
sembelit. Hormon ini juga mempengaruhi perasaan dan suasana
hati ibu, meningkatkan suhu tubuh, meningkatkan pernafasan,
mual, dan menurunnya gairah berhubungan intim selama
hamil. Seseorang dalam kondisi stress akan meningkatkan
aktifitas saraf simpatis, untuk melepaskan hormon stress berupa
adrenalin dan kortisol (Guyton, 2004 hal 46).
Sistem imun merupakan komponen penting dan responden
adaptif stress secara fisiologis. Stress menggunakan adrenalin
dalam tubuh untuk meningkatkan kepekaan, prestasi dan
tenaga. Peningkatan adrenalin akan memperkecil kontraksi otot
empedu, menyempitkan pembuluh darah perifer, meluaskan
pembuluh darah koroner, meningkatkan tekanan darah terial
dan menambah volume darah ke jantung dan jumlah detak
jantung. Adrenalin juga menambah pembentukan kolesterol
dari lemak protein berkepadatan rendah (Guyton, 2004 hal 46).
Tekanan darah yang tinggi dan peningkatan denyut jantung
akan dapat meningkatkan HCG. HCG (Human Chorionic
Gonadotrophin) adalah hormone yang dihasilkan selama
kehamilan, yang dapat dideteksi dari darah atau air seni wanita
hamil sesudah kurang lebih 10 hari sesudah pembuahan. HCG
ini dapat menstimulasi terjadinya mual dan muntah pada ibu
hamil (Guyton, 2004 hal 47).
2. Teori Metabolik
Teori metabolik menyatakan bahwa kekurangan vitamin B6
dapat mengakibatkan mual dan muntah pada kehamilan.
3. Teori Alergi
Adanya histamin sebagai pemicu dari mual dan muntah
mendukung ditegakkannya teori alergi sebagai etiologi
hiperemesis gravidarum. Mual dan muntah berlebihan juga
dapat terjadi pada ibu hamil yang sangat sensitif terhadap
sekresi dari korpus luteum.
4. Teori Infeksi
Hasil penelitian menemukan adanya hubungan antara
infeksi Helicobacter pykori dengan terjadinya hiperemesis
gravidarum, sehingga dijadikan dasar dikemukakannya teori
infeksi sebagai penyebab hiperemesis gravidarum.
5. Teori Psikosomantik
Menurut teori psikomatik, hiperemesis gravidarum
merupakan keadaan gangguan psikologis yang dirubah dalam
bentuk gejala fisik. Kehamilan yang tidak direncanakan dan
tidak diinginkan serta tekanan pekerjaan dan pendapatan
menyebabkan terjadinya perasaan berduka, ambivalen, serta
konflik dan hal tersebut dapat menjadi faktor psikologis
penyebab hiperemesis gravidarum. Gejala mual dan muntah
dapat juga disebabkan oleh gangguan traktus digestif seperti
pada penderita diabetes mellitus (gastroparesis diabeticorum).
Hal ini disebabkan oleh gangguan motilitas usus atau keadaan
pasca operasi vagotomi. Selain merupakan reflesi gangguan
intrinsik dari lambung, gejala mual dan muntah dapat
disebabkan oleh gangguan yang bersifat sentral pada pusat
muntah (chemoreceptor trigger zone). Perubahan metabolisme
hati juga dapat menjadi penyebab penyakit ini, oleh karena itu
pada kasus yang berat harus dipikirkan kemungkinan akibat
gangguan fungsi hati, kantung empedu, pankreatitis, atau ulkus
peptikum (Runiari, 2010 hal 69).
C. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi hiperemesis gravidarum dapat disebabkan karena
peningkatan Hormone Chorionic Gonodhotropin (HCG) dapat menjadi
faktor mual dan muntah. Peningkatan kadar hormon progesteron
menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi
sehingga motilitas menurun dan lambung menjadi kosong.
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi ibu hamil
muda bila terjadi terus menerus dapat mengakibatkan dehidrasi,
ketidakseimbangan elektrolit, serta dapat mengakibatkan cadangan
karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi.
(Winkjosastro, 2007 hal 185)
Pada beberapa kasus berat, perubahan yang terjadi berhubungan
dengan malnutrisi dan dehidrasi yang menyebabkan terdapatnya non
protein nitrogen, asam urat, dan penurunan klorida dalam darah,
kekurangan vitamin B1, B6, B12, dapat mengakibatkan terjadinya anemia
(Mitayani, 2009 hal 56).
D. TINGKATAN
Runiari (2010 hal 58) menyatakan bahwa tidak ada batasan yang
jelas antara mual yang bersifat fisiologis dengan hiperemesis gravidarum,
tetapi bila keadaan umum ibu hamil terpengaruh sebaiknya dianggap
sebagai hiperemesis gravidarum. Menurut berat ringannya gejala
hiperemesis gravidarum dapat dibagi ke dalam tiga tingkatan sebagai
berikut :
a. Tingkat I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum.
Pada tingkatan ini ibu hamil merasa lemah, nafsu makan tidak
ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium.
Nadi meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah
sistolik menurun, dapat disertai peningkatan suhu tubuh, turgor
kulit berkurang, lidah kering dan mata cekung.
b. Tingkat II
Ibu hamil tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih
menurun, lidah kering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat,
tekanan darah turun, suhu kadang-kadang naik, mata cekung
dan sedikit ikterus, berat badan turun, hemokonsentrasi,
oligouria, dan konstipasi. Aseton dapat tercium dari hawa
pernapasan karena mempunyai aroma yang khas, dan dapat
pula ditemukan dalam urine.
c. Tingkat III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran
menurun dari somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat,
tekanan darah menurun, serta suhu meningkat. Komplikasi
fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai wenickle
ensefalopati. Gejala yang dapat timbul seperti nistagmus,
diplopia, dan perubahan mental, keadaan ini adalah akibat
sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks.
Timbulnya ikterus menunjukkan terjadinya payah hati. Pada
tingkatan ini juga terjadi perdarahan dari esofagus, lambung,
dan retina.
E. AKIBAT
Hiperemesis gravidarum tidak hanya mengancam kehidupan klien,
namun dapat menyebabkan efek samping pada janin seperti abortus, berat
badan lahir rendah, kelahiran prematur dan malformasi pada bayi lahir
(Gross dalam Runiari, 2010 hal 61). Penelitian yang dilakukan oleh Paawi
(2005) didapatkan bahwa hiperemesis gravidarum merupakan faktor yang
signifikan terhadap memanjangnya hari rawat bagi bayi yang dilahirkan.
Ada peningkatan angka kematian Intrauterin Growth Retardation (IUGR)
pada klien hiperemesis gravidarum yang mengalami penurunan berat
badan lebih dari 5%.
Selain berdampak fisiologis pada kehidupan klien dan janinnya,
hiperemesis gravidarum juga memberikan dampak secara psikologis,
sosial, spiritual dan pekerjaan. Secara psikologis dapat menimbulkan
dampak kecemasan, rasa bersalah dan marah. Jika mual dan muntah
menghebat, maka timbul self pity dan dapat terjadi konflik antara
ketergantungan dan kehilangan kontrol. Berkurangnya pendapatanakibat
berhenti bekerja mengakibatkan timbulnya ketergantungan terhadap
pasangan (Simpson, et. Al., 2001).
Kontak sosial dengan orang lain juga berubah karena klien
mengalami perubahan yang sangat kompleks terhadap kehamilannya.
Media yang berkembang menjelaskan bahwa kehamilan merupakan
keadaan fisiologis dan psikoemosional yang optimal, sehingga jika wanita
mengalami mual dan muntah yang menghebat dianggap sebagai kegagalan
perkembangan wanita (Runiari, 2010 hal 62)
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada kasus hiperemesis
gravidarum menurut (Khayati, 2013) yaitu dengan cara :
a. Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan
sebagai suatu proses yang fisiologik.
b. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang
muntah gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan
hilang setelah kehamilan 4 bulan.
c. Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan
dalam jumlah kecil tetapi sering.
d. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun
dari tempat tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biskuit
dengan teh hangat.
e. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya
dihindari.
f. Makanan disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
g. Menghindari kekurangan karbodidrat merupakan faktor
penting, dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak mengurang,
maka diperlukan seperti :
a. Obat-obatan
1. Sedativa : Phenobarbital
2. Vitamin : Vitamin B1 dan B6 atau B kompleks
3. Anti histamine : dramamin, avomin
4. Anti emetik (pada keadaan lebih berat) : Dislikomin
hidrokloride atau khlorpromasine.
5. Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu
dikelola di rumah sakit
b. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi
cerah dan peredaran udara yang baik, catat cairan yang keluar
masuk, hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam
kamar penderita sampai muntah berhenti pada penderita mau
makan. Tidak diberikan makanan atau minuman dan selama 24
jam.
c. Terapi psikologika
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat
disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan,
kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik.
d. Cairan parenteral
Cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein
dengan glukosa 5% dalam cairan fisiologis (2-3 liter/hari),
dapat ditambah kalium dan vitamin (vitamin B komplek,
vitamin C), bila kekurangan protein dapat diberiakan asam
amino secara intravena, bila dalam 24 jam penderita tidak
muntah dan keadaan umum membaik dapat diberikan minuman
dan lambat laun makanan yang tidak cair.
e. Menghentikan kehamilan
Bila keadaan memburuk dilakukan pemeriksaan medik dan
psikiatrik, manifestasi komplikasi organis adalah delirium,
takikardi, ikterus, anuria dan perdarahan dalam keadaan
demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan
keadaan yang memerlukan pertimbangan gugur kandung
diantaranya:
1. Gangguan kejiwaan ditandai dengan: delirium, apatis,
somnolen sampai koma, terjadi gangguan jiwa.
2. Gangguan penglihatan ditandai dengan: pendarahan retina,
kemunduran penglihatan.
3. Ganggguan faal ditandai dengan: hati dalam bentuk ikterus,
ginjal dalam bentuk anuria, jantung dan pembuluh darah
terjadi nadi meningkat, tekanan darah menurun.
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada penyakit
hiperemesis gravidarum menurut (Nurarif & Kusuma, 2016) :
a. USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia
gestasi janin dan adanya gestasi multipel, mendeteksi
abnormalitas janin, melokalisasi plasenta
b. Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri,BUN
c. Pemeriksaan fungsi hepar : AST, ALT dan kadar LDH
I. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada hiperemesis gravidarum
antara lain:
a. Depresi, hampir umum.
b. Dehidrasi meningkatkan risiko ketoasidosis diabetikum pada
penderita dengan diabetes tipe 1.
c. Gangguan elektrolit seperti yang terlihat pada setiap pasien
dengan muntah terus-menerus, alkalosis, hipokalemia dan
hiponatremia.
d. gizi buruk dan disertai ketosis, anemia, hypoalbuminemia
(Edward, 2010).
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Arthur, Hall. (2207). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta :
EGC.
Huliana M. (2001). Pedoman Menjalani Sehat. Jakarta : Puspa Swara ;
Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Meternitas. Jakarta : Salemba Medika
Runiari,Nengah. (2010). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hiperemesis
Gravidarum. Jakarta : Salemba Medika
Wiknjosastro, Hanifa. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka